Anda di halaman 1dari 134

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas


rahmat dan karuniaNya sehingga program Monitoring dan Evaluasi dapat kami
selesaikan.

Kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan program ini dengan baik.

Dengan terselesaikannya program ini kami dapat berharap dukungan dan


pengertian semua pihak, khususnya guru dan karyawan SMP Negeri 2 Lamongan
bahwa program dan pelaksanaan monev dilaksanakan semata-mata untuk
peningkatan mutu SMP Negeri 2 Lamongan.

Kami mengakui bahwa program ini sangat sederhana dan belum sempurna,
untuk itu masukan yang bersifat membangun sangat kami harapkan.

Semoga dengan program monitoring dan evaluasi ini dapat meningkatkan


mutu pendidikan di SMP Negeri 2 Lamongan.

Lamongan, Agustus 2014


Kepala SMP Negeri 2 Lamonngan,

Jumaidi, S.Pd.M.Pd
Pembina Tingkat I
NIP. 19670512 199003 1 013
A. Latar Belakang

Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Standar Isi merupakan suatu kegiatan


yang rencananya akan diselenggarakan secara rutin dalam periode tertentu. Antara
monitoring dan evaluasi merupakan 2 kegiatan berbeda, namun tidak dapat
dipisahkan satu dengan lainnya. Monitoring atau pemantauan merupakan suatu
kegiatan mengamati secara seksama suatu keadaan atau kondisi, termasuk juga
perilaku atau kegiatan tertentu, dengan tujuan agar semua data masukan atau
informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan tersebut dapat menjadi landasan
dalam mengambil keputusan tindakan selanjutnya yang diperlukan. Tindakan
tersebut diperlukan seandainya hasil pengamatan menunjukkan adanya hal atau
kondisi yang tidak sesuai dengan yang direncanakan semula.
Sementara itu, evaluasi merupakan kegiatan yang menilai hasil yang
diperoleh selama kegiatan pemantauan berlangsung. Lebih dari itu, evaluasi juga
menilai hasil atau produk yang telah dihasilkan dari suatu rangkaian program
sebagai dasar mengambil keputusan tentang tingkat keberhasilan yang telah
dicapai dan tindakan selanjutnya yang diperlukan.
Dalam konteks ini, kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan terhadap
pelaksanaan Standar Isi, proses, dan penilaian dalam kurikulum KTSP. Kegiatan
monitoring dan evaluasi ini sangat penting dilakukan untuk mengetahui efektivitas
dan ketercapaian pelaksanaan standar isi, proses, maupun penilaian yang dilakukan
dalam suatu lembaga pendidikan dasar dan menengah.

B. Landasan Program
Program ini disusun berdasarkan :
1.Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 Tahun 2003
2.Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentan Standar Nasional Pendidikan
3.Permendiknas nomor 22, 23, 24 Tahun 2006 tentang Standar Isi, SKL , dan
pelaksanaan SI dan SKL
4. Rapat dinas guru dan karyawan SMP Negeri 2 Lamongan dan rapat koordinasi
Wakasek dan Koordinator tentang penyusunan program Monitoring dan Evaluasi
SMP Negeri 2 Lamongan Tahun Pelajaran 2013 – 2014 tanggal 14 Juli 2013.

C. Tujuan
Salah satu tujuan disusunnya program monitoring dan evaluasi ini adalah
untuk mengetahui sejauh mana efektivitas dan ketercapaian pelaksanaan standar
isi, proses, maupun penilaian yang dilakukan oleh tenaga pendidik di SMP Negeri
2 Lamongan.

D. Jadwal Monitoring dan Evaluasi ( Terlampir)

E. Pelaksanaan

Dalam melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi, Kepala Sekolah


dibantu oleh Wakasek dan Koordinator SMP Negeri 2 Lamongan.
Dasar pertimbangan kebijakan ini kurang lebih sebagai berikut:
1.Terbatasnya waktu (kesempatan Kepala Sekolah)
2.Kepala Sekolah mempunyai wewenang dalam pelimpahan tugas dan wewenang
kepada wakil dan koordinator.

F. Evaluasi Program
Program monitoring dan evaluasi ini akan dievaluasi pada akhir pelaksanaa
Monev ( Jadwal disesuaikan )

G. Penutup
Demikianlah program monitoring dan evaluasi (monev) ini disusun dengan
harapan semoga program ini dapat terlaksana dengan sebaik baiknya. Sehingga
harapan untuk meningkatkan sumber daya manusia dan peningkatan mutu
pendidikan di SMP Negeri 2 Lamongan isnya’ Allah akan terwujud

Lamongan, Agustus 2013


Kepala SMP Negeri 2 Lamongan,

Jumaidi, S.Pd.M.Pd
Pembina Tingkat I
NIP. 19670512 199003 1 013
PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN
DINAS PENDIDIKAN
SMP NEGERI 2 LAMONGAN
Jl. Veteran No. 3, Telp. (0322) 321490 Fax.: 0322312505
e-mail: smp2la@yahoo.co.id
web: smpn2lamongan.sch.id
Blog : www.smpn2lamongan.wordpress.com
LAMONGAN 62212

SURAT TUGAS
Nomor : 800/ /413.101.202/2011
Tentang
Pengangkatan Kepala Laboratorium IPA
SMP Negeri 2 Lamongan
Tahun Pelajaran 2012-2013

Menimbang : Bahwa dalam rangka memperlancar Proses Belajar Mengajar (KBM) dan
Program di SMP Negeri 2 Lamongan, perlu mengangkat Kepala Laboratorium
Mengingat : IPA
1. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
2. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990
3. Keputusan Mendikbud Nomor 025/O/1995
4. Rapat Dinas Guru dan Karyawan SMP Negeri 2 Lamongan, tanggal 9 Juli
2012
5. Program Kerja Sekolah dan Program Komite SMP Negeri 2 Lamongan
Tahun Pelajaran 2012-2013
6. SK Kepala SMP Negeri 2 Lamongan Nomor 800/167 /413.101.202/2010
tanggal 11 Juli 2011 tentang Pembagian Tugas Guru / Karyawan Tahun
Pelajaran 2011/2012.

Memutuskan

Menetapkan :
Pertama : Bahwa ; 1. Nama : MUCHAMAD MUIF, S.Pd
2. NIP : 19590810 198103 1 019
3. Jabatan : Guru
4. Pangkat/Golongan : Pembina TK.I IV/b
Kedua : Surat Keputusan ini berlaku Terhitung mulai tanggal 12 Juli 2011 sampai dengan
30 Juni 2012, diangkat sebagai Kepala Laboratorium IPA pada SMP Negeri 2
Lamongan dan diberikan tunjangan jabatan sesuai dengan anggaran yang ada.
Dengan catatan bahwa :
a. Segala biaya yang timbul akibat pelaksanaan Surat Keputusan ini dibebankan
pada anggaran yang sesuai
b. Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam Surat Keputusan ini akan
diadakan perbaikan kembali sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Lamongan
Pada tanggal : 11 Juli 2011
Kepala SMP Negeri 2 Lamongan

Drs. Djanadi, MM
Pembina Utama Muda
Tembusan : NIP. 19590610 198803 1 009
1. Yth. Kepala Dinas Pendidikan Prop. Jatim
Up. Kabid. Dikmenum Dinas Pendidikan Prop. Jatim
2. Yth. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Lamongan
Up. Ka sub bag Kepegawian Kab. Lamongan
3. Yth. Kabid. Dikmenumjur Dinas Pendidikan Kab. Lamongan
4. Yth. Pengawas Dikmenumjur Dinas Pendidikan Kab. Lamongan
 Bahasa Indonesia Community
o Just another WordPress.com weblog
o Pages
 KAJIAN BAHASA INDONESIA S-1 PGSD
 Bahan Perkuliahan
 BANK SOAL BAHASA INDONESIA PER KD
 BERITA PENDIDIKAN
 BIOGRAFI
 BUKU PTK
 Materi ICT -S-1
 MATERI PBI S-1 PGSD
 Proposal PTK
 PTK BAHASA
 SERAH TERIMA KASEK SMPN 3 NGIMANG
 Silabus S-1 PGSD
 STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PTK
 Syndicate
o Entries
o Comments
 Meta
o Register
o Log in

 Home
 KAJIAN BAHASA INDONESIA S-1 PGSD
 Bahan Perkuliahan
 BANK SOAL BAHASA INDONESIA PER KD
 BERITA PENDIDIKAN
 BIOGRAFI
 BUKU PTK
 Materi ICT -S-1
 MATERI PBI S-1 PGSD
 Proposal PTK
 PTK BAHASA
 SERAH TERIMA KASEK SMPN 3 NGIMANG
 Silabus S-1 PGSD
 STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PTK

STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PTK


STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PTK 1)
Oleh Sujak, S.Pd., M.Pd 2)

1. Pendahuluan

Belajar bukan merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi ke dalam kepala
seorang peserta didik. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan siswa itu sendiri.
Penjelasan dan peragaan oleh mereka sendiri, tidak akan menuju ke arah belajar yang sebenarnya
dan tahan lama. Hanya cara belajar aktif saja yang akan mengarah pada pengertian ini.

Pada saat kegiatan belajar aktif, siswa melakukan sebagian besar pekerjaan yang harus
dilakukan. Mereka menggunakan otak-otak mereka…mempelajari gagasan-gagasan,
memecahkan berbagai masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif
merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung, dan secara pribadi menarik hati. Sering
kali siswa hanya terpaku di tempat-tempat duduk mereka, berpindah-pindah dan berpikir keras.

Untuk mempelajari sesuatu dengan baik, belajar aktif membantu siswa untuk mendengarkan,
melihat/membaca, mengajukan pertanyaan tentang pelajaran tertentu, dan mendiksusikannya
dengan yang lain. Yang paling penting siswa perlu “melakukan” memecahkan masalah sendiri,
menemukan contoh-contoh, mencoba keterampilan-keterampilan, dan melakukan tugas-tugas
yang bergantung pada pengetahuan yang telah mereka miliki atau yang harus mereka capai.

Kita tahu bahwa siswa belajar paling baik dengan cara melakukan. Hal seperti itu pernah
dikatakan oleh Confusius pada 2400 tahun yang lalu. Mereka mengatakan:

Apa yang saya dengar, saya lupa

Apa yang saya lihat, saya ingat.

Apa yang saya lakukan, saya paham.

Pendapat di atas dipertegas kembali oleh Silberman (1996:2) bahwa apa yang saya dengar, saya
lupa. Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit. Apa yang saya dengar, lihat, dan
tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham. Apa yang saya
dengar, lihat, diskusikan, dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Apa
yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai.

Semua pendapat di atas dalam pembelajaran perlu kita dalami dan diaktualisasikan dalam
strategi pembelajaran dalam bentuk prosedur pembelajaran.

1. Strategi Pembelajaran

Pada akhir abad kesembilan belas para ahli bahasa berusaha mengembangkan kualitas
pembelajaran bahasa. Para ahli tersebut mengkaji prinsip-prinsip umum dan teori yang berkaitan
dengan bahasa yang dipelajari, bagaimana pengetahuan bahasa itu direpresentasikan dan
diorganisasikan di dalam memori, atau bagaimana bahasa itu sendiri dibentuk. Para ahli bahasa
tersebut akhirnya mengkolaborasikan prinsip-prinsip dan pendekatan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara teoritis ke dalam desain program pembelajaran bahasa yang
sering disebut strategi pembelajaran. Menurut Hasibun (1988:3) dan Raka Joni (1984:2) Strategi
adalah pola umum perbuatan guru-siswa di dalam perwujudan kegiatan belajar-mengajar.
Pengertian strategi dalam hal ini menunjuk kepada karakteristik abstrak dari rentetan perbuatan
guru-siswa di dalam peristiwa belajar mengajar. Adapun strategi pembelajaran menurut
Saliwangi (1988:2) terdiri atas metode dan teknik (prosedur) yang akan menjamin bahwa siswa
betul-betul mencapai tujuan. Strategi lebih luas daripada metode atau teknik.

Beberapa contoh strategi pembelajaran

Contoh 1: Pembelajaran berbasis kontekstual, yang mengintegrasikan antara pembelajaran IPS


dengan bahasa Indonesia

Kegiatan Pendahuluan
1) Guru memberi pengantar bahwa segala sesuatu perlu direncanakan dengan cermat.
Apalagi jika kita akan melaksanakan kegiatan besar yang melibatkan banyak orang, misalnya
mengadakan pertunjukan. Kita harus membuat rencana kegiatan yang matang. Guru
memberikan ilustrasi gagalnya sebuah kegiatan karena perencanaan yang tidak cermat.

2) Sebagai pengantar, guru bertanya jawab dengan siswa tentang apa saja yang perlu
mendapat perhatian ketika kita merencanakan sebuah kegiatan (sesuai dengan KD/indikator)

3) Guru menyampaikan rencana pembelajaran hari ini, yakni merencanakan sebuah proyek
tur musik dalam skala besar. Siswa diminta bersikap untuk mempunyai rencana proyek besar,
yaitu mengadakan tur musik di 21 kota besar di Indonesia.

Kegiatan Inti

1) Guru menyiapkan peralatan: Peta Indonesia, kertas-kertasa berwarna dari bahan apa saja
(kertas manila, koran bekas, bekas bungkus kado, atau daun pisang kering), lem kertas, gunting
dan spidol warna secukupnya.

2) Siswa membentuk keompok beranggotakan 4––5 orang. Setiap kelompok


mengidentifikasikan diri sebagai sebuah grup Musik. Setiap kelompoknya memberi nama
kelompoknya dengan grup tertentu. Boleh grup yang sudah terkenal.

3) Siswa merencanakan kegiatan tur di 21 kota besar di Indonesia: Pulau yang akan
disinggahi, kota-kota yang akan dijadikan tempat konser, jadwal, tujuan konser, personil, dan
tiket.

4) Guru membagikan kertas warna dan spidol

5) Siswa membuat peta Indonesia (pulau-pulau penting saja) dengan menyobeki kertas
berwarna (didak boleh digunting untuk membentuk Pulau Sumatra, Pulau jawa, Pulau
Kalimantan, dan lain-lain.

6) Siswa menentukan kota-kota besar yang akan dikunjungi dan tanggalnya di dalam peta.

7) Siswa membuat deskripsi tertulis mengenai rencana kegiatan tur itu dan rutenya.

8) Sementara itu, anggota kelompok yang laian merencanakan anggaran belanjanya; Biaya tur
untuk setiap kota, harga tiket, jumlah minimal penonton agar mencapai titik inpas, biaya
akomodasi, dll.

9) Siswa mempresentasikan rencananya di depan kelas.

10) Siswa lain menanggapi rencana itu.

Kegiatan Penutup

1) Guru bersama-sama siswa mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar hari ini
tentang beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dari sebuah rencana kegiatan.

2) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pengalaman siswa ketika
mengalami kegagalan karena perencanaan yang kurang cermat.

Contoh 2: Strategi Jigsaw

Keterampilan membaca

Kegiatan Pendahuluan

1) Siswa membentuk kelompok yang hiterogin

2) Guru membangkitkan skemata siswa tentang topik bacaan dengan tanya jawab
3) Guru mengkondisikan siswa

4) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

Kegiatan Inti

1) Guru menugasi siswa membaca teks bacaan sesuai dengan pembagian masing-masing
anggota kelompok (kelompok kooperatif) dan siswa mulai membaca teks bacaan

2) Guru menugasi siswa berkelompok sesuai dengan teks yang dibaca (kelompok ahli).
Siswa membentuk kelompok baru berdasarkan teks yang dibaca.

3) Guru menugasi siswa mendiskusikan isi bacaan (sesuai dengan indikator/pertanyaan).


Siswa berdiskusi.

4) Guru membimbing siswa untuk curah pendapat untuk menentukan apa yang diinginkan
oleh indikator.

5) Guru menyuruh siswa kembali pada kelompok semula (kelompok kooperatif)

6) Siswa melaksanakan tutor teman sebaya dan melakukan sharing hasil diskusi

7) Siswa menyampaikan hasil diskusi kelompok di depan kelas.

Kegiatan Penutup

1) Guru bersama-sama siswa mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar hari ini
tentang beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dari sebuah rencana kegiatan.

2) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan perasaannya dalam


pembelajaran hari ini.

Contoh 3: Strategi SQ3R

Pembelajaran Membaca

Kegiatan Pendahuluan

1) Mensurvai teks bacaan

2) Menentukan tujuan pembelajaran

3) Menyusun Pertanyaan

Kegiatan Inti

1) Membaca teks bacaan untuk untuk menjawab pertanyaan dengan cara menandai jawaban
pertanyaan

2) Menjawab pertanyaan dengan menggunakan bahasanya sendiri (menceritakan kembali)

3) Mendiskusikan penceritaan isi bacaan

4) Mereview teks bacaan

5) Menilai/mengomentari isi bacaan

6) Menyimpulkan teks bacaan

Kegiatan Penutup

1) Siswa dan guru melakukan refleksi


2) Siswa disuruh menyampaikan apa yang sudah dikuasai dan yang belum dikuasai

Contoh 4: Strategi DWA ( Directed Writing Activity

Keterampilan Menulis

Kegiatan Pendahuluan

1) Guru menjelaskan prosdur kegiatan menulis yang akan dilakukan

2) Guru membacakan teks narasi yang bersumber dari jurnal pribadi (buku harian)

3) Bertanya jawab tentang ciri wacana narasi yang terdapat dalam teks yang dibacakan

4) Menyeleksi gagasan dalam jurnal pribadi (buku harian) yang bisa dikembangkan menjadi
wacana narasi

5) Mengumpulkan informasi untuk melengkapi gagasan

Kegiatan Inti

1) Siswa menulis draf secara individu

2) Siswa membacakan draf kepada guru dan/atau siswa lain untuk mendapatkan balikan.
Balikan ditekankan pada isi tulisan dan dikaitkan pada ciri khas wacana narasi

3) Siswa merevisi draf dan mendiskusikan tulisan dengan guru dan/atau teman

4) Guru memberikan pembelajaran mini pada kegiatan ini dan mengamati kerja siswa

5) Siswa mengedit tulisan dengan memperhatikan aspek mekanik dalam tulisan. Kegiatan ini
dilakukan guru bersama siswa

6) Siswa memperbaiki tulisan berdasarkan balikan yang diterima dari kegiatan editing

7) Siswa mempublikasikan hasilnya

Kegiatan Penutup

1) Guru dan siswa melakukan refleksi pembelajaran

2) Siswa menyampaikan pengalamannya saat pembelajaran

Contoh 5: Strategi Tubian Plus

Keterampilan Menulis, membaca, dan berbicara

Pertemuan pertama: Keterampilan menulis

Kegiatan Pendahuluan

1) Membagikan contoh teks pidato sebagai model

2) Menentukan bagian-bagian teks pidato

3) Memahami langkah-langkah menyusun teks pidato

Kegiatan Inti

1) Menulis bagian salam

2) Menulis bagian sapaan


3) Menulis bagian puji syukur

4) Menulis bagian pengantar isi

5) Menulis bagian isi

6) Menulis bagian penutup isi

7) Menulis bagian penutup pidato

8) Menulis salam penutup

9) Menukar teks pidatu yang selesai disusun

10) Mengoreksi tulisan teman sebangku

11) Merevisi teks pidato

Kegiatan Penutup

1) Guru dan siswa berefleksi tentang kegiatan pembelajaran dan hasilnya

2) Guru menugasi siswa berlatih berpidato di rumah

Pertemuan kedua: Keterampilan membaca

Kegiatan pendahuluan

1) Membagikan teks pidato

2) Menjelaskan teknik membaca teks pidato

3) Menjelaskan langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan

4) Membagi kelompok menjadi 6 bagian berdasarkan deret

5) Mengajak siswa keluar dari kelas menuju tempat latihan

6) Mengajak siswa berdiri membentuk lingkaran

7) Mengajak siswa melakukan peregangan

8) Mengajak siswa mengatur pernafasan dan posisi berdiri

9) Membimbing siswa menyuarakan vokal dari nada rendah, sedang, dan tinggi

10) Membimbing siswa menuarakan kata-kata lepas.

Kegiatan Inti

1) Membimbing siswa membaca/mengucapkan bagian salam

2) Membimbing siswa membaca/mengucapkan bagian sapaan

3) Membimbing siswa membaca bagian puji syukur

4) Membimbing siswa membaca bagian pengantar isi

5) Membimbing siswa membaca bagian isi

6) Membimbing siswa membaca bagian penutup isi


7) Membimbing siswa dalam bagian penutup pidato

8) Membimbing siswa dalam membaca salam penutup

9) Siswa berlatih membaca teks secara mandiri

Kegiatan Penutup

1) Siswa dan guru melakukan refleksi

2) Siswa disuruh menyampaikan apa yang sudah dikuasai dan yang belum dikuasai

Pertemuan ketiga: Keterampilan berbicara

Kegiatan Pendahuluan

1) Guru bertanya jawab tentang kinisik dan mimik saat berpidato

2) Guru menunjukkan tujuan pembelajaran

Kegiatan Inti

1) Siswa berlatih mengucapkan salam

2) Siswa berlatih mengucapkan bagian sapaan

3) Siswa berlatih mengucapkan puji syukur

4) Siswa berlatih mengucapkan bagian pengantar isi

5) Siswa berlatih mengucapkan bagian isi

6) Siswa berlatih mengucapkan bagian penutup isi

7) Siswa berlatih mengucapkan bagian penutup pidato

8) Siswa berlatih mengucapkan salam penutup

9) Siswa berpidato di depan kelas

10) Siswa dan guru menanggapi pidato temannya

Kegiatan Penutup

1) Siswa dan guru melakukan refleksi

2) Siswa mengutarakan kesulitan pembelajaran hari ini

1. Strategi Pembelajaran dalam PTK

Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan guru terhadap proses
pembelajaran. Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif dan reflektif. Kegiatan penelitian harus
bersifat siklus, yakni siklus pertama dilanjutkan siklus kedua, dan seterusnya. Karena penelitian
ini berkaitan dengan persoalan siswa dan guru, maka guru yang akan melakukan penelitian
tindakan kelas harus mengetahui permasalahan siswa terhadap sulitnya pembelajaran sehingga
siswa tersebut (mayoritas) dalam kelas masih mendapat nilai di bawah stantar yang diinginkan.

Jika sudah ditemukan topik pembelajaran atau kompetensi dasar yang sulit dikuasai siswa, guru
perlu mencari solosinya baik yang berkaitan, strategi, metode, maupun media pembelajaran

Misalnya: Siswa mengalami kesulitan pembelajaran membaca intensif/ menulis cerita


pengalaman pribadi/berpidato sehingga mayoritas siswa setiap pembelajaran membaca intensif
selalu mendapat nilai di bawah standar. Guru yang mengalami pembelajaran seperti itu harus
mencari solosi pembelajaran dengan cara membaca referensi tentang ”pembelajaran membaca
intensif” dan ”strategi pembelajaran”

Maka disusunlah penelitian tindakan kelas dengan judul:

1. Peningkatan Kemampuan Menulis Pengalaman Pribadi dengan Strategi DWA Siswa Kelas VII
SMP Bintang Kecil Lamongan Tahun Pelajaran 2007/2008
2. Peningkatan Kemampuan Membaca Intensif dengan Strategi SQ3R Siswa Kelas VIII SMP Bintang
Besar Lamongan Tahun Pelajaran 2007/2008
3. Peningkatan Keterampilan Pidato dengan Strategi Tubian Plus Siswa Kelas IX SMP Halilintar
Lamongan Tahun Pelajaran 2007/2008

Contoh-contoh di atas dapat diilustrasikan sebagai berikut:

Sebelum kita menulis proposal penelitian tindakan kelas tentang skema di atas, kita
harus menulis prosedur pembelajaran yang rencananya digunakan pembelajaran pada siklus
pertama dan akhirnya diperbaiki (jika nilainya belum memuaskan) pada siklus kedua dan
seterusnya.

Misalnya

Prosedur pembelajaran

1) Penjelasan tentang (a) masalah yang harus dipecahkan, (b) cara pemecahan masalah, (c)
bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan, dan (d) target penyelesaian tugas dalam waktu kurang
dari 8 menit

2) Siswa membentuk kelompok kerja, membaca teks secara cepat untuk memperoleh
gambaran (a) kerangka isi bacaan, (b) fakta, pendapat, dan pesan dalam bacaan, (c)
kemungkinan keberadaan kalimat utama dalam setiap paragraf, dan (d) pertanyaan tentang isi
bacaan

3) Siswa menyusun pertanyaan dan melakukan kegiatan membaca secara cermat guna
menemukan jawaban pertanyaan . Pada tahap ini siswa tidak boleh melakukan pembahasan .
mereka hanya mencatat kemungkinan-kemungkinan jawaban pertanyaan secara individu.

4) Siswa membahas kemungkinan jawaban pertanyaan pertanyaan berdasarkan catatan yang


telah disusun dan melakukan kegiatan pembacaan ulang pada bagian-bagian yang dianggap
relevan.

5) Siswa secara kelompok bersama-sama membahas jawaban pertanyaan dan setiap anggota
menuliskan jawaban tersebut, pada buku tugas. Setelah seluruh jawaban pertanyaan
terselesaikan , siswa mengecek lagi jawaban pertanyaannya dengan membaca lagi teks secara
keseluruhan.

6) Siswa kembali berkumpul dalam bentuk klasikal. Guru mengajukan pertanyaan pertama.
Salah seorang siswa sebagai wakil kelompok membacakan jawabannya. Kelompok lain diminta
menanggapi/membandingkan jawaban tersebut dengan jawaban yang dihasilkan kelompok
kerjanya.

7) Siswa melakukan brainstorming, guru mencatat kemungkinan maslah yang belum


dipahami maupun masalah baru yang muncul

8) Guru mengadakan klarifikasi menyangkut masalah yang belum terpecahkan,


mengemukakan konsep-konsep baru secara tiak langsung telah dipahami siswa, misalnya
tentang paragraf, hubungan kalimat utama dengan kalimat penjelas dalam paragraf, fungsi
kalimat utama dan kalimat penjelas.

9) Guru memberi kesempatan siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami
Berdasarkan prosedur pembelajaran di atas, guru menulis skenario pembelajaran dengan strategi
tersebut untuk siklus I dengan mengelompokkan menjadi tiga bagian, yakni kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Selesai menyusun skenario pembelajaran, guru membuat
instrumen penelitian. Pembuatannya sama dengan membuat instrumen pedoman penilaian pada
penilaian proses /Authentic Assessment).

Contoh

SKENARIO PEMBELAJARAN DALAM PTK

SIKLUS I REFLEKSI SIKLUS II

Kegiatan Pendahuluan (CATATAN SE- Kegiatan Pendahuluan


LAMA PEMBELA-
 Siswa membentuk JARAN BER-  Siswa membentuk
kelompok yang hiterogin LANGSUNG kelompok yang hiterogin
 Guru membangkitkan  Guru membangkitkan
skemata siswa tentang skemata siswa tentang
-POSITIF
topik bacaan dengan tanya topik bacaan dengan tanya
jawab jawab
-NEGATIF)
 Guru mengkondisikan  Guru mengkondisikan
siswa siswa
 Guru menyampaikan BAGIAN  Guru menyampaikan
tujuan pembelajaran NEGATIF tujuan pembelajaran
DIPERBAIKI
Kegiatan Inti SUPAYA Kegiatan Inti
MENJADI
 Guru menugasi siswa POSITIF DAN  Guru menugasi siswa
membaca teks bacaan DIRAN-CANG membaca teks bacaan
sesuai dengan pembagian DA-LAM BEN- sesuai dengan pembagian
masing-masing anggota TUK SKE-NA– masing-masing anggota
kelompok (kelompok RIO kelompok (kelompok
kooperatif) dan siswa mulai kooperatif) dan siswa mulai
membaca teks bacaan PEM- membaca teks bacaan
 Guru menugasi siswa BELAJARAN  Guru menugasi siswa
berkelompok sesuai berkelompok sesuai
dengan teks yang dibaca UNTUK dengan teks yang dibaca
(kelompok ahli). Siswa (kelompok ahli). Siswa
membentuk kelompok baru S membentuk kelompok baru
berdasarkan teks yang berdasarkan teks yang
dibaca. I dibaca.
 Guru menugasi siswa  Guru membimbing siswa
mendiskusikan isi bacaan K dalam diksusi kelompok
(sesuai dengan pada setiap kelompok ahli
indikator/pertanyaan). L  Guru menugasi siswa
Siswa berdiskusi. mendiskusikan isi bacaan
 Guru membimbing siswa U (sesuai dengan
untuk curah pendapat indikator/pertanyaan).
untuk menentukan apa S Siswa berdiskusi.
yang diinginkan oleh  Guru membimbing siswa
indikator. untuk curah pendapat
II
 Guru menyuruh siswa untuk menentukan apa
kembali pada kelompok yang diinginkan oleh
semula (kelompok indikator.
kooperatif)  Guru menyuruh siswa
 Siswa melaksanakan tutor kembali pada kelompok
teman sebaya dan semula (kelompok
melakukan sharing hasil kooperatif)
diskusi  Siswa melaksanakan tutor
 Siswa menyampaikan hasil teman sebaya dan
diskusi kelompok di depan melakukan sharing hasil
kelas. diskusi
 Siswa menyampaikan hasil
Kegiatan Penutup diskusi kelompok di depan
kelas.
 Guru bersama-sama siswa
mengadakan refleksi Kegiatan Penutup
terhadap proses dan hasil
belajar hari ini tentang  Guru bersama-sama siswa
beberapa hal yang perlu mengadakan refleksi
mendapat perhatian dari terhadap proses dan hasil
sebuah rencana kegiatan. belajar hari ini tentang
 Guru memberi kesempatan beberapa hal yang perlu
kepada siswa untuk mendapat perhatian dari
mengungkapkan sebuah rencana kegiatan.
perasaannya dalam  Guru memberi kesempatan
pembelajaran hari ini. kepada siswa untuk
mengungkapkan
perasaannya dalam
pembelajaran hari ini.

1. Penutup

Strategi, metode dan teknik dalam pembelajaran saling berkaitan. Ketiga istilah itu sering
digunakan guru dalam mengatasi permasalahan pembelajaran. Guru yang melakukan pemecahan
masalah dengan strategi atau metode tersebut secara siklus sampai mendapatkan hasil positif
maka guru tersebut sama dengan melakukan penelitian tindakan kelas (PTK). Sayangnya apa
yang telah dilakukan guru tersebut jarang sekali didokumentasikan (ditulis).

Karena menulis karya ilmiah merupakan salah satu kompetensi guru maka para guru harus
mulai sekarang mendokumentasikan apa yang pernah dialaminya dalam proses pembelajaran
tersebut. Tulisan guru yang dalam bentuk karya ilmiah tersebut harus sesuai dengan kriteria
karya ilmiah.

PEMBELAJARAN MENULIS NONFIKSI SEBUAH KONSEP, PROSES PEMBELAJARAN


DAN PENILAIAN Oleh: Sujak, S.Pd.,M.Pd

1. Pendahuluan
Farris (1993:20) mengatakan bahwa kemampuan berpikir merupakan dasar bagi semua
keterampilan berbahasa (mendengarkan, berbicara. membaca, dan menulis). Keempat
keterampilan itu saling terkait, yang satu berhubungan dengan yang lainnya. Dalam
pembelajaran pun guru tidak bisa hanya menyajikan satu keterampilan saja melainkan dikaitkan
dengan keterampilan lainnya. Seorang guru dalam pembelajaran menulis selalu mengadakan
tanya jawab, menjelaskan konsep menulis, menyuruh siswa membaca materi. Hal itulah yang
mendukung pendapat Farris tersebut ––keterampilan yang satu berkait dengan keterampilan
lainnya––. Menurut Syafi’ie (2000:5) selain ada keterkaitan di antara keempat keterampilan
tersebut, kebahasaan berada di tengah-tengah keempat keterampilan itu. Hal seperti ini
menandakan bahwa penyajian kebahasaan dalam pembelajaran bisa dimasukkan dalam semua
keterampilan (membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara). Menurut Puskur (2002:4)
Pembelajaran kebahasaan yang berupa kata, kalimat, paragraf dapat disampaikan dalam
komunikasi tulis dan lisan (menulis, membaca, mendengarkan), tanda baca, ejaan disampaikan
dalam bahasa tulis, sedangkan unsur-unsur kebahasaan yang berkaitan dengan prosodi (intonasi,
nada, irama, tekanan, tempo) dapat disampaikan dalam keterampilan berbicara.
Keterampilan berbahasa yang dianggap paling sulit oleh guru dan siswa adalah menulis karena
dalam keterampilan ini siswa dituntut mengaplikasikan semua kebahasaan dalam bentuk formal.
Padahal bahasa Indonesia terjadi ”penggembosan bahasa formal dalam kehidupan sehari-hari”.
Ini terbukti bagaimana penulisan kata-kata: faham, Nopember, apotik, analisa, dsb. Semua kata
yang ditulis itu hampir 80 % pengguna bahasa Indonesia menggap benar, makanya Badudu
mengatakan ”salah kaprah”. Untuk merubah pikiran seperti itu, siswa harus banyak latihan
menulis. Dalam Kurikulum 2004 (2004:20) Kompetensi Dasar yang berkaitan dengan
kemempuan menulis nonsastra adalah (1) menulis buku harian, (2) menulis surat pribadi, (3)
menulis teks pengumuman, (4) menyunting karangan sendiri/orang lain, (5) menulis
pengalaman, (7) mengubah teks wawancara menjadi narasi, (8) menulis surat resmi, (9) menulis
pesan memo, (10) menulis rangkuman dari beberapa teks bacaan yang memiliki kemiripan topik,
(11) menulis laporan, (12) menulis surat resmi, (13) menulis ulasan buku biografi, (14) menulis
teks berita, (15) menulis rangkuman isi buku ilmu pengetahuan populer, (16) menulis slogan dan
poster untuk berbagai keperluan, (17) menulis rencana kegiatan, (18) menulis petunjuk, (19)
menulis iklan baris, (20) mencatat hal-hal penting dari buku yang dibaca, (21) menulis karya
tulis sederhana dengan menggunakan berbagai sumber, (22) menulis teks
pidato/ceramah/khotbah, (23) menulis artikel jurnalistik, (24) meresensi buku
pengetahua/penemuan.
Berdasarkan Kompetensi Dasar di atas, kami anggap bagian yang perlu mendapat perhatian
dalam pembelajaran menulis adalah (1) menulis teks berita, (2) meresensi buku
pengetahuan/penemuan, dan (3) menulis artikel.

2. Konsep Menulis Teks Berita


Teknik Menulis Berita
Pada umumnya para wartawan setiap menulis berita dengan gaya ”piramida terbalik”. Tujuan
dari gaya penulisan seperti itu, untuk memudahkan khalayak pembaca yang secara cepat ingin
mengetahui apa yang terjadi dalam pemberitaan itu. Di samping itu ada tujuan lain yang bersifat
intern, yakni untuk memudahkan para redaktur memotong bagian yang tidak penting dari berita
itu yang terletak di bagian paling bawah (akhir) demi menyesuaikan dengan ruang (kolom) yang
tersedia di surat kabat yang bersangkuatan. Jadi, gaya piramida terbalik merupakan teknik
menulis berita yang disesuaikan dengan sifat khalayak maupun cara kerja wartawan yang sigap
dan harus cepat selesai.
Penggunaan ”piramida terbalik” itu bukanlah berarti secara fisik, melainkan ditinjau dari segi
”kepadatan” nilai informasi dari berita yang ditulis itu.
Perhatikan skema di bawah ini.

Judul Berita (headline)

Baris tanggal (dateline)

Teras berita (lead, intro)

Dalam suatu berita memang terdapat sebuah kestuan antara judul berita, baris tanggal, teras
berita, dan tubuh berita, masing-masing tidak berdiri sendiri-sendiri, saling terkait satu sama lain.
Oleh karena itu, mengetahui secara lebih terperinci mengenai bagian dari struktur berita tersebut
merupakan suatu keharusan. Untuk memahami hal tersebut dapat diikuti beberapa penjabaran
berikut ini.
a. Judul Berita
Biasanya disebut headline” berfungsi menolong pembaca yang ingin segera mengenal kejadian-
kejadian yang terjadi di sekelilingnya. Fungsi lainnya adalah ada hubungannya dengan teknik
grafika (percetkan) khususnya yang menyangkut tipe-tipe huruf, agar lebih menarik perhatian
pembaca, peranan penonjolan tipe huruf pada judul berita sangat penting. Memang kenyataan di
lapangan, orang yang membaca berita di surat kabar itu biasanya membaca judulnya dulu dan
bila judul tersebut menarik perhatiannya maka dia akan meneruskan membaca seluruh berita
karena didorong oleh rasa “ingin tahu” tentang isi yang diberitakan. Oleh karena itu merumuskan
judul mempunyai syarat: tidak terlalu panjang, bisa mencerminkan inti dari isi berita, dapat
memancing orang untuk tertarik.
b. Baris tanggal (dateline)
Menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan singkatan (inisial) dari surat kabar. Sebagai
contoh, kita membaca berita di harian Kompas pasti terdapat dateline seperti:
- Semarang, Kompas
Baris tanggal ini menunjukkan bahwa berita tersebut ditulis di Semarang tempat kejadian yang
diberitakan tersebut, sedangkan kata Kompas menunjukkan bahwa berita tersebut didapat
langsung dari wartawan Kompas, maksudnya bukan kutipan dari surat kabar (media, lembaga
berita lainnya).
Lain lagi bila kita membaca berita dengan dateline seperti:
- Bandung, Antara.
Artinya berita tersebut ditulis di Bandung tempat kejadian itu dan ditulis oleh Wartawan Antara
(kantor berita) kemudian berita tadi dikutip oleh surat kabar yang bersagkutan. Adakalanya
untuk surat kabar yang mempunyai nama terdiri dari dua kata biasnya cukup disingkat, seperi
Jawa Pos (JP), Surabaya Post (SP), Suara Karya (SK), dll.
c. Teras Berita
Dalam penulisan berita, yang paling penting dan utama adalah teras berita (lead, intro). Menulis
teras berita merupakan bagian yang agak sulit karena teras berita yang baik haruslah mampu
menyajikan fakta penting yang diberitakan dan dapat pula menarik minat pembaca untuk
meneruskan membaca lebih lanjut.
Untuk menulis teras berita harus diperhatikan penggunaan rumus 5W + 1H. Rumusan ini kalau
dijabarkan menjadi enam pertanyaan yang harus dijawab wartawan sebelum mulai menulis teras
berita.
a. Who (siapa)
Siapakah yang diberitakan? Siapakah yang terlibat dalam kejadian itu? Siapakah yang
berkomentar?
b. What (apa)
Apa yang terjadi? Apa yang diperbuat oleh orang itu?
c. When (kapan)
Kapan hal itu terjadi? Kapan hal itu berubah?
d. Whre (di mana)
Di mana hal itu terjadi?
e. Why (mengapa)
Mengapa peristiwa itu terjadi? Apa sebabnya?
f. How (bagaimana)
Bagaimana peristiwa itu terjadi? Dengan cara bagaimana hal itu terjadi?
Jika kita sudah mampu merumuskan jawaban dari enam pertanyaan tersebut, maka pilihlah hal-
hal penting dari jawaban itu untuk menulis teras berita. Agar lebih mudah, bagilah teras berita itu
menjadi dua kalimat. Yang pertama berisi kunci peristiwa ditambah dengan hal yang lebih
penting, kedua berisi fakta penting lainnya. Gunakan kalimat-kalimat singkat, tetapi mengena
pada sasaran, kalimat-kalimat itu akan lebih mudah dibaca dan dimengerti oleh pembaca.
Contoh:
Kemarin pagi di Jalan Embong Malang, Indah (27) pelayan restoran, meningal dunia waktu
menyeberang ditabrak mobil sedan dengan kecepatan tinggi dan tidak lagi bisa dikendalikan.
Teras berita pada contoh tersebut sudah mencakup enam pertanyaan
- siapa : Indah, usia 27 tahun, pelayan restoran
- apa : meninggal dunia
- kapan : kemarin pagi
- di mana : Jalan Embong Malang
- mengapa: waktu menyeberang jalan
- bagaimana : ditabrak mobil sedan dengan kecepatan tinggi dan tidak dapat dikendalikan.
Pada perkembangan terakhir ini, kita kenal cara baru yang disebut ”summary-lead’ (teras berita
yang dipadatkan) artinya kesatuan gagasan di dalam penulisan berita harus dijadikan pegangan
pokok. Jadi hanya unsur terpenting saja yang ditonjolkan dalam teras berita. Sedangkan hal-hal
yang tidak relevan dalam berita itu sedapat mungkin dihindarkan. Menurut Suharianto (1991:10)
ada bermacam-macam teras berita yang masing-masing menonjolkan kekhususannya, di
anataranya adalah:
a. Teras berita siapa (who)
”Kakanwil Depdikbud Jatim Rasio kemarin sore di New Grand Park Hotel Surabaya telah
membuka penataran Kepala sekolah seluruh Jawa Timur”.
b. Teras berita (what)
” Penataran Kepala Sekolah se Jawa Timur secara resmi kemarin sore dibuka oleh kakanwil
Depdikbud Jawa Timur Rasio di New Grand Park Surabaya”.
c. Teras berita kapan (When)
”Kemarin sore di New Grand Park Surabaya penataran Kepala Sekolah seluruh Jawa Timur
dibuka secara resmi oleh Rasio , Kakanwil Depdikbud Jawa Timur”.
d. Teras berita di mana (Where)
“Di New Grand Park kemarin sore penataran Kepala Sekolah seluruh Jawa Timur dibuka
Kakanwil Depdikbud Jawa Timur Rasio”.
e. Teras berita mengapa (whay) / bagaimana (how)
“ Untuk meningkatkan mutu Kepala Sekolah, kemarin sore kakanwil Depdikbud Jawa Timur
Rasio membuka penataran Kepala sekolah se Jawa Timur di New Grand Park”.
Menurut Materi Pokok PTBK (2004:47) ada lima teras berita, di antaranya; (1) teras simpulan
(2) teras pernyataan, (3) teras kutipan, (4) teras kontras, (5) teras eksklamasi. Teras simpulan
adalah teras berita yang menyimpulkan atau memadatkan. Teras pernyataan adalah teras berita
yang berupa pernyataan. Teras kutipan adalah teras berita yang berupa kutipan ucapan seseoran.
Teras kontras adalah teras berita yang berisi sesuatu yang bertentangan dengan apa yang sedang
berlaku di masyarakat. Teras eksklamasi adalah teras berita yang berisi sebuah ungkapan yang
menunjukkan jeritan, rasa sakit dan ungkapan yang sejenis.
d. Tubuh Berita

Seperti dikemukakan sebelumnya, bahwa penulisan teras berita merupakan bagian yang agak
sulit atau mungkin paling sulit dari rangkaian pekerjaan menulis berita. Maka tidak berlebihan
bila dikatakan bahwa kalau teras berita sudah tersusun dengan baik, maka menulis bagian berita
selanjutnya akan menjadi mudah. Jadi, menulis tubuh berita, tidak lain hanya melanjutkan
menulis teras berita, dengan melengkapi fakta-fakta yang diperkuat oleh saksi mata (orang yang
melihat langsung kejadian) atau dapat diperoleh dari pejabat yang menangani persoalan yang
diberitakan tersebut. Dalam menulis tersebut menurut Rose (2002:136) memerlukan waktu 40 %
untuk penelitian, 20 % menulis, dan 40 % revisi. Dengan demikian, setiap sekali menulis harus
direvisi dua kali.

3. Pembelajaran Menulis Berita

Berdasarkan Kurikulum 2004 (2004:31) jenis materi setiap pembelajaran dapat dibedakan
menajdi empat ; fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Materi jenis fakta adalah materi yang
berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian
atau komponen suatu benda, dan sebaginya. Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakekat,
inti isi. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma. Materi jenis
prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut, misalnya langkah-langkah
menelepon, cara pembuatan telur asin atau cara pembuatan bel listrik.
Jika akan memberikan pembelajaran menulis berita, kita harus mengelompokkan, mana yang
berupa fakta, konsep, prinsip, dan mana yang termasuk prosedur.
Contoh Pembelajaran menulis berita dengan strategi modeling dalam CTL

Bagian pendahuluan

1. Siswa membawa teks berita dari rumah atau disediakan guru


2. Siswa mengamati teks berita dalam surat kabar.
3. Guru bertanya kepada siswa tentang isi berita, ciri-ciri berita, bentuk berita, gaya penulisan
berita
4. Guru membantu siswa dalam menentukan ciri-ciri berita tersebut
5. Siswa dan guru menyimpulkan materi konsep tersebut.

Bagian Inti
1. Guru memberi contoh model berita yang ada headline, dateline, lead, dan tubuh berita
2. Guru memberikan lembar kerja yang bagian-bagian 5W + 1H dirumpangkan
3. Siswa disuruh menulis berita berdasarkan peristiwa yang pernah dilihatnya dengan bingkai
model berita yang diberikan guru.
4. Siswa mendiskusikan hasil tulisannya dengan teman-temannya (kelompoknya)
5. Siswa merevisi tulisannya
6. Siswa menulis hasil revisinya di kertas manila atau kertas dobel folio.
7. Siswa menempelkan hasil tulisnnya di papan tulis atau di tembok kelasnya untuk dibaca
teman-temannya.

Kegiatan Penutup
1. Guru dan siswa menyimpulkan kegiatan
2. Refleksi terhadap kegiatan

3. Penilaian Menulis Berita

Penilaian dalam KBK menganut prinsip penilaian berkelanjutan dan komprehensif guna
mendukung upaya memandirikan siswa untuk belajar, bekerja sama, dan menilai diri sendiri.
Penilaian dilaksanakan dalam rangka penilaian berbasis kelas. PBK tersebut harus
memperhatikan tiga ranah, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Menurut Barokah
(2003:11) ketiga ranah ini dinilai secara proporsional sesuai dengan sifat mata pelajaran. Sebagai
contoh pelajaran bahasa Indonesia lebih menitikberatkan pada pengembangan keterampilan
berbahasa maka penilainnya seharusnya menitikberatkan pada penilaian terhadap keterampilan
berbahasa siswa. Karena seperti itu maka guru harus menilai siswa melalui penilaian proses dan
penilaian hasil.

Daftar Rujukan
Farris, Pamela J. 1993. Language Art A Process Approach. Wisconsin: Brown & Benchmark
Publishers
Harianto, Slamet, tth. Pedoman Penulisan Berita dan Wawancara. Makalah
Hernowo. 2003. Quantum Writing, Cara Cepat Nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya
Potensi Menulis. MLC: Bandung.
Puskur. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Balitbang Depdiknas.
Rose, Colin. 2002. Acceleratet Learning Systems. Ailesburry: Bucks
Santoso, Barokah. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah:Implementasi
Kegiatan Belajar Mengajar. Makalah

BUKU PTK
Bagian Pertama

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Oleh : Sujak, M.Pd

Alumnus Universitas Negeri Malang Tahun 2002

1. Pengertian

Penelitan tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dalam perbaikan
pembelajaran dengan secara siklik. Menurut Dirjen Depdiknas (2003:3) Penelitian seperti ini
merupakan penelitian pembelajaran reflektif yang dilaksanakan secara siklik oleh guru di dalam
kelas dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan. Ada beberapa jenis
PTK, dua di antaranya adalah individual classroom action research dan collaborative classroom
action recearch.

Penelitian Tindakan Kelas bisa berupa penelitian kualitatif bisa juga kuantitatif pada masalah
yang akan atau sedang dipecahkan/diselesaikan. PTK bertujuan untuk memperbaiki kinerja,
sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak langsung digeneralisasikan. Namun demikian PTK dapat
saja diterapkan oleh orang lain yang mempunyai konteks yang mirip dengan masalah yang akan
ditelitinya.

Perbedaan antara PTK dengan non-PTK dapat disajikan dalam tabel berikut ini.

Non-PTK PTK

Dilakukan oleh orang luar Dilakukan oleh guru/dosen

Sampel harus representatif Kerepresentatifan sampel tidak diperhatikan

Instrumen harus secara isi dan konstruk valid Instrumen valid secara isi dan reliabel
dan releabel
Menuntut penggunaan analisis statistik yang Tidak digunakan analisis statistik yang rumit
rumit

Mempersyaratkan hipotesis Tidak selalu menggunakan hipotesis

Mengembangkan teori Memperbaiki praktik pembelajaran secara


langsung
Tidak memperbaiki praktik pembelajaran
secara langsung

Hasil penelitian merupakan produk ilmu Hasil penelitian merupakan peningkatan mutu
pembelajaran

1. 2. Model-Model Penelitian Tindakan Kelas

Dua model penelitian tindakan kelas yang menjadi acuan PTK di Indonesia, di anataranya Model
Kurt Lewin dan Model Hopkin. Hampir semua penelitian tindakan kelas yang ada sekarang ini
mengacu pada kedua model tersebut. Menurut Kurt Kewin konsep pokok Peneltitian Tindakan
Kelas terdiri dari empat komponen, yaitu (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3)
pengamatan (observing), (4) refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen tersebut
dipandang sebagai satu siklus. Perhatikan satu siklus menurut Kurt Lewin berikut ini.

tindakan

pengamatan

Perencanaan

refleksi

Model Kemmis & Taggart adalah model pengembangan dari konsep dasar tersebut lalu
diperkenalkan oleh Kurt Lewin dengan cara menggambarkan spiral classroom action reserch
yang masing-masing spiral terdiri dari empat langkah tersebut. Spiral atau siklus itu berulang
terus sampai masalah yang dihadapi terpecahkan.

Perhatikan model PTK menurut Kemmis & Taggart berikut ini.

1. 3. Menemukan Masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas

Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan pada saat menentukan masalah, di antaranya
adalah: (1) merenungkan barang sejenak, (2) berpikirlah tentang apa yang mungkin dapat
diperbaiki, (3) pikirkan tentang beberapa kelompok masalah pembelajaran, (4) pikirlah masalah
yang layak (feasible) untuk dipecahkan, (5) pikirlah masalah yang tidak terlalu besar atau terlalu
kecil, (6) pilihlah masalah yang strategis, (7) pilihlah masalah yang disenangi

a) Merenungkan Barang sejenak

Setiap saat guru selalu menghadapi permasalahan. Permasalahan tersebut seakan-akan tidak
pernah habis. Oleh karena itu, guru yang tidak dapat menemukan masalah untuk PTK sungguh
ironis. Merenungkan barang sejenak atau berdiskusi/berkolaborasi dengan teman sejawat, pasti
guru akan menemukan segudang permasalahan.

b) Berpikirlah Tentang Apa yang Mungkin dapat Diperbaiki

Kemmis da McTeggart memberikan alternatif pengembangan fokus penelitian tindakan kelas


tanpa memulai dari masalah, jika kita masih sukar menemukannya. Gunakan pertanyaan-
pertanyaan berikut ini untuk memfokuskan perhatian:

 Apa yang sedang terjadi sekarang ini di kelas saya?


 Dalam hal apa peristiwa atau kondisi ini bersifat problematik (merupakan masalah yang perlu
dipecahkan)?
 Apa yang dapat saya lakukan terhadap hal itu?
 Saya ingin memperbaiki….
 Berapa orang tidak suka dengan…
 Apa yang dapat saya lakukan untuk mengubah keadaan itu?
 Saya dipusingkan oleh…

dan seterusnya.

c) Pikirkan tentang Beberapa Kelompok Masalah Pembelajaran

Masalah pembelajaran dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori, yaitu: (1)


pengorganisasian materi pelajaran, (2) penyampaian materi pelajaran, (3) pengelolaan kelas, (4)
kurikulum, (5) siswa dan guru, (6) sarana dan prasarana pembelajaran. Sebagai contoh, jika kita
berpikir bahwa pembahasan suatu topik dari segi keterampilan berbahasa satu dengan lainnya
akan lebih bermakna bagi siswa daripada pembahasan secara sendiri-sendiri. Kita sedang
berhadapan dengan masalah pengorganisasian materi. Jika kita suka dengan masalah metode dan
media, sebenarnya kita sedang berhadapan dengan masalah penyampaian materi. Apabila kita
mengimginkan kerja kelompok antarsiswa berjalan lebih efektif, kita berhadapan dengan
masalah pengelolaan kelas, dan seterusnya.

d) Pilihlah Masalah yang Layak untuk Diteliti

Jika kita yakin bahwa ketiadaan buku yang menyebabkan siswa sukar membaca kembali materi
pelajaran dan mengerjakan PR di rumah, kita tidak perlu melaksanakan PTK. Dengan dibelikan
buku masalah itu akan terpecahkan, dan itu di luar kemampuan kita. Dengan perkataan lain
yakinkan bahwa masalah yang akan kita pecahkan cukup layak, berada di dalam wilayah
pembelajaran, yang kita kuasai. Contoh lain masalah yang berada di luar kemampuan kita
adalah: kebisingan kelas karena sekolah berada dekat jalan raya. Sedangkan contoh masalah
yang layak untuk kita pecahkan, di antaranya; aktivitas yang rendah, ketidakmampuan siswa
dalam mengemukakan pendapat, banyaknya siswa yang ngantuk di dalam kelas saat menjelang
siang, ketidakmampuan siswa bertanya.

e) Pilihlah Masalah yang Tidak Terlalu Besar atau TerlaluKecil

Nilai Ujian Nasional yang tetap rendah dari tahun ke tahun merupakan masalah yang terlalu
besar untuk dipecahkan melalui PTK karena cakupan PTK hanya kelas. Faktor yang
mempengarui Nilai Ujian Nasional sangat kompleks mencakup seluruh sistem pendidikan.
Pilihlah masalah yang sekiranya mampu untuk diteliti.

Masalah yang terlalu kecil baik dari segi pengaruhnya terhadap pembelajaran secara keseluruhan
maupun jumlah siswa yang terlibat sebaiknya dipertimbangkan kembali, terutama jika penelitian
itu dibiayai oleh pihak lain. Sangat lambatnya dua orang siswa mengikuti pelajaran Anda
misalnya, termasuk masalah kecil karena hanya menyangkut dua orang siswa, sementara masih
banyak masalah lain yang menyangkut kepentingan sebagian besar siswa.

f) Pilihlah Masalah yang Strategis

Kesulitan siswa memahami bacaan secara cepat” merupakan contoh dari masalah yang cukup
besar dan strategis karena diperlukan bagi sebagian besar mata pelajaran. Semua siswa
memerlukan keterampilan itu itu, dan dampaknya terhadap proses belajar siswa cukup besar.
“Sukarnya siswa berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran,” dan “ketidaktahuan siswa tentang
meta belajar (belajar bagaimana belajar” merupakan contoh lain dari masalah yang strategis.
Dengan demikian pemecahan masalah akan memberi manfaat yang besar. Namun masalah-
masalah yang kan dipecahkan melalui PTK harus benar-enar masalah yang muncul di dalam
kelas.

f) Pilihlah Maslah yang Disenangi


Akhirnya kita harus merasa memiliki dan senang terhadap masalah yang diselidiki. Hal itu
diindikasikan dengan rasa penasaran terhadap masalah itu dan keinginan untuk segera tahu
hasil-hasil setiap perlakuan yang diberikan.

1. 4. Identifikasi, Pemilihan, Deskripsi, dan Rumusan Masalah

a) Identifikasi Masalah

Dalam mengidentifikasi masalah, kita sebaiknya mendata semua permasalahan yang ada dalam
kelas tersebut. Permasalahan itu harus ditulis dan didiskusikan dengan teman-teman guru.
Contoh identifikasi guru bahasa Indonesia SMP

1) Jika diajak tanya jawab pada awal pembelajaran siswa cenderung menghindar untuk
menjawab.

2) Sangat sedikit siswa yang berani mengajukan pertanyaan

3) Sebagian siswa mencatat pelajaran bahasa Indonesia pada buku yang berganti-ganti.

4) Siswa cenderung cepat bosan memperhatikan pelajaran, kemudian ngobrol dengan


pasangan duduknya.

5) Siswa tidak mengerjakan PR di rumah, melainkan menjelang pelajaran berlangsung.


Sebagian besar siswa menyalin PR teman.

6) Kemampuan berpikir rasional siswa sangat lemah dalam mengerjakan soal-soal bahasa
Indonesia.

7) Siswa tidak dapat mentransfer keterampilan mengemukakan hipotesis untuk mata


pelajaran lain.

8) Siswa tidak dapat melihat huungan anta mata pelajaran yang satu dengan yang lain

9) Siswa tidak berusaha mengaitkan keterampilan membaca, berbicara, mendengarkan, dan


menulis

10) Siswa tidak berusaha mengaitkan keterampilan berbahasa dengan kehidupan di masyarakat.

b. Pemilihan Masalah

Kita tidak mungkin memecahkan semua masalahan yang teridentifikasikan itu secara
keseluruhan dalam suatu PTK yang berskala kelas. Masalah-masalah itu berbeda satu sama lain
dalam hal kepentingan atau nilai strategisnya. Masalah yang satu boleh jadi merupakan
penyebab dari masalah yang lain sehingga pemecahan terhadap yang satu akan berdampak
pada yang lain, dua-duanya akan dipecahkan sekaligus. Untuk dapat memilih masalah secara
tepat kita perlu menyusun masalah-masalah itu berdasarkan kriteria berikut: tingkat
kepentingan, nilai strategis, atau nilai prasarat. Akhirnya kita harus memilih hubungan antara
konsep keterampilan yang satu dengan yang lainnya dalam satu mata pelajaran.

c. Deskripsi Masalah

Setelah kita memilih satu masalah, deskripsikan masalah itu secara terperinci untuk memberi
gambaran tentang pentingnya masalah terhadap pembelajaran secara umum dan jumlah siswa
yang terlibat.

Contoh mendeskripsikan masalah, dalam pembelajaran membaca intensif, siswa mengalami


kesulitan dalam menjawab pertanyaan tersirat, dan tersorot. Padahal pembelajaran membaca
intensif sudah mulai ada di tingkat dasar (SD) kelas V. Kesulitan tersebut diakibatkan kurangnya
siswa berlatih menjawab pertanyaan-pertanyaan yang jawabnya tersirat dan tersorot.
Kelihatannya semua siswa mengalami hal yang sama, termasuk anak yang cerdas. Guru lain
ternyata juga mengalami hal yang sama, siswanya sukar menjawab pertanyaan yang jawabnya
tersirat dan tersorot. Karena hal seperti itu, guru perlu melatih siswa menjawab pertanyaan
jawaban tersirat dan tersorot dengan strategi pembelajaran berbasis CTL.

d. Rumusan Masalah

Setelah kita memilih satu masalah secara saksama, selanjutnya kita perlu merumuskan masalah
itu secara komprehensif dan jelas. Masalah dapat dirumuskan dengan pernyataan atau
pertanyaan, atau kedua-duanya. Hendaknya dihindarkan rumusan masalah yang mirip dengan
penelitin non-PTK. Contoh rumusan masalah yang harus dihindari: “Apakah optimalisasi variasi
metode dapat meningkatkan hasil belajar siswa?”

Menurut Sagor dalam Pedoman Teknis PTK (2003:13) merinci rumusan masalah PTK
menggunakan lima pertanyaan:

1) Siapa yang terkena dampak negatifnya?

2) Siapa atau apa yang diperkirakan sebagai penyebab masalah itu?

3) Masalah apa sebenarnya?

4) Siapa yang menjadi tujuan perbaikan?

5) Apa yang akan dilakukan untuk mengatasi hal itu? (tidak wajib, merupakan rencana
tindakan)

Contoh rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas:

Rumusan yang berupa pernyataan:

Siswa kelas VII SMP tidak dapat bisa menjawab pertanyaan tersirat, tersorot dalam membaca
intensif.

Rumusan masalah yang berupa pertanyaan:

Bagaimanakah peningkatan membaca intensif siswa kelas VII dengan strategi CTL?

Jika permasalahan sudah ada, kita perlu menentukan judul penelitian tindakan kelas. Judul
penelitian harus mencerminkan peningkatan mutu pembelajaran. Kata kuncinya selalu ada kata
“peningkatan” “meningkatan”, “mengefektifkan”, “upaya meningkatkan”.

Misalnya Judul PTK Bahasa Indonesia:

Peningkatan Pembelajaran Menulis Kreatif Cerpen dengan Peta Semantik Siswa kelas IX SMP
Negeri 2 Ngimbang Tahun Pelajaran 2009/2010.

5. Kajian Pustaka dan Rencana Tindakan

Dalam membuat rumusan masalah tersebut, sebenarnya kita telah melakukan analisis penyebab
masalah sekaligus membuat rencana tindakan yang akan diberikan untuk memecahkan masalah
tersebut. Untuk melakukan analisis secara tajam dan menjustifikasi perlakuan yang akan
diberikan, kita perlu merujuk pada teori-teori yang sudah ada. Tujuannya untuk meyakinkan
pembaca atau guru lain bahwa apa yang kita lakukan dapat dipertanggungjawabkan secara
profesional. Dalam hal ini proses kolaborasi memegang peranan yang sangat penting.

Kita juga perlu membaca hasil penelitian terakhir, termasuk PTK, siapa tahu apa yang akan kita
lakukan sudah pernah dilakukan oleh orang lain. Kita dapat mengambil manfaat dari
pengalaman orang itu. Manfaat lain yang lebih penting, kita akan mengetahui trend baru yang
sedang diperhatikan atau diteliti oleh para guru di seluruh dunia. Misalnya pembelajaran yang
bernuansa CTL, Problem Solving, Quantum Learning, yang semua berorientasi pada
kepentingan siswa.
Setelah kajian pustaka, kita perlu menentukan perencanaan tindakan. Untuk merencanakan
tindakan ini, kita bisa menganalisis penyebab secara saksama agar tindakan yang kita rencanakan
berjalan dengan efektif. Rencana tindakan dapat kita tuliskan secara eksplisit, tetapi juga tidak
karena pada dasarnya kita belum tahu tindakan mana yang akan berdampak paling efektif.

6. Perumusan Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang dihadapi, sebagai
alternatif tindakan yang dipandang paling tepat untuk memecahkan masalah yang telah dipilih
untuk diteliti melalui PTK. Misalnya: Pendekatan CTL dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam membaca intensif siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Ngimbang.

7. Metode Penelitian

Dalam metode penelitian ini, kita perlu menegaskan bahwa penelitian ini dilakukan dengan cara
siklus-siklus dan dilakukan secara kolaboratif. Dalam metode penelitian ini perlu dijelaskan
identifikasi awal dan setting penelitian, persiapan penelitian (perencanaan yang berupa silabus,
RPP, sistem penilaian, skenario pembelajaran), siklus penelian mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, refleksi, data penelitian, instrumen penelitian, dan teknik analisis data.

Misalnya:

a) Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan, yang pemfokusannya dilaksanakan


dalam kegiatan di kelas sehingga penelitiannya berupa penelitian tindakan kelas. Tujuan utama
penelitian ini ingin mendeskripsikan kemampuan siswa dalam pembelajaran di kelas, terutama
deskripsi peningkatan kualitas pembelajaran membaca di kelas. Guru akan dapat meningkatkan
hasil pembelajaran siswanya jika guru tersebut mau melihat kembali pembelajaran yang
diberikan kepada siswanya. Mampu tidaknya siswa dalam pembelajaran itu sangat bergantung
pada tindakan guru. Tindakan guru seperti itu bila dicatat, kemudian direfleksikan kembali
permasalahannya maka guru tersebut dapat dikatakan pula sebagai penelitian tindakan kelas
sebab penelitian tindakan kelas menurut Carr dan Kemmis (dalam McNiff, 1992:2) adalah
suatu bentuk penelitian refleksi diri (self-reflective) secara kolektif yang melibatkan partisipan
(guru, siswa, kepala sekolah) dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) dengan tujuan untuk
mengembangkan rasionalisasi dari praktik pendidikan yang sedang dialami guru.

Selain pendapat di atas, Elliot (1991:60) mengatakan bahwa penelitian tindakan merupakan
suatu kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas praktik. Ini
dimaksudkan untuk memberi penilaian terhadap prektik yang dilakukan dalam situasi konkret.
Adapun McNiff (1992:4) mengatakan bahwa penelitian tindakan merupakan suatu pendekatan
untuk meningkatkan pendidikan melalui perubahan dengan mendorong guru untuk menyadari
praktik mengajar mereka, kritis terhadap praktik mengajar yang dilakukan, dan siap terhadap
perubahan.

Penelitian tindakan pada penelitian ini terfokus pada rumusan permasalahan dan tujuan
penelitian. Berdasarkan itu, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan proses pembelajaran
membaca kritis dan meningkatkan hasil pembelajaran membaca yang terjadi pada situasi kelas
yang konkret. Di samping tujuan di atas, diharapkan pula penelitian ini dapat menghasilkan
interpretasi dan penilaian terhadap praktik yang dilakukan dalam proses belajar-mengajar kritis
yang terjadi di dalam kelas.

Prosedur penelitian tindakan terdiri atas beberapa tahap. Menurut pendapat Kurt Lewin (dalam
Sukamto,2000:11), setiap siklus penelitian tindakan selalu ada aktivitas dasar, di antaranya
adalah: identifikasi ide awal, analisis, menemukan masalah umum, perencanaan umum tindakan,
mengembangkan langkah tindakan pertama, melaksanakan langkah tindakan pertama,
mengevaluasi dan merevisi perencanaan umum. Berdasarkan siklus dasar ini, peneliti
mengadakan perbaikan-perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus berikutnya. Tindakan
seperti itu dilakukan terus-menerus sampai ada perbaikan.

Berdasarkan pendapat Lewin itu, penelitian ini dirancang dengan langkah-langkah yang
meliputi: studi pendahuluan, persiapan tindakan, pelaksanaan tindakan, dan refleksi.
Langkah-langkah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. Langkah awal kegiatan penelitian ini
dimulai dari identifikasi permasalahan yang ada dalam pembelajaran, baik permasalahan yang
ada dalam siswa, guru, maupun dalam proses perencanaan. Setelah itu, diadakan analisis hasil
permasalahan dan diperoleh temuan bahwa strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru
kurang tepat sehingga kurang bisa mengembangkan kemampuan menulis secara maksimal.
Berdasarkan temuan itu, peneliti bersama-sama guru menyusun rencana tindakan untuk
diterapkan dalam pembelajaran membacakritis. Perencanaan tindakan kelas disusun bersama
antara guru dan peneliti, yang berupa tujuan pembelajaran, satuan pelajaran, rencana
pembelajaran, penilaian, bahan atau materi yang digunakan dalam pembelajaran. Rencana
tindakan itu dilaksanakan dalam siklus-siklus pembelajaran. Setelah selesai tindakan setiap
siklusnya, peneliti dan guru mengadakan refleksi untuk menentukan dasar tindakan perbaikan
pada pelaksanaan siklus berikutnya hingga tujuan penelitian tercapai. Secara terperinci, alur
penelitian ini diuraikan pada bagian berikut ini.

1) Identifikasi Awal dan Setting Penelitian

Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti pada saat pembelajaran membaca di kelas IX SMP Negeri 2
Ngimbang Kabupaten Lamongan. Identifikasi awal ini dilakukan untuk mengetahui masalah-
masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran menulis, terutama kegiatan membaca
intensif di kelas IX A.

Adapun tempat penelitian tindakan kelas di SMP Negeri 2 Ngimbang, Kabupaten Lamongan.
Subjek penelitian ini meliputi guru dan siswa kelas IX A. Adapun pengalaman guru sebagai
peneliti dan kolaborator dalam penelitian ini sebagai berikut. (1) Kasmadi, S.Pd. sebagai guru
kelas VIIIA, yang pengalaman mengajar di sekolah ini sudah mencapai 2 tahun. Guru tersebut
sebelumnya sudah berpengalaman mengajar di MTs Singosari Malang. Latar belakang guru
kelas IIA ini adalah sarjana (S1) dengan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam
Malang. (2) Azis Subekti, S.Pd sebagai guru kelas IX D, yang pengalaman mengajar di SMP
Negeri 2 Ngimbang sudah mencapai 4 tahun. Selain mengajar di sekolah ini, guru tersebut
sebagai pembimbing di Primagama Lamongan. Latar belakang guru kelas IX B tersebut adalah
sarjana (S1) dengan jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Negeri Malang. (3)
Sujak, S.Pd sebagai guru kelas IX A di SMP Negeri 2 Ngimbang. Pengalaman mengajar di SMP
Negeri 2 Ngimbang sudah 11 tahun. Sebelum mengajar di SMP ini, guru tersebut mengajar di
SMP Negeri 2 Lamongan. Pendidikan terakhir guru yang mengajar di kelas IX tersebut adalah
S1 Universitas Wisnuwardhana Malang dengan jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Ketiga guru tersebut berkolaborasi dalam pengajaran di kelas sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan oleh sekolah.

Pemilihan SMP Negeri 2 Ngimbang ini didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut. Pertama,
SMP Negeri 2 Ngimbang Lamongan merupakan salah satu sekolah yang mengikuti ulangan
umum bersama di kabupaten Lamongan, yang nilai keterampilan menulis siswa kelas IX pada
kelompok yang paling bawah. Kedua, SMP Negeri 2 Ngimbang, Lamongan lokasinya di daerah
perbatasan kabupaten Lamongan dan Kabupaten Jombang sehingga siswa yang belajar di SMP
itu berlatar belakang yang berbeda-beda. Dengan adanya latar belakang yang berbeda-beda itu
perlu adanya penanganan proses belajar mengajar yang tepat, baik berkaitan dengan
perancanaan, pelaksanaan, maupun penilaian. Ketiga, tenaga guru yang berlatar belakang bahasa
Indonesia tiga guru tetap, satu guru bantu, dan satu guru kontrak. Semua guru bahasa Indonesia
di SMP Negeri 2 Ngimbang Lamongan tersebut berijazah S1. Keempat, SMP Negeri 2
Ngimbang Lamongan merupakan tempat peneliti berdinas sehingga peneliti mengetahui kondisi
sekolah tersebut dengan jelas.

Peneliti menentukan subjek penelitian kelas IX A SMP karena pada siswa kelas III SMP rata-
rata sudah berusia 15 tahun. Siswa seusia itu sudah mampu menulis kreatif. Di samping usia
yang sudah 15 tahun, peneliti mengambil kelas IX karena kelas IX merupakan kelas yang
siswanya mempunyai latar belakang yang bermacam-macam.

2) Persiapan Penelitian

Berdasarkan teman permasalahan pada studi pendahuluan, guru dan peneliti sebagai kolaborator
mrnyusun perencanaan tindakan. Dalam perencanaan tindakan langkah yang pertama dilakukan
adalah peneliti memberikan pemahaman terhadap guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas IX
dan guru kelas VIII sebagai kolaborator lainnya mengenai pembelajaran membaca kritis dengan
strategi SQ3R. Pemahaman tersebut berkenaan dengan kegiatan menyusun persiapan mengajar
yang dilakukan pada tanggal 18 Februari sampai tanggal 20 Februari 2002, yang memperhatikan:
(1) tema dan butir pembelajaran, (2) menentukan tujuan pembelajaran umum dan tujuan
pembelajaran khusus, (3) menentukan kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran, (4)
menentukan materi dan media, (5) evaluasi proses dan hasil, (6) membuat pedoman pengamatan,
menyusun format aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran, membuat catatan lapangan dan
penetapan deskriptor serta kriteria dengan SQ3R, menyusun rambu-rambu penilaian.

Perencanaan tindakan itu disusun menjadi rancangan pembelajaran yang akan dilaksanakan
dalam tiga siklus. Setiap siklus pembelajaran dilaksanakan dalam satu pertemuan dengan waktu
2 jam pelajaran (2 X 45 menit). Masing-masing pertemuan difokuskan pada kegiatan membaca
kritis melalui proses membaca dengan tahap prabaca, saat-baca, dan pascabaca dengan strategi
SQ3R.

Pada kegiatan tahap prabaca guru melakukan kegiatan yang berkaitan dengan membimbing
siswa dalam mensurvei judul bacaan, isi bacaan dan menyusun pertanyaan. Pada kegiatan tahap
saat-baca guru membimbing siswa membaca kritis dengan cara membaca untuk menemukan
jaaban, menjawab pertanyaan secara lisan, menceritakan kembali isi bacaan dengan bahasanya
sendiri, membaca kembali teks bacaan dengan cara memberi komentar terhadap isi bacaan.

Proses pembelajaran membaca kritis dalam siklus pertama sampai siklus ketiga menggunakan
urutan yang sama. Hasil pengamatan siklus pertama digunakan sebagai dasar untuk menyusun
rencana tindakan siklus berikutnya.

3) Siklus Penelitian

Penelitian ini direncanakan tiga siklus. Setiap siklusnya terdiri atas dua pertemuan. Pertemuan
kedua merupakan kelanjutan dari pertemuan pertama. Setiap pertemuan direncanakan dengan
durasi waktu 2 x 45 menit. Adapun rencana tindakan pada siklus pertama sebagai berikut.

Pertemuan Pertama (2 x 45 menit)

Tahap Prabaca

1. Mensurvei teks bacaan


2. Menyusun pertanyaan

Tahap saat-baca

1. Membaca teks bacaan untuk menjawab pertanyaan dengan cara menandai jawaban pertanyaan
2. Menjawab pertanyaan dengan bahsanya sendiri (menceritakan kembali)
3. Menentukan ide pokok paragraf
4. Menyimpulkan isi bacaan
5. Mendiskusikan hasil kegiatan

Tahap Pascabaca

1. Menilai isi bacaan


2. Mengomentari isi bacaan

4) Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan yang meliputi kegiatan: analisis, sintesis, pemaknaan, penjelasan
dan menyimpulkan data dan informasi yang berhasil dikumpulkan. Hasil yang diperoleh berupa
temuan tingkat efektivitas pembelajaran membaca kritis dengan strategi SQ3R. Hasil refleksi ini
dimanfaatkan untuk perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya.

Peneliti, guru, kolaborator pada tahap ini mendiskusikan pelaksanaan proses pembelajaran yang
telah dilakukan berdasarkan hasil pengamatan selama pembelajaran berlangsung. Hal yang
didiskusikan meliputi: (1) kesesuaian proses pembelajaran dengan rencana pembelajaran yang
telah dibuat, (2) materi yang digunakan dalam pembelajaran, (3) evaluasi pembelajaran, (4)
kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran, (5) kemajuan yang dicapai
siswa, (7) rencana tindakan pembelajaran selanjutnya.

Pelaksanaan refleksi ini dilakukan setelah proses pembelajaran dan setelah evaluasi belajar, yang
berupa pelaksanaan ulangan formatif. Ulangan formatif tersebut digunakan untuk mengetahui
hasil pembelajaran setelah pelaksanaan membaca kritis dengan strategi SQ3R. Pelaksanaannya
menggunakan bentuk soal objektif dan subjektif.

Bedasarkan hasil refleksi itu, guru, peneliti, dan kolaborator mengadakan perbaikan dan
penyempurnaan rencana pembelajaran, mulai dari tujuan pembelajaran sampai pada evaluasi
hasil belajar, yang akan digunakan dalam pembelajaran siklus berikutnya.

Langkah-langkah yang dibuat oleh guru, peneliti, dan kolaborator tersebut, yang berupa
pertanyaan rencana pembelajaran sampai pada kegiatan refleksi ini. Kegiatan seperti ini juga
digunakan pada siklus-siklus selanjutnya sampai tujuan penelitian tercapai.

b) Data Penelitian

Pada bagian ini peneliti akan menguraikan data penelitian yang meliputi data proses
pembelajaran pada tahap prabaca, saat-baca, dan pascabaca, data hasil pembelajaran, yang
berkaitan dengan hasil mengerjakan tugas pada saat proses pembelajaran dan hasil evaluasi
belajar dengan menggunakan strategi SQ3R dalam proses membaca kritis tersebut.

1) Data

Data penelitian meliputi data perencanaan, data pelaksanaan pembelajaran, dan data evaluasi.
Data perencanaan pembelajaran berupa dokumen persiapan pembelajaran yang dibuat secara
kolaboratif antara guru dan kolaborator. Data perencanaan meliputi perumusan tujuan, kegiatan
belajar-mengajar termasuk materi dan media, dan evaluasi pembelajaran. Data ini dikumpulkan
sebelum pembelajaran. Data pelaksanaan pembelajaran berupa deskrepsi pembelajaran selama
kegiatan belajar mengajar. Data tersebut akan terekam dalam catatan lapangan.

Data hasil belajar diambil dari hasil siswa menulis, yang pelaksanaannnya dilakukan dalam
proses belajar mengajar. Data tentang aktivitas guru dalam pembelajaran meliputi kegiatan
membimbing siswa dan memotivasi, mensurvei teks bacaan, menyusun pertanyaan, memodelkan
membaca kritis, membimbing siswa dalam menjawab pertanyaan, membimbing siswa
menceritakan kembali teks bacaan, membimbing berdiskusi, kegiatan bertanya, memberi
tuntunan, memberi balikan. Data aktivitas siswa meliputi kegiatan: mensurvei teks bacaan,
menyusun pertanyaan, membaca secara kritis, menjawab pertanyaan, menceritakan kembali isi
bacaan, diskusi kelompok. Data pelaksanaan pembelajaran berupa catatan dan rekaman hasil
observasi, baik dalam bentuk dafar cek maupun catatan lapangan. Data pelaksanaan
dikumpulkan pada saat proses pembelajaran membaca berlangsung.

Data hasil belajar diambil dari ulangan formatif yang pelaksanaannya dilakukan setelah
pembelajaran membaca. Penyusunan soal tes hasil belajar tersebut berdasarkan pada tujuan
pembelajaran khusus dan tujuan membaca dengan bentuk soal objektif dan uraian. Penentuan
bentuk-bentuk soal tersebut berdasarkan pada kurikulum 1994, khususnya buku petunjuk
pelaksanaan ulangan.

Data perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dikumpulkan dalam waktu pelaksanaan


pembelajaran dan penilaian. Data-data itu merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-
pisahkan dalam pembelajaran. Adapun waktu pengumpulan data dimulai pada tanggal 21
Februari 2002 sampai dengan tanggal 28 Maret 2002. Pengumpulan data dikelompokkan
menjadi tiga tahap. Tahap pertama mulai tanggal 21 Februari 2002 sampai dengan 24 Februari
2002. Adapun pelaksanaan pengambilan data proses belajar mengajar dilakukan pada tanggal 21
Februari 2002 dan pengambilan data hasil belajar pada tanggal 22 Februari 2002. Refleksi
kegiatan dan penyusunan perencanaan siklus II pada tanggal 23, 24 Februari 2002. Tahap II
dilaksanakan tanggal 25 Februari 2002 sampai dengan tanggal 1 Maret 2002. Pelaksanaan
pengambilan data proses belajar mengajar pada tanggal 25 Februari 2002 dan pengambilan data
hasil elajar tanggal 27 Februari 2002. Adapun refleksi dan penyusunan perencanaan siklus III
tanggal 28 februari sampai dengan tanggal 3 Maret 2002. Tahap III mulai tanggal 4 Maret 2002
sampai tanggal 28 Maret 2002. pengambilan data proses belajar mengajar pada siklus III ini
tanggal 4 Maret 2002 dan pengambilan data hasil belajar tanggal 5 Maret 2002. Adapun diskusi
refleksi pelaksanaan siklus III mulai tanggal 6 Maret sampai dengan tanggal 28 Maret 2002.

2) Instrumen Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini dengan menggunakan instrumen utama
dan instrumen penunjang. Instrumen utama adalah peneliti, sebagaimana yang dinyatakan oleh
Bogdan dan Biklen (1982) bahwa peneliti adalah orang yang paling mengetahui seluruh data
dan cara menyikapinya. Adapun instrumen penunjang adalah pedoman observasi, catatan
lapangan, dokumen tasi dan foto (Moleong, 1995:153).

Pedoman observasi digunakan untuk menjaring data dalam proses belajar mengajar. Peneliti
akan lebih mudah mengamati aktivitas guru dan siswa bila sudah disiapkan pedoman
observasinya. Aktivitas yang dijaring dalam pedoman observasi ini berupa interaksi guru
terhadap siswa, siswa terhadap temannya, dan siswa terhadap bahan pembelajaran.

Catatan lapangan digunakan untuk mendeskripsikan segala yang dilihat, didengar, dirasakan,
dan dipikirkan selama dalam pembelajaran membaca kritis dengan menggunakan strategi
SQ3R. Selain itu, catatan lapangan ini digunakan untuk mencatat hasil refleksi dari peneliti dan
kolaborator. Kolaborator akan mencatat semua kejadian yang ada dalam proses pembelajaran
dan refleksi.

Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang rencana pembelajaran di kelas.


Dokumentasi ini berupa program satuan pembelajaran. Selain itu, dokumentasi yang berupa
LKS, hasil kerja siswa dalam menyusun pertanyaan, menjawab pertanyaan, menceritakan
kembali isi bacaan dalam proses pembelajaran, yang digunakan menjaring data kerja siswa
selama proses pembelajaran.

Foto digunakan untuk mendokumentasikan data tentang peristiwa yang terjadi dalam proses
belajar mengajar membaca dengan strategi SQ3R. Semua peristiwa yang terjadi di kelas dalam
pembelajaran itu difoto, baik peristiwa siswa mensurvei teks bacaan, menyusun pertanyaan,
membaca untuk menemukan jawaban, menjawab pertanyaan, menceritakan kembali teks bacaan,
mendiskusikan gagasan umum bacaan, sampai pada menceritakan kembali teks bacaan dan
pelaksanaan penelitian. Selain itu, peristiwa yang melibatkan kegiatan guru juga
didomunetasikan di antaranya: guru membimbing siswa mensurvei teks bacaan, menyusun
pertanyaan, membaca untuk menjawab pertanyaan, menjawab pertanyaan, menceritakan kembali
teks bacaan, membimbing diskusi siswa menemukan gagasan umum bacaan dan kesimpulan
(periksa lampiran).

c) Teknik Analisis Data

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan teknik analisis data kualitatif. Hal ini
berdasarkan pendapat Rofi’uddin (1998:36) analisis data kualitatif dapat bersifat linier
(mengalir) maupun bersifat sirkuler. Berdasarkan pendapat itu, analisis data dilakukan selama
proses pembelajaran. Setelah data terkumpul, peneliti menganalis, mereduksi, dan
menyimpulkan data itu. Pengumpulan data dilakukan setiap siklus penelitian tindakan kelas.
Dengan adanya penyimpulan setiap siklus, peneliti akan lebih memahami proses tindakan yang
dilakukan guru dalam pembelajaran. Akhirnya guru dan peneliti memutuskan perencanaan siklus
berikutnya.

Pedoman yang digunakan analisis data dalam penelitian ini berdasarkan pendapat Rofi’uddin
(1998:36), yang langkah-langkahnya sebagai berikut: (1) menelaah seluruh data yang telah
dikumpulkan, (2) mereduksi data, yang di dalamnya melibatkan kegiatan pengkatagorian dan
pengklasifikasian, (3) menyimpulkan dan verifikasi.

Data penelitian yang telah terkumpul baik melalui observasi, pencatatan, dan dokumentasi
ditelaah oleh peneliti dan guru. Proses penelaahan data diawali dengan transkripsi data hasil
pengamatan, kemudian menganalisis, memaknai, menerangkan dan menyimpulkan. Penelaahan
data tersebut dilakukan secara menyeluruh sejak awal data dikumpulkan sampai seluruh data
penelitian terkumpul.
Reduksi data dilakukan peneliti setelah data terkumpul. Kegiatan reduksi data meliputi
pengkatagorian dan pengklasifikasian data. Setelah diklasifikasikan dan dikelompokkan
dilanjutkan pada penyimpulan. Untuk mempermudah penyimpulan data, peneliti
menyederhanakan data itu dengan cara membuat ringkasan, memberi kode, membuang data yang
tidak perlu, dan pengaturan masalah sesuai dengan permasalahan yang ada dalam penelitian
tindakan kelas ini. Data tersebut dipilah-pilah berdasarkan fokus siswa, dan guru dalam pra
menulis, saat penulisan, dan pascapenulisan.

Data-data yang telah diklasifikasikan dipaparkan menurut jenis masalah penelitian. Pemaparan
data dilakukan dengan menampilkan satuan-satuan informasi secara sistematis. Dengan adanya
pemaparan informasi itu, peneliti akan dapat menarik kesimpulan dengan mudah. Untuk
memperjelas analisis, data penelitian dipaparkan dalam bentuk naratif dan dilengkapi dengan
tabel.

Penyimpulan hasil penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan cara menafsirkan makna suatu
fenomena yang terjadi selama tindakan berlangsung, mencatat kejadian-kejadian positif, negatif,
menjelaskan hubungan sebab-akibat dan akhirnya peneliti menyimpulkan. Penyimpulan pada
langkah ini masih bersifat sementara karena baru berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi
dalam tindakan. Setelah proses pembelajaran selesai, kesimpulan yang bersifat sementara itu
diuji kembali berdasarkan data-data yang baru terkumpulkan sehingga hasil menyimpulkan
akan lebih mantap. Proses seperti ini dilakukan secara berulang-ulang sesuai dengan tindakan
siklusnya.

Pengujian keabsahan data dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan silang (trianggulasi) data.
Kegiatan trianggulasi ini dilakukan dengan jalan mengecek kembali hasil wawancara terhadap
siswa setelah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan hasil angket pembelajaran menulis
dengan peta semantik. Kedua data itu dibandingkan dengan hasil observasi peneliti di kelas saat
pelaksanaan pembelajaran. Setelah kegiatan itu, guru dan peneliti berdiskusi untuk menetapkan
pembelajaran siklus berikutnya dengan menyiapkan perencanaan pembelajaran.

Untuk menafsirkan dan menyimpulkan hasil penelitian ditentukan kreteria keberhasilan.


Penelitian dinyatakan berhasil jika hasil penelitian itu berkualifikasi baik (B) atau sangat baik
(SB). Kreteria kualifikasi itu berlaku pada aspek pembelajaran, yang meliputi aktivitas siswa,
guru dalam proses pembelajaran dan dibuktikan dengan hasil proses pembelajaran siswa dalam
bentuk lembar kerja siswa. Selain itu, kreteria di atas juga berlaku untuk hasil pembelajaran.
Adapun kreteria penilaian terhadap pencapaian masing-masing deskriptor adalah: (1) mendapat
skor nol bila tidak satu pun indikator muncul, (2) mendapat skor satu bila satu indikator yang
muncul, (3) mendapat skor dua bila dua indikator yang muncul, (4) mendapat skor tiga bila tiga
indikator yang muncul. Adapun taraf keberhasilan tindakan dan rambu-rambu analisis hasil
menulis cerpen sebagai alat untuk menentukan keberhasilan sebagai berikut.

Taraf Keberhasilan Tindakan

Pencapain Tujuan Skor/Nilai Kualifikasi Tingkat Keberhasilan


Pembelajaran Pembelajaran

85-100 % 3 Sangat Baik (SB) Berhasil

65-84 % 2 Baik (B) Berhasil

55-64 % 1 Kurang (K) Tidak Berhasil

0-54 % 0 Sangat Kurang (SK) Tidak Berhasil

Rambu-rambu Analisis Hasil Menulis

Pencapain Tujuan Skor/Nilai Kualifikasi Tingkat Keberhasilan


Pembelajaran Pembelajaran

85-100 % 4 Sangat Baik (SB) Berhasil


65-84 % 3 Baik (B) Berhasil

55-64 % 2 Cukup (C) Tidak Berhasil

45-54 % 1 Kurang (K) Tidak Berhasil

0-44 % 0 Sangat Kurang (SK) Tidak Berhasil

8. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil penelitian PTK tidak hanya berisi data hasil observasi, melainkan justru proses perbaikan
yang dilakukan. Untuk itu siklus adalah cara yang tepat untuk menyajikan hasil penelitian Data
hasil observasi tidak disajikan secara terpisah melainkan dalam konteks siklus-siklus yang telah
dilakukan.

Dalam laporan penelitian tindakan kelas bab ini memuat hasil dan temuan siklus, yang di
dalamnya berisi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, hasil pembelajaran,
refleksi, dan temuan siklus tersebut. Jika bagian itu siklus pertama, maka bagian berikutnya
siklus II, yang isinya sama dengan siklus pertama.

Untuk menggambarkan hasil siswa, tabel, grafik, dan diagram sangat baik untuk menyajikan
data hasil observasi. Gunanya agar refleksi dapat dilakukan dengan mudah. Tetapi sajian yang
cantik itu bisa menjadi blunder manakala angka-angkanya diatur sedemikian rupa sehingga
terkesan artificial. Hasil yang begitu spektakuler seringkali tidak disertai dengan “bagaimana”
proses untuk mencapainya, sehingga pembaca akan semakin ragu. Dengan demikian tabel,
diagram, dan grafik harus disertai dengan penjelasan bagaimana proses pencapaian hasil belajar
dalam tabel, grafik, dan diagram tersebut. Akan lebih sempurna jika dalam hasil tersebut
dipaparkan proses pembelajaran mulai dari pendahuluan, inti, dan akhir pembelajaran.

Selain grafik, tabel, dan diagram tersebut perlu ada lampiran hasil-hasil yang otentik seperti
karangan siswa, gambar karya siswa, hasil rekaman, foto tentang proyek yang dilakukan siswa.
Hasil siswa secara terperinci dimasukkan dalam lampiran laporan penelitian.

Hasil temuan siklus pertama sampai dengan siklus terakhir perlu dibahas dengan teori-teori yang
sudah ada. Peneliti wajib membaca buku yang berkaitan dengan variabel penelitian tersebut
sebab akan bermanfaat dalam pembahasan hasil penelitian tindakan kelas. Pembahasan bisa
dijadikan satu bab dengan hasil penelitian, bisa juga dipisah (bab tersendiri). Jika penelitian
tindakan kelas dilakukan oleh guru maka pembahasan dijadaikan satu bab dengan hasil penelitan
(agar tidak membebani guru sebagai peneliti), tetapi jika peneliti seorang mahasiswa maka
pembahasan harus dijadikan bab tersendiri, misalnya skripsi atau tesis.

9. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan harus menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan dalam


rumusan permasalahan. Pertanyaan penelitian dalam permasalahan, di samping menuntut
jawaban yang berupa hasil juga menuntut prosesnya. Kesimpulan PTK tidak hanya berisi
jawaban hasil penelitian yang berupa angka-angka atau data, melainkan juga berisi proses
pembelajaran. Makanya selain hasil penelitian yang meningkat, peneliti wajib menyampaikan
proses pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil tersebut.

Setelah penyimpulan, peneliti perlu menulis saran. Saran ditujukan kepada para guru yang
kemungkinan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan skanario pembelajaran dalam
penelitian ini, bahkan disampaikan kepada para peneliti lain yang akan mengembangkan hasil
penelitian tindakan kelas ini. Di samping itu saran perlu disampaikan kepada pengambil
kebijakan di sekolah, misalnya kepala sekolah atau pengawas.

10. Daftar Pustaka

Daftar pustaka yang ditulis pada bagian akhir laporan mencerminkan penguasaan kita atas teori
belajar dan pembelajaran yang kita minati. Orang lain akan mengetahui buku apa saja yang
dibaca sebagai sumber penelitian ini. Di samping itu, sebagaimana telah disinggung sebelumnya,
daftar pustaka mencerminkan keluasan pengetahuan kita atas penelitian-penelitian terbaru yang
sedang nge-trend. Karena itu, kita perlu menulis daftar pustaka secermat mungkin dan tidak
menyalahi aturan yang berlaku.

——————————————————————————————

 Bahasa Indonesia Community


o Just another WordPress.com weblog
o Pages
 KAJIAN BAHASA INDONESIA S-1 PGSD
 Bahan Perkuliahan
 BANK SOAL BAHASA INDONESIA PER KD
 BERITA PENDIDIKAN
 BIOGRAFI
 BUKU PTK
 Materi ICT -S-1
 MATERI PBI S-1 PGSD
 Proposal PTK
 PTK BAHASA
 SERAH TERIMA KASEK SMPN 3 NGIMANG
 Silabus S-1 PGSD
 STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PTK
 Syndicate
o Entries
o Comments
 Meta
o Register
o Log in

 Home
 KAJIAN BAHASA INDONESIA S-1 PGSD
 Bahan Perkuliahan
 BANK SOAL BAHASA INDONESIA PER KD
 BERITA PENDIDIKAN
 BIOGRAFI
 BUKU PTK
 Materi ICT -S-1
 MATERI PBI S-1 PGSD
 Proposal PTK
 PTK BAHASA
 SERAH TERIMA KASEK SMPN 3 NGIMANG
 Silabus S-1 PGSD
 STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PTK

Proposal PTK
PROPOSAL

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS MELALUI TEKNIK MENULIS


SEMITERPIMPIN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 NGIMBANG

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Proposal PTK ini

Diajukan untuk Memperoleh Dana

Penelitian dari Sekolah Standar Nasional (SSN)

Oleh

Sujak, S.Pd., M.Pd

Pembina TK I / IV b

NIP.131990728

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KABUPATEN LAMONGAN

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

PROPOSAL

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS MELALUI TEKNIK MENULIS


SEMITERPIMPIN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 NGIMBANG

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Oleh

Sujak, S.Pd., M.Pd

1. 1. Latar Belakang

Menulis merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang harus diajarkan siswa mulai
dari SD sampai dengan perguruan tinggi. Dengan adanya aturan di atas seharusnya siswa SMP
kelas VII sudah dapat menulis pengalaman pribadi, menulis surat pribadi, menulis kembali
dongeng yang telah didengarkan dengan sistematika dan ejaan yang tepat. Namun kenyataan di
kelas berbeda dengan tujuan tersebut. Hampir setengah dari jumlah siswa setiap kelasnya belum
mampu mengembangkan idenya dalam tulisan pengalaman pribadi dengan runtut. Siswa masih
banyak menulis dengan ide yang meloncat-loncat. Padahal pengalaman pribadi yang dialaminya
merupakan kenyataan nyata dalam hidupnya. Siswa mengalami kebuntuan dalam menulis
pengalaman pribadi tersebut dikarenakan guru belum membimbing secara intensif pada tahapan-
tahapan menulis tersebut. Ejaan masih banyak mengalami kesalahan. Hal itu dikarenakan
bimbingan guru secara rutin belum pernah dilakukan sehingga para siswa selalu berbuat
kesalahan pada saat menulis tersebut. Apalagi para guru selain mata pelajaran bahasa Indonesia
sering menulis dengan ejaan yang kurang benar.

Menurut hasil wawancara guru sebagai peneliti dengan para siswa kelas VII SMP Negeri 2
Ngimbang menyatakan bahwa para siswa mengalami kesulitan karena konsep dasar menulis
belum pernah diajarkan baik di SD maupun ketika di SMP. Guru jarang membimbing menulis
dengan arahan-arahan secara rutin dalam proses pembelajaran dan jarang melihat siswa yang
sedang menulis di kelas. Sebagian besar guru di SD dan SMP Negeri 2 Ngimbang memeberi
tugas menulis pada siswa. Guru hanya duduk di depan kelas atau guru meninggalkan kelas untuk
mengerjakan tugas-tugas lain di luar PBM. Hal seperti ini dilakukan secara terus menerus sampai
siswa kelas IX. Ini terbukti angket yang peneliti edaran pada semua siswa kelas VII, VIII, dan
IX, ternyata 95 % siswa mengatakan guru tidak pernah membimbing menulis dalam proses
pembelajaran di kelas.

Selain siswa belum mampu menulis pengalaman pribadi yang paling mengesankan, siswa kelas
VII juga belum bisa menulis surat pribadi dengan menggunakan bahasa yang komunikatif. Hal
ini terjadi karena siswa menulis surat pribadi hanya berdasarkan contoh-contoh yang ada. Guru
jarang membimbing siswa menulis surat pribadi secara kretif. Siswa belum diberi kepercayaan
menulis surat pribadi dengan kreativitasnya sendiri. Karena demikian guru perlu mengarahkan
siswa agar mau menulis surat pribadi dengan menggunakan bahasa yang komunikatif dan kreatif.
Hal seperti itu bisa dilakukan oleh siswa jika guru membimbing siswa secara rutin dalam proses
belajar mengajar.

Menurut Ditjen Mandikdasmen Depdiknas (2006:7) siswa SMP harus mampu menulis
pengalaman pribadi dengan memperhatikan cara pengungkapan dan bahasa yang efektif, dan
mampu menulis surat pribadi dengan memperhatikan komposisi, isi, dan bahasa. Berdasarkan
itu, guru wajib melaksanakan pembelajaran yang bisa mengarah pada tercapainya tujuan yang
disyaratkan oleh Depdiknas tersebut. Karena berdasarkan pada pengalaman yang sudah didata
pada siswa yang sekarang kelas VIII dan kelas IX maka guru kelas VII berupaya untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dengan sebuah teknik yang mengarah pada bimbingan siswa
secara kontinyu.

Bimbingan siswa secara kontinyu dalam proses menulis di kelas pada penelitian ini
menggunakan teknik menulis semiterpimpin. Peneliti menggunakan teknik ini karena dianggap
cocok dan sesuai dengan permasalahan yang ada dalam kegiatan menulis di SMP Negeri 2
Ngimbang. Adapun judul penelitian ini adalah Peningkatan Menulis Melalui Teknik
Semiterpimpin Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Ngimbang Tahun Pelajaran 2009/2010.

1. 2. Masalah Penelitian

Secara umum masalah penelitian ini adalah ”Bagaimanakah meningkatkan pembelajaran menulis
siswa kelas VII SMP Negeri 2 Ngimbang dengan teknik menulis semiterpimpin?

Secara terperinci rumusan penelitian itu sebagai berikut:

1. Bagaimanakah meningkatkan menulis siswa kelas VII dengan teknik menulis semi terpimpin
pada tahap pengedrafan?
2. Bagaimanakah meningkatkan menulis siswa kelas VII dengan teknik menulis semiterpimpin pada
tahap perevisian?
3. Bagaimanakah meningkatkan menulis siswa kelas VII dengan teknik menulis semiterpimpin pada
tahappempublikasian?

1. 3. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah ingin mendiskripsikan cara meningkatkan pemelajaran
menulis siswa kelas VII dengan teknik menulis semi terpimpin. Adapun tujuan secara khusus
adalah:

1. Ingin mendeskripsikan peningkatan menulis siswa kelas VII dengan teknik menulis semi
terpimpin pada tahap pengedrafan.
2. Ingin mendeskripsikan peningkatan menulis siswa kelas VII dengan teknik menulis semi
terpimpin pada tahap perevisian.
3. Ingin mendeskripsikan peningkatan menulis siswa kelas VII dengan teknik menulis semi
terpimpin pada tahap pembublikasian.

1. 4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru atau yang lain. Manfaat tersebut bisa secara
teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi teori
pembelajaran menulis pengalam pribadi dan menulis surat pribadi di kelas VII SMP. Secara
praktis, penelitian ini dapat memberi sumbangan informasi kepada para guru tentang
pembelajaran keterampilan menulis pengalam pribadi dan menulis surat pribadi di kelas VII
SMP dengan teknik menulis semiterpimpin.

1. 5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini berada dalam lingkup pengajaran, yang di dalamnya ada berbagai variabel yang
terlibat. Variabel-variabel itu akan mempengaruhi jalannya penelitian ini. Karena terlalu
banyaknya variabel, peneliti membatasi pada lingkup yang lebih sempit. Sesuai dengan masalah
penelitian di atas maka ruang lingkup penelitian ini terfokus pada variabel proses dan variabel
hasil pembelajaran membaca. Variabel proses mencakup perilaku guru dalam menyusun
perencanaan pembelajaran, mengajarkan keterampilan menulis pengalaman pribadi dn surat
pribadi dan perilaku siswa dalam proses menulis kreatif tersebut..

Berdasarkan cakupan variabel proses, variabel hasil, dan berdasarkan masalah penelitian
tersebut, ruang lingkup ini dibatasi pada hal-hal berikut.

1. Aspek pembelajaran yang diteliti meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.


2. Keterampilan menulis yang diteliti ditekankan pada menulis pengalaman pribadi, dan menulis
surat pribadi.
3. Pembelajaran menulis menulis pengalaman pribadi dan menulis surat pribadi ditekankan pada
pelaksanaan tahap pengedrfan, tahap perevisian, dan pada tahap pempublikasian.

1. 6. Asumsi Penelitian

Asumsi yang dijadikan landasan pelaksanaan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Kemampuan menulis pengalaman pribadi dan surat pribadi sudah pernah diajarkan di kelas VI
SD/MI.
2. Teknik menulis semiterpimpin dapat diterapkan pada siswa kelas VII SMP.
3. Siswa sudah mengenal komposisi surat pribadi
4. Siswa sudah mengenal ejaan yang disempurnakan

1. 7. Kajian Pustaka

7.1 . Pengertian Menulis

Menulis merupakan kegiatan produktif yang digunakan untuk menyampaikan pesan dengan
menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Pesan tersebut berupa isi atau muatan yang
terkandung dalam suatu tulisan. Menurut Akhadiyah (1997:8) menulis tersebut mengandung
unsur komuniksai, proses berpikir, tulisan sebagai mediumnya dan merupakan penyampai
gagasan penulis kepada khalayak.

7.2 Kreativitas

Berdasarkan makna leksikal, kreativitas berarti daya cipta atau kemampuan seseorang untuk
menciptakan sesuatu (Depdikbud, 1995:530). Karena kreativitas merupakan konsep yang luas
dan berdemensi yang sangat luas maka pengertian kreativitas tersebut bermacam-macam.
Tentang definisi kreativitas tersebut di antaranya adalah pendapat Rhodes dalam Munadar
(1999:24-24) mengatakan bahwa kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan
dari mewujudkan potensi dorongan untuk berkembang dan menjadi matang, kecenderungan
untuk mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan organisme. Moustakas (1967)
dalam Munandar (1999:24) kreativitas merupakan pengalaman mengekspresikan dan
mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungannya diri sendiri,
dengan alam dan dengan orang lain. Percy (1982:10) kreativitas merupakan respon individual
atas gagasan, imaji, suara, hubungan, dan simulasi lain yang ditemukan pada lingkungan masa
lalu, masa kini, dan masa mendatang.

Selain berdasarkan pendapat di atas, sastrawan Lubis (1997:53)

mengatakan bahwa kreativitas seorang sastrawan adalah kemampuan untuk menyuling manusia
dan kehidupannya, pengalaman masyarakatnya, sejarah bangsanya dan negerinya, lingkungan
hidupnya, kebudayaan dan sistem nilai bangsanya baik yang homogin maupun yang beragam-
ragam, dan kemudian menuangkannya dalam kerangka ciptaannya, berbentuk puisi atau prosa,
dan menandai ciptaannya ini dengan citra kepribadiannya, keyakinannya, kejujurannya, nilai-
nilai yang dipegangnya, keberaniannya, kebenarannya, dan rasa keindahannya. Berdasarkan
pendapat tersebut, penulis menganggap bahwa kreativitas seorang penulis sangat dibutuhkan
karena mereka akan mencari saripati kehidupan sosial masyarakat dan dituangkan dalam karya
kreatifnya. Di samping itu, penulis yang kreatif juga harus berani mengungkapkan sesuatu yang
baru walaupun banyak yang menentang. Sebagaimana pendapat Wycoff dalam Marzuki
(2002:44) kreativitas adalah “baru”: suatu cara melakukan sesuatu dengan berbeda:
“unik”:”berbeda”;”lebih baik”. Pengertian tersebut jika disederhanakan baru dan bermanfaat.

Semua orang mempunyai kreativitas, termasuk anak-anak. Kreativitas siswa SMP barang tentu
berbeda dengan mahasiswa. Siswa yang tidak kreatif pada dasarnya karena kurang bisa
memanfaatkan potensi dirinya. Menurut Moslow dalam Wycoff (1991:47) orang/siswa yang
ingin menggunakan seluruh potensinya dalam rangka memaksimalkan kreativitasnya harus
memiliki beberapa ciri khas, di antaranya adalah: (1) menerima kenyataan dengan akurat dan
objektif: menerima, bahkan menyukai keambiguan; dan tidak takut terhadap hal yang belum
dikenalnya, (2) menerima diri sendiri, orang lain, serta sifat manusia, (3) spontan, alami, dan
murni, (4) beroreintasi pada masalah (bukan orientasi pada diri sendiri), tidak egois, memiliki
filsafat hidup, dan mungkin misi dalam hidup, (5) lebih membutuhkan privasi dan kesendirian
daripada orang pada umumnya; mampu berkonsentrasi penuh, (6) mandiri, merasa puas dengan
diri sendiri dan swatantra; tidak terlalu memutuhkan pujian dan popularitas, (7) mampu
meghagai pengalaman yang biasa dan sederhana; punya semangat hidup, (8) memiliki rasa
humor yang tinggi, dan memiliki kemampuan mengatasi stres, memiliki (dan menyadari) “saat-
saat puncak” yang kaya hidup dan bermanfaat––saat-saat kegembiraan yang amat sangat, (9)
memiliki rasa persaudaraan mendalam dengan seluruh umat manusia; penuh dengan kebaikan,
altruistik (mementingkan orang lain), (10) membentuk ikatan persahabatan yang kuat dengan
orang dalam jumlah yang relatif sedikit; mampu mencintai dengan lebih dalam, (11) demokratis
tak berburuk sangka, timbul dari hati yang dalam, (12) beretika kuat dan bermoral dengan cara-
cara yang khas (tidak harus selalu secara konvensional; dapat menikmati, baik bekerja untuk
mencapai hasil maupun hasil yang dicapai itu sendiri; sabar, pada umumnya, (13) memiliki rasa
humor mendalam dan penuh filsafat, yang bersifat membangun, bukannya menjatuhkan, (14)
kreatif, orisinal, memiliki daya cipta dengan pandangan yang segar, langsung, sederhana, dan
apa adanya terhadap hidup; cenderung kreatif dalam melakukan berbagai hal––tetapi takterus
selalu memiliki bakat yang hebat, (15) mampu melepaskan diri dari pengaruh budaya; mampu
membandingkan berbagai budaya secara objektif, dan tahu kapan harus mengikuti atau
meninggalkan suatui kebiasaan. Dengan demikian, orang/anak akan dapat kreatif jika mampu
mengaplikasikan lima belas ciri tersebut di atas.

Adapun Wycoff (1991:49) hanya menyebutkan empat ciri orang yang kreatif, di antaranya
adalah: (1) keberanian––orang kreatif berani menghadapi tantangan baru dan bersedia
menghadapi resiko kegagalan. Mereka penasaran ingin mengetahui apa yang akan terjadi, (2)
ekspresif––orang kreatif tidak takut menyatakan pemikiran dan perasaan. Mereka mau menjadi
dirinya sendiri, (3) humor–– homor berkaitan erat dengan kreativitas, (4) intituitif–– orang
kreatif menerima intuisi sebagai aspek wajar dalam kepribadiannya.

7.3 Kemampuan Mengolah Bahasa

Melalui kreativitas, penulis selalu berusaha merekayasa penggunaan bahasa secara optimal agar
tercipta pemakaian bahasa yang bergaya dan efektif serta berbeda dengan gaya pemakaian
bahasa penulis yang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Percy (1981:115) yang menyatakan
bahwa kegiatan menulis kreatif yang dilakukan terus-menerus sangat membantu pengembangan
kemampuan seseorang untuk menggunakan dan menguasai bahasa sebagai alat ekspresi dan
berkomunikasi verbal dan nonverbal. Pembahasan tentang pengolahan bahasa juga berdasarkan
pendapat Kayam (1988) menyebutkan sebagai bahasa yang khusus ditemukan, diciptakan,
dikembangkan untuk menceritakan dan menjelaskan dunia rekaan (dunia sastra) yang abstrak
dan di luar jangkauan pembacanya.

Kreativitas mengolah bahasa dalam dunia sastra sangat bergantung pada kemampuan
sastrawan/penulis dalam menggunakan kata-kata dalam bahasa itu. Semakin kaya kosakata,
penulis semakin kreatif dalam mengembangkan kreativitas menulisnya. Cerita hasil tulisann
orang kreatif lebih berkesan dan menarik pembaca untuk menikmati secara keseluruhan karya
tersebut. Berbeda dengan hasil karya orang yang kurang kreatif.

7.4 Menulis Semiterpimpin

Menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan sebagai
mediumnya (Akhdiah, 1997:1.3). Karena itu menulis itu sulit oleh sebab itu, kegiatan menulis
perlu mendapat bimbingan dari guru. Menurut Widyamartaya (1990:9) pengetahuan dan
keterampilan menulis dapat dibagi menjadi tiga. Pertama, subtansi bahan yang berupa ide,
pengorganiosasian dan bahasa, kedua, strategi penyampaian ide, ketiga gaya yang di antaranya
adalah ejaan, pilihan kata, pilihan kata, hubungan kata, susunan kalimat, susunan paragraf,
hubungan paragraf.

Teknik menulis semiterpimpin dalam penelitian ini adalah teknik menulis dengan disediakannya
panduan carta agar siswa mudah menuangkan ide. Dengan bantuan teknik ini diharapkan siswa
mengalami kemudahan di dalam menuangkan ide ke dalam paragraf.

1. 8. Metode Penelitian

8.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan, yang pemfokusannya dilaksanakan


dalam kegiatan di kelas sehingga penelitiannya berupa penelitian tindakan kelas. Tujuan utama
penelitian ini ingin mendeskripsikan kemampuan siswa dalam pembelajaran di kelas, terutama
deskripsi peningkatan kualitas pembelajaran menulis kreatif di kelas. Guru akan dapat
meningkatkan hasil pembelajaran siswanya jika guru tersebut mau melihat kembali pembelajaran
yang diberikan kepada siswanya. Mampu tidaknya siswa dalam pembelajaran itu sangat
bergantung pada tindakan guru. Tindakan guru seperti itu bila dicatat, kemudian direfleksikan
kembali permasalahannya maka guru tersebut dapat dikatakan pula sebagai penelitian tindakan
kelas sebab penelitian tindakan kelas menurut Carr dan Kemmis (dalam McNiff, 1992:2)
adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri (self-reflective) secara kolektif yang melibatkan
partisipan (guru, siswa, kepala sekolah) dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) dengan
tujuan untuk mengembangkan rasionalisasi dari praktik pendidikan yang sedang dialami guru.

Selain pendapat di atas, Elliot (1991:60) mengatakan bahwa penelitian tindakan merupakan
suatu kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas praktik. Ini
dimaksudkan untuk memberi penilaian terhadap prektik yang dilakukan dalam situasi konkret.
Adapun McNiff (1992:4) mengatakan bahwa penelitian tindakan merupakan suatu pendekatan
untuk meningkatkan pendidikan melalui perubahan dengan mendorong guru untuk menyadari
praktik mengajar mereka, kritis terhadap praktik mengajar yang dilakukan, dan siap terhadap
perubahan.

Penelitian tindakan pada penelitian ini terfokus pada rumusan permasalahan dan tujuan
penelitian. Berdasarkan itu, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan proses pembelajaran
menulis kreatif dan meningkatkan hasil pembelajaran menulis yang terjadi pada situasi kelas
yang konkret. Di samping tujuan di atas, diharapkan pula penelitian ini dapat menghasilkan
interpretasi dan penilaian terhadap praktik yang dilakukan dalam proses belajar-mengajar kritis
yang terjadi di dalam kelas.

Prosedur penelitian tindakan terdiri atas beberapa tahap. Menurut pendapat Kurt Lewin (dalam
Sukamto,2000:11), setiap siklus penelitian tindakan selalu ada aktivitas dasar, di antaranya
adalah: identifikasi ide awal, analisis, menemukan masalah umum, perencanaan umum tindakan,
mengembangkan langkah tindakan pertama, melaksanakan langkah tindakan pertama,
mengevaluasi dan merevisi perencanaan umum. Berdasarkan siklus dasar ini, peneliti
mengadakan perbaikan-perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus berikutnya. Tindakan
seperti itu dilakukan terus-menerus sampai ada perbaikan.

Berdasarkan pendapat Lewin itu, penelitian ini dirancang dengan langkah-langkah yang
meliputi: studi pendahuluan, persiapan tindakan, pelaksanaan tindakan, dan refleksi.

Langkah-langkah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. Langkah awal kegiatan penelitian ini
dimulai dari identifikasi permasalahan yang ada dalam pembelajaran, baik permasalahan yang
ada dalam siswa, guru, maupun dalam proses perencanaan. Setelah itu, diadakan analisis hasil
permasalahan dan diperoleh temuan bahwa strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru
kurang tepat sehingga kurang bisa mengembangkan kemampuan menulis secara maksimal.
Berdasarkan temuan itu, peneliti bersama-sama guru menyusun rencana tindakan untuk
diterapkan dalam pembelajaran menulis. Perencanaan tindakan kelas disusun bersama antara
guru dan peneliti, yang berupa tujuan pembelajaran, satuan pelajaran, rencana pembelajaran,
penilaian, bahan atau materi yang digunakan dalam pembelajaran. Rencana tindakan itu
dilaksanakan dalam siklus-siklus pembelajaran. Setelah selesai tindakan setiap siklusnya,
peneliti dan guru mengadakan refleksi untuk menentukan dasar tindakan perbaikan pada
pelaksanaan siklus berikutnya hingga tujuan penelitian tercapai. Secara terperinci, alur penelitian
ini diuraikan pada bagian berikut ini.

8.1.1 Identifikasi Awal dan Setting Penelitian

Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti pada saat pembelajaran membaca di kelas VII SMP Negeri
2 Ngimbang Kabupaten Lamongan. Identifikasi awal ini dilakukan untuk mengetahui masalah-
masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran menulis, terutama kegiatan menulis
pengalaman pribadi dan menulis surat pribadi di kelas VII

Adapun tempat penelitian tindakan kelas di SMP Negeri 2 Ngimbang, Kabupaten Lamongan.
Subjek penelitian ini meliputi guru dan siswa kelas VIIA, VIIB, dan VIIC, VIID. Adapun
pengalaman guru sebagai peneliti dan kolaborator dalam penelitian ini sebagai berikut. (1) Drs.
Sukadi. sebagai guru kelas IXA, yang pengalaman mengajar di sekolah ini sudah mencapai 4
tahun. Guru tersebut sebelumnya sudah berpengalaman mengajar di MTs Ngimbang dan di MA
Ngimbang adalah sarjana (S1) dengan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI
Bojonegoro. (2) Trinil L.C., S.Pd sebagai guru kelas VIII, yang pengalaman mengajar di SMP
Negeri 2 Ngimbang sudah mencapai 10 tahun. Latar belakang guru kelas IIIB tersebut adalah
Sarjana (S1) dengan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI Jombang. (3)
Sujak, M.Pd sebagai guru kelas VII di SMP 2 Ngimbang. Pengalaman mengajar di SMP Negeri
2 Ngimbang sudah 15 tahun. Sebelum mengajar di SMP ini, guru tersebut mengajar di SMP
Negeri 2 Lamongan. Pendidikan terakhir guru yang mengajar di kelasVII tersebut adalah S2
Universitas Negeri Malang dengan Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia. Ketiga guru tersebut
berkolaborasi dalam pengajaran di kelas sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh
sekolah.

Pemilihan SMP Negeri 2 Ngimbang ini didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut. Pertama,
SMP Negeri 2 Ngimbang Lamongan merupakan salah satu sekolah yang mengikuti ulangan
umum bersama di kabupaten Lamongan, yang nilai keterampilan menulis siswa kelasVII pada
kelompok yang paling bawah. Kedua, SMP Negeri 2 Ngimbang, Lamongan lokasinya di daerah
perbatasan kabupaten Lamongan dan Kabupaten Jombang sehingga siswa yang belajar di SMP
itu berlatar belakang yang berbeda-beda. Dengan adanya latar belakang yang berbeda-beda itu
perlu adanya penanganan proses belajar mengajar yang tepat, baik berkaitan dengan
perancanaan, pelaksanaan, maupun penilaian. Ketiga, tenaga guru yang berlatar belakang bahasa
Indonesia tiga guru tetap, satu guru bantu, dan satu guru kontrak. Semua guru bahasa Indonesia
di SMP Negeri 2 Ngimbang Lamongan tersebut berijazah S1. Keempat, SMP Negeri 2
Ngimbang Lamongan merupakan tempat peneliti berdinas sehingga peneliti mengetahui kondisi
sekolah tersebut dengan jelas.

8.1.2 Persiapan Penelitian

Untuk meningkatkan proses menulis pengalaman pribadi dan menulis pribadi dan produknya
dengan teknik menulis semiterpimpin, peneliti sebagai guru mata pelajaran bahasa Indonesia di
SMP Negeri 2 Ngimbang perlu mengadakan perencanaan pembelajaran yang tepat dengan
mempertimbangkan lingkungan sekolah, dan pengalaman siswa. Untuk itu, peneliti, guru dan
kolaburator merencanakan tindakan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Perumusan tujuan pembelajaran menulis pengalaman pribadi dan menulis surat pribadi.
Perumusan TPK itu dibuat dalam satuan pelajaran, dan rencana pembelajaran.
2. Penyusunan skenario pembelajaran dengan teknik menulis semiterpimpinuntuk mengatasi
permasalahan tersebut

8.1.3 Siklus Penelitian


Penelitian ini direncanakan tiga siklus. Setiap siklusnya terdiri atas dua pertemuan. Pertemuan
kedua merupakan kelanjutan dari pertemuan pertama. Setiap pertemuan direncanakan dengan
durasi waktu 2 x 40 menit. Adapun rencana tindakan pada siklus pertama sebagai berikut.

Pertemuan Pertama (2 x 40 menit)

Tahap Pengedrafan

1. Guru memotivasi siswa untuk menemukan tema/topik yang paling mengesankan.


2. Siswa menulis pokok-pokok pengalaman pribadi yang mengesankan.
3. Siswa dan guru mendiskusikan urutan pokok-pokok pengalaman tersebut
4. Siswa menulis pengalaman pribadi yang paling mengeankan dengan pilihan kata dan ejaan
5. Siswa berdiskusi tentang penggunaan pilihan kata dan ejaan dengan menggunakan karta yang
sudah disiapkan oleh guru
6. Guru membimbing siswa dalam menulis draf dengan karta tersebut

Pertemuan Kedua ( 2 x 40 menit)

Tahap Perevisian

1. Guru memberi pengarahan tentang tata cara perevisian


2. Siswa mendapat bimbingan menulis dengan arahan guru dalam proses pembelajaran
3. Siswa mencocokkan penulisan dengan karta yang sudah disiapkan guru, terutama penulisan kata
dan ejaan
4. Siswa mendiskusikan kembali tulisan yang selesai ditulis.
5. Siswa dibimbing guru dalam perevisian tulisan
6. Siswa merencanakan pempublikasian tulisan di mading

8.1.4 Refleksi

Guru sebagai peneliti, dan kolaborator mendiskusikan hasil pengamatan yang telah dilakukan.
Kegiatan yang dilakukan meliputi: analisis, sintesis, pemaknaan, penjelasan dan menyimpulkan
data dan informasi yang berhasil dikumpulkan. Hasil yang diperoleh berupa temuan tingkat
efektivitas pembelajaran menulis pengalaman pribadi dan menulis surat pribadi dengan teknik
menulis semiterpimpin, .

8.2 Data Penelitian

Pada bagian ini, peneliti akan menguraikan data penelitian yang meliputi data proses, yang
meliputi proses pembelajaran pada tahap pengedrafan, tahap perevisiandan tahap
pempublikasian, data hasil pembelajaran, yang berkaitan dengan hasil mengerjakan tugas pada
saat proses pembelajaran dan hasil evaluasi belajar, serta subjek penelitian yang meliputi guru,
yang membimbing siswa dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadi dan menulis surat
pribadi dengan peta semantik.

8.2.1 Data

Data penelitian meliputi data perencanaan, data pelaksanaan pembelajaran, dan data evaluasi.
Data perencanaan pembelajaran berupa dokumen persiapan pembelajaran yang dibuat secara
kolaboratif antara guru dan kolaborator. Data perencanaan meliputi perumusan tujuan, kegiatan
belajar-mengajar termasuk materi dan media, dan evaluasi pembelajaran. Data ini dikumpulkan
sebelum pembelajaran. Data pelaksanaan pembelajaran berupa deskrepsi pembelajaran selama
kegiatan belajar mengajar. Data tersebut akan terekam dalam catatan lapangan.

Data hasil belajar diambil dari hasil siswa menulis, yang pelaksanaannnya dilakukan dalam
proses belajar mengajar, terutama setiap pertemuan kedua dan ketiga setiap siklusnya. Yang
termasuk data-data tersebut berupa proses pengemabangan karangan, hasil menulis pertama
(sebelum direvisi), hasil menulis setelah direvisi.

Data perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dikumpulkan dalam waktu pelaksanaan


pembelajaran dan penilaian. Data-data itu merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-
pisahkan dalam pembelajaran.
3.2.2 Instrumen Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini dengan menggunakan instrumen utama
dan instrumen penunjang. Instrumen utama adalah peneliti, sebagaimana yang dinyatakan oleh
Bogdan dan Biklen (1982) bahwa peneliti adalah orang yang paling mengetahui seluruh data
dan cara menyikapinya. Adapun instrumen penunjang adalah pedoman observasi, catatan
lapangan, dokumen tasi dan foto (Moleong, 1995:153).

Pedoman observasi digunakan untuk menjaring data dalam proses belajar mengajar. Peneliti
akan lebih mudah mengamati aktivitas guru dan siswa bila sudah disiapkan pedoman
observasinya. Aktivitas yang dijaring dalam pedoman observasi ini berupa interaksi guru
terhadap siswa, siswa terhadap temannya, dan siswa terhadap bahan pembelajaran.

Catatan lapangan digunakan untuk mendeskripsikan segala yang dilihat, didengar, dirasakan,
dan dipikirkan selama dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadi dan menulis
pribadidengan peta semantik/peta pikiran/peta semantik. Selain itu, catatan lapangan ini
digunakan untuk mencatat hasil refleksi dari peneliti dan kolaborator. Kolaborator akan mencatat
semua kejadian yang ada dalam proses pembelajaran dan refleksi.

Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang rencana pembelajaran di kelas.


Dokumentasi ini berupa program satuan pembelajaran. Selain itu, dokumentasi yang berupa
LKS, hasil kerja siswa dalam menyusun pertanyaan, menjawab pertanyaan, menceritakan
kembali isi bacaan dalam proses pembelajaran, yang digunakan menjaring data kerja siswa
selama proses pembelajaran.

Foto digunakan untuk mendokumentasikan data tentang peristiwa yang terjadi dalam proses
menulis kreatif dengan peta semantik/peta pikiran/peta semantik. Semua

peristiwa yang terjadi di kelas dalam pembelajaran itu difoto, baik peristiwa siswa menentukan
topik atau fokus menulis di tengah selembar kertas, menentukan kata-kata kunci yang
bersumberkan dari fokus, berdiskusi, menetapkan peta semantik yang akan dikembangkan
mencadi karangan, menulis, merevisi karangan, dan mempublikasikan karyanya.

8.3 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan teknik analisis data kualitatif. Hal ini
berdasarkan pendapat Rofi’uddin (1998:36) analisis data kualitatif dapat bersifat linier
(mengalir) maupun bersifat sirkuler. Berdasarkan pendapat itu, analisis data dilakukan selama
proses pembelajaran. Setelah data terkumpul, peneliti menganalis, mereduksi, dan
menyimpulkan data itu. Pengumpulan data dilakukan setiap siklus penelitian tindakan kelas.
Dengan adanya penyimpulan setiap siklus, peneliti akan lebih memahami proses tindakan yang
dilakukan guru dalam pembelajaran. Akhirnya guru dan peneliti memutuskan perencanaan siklus
berikutnya.

Pedoman yang digunakan analisis data dalam penelitian ini berdasarkan pendapat Rofi’uddin
(1998:36), yang langkah-langkahnya sebagai berikut: (1) menelaah seluruh data yang telah
dikumpulkan, (2) mereduksi data, yang di dalamnya melibatkan kegiatan pengkatagorian dan
pengklasifikasian, (3) menyimpulkan dan verifikasi.

Data penelitian yang telah terkumpul baik melalui observasi, pencatatan, dan dokumentasi
ditelaah oleh peneliti dan guru. Proses penelaahan data diawali dengan transkripsi data hasil
pengamatan, kemudian menganalisis, memaknai, menerangkan dan menyimpulkan. Penelaahan
data tersebut dilakukan secara menyeluruh sejak awal data dikumpulkan sampai seluruh data
penelitian terkumpul.

Reduksi data dilakukan peneliti setelah data terkumpul. Kegiatan reduksi data meliputi
pengkatagorian dan pengklasifikasian data. Setelah diklasifikasikan dan dikelompokkan
dilanjutkan pada penyimpulan. Untuk mempermudah penyimpulan data, peneliti
menyederhanakan data itu dengan cara membuat ringkasan, memberi kode, membuang data yang
tidak perlu, dan pengaturan masalah sesuai dengan permasalahan yang ada dalam penelitian
tindakan kelas ini. Data tersebut dipilah-pilah berdasarkan fokus siswa, dan guru dalam pra
menulis, saat penulisan, dan pascapenulisan.
Data-data yang telah diklasifikasikan dipaparkan menurut jenis masalah penelitian. Pemaparan
data dilakukan dengan menampilkan satuan-satuan informasi secara sistematis. Dengan adanya
pemaparan informasi itu, peneliti akan dapat menarik kesimpulan dengan mudah. Untuk
memperjelas analisis, data penelitian dipaparkan dalam bentuk naratif dan dilengkapi dengan
tabel.

Penyimpulan hasil penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan cara menafsirkan makna suatu
fenomena yang terjadi selama tindakan berlangsung, mencatat kejadian-kejadian positif, negatif,
menjelaskan hubungan sebab-akibat dan akhirnya peneliti menyimpulkan. Penyimpulan pada
langkah ini masih bersifat sementara karena baru berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi
dalam tindakan. Setelah proses pembelajaran selesai, kesimpulan yang bersifat sementara itu
diuji kembali berdasarkan data-data yang baru terkumpulkan sehingga hasil menyimpulkan
akan lebih mantap. Proses seperti ini dilakukan secara berulang-ulang sesuai dengan tindakan
siklusnya.

Pengujian keabsahan data dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan silang (trianggulasi) data.
Kegiatan trianggulasi ini dilakukan dengan jalan mengecek kembali hasil wawancara terhadap
siswa setelah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan hasil angket pembelajaran menulis
dengan peta semantik. Kedua data itu dibandingkan dengan hasil observasi peneliti di kelas saat
pelaksanaan pembelajaran. Setelah kegiatan itu, guru dan peneliti berdiskusi untuk menetapkan
pembelajaran siklus berikutnya dengan menyiapkan perencanaan pembelajaran.

Untuk menafsirkan dan menyimpulkan hasil penelitian ditentukan kreteria keberhasilan.


Penelitian dinyatakan berhasil jika hasil penelitian itu berkualifikasi baik (B) atau sangat baik
(SB). Kreteria kualifikasi itu berlaku pada aspek pembelajaran, yang meliputi aktivitas siswa,
guru dalam proses pembelajaran dan dibuktikan dengan hasil proses pembelajaran siswa dalam
bentuk lembar kerja siswa. Selain itu, kreteria di atas juga berlaku untuk hasil pembelajaran.
Adapun kreteria penilaian terhadap pencapaian masing-masing deskriptor adalah: (1) mendapat
skor nol bila tidak satu pun indikator muncul, (2) mendapat skor satu bila satu indikator yang
muncul, (3) mendapat skor dua bila dua indikator yang muncul, (4) mendapat skor tiga bila tiga
indikator yang muncul. Adapun taraf keberhasilan tindakan dan rambu-rambu analisis hasil
menulis cerpen sebagai alat untuk menentukan keberhasilan sebagai berikut.

Tabel 8.1 Taraf Keberhasilan Tindakan

Pencapain Tujuan Skor/Nilai Kualifikasi Tingkat Keberhasilan


Pembelajaran Pembelajaran
85-100 % 3 Sangat Baik (SB) Berhasil
65-84 % 2 Baik (B) Berhasil
55-64 % 1 Kurang (K) Tidak Berhasil
0-54 % 0 Sangat Kurang Tidak Berhasil
(SK)

Tabel 8.2 Rambu-rambu Analisis Hasil Menulis

Pencapain Tujuan Skor/Nilai Kualifikasi Tingkat Keberhasilan


Pembelajaran Pembelajaran
85-100 % 4 Sangat Baik (SB) Berhasil
65-84 % 3 Baik (B) Berhasil
55-64 % 2 Cukup (C) Tidak Berhasil
45-54 % 1 Kurang (K) Tidak Berhasil
0-44 % 0 Sangat Kurang (SK) Tidak Berhasil

1. Anggaran

Anggaran pelaksanaan penelitian tindakan kelas diperoleh dari dana SSN dengan perincian
sebagai berikut:

No. Uraian Jumlah Uamg


1 Untuk pembuatan proposal Penelitian Rp50.000,00

2 Untuk ATK Rp300.000,00

3 Untuk penulisan komputer Rp 200.000,00

3 Untuk penjilidan dan penggandaan Rp 250.000,00

4 Untuk konsumsi Rp 100.000,00

5 Untuk transportasi Rp 100.000,00

Rp 1.000.000,00

9. Anggaran /Sumber Dana

Pemasukan Pengeluaran

Uraian Jumlah Uraian Jumlah

Dana dari SSN Rp 2.200.000,00 1. Transportasi Rp 300.000,00


peneliti
2. Pembuatan Rp 200.000,00
instrumen
penelitian Rp 400.000,00
3. ATK
4. Konsumsi Rp 300.000,00
5. Referensi /buku
referensi
Rp 400.000,00
6. Penulisan laporan
7. Penjilidan Rp 400.000,00

Rp 200.000,00
Jumlah Rp2.200.000,00 Rp2.200.000,00
Jumlah Pengeluaran
Pemasukan

Daftar Pustaka
Akhadiyah, S. 1997. Menulis. Jakarta: Depdikbud.

DePorter, Bobbi, 1999. Quantum Teaching. terjemahan oleh Ary Nilandari. 2002. Bandung:
Kaifa.

Eneste, Pamusuk. 1982. Proses Kreatif: Mengapa dan Bagaimana Saya mengarang. Jakarta:
Gramedia.

Kemmis S. dan Mc Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria: Deakin University.

Liotohe, W.K. 1991. Petunjuk Praktis Mengarang Cerita Anak-anak. Jakarta: balai Pustaka.

Munandar, SCU. 1999. Kreativitas dan Keberbakatan: Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan
Bakat. Jakarta: gramedia.

Munandir. 1987. Rancangan Sistem Pengajaran. Jakarta: Depdikbud.

Puskur. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk SLTP. Jakarta: Depdikbud.

Roekhan. 1991. Menulis Kreatif: Dasar-Dasar dan Petunjuk Penerapannya. malang IKIP
Malang.
Rose, Colin. 2002. Accelerated Learning for 21 St Century. New York: Delacorte Press.

Sukamto. 2000. Penelitian Tindakan (Action Research). Yogyakarta: Universitas Negeri


Yogyakarta (UNY).

Tomskin, Gail E. 1994. Teaching Writing, Balancing Process and Product, Second Edition. New
york: Macmillan Collage Publishing Company, Inc.

Submit header
‹›

+ Follow

strategi pembelajaran berbasis masalah


by Afrina Astuti on Sep 14, 2013

Sp berbasis masalah @ Document Transcript


 1. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
.......................................................................................................i DAFTAR ISI
......................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN
..................................................................................................1 1.1 Latar Belakang
.............................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah
........................................................................................................2 1.3 Tujuan
Pembelajaran....................................................................................................2 1.4 Manfaat
Tulisan............................................................................................................2 1.5 Metode
Penulisan .........................................................................................................2 BAB II STRATEGI
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (SPBM)................3 2.1 Konsep Dasar dan Karakteristik
SPBM ........................................................................3 2.2 Hakikat Masalah Dalam
SPBM.....................................................................................5 2.3 Teori Belajar yang Melandasi
Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah................5 2.4 Tahapan-tahapan
SPBM................................................................................................6 2.5 Hasil
SPBM...................................................................................................................10 2.6 Keunggulan
dan Kelemahan SPBM..............................................................................10 BAB III PENUTUP
...........................................................................................................12 3.1
Kesimpulan....................................................................................................................12 3.2
Saran-saran ....................................................................................................................12 DAFTAR
PUSTAKA ........................................................................................................13
 2. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang disusun
meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Pada hakikatnya program pembelajaran
bertujuan tidak hanya memahami dan menguasai apa dan bagaimana suatu terjadi, tetapi juga
memberi pemahaman dan pengusaan tentang “mengapa hal itu terjadi”. Berpijak pada
permasalahan tersebut, maka pembelajaran pemecahan masalah menjadi sangat penting untuk
diajarkan (Wena, 2009 : 52) Menurut Arends (dalam Trianto, 2010 : 90) : “ it’s strange that we
expect student to learn yet seldom teach then about learning, we expect student to solve teach
then about problem solving,” yang berarti dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk
belajar dan jarang memberikan pelajaran bagaimana siswa untuk belajar, guru juga untuk
menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan
masalah. Hal tersebut dapat dilihat pada kenyataan di lapangan siswa hanya menghafal konsep
dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan
nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Bahkan, siswa kurang mampu
menentukan masalah dan merumuskannya, serta kurang mampu menghubungkan antar apa
yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan
dimanfaatkan/diaplikasikan pada situasi baru. Kemampuan pemecahan masalah sangat penting
artinya bagi siswa dan masa depannya, sehingga strategi pembelajaran berbasis masalah sangat
diperlukan. Hal ini diperkuat dengan pendapat Bruner (dalam Trianto, 2010 : 91), bahwa
berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya,
menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Suatu konsekuensi logis, karena
dengan berusaha untuk mencari pemecahan masalah secara mandiri akan memberikan suatu
pengalaman konkret, dengan pengalaman tersebut dapat digunakan pula memecahkan
masalah-masalah serupa, karena pengalaman itu memberikan makna tersendiri bagi peserta
didik.
 3. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut , pada makalah ini akan dibahas :
(1) Apa itu Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM)? (2) Apa karateristik SPBM? (3)
Bagaiman hakikat masalah dalam SPBM? (4) Teori-teori belajar apa saja yang melandasi SPBM?
(5) Apa saja tahapan-tahapan dalam SPBM? (6) Apa hasil dari SPBM? (7) Apa keunggulan dan
kelemahan SPBM? 1.3 Tujuan Pembelajaran Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah
tersebut, tujuan dari makalah ini adalah: (1) Untuk mengetahui konsep dasar dan karateristik
SPMB (2) Untuk mengetahui hakikat masalah dalam SPBM (3) Untuk mengetahui teori-teori
yang melandasi SPBM (4) Untuk mengetahui tahapan-tahapan dan hasil SPBM (5) Untuk
mengetahui keunggulan dan kelemahan SPBM 1.4 Manfaat Tulisan Manfaat tulisan makalah ini :
(1) Untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Starategi pembelajaran Matematika (2) Untuk
mempermudah mempelajari Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM) (3) Untuk
menambah wawasan mengenai Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPMB) 1.5 Metode
Penulisan Dalam penulisan makalah ini kami menggunakan metode penulisan kepustakaan.
 4. BAB II STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (SPBM) 2.1 Konsep Dasar dan
Karakteristik SPBM SPBM dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Menurut Boud
dan Felleti (1997) dan Fogarty (1997) (dalam Wena, 2009 : 91) strategi belajar berbasis masalah
merupakan suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada siswa dengan
masalah-masalah praktis, berbentuk ill-structured atau open-ended melalui stimulus dalam
belajar. Terdapat 3 ciri utama dari SPBM. Pertama, SPBM merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran, artinya dalam implementasi SPBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan
siswa. SPBM tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian
menghapalkan materi pelajaran, akan tetapi melalui SPBM siswa aktif berpikir, berkomunikasi,
mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran
diarahkan untuk menyelesaikan masalah. SPBM menempatkan masalah sebagai kata kunci dari
proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran.
Ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir secara ilmiah.
Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif.
Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah
dilakukan melalui tahap-tahap tertentu; sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah
didasarkan pada data dan fakta yang jelas. Sedangkan Savoie dan Hughes (1994)(dalam Wena,
2009 : 91) menyatakan bahwa strategi belajar berbasis masalah memiliki beberapa karateristik
antara lain sebagai berikut. a. Belajar dimulai dengan suatu permasalahan. b. Permasalahan
yang diberikan harus berhubungan dengan dunia nyata siswa. c. Mengorganisasikan
pembelajaran di seputar permasalahan, bukan di seputar disiplin ilmu.
 5. d. Memberikan tanggung jawab yang besar dalam membentuk dan menjalankan secara
langsung proses belajar mereka sendiri. e. Menggunakan kelompok kecil. f. Menuntut siswa
untuk mendemonstrasikan apa yang telah dipelajarinya dalam bentuk produk dan kinerja.
Menurut Arends (2001 : 349), berbagai pengembang pengjaran berdasarkan masalah telah
memberikan model pengajaran itu memiliki karateristik sebagai berikut (Krajcik, 1999; Krajcik,
Blumenfeld, Marx, & Soloway, 1994; Slavin, Maden, Dolan, & Wasik, 1992, 1994; Cognition &
Technology Group at Vanderbilt, 1990). (1) Pengajuan pertanyaan atau masalah (2) Berfokus
pada keterkaitan antardisiplin (3) Penyelidikan autentik (4) Menghasilkan produk dan
memamerkannya (5) Kolaborasi Untuk mengimplementasikan SPBM, guru perlu memilih bahan
pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Permasalahan tersebut bisa di
ambil dari buku teks atau dari sumber-sumber lain misalnya dari peristiwa yang terjadi
dilingkungan sekitar, dari peristiwa dalam keluarga atau dari peristiwa kemasyarakatan. Strategi
pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat diterapkan : Mana kala guru menginginkan
agar siswa tidak hanya sekedar dapat mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan
memahaminya secara penuh. Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan
berpikir rasional siswa, yaitu keterampilan menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang
mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta
mengembangkan kemampuan dalam membuat judgment secara objektif. Manakala guru
menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan
intelektual siswa. Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam
belajar. Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan
kenyataan dalam kehidupannya (hubungan antara teori dengan kenyataan).
 6. 2.2 Hakikat Masalah Dalam SPBM Masalah dalam SPBM adalah masalah yang bersifat
terbuka. Artinya jawaban dari masalah tersebut belum pasti. Setiap siswa, bahkan guru, dapat
mengembangkan kemungkinan jawaban. Dengan demikian, SPBM memberikan kesempatan
pada siswa untuk bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. tujuan yang ingin di capai oleh SPBM adalah kemampuan
siswa untuk berfikir kritis, analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternative
pemecahan masalah melalui eksporasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap
ilmiah. Hakikat masalah dalam SPBM adalah gap atau kesenjangan antara situasi nyata dan
kondisi yang diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan.
Kesenjangan tersebut bisa dirasakan dari adanya keresahan, keluhan, kerisauan, atau
kecemasan. Oleh karena itu, maka materi pelajaran atau topic tidak terbatas pada materi
pelajaran yang bersumber pada buku saja, akan tetapi juga dapat bersumber dari peristiwa-
peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Dibawah ini diberikan criteria
pemilihan bahan pelajaran dalam SPBM. 1. Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang
mengandung konflik (conflict issue) yang bisa bersumber dari berita, rekaman video, dan yang
lainnya. 2. Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa, sehingga setiap
siswa dapat mengikutinya dengan baik. 3. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang
berhubungan dengan kepentingan orang banyak (universal), sehingga terasa manfaatnya. 4.
Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus
dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku. 5. Bahan yang dipilih sesuai dengan
minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk mempelajarinya. 2.3 Teori Belajar yang
Melandasi Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah 1. Teori Belajar Bermakna dari David
Ausubel
 7. Ausubel (Suparno, 1997) membedakan antara belajar bermakna (meaningfull learning)
dengan belajar menghafal (rote learning). Belajar bermakna merupakan proses belajar dimana
informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dimiliki seseorang yang
sedang belajar. Belajar menghafal, diperlukan bila seseorang memperoleh informasi baru dalam
pengetahuan yang sama sekali tidak ada hubungan dengan yang telah diketahuinya. Kaitan
dengan SPBM dalam hal mengaitkan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki
oleh siswa. 2. Teori Belajar Vigotsky Perkembangan intelektual terjadi pada saat individu
berhadapan dengan pengalaman baru dan menantang serta ketika mereka berusaha untuk
memecahkan masalah yang dimunculkan. Dalam upaya mendapatkan pemahaman, individu
berusaha mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan awal yang telah dimilikinya
kemudian membangun pengetahuan baru. Ibrahim dan Nur (2000:19) Vigotsky meyakini bahwa
interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya
perkembangan intelektual siswa. Kaitan dengan SPBM dalam hal mengaitkan informasi baru
dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa melalui kegiatan belajar dalam interaksi
social dengan teman lain. 3. Teori Belajar Jerome S. Bruner Metode penemuan merupakan
metode di mana siswa menemukan kembali, bukan menemukan yang sama sekali benar-benar
baru. Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif manusia, dengan
sendirinya memberikan hasil yang lebih baik, berusaha sendiri mencari pemecahan masalah
serta didukung oleh pengetahuan yang menyertainya, serta menghasilkan pengetahuan yang
benar-benar bermakna (Dahar, 1989 :103). 2.4 Tahapan-tahapan SPBM Banyak ahli yang
menjelaskan untuk penerapan SPBM. John Dewey seorang ahli pendidikan berkembangsaan
Amerika menjelaskan 6 langkah SPBM yang kemudian dia namakan metode pemecahan
masalah (problem solving), yaitu : 1. Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa menentukan
masalah yang akan dipechkan.
 8. 2. Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai
sudut pandang. 3. Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai
kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. 4. Mengumpulkan data,
yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan
masalah. 5. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan
sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan. 6. Merumuskan rekomendasi
pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan
sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan. David Johnson & Johnson
mengemukakan ada 5 langkah SPBM melalui kegiatan kelompok. 1. Mendefinisikan masalah,
yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, hingga siswa
menjadi jelas masalah apa yang akan di kaji. Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat
dan penjelasan siswa tentang isu-isu hangat yang menarik untuk dipecahkan. 2. Mendiagonis
masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta menganalisis berbagai faktor
baik faktor yang bisa menghambat maupun faktor yang dapat mendukung dalam penyelesaian
masalah. Kegiatan ini bisa dilakukan dalam diskusi kelompok kecil, hingga pada akhirnya siswa
dapat mengurutkan tindakan- tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan jenis
penghamba yang diperkirakan. 3. Merumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan
yang telah dirmuskan melalui diskusi kelas. Pada tahap ini setiap siswa didorong untuk berpikir
mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang kemungkinan setiap tindakan yang dapat
dilakukan. 4. Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan
tentang strategi mana yang dapat dilakukan.
 9. 5. Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah
evaluasi terhadap seluruh kegiatan pelaksanaan kegiatan; sedangkan evaluasi hasil adalah
evaluasi terhadapa akibat dari penerapan strategi yang diterapkan. Menurut Fogarty (1997),
tahap-tahap strategi belajar berbasis masalah adalah sebagai berikut : 1. menemukan masalah,
2. mendefinisikan maslah, 3. mengumpulkan fakta, 4. menyusun hipotesis (dugaan sementara),
5. melakukan penyelidikan, 6. menyempurnakan permasalahan yang telah didefinisikan, 7.
menyimpulkan alternatif pemecahan secara kolaboratif, dan 8. melakukan pengujian hasil
(solusi) pemecahan masalah. Sesuai dengan tujuan SPBM adalah untuk menumbuhkan sikap
ilmiah, dari beberapa bentuk SPBM yang dikemukakan para ahli, maka secara umum SPBM bisa
dilakukan dengan langkah-langkah : 1. Menyadari Masalah Implementasi SPBM harus dimulai
dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan. Pada tahapan ini guru membimbing
siswa pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau
lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai oleh siswa pada tahapan ini adalah siswa
dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada.
Mungkin pada tahap ini siswa dapat menemukan kesenjangan lebih dari satu, akan tetapi guru
dapat mendorong siswa agar menentukan satu atau dua kesenjangan yang pantas untuk dikaji
baik melalui kelompok besar atau kelompok kecil atau bahkan individu. 2. Merumuskan Masalah
Bahan pelajaran dalam bentuk topic yang dapat dicari dari kesenjangan, selanjutnya difokuskan
pada masalah apa yang pantas untuk dikaji. Rumusan masalah sangat penting, sebab
selanjutnya akan berhubungan dengan kejelasan dari keasmaan persepsi tentang masalah dan
berkaitan dengan data-data apa yang harus dikumpulkan untuk menyelesaikannya. Kemampuan
yang diharapkan dari siswa dalam langkah ini adalah
 10. siswa dapat menentukan prioritas masalah. Siswa dapat memanfaatkan pengetahuannya
untuk mengkaji, memerinci, dan menganalisis masalah sehingga pada akhirnya muncul rumusan
masalah yang jelas, spesifik, dan dapat dipecahkan. 3. Merumuskan Hipotesis Sebagai proses
berpikir ilmiah yang merupakan perpaduan dari berpikir deduktif dan induktif, maka
merumuskan hipotesis merupakan langkah penting yang tidak boleh ditinggalkan. Kemampuan
yang diharapkan dari siswa dalam tahapan ini adalah siswa dapat menentukan sebab akibat dari
masalah yang ingin diselesaikan. Melalui analisis sebab akibat inilah pada akhirnya siswa
diharapkan dapat menentukan berbagai kemungkinan penyelesaian masalah. Dengan demikian,
upaya yang dapat dilakukan selanjutnya adalah mengumpulkan data yang sesuai dengan
hipotesis yang diajukan. 4. Mengumpulkan Data Sebagai proses berpikir empiris, keberadaan
data dalam proses berpikir ilmiah merupakan hal yang sangat penting. Sebab, menentukan cara
penyelesaian masalah sesuai dengan hipotesis yang diajukan harus sesuai dengan data yang
ada. Proses berpikir ilmiah bukan proses berimajinasi akan tetapi proses yang didasarkan pada
pengalaman. Oleh karena itu, dalam tahapan ini siswa didorong untuk mengumpulkan data yang
relevan. Kemampuan yang diharapkan pada tahap ini adalah kecakapan siswa untuk
mengumpulkan dan memilah data,kemudian memetakan dan mengkajikannya dalam berbagai
tampilan sehingga mudah dipahami. 5. Menguji Hipotesis Berdasarkan data yang dikumpulkan,
akhirnya siswa menentukan hipotesis mana yang diterima dan mana yang ditolak. Kemampuan
yang diharapkan dari siswa dalam tahapan ini adalah kecakapan menelaah data dan sekaligus
memahasnya untuk melihat hubungannya dengan masalah yang dikaji. Di samping itu,
diharapkan siswa dapat mengambil keputusan dan kesimpulan. 6. Menentukan Pilihan
Penyelesaian Menentukan pilihan penyelesaian merupakan akhir dari proses SPBM.
Kemampuan yang diharapkan dari tahapan ini adalah kecakapan memilih alternative
penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan
yang akan
 11. terjadi sehubungan dengan alternative yang dipilihnya, termasuk memperhitungkan akibat
yang akan terjadi pada setiap pilihan. 2.5 Hasil SPBM Menurut Sofan Amri dan Iif Khoiru Ahmadi
(2010: 72), hasil belajar utama siswa dalam Pembelajaran Berdasarkan Masalah meliputi : a.
Keterampilan inkuiri dan pemecahan masalah b. Mendapatkan perilaku peran orang dewasa c.
Menjadi siswa mandiri atau siswa otonom Alasannya : a) Pembelajaran Berdasarkan Masalah
menggunakan psikologi kognitif sebagai sumber teoritisnya b) Visi pembelajaran Berdasarkan
Masalah atau pembelajaran bermakna mengikuti fitrah manusia yang ingin mengeksplorasi
situasi-situasi bermakna secara pribadi yang berhubungan filosofi pendidikan dan pendadogi
Dewey c) Pembelajaran Berdasarkan Masalah juga dilandasi oleh paham persfektif kognitif-
kontruktivis yang dirintis oleh Piaget. d) Lev Vygotsky menekankan aspek pembelajaran sosial,
dimana siswa dapat belajar melalui interaksi denfan guru dan teman sebaya. e) Jerome Bruner,
ahli psikologi Harvard bersama koleganya memberikan dukungan teoritis dengan Model
Pembelajaran Penemuan atau discovery learning, yang menekankan pentingnya membantu
siswa memahami struktur atau ide-ide pokok disiplin ilmu, kebutuhan akan keterlibatan aktif
siswa dan keyakinan bahwa pembelajaran sebenarnya terjadi melalui penemuan pribadi. f)
Richard Suchman mengembangkan pendekatan inquiry training dimana guru menyajikan suatu
diserepant events untuk memicu rasa ingin tahu dan memotivasi inkuiri siswa 2.6 Keunggulan
dan Kelemahan SPBM 1. Keunggulan Sebagai suatu strategi pembelajaran, SPBM memiliki
beberapa keunggulan, di antaranya : a. Pemecahan masalah ( problem solving) merupakan
teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
 12. b. Pemecahan masalah (problem solving) dapat menantang kemampuan siswa serta
memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa. c. Pemecahan masalah
(problem solving) dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa. d. Pemecahan masalah
(problem solving) dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk
memahami masalah dalam kehidupan yata. e. Pemecahan masalah (problem solving) dapat
membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam
pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu, pemecahan masalah itu juga dapat
mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya. f.
Melalui pemecahan masalah (problem solving) bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap
mata pelajaran (matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya), pada dasarnya merupakan cara
berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru
atau dari buku-buku saja. g. Pemecahan masalah (problem solving) dianggap lebih
menyenangkan dan diskusi siwa. h. Pemecahan masalah (problem solving) dapat
mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan
mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru. i. Pemecahan masalah (problem
solving) dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
mereka miliki dalam dunia nyata. j. Pemecahan masalah (problem solving) dapat
mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada
pendidikan formal telah berakhir. 2.Kelemahan Di samping keunggulan, SPBM juga memiliki
kelemahan, diantaranya : a. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa
enggan untuk mencoba. b. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan. c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha
untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajara apa yang
mereka ingin pelajari.
 13. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Pendekatan SPBM berkaitan dengan penggunaan
kecerdasan dari dalam diri individu yang berada dalam sebuah kelompok / lingkungan untuk
memecahkan masalah yang bermakna, relevan, dan kontekstual. Penerapan SPBM dalam
pembelajaran menuntut kesiapan baik dari pihak guru yang harus berperan sebagai seorang
fasilitator sekaligus sebagai pembimbing. Guru dituntut dapat memahami secara utuh dari
setiap bagian konsep SPBM dan menjadi penengah yang mampu merangsang kemampuan
berpikir siswa. Bagi para guru, pemahaman terhadap berbagai pendekatan yang berpusat pada
siswa, salah satunya Pembelajaran Berbasis Masalah, perlu ditingkatkan karena tantangan
kehidupan masa sekarang dan masa yang akan datang akan semakin kompleks dan menuntut
setiap orang secra individual mampu menghadapinya dengan berbagai pengetahuan dan
keterampilan yang relevan. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan lebih efektif apabila
individu, khususnya siswa dapat mengalaminya sendiri, bukan hanya menunggu materi dan
informasi dari guru, tetapi berdasarkan usaha sendiri untuk menemukan pengetahuan dan
keterampilan yang baru dan kemudian mengintegrasikannya dengan pengetahuan dan
keterampilan yang sudah dimiliki sebelumnya. 3.2 Saran-saran Saran bagi seluruh pembaca
makalah ini adalah dalam penentuan metode, model atau strategi pembelajaran harus
disesuaikan dengan karakteristik materi yang akan disampaikan dan juga kondisi siswa.
 14. DAFTAR PUSTAKA Amrin, S. dan Ahmadi, Iif Khoiru. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan
Inovatif dalam Kelas. Jakarta: Pustakarya. Gulo,W. 2002. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta:
Grasindo. Nasution, S. 2009. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Jakarta :
Bumi Aksara Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Trianto.2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada
Media Gorup Wena, Made.2009.Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional.Jakarta: Bumi Aksara.

footer

Search
Submit header

 Upload
 Browse
o Featured
o Popular
o Most Liked
o Videos

 Go Pro
 Login
 Signup

 Email
 Like
 Save
 Private Content
 Embed
‹›

1
/49
Like this document? Why not share!

 Share
 Email

 PERENCANAAN PEMBELAJARAN by Ina Wati 6511 views

 LESSON STUDY SEBAGAI UPAYA PENINGKA... by guestc6f390


22652 views

 Kurikulum Dan Pembelajaran by 02041989 5884 views

 Media pembelajaran by Novia Wardina 637 views

 Makalah Strategi Pembelajaran tenta... by Puspita Fajerin


8779 views
 Multimedia Pembelajaran by Yahya Electone 16423 views

 Implementasi KTSP pada Pembelajaran... by Rahasty Cinthia Devi


10086 views

 Model pembelajaran ttw by anatahara 1027 views

 Konsep Dasar Strategi Pembelajaran by Ifwhar Yuhono 149 views

 Tugas individu Kurikulum dan Pembel... by SaniMicita 546 views

 Media pembelajaran by Arif Pramana 143 views

 Kurikulum dan pembelajaran agus sap... by Agus Pratama 180 views


 Related

 PERENCANAAN PEMBELAJARAN 6511 views Like

 LESSON STUDY SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KINERJA PEMBELAJARAN


YANG DILAKUKAN GURU… 22652 views Like

 Kurikulum Dan Pembelajaran 5884 views Like

 Media pembelajaran 637 views Like

 Makalah Strategi Pembelajaran tentang STRATEGI PEMBELAJARAN


KOOPERATIF 8779 views Like

 Multimedia Pembelajaran 16423 views Like

 Implementasi KTSP pada Pembelajaran Ekonomi di SMA Negeri 1


Ciawigebang 10086 views Like

 Model pembelajaran ttw 1027 views Like

 Konsep Dasar Strategi Pembelajaran 149 views Like

 Tugas individu Kurikulum dan Pembelajaran 546 views Like

 Media pembelajaran 143 views Like


 Kurikulum dan pembelajaran agus sapta pratama 2B 180 views Like

 Pembelajaran tm,pt dan tmtt 918 views Like

 Kurikulum Dan Pembelajaran 1127 views Like

 Pembelajaran Kontekstual
Contextual Teaching & Learning (CTL) 110160 views Like

 Kurikulum Dan Pembelajaran 18158 views Like

 Anis andriani (09.31.114) stkip blitar 170 views Like

 Modul plpg PTK KIMIA 924 views Like

 Modul sertifikasi kimia 1290 views Like

 Pembelajaran asyik sambil facebook an 332 views Like

 penilaian untuk pembelajaran 36769 views Like

 10 bahasa indonesia buku_guru 663 views Like

 Proses Belajar Mengajar 20651 views Like


 Revolusi Pembelajaran Ppt 3465 views Like

 http://www.slideshare.net/eenherlina 1113 views Like

 Pengertian Pendidikan, Alat Pendidikan, dan Media Pembelajaran 398 views


Like

 Belajar dan Pembelajaran 361 views Like

 Pembelajaran aktif (active learning) 7469 views Like

 Edupark of School : Menciptakan Pembelajaran Geografi Otentik 299 views


Like

 RPP Bologi KelasXII Semester II 1338 views Like

 Penggunaan Media Tik Dalam Pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan


13048 views Like

 Pengembangan Bahan Ajar 5322 views Like

 Tugas Otin 3581 views Like

 DIARI 50 : MENINGKATKAN PENGUASAAN PEMBELAJARAN SEJARAH


2278 views Like
 Upaya Pembaharuan Pendidikan Nasional Bab VI 934 views Like

 Lembar pengesahan1 126 views Like

 SAP 2Metode penelitian 911 views Like

 Contoh Laporan OJL Diklat Cakep (Bab III) 9748 views Like

 Laporan observasi Perkembangan Siswa Sekolah Dasar Negeri 04 Jaten


kec.Jaten Kar… 275 views Like

 Penelitian mini kti ptk pekerjaan finishing kayu 633 views Like



 0
inShare

 Pin It
 Wordpress

+ Follow

Panduan Pelaksanaan Lesson Study


by haikal on May 24, 2010
 27,370 views

More…

Statistics

Views

Total Views
27,370

Views on SlideShare

27,308

Embed Views

62

Actions

Likes

Downloads

1,870

Comments

4 Embeds 62

http://media-matematik.blogspot.com 56

http://mayapada-hikmah.blogspot.com 4

http://www.mayapada-hikmah.blogspot.com 1

http://feeds.feedburner.com 1

Accessibility

 View text version

Categories

 Education

Upload Details

Uploaded via SlideShare as Adobe PDF

Usage Rights

© All Rights Reserved

Report content

Flag as inappropriate

File a copyright complaint

Less

 8 comments
1–8 of 8 comments Post a comment

 Universitas Pendidikan Ganesha at Universitas Pendidikan Ganesha Terimakasih pak


Ibrohim 6 months ago Reply

Are you sure you want to Yes No

Your message goes here

 aanaisyah trimakasih atas referensinya 10 months ago Reply

Are you sure you want to Yes No

Your message goes here

 Guntoro Slalu Smangat, Network Builder at PT K-LINK INDONESIA


Bagus..untuk..perbaikan..KBM..dikelas..Sangat..bermanfaat..Tq 10 months ago Reply

Are you sure you want to Yes No

Your message goes here

 Suharyadi Adi, Guru at SMK NEGERI 2 SUKOHARJO mohon ijin untuk download pak 11
months ago Reply

Are you sure you want to Yes No

Your message goes here

 Putut Agus tq. Bisa jadi pedoman Pelaksanaan LS di daerah. 1 year ago Reply

Are you sure you want to Yes No

Your message goes here

 Iska Azfalla terimakasih banyak atas wawasan dan referensinya 1 year ago Reply

Are you sure you want to Yes No


Your message goes here

 anggitamaraliaputri Terima kasih utk referensinya. 1 year ago Reply

Are you sure you want to Yes No

Your message goes here

 MaRis Aini at MaRis Aini tks ya tuk datany 1 year ago Reply

Are you sure you want to Yes No

Your message goes here

Subscribe to comments Post Comment

Update
Edit your comment Cancel

 8 Likes

 Lely Hanafiah 1 month ago

 Joko Prihatono, Guru Mapel at SMP Swasta Muhammadiyah Kupang 3 months ago

 Kangeri Kustiaman, Guru at sma pasundan 2 tasikmalaya 5 months ago

 Azhar Samawa at PT JDA Indonesia 6 months ago

 Alfhiie Menchintaieyeaa 1 year ago

 Yunoyuno 2 years ago

 asri08 2 years ago


 End4tm0j0 2 years ago

Panduan Pelaksanaan Lesson Study Document


Transcript
 1. PADUAN PELAKSANAAN LESSON STUDY DI KKG Disusun oleh: Dr. Ibrohim, M.Si UNIVERSITAS
NEGERI MALANG 2010 1
 2. KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan ke Hadlirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat
dan hidayahNya modul ”Panduan Pelaksanaan Lesson Study di KKG/MGMP” ini dapat
dirampungkan dalam waktu yang singkat. Lesson Study adalah suatu model pembinaan profesi
pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan
prinsip- prinsip kolegialitas yang saling membantu dalam rangka membangun komunitas belajar.
Lesson study merupakan suatu bentuk pengembangan kompetensi dan keprofesionalan guru
secara berkelanjutan (Continous Proffesional Development). Modul ini dimaksudkan untuk
menjadi bahan belajar bagi guru-guru di KKG, khususnya yang baru mulai mengenala lesson
study. Buku disiapkan untuk para pemandu di KKG agar dapat memfasilitasinya anggota KKG
dalam melaksanakan kegiatan lesson study secara tepat, konsisten dan berkelanjutan. Modul ini
diadaptasi dari modul sejenis yang ditulis oleh penulis sendiri dalam Program BERMUTU di
Direktorat Jenderal PMPTK Tahun 2009. Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak
di jajaran pimpinan Dijten PMPTK – Depdiknas, Universitas Negeri Malang, dan PERTAMINA
yang telah memberi kesempatan dan kepercayaan kepada kami untuk menyusun modul ini.
Namun karena waktu yang terbatas, modul ini disusun dalam waktu singkat, sehingga sangat
mungkin ditemukan berbagai kekurangan. Oleh karena itu saran dan masukan sangat
diharapkan dari para pembaca yang budiman. Semoga modul ini dapat memberikan manfaat
bagi para pendidik yang mengabdi untuk kemajuan pendidikan dan pembangunan bangsa.
Amiin. Malang, Maret 2010 Penulis 2
 3. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii BAGIAN I
PENDAHULUAN ......................................................................... 1 A. Pengantar
.................................................................................................. 1 B. Tujuan
....................................................................................................... 2 C. Sistematika
............................................................................................... 3 BAGIAN II MEMAHAMI KONSEP
DAN PRINSIP LESSON STUDY ..... 4 A. Pengantar
................................................................................................. 4 B. Tujuan
....................................................................................................... 4 C. Bahan, Alat dan Sumber
Belajar ............................................................ 5 D. Langkah Kegiatan Belajar
....................................................................... 5 E. Bahan Bacaan
............................................................................................ 6 F. Evaluasi
.................................................................................................... 13 BAGIAN III MERANCANG
PEMBELAJARAN DALAM LESSON STUDY …………………………………………………………………………… 14 A.
Pengantar ................................................................................................. 14 B. Tujuan
....................................................................................................... 14 C. Bahan, Alat dan Sumber
Belajar ........................................................... 15 D. Langkah Kegiatan Belajar
...................................................................... 15 E. Bahan Bacaan
.......................................................................................... 16 F. Evaluasi
................................................................................................... 19 BAGIAN IV MELAKSANANAKAN
PEMBELAJARAN YANG DIOBSERVASI (OPEN LESSON)
........................................................................ 21 A. Pengantar
................................................................................................ 21 B. Tujuan
..................................................................................................... 22 C. Bahan, Alat dan Sumber
Belajar .......................................................... 22 D. Langkah Kegiatan Belajar
.................................................................... 22 E. Bahan Bacaan
.......................................................................................... 23 F. Evaluasi
................................................................................................... 29 BAGIAN V MELAKUKAN
DISKUSI REFLEKSI ........................................ 30 A. Pengantar
................................................................................................ 31 B. Tujuan
..................................................................................................... 31 C. Bahan, Alat dan Sumber
Belajar ......................................................... 31 D. Langkah Kegiatan Belajar
.................................................................... 32 E. Bahan Bacaan
........................................................................................ 33 F. Evaluasi
................................................................................................. 36 DAFTAR PUSTAKA
.......................................................................................... 38 3
 4. BAGIAN I PENDAHULUAN A. Pengantar Sampai saat ini pembangunan pendidikan nasional
belum mencapai hasil sesuai yang diharapkan, terutama terkait dengan masalah pemerataan
akses dan kualitas pendidikan. Secara eksternal, komponen masukan pendidikan yang secara
signifikan berpengaruh terhadap rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain: (1)
ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan yang belum memadai secara kuantitas dan
kualitas; (2) sarana dan prasarana belajar yang belum tersedia dan belum didayagunakan secara
optimal; (3) pendanaan pendidikan yang belum memadai untuk menunjang mutu pembelajaran;
dan (4) proses pembelajaran yang belum efisien dan efektif (Depdiknas, 2005: 30). Untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, yang salah satunya melalui peningkatan
kompetensi guru, Pemerintah Indonesia melaksanakan berbagai bentuk pelatihan guru dalam
jabatan (in-service teacher training). In-service training atau biasa disingkat INSET adalah salah
satu cara untuk meningkatkan kemampuan guru atau mendiseminasikan sebuah inovasi. Tujuan
umum INSET adalah membantu guru memperbaiki kualitas mengajar untuk meningkatkan karir
profesionalnya dengan mendorong mereka untuk selalu bekerja sama antar mereka sendiri
(Noor, 2006). Richards, Platt, dan Platt (1992) mengatakan bahwa In-service Training diberikan
kepada guru yang telah mempunyai pengalaman mengajar dan merupakan bagian dari
kelangsungan pengembangan profesionalisme mereka. Saat ini di Indonesia sedang
dikembangkan dan diimplementasikan upaya peningkatan profesionalisme guru melalaui suatu
kegiatan yang disebut lesson study. Lesson study ditujukan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dan kompetensi guru melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan
berkelanjutan. 4
 5. Lesson study bukan metode pembelajaran, juga bukan pendekatan pembelajaran.
Sebenarnya, Lesson study adalah model pembinaan (pelatihan) profesi pendidik melalui
pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip
kolegialitas yang saling membantu dalam belajar untuk membangun komunitas belajar.
Memperhatikan definisi Lesson study ini, sebagian orang mempertanyakan, apa bedanya
dengan PTK (Penelitian Tindakan Kelas)? Jawabnya adalah dalam Lesson study dapat dilakukan
PTK bahkan bukan hanya PTK, namun juga dapat dilakukan penelitian pengembangan
pembelajaran. Modul tentang lesson study ini dimaksudkan untuk menjadi salah satu acuan dan
panduan teknis pelaksanaan lesson study di kelompok kerja guru, seperti KKG atau MGMP.
Dengan demikian diharapkan lesson study dapat menjadi sutau pola kegiatan KKG yang
diharapkan mampu menjadi mesin penggerak putaran KKG yang lebih konsisten dan efektif. B.
Tujuan Tujuan dari penyusunan modul secara umum adalah untuk menyediakan acuan
operasional yang sederhana untuk memahami dan melaksanakan lesson study. Secara lebih
detil tujuan tersebut adalah agar para guru dapat: 1. menjelaskan pengertian lesson study
secara konseptual dan praktis 2. menjelaskan langkah-langkah pelaksanaan lesson study secara
operasional 3. merancang pembelajaran untuk pelaksanaan open class yang efektif 4.
melaksanakan open class secara efektif 5. melaksanakan observasi pembelajaran secara cermat
6. melaksanakan diskusi refleksi secara interaktif dan efektif 7. merencanakan tindak lanjut dari
kegiatan lesson study 5
 6. C. Sistematika Modul lesson study ini dirancang dalam bentuk yang sederhana agar mudah
dipahami dan dilaksanakan oleh setiap guru dalam kegiatan KKG. Bagian pertama modul berisi
tentang pengantar, tujuan dan sistematika penyajian. Bagian kedua menyajikan tentang cara
belajar memahami konsep dan prinsip lesson study. Bagian ketiga menyajikan cara merancang
pembelajaran yang efektif dalam kegiatan lesson study. Bagian ke empat menyajikan tentang
bagaimana melaksanakan pembelajaran yang diobservasi (open class) secara efektif. Bagian
keempat berisis tentang tatacara diskusi refleksi yang efektif. 6
 7. BAGIAN II MEMAHAMI KONSEP DAN PRINSIP LESSON STUDY A. Pengantar Istilah lesson study
masih relatif asing di kalangan sebagian besar guru di Indonesia. Sesungguhnya, lesson study
telah lama berkembang di Jepang, yakni sekitar abad ke-19. Namun baru masuk dan mulai
dikembangkan di Indonesia sekitar akhir 2004 oleh para tenaga ahli JICA (Jepang International
Cooperation Agency) melalui program IMSTEP (Indonesian Mathematics and Science Teaching
Education Project). Kemudian dilanjutkan pengembangannya melalui Program SISTTEMS
(Strengthening In-Service Teacher Training of Mathematics and Science Education at Junior
Secondary Level) pada Tahun 2006 - 2008, dan juga PELITA (Program for Enhancing Quality of
Junior Secondary Enducation) pada Tahun 2009 – 2012. Apa sesungguhnya lesson study itu?
Banyak kalangan yang kurang memahami lesson study menganggap lesson study sebagai suatu
pendekatan, metode atau model pembelajaran layaknya pembelajaran kooperatif, inkuiri, CTL,
atau sejenisnya. Ada yang mengidentikan lesson study dengan PTK. Bahkan ada yang memahami
lesson study layaknya latihan mengajar seperti microteaching. Untuk dapat memahami dengan
tepat apa itu lesson study, lakukan kegiatan belajar berikut ini. B. Tujuan Tujuan yang
diharapkan dapat dicapai setelah mempelajari bagian ini adalah para guru dapat: 1. menjelaskan
pengertian lesson study secara konseptual 2. menjelaskan prinsip-prinsip lesson study 3.
menjelaskan tahap-tahap pelaksanaan lesson study 7
 8. 4. menjelaskan alasan tentang perlunya guru melakukan kegiatan lesson study untuk
meningkatkan kompetensinya. C. Bahan/Sumber Belajar Untuk memperoleh pengetahuan dan
wawasan tentang konsep dan prinsip lesson study para guru dapat membaca berbagai buku
atau artikel tentang lesson study. Namun harus disadari saat ini masih terbatas buku-buku
tentang lesson study yang ditulis dalam Bahasa Indonesia. Artikel-artikel tentang lesson study,
baik dalam Bahasa Inggris maupun Bahasa Indonesia, banyak dimuat dalam berbagai website
maupun blog. 1. D. Langkah Kegiatan Belajar Untuk mempelajari tentang konsep dan prinsip
lesson study dapat dilakukan secara berkelompok di KKG atau secara individual dan mandiri. Jika
dilakukan secara berkolompok di KKG maka ikutilah langkah berikut. Kegiatan 1: Kegiatan 2:
Kegiatan 3: PENDAHULUAN KAJI BAHAN DISKUSI Fasilitator/Guru BACAAN • Guru Pemandu
Pemandu menggali Para peserta memimpin diskusi pengeahuan awal guru KKG/MGMP •
Peserta mengikuti dalam bidang lesson membaca bahan diskusi tentang study. Apakah di
bacaan/sumber dan pengertian dan antara para guru sudah diresapi. prinsip ada yang
mengetahui pelaksanaan atau melaksanakan lesson study lesson study. Kegiatan 6: Kegiatan 5:
Kegiatan 5: PENJELASAN EVALUASI/REFLE MENYUSUN TUGAS KSI DIRI RANGKUMAN Para
peserta diminta Menuliskan hasil • Para peserta menulis mencari dan membaca refleksi diri
tentang rangkuman bahan bacaan tentang pemahaman Lesson pemahamannya lesson study
lain Study, tentang lesson study untuk memperdalam • Rangkuman dapat dan memperluas
ditulis dalam bentuk wawasan skema atau peta konsep 8
 9. E. Bahan Bacaan Untuk membantu memahami konsep dan prinsip lesson study secara garis
besar dapat menggunakan atau baca artikel tentang lesson study berikut ini. APA, MENGAPA
DAN BAGAIMANA LESSON STUDY A. Pengertian Lesson study Lesson study adalah suatu proses
sistematis yang digunakan oleh guru-guru Jepang untuk menguji keefektifan pengajarannya
dalam rangka meningkatkan hasil pembelajaran (Garfield, 2006). Proses sistematis yang
dimaksud adalah kerja guru-guru secara kolaboratif untuk mengembangkan rencana dan
perangkat pembelajaran, melakukan observasi, refleksi dan revisi rencana pembelajan secara
bersiklus dan terus menerus. Menurut Walker (2005) Lesson study adalah suatu metode
pengembangan profesional guru. Menurut Lewis (2002) ide yang terkandung didalam lesson
study sebenarnya singkat dan sederhana, yakni jika seorang guru ingin meningkatkan
pembelajaran, salah satu cara yang paling jelas adalah melakukan kolaborasi dengan guru lain
untuk merancang, mengamati dan melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang dilakukan.
Secara lebih operasional lesson study adalah suatu model pembinaan profesi pendidik melalui
pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip kolegialitas
dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar dalam rangka meningkatkan profesio-
nalisme guru serta meningkatkan kualitas pembelajaran 9
 10. B. Langkah-langkah Pelaksanaan Lesson study Dalam praktiknya ada beberapa variasi atau
penyesuian cara melakasanakan lesson study. Lewis (2002) menyarankan ada enam tahapan
dalam awal mengimplementasikan lesson study di sekolah. Tahap 1: Membentuk kelompok
lesson study, yang antara lain berupa kegiatan merekrut anggota kelompok, menyusun
komitmen waktu khusus, menyusun jadwal pertemuan, dan menyetujui aturan kelompok.
Tahap 2: Memfokuskan lesson study, dengan tiga kegiatan antara utama, yakni: (a) menyepakati
tema penelitian (research theme) tujuan jangka panjang bagi murid; (b) memilih cakupan
materi; (c) memilih unit pembelajaran dan tujuan yang disepakati. Tahap 3: Merencanakan
rencana pembelajaran (Research Lesson), yang meliputi kegiatan melakukan pengkajian
pembelajaran yang telah ada, mengembangankan petunjuk pembelajaran, meminta masukan
dari ahli dalam bidang studi dari luar (dosen atau guru lain yang berpengalaman). Tahap 4:
Melaksanakan pembelajaran di kelas dan mengamatinya (observasi). Dalam hal ini
pembelajaran dilakukan oleh salah seorang guru anggota kelompok dan anggota yang lain
menjadi observer. Observer tidak diperkenankan melakukan introduksi terhadap jalannya
pembelajaran baik kepada guru maupun siswa. Tahap 5: Mendiskusikan dan menganalisis
pembelajaran, yang telah dilaksanakan. Diskusi dan analisis sebaiknya mencakup butir-butir:
refleksi oleh instruktur, informasi latar belakang anggota kelompok, presentasi dan diskusi data
dari hasil observasi pembelajaran, diskusi umum, komentar dari ahli luar, ucapan terima kasih.
Tahap 6: Merefleksikan pembelajaran dan merencanakan tahap-tahap selanjutnya. Pada tahap
ini anggota kelompok diharapkan berpikir 10
 11. tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya. Apakah berkeinginan untuk membuat
peningkatan agar pembelajaran ini menjadi lebih baik?, apakah akan mengujicobakan di kelas
masing- masing?, dan anggota kelompok sudah puas dengan tujuan-tujuan lesson study dan
cara kerja kelompok? Sementara itu, Richardson (2006) menuliskan ada tujuh tahap atau
langkah yang termasuk dalam lesson study, yakni: Tahap 1: membentuk sebuah tim lesson
study. Tahap 2: Memfokuskan lesson study Tahap 3: Merencanakan rencana pelmbelajaran
(Study Lesson). Tahap 4: Persiapan untuk observasi. Tahap 5: Melaksanakan pengajaran dan
observasinya. Tahap 6: Melaksanakan tanya-jawab/diskusi pembelajaran. Tahap 7: Melakukan
refleksi dan merencanakan tahap selanjutnya. Masih ada beberapa variasi lagi tahapan lesson
study yang dikemukan oleh beberapa ahli, seperti Robinson (2006) yang mengusulkan delapan
tahap berdasarkan pada jumlah pertemuan yang diperlukan dalam pelaksanaan lesson study
dalam implementasinya di “Israeli Midle School Teachers”. Sementara itu, implementasi lesson
study di Indonesia yang dimulai saat para tenaga ahli Jepang dalam Program IMSTEP JICA
mengenalkan lesson study di tiga universitas (UPI, UNY dan UM) pada akhir Tahun 2004. Dalam
tahap awal pengenalan lesson study tersebut Saito (2005) mengenalkan ada tiga tahap utama
lesson study, yakni: (1) Perencanaan (Plan), (2) Pelaksanaan (Do), dan Refleksi (See).
Penyederhanaan menjadi tiga tahap saja dilakukan dengan pertimbangan untuk memudahkan
praktiknya dan menghilangkan kesan bahwa lesson study sebagai suatu 11
 12. kegiatan yang rumit dan sulit dilakukan. Ketiga tahapan tersebut dilakukan secara berulang
dan terus-menerus (siklus). Kegiatan utama yang dilakukan dalam masing-masing tahapan
tersebut dapat dilihat pada Bagan 1 berikut ini. PERENCANAAN PELAKSANAAN REFLEKSI (PLAN)
(DO) (SEE) - Penggalian akademik - Pelaksanaan Refleksi dengan - Perencanaan Pembelajaran
rekan sejawat pembelajaran - Pengamatan oleh - Penyiapan alat-alat rekan sejawat. Gambar 1:
Daur Lesson study yang Terorientasi pada Praktik (Saito, 2005) Tahap perencanaan (Plan)
bertujuan untuk menghasilkan rancangan pembelajaran yang diyakini mampu membelajarkan
peserta didik secara efektif serta membangkitkan partisipasi aktif peserta didik dalam
pembelajaran. Perencanaan yang baik tidak dapat dilakukan secara sendirian. Pada tahap ini
beberapa pendidik dapat berkolaborasi untuk memperkaya ide terkait dengan rancangan
pembelajaran yang akan diha- silkan, baik dalam aspek pengorganisasian bahan ajar, aspek
pedagogis, maupun aspek penyiapan alat bantu pembelajaran. Sebelum ditetapkan sebagai hasil
final, semua komponen yang tertuang dalam rancangan pembelajaran dicobaterapkan
(disimulasikan). Pada tahap ini juga ditetapkan prosedur pengamatan termasuk instrumen yang
diperlukan. Gambar 1: Guru-guru di MGMP Sains SMP Kabupaten Pasuruan sedang melakukan
perencanaan pembelajaran secara kolaboratif 12
 13. Tahap pelaksanaan (Do) dimaksudkan untuk menerapkan rancangan pembelajaran yang
telah dirumuskan pada tahap sebelumnya. Salah satu anggota (guru/dosen) bertindak sebagai
”guru model” sedangkan yang lain bertindak sebagai pengamat (observer). Pengamat lainnya
(selain anggota kelompok perencana) juga dapat bertindak sebagai observer. Fokus pengamatan
diarahkan pada aktivitas belajar peserta didik dengan berpedoman pada prosedur dan intrumen
pengamatan yang telah disepakati pada tahap perencanaan, bukan untuk mengevaluasi
penampilan guru (dosen) yang sedang bertugas mengajar. Selama pembelajaran berlangsung,
pengamat tidak boleh mengganggu atau mengintervensi kegiatan pembela- jaran. Pengamat
juga dapat melakukan perekaman kegiatan pembelajaran melalui video camera atau foto digital
untuk keperluan dokumentasi dan atau bahan diskusi pada tahap berikutnya, atau bahkan untuk
kegiatan penelitian. Kehadiran pengamat di dalam ruang kelas di samping mengumpulkan
informasi juga dimaksudkan untuk belajar dari pembelajaran yang sedang berlangsung. Gambar
2: Guru SMPN 2 Gempol di Kabupaten Pasuruan sedang melakukan open class pelajaran
matematika (kiri) dan Guru SD Hamonogo-Cigasaki Jepang sedang melakukan open class
pelajaran seni musik. Tahap refleksi (See) dimaksudkan untuk menemukan kelebihan dan
kekurangan pelaksananaan pembelajaran. Guru atau dosen yang telah bertugas sebagai
pengajar mengawali diskusi dengan menyampaikan kesan- 13
 14. kesan dalam melaksanakan pembelajaran. Kesempatan berikutnya diberikan kepada
anggota kelompok perencana yang dalam tahap do bertindak sebagai pengamat. Selanjutnya
pengamat dari luar diminta menyampaikan komentar dan lesson learned dari pembelajaran
terutama berkenaan dengan aktivitas peserta didik. Kritik dan saran disampaikan secara bijak
tanpa merendahkan atau menyakiti guru demi perbaikan. Sebaliknya, pihak yang dikritik harus
dapat menerima masukan dari pengamat untuk perbaikan pembelajaran berikutnya.
Berdasarkan masukan dari diskusi ini dapat dirancang kembali pembelajaran berikutnya yang
lebih baik. Gambar 3: Guru MGMP Matematika Kabupaten Nganjuk sedang melakukan refleksi
(kiri) dan Guru SMP Motoyoshiwara – Fuji - Jepang sedang melakukan refleksi setelah open class
matematika. C. Alasan Digunakannya Lesson study Mengapa menggunakan lesson study dan
bagaimana lesson study dapat membawa pada perbaikan kualitas pembelajaran dan pendidikan
secara lebih luas? Menurut Lewis (2002) di Jepang lesson study tidak hanya memberikan
sumbangan terhadap pengetahuan keprofesionalan guru, tetapi juga terhadap peningkatan
sistem pendidikan yang lebih luas. Lewis (2002) menguraikan ada lima jalur yang dapat
ditempuh lesson study, yakni: (1) membawa tujuan standard pendidikan ke alam nyata di dalam
kelas, (2) menggalakkan perbaikan dengan dasar data, (3) mentargetkan pencapaian 14
 15. berbagai kualitas siswa yang mempengaruhi kegiatan belajar, (4) menciptakan tuntutan
mendasar perlu peningkatan pembelajaran, dan (5) menjunjung tinggi nilai guru. Lewis, Perry
dan Murata (2006) telah mengembangkan tabel atau bagan untuk menjelaskan tentang
mekanisme lesson study dapat meningkatkan kualitas pembelajaran (Lihat Bagan 2). Sementara
Stepanek (2003) menjelaskan bahwa lesson study dapat membantu para guru untuk melihat
kelas atau pembelajarannya melalui “kacamata” penelitian. Proses tersebut berpotensi untuk
mengubah sekolah menjadi tempat di mana guru dapat meneliti dan memverifikasi apa yang
dikerjakan untuk murid- muridnya. Bahkan Stepanek juga mengatakan bahwa peta pendidikan
berubah secara signifikan ia menuliskan lesson study pertama kali dalam Jurnal Northwest
Teacher di Northwest-US. 15
 16. PERUBAHAN INTERVENING CIRI-CIRI YANG TAMPAK DARI PERKIRAAN 1 LESSON STUDY
LESSON STUDY MENINGKATKAN RENCANA- RENCANA PEMBELAJARAN • Mengacu pada tujuan
jangka panjang untuk pembelajaran PERKIRAAN 2 murid dan pengembangan LESSON STUDY
MENGUATKAN PENINGKATAN • Menstudi kurikulum yang ada dan PEMBELAJARAN DENGAN 3
CARA: standar • Perencanaan dan melakukan 1. Pengetahuan Guru: penelitian pembelajaran
(research - Pengetahuan tentang materi ajar PENINGKATAN lesson) - Pengetahuan tentang
pengajaran PENGAJARAN • Mengumpulkan data selama - Kemampuan untuk mengobervasi
murid penelitian pembelajaran - Hubungan antara praktek pembelajaran harian • Menunjukkan
dan mendiskusikan dengan tujuan jangka panjang data dari penelitian pengajaran, 2. Komitmen-
Komunitas Guru: dan menggunakan implikasi - Motivasi untuk meningkat/maju (perbaikannya)
untuk pengajaran - Hubungan kekolegaan yang dapat saling membantu selanjutnya. - Rasa
akuntabilitas untuk penilaian masyarakat 3. Sumber-Sumber Pembelajaran: - Rencana
pembelajaran yang menyatakan dan mempromosikan kemampuan berpikir siswa - Alat-alat
yang mendukung pembelajaran kesejawatan selama lesson study Gambar 2: Bagaimana Lesson
study Menghasilkan Peningkatan Pengajaran: Dua Perkiraan (Lewis, Perry, and Murata; 2006 10
 17. Hasil studi tentang kegiatan piloting pembelajaran MIPA dan lesson study selama masa
implementasi program tindak lanjut IMSTEP 2004-2005 memaparkan adanya perubahan dalam
praktik pengajaran matematika dan sains di Indonesia setelah dimulainya lesson study.
Perubahan tersebut adalah: (1) perubahan dalam pemantapan dasar akademik pembelajaran,
akibat dari jalinan antara guru dengan dosen-dosen dari universitas; (2) perubahan dalam
struktur pembelajaran, ditunjukkan dengan digunakannya eksperimen atau aktivitas fisik/kerja,
dan diskusi; dan (3) perubahan reaksi siswa selama dalam proses pembelajaran (Saito, 2005;
Saito, Harun, dan Ibrohim, 2005; Saito, et al. 2006; Saito, et al. 2006a). Hasil monitoring dan
evaluasi kegiatan piloting dan lesson study dalam pembelajaran biologi di sekolah menengah
Kota Malang menunjukkan bahwa kegiatan ini dapat meningkatkan keprofesionalan guru serta
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran biologi. Di samping itu guru biologi
menjadi lebih inovatif dan bersungguh-sungguh dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Di
samping itu, hasil belajar siswa meningkat, ditandai dengan peningkatan hasil biologi siswa, dari
72% siswa yang mendapatkan nilai di atas 60 menjadi 97% siswa (Sulasmi dan Rahayu, 2006).
Bukti lain yang menunjukkan keunggulan dari lesson study dilaporkan oleh Sumarna (2006)
bahwa pelaksanaan lesson study berbasis sekolah membawa manfaat a.l: 1) Guru biologi
menjadi termotivasi dan bangkit untuk membuat inovasi dalam pembelajarannya sehingga
tercipta pembelajaran yang aktif, komunikatif, dan menyenangkan. Motivasi guru ini tumbuh
karena adanya kerjasama yang positif, akademis, sinergis, dan kolaboratif di antara guru dalam
kelompok MGMP sekolah; 2) Adanya persiapan pembelajaran yang lebih baik dari guru biologi,
baik persiapan mental, administrasi, dan penguasaan materi pelajaran; dan 3) Guru biologi
menjadi terdorong untuk belajar lebih banyak dalam hal materi, pemilihan strategi dan
penggunaan model pembelajaran yang tepat demi kesuksesan pembelajarannya. Liliasari (2008)
menjelaskan bahwa Lesson study telah meningkatkan 12
 18. kemampuan guru menyusun model pembelajaran dan keakuratan pengelolaan waktu untuk
pengajaran. Selain lesson study juga meningkatkan keterbukaan dan dalam mengobservasi dan
mengkritisi pembelajaran. Menurut Ibrohim (2008) kegiatan lesson study dalam Program
SISTTEMS telah meningkatkan keefektivan dan intensitas kegiatan MGMP MIPA di Kabupaten
Pasuruan. Selain itu kegiatan lesson study juga telah mengindikasi dapat menyebabkan
peningkatan kompetensi guru MIPA, mulai dari penguasaan materi ajar, kemampuan
mempersiapkan, melaksanakan, mengobservasi pembelajaran dan merefleksikannya. Hasil
penelitian seorang pengawas sekolah di Sumedang (Kusdijantono, 2008) menunjukkan hasil-
hasil sebagai berikut: (1) lesson study yang diterapkan di Kabupaten Sumedang telah mampu
mengoptimalkan guru dalam melaksanakan tugas dalam pembelajaran; (2) mengoptimalkan hak
belajar siswa dalam kelas; dan (3) peran pengawas sebagai seorang observer lebih teraktualisasi.
Serangkaian kegiatan, mulai dari tahap plan sampai see, dilakukan secara kolaboratif. Hal ini
secara nyata telah menghasilkan dampak sosiologis yang sangat positif. Kolegialitas
antarpendidik dapat terbina dengan baik, tidak ada pendidik yang merasa lebih tinggi atau lebih
rendah. Mereka juga berbagi pengalaman dan saling belajar. Dengan demikian, melalui
serangkaian kegiatan dalam rangka lesson study ini terbentuk atmosfer akademik yang kondusif
bagi terciptanya mutual learning (saling belajar). Pada prinsipnya, semua orang yang terlibat
dalam lesson study harus memperoleh lesson learned. Dengan demikian lesson study sangat
potensial untuk membangun learning community. F. EVALUASI Jawablah pertanyaan-
pertanyaan di bawah ini dengan jawaban singkat dan sistematis berdasarkan pemahaman
Saudara. Setelah itu cobalah untuk meminta teman memeriksa jawaban tersebut. Berapa
persen Saudara dapat mejawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. 1. Jelaskan pengertian lesson
study secara konseptual! 13
 19. 2. Jelaskan, apa sesungguhnya yang dimaksud dengan lesson study secara praktis? 3.
Sebutkan prinsip penting dalam lesson study! 4. Sebutkan tahap-tahap dalam melaksanakan
lesson study! 5. Jelaskan apa pentingnya lesson study dalam pengembangan kompetensi dan
profesionalisme guru atau pendidik! 14
 20. BAGIAN III MERANCANG PEMBELAJARAN DALAM LESSON STUDY A. Pengantar Sebagaimana
di jelaskan dalam bagian sebelum, bahwa tahap pertama pelaksanaan lesson study adalah
merancang pembelajaran. Kegiatan merancang pembelajaran sebaiknya dilakukan secara
kolaboratif dalam kelompok kerja (KKG). Hal ini penting agar masing-masing guru, khususnya
yang merasa kurang mampu, dapat saling belajar dengan yang lain. Ini adalah bagian dari esensi
dari lesson study, yakni kolaboratif dan kolegialitas. Rencana pembelajaran disusun sebagai
persiapan pelaksanaan pembelajaran yang diobservasi atau biasa disebut dengan open class
atau open lesson. Rencana pembelajaran atau secara lebih spesifik disebut skenario
pembelajaran yang akan digunakan oleh guru model disusun berdasarkan pertimbangan kondisi
dan situasi kelas atau siswa yang akan dibelajarkan. Oleh karena itu sebelum menyusun skenario
pembelajaran, sebaiknya calon guru model memaparkan secara terbuka situasi dan kondisi
siswanya dan fasilitas-fasilitas pendukung kegiatan belajar. Hal ini penting agar rencana
pembelajaran yang disusun dapat dilaksanakan secara efesien dan efektif untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Modul ini akan memberikan arahan secara ringkas cara menyusun
rencana pembelajaran untuk persiapan pelaksanaan open class atau pembelajaran yang
diobservasi. B. Tujuan Tujuan yang diharapkan dapat dicapai setelah mempelajari bagian ini
adalah para guru dapat: 1. Menjelaskan pentingnya penyusunan rencana pembelajaran sebelum
pelaksanaan open class. 15
 21. 2. Menyebutkan langkah-langkah penyusunan rencana pembelajaran untuk open class
dalam lesson study. 3. Menyebutkan hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun rencana
pembelajaran yang baik. 4. Menyusun rencana pembelajaran yang operasional untuk
menciptakan pembelajaran yang efektif. C. Bahan, Alat dan Sumber Belajar Bahan dan sumber
belajar yang diperlukan untuk melakukan kegiatan ini antara lain: 1. Dokumen Lampiran Permen
Diknas 23 Tahun 2006 (Standar Kompetensi) 2. Silabus 3. Buku ajar (Paket) 4. Buku rujukan lain
yang dianggap perlu 5. Alat atau media pembelajaran yang mendukung rencana pembelajaran.
6. Komputer/Laptop (jika ada, untuk mengetik RPP dan perangkat lainnya) D. Langkah Kegiatan
Belajar Untuk mempelajari tentang konsep dan prinsip lesson study dapat dilakukan secara
berkelompok di KKG atau secara individual dan mandiri. Jika dilakukan secara berkolompok di
KKG maka ikutilah langkah berikut ini. Kegiatan 3: Kegiatan 1: Kegiatan 2: DISKUSI
PENDAHULUAN KAJI BAHAN • Guru Pemandu Fasilitator/Guru BACAAN memimpin diskusi
untuk: Pemandu menggali Para peserta KKG - pemilihan topik pengeahuan awal membaca
bahan - pendekatan/metode/ guru tentang rencana bacaan/sumber dan model/strategi
pembelajaran yang diresapi. pembelajaran yang baik. cocok. - Skenario/ langkah- langkah
pembelajaran • Salah anggota menulis putusan/kesepakatan hasil diskusi 16
 22. Kegiatan 6: Kegiatan 5: Kegiatan 4: EVALUASI/REFLEKS PRESENTASI MENYUSUN I DIRI
SKENARIO RENCANA Para peserta diminta • Setelah RPP dibuat PEMBELAJARAN menuliskan
refleksi dilanjutkan (RPP) DAN diri berdasarkan presentasi skenario PERANGKATNYA
pengalamannya pembelajaran oleh • Berdasarkan hasil menyusun RPP guru model. diskusi
peserta bersama untuk topik • Peserta lain menuliskan rencana tersebut menyimak dan dalam
format RPP memberikan • Menyusun atau masukan jika masih menyiapkan perlu perangkat
pembelajaran. E. Bahan Bacaan Untuk membantu memahami rambu-rambu secara garis besar
penyusunan rencana pembelajaran (lesson plan) untuk kegiatan lesson study atau khususnya
open class dapat mempelajari artikel/penjelasan berikut ini. RAMBU-RAMBU PENYUSUNAN
RENCANA PEMBELAJARAN (LESSON PLAN ) DALAM KEGIATAN LESSON STUDY A. RASIONAL
Lesson study adalah suatu model pembinaan profesi pendidik melalui peng- kajian
pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip kolegalitas dan mutual
learning. Lesson study dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu plan (merencanakan), do
(melaksanakan), dan see (merefleksikan) yang secara bersiklus dan berkelanjutan. Lesson study
merupakan salah satu wujud pengembangan komunitas belajar (learning community). Secara
singkat, lesson study bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui pengkajian
pembelajaran. Pengkajian pembelajaran yang 17
 23. telah dirancang secara kolaboratif atau individual oleh guru/dosen model dimaksudkan
untuk mengases dan mengevaluasi efektivitas dan efesiensi pembelajaran. Jika kegiatan lesson
study dilakukan secara berkala dan berkelanjutan maka diharapkan akan dapat meningkatkan
keprofesionalan secara bertahap, khususnya yang terkait dengan kompetensi profesional dan
pedagogis. Hal ini dapat terjadi karena dalam kegiatan lesson selalu terjadi kolaborasi dan
sharing mulai dari tahap perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang
diobservasi (open lesson/open class), sampai refleksi dan revisi rencana pembelajaran.
Sesungguhnya inti dari kegiatan lesson study adalah apabila guru atau dosen mau membuka
kelas (pembelajaran) untuk diamati oleh sejawat atau komponen stakeholders pendidikan yang
lainnya, kemudian direfleksi. Untuk melaksanakan open lesson diperlukan persiapan, yakni
menyusun rencana pembelajaran (lesson plan) dengan perangkat-perangkat lainnya. Selain itu
untuk pelaksaan obervasi dan refleksi diperlukan beberapa kelengkapan lainnya. Dalam modul
singkat ini akan diuraikan rambu-rambu dalam mempersiapkan pelaksanaan open lesson,
khususnya dalam penyusunan rencana pembelajaran (lesson plan). B. LANGKAH-LANGKAH
PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN Dalam praktik pelaksanaan lesson study yang
dikembangkan oleh Program SISTTEM (2006 -2008), dan PELITA (2009-2012) bersama JICA
wujud dari lesson plan yang disusun oleh guru di MGMP antara lain berupa RPP dan perangkat
pembelajaran lainnya. Langkah penyusunan rencana pembelajaran tersebut antara lain dapat
diuraikan sebagai berikut. 1. Penyusunan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) RPP disusun
oleh guru-guru di KKG di bawah koordinasi guru fasilitator /pemandu. Jika ada pendamping dari
pihak yang lebih berkompeten, seperti: dosen, pengawas sekolah, kepala sekolah, atau guru inti
maka 18
 24. diharapkan hasilnya lebih baik. Tahap-tahap penyusunan RPP dalam tahap perencaan
pembelajaran (plan) antara lain: a. Pemilihan topik pembelajaran Pemilihan topik didasarkan
atas pertimbangan tingkat kesulitan materi ajar atau kesulitan untuk mengajarkannya
(membelajarkan), atau berdasarkan urutan materi yang telah dituangkan dalam Program
Semester (Promes) dan silabus. b. Menganalisis isi kurikulum atau silabus. Mengkaji standar
kompetensi, kompetensi dasar, dan silabus yang telah disusun sebelumnya oleh sekolah/guru. c.
Penetapan indikator dan tujuan pembelajaran untuk topik yang dipilih. d. Penetapan
pendekatan/motode dan startegi pembelajaran Pemilihan metode dan strategi pembelajaran
didasarkan pada karakteristik materi ajar, tingkat kemampuan berpikir siswa (karakteristik siswa
yang akan diajar), ketersedian sarana dan prasarana pendukung dan media, serta masalah-
masalah pembelajaran yang sering dihadapi oleh guru pada pembelajaran topik tersebut
berdasarkan pengalaman sebelumnya. e. Penyusunan skenario pembelajaran Setelah ditetapkan
metode dan strategi pembelajaran selanjutkan akan disusun langkah-langkah pembelajaran,
mulai dari tahap awal (apersepsi dan motivasi), langkah-langkah kegiatan ini, dan penutup
(pemantapan, konsulidasi, aplikasi). f. Penulisan RPP sesuai format yang tetapkan atau
disepakati. Semua tahapan pelaksanaan penyusunan RPP dari mulai memilih topik sampai
penyusunan skenario pembelajaran dilakukan dalam bentuk diskusi yang dipimpin oleh
fasilitator atau guru pemandu. 19
 25. 2. Penyusunan Perangkat Pendukung Pembelajaran Perangkat-perangkat pendukung yang
umumnya dibuat untuk mengefektifkan kegiatan pembelajaran antara lain berupa: LKS (jika
diperlukan), instrumen asesmen dan evaluasi, bahan ajar (bacaan), dan media pembelajaran. a.
Lembar Kerja Siswa LKS dibuat sedemikian rupa agar dapat menjadi pendaun kerja/belajar
siswa. LKS yang diharapkan adalah LKS yang menuntut kemampuan siswa berpikir kritis, analitis,
kreatif dan menemukan atau memahami konsep-konsep yang dipelajari. Dalam menyusun LKS ,
sebaiknya isi LKS tidak hanya menuntut siswa mengisi titik-titik atau isian singkat yang bersifat
informatif belaka. Jika mungkin upayakan LKS berisi-kasus yang harus dipecahkan siswa melalui
diskusi dalam kelompoknya atau berupa arahan melakukan percobaan/praktikum. Jika kegiatan
belajar dilakuka dalam bentuk kerja kelompok maka harus dipastikan bahwa pertanyaan atau
permasalahan yang harus dipecahkan siswa benar-benar menuntut siswa berdiskusi dalam
kelompoknya. Sebab, jika pertanyaan dalam LKS terlau sederhana dan bisa diisi siswa tanpa
harus kerja kelompok, maka siswa akan cenderung bekerja individual. b. Instrumen Asesmen
atau Evaluasi Dalam pembelajaran sangat dianjurkan guru atau observer melakukan asesmen
terhadap proses dan hasil belajar siswa, baik yang bersifat kognitif, psikomotorik, atau afektif.
Pengukuran terhadap aspek kognitif sudah biasa dilakukan guru dalam bentuk tes tulis atau
lisan, yang umumnya guru menyebab dengan tes evaluasi. Tes evaluasi harus benar-benar
mengacu atau mengukur tujuan belajar yang telah ditetapkan. Sementara itu, aspek afektif dan
psikomotorik diperlukan proses pengukuran/pengamatan dengan menggunakan suatu
instrumen yang dilengkapi observasi yang dilengkapi 20
 26. pedoman dan rubriknya. Jika hal ini dianggap perlu dan bisa dilakukan sebaiknya
instrumennya juga dikelambangkan pada saat perencanaan (plan). Jika memungkinkan
disarankan untuk menggunakan instrumen yang baku atau instrumen yang telah diujicoba
(validitas dan reliabilitas). c. Bahan bacaan Jika buku sumber atau buku paket tidak tersedia,
maka sebaiknya juga menyusun atau menyediakan bahan bacaan yang ditulis oleh guru untuk
menjadi sumber belajar siswa. Bahan bacaan dapat diambil dari buku sumber/buku paket,
majalah, ensiklopedi atau sumber lainnya yang relevan, dan mudah diakses/ditemukan oleh
siswa. Jika tidak demikian maka guru harus mengupayakannya. d. Media Media pembelajaran
alat bantu belajar yang mengandung pesan konsep yang akan dipelajari siswa. Misalnya,
menggunakan gunting untuk belajar konsep pesawat sederhana atau titik tumpu, gambar
cerobong pabrik dengan asap yang mengepul untuk contoh pencenaran udara, dsb. Sedapat
mungkin guru mengupayakan adanya media belajar yang mendukung agar mempermudah
memahami konsep, terutama yang bersifat abstrak. Untuk penggunaan media atau alat yang
bersifat rumit maka sebaiknya alat atau media tersebut dicoba dulu bersama pada saat tahap
perencanaan tersebut. Hal ini penting untuk memastikan bahwa alat/media dalam kondisi siap
pakai dan akan menghasilkan data hasil amatan atau percobaan yang memadai dan akurat.
Semua kegiatan tersebut dilakukan dalam forum diskusi dan bekerja di dalam forum pertemuan
KKG/MGMP. Namun demikian sesungguhnya tidak salah seandainya ada calon guru model yang
menyusun dan mempersiapkan sendiri lesson plan yang akan dipakai dalam open class, jika ia
merasa mampu dan/atau waktu kolaborasi yang tidak memungkinkan. 21
 27. F. EVALUASI Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jawaban singkat dan
sistematis berdasarkan pemahaman Saudara. Setelah itu cobalah untuk meminta teman
memeriksa jawaban tersebut. Berapa persen Saudara dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut. Untuk tugas yang diberikan, lakukanlah secara sabar sebagai sarana untuk berlatih. 1.
Jelaskan pentingnya penyusunan rencana pembelajaran sebelum pelaksanaan open class! 2.
Sebutkan langkah-langkah penyusunan rencana pembelajaran yang lengkap dan operasional! 3.
Sebutkan hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun rencana pembelajaran yang baik!
TUGAS Susunlah rencana pembelajaran yang operasional untuk persiapan open class, dengan
memilih salah satu topik pembelajaran yang akan Anda laksanakan pembelajaran di kelas
Saudara. Lengkapi rencana pembelajaran tersebut dengan perangkat pembelajaran pendukung
yang diperlukan. 22
 28. BAGIAN IV MELAKSANANAAN PEMBELAJARAN YANG DIOBSERVASI (OPEN LESSON) A.
Pengantar Bagian yang sangat penting dari kegiatan lesson study adalah tahap pelaksanaan
pembelajaran dan observasi pembelajaran atau biasa disebut open class atau open lesson.
Karena sesungguhnya, tahap pelaksanaan pembelajaran merupakan tahap untuk membuktikan,
apakah rencana pembelajaran yang telah disusun dengan cermat dan mempertimbangkan
berbagai aspek pembelajaran dapat menghasil proses pembelajaran yang efektif dengan hasil
belajar siswa yang maksimal. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran ini para observer atau
pengamat, yakni anggota KKG, kepala sekolah, pengawas sekolah atau komponen yang lain,
dapat menemukan berbagai hal yang terkait dengan aktivitas belajar siswa. Observer harus
melakukan pengamatan secara cermat terhadap setiap langkah aktivitas belajar siswa, sehingga
dapat menemukan hal-hal menarik dalam aktivitas belajar, baik bersifat positif (mendukung)
atau negatif (tidak mendukung) proses pembelajaran. Fakta-fakta harus di catat oleh pengamat
dengan menyertakan bukti autentik, yakni nama siswa dan momen lain yang menyertainya.
Sebagai contoh: Adi melamu dan tidak memperhatikan penjelasan guru saat guru mengawali
kegiatan belajar; Yanti bermain-main alat percobaan ketika teman-teman di kelompoknya
sedang asyik melakukan pengamatan. Dengan langkah-langkah pembelajaran yang dibuat oleh
guru, sebagaimana yang tertuang dalam skenario, apakah setiap siswa telah belajar secara
sungguh-sunguh, melakukan aktivitas fisik dan mental (berpikir), dan kemudian berhasil
memahami atau menemukan konsepnya? Harus diingat bahwa, di dalam pembelajaran tugas
seorang guru adalah melayani hak belajar setiap siswa. Itu artinya, setiap siswa di kelas harus
dapat belajar sesuai dengan 23
 29. kemampuannya masing-masing untuk dapat memahami materi pelajaran atau menemukan
konsepnya. Hal ini berarti pula guru harus membantu, memfasilitasi, membimbing siswa agar
dapat belajar. Di dalam membantu siswa, sangat diharapkan guru melibatkan siswa lain yang
lebih mampu untuk membantu temannya. Inilah yang disebut collaborative learning. Apa yang
seharusnya dilakukan oleh guru model dalam melaksanakan pembelajaran (open class) dan apa
yang seharusnya dilakukan oleh guru dalam mengamati pembelajaran akan diberikan panduan
dalam modul ini. B. Tujuan Tujuan yang diharapkan dapat dicapai setelah mempelajari bagian ini
adalah para guru dapat: 1. menjelaskan hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan
open class, 2. melaksanakan pembelajaran (open class) secara efesien dan efektif, 3.
melaksanakan observasi pembelajaran secara cermat. C. Bahan, Alat dan Sumber Belajar Bahan
dan sumber belajar yang diperlukan untuk melakukan kegiatan ini antara lain: 1. RPP dan
perangkat pembelajaran pendukung 2. Media pembelajaran yang diperlukan 3. Lembar
observasi pembelajaran D. Langkah Kegiatan Belajar Untuk dapat melaksanakan pembelajaran
di kelas (bagi guru model) dan melakukan pengamatan pembelajaran secara cermat (bagi
observer) ikutilah langkah belajar berikut ini. 24
 30. Kegiatan 1: Kegiatan 2: Kegiatan 3: PENDAHULUAN PRESENTASI SKENARIO PELAKSANAAN
Fasilitator/Guru PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN Pemandu • Jika terjadi perubahan- • Guru
model menyampaikan perubahan skenario dari melaksanakan rencana kegiatan rencana semula
guru pembelajaran open class hari ini. model diharapkan sesuai skenario menyampaikan skenrio
secara singkat. • Guru model membagikan foto kopi RPP dan perangkat lainnya, termasuk
lembar observasi Kegiatan 6: Kegiatan 5: Kegiatan 4: MENULISKAN MEMBUAT OBSERVASI
PENGALAMAN CATATAN HASIL PEMBELAJARAN BERHARGA OBSERVASI • Observer Setelah
melakukan • Setelah melakukan melakukan observasi pengamat observasi pengamat
pengamatan mengidentifikasi dan menyusun kembali pembelajaran secara menuliskan catatan
hasil temuan cermat dan tertib pengalaman berharga tentang aktivitas (Kegiatan observasi yang
diperoleh dari belajar siswa yang tentu saja dilakukan observasi menarik untuk diskusi
bersamaan dengan pembelajaran bahan refleksi pembelajaran yang dilakukan oleh guru model)
E. Bahan Bacaan untuk Fasilitator Untuk mempersiapkan pelakasanaan pembelajaran yang
diobservasi (open class), serta untuk dapat melakukan observasi secara tertib bacalah artikel
singkat tentang RAMBU-RAMBU PELAKSANAAN OPEN CLASS rambu-rambu open class dan
observasi pembelajaran berikut ini. DAN OBSERVASI PEMBELAJARAN 25
 31. Secara prinsip tidak ada beda antara pembelajaran rutin dengan pembelajaran dalam
konteks open class. Namun karena pembelajaran dalam konteks open class ada pengamatan
dan refleksi maka diperlukan perangkat dan pengaturan khusus dalam pelaksanaan
pembelajaran. Perangkat pendukung kegiatan open class atara lain berupa denah tempat duduk
siswa/mahasiswa, lembar observasi, perekam kegiatan belajar, rambu-rambu observasi dan
refleksi. 1. Setting Kelas Dalam kegiatan open class hadir sejumlah pengamat (observer). Jumlah
observer yang melakukan pengamatan tidak ada ketentuan minimal atau maksimal. Yang
menjadi pertimbangan adalah ketersediaan ruang (space) kelas yang sesuai untuk sejumlah
pengamat. Yang pokok, bahwa para pengamat dapat mengamati secara leluasa dan dapat
mendekat ke siswa, agar dapat mengamati dan mendengarkan dengan jelas apa saja yang
dilakukan dan dibicarakan siswa dalam belajar. Apakah tingkah laku siswa tersebut terkait atau
mendukung efektivitas pencapaian tujuan pembelajaran? Oleh karena itu ruang kelas harus
ditata sedemikian rupa agar proses open class berjalan lancar. Beberapa rambu-rambu yang
harus diperhatikan antara lain: 1. Ruang kelas yang dipakai harus disesuaikan dengan jumlah
observer yang akan hadir atau sebaliknya jumlah observer dibatasi sesuai dengan ukuran kelas
dan jumlah siswa; 2. Prinsipnya; observer memiliki ruang untuk berpindah dari satu sisi ke sisi
yang lain untuk mendekat ke siswa yang sedang dalam fokus pengamatannya dengan tanpa
menganggu siswa atau guru; 3. Jika pembelajaran dilaksanakan dalam setting kerja kelompok,
maka harus ada ruang bagi dosen dan observer untuk mendekati siswa dan dapat berpindah
dari satu kelompok ke kelompok yang lain; 26
 32. 4. Jumlah siswa dalam kelompok sebaiknya tidak lebih dari 4 orang dengan komposisi yang
heterogen dari aspek kemampuan dan gender. 2. Denah tempat duduk siswa Dalam kegiatan
observasi pembelajaran para pengamat (observer) harus dapat dengan memudah mengamati
fakta/peristiwa belajar yang terjadi dan dengan mudah mengenali setiap siswa. Oleh karena itu
jika siswa dirancang akan melakukan pembelajaran dalam bentuk kerja kelompok, maka
sebaiknya ada denah tempat duduk atau kelompok kerja, yang antara lain berisi gambar/denah,
nomor dan nama siswa. Keterangan: = siswa putra = siswa putri = observer (posisi observer
dapat mendekat ke siswa atau ke tengah kelas saat siswa sedang dalam belajar kelompok) 3.
Lembar Observasi Pada dasarnya observasi dalam konteks lesson study difokuskan pada
aktivitas belajar siswa, dan bukan pada langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Walaupun sesungguhnya apa yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan belajar terkait dengan
langkah-langkah yang dilakukan guru dalam mengajar. Lesson study bukan microteaching atau
peer teaching. Hal ini perlu ditegaskan mengingat seringkali pada saat refleksi para observer
lebih banyak mengomentari bahkan mengkritik langkah- 27
 33. langkah pembelajaran yang dibuat oleh guru dari pada aktivitas dan keberhasilan belajar
siswa. Oleh karena itu agar observasi terarah pada aspek-aspek yang harus diamati diperlukan
lembar observasi. Pada dasarnya lembar observasi yang pernah digunakan dalam kegiatan
lesson study dipergunakan oleh para guru atau observer yang sedang dalam proses belajar
mengamati pembelajaran. Hal ini dilakukan agar pengamatan lebih terarah. Namun ketika sudah
terampil atau mahir dalam observasi cukup menggunakan buku catatan kosong sebagai alat
perekam. Contoh lembar observasi yang pernah digunakan dapat dilihat seperti di bawah ini. 4.
Perekam Kegiatan Belajar Fakta-fakta atau peristiwa belajar yang menarik dapat direkam dalam
bentuk catatan anekdotal atau direkam melalui kamera foto atau video (jika ada). Selain sebagai
alat dokumentasi, rekaman video atau foto dapat digunakan sebagai bukti otentik yang akan
dirunjuk atau dikemukakan pada saat refleksi. Namun demikian perekaman tidak menjadi suatu
keharusan. 5. Rambu-rambu Observasi Bagi para pengamat pembelajaran pemula dalam
kegiatan lesson study diperlukan rambu-rambu agar dapat melakukan observasi dengan tepat
dan cermat. Dalam rambu-rambu observasi akan dijelaskan antara lain tentang: dimana
sebaiknya posisi observer pada saat mengamati kelas, bagaimana cara mengamati. 28
 34. LEMBAR OBSERVASI PEMBELAJARAN DALAM KEGIATAN LESSON STUDY Tanggal: .......
....................... ……… A. Apakah semua siswa/mahasiswa benar-benar telah belajar tentang topik
pembelajaran hari ini? Bagaimana proses mereka relajar? (disertai fakta konkrit dan alasannya)
B. Siswa/mahasiswa mana yang tidak dapat mengikut kegiatan pembelajaran pada hari ini?
(harus didasarkan pada fakta konkrit yang diamati dengan disertai nama siswa) C. Mengapa
siswa tersebut tidak dapat belajar dengan baik? Menurut Anda apa penyebabnya dan
bagaimana alternatif solusinya menurut Anda? (disertai alasan, analisis yang mendalam, dan jika
mungkin dasar rujukan yang sesuai) D. Bagaimana usaha guru/dosen dalam mendorong
siswa/mahasiswa yang tidak aktif untuk belajar? E. Pelajaran berharga apa yang dapat Anda
petik dari pengamatan pembelajaran hari ini? Catatan: Aspek-aspek lain yang dapat dicermati
oleh observer antara lain: interaksi antar siswa-siswa dalam satu kelompok, siswa-siswa antar
kelompok, siswa - guru, siswa - media/sumber belajar, siswa – lingkungan. Guru Model/ Kelas
/Sekolah: ____________________ / _________ / ___________ Nama Observer :
_______________ Jabatan: Guru / KS / Pengawas / Dosen / ...... 29
 35. PANDUAN PENGAMATAN PEMBELAJARAN (OBSERVASI) DALAM KEGIATAN LESSON STUDY A.
SEBELUM PENGAMATAN Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum kegiatan pembelajaran dan
pengamatan dimulai. 1. Pengamat dan undangan lainnya hendaknya datang paling lambat 5
menit sebelum pembelajaran dimulai 2. Kedatangan tamu di sekolah hendaknya tidak
mengganggu konsentrasi belajar siswa di kelas masing-masing. Karena itu tamu hendaknya
tenang, bila berbicara jangan menimbulkan kebisingan di sekolah 3. Siapkan lembar observasi
atau buku catatan dan pena. Jika memungkinkan setiap peserta lesson study memperoleh RPP,
LKS atau perangkat pembelajaran lainnya yang telah diperbanyak untuk para pengamat. 4.
Denah tempat duduk siswa dan nomor atau nama siswa perlu disiapkan untuk mempermudah
proses pengamatan. Denah tempat duduk yang dilengkapi dengan nama siswa dibuat dalam
selembar kertas untuk diperbanyak dan dibagikan pada seluruh pengamat yang datang. 5. Jika
Anda membawa HP, setel ke profile silent (bisu) atau getar supaya nada panggil tidak berbunyi.
Perlu dihindari mengirim atau menerima telepon kecuali untuk hal-hal terpaksa. Juga dihindari
kesibukan mengirim sms. 6. Usahakan untuk tidak membawa makanan dan tidak merokok di
dalam ruangan/kelas. 7. Pastikan agar pada waktu pengamatan nanti tidak diganggu perasaan
ingin buang hajat. Buang air kecil/besar hendaknya dilakukan sebelum pembelajaran. B. PADA
WAKTU MENGAMATI PROSES PEMBELAJARAN 1. Semua peserta segera memasuki kelas dengan
tertib pada waktu yang ditentukan. 30
 36. 2. Begitu memasuki ruangan semua peserta dan undangan hendaknya tidak lagi
berkeinginan keluar masuk kelas. Tetaplah berada di dalam kelas dan bersiap mengamati siswa
belajar. 3. Segera menempati posisi sedemikian sehingga dapat memperhatikan perubahan
wajah dan gerak-gerik siswa ketika belajar. Posisi yang ideal adalah dihadapan siswa. Namun jika
siswa berdiskusi saling berhadapan, posisi yang ideal adalah di samping kelompok. 4. Pada
awalnya, setiap pengamat berlatih mengamati satu kelompok. Kelak jika sudah lebih dari 5 kali
pengamatan, pengamat dapat mengamati beberapa kelompok lain sehingga dapat mengetahui
atmosfir kelas secara keseluruhan. 5. Tidak membantu guru dalam proses pembelajaran dalam
bentuk apapun. Misalnya ikut membagikan LKS, menenangkan siswa, dan lain-lain. Biarlah guru
melakukan tugasnya secara mandiri dan terbebas dari intervensi siapapun. 6. Tidak membantu
siswa dalam proses pembelajaran, misalnya mengarahkan pekerjaan siswa. Jika siswa bertanya
kepada Anda (sebagai pengamat), katakan agar siswa bertanya langsung pada guru. 7. Tidak
mengganggu pandangan guru/siswa selama pembelajaran. Jika Anda sedang mendekati
kelompok atau berada di tengah-tengah kelas, kemudian tiba-tiba guru ingin memberikan
arahan secara klasikal maka segeralah menepi agar tidak mengganggu pandangan siswa. 8. Tidak
mengganggu konsentrasi siswa dalam belajar, misalnya berbicara dengan pengamat lain, keluar
masuk ruangan. 9. Jika menggunakan kamera untuk mengambil gambar kegiatan belajar
(guru/siswa) lampu kilat (flash) hendaknya dimatikan. Kilatan lampu kamera dapat mengganggu
atau menghentikan konsentrasi belajar siswa. 10. Tidak makan, minum, dan merokok di dalam
ruangan pembelajaran. 11. Ingat, fokuskan pengamatan pada siswa belajar, bukan hanya pada
guru yang mengajar. Gunakan lembar pengamatan yang tersedia. Jika fenomena 31
 37. yang diamati tidak tercantum dalam lembar observasi, pengamat dapat menambahkannya.
12. Pengamat melakukan pengamatan secara penuh sejak awal sampai akhir pembelajaran. 13.
Selain mengamati siswa belajar, pengamat juga perlu memperhatikan: a) Teknik pengelolaan
kelas yang dibuat oleh guru b) Bagaimana guru mengefektifkan pencapaian tujuan
pembelajaran? c) Bagaimana guru memanfaatkan media pembelajaran sederhana dari
lingkungan? d) Bagaimana upaya guru membuat siswa kreatif? Catatan Penting: Seringkali
pejabat beranggapan bahwa kegiatan buka kelas dan refleksi adalah kegiatan guru, karena itu
hanya gurulah yang berhak melakukan secara intensif mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan
refleksi. Namun sebenarnya tidaklah demikian. Agar dapat memahami dan menghayati
bagaimana siswa belajar dan permasalahan apa saja yang bersangkutan dengan proses
pembelajaran, maka semua yang berkepentingan dengan pendidikan (kepala sekolah, wakil,
pengawas, Pimpinan dan Staf Dinas Pendidikan, dosen perguruan tinggi) ikut secara aktif
terutama pada waktu pelaksanaan pembelajaran (obsevasi) dan refleksi. Pelaksanaan dan
refleksi merupakan inti dari SP. Di kedua tahapan (observasi dan refleksi) itu kita dapat belajar
bagaimana siswa belajar, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dan apa saja yang
diperlukan siswa dalam belajar. Di kedua tahapan itu kita juga dapat menjadi peneliti dengan
jalan mengamati dan menganalisis, yang kemudian menyampaikan secara lisan pada waktu
diskusi refleksi. Sekiranya pada waktu diskusi refleksi tidak dapat hadir, pengamat dapat
menyerahkan catatan refleksinya untuk dibacakan moderator. (Bacaan ini diambil dari Buku
Lesson study (Studi Pembelajaran) oleh Istamar Syamsuri dan Ibrohim, 2008) 32
 38. F. EVALUASI Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jawaban singkat dan
sistematis berdasarkan pemahaman Saudara. Setelah itu cobalah untuk meminta teman
memeriksa jawaban tersebut. Berapa persen Saudara dapat mejawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut. 1. Jelaskan hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan open class agar
kegiatan berjalan lancar, efektif dan efisien! 2. Dimana sebaiknya pengamat mengambil posisi
berdiri agar dapat melakukan pengamatan dengan jelas dan tidak menggangu siswa. 3.
Mengapa pengamat tidak boleh intervensi kepada siswa atau guru model? 4. Jelaskan mengapa
open class tidak sama dengan peer teaching atau microteaching! 5. Sebutkan rambu-rambu agar
dapat melakukan pengamatan pembelajaran secara cermat dan efektif! TUGAS: Lakukan
kegiatan ini secara sungguh-sungguh sebagai sarana berlatih lesson study. 1. Lakukan sebuah
pembelajaran yang diobservasi pada mata pelajaran yang Anda ampu! Mintalah teman sejawat
atau anggota KKG sebagai pengamat! Catat hasilnya dan laporkan pengalaman tersebut dalam
pertemuan KKG berikutnya. 2. Jika ada kegiatan open class di sekolah atau di KKG ikutilah dan
jadilah observer yang baik. Catat semua temuan yang ada peroleh dari hasil pengamatan
kegiatan belajar siswa! 33
 39. BAGIAN V MELAKUKAN DISKUSI REFLEKSI A. Pengantar Kegiatan refleksi merupakan bagian
yang sangat penting dari lesson study. Bahkan dapat dikatakan keberhasilan sebuah kegiatan
lesson study dapat dilihat dari kegiatan refleksinya. Sebuah pembelajaran yang sudah disusun
skenarionya, dapat berhasil dilaksanakan di kelas atau sebaliknya tidak sepenuhnya berhasil.
Perlu disadari, bahwa tidak ada pembelajaran yang sempurna. Kekurangan yang terjadi di sana
sini atau tidak sesuai dengan skenario merupakan hal yang harus disadari. Karena sesungguhnya
kelas (pembelajaran) merupakan sesuatu yang dinamis. Oleh karena itu tentu banyak hal
menarik dalam kegiatan belajar yang dapat ditemukan dan dicatat oleh pengamat. Temuan-
temuan tersebut akan menjadi bahan diskusi refleksi. Kegiatan refleksi dalam lesson study
dilakukan dalam bentuk diskusi. Diskusi dipimpin oleh seorang moderator dan dilakukan secara
interaktif. Berdasarkan pengalaman melaksanakan forum diskusi refleksi pada tahap awal
pengembangan lesson study, diskusi refleksi terkesan monotone, kurang interaktif dan efektif.
Setiap observer terkesan hanya melaporkan temuan-temuannya tanpa disertai analisis yang
mendalam dan alternatif solusi yang ditawarkan. Pengamat yang satu kurang peduli dengan
komentar pengamat lainnya. Akibatnya kegiatan diskusi kurang efektif dalam menemukan
masalah-masalah pembelajaran dan mencari pemecahannya. Setelah pelaksanaan diskusi
refleksi guru model dan para pengamat akan mendapatkan pengalaman-pengalaman atau
pelajaran berharga yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki pembelajaran di kelas masing-
masing. Bagi guru model kegiatan tindak lanjut yang dapat dilakukan adalah merevisi rencana
pembelajaran berdasarkan masukan-masukan dari refleksi. Hasil revisi rencana pembelajaran
dapat dipergunakan untuk pembelajaran di kelas paralel yang lain atau untuk pembelajaran
tahun berikutnya. Demikian juga para 34
 40. pengamat juga dapat memanfaatkan rencana pembelajaran tersebut di kelasnya, tentu saja
dengan modifikasi-modifikasi yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi kelas. Namun
demikian, selain rencana pembelajaran yang telah digunakan dalam open class masih banyak
pengalaman berharga lain yang dapat dipetik oleh setiap guru atau pengamat untuk
memperbaiki pembelajaran di kelasnya atau menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun
kebijakan pendidikan di daerahnya. Untuk berlatih melakukan diskusi refleksi dan menghindari
terjadinya diskusi refleksi yang monoton, kurang interaktif dan efektif lakukan kegiatan
pembelajaran dalam modul ini. B. Tujuan Tujuan yang diharapkan dapat dicapai setelah
mempelajari bagian ini adalah para guru dapat: 1. Menjelaskan pentingnya kegiatan refleksi
dalam lesson study, 2. Menjelaskan rambu-rambu pelaksanaan refleksi yang interaktif dan
efektif, 3. Melaksanakan kegiatan diskusi refleksi yang interaktif dan efektif, 4. Melakukan tindak
lajut berdasarkan hasil refleksi. C. Bahan, Alat dan Sumber Belajar Untuk dapat melakasanakan
kegiatan belajar atau berlatih memahami dan melaksanakan refleksi dalam lesson study perlu
dipersiapkan bahan-bahan berikut ini. 1. Catatan hasil observasi 2. Rambu-rambu refleksi
(panduan diskusi refleksi) 3. Catatan untuk hasil diskusi 4. Ruang diskusi yang tempat
diduduknya disusun dalam bentuk melingkar atau leter U sehingga semua pengamat dapat
saling memperhatikan. 5. Papan tulis atau whitebord 6. Denah tempat duduk siswa yang pajang
di depan forum 7. Rekaman kegiatan pembelajaran atau foto2 kegiatan belajar (jika tersedia) 35
 41. D. Langkah Kegiatan Belajar Untuk dapat belajar dan berlatih memahami dan melaksanakan
diskusi refleksi dalam kegiatan lesson study ikutilah langkah belajar berikut ini. Kegiatan 3:
Kegiatan 1: Kegiatan 2: PELAKSANAAN DISKUSI PENDAHULUA REFLEKSI PENJELASAN N • Guru
pemandu RAMBU-RAMBU Fasilitator/Guru REFLEKSI memimpin diskusi Pemandu refleksi
(sebagai • Guru pemandu/ menjelaskan moderator) fasilitator menjelaskan rencana kegiatan
rambu-rambu dan • Guru model belajar diskusi langkah-langkah menyampaikan refleksi refleksi
diskusi refleksi diri dari kegiatan pembelajaran yang • Memilih salah satu dilakukan peserta
menjadi notulis diskusi • Peserta menyampaikan komentar berdasarkan hasil pengamatannya
dan juga diharapkan menganggapi komentar pengamat yang lain Kegiatan 5: Kegiatan 4:
MERENCANAKAN REFLEKSI DIRI DAN MELAKUKAN PENGALAMAN TINDAK LANJUT DISKUSI
REFLEKSI • Guru model merevisi • Setiap peserta lesson rencana pembelajaran (jika study
diharapkan diperlukan) menuliskan refleksi • Pengamat memanfaat diri berdasarkan rencana
pembelajaran pengalaman untuk di kelasnya dengan mengikuti kegiatan melakukan
penyesuaian. lesson study, • Merencanakan kegiatan khususnya tahap lesson study untuk waktu
observasi dan refleksi selanjutnya 36
 42. E. Bahan Bacaan Berdasarkan pengalaman kegiatan diskusi refleksi merupakan bagian yang
relatif sulit berkembang. Karena kegiatan refleksi berkaitan dengan keterampilan berbicara dan
berdiskusi secara santun namun berarti. Oleh karena bagi yang baru belajar diperlukan rambu-
rambu agar diskusi berjalan lancar, interaktif dan efektif. Komentar yang disampaikan dalam
forum diskusi refleksi tidak hanya berupa kegiatan mengorek kekurangan guru atau kritik dan
kemudian berlomba memberikan saran. Komentar dalam refleksi harus berupa penyampaian
temuan fakta atau fenomena belajar siswa yang menarik (positif atau negatif) yang disertai
analisis mendalam penyebab dan alternatif solusi untuk pemecahan masalahnya. Jalannya
diskusi refleksi sangat ditentukan oleh kepiawaian moderator. Untuk dapat melakukan refleksi
yang interaktif dan efektif perhatikan rambu-rambu berikut ini. TEKNIK MODERASI DALAM
DISKUSI REFLEKSI Berikut akan diuraikan hal-hal penting yang perlu diperhatikan oleh moderator
dalam memimpin diskusi refleksi agar diskusi berlangsung kondusif, interaktif dan efektif.
Namun demikian, perlu dipahami bahwa rambu-rambu ini hanyalah sebuah contoh berdasarkan
pengalaman. Artinya pembaca diharapkan dapat mengembangkannya sesuai dengan situasi dan
kondisi di daerah masing-masing. A. Membuka dan Mengawali Diskusi Refleksi 1) Moderator
adalah ”orang kunci” yang dapat menghidupkan suasana diskusi. 2) Seorang moderator dalam
diskusi refleksi lesson study bukan hanya harus pandai berbicara sesuai situasi, tetapi ia juga
harus memahami isi setiap pembicaraan. Oleh karena itu moderator juga harus mengikuti dan
mencermati semua situasi/kejadian pembelajaran yang akan direfleksikan. 3) Ketika mengawali
dan membuka suasana diskusi, upayakan untuk menyegarkan suasana pertemuan, yang
umumnya para observer dan peserta lesson study sudah mulai lelah karena sebelumnya berdiri
lama dalam melakukan observasi. Hal ini dapat dilakukan misalnya dengan menyapa beberapa
orang yang sudah dikenal atau mengenalkan beberapa orang peserta atau tamu yang belum
dikenal peserta pada umumnya. Jangan lupa memberikan komentar awal yang arahnya 37
 43. memberikan penghargaan atau sanjungan untuk memberikan dukungan moral kepada guru
model. 4) Sampaikan ucapan terima kasih kepada guru model atas sajian pembelajaran yang
telah dibuat dan berikan penghargaan, misalnya berupa tepuk tangan dari semua peserta. B.
Refleksi Diri Guru Model 1) Pada saat memberi kesempatan guru model untuk menyampaikan
refleksi, sampaikanlah rambu-rambu apa saja yang perlu diungkapkan oleh guru model, antara
lain; a. Guru tidak hanya mengungkapkan perasaan senang, sedih, bangga atau kurang puas
dengan hasil mempraktikan skenario pembelajaran yang telah dirangcang/dipersiapkan. b. Guru
model perlu menyampaikan ringkasan alur langkah-langkah pembelajaran, terutama untuk
mengulas hal-hal yang menarik, baik itu ketidak-terlaksanaan langkah-langkah pembelajaran
maupun kasus-kasus menarik pada langkah tersebut. c. Untuk melengkapi refleksi diri, guru
model dapat menyebutkan kira-kira persentase ketercapaian skenario pembelajaran yang telah
dibuat. C. Membagi Termin dan Melaksanakan Diskusi 1. Agar diskusi lebih terfokus dan terarah,
sebaiknya waktu diskusi dibagi menjadi beberapa termin dengan masing-masing termin
mengacu pada permasalahan tertentu. Misalnya ada termin yang khusus membahas tentang: •
interaksi siswa-siswa dalam kelompok maupun dalam presentasi hasil diskusi/kerja kelompok, •
interaksi siswa dengan media belajar, • interaksi siswa dengan guru, • lompatan-lompatan
belajar yang dibuat oleh beberapa siswa, • pengalaman-pengalaman berharga yang dapat
diperoleh dari kegiatan observasi, Tema-tema tersebut dapat diatur secara fleksibel sesuai
dengan situasinya. 2. Setelah termin diskusi dibuka, berikan kesempatan kepada beberapa
orang untuk mengemukakan temuan hasil pengamatan yang menarik untuk diulas dan yang 38
 44. sesuai dengan tema termin diskusi. Komentar sebaiknya disertai dengan mengemukakan
fakta atau data konkrit hasil pengamatan, misalnya dengan menunjukkan kelompok atau nama
siswa. Kendalikan agar setiap orang menyampaikan komentar sesuai dengan tema dan dalam
bahasa yang ringkas tapi jelas. Hindarkan uraian komentar yang berbelit-belit. 3. Di dalam
menyampaikan temuan dari hasil observasi, sebaiknya guru tidak membaca catatan dalam
lembar observasi secara keseluruhan, tetapi disarankan untuk memilih bagian catatan yang
terkait dengan tema. Jika ada komentar yang mulai menyimpang dari tema, sebaiknya
diingatkan untuk kembali menyampaikan komentar yang sesuai dengan tema yang didiskusikan.
4. Jika ada pertanyaan klarifikasi atau komentar dari peserta di luar tema atau di luar konteks
lesson study maka moderator harus dapat mengisolir hal tersebut untuk tidak diteruskan,
misalnya dengan cara mengatakan ”hal tersebut akan kita bahas di lain kesempatan” 5. Setelah
seseorang atau beberapa orang menyampaikan komentar terkait dengan temuannya,
moderator harus berusaha untuk menangkap esensi dan hal menarik yang perlu dibahas lebih
jauh terkait dengan penyebab munculnya fenomena tersebut dan alternatif solusi yang
diusulkan. 6. Setelah beberapa temuan menarik yang sejenis (sesuai tema) diungkapkan oleh
beberapa observer, berikutnya lemparkan masalah tersebut kepada peserta yang lain untuk
ditanggapi, terutama pada ulasan tentang kemungkinan penyebab munculnya fenomena
tersebut dan kemungkinan alternatif solusinya. 7. Dalam memberikan masukan tentang
alternatif solusi suatu permasalahan disarankan agar pengusul mendasarkan usulan tersebut
pada pengalaman praktis di sekolah masing-masing atau rujukan teori atau kalangan pakar
pendidikan. 8. Perhatian dan konsentrasi moderator harus selalu fokus pada setiap komentar
yang disampaiakan peserta, dan selalu dapat berpikir ”Bagaimana membuat situasi diskusi lebih
hidup, menarik, dan tidak membosankan. Jika ada ucapan dari observer atau kejadian-kejadian
kecil tertentu yang memungkin dijadikan bahan ”jok-jok” atau humor maka upayakan untuk
dimunculkan dengan sedikit ”dibumbui” agar menyegarkan suasana. 39
 45. 9. Upayakan untuk memberikan kesempatan yang merata kepada semua peserta diskusi.
Oleh karena itu hindarkan adanya dominasi komentar atau bicara pada orang tertentu. Jika ingin
membatasi komentar peserta yang terlalu panjang, maka sampaikanlah dengan bahasa yang
halus, dengan sedikit gurauan atau permintaan maaf. Tunjuk atau mintalah kepada salah satu
atau beberapa peserta yang kelihatan pasif untuk menyampaikan pendapat terkait dengan hal
yang sedang dibahas, misalnya dengan meminta seseorang untuk berpendapat setuju atau tidak
setuju terhadap pendapat yang lain. 10. Pada akhir setiap termin, moderator harus berusaha
untuk memberikan ulasan singkat, semacam resume, dari hal yang didiskusikan pada termin
tersebut. Hati- hati agar moderator tidak membuat kesimpulan yang merupakan justifikasi yang
paling benar, atau seolah-olah diskusi tersebut telah menghasilkan satu aturan yang berlaku
umum. Biarlah kesimpulan akhir dirumuskan sendiri oleh masing- masing peserta dan menjadi
”good practices” yang akan dicoba untuk diimplementasikan di sekolah masing-masing sesuai
dengan situasi dan kondisi yang ada. 11. Setelah termin pertama selesai diskusi dilanjutkan ke
termin berikutnya dengan tema atau fokus diskusi yang lain. Selesai dalam arti masalah yang
muncul, kemungkinan penyebab dan alternatif solusinya telah dibahas secara tuntas. Begitu
seterusnya sampai semua masalah yang muncul didiskusikan. 12. Pada setiap akhir termin
moderator dapat memberikan kesempatan kepada guru model untuk memberikan tanggapan.
Hindarkan tanggapan dari guru model yang terkesan ”terlalu membela diri” atau mencari
pembenaran atas kejadian atau kekurangan yang ada. 13. Nara sumber (Dosen dan atau Guru
Pamong) diberi kesempatan untuk menyampaikan komentar singkat terkait dengan fokus
diskusi suatu termin, atau diberi kesempatan berkomentar pada akhir sesi sebelum refleksi
ditutup. Sebaiknya diberikan tekanan pada narasumber hal penting yang diharapkan
mendapatkan ulasan, selain ulasan yang telah dipersiapkan sendiri oleh narasumber. 40
 46. 14. Jika ada masukan yang sangat berarti untuk skenario pembelajaran atau perangkat
pembelajaran, maka sarankan agar RPP segera direvisi oleh guru model atau oleh kelompok. D.
Mengakhiri Diskusi Refleksi 1. Sebelum menutup forum diskusi refleksi moderator dapat
menyampaikan ringkasan atau penegasan tentang hal-hal penting yang telah didiskusikan. 2.
Saat menutup jangan lupa menyampaikan ucapan terima kasih pada semua pihak yang telah
berpartisipasi, misalnya kehadiran Dosen FMIPA UM, Guru Pamong, Kepala Sekolah, Pengawas,
Dinas P dan K, dll. (Bacaan ini diambil dari Buku Lesson study (Studi Pembelajaran) oleh Istamar
Syamsuri dan Ibrohim, 2008) Selamat mencoba, mudah-mudahan lebih berhasil ...! F. EVALUASI
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan jawaban singkat dan sistematis
berdasarkan pemahaman Saudara. Setelah itu cobalah untuk meminta teman memeriksa
jawaban tersebut. Berapa persen Saudara dapat mejawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. 1.
Jelaskan pentingnya kegiatan refleksi dalam lesson study! 2. Jelaskan secara garus besar rambu-
rambu pelaksanaan refleksi yang interaktif dan efektif! 3. Mengapa pengamat disarankan untuk
tidak mengkritik guru model dalam kegiatan refleksi. 41
 47. TUGAS: Lakukan kegiatan ini secara sungguh-sungguh sebagai sarana berlatih lesson study.
1. Jika Saudara sedang mengikuti kegiatan lesson study di sekolah atau KKG ikutilah kegiatan
diskusi refleksi secara sungguh-sungguh, agar memperoleh pengalaman yang cukup. Perhatikan
bagaimana cara moderator, guru model dan pengamat lain menyampaikan komentar. 2. Setelah
mengikuti kegiatan lesson study, cobalah untuk merencanakan dan melakukan tindak lajut
berdasarkan hasil observasi dan refleksi. Lakukanlah pembelajaran di sekolah Anda dengan
mengaplikasikan pengalaman- pengalaman baik dari lesson study. 42
 48. DAFTAR PUSTAKA Depdiknas, 2005. Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2005-2009 Menuju Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka Panjang. Jakarta:
Depdiknas. Garfield, J. 2006. Exploring the Impact of Lesson study on Developing Effective
Statistics Curriculum, (Online), (www.stat.auckland.ac.nz/-iase/ publications/11/- Garfield.doc,
diakses 19 Juni 2006. Istamar Syamsuri dan Ibrohim. 2008. Lesson study (Studi Pembelajaran):
Model Pembimbinaan Pendididk dipetik dari Pengalaman Implementasi Lesson study dalam
Program SISTTEMS JICA di Kabupaten Pasuruan. Malang: FMIPA UM Kusdijantono, T. 2008.
Aktualisasi Pengawasan dalam Lesson study. Makalah dalam International Conference on Lesson
study, Bandung, 31 Juli – 1 Agustus. Liliasari. 2008. Teacher Professional Development through
Chemistry Education Lesson study at Tanjungsari. Makalah dalam International Conference on
Lesson study, Bandung, 31 Juli – 1 Agustus. Lewis, C.C. 2002. Lesson study: A Handbook of
Teacher-Led Instructional Change. Philadelphia: Reseach For better School .Inc. Lewis, C. Perry,
R. Dan Murata, A., 2006. How Should Research Contribute to Instructional Improvement?: The
Case of Lesson study. Educational Researcher, 35(3):3-14. Noor, Idris, HM. 2006. Model
Pelatihan Guru dalam Menerapkan Kurikulum Bahasa Inggris. Portal Informasi Pendidikan di
Indonesia, Depdiknas (Online): Robinson, Naomi. 2006. Lesson study: An example of its
adaptation to Israeli middle school teachers. (Online), (stwww.weizmann.ac.il/G-math/ICMI/
Robinson_proposal.doc, diakses 25 September 2006). Richards, J.C., Platt, J. and Platt, H. 1992.
Longman Dictionary of Language Teaching and Applied Linguistics. Longman. Saito, E., 2005.
Changing Lessons, Changing Learning: Case Study of Piloting Activities under IMSTEP. Prosiding
Seminar Nasional MIPA dan Pembelajarannya & Exchange Experience of IMSTEP. Malang, 5-6
September. Saito, E., Harun, I.,dan Ibrohim. 2005. Penerapan Studi Pembelajaran di Indonesia:
Studi Kasus dari IMSTEP. Jurnal Mimbar Pendidikan, 3 (24):24-32. 43
 49. Saito, E., Sumar, H., Harun, Ibrohim, Kuboki, I., dan Tachibana, H. 2006. Development of
school based in-service teacher training under the Indonesian Mathematics and Science Teacher
Education Project. Improving Schools, 9(1): 47-59. Stepanek, J. 2003. Researchers Every
Classroom. Northwest Teacher: 4(3): 2-5 Sulasmi, E.S., dan Rahayu, S. 2006. Hasil Monitoring
dan Evaluasi Kegiatan Piloting dan Lesson study dalam Pembelajaran Biologi di Sekolah
Menengah Kota Malang. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan
MIPA, Yoyakarta. 1 Agustus. Sumarna. 2006. Implementasi Lesson study Berbasis Sekolah untuk
Meningkatkan Kemampuan Guru Biologi Melakukan Pembelajaran Inovatif. Booklet Seminar
Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA. Yoyakarta, 1 Agustus. Walker, J.S. 2005.
UWEC Math Dept. Journal of Lesson Studies. (Online),
www.uwec.edu/walkerjs/Lesson_Study/Statement_of_Purpose.pdf., diakses 26 Oktober 2006.
44

footer

Search

 Follow us on LinkedIn
 Follow us on Twitter
 Find us on Facebook
 Find us on Google+

 Learn About Us
 About
 Careers
 Our Blog
 Press
 Contact Us
 Help & Support

 Using SlideShare
 SlideShare 101
 Terms of Use
 Privacy Policy
 Copyright & DMCA
 Community Guidelines
 SlideShare on Mobile

 Pro & more


 Go PRO
 Enterprise Sales
 PRO Features
 Developers & API
 Developers Section
 Developers Group
 Engineering Blog
 Blog Widgets

© 2013 SlideShare Inc. All rights reserved.

RSS Feed

 ENGLISH
o English
o Français
o Español
o Deutsch

Anda mungkin juga menyukai