PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
INTISARI
ABSTRACT
This research was aimed to find out whether the structural histopathology
change of the kidney of Sprague Dawley mice which were given Persea
americana Mill. exists or not. Also, it was to find out the nature of the toxic
effects caused by the Persea americana Mill.onthe kidney of the Sprague Dawley
mice.
This research was an experimental research with one-way completely
randomized design. This research used fifty mice of Sprague Dawley (25 females
and 25 males), aged about 2-3 months, weighted ±150-250 g. The mice were
randomly divided into five groups. Group I (negative control) was given distilled
water, while Group II, III, IV and V were the treatment groups which were given
the Persea americana Mill. The dosage was 202,24 mg/kgBB; 360 mg/kgBB;
640,8 mg/kgBB; 1140,6 mg/kgBB. The Persea americana Mill. was given for
twenty eight successive days. After twenty eight days, the objects’ kidney would
be randomly taken from each treatment group to be compared to the control
group. The result analysis was conducted by observing the kidney histology of
Sprague Dawley mice, conducting reversibility test, weighing the objects and
measuring the supply of the objects’ feed and drink.
The research result of Persea americana Mill. given in 28 days using the
dosage of 202,24 mg/kgBB; 360 mg/kgBB; 640,8 mg/kgBB; 1140,6 mg/kgBB
does not cause the structural change of the kidney of the Sprague Dawley mice.
Also, the nature of the toxic effect due to the infusion subacute of P. americana
Mill. supply on the kidney of the Sprague Dawley mice cannot be determined.
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah SatuSyarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Levina Apriyani
NIM : 118114090
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
i
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
iii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
iv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala perlindungan,
penyertaan dan berkat yang telah diberikanNya kepada penulis sehingga penulis
Skripsi ini disusun untuk mmenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
1. Ibu Aris Widayati, M.Sc., Ph.D., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
3. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dosen Pembimbing Skripsi
4. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dosen Penguji yang telah
v
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5. Bapak Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt., selaku Dosen Penguji yang telah
histopatologis.
10. Keluarga Mardiana yang telah mendukung dan memberikan doa kepada
penulis.
11. Kakak Maulita Eka Santi yang telah membantu dan memberikan dukungan
vi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12. Sahabat BiienBii Reza Fiqriyani, Poppy Siti Hasyanah, Ida Aisyah,
Nabilah Liwaqisti atas bentuk dukungan yang selalu diberikan selama ini.
Budi K, sebagai sahabat yang selalu mendukung penulis dalam suka dan
Desi, Trifonia Ingrid dan Marselina Cresentia atas kerjasama, bantuan dan
semangat dalam proses penyusunan skripsi ini dari awal hingga akhir.
15. Teman-teman FSM B 2011, FKK B 2011 dan seluruh angkatan 2011 atas
kebersamaan kita.
16. Teman-teman kost Gracia Girl‟s, Bernadet Brigita Puspita Wardhani, Vivo
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kata sempurna
sehingga penulis berharap kritik dan saran dari semua pihak. Akhir kata, penulis
berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama di
Yogyakarta,
Penulis
vii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
viii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………….i
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………iii
HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………………….iv
PRAKATA……………………………..………………………………………….v
DAFTAR ISI…………………………………………………………………........x
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….....xiv
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………xv
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………....xvii
INTISARI……………………………………………………………………...xviii
ABSTRACT………………………………………………………………………xix
BAB 1 PENGANTAR…………………………………………………………….1
A. Latar Belakang…………………………………………………………….1
x
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2. Keaslian penelitian…………………………………………………….5
3. Manfaat penelitian………………………………………………..........6
B. Tujuan Penelitian…………………………………………………………..6
1. Tujuan umum…………………………………………………….........6
2. Tujuan khusus…………………………………………………………7
1. Sinonim………………………………………………………………..8
2. Taksonomi……………………………………………………………..9
3. Nama umum…………………………………………………………...9
4. Morfologi……………………………………………………………...9
5. Kandungan kimia……………………………………………………...9
B. Infusa……………………………………………………………………..11
C. Ginjal……………………………………………………………………..11
2. Fungsi ginjal……………………………………………………….....16
3. Kerusakan ginjal……………………………………………………...16
xi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
1. Variabel utama………………………………………………….........26
2. Variabel pengacau……………………………………………………26
C. Definisi Operasional……………………………………………………...27
D. Bahan Penelitian……………………………………………………….....28
E. Uji Reversibilitas………………………………………………………....46
xii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
A. Kesimpulan……………………………………………………………….58
B. Saran……………………………………………………………………...58
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………59
LAMPIRAN……………………………………………………………………...63
BIOGRAFI PENULIS…………………………………………………………...76
xiii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR TABEL
Halaman
xiv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 8. Fotomikroskopikginjaltikusjantankelompokperlakuandosis
IBA 1140,6 mg/kgBB yang mengalamiperubahanhistopatologis
degenerasihidropik (perbesaran 400x, pewarna H-E)……………...42
xv
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Gambar 11. Rerata perubahan berat badan tikus jantan selama pemberian
Gambar 12. Rerata perubahan berat badan tikus betina selama pemberian
xvi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xvii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
INTISARI
xviii
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
This research was aimed to find out whether the structural histopathology
change of the kidney of Sprague Dawley mice which were given Persea
americana Mill. exists or not. Also, it was to find out the nature of the toxic
effects caused by the Persea americana Mill. on the kidney of the Sprague
Dawley mice.
This research was an experimental research with one-way completely
randomized design. This research used fifty mice of Sprague Dawley (25 females
and 25 males), aged about 2-3 months, weighted ±150-250 g. The mice were
randomly divided into five groups. Group I (negative control) was given distilled
water, while Group II, III, IV and V were the treatment groups which were given
the Persea americana Mill. The dosage was 202,24 mg/kgBB; 360 mg/kgBB;
640,8 mg/kgBB; 1140,6 mg/kgBB. The Persea americana Mill. was given for
twenty eight successive days. After twenty eight days, the objects‟ kidney would
be randomly taken from each treatment group to be compared to the control
group. The result analysis was conducted by observing the kidney histology of
Sprague Dawley mice, conducting reversibility test, weighing the objects and
measuring the supply of the objects‟ feed and drink.
The research result of Persea americana Mill. given in 28 days using the
dosage of 202,24 mg/kgBB; 360 mg/kgBB; 640,8 mg/kgBB; 1140,6 mg/kgBB
does not cause the structural change of the kidney of the Sprague Dawley mice.
Also, the nature of the toxic effect due to the infusion subacute of P. americana
Mill. supply on the kidney of the Sprague Dawley mice cannot be determined.
xix
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENGANTAR
A. LatarBelakang Penelitian
memiliki peran penting dalam mengeliminasi zat-zat dari darah terutama produk
akhir metabolisme seperti urea, kreatinin, asam urat, garam-garam asam urat yang
akan berpengaruh pada kerja fungsional dari ginjal. Kerusakan struktural dapat
dideteksi secara mikroskopis dengan melihat preparat histologis dari ginjal apakah
terlihat secara perubahan patologis yang spesifik atau tidak dari bentuk organ
ginjal secara normal. Namun menjadi mustahil dilakukan pada manusia untuk
muncuplik jaringan ginjal, maka dari itu digunakan hewan uji. Parameter lain
yang digunakan bisa juga seperti perubahan biokimia juga dapat menggambarkan
Kondisi iklim tropis yang dimiliki Indonesia mendukung tanaman alpukat untuk
tumbuh dan berkembangnya buah alpukat. Keberadaanya yang lazim dan rasanya
yang unik menjadikan buah alpukat digemari masyarakat luas. Selain itu, alpukat
diketahui mempunyai banyak manfaat karena kandungan antioksidan dan zat gizi
1
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2
sebagai anti radang dan menghilangkan rasa sakit (Haryanto, 2009). Arukwe, et
al. (2012) melaporkan kandungan kimia biji alpukat (P. americana Mill.), yaitu
Nwaoguikpe dan Braide (2011) melaporkan kandungan fitokimia ekstrak air biji
penelitian mengenai kandungan tanin dan uji aktifitas antioksidan ekstrak biji
buah alpukat (P. americana Mill.), ekstrak kering biji alpukat memiliki
kandungan tanin total yang tinggi yaitu, 117 mg/kg serta memiliki aktifitas
antioksidan yang tinggi, yaitu 93,045%. Makin banyak kandungan tanin maka
makin besar aktivitas antioksidannya karena tanin tersusun dari senyawa polifenol
pada biji alpukat mampu mencegah kerusakan ginjal dengan cara melengkapi
elektron bebas pada senyawa radikal sehingga reaktifitas dari senyawa radikal
tradisional biji P. americana Mill. dalam jangka waktu yang relatif lama pada
jangka waktu yang relatif lama disebabkan adanya sugesti bahwa obat tradisional
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3
akan meningkat. Oleh karena itu, sangat perlunya dilakukan penelitian toksisitas
untuk mengetahui ada tidaknya efek toksik yang ditimbulkan dalam penggunaan
ketoksikan, lama pemejanan suatu senyawa merupakan salah satu faktor penentu
timbulnya efek toksik akibat dari adanya akumulasi senyawa toksik. Oleh karena
itu, untuk mengantisipasi penggunaan biji alpukat jangka panjang oleh masyarakat
maka peneliti melakukan uji toksisitas subakut infusa biji alpukat. Uji toksisitas
subakut ini memiliki spektrum yang luas, untuk itu perlu dilakukan penelitian
toksisitas subakut dengan mengamati perubahan struktural pada organ ginjal, hati,
pankreas, testis dan uterus dan perubahan biokimia (SGPT, SGOT, BUN dan
kreatinin serta glukosa). Penelitian ini merupakan penelitian yang tak khas serta
dilakukan secara parallel dan penelitian ini juga dilakukan bersamaan dengan uji
karena merupakan salah satu bentuk sederhana dalam pembuatan obat tradisional
diketahui efeknya sesuai dengan yang digunakan pada masyarakat luas. Dalam
tentang efek nefroproktektif biji alpukat (P. americana Mill) yang diberi secara
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4
per oral sekali sehari selama enam hari berturut-turut, pada hari ketujuh semua
kelompok perlakuan diberi induksi karbon tetraklorida dan hasilnya dosis efektif
infusa biji alpukat (P. americana Mill.) yang diberikan dengan dosis 360
americana Mill. yang diberikan secara subakut memiliki efek toksik berupa
perubahan struktural yang akan dilihat dari gambaran histologis ginjal tikus. Pada
penelitian ini organ ginjal yang diteliti karena ginjal merupakan organ eliminasi
penting bagi tubuh. Ginjal mempunyai peran dalam mengeliminasi zat-zat dari
darah terutama produk akhir metabolisme seperti urea, kreatinin, asam urat, yang
akan direabsorbsi sedikit dan diekskresikan dalam jumlah besar ke dalam urin.
Ginjal akan dilihat secara histopatologis karena ingin melihat seberapa besar
Mill.
mengamati apakah infusa biji alpukat memiliki efek toksik pada beberapa organ,
namun pada penelitian ini hanya berfokus pada perubahan histopatologis organ
ginjal tikus Sprague Dawley yang diberi perlakuan infusa biji alpukat selama 28
hari.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
5
1. Perumusan masalah
sebagai berikut.
b. Bagaimana sifat efek toksik yang ditimbulkan oleh infusa biji alpukat (P.
2. Keaslian penelitian
(P. americana Mill.) diantaranya penelitian yang dilakukan Anaka, dkk. (2009)
menyebutkan bahwa ekstrak air biji alpukat (P. americana Mill.) memiliki efek
menurunkan tekanan darah pada tikus galur Sprague Dawley. Anggraeni (2006)
menyimpulkan bahwa infusa biji alpukat (P. americana Mill.) dapat menurunkan
kadar glukosa darah tikus Sprague Dawley yang diberi beban glukosa. Idris,
Ndukwe, dan Gimba (2009) melaporkan kemampuan biji alpukat (P. americana
Mill.) sebagai antimikroba. Silitonga (2013) menyebutkan bahwa biji alpukat (P.
serum dan gambaran mikroskopis ginjal yang normal pada tikus yang terinduksi
Mill. memiliki efek hipoglikemik pada tikus yang terinduksi alloxan dan
pemberian jangka panjang ekstrak air biji P. americana Mill. memiliki efek
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6
alpukat (P. americana Mill.) pada tikus Sprague Dawley terhadap histopatologi
3. Manfaat penelitian
gambaran struktural histologis organ ginjal pada pemakaian jangka panjang dan
B. TujuanPenelitian
1. Tujuan umum
Secara umum tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya
efek toksik dari penggunaan infusa biji alpukat (P. americana Mill.) secara
subakut.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7
2. Tujuankhusus
tikus galur Sprague Dawley yang diberi infusa biji alpukat (P. americana
Mill.)
b. Mengetahui sifat efek toksik yang ditimbulkan infusa biji alpukat (P.
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
1. Sinonim
2. Taksonomi
Ordo : Laurales
Famili : Lauraceae
Genus : Persea
(Proseanet, 2012)
8
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9
3. Nama umum
4. Morfologi
menahun (perennial) dan memiliki ukuran sedang sampai besar, dengan tinggi
mencapai 20 m. Tumbuhan ini memiliki daun tunggal dan memiliki tepi daun rata.
Daun berbentuk elips hingga lanset, bulat telur hingga bulat telur sungsang,
dengan panjang daun 5-40 cm dan lebar 3-15 cm, permukaan atas daun terdapat
selaput lilin. Bentuk bunga berupa tongkol majemuk yang muncul di ujung
cabang. Bunga dari P. americana Mill. ini tergolong bunga banci tersusun atas 3
daun mahkota. Buah besar berdaging dan berair, berbiji tunggal, permukaan buah
halus, panjang 7-20 cm. Buah besar dan bulat, dilapisi dua lapisan dan dua
5. Kandungan kimia
fitokimia penting yang ditemukan dalam tanaman ini antara lain, kandungan
Kandungan yang paling banyak terdapat dalam biji alpukat adalah saponin, yaitu
biji alpukat (P. americana Mill.) dapat menurunkan tekanan darah, sedangkan
kulit yang disebabkan oleh parasit di Nigeria (Owolabi, Jaja, dan Coker, 2005).
gambaran mikroskopis ginjal yang normal pada tikus yang terinduksi karbon
buah), sebagai afrodisiaka, dan mengobati disentri serta diare (DerMarderosin dan
Beutler, 2002).
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11
B. Infundasi
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara infundasi, yaitu
mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit.
Pembuatan infusa merupakan cara yang paling sederhana untuk membuat sediaan
herbal dari bahan lunak seperti daun dan bunga. Dapat diminum panas atau
dingin. Sediaan herbal yang mengandung minyak atsiri akan berkurang khasiatnya
C. Ginjal
Ginjal dialiri sekitar 25% curah jantung. Ekskresi produk sisa metabolisme,
pengendalian air dan garam, pemeliharaan keseimbangan asam dan basa, serta
sekresi berbagai hormon dan autokoid merupakan fungsi penting dari ginjal
Ginjal adalah organ dalam tubuh manusia yang berbentuk seperti kacang
yang letaknya berada di sisi columna vertebralis. Ginjal dijumpai di dalam daerah
abdominal di dekat dinding posterior. Struktur dari ginjal dibagi dalam beberapa
ciri morfologi yang spesifik. Jika ginjal dibagi dua secara melintang, ada dua
daerah yang dapat dilihat yaitu korteks dan medulla (Stine dan Brown, 1996;
Bagian luar pada organ ginjal disebut korteks tebalnya 1,2-1,6 cm,
bagian dalam disebut medulla dan bagian paling dalam disebut pelvis (Gambar
Unit fungsional dari ginjal adalah nephron (Gambar 2). Setiap ginjal
memiliki jutaan nephron, setiap nephron disusun oleh tubulus-tubulus ginjal serta
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13
glomerulus yang dikelilingi oleh struktur yaitu capsula Bowman. Tubulus yang
dimiliki oleh ginjal diantaranya, yaitu tubulus proximal, lengkung henle, tubulus
memiliki fungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama elektrolit) dalam
tubuh dengan cara menyaring darah lalu mereabsorpsi cairan dan molekul yang
masih dibutuhkan tubuh. Molekul dan sisa cairan lainnya yang sudah tidak
mekanisme pertukaran lawan arus dan kotranspor oleh tubulus. Hasil akhir yang
dibungkus oleh suatu epitel yang membentuk suatu lapisan yang berhubungan
dengan lapisan yang membentuk simpai Bowman dan tubulus ginjal (McPhee dan
kapiler glomerulus. Glomerulus adalah masa kapiler yang berbentuk bola yang
terdapat sepanjang arteriol. Fungsinya untuk filtrasi air dan zat terlarut dalam
darah. Capsula bowman merupakan suatu pelebaran nefron yang dibatasi oleh
berakhir sebagai saluran yang lurus yang berjalan ke arah medula, yaitu ansa
henle. Ansa henle merupakan nefron pendek yang memiliki segmen yang tipis
yang membentuk lengkung tajam berbentuk huruf U. Bagian pars desendens dari
ansa henle terbentang dari korteks ke bagian medula, sedangkan pars asendens
berjalan kembali dari medula ke arah korteks ginjal setelah melewati ansa henle,
maka akan berlanjut ke bagian nephron tubulus distal. Pada gambar 5, tubulus
contortus distal lebih pendek dari tubulus proksimal. Bagian tubulus distal ini
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15
Sherwood, 2006).
cairan dan zat terlarut dari tubulus distal (Gambar 6). Ductus coligens berjalan
dari dalam berkas medula menuju ke medula. Setiap duktus pengumpul yang
berjalan ke arah medula akan mengosongkan urin yang telah terbentuk ke dalam
2. Fungsi ginjal
sebagai berikut.
a. Ekskresi produk sisa metabolik, bahan kimia asing, obat, dan metabolit
hormon.
3. Kerusakan ginjal
Fungsi utama dari ginjal yaitu sebagai organ eliminasi yang penting
ginjal terhadap efek toksik, tingginya aliran curah jantung dan peningkatan
konsentrasi produk ekskresi karena adanya reabsorpsi air dari cairan tubuler
perubahan struktur dari ginjal itu sendiri, terutama di tubulus ginjal karena di
tubulus ginjal terjadi proses reabsorpsi dan ekskresi dari zat-zat toksik tersebut
Penyakit gagal ginjal kronik atau gagal ginjal akut, fungsi homeostatik
tubuh yang berat serta cepat. Dalam beberapa hari saja dapat terjadi akumulasi
kalium, asam, cairan, dan zat-zat lainnya dalam tubuh sehingga menyebabkan
(paling tidak sebagian) keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit (Guyton dan
Hall, 2006).
ringan ataupun parah, bisa kembali seperti semula ataupun permanen, tergantung
dari penyebab ketoksikkan serta dosis yang dipejankan. Ginjal bisa sangat
berpotensi sebagai organ yang menjadi target dampak senyawa toksik karena
aliran darah yang menuju ginjal sangat tinggi artinya pasokan ke ginjal besar,
masuk ke ginjal dalam jumlah yang besar (Stine dan Brown, 1996; Hodgson,
2010).
Faktor penyebab toksisitas pada ginjal yaitu tingginya aliran darah pada
menjadi intermediet yang reaktif. Adapun aliran darah ke ginjal cukup besar
sekitar 25% dari sisa kardiak output. Oleh karena itu, ginjal akan menerima
konsentrasi senyawa toksik lebih tinggi dalam tiap gram jaringan terutama pada
urea dan pada pemeliharaan keseimbangan asam-basa, Na+, K+, dan air.
peningkatan progresif nitrogen urea darah (blood urea nitrogen, BUN) dan
muncul menyusut dan atrofi (ditunjukkan oleh panah), dan dipisahkan oleh
fibrosis interstisial yang luas (ditunjukkan oleh panah) (Perazella dan Markowitz,
2010).
Penyakit yang terjadi pada ginjal sangat komplek, sehingga untuk dapat
sebagai berikut:
yang sering terjadi pada gagal ginjal kronik. Glomerulus dapat mengalami cedera
akibat berbagai faktor dalam suatu perjalanan penyakit sistemik, misalnya lupus
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19
mengenai kedua komponen ini yaitu cedera tubulus iskemik atau toksik yang
menyebabkan Nekrosis Tubulus Akut (NTA) dan gagal ginjal akut serta reaksi
Cotran, 2007).
disebabkan oleh reaksi alergi obat, penyakit autoimun, infeksi atau infiltrasi
disfungsi tubular ginjal, dengan atau tanpa gagal ginjal. Terlepas dari tingkat
E. Uji Toksikologi
Uji toksikologi dibagi menjadi dua yaitu uji ketoksikan tak khas dan uji
ketoksikan khas. Uji ketoksikan tak khas adalah uji toksikologi yang dirancang
untuk mengevaluasi keseluruhan efek toksik suatu senyawa pada aneka ragam
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20
jenis hewan uji. Uji ketoksikan tidak khas yaitu uji ketoksikan akut, sub kronis
dan kronis. Uji ketoksikan khas adalah uji toksikologi yang dirancang untuk
mengevaluasi secara rinci efek toksik yang khas pada suatu senyawa pada semua
hewan uji. Yang termasuk dalam uji ketoksikan khas adalah uji potensiasi,
Uji toksisitas subakut atau yang disebut dengan subkronis ialah uji
ketoksikan suatu senyawa yang diberikan dengan dosis berulang pada hewan uji
tertentu, selama kurang dari tiga bulan. Uji ini ditujukan untuk mengungkapkan
spektrum efek toksik senyawa uji, serta untuk memperlihatkan apakah spektrum
efek toksik itu berkaitan dengan takaran dosis (Donatus, 2001). Tujuan lain dari
uji toksisitas subakut, yaitu untuk memperoleh informasi adanya efek toksik zat
yang tidak terdeteksi pada uji toksisitas akut, efek toksik setelah pemaparan
sediaan uji secara berulang dalam jangka waktu tertentu, dosis yang tidak
menimbulkan efek toksik dan mempelajari adanya efek kumulatif serta efek
reversibilitas setelah pemaparan sediaan uji secara berulang dalam jangka waktu
Uji toksisitas subakut terbagi dalam dua macam, yaitu uji toksisitas
subakut singkat oral selama 28 hari untuk menguji sediaan yang penggunaannya
secara klinis sekali pakai dan berulang dalam waktu kurang dari satu minggu. Uji
toksisitas subakut oral 90 hari untuk menguji sediaan yang penggunaannya secara
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21
klinis sekali pakai dan berulang dalam waktu satu sampai empat minggu (BPOM,
2014).
keseluruhan efek biologis yang ditimbulkan pada tempat aksi yang diberikan pada
rentang dosis tertentu. Uji toksisitas subakut dapat menentukan ketoksikan secara
kualitatif (pengaruh atau efek yang ditimbulkan terhadap jaringan dan plasma
darah) dan secara kualitatif (organ target dan efek yang ditimbulkan) dari
Prinsip uji toksisitas subakut adalah bentuk sediaan yang akan diujikan
dibagi dalam beberapa tingkat dosis diberikan setiap hari pada kelompok hewan
uji. Hewan uji harus diamati setiap hari selama waktu pemberian sediaan uji untuk
menentukan adanya toksisitas. Hewan uji yang yang mati selama waktu
pemberian sediaan uji harus segera di otopsi, organ dan jaringan dilakukan
sediaan uji, semua kelompok hewan uji yang masih hidup di otopsi dan dilakukan
Hewan uji disarankan satu jenis hewan dewasa sehat baik jantan maupun
betina. Hewan uji yang dipilih adalah hewan yang memiliki pola metabolisme
terhadap senyawa uji semirip mungkin dengan manusia (Donatus, 2001). Hewan
uji dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan yang dilakukan secara acak atau random (Gad, 2002). Derelanko dan
Hollinger (2002) jumlah hewan uji paling tidak sebanyak empat kelompok, yaitu
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22
satu kelompok kontrol dan tiga kelompok perlakuan peringkat dosis. Jumlah
hewan uji selama perlakuan paling tidak terdapat lima jantan dan lima betina
dalam tiap kelompok perlakuan. Hewan uji harus diadaptasikan terlebih dahulu
selama beberapa hari sebelum dilakukan perlakuan agar hasil percobaan yang
1. perubahan berat badan yang diperiksa paling tidak tujuh hari sekali,
4. pemeriksaan hematologi paling tidak diperiksa dua kali pada awal dan
5. pemeriksaan kimia darah paling tidak dua kali pada awal dan akhir uji
coba,
G. Asas Toksikologi
sebagai berikut.
oral akan menentukan ketersediaan senyawa induk atau metabolit di tempat aksi.
ketersediaan zat beracun di tempat aksi tertentu dan kerentanan makhluk hidup
terhadap racun. Kondisi makhluk hidup adalah keadaan fisiologi (berat badan,
jenis kelamin, dan kehamilan) serta patologi (penyakit) makhluk hidup dapat
berdasarkan sifat antara aksi antara racun dan tempat aksinya, dan berdasarkan
dan tempat kejadiaan mekanisme efek toksik digolongkan menjadi dua yaitu
mekanisme luka intrasel dan mekanisme luka ekstrasel. Mekanisme luka intrasel
diawali oleh racun pada tempat aksinya di dalam sel sasaran. Racun akan
berinteraksi dengan sasaran molekuler yang khas atau tak khas, melalui
mekanisme kimia. Tubuh akan memberi respon berupa perbaikan atau adaptasi
sebelum terjadi efek yang tidak diiginkan, tetapi apabila mekanisme pertahanan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
24
tubuh tidak lagi mampu memperbaiki akan timbul respon toksik berupa perubahan
c. Wujud efek toksik. Wujud efek toksik sesuatu racun dapat berupa
kekacauan biokimia terhadap luka sel, akibat antar aksi antara racun dan tempat
aksi terbalikan. Antar aksi yang terbalikan yang dimaksud adalah reaksi yang
terjadi antara molekul racun dan tempat aksi yang khas, seperti reseptor-reseptor
neurotransmitter, tempat aktif enzim, dan lain sebagainya. Jenis wujud efek toksik
d. Sifat efek toksik. Sifat efek toksik terdiri dari sifat terbalikan
toksik yang terbalikan jika kerusakan dapat kembali seperti keadaan normal.
Keterbalikan ini bergantung paa berbagai faktor, yaitu tingkat paparan (waktu dan
jumlah racun) dan kemampuan jaringan yang terkena untuk memperbaiki diri.
Dikatakan mengalami sifat tak terbalikan jika efek toksik yang terjadi tidak dapat
H. Keterangan Empiris
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Variabel Penelitian
1. Variabel utama
Variabel utama penelitian ini terdari dari variabel bebas dan tergantung.
a. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi dosis infusa biji alpukat
b. Variabel tergantung
organ ginjal akibat pemberian subakut infusa biji alpukat (P. americana
2. Variabel pengacau
hewan uji, yaitu tikus galur Sprague Dawley dengan berat badan 150-250
26
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
27
gram dan umur 2-3 bulan. Bahan uji yang digunakan, yaitu biji alpukat (P.
americana Mill.) yang mempunyai waktu panen, tempat tumbuh dan suhu
yang sama. Frekuensi pemberian infusa satu kali sehari selama 28 hari
patologis dan fisiologis dari tikus galur Sprague Dawley yang digunakan
dalam penelitian.
C. Definisi Operasional
Dosis infusa biji alpukat didefinisikan sebagai volume (mL) infusa biji
alpukat (P. americana Mill.) tiap kg berat badan subjek uji yang digunakan.
Infusa serbuk kering biji alpukat (P. americana Mill.) didapatkan dari
dengan menginfundasi 8,0 g serbuk kering biji alpukat (P. americana Mill.)
dalam 100,0 mL air pada suhu 90°C selama 15 menit, sehingga menghasilkan
3. Pemberian subakut
Pemberian infusa biji alpukat (P. americana Mill.) satu kali sehari
Sifat efek toksik yang mungkin adalah keterbalikan atau tak terbalikan.
5. Perubahan histopatologis
D. Bahan Penelitian
1. Bahan Penelitian
a. Biji alpukat (P. americana Mill.) yang ambil selama bulan Juni dan
b. Hewan uji yang digunakan, yaiu tikus galur Sparague Dawley umur 2-3
c. Aquadest untuk asupan minum dan sebagai pelarut infusa. Pelet AD-2
Mesin blender, timbangan digital, oven, blender, ayakan no. 40, dan
Kandang tikus (metabolic cage), jarum suntik per ora, spuit injeksi,
menyimpan organ.
1. Determinasi tanaman
Bahan uji pada penelitian ini yang digunakan adalah biji alpukat.Biji
alpukat diperoleh dari salah satu Depot Es Teller 77 yang berada di Galeria Mall
dikeringkan dengan dimasukkan kedalam oven yang sudah diatur suhunya, suhu
yang digunakan 500C selama 72 jam. Potongan biji yang telah kering kemudian
4. Penetapan kadar air serbuk kering biji alpukat (P. americana Mill.)
Serbuk kering biji alpukat (P. americana Mill.) yang sudah terayak,
kemudian serbuk dimasukkan dalam panci enamel dan dibasahi dengan aquadest
sebanyak dua kali berat serbuk. Sebanyak 100 mL pelarut aquadest ditambahkan
ke dalam panci enamel berisi serbuk yang telah dibasahi tersebut. Pemanasan
dilakukan pada suhu 90°C dan dijaga tetap dalam suhu tersebut selama 15 menit.
americana Mill.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
31
Peringkat dosis yang digunakan untuk dosis infusa biji alpukat (P.
americana Mill.) didasarkan pada masyarakat, yaitu ± 2 sendok makan (4g) yang
direbus dalam 250 ml air. Maka dosis perlakuan adalah 4g/70kgBB manusia. Dari
konsentrasi maksimal infusa biji alpukat adalah 8g/100ml dengan berat hewan uji
sebesar 350mg, dan volume maksimal pemberian infusa secara p.o 5ml.
D x BB = C x V
D = 1142,8 ml/kgBB
Maka dari hasil data dapat dihitung dosis rendah dan dosis tinggi yang akan
diberikan kepada hewan uji. Untuk menentukan peringkat dosis adalah sebagai
berikut.
Dari faktor kelipatan diatas maka dapat diperoleh 4 peringkat dosis sebagai
berikut.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
32
tertinggi untuk mengetahui jumlah volume maksimal yang harus diberikan pada
D x BB = C x V
D x 350 g = 1 g/100 ml x 5 ml
D = 14285 mg/kgBB
Hewan uji yang digunakan uji toksisitas subakut terdiri dari tikus jantan
dan betina, galur Sparague Dawley, umur 2-3 bulan, berat badan 150-250 g,
berjumlah 50 ekor (25 jantan dan 25 betina) disiapkan dan ditempatkan dalam
kandang. Satu kandang metabolic cage berisi satu tikus sesuai kelompok dosis,
betina dan jantan dipisahkan. Tiga hari sebelum perlakuan hewan uji
Hewan uji tikus diberikan asupan pakan berupa pellet AD-2 setiap hari
sebanyak 30 g dan dilakukan pemberian pakan setiap harinya selama 28 hari masa
Hewan uji tikus diberikan minum berupa air reverse osmosis setiap hari
reversibilitas. Minuman diberikan dalam wadah botol berskala dengan pipa yang
Hewan uji yang dibutuhkan sebanyak lima puluh ekor tikus yang dibagi
ekor tikus (lima jantan dan lima betina). Kelompok I merupakan kontrol yang
perlakuan infusa biji alpukat (P. americana Mill.) dengan 4 peringkat dosis yaitu
hari berturut-turut. Hewan uji yang telah diberi perlakuan setelah 28 hari, masing-
masing kelompok perlakuan infusa biji alpukat (P. americana Mill.) diambil tiga
ekor tikus untuk di lakukan pembedahan agar dapat diamati perubahan struktural
yang terjadi pada organ ginjal tikus. Dua ekor tikus yang tidak dibedah pada awal
perlakuan di biarkan selama 14 hari untuk reversibilitas tanpa di beri infusa biji
alpukat (P. americana Mill.) hanya di beri asupan makan dan minum saja.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
34
Hewan uji yang akan dibedah dikorbankan terlebih dahulu dengan cara
anestetika overdosis, yakni memasukkan tikus kedalam wadah tertutup berisi eter
yang akan diinhalasi oleh tikus. Hewan uji yang telah dibedah dibedah kemudian
diambil organ yang diinginkan dengan menggunakan pinset dan gunting bedah,
kemudian organ dicuci dengan NaCl 0,9% dan dimasukkan ke dalam pot formalin
10% untuk diawetkan. Hewan uji yang sudah diambil organnya, dimasukkan ke
dalam kantong plastik dan dibungkus lagi dengan kertas, diletakkan di dalam tas
a. Trimming
b. Dehidrasi
jaringan dengan menggunakan cairan dehidran seperti etanol atau iso propil
alkohol.
c. Embedding
dalam ‘base mold’, setelah melalui proses dehidrasi. Kemudian diisi dengan
parafin cair, kemudian dilekatkan pada balok kayu ukuran 3x3cm atau pada
embedding cassette. Jaringan yang sudah dilekatkan pada balok kayu atau cassette
disebut blok. Fungsi dari balok kayu atau cassette adalah untuk pemegang pada
d. Cutting
e. Staining / Pewarnaan
sedangkan untuk pewarnaan khusus jamur digunakan teknik PAS, kuman tahan
asam digunakan teknik Ziehl-Neelsen. Badan inklusi digunakan teknik Page Gren,
Chlamydia digunakan teknik Pinkerton dan untuk deteksi virus digunakan teknik
immunoperoksidase.
f. Mounting
kebutuhan dan ditutup dengan „coverglass‟ jangan sampai ada gelembung udara
dibawah coverglass.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
36
morfologi yang terjadi dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Data ini
digunakan untuk melihat hubungan antara dosis dan spektrum efek toksik.
2. Uji reversibilitas
hari yang dilakukan pada dua hewan uji yang tersisa baik pada kelompok
perlakuan empat peringkat dosis maupun pada kelompok kontrol. Pada uji
aquadest pada kelompok kontrol pada hewan uji dihentikan, namun tetap
diberikan asupan makan maupun minum. Setelah hari ke-15 maka dilakukan
pembedahan pada seluruh tikus pada uji reversibilitas dan dilakukan pengamatan
histopatologis.
menentukan volume infusa biji alpukat yang diberikan setiap harinya namun data
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
37
yang digunakan sebagai data pendukung adalah data penimbangan hewan uji tiap
minggunya. Data penimbangan berat badan hewan uji dihitung purata perubahan
berat badan tiap kelompok hewan uji pada hari ke-0, 7, 14, 21 dan 28. Data
perubahan berat badan hewan uji antar minggu dan kelompok perlakuan dianalisis
secara statistik dengan analisis General Linear Model (metode Multivariate). Dari
hasil General Linear Model (metode Multivariate) akan terbaca nilai signifikansi
(sig.) berat badan sehingga akan tampak adanya perubahan berat badan yang
Data asupan pakan dan minum dianalisis dengan cara menghitung purata
makanan dan minuman yang dihabiskan tiap kelompok hewan uji setiap harinya,
kemudian dibuat grafik perubahan pola makan dan minum hewan uji.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
38
Hewan uji ditempatkan dalam metabolic cage secara acak dan diadaptasikan
selama 3 hari sebelum memulai perlakuan
Hewan uji diberi infusa biji alpukat secara peroral dan diberi asupan
pakan pada :
Dilakukan pengukuran asupan pakan, minum dan pengamatan berat badan selama 28 hari
setiap pagi
Selama 28 hari injeksi infusa biji alpukat secara peroral pada hewan uji dilakukan
pada jam yang sama dengan hari pertama
Pada hari ke-29 diambil 3 hewan uji untuk dilakukan pembedahan dan
pengamatan histopatologi
Kemudian 2 hewan uji sisanya didiamkan selama 14 hari untuk uji reversibilitas,
pada hari ke-15 diakukan pembedahan dan pengamatan histopatologi
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB IV
perubahan histopatologis struktural organ ginjal pada tikus galur Sprague Dawley
yang diberi infusa biji alpukat. Agar lebih memperjelas lagi, tujuan khusus
penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat efek toksik yang ditimbulkan infusa
biji alpukat (P. americana Mill.) pada organ ginjal tikus Sprague Dawley.
Penelitian ini juga dilakukan untuk melihat reversibilitas efek toksik yang terjadi
pada organ ginjal, perubahan yang dilihat berdasarkan analisis kualitatif histologis
ginjal tikus.
Mill., penetapan kadar air serbuk biji P. americana Mill., serta pemeriksaan
histologis ginjal tikus. Data pendukung dalam penelitian ini yaitu data asupan
pakan dan asupan minum, dan data berat badan. Data berat badan di analisis
dengan General Linear Model (metode Multivariate). Data asupan pakan dan
minum dibuat grafik untuk melihat apakah pemberian infusa biji P. americana
Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji alpukat (P.
americana Mill.). Tujuan dari determinasi ini adalah untuk membuktikan bahwa
serbuk yang digunakan adalah benar biji dari tanaman P. americana Mill.
39
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
40
Sehingga tidak akan terjadi kesalahan dalam penyiapan bahan yang akan
kandungan air dalam serbuk biji alpukat (P. americana Mill.), agar diketahui
bahwa serbuk simplisia tersebut memenuhi persyaratan kadar air yang baik atau
tidak. Kadar air yang baik dalam serbuk simplisia yaitu kurang dari 10%
Metode yang digunakan dalam penetapan kadar, yaitu metode Gravimetri dengan
balance dan dipanaskan pada suhu 1050C selama 15 menit. Hasil yang didapatkan
bahwa serbuk biji alpukat (P. americana Mill.) memiliki kadar air sebesar 5,63 %,
maka serbuk biji alpukat (P. americana Mill.) memenuhi syarat kadar air yang
sudah ditentukan.
pemejanan infusa sebagai bahan yang hendak dilihat pengaruhnya pada kelompok
perlakuan. Dosis rendah infusa diambil dari penggunaan adalah serbuk biji P.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
41
250 mL air, maka dianggap dosis penggunaan infusa biji alpukat (P. americana
Mill.) pada manusia adalah 4 g/70 kgBB manusia. Sehingga dibutuhkan konversi
dan pembagi sebesar 1,78. Hasil perhitungan diperoleh empat peringkat dosis
secara berturut yaitu, 202,24 mg/kgBB; 360 mg/kgBB; 640,8 mg/kgBB; dan
1140,6 mg/kgBB.
struktural pada organ ginjal. Data histopatologis organ ginjal kelompok perlakuan
selama 28 hari, sebagian hewan uji (tiga jantan dan tiga betina) dikorbankan dan
yang lain (dua jantan dan dua betina) dikorbankan 14 hari kemudian untuk uji
1
IBA 640,8 mg/kgBB -
(33,3%)
1
IBA 1140,6 mg/kgBB -
(33,3%)
dua hewan uji mengalami degenerasi hidropik (Gambar 8). Degenerasi hidropik
ditandai dengan adanya sel yang membengkak, adanya ruang kosong (vakuola)
degenerasi hidropik ini bersifat reversibel dan degenerasi hidropik ini terjadi
karena ada gangguan transport aktif dan memberikan pengaruh osmosis yang
menyebabkan influks air kedalam sel sehingga terjadi perubahan morfologis, yaitu
sel yang menjadi bengkak (Robbins, Cotran dan Kumar, 2007). Pada kontrol
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
43
ini membuktikan pada kedua peringkat dosis (202,24 mg/kgBB dan 360
struktur organ ginjal hewan uji jantan. Pada dosis infusa biji alpukat 640,8
mg/kgBB dua hewan uji tidak mengalami perubahan secara struktural pada organ
ginjal, sedangkan satu hewan uji jantan mengalami perubahan struktural pada
merupakan kelainan pada ginjal di mana ruang antara tubulus ginjal ditemukan
interstitialis bukan disebabkan oleh karena senyawa IBA yang diberikan, karena
Kemungkinan keadaan awal tikus sebelum perlakuan dosis 640,8 mg/kgBB sudah
mengalami nefritis interstitialis. Pada dosis infusa biji alpukat 1140,6 mg/kgBB
dua hewan uji tidak terjadi perubahan pada organ ginjal secara histopatologis,
infusa biji alpukat, karena kejadian yang sama juga terjadi pada kelompok
kontrol.
1
IBA 360 mg/kgBB -
(33,3%)
2
IBA 640,8 mg/kgBB -
(66,6%)
1
IBA 1140,6 mg/kgBB -
(33,3%)
hewan uji tidak mengalami perubahan, sedangkan satu hewan uji mengalami
degenerasi hidropik (Gambar 8). Pada kelompok perlakuan dosis infusa biji
alpukat 202,24 mg/kgBB tidak terjadi perubahan struktural pada organ ginjal
tikus. Hal ini membuktikan pada pemberian dosis infusa biji alpukat 202,24
ginjal hewan uji betina. Sebagian hewan pada kelompok infusa biji alpukat 360
hidropik. Degenerasi hidropik yang terjadi bukan akibat perlakuan infusa biji
alpukat, karena kejadian yang sama juga terjadi pada kelompok kontrol.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
46
oleh perlakuan, namun merupakan akibat faktor patologis dari individu tikus itu
sendiri, dilihat dengan cara dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan secara pararel oleh Wati (2015) yang
melaporkan adanya kadar Blood Urea Nitrogendan kreatinin masih dalam batas
normal. Jadi pada pemberian infusa biji alpukat selama 28 hari menunjukkan tidak
peningkatan dua kali lipat dari kadar normal kreatinin pada manusia
terhadap ginjal, sehingga untuk lebih memastikan hubungan efek toksik yang
ditimbulkan oleh infusa biji P. americana Mill. perlu dilakukan uji toksisitas
subakut infusa biji P. americana Mill. yang lebih dari 28 hari, yakni 90 hari agar
dapat melihat efek toksik yang lebih jelas terhadap hewan uji tikus yang dilihat
dari gambaran histopatologis dan juga pengukuran kadar Blood Urea Nitrogen
dan kreatinin.
E. Uji Reversibilitas
yang terjadi akibat pemberian infusa biji P. american Mill. terhadap ginjal bersifat
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
47
terbalikan atau tak terbalikan. Terbalikan berarti bahwa efek toksik yang terjadi
dapat kembali seperti keadaan normal sebelum terjadi efek toksik jika pemberian
perlakuan infusa biji P. americana Mill dihentikan. Tak keterbalikan berarti efek
biji P. americana Mill. dihentikan struktur dan fungsi organ ginjal tidak dapat
DH NI
Tabel III dapat dilihat bahwa pada saat uji reversibilitas kondisi
patofisiologi pada organ ginjal tikus jantan sudah kembali secara normal, tetapi
pada kelompok perlakuan dosis IV infusa biji alpukat 640,8 mg/KgBB masih
struktural histologis tikus infusa biji alpukat 640,8 mg/KgBB bukan akibat
reversibel.
DH NI
IBA202,24 mg/kgBB - -
infusa biji alpukat 1140,6 mg/KgBB. Degenerasi hidropik yang terjadi pada infusa
biji alpukat 1140,6 mg/KgBB bukan karena perlakuan karena pada kelompok
kontrol degenerasi hidropik juga terjadi. Oleh karena itu, sifat efek toksik infusa
Perubahan berat badan hewan uji berkaitan erat dengan kondisi fisik hewan
hewan uji dan untuk menyesuaikan pemberian infusa biji P. americana Mill.
gizi yang terkandung dalam pakan. Pengukuran berat badan tikus dapat
selama perlakuan.
Perubahan berat badan dapat digunakan sebagai salah satu pertanda atau
penampakan umum suatu kondisi fisik tikus. Hal ini bisa terjadi karena hewan uji
berkembangnya sel yang salah satunya ditandai dengan kenaikan berat badan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
50
asupan makan yang dikonsumsi atau bisa juga disebabkan adanya suatu penyakit.
berdampak penurunan berat badan karena konsumsi makanan yang tidak cukup.
Data berat badan yang diuji dengan analisis General Linear Model (metode
Multivariate).
Purata data berat badan hewan uji jantan maupun betina (Tabel V dan
Tabel VI) menunjukkan adanya kenaikan berat badan hewan uji pada kelompok
kontrol aquadest maupun kelompok perlakuan infusa biji P. americana Mill. Data
yang diperoleh lalu di analisis menggunkan uji General Linear Model (metode
Multivariate) terhadap perubahan berat badan hewan uji tikus jantan (Tabel V)
yang dibandingkan mulai dari hari ke-0 sampai hari ke-28 menunjukkan hasil
yang berbeda bermakna antara kelompok kontrol aquadest dan perlakuan infusa
biji P. americana Mill. (p<0,05) (lampiran9). Pada tikus betina perubahan berat
badan (Tabel VI) menunjukkan hasil berbeda bermakna antara kelompok kontrol
(Lampiran 10). Hasil data tersebut artinya, ada perubahan berat badan pada hewan
uji, namun perubahan berat badan ini disebabkan oleh proses pertumbuhan dari
IBA
202,24
II 199,8+9,6 202,8+12,1 210,8+14,6 238,4+12,1 262,2+12,1
mg/kgBB
IBA 360
III mg/kgBB 154,8+1,8 195+7,1 228,8+5,1 255+11,6 271,4+9,0
IBA
640,8
IV 198,6+12,2 214,2+8,8 220,6+10,5 242,4+9,0 259+10,3
mg/kgBB
IBA
V 1140,6 192,8+13,8 192,2+8,2 193,2+6,6 216,6+6,1 221,6+20,2
mg/kgBB
Keterangan :
IBA = Infusa Biji Alpukat
SE = Standar Error of Mean
Dosis I = Kontrol aquadest dosis 14285 mg/kgBB
Dosis II = Perlakuan infusa biji P. americana Mill. 202,24 mg/kgBB
Dosis III = Perlakuan infusa biji P. americana Mill. 360 mg/kgBB
Dosis IV = Perlakuan infusa biji P. americana Mill. 640,8 mg/kgBB
Dosis V = Perlakuan infusa biji P. americana Mill. 1140,6 mg/kgBB
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
52
jantan dan betina, dapat dilihat dari grafik bahwa semua kelompok perlakuan
mempunyai profil yang sama, yaitu adanya kenaikan berat badan dari hewan uji.
Hal ini berarti seiring dengan bertambahnya waktu dan masa pertumbuhaan
hewan uji maka akan disertai dengan peningkatan berat badan. Dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa infusa biji alpukat tidak mempengaruhi berat badan
tikus jantan maupun tikus betina namun peningkatan yang dialami oleh hewan uji
lebih dipengaruhi oleh proses pertumbuhan dari tikus jantan maupun tikus betina
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
53
karena seiring bertambahnya waktu dari hari ke-0 sampai hari ke-28 dan
300
250
Kontrol
Berat Badan (g)
200
Dosis I
150
Dosis II
0
Hari 0 Hari 7 Hari 14 Hari 21 Hari 28
300
250
Berat Badan (g)
200 Kontrol
Dosis I
150
Dosis II
100 Dosis III
Dosis IV
50
0
Hari 0 Hari 7 Hari 14 Hari 21 Hari 28
Pada penelitian ini, data asupan pakan dijadikan sebagai data pendukung
untuk memastikan apakah perubahan berat badan yang terjadi pada hewan uji
merupakan akibat dari pemberian biji P. americana Mill. atau merupakan proses
alami yang terjadi pada hewan uji yang mengalami pertumbuhan usia sehingga
Pakan yang digunakan untuk hewan uji, yaitu AD2 sejumlah 30 g setiap
hari. Jumlah pakan yang dimakan tikus pada hari pertama akan dihitung dengan
mengurangkan jumlah pakan yang masih ada paa hari kedua dengan jumlah pakan
yang diberikan di hari pertama. Grafik asupan pakan untuk tikus jantan dan betina
menunjukkan pola makan yang mirip dengan kelompok kontrol, sehingga dapat
pola makan hewan uji. Perubahan berat badan yang terjadi pada hewan uji
30.00
25.00
Makan (g) 20.00 Kontrol
15.00 Dosis 1
Dosis 2
10.00
Dosis 3
5.00
Dosis 4
0.00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728
Hari
30.00
25.00
20.00
Kontrol
Pakan (g)
15.00 Dosis 1
Dosis 2
10.00
Dosis 3
5.00 Dosis 4
0.00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728
Hari
ini. Hewan uji diberikan minuman yang sama reverse osmosis 100 ml setiap
harinya. Volume yang tersisa pada hari kedua diukur dan akan dikurangi dengan
volume yang diberikan pada hari pertama. Asupan minum yang dikonsumsi oleh
tikus jantan maupun betina dihitung setiap hari dan dibuat grafik agar dapat
mengetahui pola asupan minum hewan uji. Pada gambar 15 dan 16 dapat dilihat
bahwa pemberian infusa biji P. americana Mill. tidak mempengaruhi pola minum
hewan uji. Dilihat dari grafik untuk tikus jantan dan betina setiap kelompok
perlakuan tiap dosis menunjukkan pola minum yang mirip dengan kelompok
kontrol aquadest.
35.00
30.00
25.00
Minum (ml)
Kontrol
20.00
Dosis 1
15.00
10.00 Dosis 2
5.00 Dosis 3
0.00 Dosis 4
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728
Hari
35.00
30.00
Minum (ml) 25.00
Kontrol
20.00
15.00 Dosis 1
10.00 Dosis 2
5.00 Dosis 3
0.00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728 Dosis 4
Hari
BAB V
A. Kesimpulan
1. Infusa biji alpukat (Persea americana Mill.) yang diberikan selama 28 hari
2. Tidak dapat ditentukan sifat efek toksik akibat pemberian infusa subakut biji
B. Saran
amaricana Mill. dalam jangka waktu yang lebih lama dari 28 hari, yakni 90
58
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
59
DAFTAR PUSTAKA
Alhassan, A.J., Sule, M.S., Atiku, A.M., Wudil H., Abubakar, S.A., dan
Mohamed, 2012, Effects of aqueous avocado pear (Persea americana) seed
extract on alloxan induced diabetes rats, Greener Journal of
MedicalSciences, 2 (1), 5-11.
Anaka, O.N., Ozolua, R. I., Okpo, S.O., 2009, Effect of the Aqueous Seed Extract
of Persea americana Mill. (Lauraceae) on the Blood Pressure of Sprague-
Dawley Rats, African Journal of Pharmacy and Pharmacology, 3(10), 485-
487.
Arukwe, U., Amadi, B., Duru, M., Agomuo,E., Adindu, E., Odika, P., Lele,K.C.,
Egejuru, L., Anudike,J., 2012, Chemical Composition of Persea americana
Leaf, Fruit and Seed, IJRRAS 11(2), 347.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2010, Acuan Sediaan
Herbal, 5 (1), Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia,
hal. 6.
Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2014, Pedoman Uji Toksisitas Nonklinik
Secara In Vivo, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia,
Jakarta, pp. 39-43.
Derelanko, M.J., and Hollinger, M.A., 2002, Handbook of Toxicology, 2th Ed.,
CRC Press LLC, USA, pp. 456-464.
Gad, S. C., 2002, Drug Safety Evaluation, John Wiley and Sous Inc., New York,
pp. 237, 238, 240.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
60
Guyton, A.C., dan Hall,J.E., 2006, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 324-326.
Hertarinda, 2013, Uji Toksisitas Subkronis Infusa Daun Sirih Merah (Piper
crocatum Ruiz &Pav.) PadaTikus: Studi Terhadap Gambaran Mikroskopis
Ginjal Dan Kadar Kreatinin, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
Kumar, V., Abbas, A.K., dan Fausto, N., 2010, Pathologic Basis of Disease, 7th
ed., diterjemahkan oleh Brahm, U., EGC, Jakarta, hal. 976-1042.
Leeson, C.R., 1996, Buku Ajar Histologis, diterjemahkan oleh Tambayong, J.,
Edisi 5, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal.561.
Lim, T.K., 2012, Edible Medical and Non-Medical Plants, Books 3, Spingers
Dordrecht Heidelbergh, London, New York, pp.79-81.
Malangngi, L., Meiske, S., Jessy, J., 2012, Penentuan Kandungan Tanin dan Uji
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill),
Jurnal MIPA UNSRAT, 1 (1), 5-10.
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
61
Owolabi, M.A., Jaja, S.I., Coker, H. A., 2005, Vasorelaxant action of aqueous
extract of the leaves of Persea americana on isolated thoracic rat aorta,
Fitoterapia, 76, 567–573.
Robbins, S. L., Cotran, R. S., Kumar, V., 2007, Jejas, Adaptasi, dan Kematian Sel
Dalam Buku Ajar Patologi I, vol 1, EGC, Jakarta, pp. 26.
Sherwood, L., 2006, Textbook of Human Physiology, 2th ed., EGC, Jakarta,
pp.454-458.
SIU School of Medicine, 2005, Histology Study Guide: Kidney and Urinary
Tract,http://www.siumed.edu/~dking2/crr/rnguide.html. Diakses pada
tanggal 19 Januari 2015
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
62
Stine, K. B., dan Brown, T. M., 1996, Principles of Toxicology, Lewis Publisher,
CRC Press. Inc, USA, pp. 74-80.
Wahyuningsih, B., 2015, Uji Toksisitas Akut Infusa Biji Alpukat (Persea
americana Mill.) Pada Mencit Galur Swiss, Skripsi, Fakultas
Farmasi,Universitas Sanata Dharma.
Wati, C. D., 2015, Uji Toksisitas Subakut Infusa Biji Persea americana Mill.
Pada Tikus Galur Sprague Dawley Terhadap Kadar Blood Urea Nitrogen
Dan Kreatinin, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
Yoseph, G. K., 2013, Efek Nefroprotektif Pemberian Jangka Panjang Infusa Biji
P. americana Mill. terhadap Kadar Kreatinin dan Gambaran Histopatologis
Ginjal Tikus Terinduksi Karbon Tetraklorida, Skripsi, Fakultas Farmasi,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
63
LAMPIRAN
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
64
LAMPIRAN
Cases
Report
Infusabijialpu N 5 5 5 5 5
kat 202,24 Mean 178,8000 185,0000 193,4000 220,2000 239,0000
mg/kgBB Std. Deviation 17,09386 27,00926 37,82592 24,95396 20,97618
Between-Subjects Factors
Value Label N
c
Multivariate Tests
a. Exact statistic
b. The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the significance level.
c. Design: Intercept + kelompok_perlakuan
a
Levene's Test of Equality of Error Variances
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is
equal across groups.
a. Design: Intercept + kelompok_perlakuan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
73
Cases
Report
Infusabijialpukat N 5 5 5 5 5
202,24 mg/kgBB Mean 173,2000 186,4000 173,0000 184,4000 199,0000
Between-Subjects Factors
Value Label N
c
Multivariate Tests
a. Exact statistic
b. The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the significance level.
c. Design: Intercept + Kelompok
a
Levene's Test of Equality of Error Variances
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is
equal across groups.
a. Design: Intercept + kelompok_perlakuan
PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
76
BIOGRAFI PENULIS