Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. Pemeriksaan Spermatozoa
Diposting oleh Surga Cinta on Selasa, 14 Mei 2013 / Label: Kimia Klinik
Pemeriksaan Spermatozoa
Sampel : Sperm
Pergerakan Sperma
Pemeriksaan Metode Giemsa
Pemeriksaan Dengan Lar. Eosin
Sperma Abnormal
2. Pemeriksaan Spermatozoa
Pemeriksaan Makroskopis :
1. Liquefaksi
2. Viscositas
3. pH Sperma
4. Bau Sperma
5. Warna Sperma
6. Volume Sperma
3. Pemeriksaan Mikroskopis :
2. Vitalitas Spermatozoa
3. Jumlah Spermatozoa
4. Morfologi Spermatozoa
4. Pemeriksaan Makroskopis
1. Likuefaksi (pencairan)
Makna Klinis :
Jika liquefaction melebihi dari waktu 20 menit atau lebih lama lagi berarti
terjadi gangguan pada kelenjar prostat dan defisiensi enzim seminin.
- Sperma diisap dengan pipet Elliason sampai menunjukkan volume 0,1 ml.
Makna klinis :
- Jika semen terlalu kental (panjang benang > 5 cm) maka enzim likuefaksi dari prostat kurang
berfungsi.
- Jika terlalu encer (panjang benang < 3 cm) maka zat koagulasi yang dihasilkan oleh vesicula
seminalis terlalu sedikit atau enzim likuefaksi dari prostat terlalu banyak.
3. pH sperma
pH sperma cukup diukur dengan kertas lakmus, kecuali jika dalam suatu penelitian dapat
dipergunakan alat elektrik. pH sperma yang normal menunjukkan sifat yang agak basa, yaitu :
7,2-7,8 dan pemeriksaan harus segera dilaksanakan setelah likuefaksi, karena pH sperma akan
berubah bila sperma dibiarkan.
Makna klinis :
Bila pH > 8 maka radang akut pada kelenjar genitalia tambahan atau epiddiymitis. Sedang pada
pH < 7,2 disebabkan gangguan pada vesicula seminalis atau ductus ejakulatorius.
4. Bau sperma
Bau sangat merangsang dan khas. Bau normal : khas seperti bunga akasia. Orang barat
mengatakan bau seperti : Chesnut Flower atau Flower of the Charob tree. Bau yang khas itu
diperkirakan disebabkan oleh oksidasi spermin yang diproduksi oleh prostat. Adanya perubahan
bau yang khas dari sperma dapat dihubungkan dengan kemungkinan adanya kelainan dari
kelenjar tersebut.
Makna klinis :
Bau busuk pada sperma disebabkan oleh adanya infeksi. Bau yang tidak khas dilaporkan
seperti amis, pesing dan berbau obat-obatan.
5. Warna sperma
Pengamatan warna dilakukan dengan menggunakan latar belakang warna putih dengan
penerangan yang cukup. Warna normal : seperti warna lem kanji cair (translucens) atau putih
keabuan. Warna kekuningan sering juga terlihat akibat dari pantangan yang lama atau
pengaruh obat-obatan atau makanan tertentu. Kejernihan atau kekeruhan sperma sering pula
menunjukkan hubungan konsentrasi sperma. Warna sperma yang jernih sering menunjukkan
azoospermia.
Makna klinis :
Warna abnormal jika warna kemerahan menunjukkan hemospermia dan putih susu
menunjukkan leukospermia.
6. Volume sperma
Sperma di tampung seluruhnya dalam botol kaca yang bermulut lebar untuk sekali ejakulasi,
volumenya diukur dengan gelas ukur yang berskala 0,1-10 ml.
a. Aspermia : tidak ada spermatozoa dan tidak ada plasma semen, volume 0 ml.
B. Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis dilakukan setelah sperma mengalami liquefaction. Jadi kira-kira
20 menit setelah dikeluarkan.
a. Mekanisme pergerakan
Spermatozoa bergerak (Motil), dengan maksud agar sampai dialat reproduksi wanita untuk
pembuahan. Energi untuk motilitas bersumber pada bagian tengah spermatozoa. Dibagian
tengah itu dapat diibaratkan generator spermatozoa. Energi dari bagian tengah disalurkan
kebagian distal, yaitu ke ekor, kemudian ekor bergerak. Jadi ekor dapat diibaratkan sebagai
kemudi juga sebagai pendorong spermatozoa.
Berdasarkan mekanisme motilitas tersebut dapat dibedakan dua macam motilitas spermatozoa,
yaitu :
Spermatozoa bergerak lurus kedepan, lincah, cepat dengan beat ekor yang berirama.
Spermatozoa hanya bergetar dalam satu bidang saja dan kadang-kadang berhenti. Ekor hanya
bergetar kekiri atau ke kanan tak bergetar rotasi meskipun frekuensi getarnya dapat tinggi.
Karena terdapat kelainan morfologis atau kelainan pengantaran energi gerak melingkar maka
spermatozoa dapat menempuh gerakkan kurva, spematozoa motilitasnya berputar-putar saja.
Pada keadaan ini ekor spermatozoa dapat bergetar tinggi atau rendah. Kepala bergerak tak
teratur. Kelainan ini disebabkan adanya bentuk spermatozoa abnormal maupun distribusi dan
pengantaran energi tak normal pada spermatozoa.
Spermatozoa imatur mungkin berbentuk normal dan mungkin pula tidak normal karena adanya
beban droplet (sisa) sitoplasma maka arah gerak kepala berat sebelah. Kalau sistem
pengantaran energi belum masak pula dapat terjadi motilitas yang bemacam-macam (rocking)
melingkar dan gerak tak teratur.
Motilitas spermatozoa ini terbatas karena spermatozoa melekat satu dengan yang lain
(aglutinasi sejati) atau karena melekat pada benda lain (sel bulat, kristal, bakteri, protozoa dll)
bila terdapat aglutinasi palsu.
Motilitas jenis ini terbatas karena terperangkap oleh sperma yang belum mengalami likuefaksi
total, meskipun telah melewati batas normal waktu likuefaksi. Hal ini akan terlihat kalau sperma
diperiksa motilitas berurutan yaitu langsung setelah ejakulasi dan setiap setengah jam setelah
ejakulasi.
Spema yang kekurangan energi mempunyai gerakan lemah, meskipun arahnya ke depan beat
ekor teratur, lurus namun tak lincah. Hal ini dapat disebabkan karena sperma telah lama tak
diperiksa, sehingga energi untuk motilias berkurang. Dalam hal ini fruktosa telah banyak
dipecah (fruktolisis). Penyebab lain ialah memang cadangan energi berkurang sejak awal
misalnya pada kelainan vesika seminalis.
Spermatozoa yang sama sekali tidak bergerak dan tetap diam ditempat.
2. Pemeriksaan motilitas spermatozoa :
Pemeriksaan motilitas spermatozoa dilakukan dengan cara meneteskan setetes sperma pada
gelas obyek. Tetesan diusahakan sama besarnya untuk setiap pemeriksaan. Terdapat
beberapa cara untuk mendapatkan tetesan sperma yang sama, yaitu :
Diharapkan dengan tetesan pipet volume sperma yang diteteskan sama. Dalam hal ini untuk
setiap sperma harus memakai pipet yang berbeda dan harus baru/bersih benar.
Cara ini kebanyakan akan memperoleh tetesan yang sama besar. Apalagi kalau ujung batang
gelas tidak sama besarnya. Keadaan yang mempengaruhi ialah kekentalan sperma . Bila
sperma kental tetesan akan berbeda bilamana sperma encer. Perbedaan-perbedaan ini dapat
diatasi kalau para pemeriksa sperma banyak pengalaman meneteskan sperma pada gelas
objek.
Dengan cara ini memang diperoleh ukuran tetesan yang sama. Untuk menghindari kontaminasi
sperma lain maka setelah loop dipakai untuk satu spesimen sperma, kemudian dibakar, setelah
itu dapat dipergunakan untuk memeriksa sperma yang lain.
3. Motilitas Sperma
Tujuan : untuk mengetahui dan menentukan baik tidaknya pergerakan (motilitas) spermatozoa
dan jumlah prosentase yang bergerak.
Prinsip : Sperma dengan zat tambahan atau tidak dilihat pergerakannya dibawah mikroskop
dengan perbesaran 10x45 dan hasilnya dilaporkan dalam persen ( % ).
Alat :
- Objek Glass
- Pipet tetes
- Cover glass
- Mikroskop
Prosedur :
- Ambil 1 tetes sperma letakkan diatas objek glass. Tutup dengan cover glass.
Spermatozoa yang tidak bergerak, belum tentu mati. Adakalanya lingkungannya tidak cocok,
spermatozoa tidak bergerak. Tetapi kalau keadaan lingkungannya suatu ketika baik, ada
kemungkinan spermatozoa bergerak lagi. Untuk memeriksa vitalitas spermatozoa, dilakukan
pengecatan vital atau vital staining. Cara ini digunakan untuk memastikan diagnosa
nekrozoospermia.
Tujuan : Untuk membedakan dan mengetahui sperma yang hidup dan yang mati.
Prinsip : Sampel sperma dibuat hapusan, diwarnai, dikeringkan dan diperiksa sperma yang
mati dan yang hidup dibawah mikroskop perbesaran 10 x 100.
Alat :
- Pipet tetes
- Objek glass
- Mikroskop
- Tabung reaksi
- Botol semprot
Reagensia :
- Eosin 5 %
- Negrosin 10 %
Cara Kerja :
- Diperiksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x100 pada 100 lapang pandang dan hasil
dinyatakan dalam persen ( % ).
Penilaian :