Kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan program ini dengan baik.
Kami mengakui bahwa program ini sangat sederhana dan belum sempurna,
untuk itu masukan yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Jumaidi, S.Pd.M.Pd
Pembina Tingkat I
NIP. 19670512 199003 1 013
A. Latar Belakang
B. Landasan Program
Program ini disusun berdasarkan :
1.Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 Tahun 2003
2.Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentan Standar Nasional Pendidikan
3.Permendiknas nomor 22, 23, 24 Tahun 2006 tentang Standar Isi, SKL , dan
pelaksanaan SI dan SKL
4. Rapat dinas guru dan karyawan SMP Negeri 2 Lamongan dan rapat koordinasi
Wakasek dan Koordinator tentang penyusunan program Monitoring dan Evaluasi
SMP Negeri 2 Lamongan Tahun Pelajaran 2013 – 2014 tanggal 14 Juli 2013.
C. Tujuan
Salah satu tujuan disusunnya program monitoring dan evaluasi ini adalah
untuk mengetahui sejauh mana efektivitas dan ketercapaian pelaksanaan standar
isi, proses, maupun penilaian yang dilakukan oleh tenaga pendidik di SMP Negeri
2 Lamongan.
E. Pelaksanaan
F. Evaluasi Program
Program monitoring dan evaluasi ini akan dievaluasi pada akhir pelaksanaa
Monev ( Jadwal disesuaikan )
G. Penutup
Demikianlah program monitoring dan evaluasi (monev) ini disusun dengan
harapan semoga program ini dapat terlaksana dengan sebaik baiknya. Sehingga
harapan untuk meningkatkan sumber daya manusia dan peningkatan mutu
pendidikan di SMP Negeri 2 Lamongan isnya’ Allah akan terwujud
Jumaidi, S.Pd.M.Pd
Pembina Tingkat I
NIP. 19670512 199003 1 013
PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN
DINAS PENDIDIKAN
SMP NEGERI 2 LAMONGAN
Jl. Veteran No. 3, Telp. (0322) 321490 Fax.: 0322312505
e-mail: smp2la@yahoo.co.id
web: smpn2lamongan.sch.id
Blog : www.smpn2lamongan.wordpress.com
LAMONGAN 62212
SURAT TUGAS
Nomor : 800/ /413.101.202/2011
Tentang
Pengangkatan Kepala Laboratorium IPA
SMP Negeri 2 Lamongan
Tahun Pelajaran 2012-2013
Menimbang : Bahwa dalam rangka memperlancar Proses Belajar Mengajar (KBM) dan
Program di SMP Negeri 2 Lamongan, perlu mengangkat Kepala Laboratorium
Mengingat : IPA
1. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
2. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990
3. Keputusan Mendikbud Nomor 025/O/1995
4. Rapat Dinas Guru dan Karyawan SMP Negeri 2 Lamongan, tanggal 9 Juli
2012
5. Program Kerja Sekolah dan Program Komite SMP Negeri 2 Lamongan
Tahun Pelajaran 2012-2013
6. SK Kepala SMP Negeri 2 Lamongan Nomor 800/167 /413.101.202/2010
tanggal 11 Juli 2011 tentang Pembagian Tugas Guru / Karyawan Tahun
Pelajaran 2011/2012.
Memutuskan
Menetapkan :
Pertama : Bahwa ; 1. Nama : MUCHAMAD MUIF, S.Pd
2. NIP : 19590810 198103 1 019
3. Jabatan : Guru
4. Pangkat/Golongan : Pembina TK.I IV/b
Kedua : Surat Keputusan ini berlaku Terhitung mulai tanggal 12 Juli 2011 sampai dengan
30 Juni 2012, diangkat sebagai Kepala Laboratorium IPA pada SMP Negeri 2
Lamongan dan diberikan tunjangan jabatan sesuai dengan anggaran yang ada.
Dengan catatan bahwa :
a. Segala biaya yang timbul akibat pelaksanaan Surat Keputusan ini dibebankan
pada anggaran yang sesuai
b. Apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam Surat Keputusan ini akan
diadakan perbaikan kembali sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Lamongan
Pada tanggal : 11 Juli 2011
Kepala SMP Negeri 2 Lamongan
Drs. Djanadi, MM
Pembina Utama Muda
Tembusan : NIP. 19590610 198803 1 009
1. Yth. Kepala Dinas Pendidikan Prop. Jatim
Up. Kabid. Dikmenum Dinas Pendidikan Prop. Jatim
2. Yth. Kepala Dinas Pendidikan Kab. Lamongan
Up. Ka sub bag Kepegawian Kab. Lamongan
3. Yth. Kabid. Dikmenumjur Dinas Pendidikan Kab. Lamongan
4. Yth. Pengawas Dikmenumjur Dinas Pendidikan Kab. Lamongan
Bahasa Indonesia Community
o Just another WordPress.com weblog
o Pages
KAJIAN BAHASA INDONESIA S-1 PGSD
Bahan Perkuliahan
BANK SOAL BAHASA INDONESIA PER KD
BERITA PENDIDIKAN
BIOGRAFI
BUKU PTK
Materi ICT -S-1
MATERI PBI S-1 PGSD
Proposal PTK
PTK BAHASA
SERAH TERIMA KASEK SMPN 3 NGIMANG
Silabus S-1 PGSD
STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PTK
Syndicate
o Entries
o Comments
Meta
o Register
o Log in
Home
KAJIAN BAHASA INDONESIA S-1 PGSD
Bahan Perkuliahan
BANK SOAL BAHASA INDONESIA PER KD
BERITA PENDIDIKAN
BIOGRAFI
BUKU PTK
Materi ICT -S-1
MATERI PBI S-1 PGSD
Proposal PTK
PTK BAHASA
SERAH TERIMA KASEK SMPN 3 NGIMANG
Silabus S-1 PGSD
STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PTK
1. Pendahuluan
Belajar bukan merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi ke dalam kepala
seorang peserta didik. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan siswa itu sendiri.
Penjelasan dan peragaan oleh mereka sendiri, tidak akan menuju ke arah belajar yang sebenarnya
dan tahan lama. Hanya cara belajar aktif saja yang akan mengarah pada pengertian ini.
Pada saat kegiatan belajar aktif, siswa melakukan sebagian besar pekerjaan yang harus
dilakukan. Mereka menggunakan otak-otak mereka…mempelajari gagasan-gagasan,
memecahkan berbagai masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif
merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung, dan secara pribadi menarik hati. Sering
kali siswa hanya terpaku di tempat-tempat duduk mereka, berpindah-pindah dan berpikir keras.
Untuk mempelajari sesuatu dengan baik, belajar aktif membantu siswa untuk mendengarkan,
melihat/membaca, mengajukan pertanyaan tentang pelajaran tertentu, dan mendiksusikannya
dengan yang lain. Yang paling penting siswa perlu “melakukan” memecahkan masalah sendiri,
menemukan contoh-contoh, mencoba keterampilan-keterampilan, dan melakukan tugas-tugas
yang bergantung pada pengetahuan yang telah mereka miliki atau yang harus mereka capai.
Kita tahu bahwa siswa belajar paling baik dengan cara melakukan. Hal seperti itu pernah
dikatakan oleh Confusius pada 2400 tahun yang lalu. Mereka mengatakan:
Pendapat di atas dipertegas kembali oleh Silberman (1996:2) bahwa apa yang saya dengar, saya
lupa. Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit. Apa yang saya dengar, lihat, dan
tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham. Apa yang saya
dengar, lihat, diskusikan, dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Apa
yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai.
Semua pendapat di atas dalam pembelajaran perlu kita dalami dan diaktualisasikan dalam
strategi pembelajaran dalam bentuk prosedur pembelajaran.
1. Strategi Pembelajaran
Pada akhir abad kesembilan belas para ahli bahasa berusaha mengembangkan kualitas
pembelajaran bahasa. Para ahli tersebut mengkaji prinsip-prinsip umum dan teori yang berkaitan
dengan bahasa yang dipelajari, bagaimana pengetahuan bahasa itu direpresentasikan dan
diorganisasikan di dalam memori, atau bagaimana bahasa itu sendiri dibentuk. Para ahli bahasa
tersebut akhirnya mengkolaborasikan prinsip-prinsip dan pendekatan yang dapat
dipertanggungjawabkan secara teoritis ke dalam desain program pembelajaran bahasa yang
sering disebut strategi pembelajaran. Menurut Hasibun (1988:3) dan Raka Joni (1984:2) Strategi
adalah pola umum perbuatan guru-siswa di dalam perwujudan kegiatan belajar-mengajar.
Pengertian strategi dalam hal ini menunjuk kepada karakteristik abstrak dari rentetan perbuatan
guru-siswa di dalam peristiwa belajar mengajar. Adapun strategi pembelajaran menurut
Saliwangi (1988:2) terdiri atas metode dan teknik (prosedur) yang akan menjamin bahwa siswa
betul-betul mencapai tujuan. Strategi lebih luas daripada metode atau teknik.
Kegiatan Pendahuluan
1) Guru memberi pengantar bahwa segala sesuatu perlu direncanakan dengan cermat.
Apalagi jika kita akan melaksanakan kegiatan besar yang melibatkan banyak orang, misalnya
mengadakan pertunjukan. Kita harus membuat rencana kegiatan yang matang. Guru
memberikan ilustrasi gagalnya sebuah kegiatan karena perencanaan yang tidak cermat.
2) Sebagai pengantar, guru bertanya jawab dengan siswa tentang apa saja yang perlu
mendapat perhatian ketika kita merencanakan sebuah kegiatan (sesuai dengan KD/indikator)
3) Guru menyampaikan rencana pembelajaran hari ini, yakni merencanakan sebuah proyek
tur musik dalam skala besar. Siswa diminta bersikap untuk mempunyai rencana proyek besar,
yaitu mengadakan tur musik di 21 kota besar di Indonesia.
Kegiatan Inti
1) Guru menyiapkan peralatan: Peta Indonesia, kertas-kertasa berwarna dari bahan apa saja
(kertas manila, koran bekas, bekas bungkus kado, atau daun pisang kering), lem kertas, gunting
dan spidol warna secukupnya.
3) Siswa merencanakan kegiatan tur di 21 kota besar di Indonesia: Pulau yang akan
disinggahi, kota-kota yang akan dijadikan tempat konser, jadwal, tujuan konser, personil, dan
tiket.
5) Siswa membuat peta Indonesia (pulau-pulau penting saja) dengan menyobeki kertas
berwarna (didak boleh digunting untuk membentuk Pulau Sumatra, Pulau jawa, Pulau
Kalimantan, dan lain-lain.
6) Siswa menentukan kota-kota besar yang akan dikunjungi dan tanggalnya di dalam peta.
7) Siswa membuat deskripsi tertulis mengenai rencana kegiatan tur itu dan rutenya.
8) Sementara itu, anggota kelompok yang laian merencanakan anggaran belanjanya; Biaya tur
untuk setiap kota, harga tiket, jumlah minimal penonton agar mencapai titik inpas, biaya
akomodasi, dll.
Kegiatan Penutup
1) Guru bersama-sama siswa mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar hari ini
tentang beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dari sebuah rencana kegiatan.
2) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan pengalaman siswa ketika
mengalami kegagalan karena perencanaan yang kurang cermat.
Keterampilan membaca
Kegiatan Pendahuluan
2) Guru membangkitkan skemata siswa tentang topik bacaan dengan tanya jawab
3) Guru mengkondisikan siswa
Kegiatan Inti
1) Guru menugasi siswa membaca teks bacaan sesuai dengan pembagian masing-masing
anggota kelompok (kelompok kooperatif) dan siswa mulai membaca teks bacaan
2) Guru menugasi siswa berkelompok sesuai dengan teks yang dibaca (kelompok ahli).
Siswa membentuk kelompok baru berdasarkan teks yang dibaca.
4) Guru membimbing siswa untuk curah pendapat untuk menentukan apa yang diinginkan
oleh indikator.
6) Siswa melaksanakan tutor teman sebaya dan melakukan sharing hasil diskusi
Kegiatan Penutup
1) Guru bersama-sama siswa mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar hari ini
tentang beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dari sebuah rencana kegiatan.
Pembelajaran Membaca
Kegiatan Pendahuluan
3) Menyusun Pertanyaan
Kegiatan Inti
1) Membaca teks bacaan untuk untuk menjawab pertanyaan dengan cara menandai jawaban
pertanyaan
Kegiatan Penutup
Keterampilan Menulis
Kegiatan Pendahuluan
2) Guru membacakan teks narasi yang bersumber dari jurnal pribadi (buku harian)
3) Bertanya jawab tentang ciri wacana narasi yang terdapat dalam teks yang dibacakan
4) Menyeleksi gagasan dalam jurnal pribadi (buku harian) yang bisa dikembangkan menjadi
wacana narasi
Kegiatan Inti
2) Siswa membacakan draf kepada guru dan/atau siswa lain untuk mendapatkan balikan.
Balikan ditekankan pada isi tulisan dan dikaitkan pada ciri khas wacana narasi
3) Siswa merevisi draf dan mendiskusikan tulisan dengan guru dan/atau teman
4) Guru memberikan pembelajaran mini pada kegiatan ini dan mengamati kerja siswa
5) Siswa mengedit tulisan dengan memperhatikan aspek mekanik dalam tulisan. Kegiatan ini
dilakukan guru bersama siswa
6) Siswa memperbaiki tulisan berdasarkan balikan yang diterima dari kegiatan editing
Kegiatan Penutup
Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan Inti
Kegiatan Penutup
Kegiatan pendahuluan
9) Membimbing siswa menyuarakan vokal dari nada rendah, sedang, dan tinggi
Kegiatan Inti
Kegiatan Penutup
2) Siswa disuruh menyampaikan apa yang sudah dikuasai dan yang belum dikuasai
Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan Inti
Kegiatan Penutup
Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan guru terhadap proses
pembelajaran. Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif dan reflektif. Kegiatan penelitian harus
bersifat siklus, yakni siklus pertama dilanjutkan siklus kedua, dan seterusnya. Karena penelitian
ini berkaitan dengan persoalan siswa dan guru, maka guru yang akan melakukan penelitian
tindakan kelas harus mengetahui permasalahan siswa terhadap sulitnya pembelajaran sehingga
siswa tersebut (mayoritas) dalam kelas masih mendapat nilai di bawah stantar yang diinginkan.
Jika sudah ditemukan topik pembelajaran atau kompetensi dasar yang sulit dikuasai siswa, guru
perlu mencari solosinya baik yang berkaitan, strategi, metode, maupun media pembelajaran
1. Peningkatan Kemampuan Menulis Pengalaman Pribadi dengan Strategi DWA Siswa Kelas VII
SMP Bintang Kecil Lamongan Tahun Pelajaran 2007/2008
2. Peningkatan Kemampuan Membaca Intensif dengan Strategi SQ3R Siswa Kelas VIII SMP Bintang
Besar Lamongan Tahun Pelajaran 2007/2008
3. Peningkatan Keterampilan Pidato dengan Strategi Tubian Plus Siswa Kelas IX SMP Halilintar
Lamongan Tahun Pelajaran 2007/2008
Sebelum kita menulis proposal penelitian tindakan kelas tentang skema di atas, kita
harus menulis prosedur pembelajaran yang rencananya digunakan pembelajaran pada siklus
pertama dan akhirnya diperbaiki (jika nilainya belum memuaskan) pada siklus kedua dan
seterusnya.
Misalnya
Prosedur pembelajaran
1) Penjelasan tentang (a) masalah yang harus dipecahkan, (b) cara pemecahan masalah, (c)
bentuk kegiatan yang akan dilaksanakan, dan (d) target penyelesaian tugas dalam waktu kurang
dari 8 menit
2) Siswa membentuk kelompok kerja, membaca teks secara cepat untuk memperoleh
gambaran (a) kerangka isi bacaan, (b) fakta, pendapat, dan pesan dalam bacaan, (c)
kemungkinan keberadaan kalimat utama dalam setiap paragraf, dan (d) pertanyaan tentang isi
bacaan
3) Siswa menyusun pertanyaan dan melakukan kegiatan membaca secara cermat guna
menemukan jawaban pertanyaan . Pada tahap ini siswa tidak boleh melakukan pembahasan .
mereka hanya mencatat kemungkinan-kemungkinan jawaban pertanyaan secara individu.
5) Siswa secara kelompok bersama-sama membahas jawaban pertanyaan dan setiap anggota
menuliskan jawaban tersebut, pada buku tugas. Setelah seluruh jawaban pertanyaan
terselesaikan , siswa mengecek lagi jawaban pertanyaannya dengan membaca lagi teks secara
keseluruhan.
6) Siswa kembali berkumpul dalam bentuk klasikal. Guru mengajukan pertanyaan pertama.
Salah seorang siswa sebagai wakil kelompok membacakan jawabannya. Kelompok lain diminta
menanggapi/membandingkan jawaban tersebut dengan jawaban yang dihasilkan kelompok
kerjanya.
9) Guru memberi kesempatan siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami
Berdasarkan prosedur pembelajaran di atas, guru menulis skenario pembelajaran dengan strategi
tersebut untuk siklus I dengan mengelompokkan menjadi tiga bagian, yakni kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Selesai menyusun skenario pembelajaran, guru membuat
instrumen penelitian. Pembuatannya sama dengan membuat instrumen pedoman penilaian pada
penilaian proses /Authentic Assessment).
Contoh
1. Penutup
Strategi, metode dan teknik dalam pembelajaran saling berkaitan. Ketiga istilah itu sering
digunakan guru dalam mengatasi permasalahan pembelajaran. Guru yang melakukan pemecahan
masalah dengan strategi atau metode tersebut secara siklus sampai mendapatkan hasil positif
maka guru tersebut sama dengan melakukan penelitian tindakan kelas (PTK). Sayangnya apa
yang telah dilakukan guru tersebut jarang sekali didokumentasikan (ditulis).
Karena menulis karya ilmiah merupakan salah satu kompetensi guru maka para guru harus
mulai sekarang mendokumentasikan apa yang pernah dialaminya dalam proses pembelajaran
tersebut. Tulisan guru yang dalam bentuk karya ilmiah tersebut harus sesuai dengan kriteria
karya ilmiah.
1. Pendahuluan
Farris (1993:20) mengatakan bahwa kemampuan berpikir merupakan dasar bagi semua
keterampilan berbahasa (mendengarkan, berbicara. membaca, dan menulis). Keempat
keterampilan itu saling terkait, yang satu berhubungan dengan yang lainnya. Dalam
pembelajaran pun guru tidak bisa hanya menyajikan satu keterampilan saja melainkan dikaitkan
dengan keterampilan lainnya. Seorang guru dalam pembelajaran menulis selalu mengadakan
tanya jawab, menjelaskan konsep menulis, menyuruh siswa membaca materi. Hal itulah yang
mendukung pendapat Farris tersebut ––keterampilan yang satu berkait dengan keterampilan
lainnya––. Menurut Syafi’ie (2000:5) selain ada keterkaitan di antara keempat keterampilan
tersebut, kebahasaan berada di tengah-tengah keempat keterampilan itu. Hal seperti ini
menandakan bahwa penyajian kebahasaan dalam pembelajaran bisa dimasukkan dalam semua
keterampilan (membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara). Menurut Puskur (2002:4)
Pembelajaran kebahasaan yang berupa kata, kalimat, paragraf dapat disampaikan dalam
komunikasi tulis dan lisan (menulis, membaca, mendengarkan), tanda baca, ejaan disampaikan
dalam bahasa tulis, sedangkan unsur-unsur kebahasaan yang berkaitan dengan prosodi (intonasi,
nada, irama, tekanan, tempo) dapat disampaikan dalam keterampilan berbicara.
Keterampilan berbahasa yang dianggap paling sulit oleh guru dan siswa adalah menulis karena
dalam keterampilan ini siswa dituntut mengaplikasikan semua kebahasaan dalam bentuk formal.
Padahal bahasa Indonesia terjadi ”penggembosan bahasa formal dalam kehidupan sehari-hari”.
Ini terbukti bagaimana penulisan kata-kata: faham, Nopember, apotik, analisa, dsb. Semua kata
yang ditulis itu hampir 80 % pengguna bahasa Indonesia menggap benar, makanya Badudu
mengatakan ”salah kaprah”. Untuk merubah pikiran seperti itu, siswa harus banyak latihan
menulis. Dalam Kurikulum 2004 (2004:20) Kompetensi Dasar yang berkaitan dengan
kemempuan menulis nonsastra adalah (1) menulis buku harian, (2) menulis surat pribadi, (3)
menulis teks pengumuman, (4) menyunting karangan sendiri/orang lain, (5) menulis
pengalaman, (7) mengubah teks wawancara menjadi narasi, (8) menulis surat resmi, (9) menulis
pesan memo, (10) menulis rangkuman dari beberapa teks bacaan yang memiliki kemiripan topik,
(11) menulis laporan, (12) menulis surat resmi, (13) menulis ulasan buku biografi, (14) menulis
teks berita, (15) menulis rangkuman isi buku ilmu pengetahuan populer, (16) menulis slogan dan
poster untuk berbagai keperluan, (17) menulis rencana kegiatan, (18) menulis petunjuk, (19)
menulis iklan baris, (20) mencatat hal-hal penting dari buku yang dibaca, (21) menulis karya
tulis sederhana dengan menggunakan berbagai sumber, (22) menulis teks
pidato/ceramah/khotbah, (23) menulis artikel jurnalistik, (24) meresensi buku
pengetahua/penemuan.
Berdasarkan Kompetensi Dasar di atas, kami anggap bagian yang perlu mendapat perhatian
dalam pembelajaran menulis adalah (1) menulis teks berita, (2) meresensi buku
pengetahuan/penemuan, dan (3) menulis artikel.
Dalam suatu berita memang terdapat sebuah kestuan antara judul berita, baris tanggal, teras
berita, dan tubuh berita, masing-masing tidak berdiri sendiri-sendiri, saling terkait satu sama lain.
Oleh karena itu, mengetahui secara lebih terperinci mengenai bagian dari struktur berita tersebut
merupakan suatu keharusan. Untuk memahami hal tersebut dapat diikuti beberapa penjabaran
berikut ini.
a. Judul Berita
Biasanya disebut headline” berfungsi menolong pembaca yang ingin segera mengenal kejadian-
kejadian yang terjadi di sekelilingnya. Fungsi lainnya adalah ada hubungannya dengan teknik
grafika (percetkan) khususnya yang menyangkut tipe-tipe huruf, agar lebih menarik perhatian
pembaca, peranan penonjolan tipe huruf pada judul berita sangat penting. Memang kenyataan di
lapangan, orang yang membaca berita di surat kabar itu biasanya membaca judulnya dulu dan
bila judul tersebut menarik perhatiannya maka dia akan meneruskan membaca seluruh berita
karena didorong oleh rasa “ingin tahu” tentang isi yang diberitakan. Oleh karena itu merumuskan
judul mempunyai syarat: tidak terlalu panjang, bisa mencerminkan inti dari isi berita, dapat
memancing orang untuk tertarik.
b. Baris tanggal (dateline)
Menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan singkatan (inisial) dari surat kabar. Sebagai
contoh, kita membaca berita di harian Kompas pasti terdapat dateline seperti:
- Semarang, Kompas
Baris tanggal ini menunjukkan bahwa berita tersebut ditulis di Semarang tempat kejadian yang
diberitakan tersebut, sedangkan kata Kompas menunjukkan bahwa berita tersebut didapat
langsung dari wartawan Kompas, maksudnya bukan kutipan dari surat kabar (media, lembaga
berita lainnya).
Lain lagi bila kita membaca berita dengan dateline seperti:
- Bandung, Antara.
Artinya berita tersebut ditulis di Bandung tempat kejadian itu dan ditulis oleh Wartawan Antara
(kantor berita) kemudian berita tadi dikutip oleh surat kabar yang bersagkutan. Adakalanya
untuk surat kabar yang mempunyai nama terdiri dari dua kata biasnya cukup disingkat, seperi
Jawa Pos (JP), Surabaya Post (SP), Suara Karya (SK), dll.
c. Teras Berita
Dalam penulisan berita, yang paling penting dan utama adalah teras berita (lead, intro). Menulis
teras berita merupakan bagian yang agak sulit karena teras berita yang baik haruslah mampu
menyajikan fakta penting yang diberitakan dan dapat pula menarik minat pembaca untuk
meneruskan membaca lebih lanjut.
Untuk menulis teras berita harus diperhatikan penggunaan rumus 5W + 1H. Rumusan ini kalau
dijabarkan menjadi enam pertanyaan yang harus dijawab wartawan sebelum mulai menulis teras
berita.
a. Who (siapa)
Siapakah yang diberitakan? Siapakah yang terlibat dalam kejadian itu? Siapakah yang
berkomentar?
b. What (apa)
Apa yang terjadi? Apa yang diperbuat oleh orang itu?
c. When (kapan)
Kapan hal itu terjadi? Kapan hal itu berubah?
d. Whre (di mana)
Di mana hal itu terjadi?
e. Why (mengapa)
Mengapa peristiwa itu terjadi? Apa sebabnya?
f. How (bagaimana)
Bagaimana peristiwa itu terjadi? Dengan cara bagaimana hal itu terjadi?
Jika kita sudah mampu merumuskan jawaban dari enam pertanyaan tersebut, maka pilihlah hal-
hal penting dari jawaban itu untuk menulis teras berita. Agar lebih mudah, bagilah teras berita itu
menjadi dua kalimat. Yang pertama berisi kunci peristiwa ditambah dengan hal yang lebih
penting, kedua berisi fakta penting lainnya. Gunakan kalimat-kalimat singkat, tetapi mengena
pada sasaran, kalimat-kalimat itu akan lebih mudah dibaca dan dimengerti oleh pembaca.
Contoh:
Kemarin pagi di Jalan Embong Malang, Indah (27) pelayan restoran, meningal dunia waktu
menyeberang ditabrak mobil sedan dengan kecepatan tinggi dan tidak lagi bisa dikendalikan.
Teras berita pada contoh tersebut sudah mencakup enam pertanyaan
- siapa : Indah, usia 27 tahun, pelayan restoran
- apa : meninggal dunia
- kapan : kemarin pagi
- di mana : Jalan Embong Malang
- mengapa: waktu menyeberang jalan
- bagaimana : ditabrak mobil sedan dengan kecepatan tinggi dan tidak dapat dikendalikan.
Pada perkembangan terakhir ini, kita kenal cara baru yang disebut ”summary-lead’ (teras berita
yang dipadatkan) artinya kesatuan gagasan di dalam penulisan berita harus dijadikan pegangan
pokok. Jadi hanya unsur terpenting saja yang ditonjolkan dalam teras berita. Sedangkan hal-hal
yang tidak relevan dalam berita itu sedapat mungkin dihindarkan. Menurut Suharianto (1991:10)
ada bermacam-macam teras berita yang masing-masing menonjolkan kekhususannya, di
anataranya adalah:
a. Teras berita siapa (who)
”Kakanwil Depdikbud Jatim Rasio kemarin sore di New Grand Park Hotel Surabaya telah
membuka penataran Kepala sekolah seluruh Jawa Timur”.
b. Teras berita (what)
” Penataran Kepala Sekolah se Jawa Timur secara resmi kemarin sore dibuka oleh kakanwil
Depdikbud Jawa Timur Rasio di New Grand Park Surabaya”.
c. Teras berita kapan (When)
”Kemarin sore di New Grand Park Surabaya penataran Kepala Sekolah seluruh Jawa Timur
dibuka secara resmi oleh Rasio , Kakanwil Depdikbud Jawa Timur”.
d. Teras berita di mana (Where)
“Di New Grand Park kemarin sore penataran Kepala Sekolah seluruh Jawa Timur dibuka
Kakanwil Depdikbud Jawa Timur Rasio”.
e. Teras berita mengapa (whay) / bagaimana (how)
“ Untuk meningkatkan mutu Kepala Sekolah, kemarin sore kakanwil Depdikbud Jawa Timur
Rasio membuka penataran Kepala sekolah se Jawa Timur di New Grand Park”.
Menurut Materi Pokok PTBK (2004:47) ada lima teras berita, di antaranya; (1) teras simpulan
(2) teras pernyataan, (3) teras kutipan, (4) teras kontras, (5) teras eksklamasi. Teras simpulan
adalah teras berita yang menyimpulkan atau memadatkan. Teras pernyataan adalah teras berita
yang berupa pernyataan. Teras kutipan adalah teras berita yang berupa kutipan ucapan seseoran.
Teras kontras adalah teras berita yang berisi sesuatu yang bertentangan dengan apa yang sedang
berlaku di masyarakat. Teras eksklamasi adalah teras berita yang berisi sebuah ungkapan yang
menunjukkan jeritan, rasa sakit dan ungkapan yang sejenis.
d. Tubuh Berita
Seperti dikemukakan sebelumnya, bahwa penulisan teras berita merupakan bagian yang agak
sulit atau mungkin paling sulit dari rangkaian pekerjaan menulis berita. Maka tidak berlebihan
bila dikatakan bahwa kalau teras berita sudah tersusun dengan baik, maka menulis bagian berita
selanjutnya akan menjadi mudah. Jadi, menulis tubuh berita, tidak lain hanya melanjutkan
menulis teras berita, dengan melengkapi fakta-fakta yang diperkuat oleh saksi mata (orang yang
melihat langsung kejadian) atau dapat diperoleh dari pejabat yang menangani persoalan yang
diberitakan tersebut. Dalam menulis tersebut menurut Rose (2002:136) memerlukan waktu 40 %
untuk penelitian, 20 % menulis, dan 40 % revisi. Dengan demikian, setiap sekali menulis harus
direvisi dua kali.
Berdasarkan Kurikulum 2004 (2004:31) jenis materi setiap pembelajaran dapat dibedakan
menajdi empat ; fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Materi jenis fakta adalah materi yang
berupa nama-nama objek, nama tempat, nama orang, lambang, peristiwa sejarah, nama bagian
atau komponen suatu benda, dan sebaginya. Materi konsep berupa pengertian, definisi, hakekat,
inti isi. Materi jenis prinsip berupa dalil, rumus, postulat adagium, paradigma. Materi jenis
prosedur berupa langkah-langkah mengerjakan sesuatu secara urut, misalnya langkah-langkah
menelepon, cara pembuatan telur asin atau cara pembuatan bel listrik.
Jika akan memberikan pembelajaran menulis berita, kita harus mengelompokkan, mana yang
berupa fakta, konsep, prinsip, dan mana yang termasuk prosedur.
Contoh Pembelajaran menulis berita dengan strategi modeling dalam CTL
Bagian pendahuluan
Bagian Inti
1. Guru memberi contoh model berita yang ada headline, dateline, lead, dan tubuh berita
2. Guru memberikan lembar kerja yang bagian-bagian 5W + 1H dirumpangkan
3. Siswa disuruh menulis berita berdasarkan peristiwa yang pernah dilihatnya dengan bingkai
model berita yang diberikan guru.
4. Siswa mendiskusikan hasil tulisannya dengan teman-temannya (kelompoknya)
5. Siswa merevisi tulisannya
6. Siswa menulis hasil revisinya di kertas manila atau kertas dobel folio.
7. Siswa menempelkan hasil tulisnnya di papan tulis atau di tembok kelasnya untuk dibaca
teman-temannya.
Kegiatan Penutup
1. Guru dan siswa menyimpulkan kegiatan
2. Refleksi terhadap kegiatan
Penilaian dalam KBK menganut prinsip penilaian berkelanjutan dan komprehensif guna
mendukung upaya memandirikan siswa untuk belajar, bekerja sama, dan menilai diri sendiri.
Penilaian dilaksanakan dalam rangka penilaian berbasis kelas. PBK tersebut harus
memperhatikan tiga ranah, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Menurut Barokah
(2003:11) ketiga ranah ini dinilai secara proporsional sesuai dengan sifat mata pelajaran. Sebagai
contoh pelajaran bahasa Indonesia lebih menitikberatkan pada pengembangan keterampilan
berbahasa maka penilainnya seharusnya menitikberatkan pada penilaian terhadap keterampilan
berbahasa siswa. Karena seperti itu maka guru harus menilai siswa melalui penilaian proses dan
penilaian hasil.
Daftar Rujukan
Farris, Pamela J. 1993. Language Art A Process Approach. Wisconsin: Brown & Benchmark
Publishers
Harianto, Slamet, tth. Pedoman Penulisan Berita dan Wawancara. Makalah
Hernowo. 2003. Quantum Writing, Cara Cepat Nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya
Potensi Menulis. MLC: Bandung.
Puskur. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Balitbang Depdiknas.
Rose, Colin. 2002. Acceleratet Learning Systems. Ailesburry: Bucks
Santoso, Barokah. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah:Implementasi
Kegiatan Belajar Mengajar. Makalah
BUKU PTK
Bagian Pertama
1. Pengertian
Penelitan tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dalam perbaikan
pembelajaran dengan secara siklik. Menurut Dirjen Depdiknas (2003:3) Penelitian seperti ini
merupakan penelitian pembelajaran reflektif yang dilaksanakan secara siklik oleh guru di dalam
kelas dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan. Ada beberapa jenis
PTK, dua di antaranya adalah individual classroom action research dan collaborative classroom
action recearch.
Penelitian Tindakan Kelas bisa berupa penelitian kualitatif bisa juga kuantitatif pada masalah
yang akan atau sedang dipecahkan/diselesaikan. PTK bertujuan untuk memperbaiki kinerja,
sifatnya kontekstual dan hasilnya tidak langsung digeneralisasikan. Namun demikian PTK dapat
saja diterapkan oleh orang lain yang mempunyai konteks yang mirip dengan masalah yang akan
ditelitinya.
Perbedaan antara PTK dengan non-PTK dapat disajikan dalam tabel berikut ini.
Non-PTK PTK
Instrumen harus secara isi dan konstruk valid Instrumen valid secara isi dan reliabel
dan releabel
Menuntut penggunaan analisis statistik yang Tidak digunakan analisis statistik yang rumit
rumit
Hasil penelitian merupakan produk ilmu Hasil penelitian merupakan peningkatan mutu
pembelajaran
Dua model penelitian tindakan kelas yang menjadi acuan PTK di Indonesia, di anataranya Model
Kurt Lewin dan Model Hopkin. Hampir semua penelitian tindakan kelas yang ada sekarang ini
mengacu pada kedua model tersebut. Menurut Kurt Kewin konsep pokok Peneltitian Tindakan
Kelas terdiri dari empat komponen, yaitu (1) perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3)
pengamatan (observing), (4) refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen tersebut
dipandang sebagai satu siklus. Perhatikan satu siklus menurut Kurt Lewin berikut ini.
tindakan
pengamatan
Perencanaan
refleksi
Model Kemmis & Taggart adalah model pengembangan dari konsep dasar tersebut lalu
diperkenalkan oleh Kurt Lewin dengan cara menggambarkan spiral classroom action reserch
yang masing-masing spiral terdiri dari empat langkah tersebut. Spiral atau siklus itu berulang
terus sampai masalah yang dihadapi terpecahkan.
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan pada saat menentukan masalah, di antaranya
adalah: (1) merenungkan barang sejenak, (2) berpikirlah tentang apa yang mungkin dapat
diperbaiki, (3) pikirkan tentang beberapa kelompok masalah pembelajaran, (4) pikirlah masalah
yang layak (feasible) untuk dipecahkan, (5) pikirlah masalah yang tidak terlalu besar atau terlalu
kecil, (6) pilihlah masalah yang strategis, (7) pilihlah masalah yang disenangi
Setiap saat guru selalu menghadapi permasalahan. Permasalahan tersebut seakan-akan tidak
pernah habis. Oleh karena itu, guru yang tidak dapat menemukan masalah untuk PTK sungguh
ironis. Merenungkan barang sejenak atau berdiskusi/berkolaborasi dengan teman sejawat, pasti
guru akan menemukan segudang permasalahan.
dan seterusnya.
Jika kita yakin bahwa ketiadaan buku yang menyebabkan siswa sukar membaca kembali materi
pelajaran dan mengerjakan PR di rumah, kita tidak perlu melaksanakan PTK. Dengan dibelikan
buku masalah itu akan terpecahkan, dan itu di luar kemampuan kita. Dengan perkataan lain
yakinkan bahwa masalah yang akan kita pecahkan cukup layak, berada di dalam wilayah
pembelajaran, yang kita kuasai. Contoh lain masalah yang berada di luar kemampuan kita
adalah: kebisingan kelas karena sekolah berada dekat jalan raya. Sedangkan contoh masalah
yang layak untuk kita pecahkan, di antaranya; aktivitas yang rendah, ketidakmampuan siswa
dalam mengemukakan pendapat, banyaknya siswa yang ngantuk di dalam kelas saat menjelang
siang, ketidakmampuan siswa bertanya.
Nilai Ujian Nasional yang tetap rendah dari tahun ke tahun merupakan masalah yang terlalu
besar untuk dipecahkan melalui PTK karena cakupan PTK hanya kelas. Faktor yang
mempengarui Nilai Ujian Nasional sangat kompleks mencakup seluruh sistem pendidikan.
Pilihlah masalah yang sekiranya mampu untuk diteliti.
Masalah yang terlalu kecil baik dari segi pengaruhnya terhadap pembelajaran secara keseluruhan
maupun jumlah siswa yang terlibat sebaiknya dipertimbangkan kembali, terutama jika penelitian
itu dibiayai oleh pihak lain. Sangat lambatnya dua orang siswa mengikuti pelajaran Anda
misalnya, termasuk masalah kecil karena hanya menyangkut dua orang siswa, sementara masih
banyak masalah lain yang menyangkut kepentingan sebagian besar siswa.
Kesulitan siswa memahami bacaan secara cepat” merupakan contoh dari masalah yang cukup
besar dan strategis karena diperlukan bagi sebagian besar mata pelajaran. Semua siswa
memerlukan keterampilan itu itu, dan dampaknya terhadap proses belajar siswa cukup besar.
“Sukarnya siswa berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran,” dan “ketidaktahuan siswa tentang
meta belajar (belajar bagaimana belajar” merupakan contoh lain dari masalah yang strategis.
Dengan demikian pemecahan masalah akan memberi manfaat yang besar. Namun masalah-
masalah yang kan dipecahkan melalui PTK harus benar-enar masalah yang muncul di dalam
kelas.
a) Identifikasi Masalah
Dalam mengidentifikasi masalah, kita sebaiknya mendata semua permasalahan yang ada dalam
kelas tersebut. Permasalahan itu harus ditulis dan didiskusikan dengan teman-teman guru.
Contoh identifikasi guru bahasa Indonesia SMP
1) Jika diajak tanya jawab pada awal pembelajaran siswa cenderung menghindar untuk
menjawab.
3) Sebagian siswa mencatat pelajaran bahasa Indonesia pada buku yang berganti-ganti.
6) Kemampuan berpikir rasional siswa sangat lemah dalam mengerjakan soal-soal bahasa
Indonesia.
8) Siswa tidak dapat melihat huungan anta mata pelajaran yang satu dengan yang lain
10) Siswa tidak berusaha mengaitkan keterampilan berbahasa dengan kehidupan di masyarakat.
b. Pemilihan Masalah
Kita tidak mungkin memecahkan semua masalahan yang teridentifikasikan itu secara
keseluruhan dalam suatu PTK yang berskala kelas. Masalah-masalah itu berbeda satu sama lain
dalam hal kepentingan atau nilai strategisnya. Masalah yang satu boleh jadi merupakan
penyebab dari masalah yang lain sehingga pemecahan terhadap yang satu akan berdampak
pada yang lain, dua-duanya akan dipecahkan sekaligus. Untuk dapat memilih masalah secara
tepat kita perlu menyusun masalah-masalah itu berdasarkan kriteria berikut: tingkat
kepentingan, nilai strategis, atau nilai prasarat. Akhirnya kita harus memilih hubungan antara
konsep keterampilan yang satu dengan yang lainnya dalam satu mata pelajaran.
c. Deskripsi Masalah
Setelah kita memilih satu masalah, deskripsikan masalah itu secara terperinci untuk memberi
gambaran tentang pentingnya masalah terhadap pembelajaran secara umum dan jumlah siswa
yang terlibat.
d. Rumusan Masalah
Setelah kita memilih satu masalah secara saksama, selanjutnya kita perlu merumuskan masalah
itu secara komprehensif dan jelas. Masalah dapat dirumuskan dengan pernyataan atau
pertanyaan, atau kedua-duanya. Hendaknya dihindarkan rumusan masalah yang mirip dengan
penelitin non-PTK. Contoh rumusan masalah yang harus dihindari: “Apakah optimalisasi variasi
metode dapat meningkatkan hasil belajar siswa?”
Menurut Sagor dalam Pedoman Teknis PTK (2003:13) merinci rumusan masalah PTK
menggunakan lima pertanyaan:
5) Apa yang akan dilakukan untuk mengatasi hal itu? (tidak wajib, merupakan rencana
tindakan)
Siswa kelas VII SMP tidak dapat bisa menjawab pertanyaan tersirat, tersorot dalam membaca
intensif.
Bagaimanakah peningkatan membaca intensif siswa kelas VII dengan strategi CTL?
Jika permasalahan sudah ada, kita perlu menentukan judul penelitian tindakan kelas. Judul
penelitian harus mencerminkan peningkatan mutu pembelajaran. Kata kuncinya selalu ada kata
“peningkatan” “meningkatan”, “mengefektifkan”, “upaya meningkatkan”.
Peningkatan Pembelajaran Menulis Kreatif Cerpen dengan Peta Semantik Siswa kelas IX SMP
Negeri 2 Ngimbang Tahun Pelajaran 2009/2010.
Dalam membuat rumusan masalah tersebut, sebenarnya kita telah melakukan analisis penyebab
masalah sekaligus membuat rencana tindakan yang akan diberikan untuk memecahkan masalah
tersebut. Untuk melakukan analisis secara tajam dan menjustifikasi perlakuan yang akan
diberikan, kita perlu merujuk pada teori-teori yang sudah ada. Tujuannya untuk meyakinkan
pembaca atau guru lain bahwa apa yang kita lakukan dapat dipertanggungjawabkan secara
profesional. Dalam hal ini proses kolaborasi memegang peranan yang sangat penting.
Kita juga perlu membaca hasil penelitian terakhir, termasuk PTK, siapa tahu apa yang akan kita
lakukan sudah pernah dilakukan oleh orang lain. Kita dapat mengambil manfaat dari
pengalaman orang itu. Manfaat lain yang lebih penting, kita akan mengetahui trend baru yang
sedang diperhatikan atau diteliti oleh para guru di seluruh dunia. Misalnya pembelajaran yang
bernuansa CTL, Problem Solving, Quantum Learning, yang semua berorientasi pada
kepentingan siswa.
Setelah kajian pustaka, kita perlu menentukan perencanaan tindakan. Untuk merencanakan
tindakan ini, kita bisa menganalisis penyebab secara saksama agar tindakan yang kita rencanakan
berjalan dengan efektif. Rencana tindakan dapat kita tuliskan secara eksplisit, tetapi juga tidak
karena pada dasarnya kita belum tahu tindakan mana yang akan berdampak paling efektif.
Hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang dihadapi, sebagai
alternatif tindakan yang dipandang paling tepat untuk memecahkan masalah yang telah dipilih
untuk diteliti melalui PTK. Misalnya: Pendekatan CTL dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam membaca intensif siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Ngimbang.
7. Metode Penelitian
Dalam metode penelitian ini, kita perlu menegaskan bahwa penelitian ini dilakukan dengan cara
siklus-siklus dan dilakukan secara kolaboratif. Dalam metode penelitian ini perlu dijelaskan
identifikasi awal dan setting penelitian, persiapan penelitian (perencanaan yang berupa silabus,
RPP, sistem penilaian, skenario pembelajaran), siklus penelian mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, refleksi, data penelitian, instrumen penelitian, dan teknik analisis data.
Misalnya:
a) Rancangan Penelitian
Selain pendapat di atas, Elliot (1991:60) mengatakan bahwa penelitian tindakan merupakan
suatu kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas praktik. Ini
dimaksudkan untuk memberi penilaian terhadap prektik yang dilakukan dalam situasi konkret.
Adapun McNiff (1992:4) mengatakan bahwa penelitian tindakan merupakan suatu pendekatan
untuk meningkatkan pendidikan melalui perubahan dengan mendorong guru untuk menyadari
praktik mengajar mereka, kritis terhadap praktik mengajar yang dilakukan, dan siap terhadap
perubahan.
Penelitian tindakan pada penelitian ini terfokus pada rumusan permasalahan dan tujuan
penelitian. Berdasarkan itu, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan proses pembelajaran
membaca kritis dan meningkatkan hasil pembelajaran membaca yang terjadi pada situasi kelas
yang konkret. Di samping tujuan di atas, diharapkan pula penelitian ini dapat menghasilkan
interpretasi dan penilaian terhadap praktik yang dilakukan dalam proses belajar-mengajar kritis
yang terjadi di dalam kelas.
Prosedur penelitian tindakan terdiri atas beberapa tahap. Menurut pendapat Kurt Lewin (dalam
Sukamto,2000:11), setiap siklus penelitian tindakan selalu ada aktivitas dasar, di antaranya
adalah: identifikasi ide awal, analisis, menemukan masalah umum, perencanaan umum tindakan,
mengembangkan langkah tindakan pertama, melaksanakan langkah tindakan pertama,
mengevaluasi dan merevisi perencanaan umum. Berdasarkan siklus dasar ini, peneliti
mengadakan perbaikan-perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus berikutnya. Tindakan
seperti itu dilakukan terus-menerus sampai ada perbaikan.
Berdasarkan pendapat Lewin itu, penelitian ini dirancang dengan langkah-langkah yang
meliputi: studi pendahuluan, persiapan tindakan, pelaksanaan tindakan, dan refleksi.
Langkah-langkah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. Langkah awal kegiatan penelitian ini
dimulai dari identifikasi permasalahan yang ada dalam pembelajaran, baik permasalahan yang
ada dalam siswa, guru, maupun dalam proses perencanaan. Setelah itu, diadakan analisis hasil
permasalahan dan diperoleh temuan bahwa strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru
kurang tepat sehingga kurang bisa mengembangkan kemampuan menulis secara maksimal.
Berdasarkan temuan itu, peneliti bersama-sama guru menyusun rencana tindakan untuk
diterapkan dalam pembelajaran membacakritis. Perencanaan tindakan kelas disusun bersama
antara guru dan peneliti, yang berupa tujuan pembelajaran, satuan pelajaran, rencana
pembelajaran, penilaian, bahan atau materi yang digunakan dalam pembelajaran. Rencana
tindakan itu dilaksanakan dalam siklus-siklus pembelajaran. Setelah selesai tindakan setiap
siklusnya, peneliti dan guru mengadakan refleksi untuk menentukan dasar tindakan perbaikan
pada pelaksanaan siklus berikutnya hingga tujuan penelitian tercapai. Secara terperinci, alur
penelitian ini diuraikan pada bagian berikut ini.
Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti pada saat pembelajaran membaca di kelas IX SMP Negeri 2
Ngimbang Kabupaten Lamongan. Identifikasi awal ini dilakukan untuk mengetahui masalah-
masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran menulis, terutama kegiatan membaca
intensif di kelas IX A.
Adapun tempat penelitian tindakan kelas di SMP Negeri 2 Ngimbang, Kabupaten Lamongan.
Subjek penelitian ini meliputi guru dan siswa kelas IX A. Adapun pengalaman guru sebagai
peneliti dan kolaborator dalam penelitian ini sebagai berikut. (1) Kasmadi, S.Pd. sebagai guru
kelas VIIIA, yang pengalaman mengajar di sekolah ini sudah mencapai 2 tahun. Guru tersebut
sebelumnya sudah berpengalaman mengajar di MTs Singosari Malang. Latar belakang guru
kelas IIA ini adalah sarjana (S1) dengan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam
Malang. (2) Azis Subekti, S.Pd sebagai guru kelas IX D, yang pengalaman mengajar di SMP
Negeri 2 Ngimbang sudah mencapai 4 tahun. Selain mengajar di sekolah ini, guru tersebut
sebagai pembimbing di Primagama Lamongan. Latar belakang guru kelas IX B tersebut adalah
sarjana (S1) dengan jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Negeri Malang. (3)
Sujak, S.Pd sebagai guru kelas IX A di SMP Negeri 2 Ngimbang. Pengalaman mengajar di SMP
Negeri 2 Ngimbang sudah 11 tahun. Sebelum mengajar di SMP ini, guru tersebut mengajar di
SMP Negeri 2 Lamongan. Pendidikan terakhir guru yang mengajar di kelas IX tersebut adalah
S1 Universitas Wisnuwardhana Malang dengan jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Ketiga guru tersebut berkolaborasi dalam pengajaran di kelas sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan oleh sekolah.
Pemilihan SMP Negeri 2 Ngimbang ini didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut. Pertama,
SMP Negeri 2 Ngimbang Lamongan merupakan salah satu sekolah yang mengikuti ulangan
umum bersama di kabupaten Lamongan, yang nilai keterampilan menulis siswa kelas IX pada
kelompok yang paling bawah. Kedua, SMP Negeri 2 Ngimbang, Lamongan lokasinya di daerah
perbatasan kabupaten Lamongan dan Kabupaten Jombang sehingga siswa yang belajar di SMP
itu berlatar belakang yang berbeda-beda. Dengan adanya latar belakang yang berbeda-beda itu
perlu adanya penanganan proses belajar mengajar yang tepat, baik berkaitan dengan
perancanaan, pelaksanaan, maupun penilaian. Ketiga, tenaga guru yang berlatar belakang bahasa
Indonesia tiga guru tetap, satu guru bantu, dan satu guru kontrak. Semua guru bahasa Indonesia
di SMP Negeri 2 Ngimbang Lamongan tersebut berijazah S1. Keempat, SMP Negeri 2
Ngimbang Lamongan merupakan tempat peneliti berdinas sehingga peneliti mengetahui kondisi
sekolah tersebut dengan jelas.
Peneliti menentukan subjek penelitian kelas IX A SMP karena pada siswa kelas III SMP rata-
rata sudah berusia 15 tahun. Siswa seusia itu sudah mampu menulis kreatif. Di samping usia
yang sudah 15 tahun, peneliti mengambil kelas IX karena kelas IX merupakan kelas yang
siswanya mempunyai latar belakang yang bermacam-macam.
2) Persiapan Penelitian
Berdasarkan teman permasalahan pada studi pendahuluan, guru dan peneliti sebagai kolaborator
mrnyusun perencanaan tindakan. Dalam perencanaan tindakan langkah yang pertama dilakukan
adalah peneliti memberikan pemahaman terhadap guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas IX
dan guru kelas VIII sebagai kolaborator lainnya mengenai pembelajaran membaca kritis dengan
strategi SQ3R. Pemahaman tersebut berkenaan dengan kegiatan menyusun persiapan mengajar
yang dilakukan pada tanggal 18 Februari sampai tanggal 20 Februari 2002, yang memperhatikan:
(1) tema dan butir pembelajaran, (2) menentukan tujuan pembelajaran umum dan tujuan
pembelajaran khusus, (3) menentukan kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran, (4)
menentukan materi dan media, (5) evaluasi proses dan hasil, (6) membuat pedoman pengamatan,
menyusun format aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran, membuat catatan lapangan dan
penetapan deskriptor serta kriteria dengan SQ3R, menyusun rambu-rambu penilaian.
Perencanaan tindakan itu disusun menjadi rancangan pembelajaran yang akan dilaksanakan
dalam tiga siklus. Setiap siklus pembelajaran dilaksanakan dalam satu pertemuan dengan waktu
2 jam pelajaran (2 X 45 menit). Masing-masing pertemuan difokuskan pada kegiatan membaca
kritis melalui proses membaca dengan tahap prabaca, saat-baca, dan pascabaca dengan strategi
SQ3R.
Pada kegiatan tahap prabaca guru melakukan kegiatan yang berkaitan dengan membimbing
siswa dalam mensurvei judul bacaan, isi bacaan dan menyusun pertanyaan. Pada kegiatan tahap
saat-baca guru membimbing siswa membaca kritis dengan cara membaca untuk menemukan
jaaban, menjawab pertanyaan secara lisan, menceritakan kembali isi bacaan dengan bahasanya
sendiri, membaca kembali teks bacaan dengan cara memberi komentar terhadap isi bacaan.
Proses pembelajaran membaca kritis dalam siklus pertama sampai siklus ketiga menggunakan
urutan yang sama. Hasil pengamatan siklus pertama digunakan sebagai dasar untuk menyusun
rencana tindakan siklus berikutnya.
3) Siklus Penelitian
Penelitian ini direncanakan tiga siklus. Setiap siklusnya terdiri atas dua pertemuan. Pertemuan
kedua merupakan kelanjutan dari pertemuan pertama. Setiap pertemuan direncanakan dengan
durasi waktu 2 x 45 menit. Adapun rencana tindakan pada siklus pertama sebagai berikut.
Tahap Prabaca
Tahap saat-baca
1. Membaca teks bacaan untuk menjawab pertanyaan dengan cara menandai jawaban pertanyaan
2. Menjawab pertanyaan dengan bahsanya sendiri (menceritakan kembali)
3. Menentukan ide pokok paragraf
4. Menyimpulkan isi bacaan
5. Mendiskusikan hasil kegiatan
Tahap Pascabaca
4) Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan yang meliputi kegiatan: analisis, sintesis, pemaknaan, penjelasan
dan menyimpulkan data dan informasi yang berhasil dikumpulkan. Hasil yang diperoleh berupa
temuan tingkat efektivitas pembelajaran membaca kritis dengan strategi SQ3R. Hasil refleksi ini
dimanfaatkan untuk perbaikan pembelajaran pada siklus berikutnya.
Peneliti, guru, kolaborator pada tahap ini mendiskusikan pelaksanaan proses pembelajaran yang
telah dilakukan berdasarkan hasil pengamatan selama pembelajaran berlangsung. Hal yang
didiskusikan meliputi: (1) kesesuaian proses pembelajaran dengan rencana pembelajaran yang
telah dibuat, (2) materi yang digunakan dalam pembelajaran, (3) evaluasi pembelajaran, (4)
kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran, (5) kemajuan yang dicapai
siswa, (7) rencana tindakan pembelajaran selanjutnya.
Pelaksanaan refleksi ini dilakukan setelah proses pembelajaran dan setelah evaluasi belajar, yang
berupa pelaksanaan ulangan formatif. Ulangan formatif tersebut digunakan untuk mengetahui
hasil pembelajaran setelah pelaksanaan membaca kritis dengan strategi SQ3R. Pelaksanaannya
menggunakan bentuk soal objektif dan subjektif.
Bedasarkan hasil refleksi itu, guru, peneliti, dan kolaborator mengadakan perbaikan dan
penyempurnaan rencana pembelajaran, mulai dari tujuan pembelajaran sampai pada evaluasi
hasil belajar, yang akan digunakan dalam pembelajaran siklus berikutnya.
Langkah-langkah yang dibuat oleh guru, peneliti, dan kolaborator tersebut, yang berupa
pertanyaan rencana pembelajaran sampai pada kegiatan refleksi ini. Kegiatan seperti ini juga
digunakan pada siklus-siklus selanjutnya sampai tujuan penelitian tercapai.
b) Data Penelitian
Pada bagian ini peneliti akan menguraikan data penelitian yang meliputi data proses
pembelajaran pada tahap prabaca, saat-baca, dan pascabaca, data hasil pembelajaran, yang
berkaitan dengan hasil mengerjakan tugas pada saat proses pembelajaran dan hasil evaluasi
belajar dengan menggunakan strategi SQ3R dalam proses membaca kritis tersebut.
1) Data
Data penelitian meliputi data perencanaan, data pelaksanaan pembelajaran, dan data evaluasi.
Data perencanaan pembelajaran berupa dokumen persiapan pembelajaran yang dibuat secara
kolaboratif antara guru dan kolaborator. Data perencanaan meliputi perumusan tujuan, kegiatan
belajar-mengajar termasuk materi dan media, dan evaluasi pembelajaran. Data ini dikumpulkan
sebelum pembelajaran. Data pelaksanaan pembelajaran berupa deskrepsi pembelajaran selama
kegiatan belajar mengajar. Data tersebut akan terekam dalam catatan lapangan.
Data hasil belajar diambil dari hasil siswa menulis, yang pelaksanaannnya dilakukan dalam
proses belajar mengajar. Data tentang aktivitas guru dalam pembelajaran meliputi kegiatan
membimbing siswa dan memotivasi, mensurvei teks bacaan, menyusun pertanyaan, memodelkan
membaca kritis, membimbing siswa dalam menjawab pertanyaan, membimbing siswa
menceritakan kembali teks bacaan, membimbing berdiskusi, kegiatan bertanya, memberi
tuntunan, memberi balikan. Data aktivitas siswa meliputi kegiatan: mensurvei teks bacaan,
menyusun pertanyaan, membaca secara kritis, menjawab pertanyaan, menceritakan kembali isi
bacaan, diskusi kelompok. Data pelaksanaan pembelajaran berupa catatan dan rekaman hasil
observasi, baik dalam bentuk dafar cek maupun catatan lapangan. Data pelaksanaan
dikumpulkan pada saat proses pembelajaran membaca berlangsung.
Data hasil belajar diambil dari ulangan formatif yang pelaksanaannya dilakukan setelah
pembelajaran membaca. Penyusunan soal tes hasil belajar tersebut berdasarkan pada tujuan
pembelajaran khusus dan tujuan membaca dengan bentuk soal objektif dan uraian. Penentuan
bentuk-bentuk soal tersebut berdasarkan pada kurikulum 1994, khususnya buku petunjuk
pelaksanaan ulangan.
2) Instrumen Penelitian
Pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini dengan menggunakan instrumen utama
dan instrumen penunjang. Instrumen utama adalah peneliti, sebagaimana yang dinyatakan oleh
Bogdan dan Biklen (1982) bahwa peneliti adalah orang yang paling mengetahui seluruh data
dan cara menyikapinya. Adapun instrumen penunjang adalah pedoman observasi, catatan
lapangan, dokumen tasi dan foto (Moleong, 1995:153).
Pedoman observasi digunakan untuk menjaring data dalam proses belajar mengajar. Peneliti
akan lebih mudah mengamati aktivitas guru dan siswa bila sudah disiapkan pedoman
observasinya. Aktivitas yang dijaring dalam pedoman observasi ini berupa interaksi guru
terhadap siswa, siswa terhadap temannya, dan siswa terhadap bahan pembelajaran.
Catatan lapangan digunakan untuk mendeskripsikan segala yang dilihat, didengar, dirasakan,
dan dipikirkan selama dalam pembelajaran membaca kritis dengan menggunakan strategi
SQ3R. Selain itu, catatan lapangan ini digunakan untuk mencatat hasil refleksi dari peneliti dan
kolaborator. Kolaborator akan mencatat semua kejadian yang ada dalam proses pembelajaran
dan refleksi.
Foto digunakan untuk mendokumentasikan data tentang peristiwa yang terjadi dalam proses
belajar mengajar membaca dengan strategi SQ3R. Semua peristiwa yang terjadi di kelas dalam
pembelajaran itu difoto, baik peristiwa siswa mensurvei teks bacaan, menyusun pertanyaan,
membaca untuk menemukan jawaban, menjawab pertanyaan, menceritakan kembali teks bacaan,
mendiskusikan gagasan umum bacaan, sampai pada menceritakan kembali teks bacaan dan
pelaksanaan penelitian. Selain itu, peristiwa yang melibatkan kegiatan guru juga
didomunetasikan di antaranya: guru membimbing siswa mensurvei teks bacaan, menyusun
pertanyaan, membaca untuk menjawab pertanyaan, menjawab pertanyaan, menceritakan kembali
teks bacaan, membimbing diskusi siswa menemukan gagasan umum bacaan dan kesimpulan
(periksa lampiran).
Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan teknik analisis data kualitatif. Hal ini
berdasarkan pendapat Rofi’uddin (1998:36) analisis data kualitatif dapat bersifat linier
(mengalir) maupun bersifat sirkuler. Berdasarkan pendapat itu, analisis data dilakukan selama
proses pembelajaran. Setelah data terkumpul, peneliti menganalis, mereduksi, dan
menyimpulkan data itu. Pengumpulan data dilakukan setiap siklus penelitian tindakan kelas.
Dengan adanya penyimpulan setiap siklus, peneliti akan lebih memahami proses tindakan yang
dilakukan guru dalam pembelajaran. Akhirnya guru dan peneliti memutuskan perencanaan siklus
berikutnya.
Pedoman yang digunakan analisis data dalam penelitian ini berdasarkan pendapat Rofi’uddin
(1998:36), yang langkah-langkahnya sebagai berikut: (1) menelaah seluruh data yang telah
dikumpulkan, (2) mereduksi data, yang di dalamnya melibatkan kegiatan pengkatagorian dan
pengklasifikasian, (3) menyimpulkan dan verifikasi.
Data penelitian yang telah terkumpul baik melalui observasi, pencatatan, dan dokumentasi
ditelaah oleh peneliti dan guru. Proses penelaahan data diawali dengan transkripsi data hasil
pengamatan, kemudian menganalisis, memaknai, menerangkan dan menyimpulkan. Penelaahan
data tersebut dilakukan secara menyeluruh sejak awal data dikumpulkan sampai seluruh data
penelitian terkumpul.
Reduksi data dilakukan peneliti setelah data terkumpul. Kegiatan reduksi data meliputi
pengkatagorian dan pengklasifikasian data. Setelah diklasifikasikan dan dikelompokkan
dilanjutkan pada penyimpulan. Untuk mempermudah penyimpulan data, peneliti
menyederhanakan data itu dengan cara membuat ringkasan, memberi kode, membuang data yang
tidak perlu, dan pengaturan masalah sesuai dengan permasalahan yang ada dalam penelitian
tindakan kelas ini. Data tersebut dipilah-pilah berdasarkan fokus siswa, dan guru dalam pra
menulis, saat penulisan, dan pascapenulisan.
Data-data yang telah diklasifikasikan dipaparkan menurut jenis masalah penelitian. Pemaparan
data dilakukan dengan menampilkan satuan-satuan informasi secara sistematis. Dengan adanya
pemaparan informasi itu, peneliti akan dapat menarik kesimpulan dengan mudah. Untuk
memperjelas analisis, data penelitian dipaparkan dalam bentuk naratif dan dilengkapi dengan
tabel.
Penyimpulan hasil penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan cara menafsirkan makna suatu
fenomena yang terjadi selama tindakan berlangsung, mencatat kejadian-kejadian positif, negatif,
menjelaskan hubungan sebab-akibat dan akhirnya peneliti menyimpulkan. Penyimpulan pada
langkah ini masih bersifat sementara karena baru berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi
dalam tindakan. Setelah proses pembelajaran selesai, kesimpulan yang bersifat sementara itu
diuji kembali berdasarkan data-data yang baru terkumpulkan sehingga hasil menyimpulkan
akan lebih mantap. Proses seperti ini dilakukan secara berulang-ulang sesuai dengan tindakan
siklusnya.
Pengujian keabsahan data dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan silang (trianggulasi) data.
Kegiatan trianggulasi ini dilakukan dengan jalan mengecek kembali hasil wawancara terhadap
siswa setelah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan hasil angket pembelajaran menulis
dengan peta semantik. Kedua data itu dibandingkan dengan hasil observasi peneliti di kelas saat
pelaksanaan pembelajaran. Setelah kegiatan itu, guru dan peneliti berdiskusi untuk menetapkan
pembelajaran siklus berikutnya dengan menyiapkan perencanaan pembelajaran.
Hasil penelitian PTK tidak hanya berisi data hasil observasi, melainkan justru proses perbaikan
yang dilakukan. Untuk itu siklus adalah cara yang tepat untuk menyajikan hasil penelitian Data
hasil observasi tidak disajikan secara terpisah melainkan dalam konteks siklus-siklus yang telah
dilakukan.
Dalam laporan penelitian tindakan kelas bab ini memuat hasil dan temuan siklus, yang di
dalamnya berisi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, hasil pembelajaran,
refleksi, dan temuan siklus tersebut. Jika bagian itu siklus pertama, maka bagian berikutnya
siklus II, yang isinya sama dengan siklus pertama.
Untuk menggambarkan hasil siswa, tabel, grafik, dan diagram sangat baik untuk menyajikan
data hasil observasi. Gunanya agar refleksi dapat dilakukan dengan mudah. Tetapi sajian yang
cantik itu bisa menjadi blunder manakala angka-angkanya diatur sedemikian rupa sehingga
terkesan artificial. Hasil yang begitu spektakuler seringkali tidak disertai dengan “bagaimana”
proses untuk mencapainya, sehingga pembaca akan semakin ragu. Dengan demikian tabel,
diagram, dan grafik harus disertai dengan penjelasan bagaimana proses pencapaian hasil belajar
dalam tabel, grafik, dan diagram tersebut. Akan lebih sempurna jika dalam hasil tersebut
dipaparkan proses pembelajaran mulai dari pendahuluan, inti, dan akhir pembelajaran.
Selain grafik, tabel, dan diagram tersebut perlu ada lampiran hasil-hasil yang otentik seperti
karangan siswa, gambar karya siswa, hasil rekaman, foto tentang proyek yang dilakukan siswa.
Hasil siswa secara terperinci dimasukkan dalam lampiran laporan penelitian.
Hasil temuan siklus pertama sampai dengan siklus terakhir perlu dibahas dengan teori-teori yang
sudah ada. Peneliti wajib membaca buku yang berkaitan dengan variabel penelitian tersebut
sebab akan bermanfaat dalam pembahasan hasil penelitian tindakan kelas. Pembahasan bisa
dijadikan satu bab dengan hasil penelitian, bisa juga dipisah (bab tersendiri). Jika penelitian
tindakan kelas dilakukan oleh guru maka pembahasan dijadaikan satu bab dengan hasil penelitan
(agar tidak membebani guru sebagai peneliti), tetapi jika peneliti seorang mahasiswa maka
pembahasan harus dijadikan bab tersendiri, misalnya skripsi atau tesis.
Setelah penyimpulan, peneliti perlu menulis saran. Saran ditujukan kepada para guru yang
kemungkinan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan skanario pembelajaran dalam
penelitian ini, bahkan disampaikan kepada para peneliti lain yang akan mengembangkan hasil
penelitian tindakan kelas ini. Di samping itu saran perlu disampaikan kepada pengambil
kebijakan di sekolah, misalnya kepala sekolah atau pengawas.
Daftar pustaka yang ditulis pada bagian akhir laporan mencerminkan penguasaan kita atas teori
belajar dan pembelajaran yang kita minati. Orang lain akan mengetahui buku apa saja yang
dibaca sebagai sumber penelitian ini. Di samping itu, sebagaimana telah disinggung sebelumnya,
daftar pustaka mencerminkan keluasan pengetahuan kita atas penelitian-penelitian terbaru yang
sedang nge-trend. Karena itu, kita perlu menulis daftar pustaka secermat mungkin dan tidak
menyalahi aturan yang berlaku.
——————————————————————————————
Home
KAJIAN BAHASA INDONESIA S-1 PGSD
Bahan Perkuliahan
BANK SOAL BAHASA INDONESIA PER KD
BERITA PENDIDIKAN
BIOGRAFI
BUKU PTK
Materi ICT -S-1
MATERI PBI S-1 PGSD
Proposal PTK
PTK BAHASA
SERAH TERIMA KASEK SMPN 3 NGIMANG
Silabus S-1 PGSD
STRATEGI PEMBELAJARAN DALAM PTK
Proposal PTK
PROPOSAL
Oleh
Pembina TK I / IV b
NIP.131990728
KABUPATEN LAMONGAN
PROPOSAL
Oleh
1. 1. Latar Belakang
Menulis merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang harus diajarkan siswa mulai
dari SD sampai dengan perguruan tinggi. Dengan adanya aturan di atas seharusnya siswa SMP
kelas VII sudah dapat menulis pengalaman pribadi, menulis surat pribadi, menulis kembali
dongeng yang telah didengarkan dengan sistematika dan ejaan yang tepat. Namun kenyataan di
kelas berbeda dengan tujuan tersebut. Hampir setengah dari jumlah siswa setiap kelasnya belum
mampu mengembangkan idenya dalam tulisan pengalaman pribadi dengan runtut. Siswa masih
banyak menulis dengan ide yang meloncat-loncat. Padahal pengalaman pribadi yang dialaminya
merupakan kenyataan nyata dalam hidupnya. Siswa mengalami kebuntuan dalam menulis
pengalaman pribadi tersebut dikarenakan guru belum membimbing secara intensif pada tahapan-
tahapan menulis tersebut. Ejaan masih banyak mengalami kesalahan. Hal itu dikarenakan
bimbingan guru secara rutin belum pernah dilakukan sehingga para siswa selalu berbuat
kesalahan pada saat menulis tersebut. Apalagi para guru selain mata pelajaran bahasa Indonesia
sering menulis dengan ejaan yang kurang benar.
Menurut hasil wawancara guru sebagai peneliti dengan para siswa kelas VII SMP Negeri 2
Ngimbang menyatakan bahwa para siswa mengalami kesulitan karena konsep dasar menulis
belum pernah diajarkan baik di SD maupun ketika di SMP. Guru jarang membimbing menulis
dengan arahan-arahan secara rutin dalam proses pembelajaran dan jarang melihat siswa yang
sedang menulis di kelas. Sebagian besar guru di SD dan SMP Negeri 2 Ngimbang memeberi
tugas menulis pada siswa. Guru hanya duduk di depan kelas atau guru meninggalkan kelas untuk
mengerjakan tugas-tugas lain di luar PBM. Hal seperti ini dilakukan secara terus menerus sampai
siswa kelas IX. Ini terbukti angket yang peneliti edaran pada semua siswa kelas VII, VIII, dan
IX, ternyata 95 % siswa mengatakan guru tidak pernah membimbing menulis dalam proses
pembelajaran di kelas.
Selain siswa belum mampu menulis pengalaman pribadi yang paling mengesankan, siswa kelas
VII juga belum bisa menulis surat pribadi dengan menggunakan bahasa yang komunikatif. Hal
ini terjadi karena siswa menulis surat pribadi hanya berdasarkan contoh-contoh yang ada. Guru
jarang membimbing siswa menulis surat pribadi secara kretif. Siswa belum diberi kepercayaan
menulis surat pribadi dengan kreativitasnya sendiri. Karena demikian guru perlu mengarahkan
siswa agar mau menulis surat pribadi dengan menggunakan bahasa yang komunikatif dan kreatif.
Hal seperti itu bisa dilakukan oleh siswa jika guru membimbing siswa secara rutin dalam proses
belajar mengajar.
Menurut Ditjen Mandikdasmen Depdiknas (2006:7) siswa SMP harus mampu menulis
pengalaman pribadi dengan memperhatikan cara pengungkapan dan bahasa yang efektif, dan
mampu menulis surat pribadi dengan memperhatikan komposisi, isi, dan bahasa. Berdasarkan
itu, guru wajib melaksanakan pembelajaran yang bisa mengarah pada tercapainya tujuan yang
disyaratkan oleh Depdiknas tersebut. Karena berdasarkan pada pengalaman yang sudah didata
pada siswa yang sekarang kelas VIII dan kelas IX maka guru kelas VII berupaya untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dengan sebuah teknik yang mengarah pada bimbingan siswa
secara kontinyu.
Bimbingan siswa secara kontinyu dalam proses menulis di kelas pada penelitian ini
menggunakan teknik menulis semiterpimpin. Peneliti menggunakan teknik ini karena dianggap
cocok dan sesuai dengan permasalahan yang ada dalam kegiatan menulis di SMP Negeri 2
Ngimbang. Adapun judul penelitian ini adalah Peningkatan Menulis Melalui Teknik
Semiterpimpin Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Ngimbang Tahun Pelajaran 2009/2010.
1. 2. Masalah Penelitian
Secara umum masalah penelitian ini adalah ”Bagaimanakah meningkatkan pembelajaran menulis
siswa kelas VII SMP Negeri 2 Ngimbang dengan teknik menulis semiterpimpin?
1. Bagaimanakah meningkatkan menulis siswa kelas VII dengan teknik menulis semi terpimpin
pada tahap pengedrafan?
2. Bagaimanakah meningkatkan menulis siswa kelas VII dengan teknik menulis semiterpimpin pada
tahap perevisian?
3. Bagaimanakah meningkatkan menulis siswa kelas VII dengan teknik menulis semiterpimpin pada
tahappempublikasian?
1. 3. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah ingin mendiskripsikan cara meningkatkan pemelajaran
menulis siswa kelas VII dengan teknik menulis semi terpimpin. Adapun tujuan secara khusus
adalah:
1. Ingin mendeskripsikan peningkatan menulis siswa kelas VII dengan teknik menulis semi
terpimpin pada tahap pengedrafan.
2. Ingin mendeskripsikan peningkatan menulis siswa kelas VII dengan teknik menulis semi
terpimpin pada tahap perevisian.
3. Ingin mendeskripsikan peningkatan menulis siswa kelas VII dengan teknik menulis semi
terpimpin pada tahap pembublikasian.
1. 4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru atau yang lain. Manfaat tersebut bisa secara
teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi teori
pembelajaran menulis pengalam pribadi dan menulis surat pribadi di kelas VII SMP. Secara
praktis, penelitian ini dapat memberi sumbangan informasi kepada para guru tentang
pembelajaran keterampilan menulis pengalam pribadi dan menulis surat pribadi di kelas VII
SMP dengan teknik menulis semiterpimpin.
Penelitian ini berada dalam lingkup pengajaran, yang di dalamnya ada berbagai variabel yang
terlibat. Variabel-variabel itu akan mempengaruhi jalannya penelitian ini. Karena terlalu
banyaknya variabel, peneliti membatasi pada lingkup yang lebih sempit. Sesuai dengan masalah
penelitian di atas maka ruang lingkup penelitian ini terfokus pada variabel proses dan variabel
hasil pembelajaran membaca. Variabel proses mencakup perilaku guru dalam menyusun
perencanaan pembelajaran, mengajarkan keterampilan menulis pengalaman pribadi dn surat
pribadi dan perilaku siswa dalam proses menulis kreatif tersebut..
Berdasarkan cakupan variabel proses, variabel hasil, dan berdasarkan masalah penelitian
tersebut, ruang lingkup ini dibatasi pada hal-hal berikut.
1. 6. Asumsi Penelitian
Asumsi yang dijadikan landasan pelaksanaan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kemampuan menulis pengalaman pribadi dan surat pribadi sudah pernah diajarkan di kelas VI
SD/MI.
2. Teknik menulis semiterpimpin dapat diterapkan pada siswa kelas VII SMP.
3. Siswa sudah mengenal komposisi surat pribadi
4. Siswa sudah mengenal ejaan yang disempurnakan
1. 7. Kajian Pustaka
Menulis merupakan kegiatan produktif yang digunakan untuk menyampaikan pesan dengan
menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Pesan tersebut berupa isi atau muatan yang
terkandung dalam suatu tulisan. Menurut Akhadiyah (1997:8) menulis tersebut mengandung
unsur komuniksai, proses berpikir, tulisan sebagai mediumnya dan merupakan penyampai
gagasan penulis kepada khalayak.
7.2 Kreativitas
Berdasarkan makna leksikal, kreativitas berarti daya cipta atau kemampuan seseorang untuk
menciptakan sesuatu (Depdikbud, 1995:530). Karena kreativitas merupakan konsep yang luas
dan berdemensi yang sangat luas maka pengertian kreativitas tersebut bermacam-macam.
Tentang definisi kreativitas tersebut di antaranya adalah pendapat Rhodes dalam Munadar
(1999:24-24) mengatakan bahwa kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan
dari mewujudkan potensi dorongan untuk berkembang dan menjadi matang, kecenderungan
untuk mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan organisme. Moustakas (1967)
dalam Munandar (1999:24) kreativitas merupakan pengalaman mengekspresikan dan
mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungannya diri sendiri,
dengan alam dan dengan orang lain. Percy (1982:10) kreativitas merupakan respon individual
atas gagasan, imaji, suara, hubungan, dan simulasi lain yang ditemukan pada lingkungan masa
lalu, masa kini, dan masa mendatang.
mengatakan bahwa kreativitas seorang sastrawan adalah kemampuan untuk menyuling manusia
dan kehidupannya, pengalaman masyarakatnya, sejarah bangsanya dan negerinya, lingkungan
hidupnya, kebudayaan dan sistem nilai bangsanya baik yang homogin maupun yang beragam-
ragam, dan kemudian menuangkannya dalam kerangka ciptaannya, berbentuk puisi atau prosa,
dan menandai ciptaannya ini dengan citra kepribadiannya, keyakinannya, kejujurannya, nilai-
nilai yang dipegangnya, keberaniannya, kebenarannya, dan rasa keindahannya. Berdasarkan
pendapat tersebut, penulis menganggap bahwa kreativitas seorang penulis sangat dibutuhkan
karena mereka akan mencari saripati kehidupan sosial masyarakat dan dituangkan dalam karya
kreatifnya. Di samping itu, penulis yang kreatif juga harus berani mengungkapkan sesuatu yang
baru walaupun banyak yang menentang. Sebagaimana pendapat Wycoff dalam Marzuki
(2002:44) kreativitas adalah “baru”: suatu cara melakukan sesuatu dengan berbeda:
“unik”:”berbeda”;”lebih baik”. Pengertian tersebut jika disederhanakan baru dan bermanfaat.
Semua orang mempunyai kreativitas, termasuk anak-anak. Kreativitas siswa SMP barang tentu
berbeda dengan mahasiswa. Siswa yang tidak kreatif pada dasarnya karena kurang bisa
memanfaatkan potensi dirinya. Menurut Moslow dalam Wycoff (1991:47) orang/siswa yang
ingin menggunakan seluruh potensinya dalam rangka memaksimalkan kreativitasnya harus
memiliki beberapa ciri khas, di antaranya adalah: (1) menerima kenyataan dengan akurat dan
objektif: menerima, bahkan menyukai keambiguan; dan tidak takut terhadap hal yang belum
dikenalnya, (2) menerima diri sendiri, orang lain, serta sifat manusia, (3) spontan, alami, dan
murni, (4) beroreintasi pada masalah (bukan orientasi pada diri sendiri), tidak egois, memiliki
filsafat hidup, dan mungkin misi dalam hidup, (5) lebih membutuhkan privasi dan kesendirian
daripada orang pada umumnya; mampu berkonsentrasi penuh, (6) mandiri, merasa puas dengan
diri sendiri dan swatantra; tidak terlalu memutuhkan pujian dan popularitas, (7) mampu
meghagai pengalaman yang biasa dan sederhana; punya semangat hidup, (8) memiliki rasa
humor yang tinggi, dan memiliki kemampuan mengatasi stres, memiliki (dan menyadari) “saat-
saat puncak” yang kaya hidup dan bermanfaat––saat-saat kegembiraan yang amat sangat, (9)
memiliki rasa persaudaraan mendalam dengan seluruh umat manusia; penuh dengan kebaikan,
altruistik (mementingkan orang lain), (10) membentuk ikatan persahabatan yang kuat dengan
orang dalam jumlah yang relatif sedikit; mampu mencintai dengan lebih dalam, (11) demokratis
tak berburuk sangka, timbul dari hati yang dalam, (12) beretika kuat dan bermoral dengan cara-
cara yang khas (tidak harus selalu secara konvensional; dapat menikmati, baik bekerja untuk
mencapai hasil maupun hasil yang dicapai itu sendiri; sabar, pada umumnya, (13) memiliki rasa
humor mendalam dan penuh filsafat, yang bersifat membangun, bukannya menjatuhkan, (14)
kreatif, orisinal, memiliki daya cipta dengan pandangan yang segar, langsung, sederhana, dan
apa adanya terhadap hidup; cenderung kreatif dalam melakukan berbagai hal––tetapi takterus
selalu memiliki bakat yang hebat, (15) mampu melepaskan diri dari pengaruh budaya; mampu
membandingkan berbagai budaya secara objektif, dan tahu kapan harus mengikuti atau
meninggalkan suatui kebiasaan. Dengan demikian, orang/anak akan dapat kreatif jika mampu
mengaplikasikan lima belas ciri tersebut di atas.
Adapun Wycoff (1991:49) hanya menyebutkan empat ciri orang yang kreatif, di antaranya
adalah: (1) keberanian––orang kreatif berani menghadapi tantangan baru dan bersedia
menghadapi resiko kegagalan. Mereka penasaran ingin mengetahui apa yang akan terjadi, (2)
ekspresif––orang kreatif tidak takut menyatakan pemikiran dan perasaan. Mereka mau menjadi
dirinya sendiri, (3) humor–– homor berkaitan erat dengan kreativitas, (4) intituitif–– orang
kreatif menerima intuisi sebagai aspek wajar dalam kepribadiannya.
Melalui kreativitas, penulis selalu berusaha merekayasa penggunaan bahasa secara optimal agar
tercipta pemakaian bahasa yang bergaya dan efektif serta berbeda dengan gaya pemakaian
bahasa penulis yang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Percy (1981:115) yang menyatakan
bahwa kegiatan menulis kreatif yang dilakukan terus-menerus sangat membantu pengembangan
kemampuan seseorang untuk menggunakan dan menguasai bahasa sebagai alat ekspresi dan
berkomunikasi verbal dan nonverbal. Pembahasan tentang pengolahan bahasa juga berdasarkan
pendapat Kayam (1988) menyebutkan sebagai bahasa yang khusus ditemukan, diciptakan,
dikembangkan untuk menceritakan dan menjelaskan dunia rekaan (dunia sastra) yang abstrak
dan di luar jangkauan pembacanya.
Kreativitas mengolah bahasa dalam dunia sastra sangat bergantung pada kemampuan
sastrawan/penulis dalam menggunakan kata-kata dalam bahasa itu. Semakin kaya kosakata,
penulis semakin kreatif dalam mengembangkan kreativitas menulisnya. Cerita hasil tulisann
orang kreatif lebih berkesan dan menarik pembaca untuk menikmati secara keseluruhan karya
tersebut. Berbeda dengan hasil karya orang yang kurang kreatif.
Menulis merupakan suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan sebagai
mediumnya (Akhdiah, 1997:1.3). Karena itu menulis itu sulit oleh sebab itu, kegiatan menulis
perlu mendapat bimbingan dari guru. Menurut Widyamartaya (1990:9) pengetahuan dan
keterampilan menulis dapat dibagi menjadi tiga. Pertama, subtansi bahan yang berupa ide,
pengorganiosasian dan bahasa, kedua, strategi penyampaian ide, ketiga gaya yang di antaranya
adalah ejaan, pilihan kata, pilihan kata, hubungan kata, susunan kalimat, susunan paragraf,
hubungan paragraf.
Teknik menulis semiterpimpin dalam penelitian ini adalah teknik menulis dengan disediakannya
panduan carta agar siswa mudah menuangkan ide. Dengan bantuan teknik ini diharapkan siswa
mengalami kemudahan di dalam menuangkan ide ke dalam paragraf.
1. 8. Metode Penelitian
Selain pendapat di atas, Elliot (1991:60) mengatakan bahwa penelitian tindakan merupakan
suatu kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas praktik. Ini
dimaksudkan untuk memberi penilaian terhadap prektik yang dilakukan dalam situasi konkret.
Adapun McNiff (1992:4) mengatakan bahwa penelitian tindakan merupakan suatu pendekatan
untuk meningkatkan pendidikan melalui perubahan dengan mendorong guru untuk menyadari
praktik mengajar mereka, kritis terhadap praktik mengajar yang dilakukan, dan siap terhadap
perubahan.
Penelitian tindakan pada penelitian ini terfokus pada rumusan permasalahan dan tujuan
penelitian. Berdasarkan itu, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan proses pembelajaran
menulis kreatif dan meningkatkan hasil pembelajaran menulis yang terjadi pada situasi kelas
yang konkret. Di samping tujuan di atas, diharapkan pula penelitian ini dapat menghasilkan
interpretasi dan penilaian terhadap praktik yang dilakukan dalam proses belajar-mengajar kritis
yang terjadi di dalam kelas.
Prosedur penelitian tindakan terdiri atas beberapa tahap. Menurut pendapat Kurt Lewin (dalam
Sukamto,2000:11), setiap siklus penelitian tindakan selalu ada aktivitas dasar, di antaranya
adalah: identifikasi ide awal, analisis, menemukan masalah umum, perencanaan umum tindakan,
mengembangkan langkah tindakan pertama, melaksanakan langkah tindakan pertama,
mengevaluasi dan merevisi perencanaan umum. Berdasarkan siklus dasar ini, peneliti
mengadakan perbaikan-perbaikan yang akan dilaksanakan pada siklus berikutnya. Tindakan
seperti itu dilakukan terus-menerus sampai ada perbaikan.
Berdasarkan pendapat Lewin itu, penelitian ini dirancang dengan langkah-langkah yang
meliputi: studi pendahuluan, persiapan tindakan, pelaksanaan tindakan, dan refleksi.
Langkah-langkah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. Langkah awal kegiatan penelitian ini
dimulai dari identifikasi permasalahan yang ada dalam pembelajaran, baik permasalahan yang
ada dalam siswa, guru, maupun dalam proses perencanaan. Setelah itu, diadakan analisis hasil
permasalahan dan diperoleh temuan bahwa strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru
kurang tepat sehingga kurang bisa mengembangkan kemampuan menulis secara maksimal.
Berdasarkan temuan itu, peneliti bersama-sama guru menyusun rencana tindakan untuk
diterapkan dalam pembelajaran menulis. Perencanaan tindakan kelas disusun bersama antara
guru dan peneliti, yang berupa tujuan pembelajaran, satuan pelajaran, rencana pembelajaran,
penilaian, bahan atau materi yang digunakan dalam pembelajaran. Rencana tindakan itu
dilaksanakan dalam siklus-siklus pembelajaran. Setelah selesai tindakan setiap siklusnya,
peneliti dan guru mengadakan refleksi untuk menentukan dasar tindakan perbaikan pada
pelaksanaan siklus berikutnya hingga tujuan penelitian tercapai. Secara terperinci, alur penelitian
ini diuraikan pada bagian berikut ini.
Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti pada saat pembelajaran membaca di kelas VII SMP Negeri
2 Ngimbang Kabupaten Lamongan. Identifikasi awal ini dilakukan untuk mengetahui masalah-
masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran menulis, terutama kegiatan menulis
pengalaman pribadi dan menulis surat pribadi di kelas VII
Adapun tempat penelitian tindakan kelas di SMP Negeri 2 Ngimbang, Kabupaten Lamongan.
Subjek penelitian ini meliputi guru dan siswa kelas VIIA, VIIB, dan VIIC, VIID. Adapun
pengalaman guru sebagai peneliti dan kolaborator dalam penelitian ini sebagai berikut. (1) Drs.
Sukadi. sebagai guru kelas IXA, yang pengalaman mengajar di sekolah ini sudah mencapai 4
tahun. Guru tersebut sebelumnya sudah berpengalaman mengajar di MTs Ngimbang dan di MA
Ngimbang adalah sarjana (S1) dengan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI
Bojonegoro. (2) Trinil L.C., S.Pd sebagai guru kelas VIII, yang pengalaman mengajar di SMP
Negeri 2 Ngimbang sudah mencapai 10 tahun. Latar belakang guru kelas IIIB tersebut adalah
Sarjana (S1) dengan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI Jombang. (3)
Sujak, M.Pd sebagai guru kelas VII di SMP 2 Ngimbang. Pengalaman mengajar di SMP Negeri
2 Ngimbang sudah 15 tahun. Sebelum mengajar di SMP ini, guru tersebut mengajar di SMP
Negeri 2 Lamongan. Pendidikan terakhir guru yang mengajar di kelasVII tersebut adalah S2
Universitas Negeri Malang dengan Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia. Ketiga guru tersebut
berkolaborasi dalam pengajaran di kelas sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh
sekolah.
Pemilihan SMP Negeri 2 Ngimbang ini didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut. Pertama,
SMP Negeri 2 Ngimbang Lamongan merupakan salah satu sekolah yang mengikuti ulangan
umum bersama di kabupaten Lamongan, yang nilai keterampilan menulis siswa kelasVII pada
kelompok yang paling bawah. Kedua, SMP Negeri 2 Ngimbang, Lamongan lokasinya di daerah
perbatasan kabupaten Lamongan dan Kabupaten Jombang sehingga siswa yang belajar di SMP
itu berlatar belakang yang berbeda-beda. Dengan adanya latar belakang yang berbeda-beda itu
perlu adanya penanganan proses belajar mengajar yang tepat, baik berkaitan dengan
perancanaan, pelaksanaan, maupun penilaian. Ketiga, tenaga guru yang berlatar belakang bahasa
Indonesia tiga guru tetap, satu guru bantu, dan satu guru kontrak. Semua guru bahasa Indonesia
di SMP Negeri 2 Ngimbang Lamongan tersebut berijazah S1. Keempat, SMP Negeri 2
Ngimbang Lamongan merupakan tempat peneliti berdinas sehingga peneliti mengetahui kondisi
sekolah tersebut dengan jelas.
Untuk meningkatkan proses menulis pengalaman pribadi dan menulis pribadi dan produknya
dengan teknik menulis semiterpimpin, peneliti sebagai guru mata pelajaran bahasa Indonesia di
SMP Negeri 2 Ngimbang perlu mengadakan perencanaan pembelajaran yang tepat dengan
mempertimbangkan lingkungan sekolah, dan pengalaman siswa. Untuk itu, peneliti, guru dan
kolaburator merencanakan tindakan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Perumusan tujuan pembelajaran menulis pengalaman pribadi dan menulis surat pribadi.
Perumusan TPK itu dibuat dalam satuan pelajaran, dan rencana pembelajaran.
2. Penyusunan skenario pembelajaran dengan teknik menulis semiterpimpinuntuk mengatasi
permasalahan tersebut
Tahap Pengedrafan
Tahap Perevisian
8.1.4 Refleksi
Guru sebagai peneliti, dan kolaborator mendiskusikan hasil pengamatan yang telah dilakukan.
Kegiatan yang dilakukan meliputi: analisis, sintesis, pemaknaan, penjelasan dan menyimpulkan
data dan informasi yang berhasil dikumpulkan. Hasil yang diperoleh berupa temuan tingkat
efektivitas pembelajaran menulis pengalaman pribadi dan menulis surat pribadi dengan teknik
menulis semiterpimpin, .
Pada bagian ini, peneliti akan menguraikan data penelitian yang meliputi data proses, yang
meliputi proses pembelajaran pada tahap pengedrafan, tahap perevisiandan tahap
pempublikasian, data hasil pembelajaran, yang berkaitan dengan hasil mengerjakan tugas pada
saat proses pembelajaran dan hasil evaluasi belajar, serta subjek penelitian yang meliputi guru,
yang membimbing siswa dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadi dan menulis surat
pribadi dengan peta semantik.
8.2.1 Data
Data penelitian meliputi data perencanaan, data pelaksanaan pembelajaran, dan data evaluasi.
Data perencanaan pembelajaran berupa dokumen persiapan pembelajaran yang dibuat secara
kolaboratif antara guru dan kolaborator. Data perencanaan meliputi perumusan tujuan, kegiatan
belajar-mengajar termasuk materi dan media, dan evaluasi pembelajaran. Data ini dikumpulkan
sebelum pembelajaran. Data pelaksanaan pembelajaran berupa deskrepsi pembelajaran selama
kegiatan belajar mengajar. Data tersebut akan terekam dalam catatan lapangan.
Data hasil belajar diambil dari hasil siswa menulis, yang pelaksanaannnya dilakukan dalam
proses belajar mengajar, terutama setiap pertemuan kedua dan ketiga setiap siklusnya. Yang
termasuk data-data tersebut berupa proses pengemabangan karangan, hasil menulis pertama
(sebelum direvisi), hasil menulis setelah direvisi.
Pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini dengan menggunakan instrumen utama
dan instrumen penunjang. Instrumen utama adalah peneliti, sebagaimana yang dinyatakan oleh
Bogdan dan Biklen (1982) bahwa peneliti adalah orang yang paling mengetahui seluruh data
dan cara menyikapinya. Adapun instrumen penunjang adalah pedoman observasi, catatan
lapangan, dokumen tasi dan foto (Moleong, 1995:153).
Pedoman observasi digunakan untuk menjaring data dalam proses belajar mengajar. Peneliti
akan lebih mudah mengamati aktivitas guru dan siswa bila sudah disiapkan pedoman
observasinya. Aktivitas yang dijaring dalam pedoman observasi ini berupa interaksi guru
terhadap siswa, siswa terhadap temannya, dan siswa terhadap bahan pembelajaran.
Catatan lapangan digunakan untuk mendeskripsikan segala yang dilihat, didengar, dirasakan,
dan dipikirkan selama dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadi dan menulis
pribadidengan peta semantik/peta pikiran/peta semantik. Selain itu, catatan lapangan ini
digunakan untuk mencatat hasil refleksi dari peneliti dan kolaborator. Kolaborator akan mencatat
semua kejadian yang ada dalam proses pembelajaran dan refleksi.
Foto digunakan untuk mendokumentasikan data tentang peristiwa yang terjadi dalam proses
menulis kreatif dengan peta semantik/peta pikiran/peta semantik. Semua
peristiwa yang terjadi di kelas dalam pembelajaran itu difoto, baik peristiwa siswa menentukan
topik atau fokus menulis di tengah selembar kertas, menentukan kata-kata kunci yang
bersumberkan dari fokus, berdiskusi, menetapkan peta semantik yang akan dikembangkan
mencadi karangan, menulis, merevisi karangan, dan mempublikasikan karyanya.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan teknik analisis data kualitatif. Hal ini
berdasarkan pendapat Rofi’uddin (1998:36) analisis data kualitatif dapat bersifat linier
(mengalir) maupun bersifat sirkuler. Berdasarkan pendapat itu, analisis data dilakukan selama
proses pembelajaran. Setelah data terkumpul, peneliti menganalis, mereduksi, dan
menyimpulkan data itu. Pengumpulan data dilakukan setiap siklus penelitian tindakan kelas.
Dengan adanya penyimpulan setiap siklus, peneliti akan lebih memahami proses tindakan yang
dilakukan guru dalam pembelajaran. Akhirnya guru dan peneliti memutuskan perencanaan siklus
berikutnya.
Pedoman yang digunakan analisis data dalam penelitian ini berdasarkan pendapat Rofi’uddin
(1998:36), yang langkah-langkahnya sebagai berikut: (1) menelaah seluruh data yang telah
dikumpulkan, (2) mereduksi data, yang di dalamnya melibatkan kegiatan pengkatagorian dan
pengklasifikasian, (3) menyimpulkan dan verifikasi.
Data penelitian yang telah terkumpul baik melalui observasi, pencatatan, dan dokumentasi
ditelaah oleh peneliti dan guru. Proses penelaahan data diawali dengan transkripsi data hasil
pengamatan, kemudian menganalisis, memaknai, menerangkan dan menyimpulkan. Penelaahan
data tersebut dilakukan secara menyeluruh sejak awal data dikumpulkan sampai seluruh data
penelitian terkumpul.
Reduksi data dilakukan peneliti setelah data terkumpul. Kegiatan reduksi data meliputi
pengkatagorian dan pengklasifikasian data. Setelah diklasifikasikan dan dikelompokkan
dilanjutkan pada penyimpulan. Untuk mempermudah penyimpulan data, peneliti
menyederhanakan data itu dengan cara membuat ringkasan, memberi kode, membuang data yang
tidak perlu, dan pengaturan masalah sesuai dengan permasalahan yang ada dalam penelitian
tindakan kelas ini. Data tersebut dipilah-pilah berdasarkan fokus siswa, dan guru dalam pra
menulis, saat penulisan, dan pascapenulisan.
Data-data yang telah diklasifikasikan dipaparkan menurut jenis masalah penelitian. Pemaparan
data dilakukan dengan menampilkan satuan-satuan informasi secara sistematis. Dengan adanya
pemaparan informasi itu, peneliti akan dapat menarik kesimpulan dengan mudah. Untuk
memperjelas analisis, data penelitian dipaparkan dalam bentuk naratif dan dilengkapi dengan
tabel.
Penyimpulan hasil penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan cara menafsirkan makna suatu
fenomena yang terjadi selama tindakan berlangsung, mencatat kejadian-kejadian positif, negatif,
menjelaskan hubungan sebab-akibat dan akhirnya peneliti menyimpulkan. Penyimpulan pada
langkah ini masih bersifat sementara karena baru berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi
dalam tindakan. Setelah proses pembelajaran selesai, kesimpulan yang bersifat sementara itu
diuji kembali berdasarkan data-data yang baru terkumpulkan sehingga hasil menyimpulkan
akan lebih mantap. Proses seperti ini dilakukan secara berulang-ulang sesuai dengan tindakan
siklusnya.
Pengujian keabsahan data dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan silang (trianggulasi) data.
Kegiatan trianggulasi ini dilakukan dengan jalan mengecek kembali hasil wawancara terhadap
siswa setelah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan hasil angket pembelajaran menulis
dengan peta semantik. Kedua data itu dibandingkan dengan hasil observasi peneliti di kelas saat
pelaksanaan pembelajaran. Setelah kegiatan itu, guru dan peneliti berdiskusi untuk menetapkan
pembelajaran siklus berikutnya dengan menyiapkan perencanaan pembelajaran.
1. Anggaran
Anggaran pelaksanaan penelitian tindakan kelas diperoleh dari dana SSN dengan perincian
sebagai berikut:
Rp 1.000.000,00
Pemasukan Pengeluaran
Rp 200.000,00
Jumlah Rp2.200.000,00 Rp2.200.000,00
Jumlah Pengeluaran
Pemasukan
Daftar Pustaka
Akhadiyah, S. 1997. Menulis. Jakarta: Depdikbud.
DePorter, Bobbi, 1999. Quantum Teaching. terjemahan oleh Ary Nilandari. 2002. Bandung:
Kaifa.
Eneste, Pamusuk. 1982. Proses Kreatif: Mengapa dan Bagaimana Saya mengarang. Jakarta:
Gramedia.
Kemmis S. dan Mc Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria: Deakin University.
Liotohe, W.K. 1991. Petunjuk Praktis Mengarang Cerita Anak-anak. Jakarta: balai Pustaka.
Munandar, SCU. 1999. Kreativitas dan Keberbakatan: Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif dan
Bakat. Jakarta: gramedia.
Roekhan. 1991. Menulis Kreatif: Dasar-Dasar dan Petunjuk Penerapannya. malang IKIP
Malang.
Rose, Colin. 2002. Accelerated Learning for 21 St Century. New York: Delacorte Press.
Tomskin, Gail E. 1994. Teaching Writing, Balancing Process and Product, Second Edition. New
york: Macmillan Collage Publishing Company, Inc.
Submit header
‹›
+ Follow
footer
Search
Submit header
Upload
Browse
o Featured
o Popular
o Most Liked
o Videos
Go Pro
Login
Signup
Email
Like
Save
Private Content
Embed
‹›
1
/49
Like this document? Why not share!
Share
Email
Pembelajaran Kontekstual
Contextual Teaching & Learning (CTL) 110160 views Like
Contoh Laporan OJL Diklat Cakep (Bab III) 9748 views Like
Penelitian mini kti ptk pekerjaan finishing kayu 633 views Like
0
inShare
Pin It
Wordpress
+ Follow
More…
Statistics
Views
Total Views
27,370
Views on SlideShare
27,308
Embed Views
62
Actions
Likes
Downloads
1,870
Comments
4 Embeds 62
http://media-matematik.blogspot.com 56
http://mayapada-hikmah.blogspot.com 4
http://www.mayapada-hikmah.blogspot.com 1
http://feeds.feedburner.com 1
Accessibility
Categories
Education
Upload Details
Usage Rights
Report content
Flag as inappropriate
Less
8 comments
1–8 of 8 comments Post a comment
Suharyadi Adi, Guru at SMK NEGERI 2 SUKOHARJO mohon ijin untuk download pak 11
months ago Reply
Putut Agus tq. Bisa jadi pedoman Pelaksanaan LS di daerah. 1 year ago Reply
Iska Azfalla terimakasih banyak atas wawasan dan referensinya 1 year ago Reply
MaRis Aini at MaRis Aini tks ya tuk datany 1 year ago Reply
Update
Edit your comment Cancel
8 Likes
Joko Prihatono, Guru Mapel at SMP Swasta Muhammadiyah Kupang 3 months ago
footer
Search
Follow us on LinkedIn
Follow us on Twitter
Find us on Facebook
Find us on Google+
Learn About Us
About
Careers
Our Blog
Press
Contact Us
Help & Support
Using SlideShare
SlideShare 101
Terms of Use
Privacy Policy
Copyright & DMCA
Community Guidelines
SlideShare on Mobile
RSS Feed
ENGLISH
o English
o Français
o Español
o Deutsch