Anda di halaman 1dari 1

“Awang, kucingku mencret nih. Diobatin apa ya?


“Eh kok vaksin mahal sih. Kalau gak usah vaksin tapi tetep bisa sehat gimana caranya ya?

As a veterinary student, I get those queries a lot, like A LOT. At first I was beyond excited in
answering all of those questions. Tapi belakangan semakin banyak pertanyaan2 yang bukan
hanya sangat annoying namun semakin membuktikan bahwa sang penanya pada dasarnya gak
worth to be a pet owner. Sama persis kaya pacar kamu yang gak worth dipertahankan (apasih)!

I am talking about pertanyaan2 yang penting ya, yang bener2 relate sama my future career as a
veterinarian. Bukan pertanyaan model:

“Waahh, jurusan kedokteran hewan ya? Nanti kalau semut ku sakit aku periksain ke kamu ya?”
or
“Eh kamu dokter hewan kan? Nanti vaksin kittenku gratisan yaa?”
atau pertanyaan2 lain yang cuma perlu dijawab dengan senyuman-bego-amatsih-jadi-orang-
gak-ada-pertanyaan-lebih-bermutu-apa

I am talking about pet owner yang suka nanya berbagai macam hal dengan ekspektasi yang
terlalu tinggi ke saya sebagai mahasiswa (masih mahasiswa) atau bahkan dengan niatan untuk
mengobati hewannya sendiri. Biar cost nya gak gede, soalnya kalau ke dokter mahal.

I am not saying that asking questions is wrong, but the intention that follow need to be
straighten up. Banyak teman2 saya yang sering bertanya tentang behavior pet animalnya, atau
pertolongan partus, atau kondisi kesehatan hewannya. Its okay, bagus malah. Karena saya tahu
bahwa niat mereka adalah tulus karena sayangnya sama hewan.

Tapi kalau udah nanya “diobati apa ya?” dengan niatan untuk diobati sendiri, nah itu yang saya
gak suka. Kalau ada yang nanya gitu paling saya jawabnya “ya bawa aja ke dokter terdekat”

Anda mungkin juga menyukai