Anda di halaman 1dari 2

Keberhasilan KB Dapat Turunkan Angka Kematian Ibu

Dipublikasikan Pada : Selasa, 07 Februari 2017 00:00:00, Dibaca : 8.367 Kali

Jakarta, 7 Februari 2017

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi ketimbang negara-negara
lain di kawasan ASEAN. Berdasarkan Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015,
AKI di Indonesia berada pada angka 305/100.000 kelahiran hidup. Situasi ini tentu
membutuhkan kerja keras bersama untuk terus menurunkan angka kematian ibu dan
bayi di Indonesia sebagaimana target yang ditetapkan dalam Sustainable
Development Goals (SDGs).

Salah satu penyebab AKI adalah rendahnya pengetahuan kaum perempuan,


khususnya ibu hamil, yang disebabkan oleh minimnya informasi yang diterima.
Determinan lainnya yang menyebabkan tingginya AKI adalah 4 terlalu, yakni terlalu
muda, terlalu sering, terlalu dekat dan terlalu tua. Kehamilan yang tidak diinginkan di
usia muda akan sangat berisiko pada kematian atau dapat berdampak buruk pada
bayi yang dikandungnya. Risiko-risiko tersebut dapat diminimalkan dengan cara
mengikuti program keluarga berencana. Hal ini disampaikan Menteri Kesehatan, Nila
Moeloek, saat menyampaikan keynote speech dalam Rapat Koordinasi Nasional
Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) di
Jakarta (7/2).

'Perkawinan dini akan menyebabkan anak dropout dari sekolah, bisa menjadi ibu yang
kurang berpendidikan, bisa berisiko juga menghadapi kematian saat melahirkan.
Betapa ruginya kita kehilangan anak muda yang seharusnya produktif ', ujar Menkes.

'Kami meminta betul kepada Kementerian Agama untuk ikut khotbah bahwa tidak baik
jika kita menikah di usia yang terlalu muda karena angka kematiannya jelas tinggi,
dalam hal ini secara psikologis belum siap sehingga bagaimana dia bisa mendidik dan
menjaga kesehatan anak, akibatnya pada akhirnya angka kematian anak juga tinggi',
tegasnya lagi.

Pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas tentu membutuhkan keterlibatan


banyak pihak dalam rangka mencapai program prioritas pemerintah yang merupakan
cita ke-5 dari 9 agenda prioritas Nawa Cita Presiden Joko Widodo. Untuk itu,
Kementerian Kesehatan menerjemahkan visi misi dan cita-cita tersebut ke dalam
program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga untuk mewujudkan keluarga
yang sehat.

Keluarga sehat memiliki 12 indikator utama yang antara lain adalah keluarga mengikuti
keluarga berencana, ibu bersalin di fasilitas kesehatan, bayi mendapat imunisasi dasar
lengkap, penderita hipertensi berobat teratur, tidak ada anggota keluarga yang
merokok dan sekeluarga menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional.

'Indikator keluarga sehat yang pertama adalah keluarga berencana. Kalau kita jalan
bersama BKKBN, kita bisa mengharuskan petugas menanyakan keluarga untuk
mengetahui apakah mengikuti KB atau tidak', terang Nila Moeloek.
Program pemerintah lainnya yang beberapa bulan lalu diluncurkan adalah Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS). Germas adalah suatu tindakan sistematis dan
terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa
dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan
kualitas hidup. Keberhasilan gerakan ini membutuhkan kerjasama lintas sektoral, baik di
pusat maupun daerah.

'Pendekatan keluarga dapat kita manfatkan secara bersama, begitu juga Germas kita
berjuang dengan kementerian lembaga lain agar kesehatan ini merupakan ujung
tombak untuk mendapatkan manusia berkualitas. Oleh karena itu, saya mengharapkan
kerjasama lintas K/L harus kita tingkatkan, dan menjadikan kita sehat, berpendidikan
dan kita akan memiliki ekonomi yang lebih baik', ujar Menkes.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Presiden RI ketika membuka Rakornas KKPBK,
mengatakan bahwa program Keluarga Berencana (KB) sudah lebih baik dan negara
kita tidak mendapatkan efek negatif dari kebijakan kependudukan yang dibuat
pemerintahannya bila dibandingkan negara lainnya, seperti India, Singapura atau
Cina. Wapres juga berharap untuk menggalakkan lagi spirit program KB demi
kepentingan keluarga, daerah dan nasional.

Rapat Koordinasi Nasional Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan


Pembangunan Keluarga (KKBPK) Tahun 2017 merupakan forum tahunan yang
diselenggarakan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) guna
meningkatkan sinergitas, komitmen dan dukungan pemerintah, pemerintah daerah dan
mitra kerja dalam pengelolaan KKBPK dalam meningkatkan kualitas manusia Indonesia.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian
Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes
melalui hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan
alamat email kontak[at]kemkes[dot]go[dot]i

Anda mungkin juga menyukai