Anda di halaman 1dari 14

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

TERHADAP HAK ASASI MANUSIA

DISUSUN OLEH :
MIFTAHUL RAHMA SALMAN
18 507 129
KELAS: D

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS NEGERI MANADO
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Negara Indonesia adalah negara hukum yang berpedoman pada pancasia dan
UUD 1945. Salah satu prinsip negara hukum diantaranya yaitu penghomatan terhadap
HAM (Hak Asasi Manusia).
UUD 1945 memberikan jaminan bagi setiap orang untuk menikmati hak-hak
dan kebebasan dasarnya. Bahwa negara, terutama pemerintah mempunyai kewajiban
sebagaimana yang telah dipasrai di dalam konstitusi untuk memberi perlindungan,
pemajuan, penegakan, dan pemenuhan HAM (Hak Asasi Manusia). Namun untuk
mewujudkan hal tersebut, nampaknya negara Indonesia masih jauh dari kenyataan.
Di Indonesia, HAM (Hak Asasi Manusia) pada pemerintaha orde lama dan orde
baru, penerapan dan penegakannya masih kurang, sedangkan di era reformasi
penegakan HAM lebih baik dibandingkan di orde lama dan orde baru, akan tetapi di
era reformasi ini walaupun penegakan HAM lebih baik tetapi kasus pelanggaran HAM
yang terjadi justru lebih banyak. Salah satu hal yang harus diperhatikan adalah
pendidikan kewarganegaraan yang menjadi bekal dan memberi gambaran terhadap
warga negara tentang HAM (Hak Asasi Manusia). Mulai dari sejarah dan pengertian
HAM, HAM dalam UUD 1945, perkembangan dan implementasian HAM di
Indonesia. Dengan mempelajari persoalan-persoalan tersebut, khususnya pembaca dan
umumnya semua individu dalam suatu negara lebih mengetahui tentang HAM
sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat dalam suatu negara. Oleh
karena itu penulis membuat makalah ini dengan judul implementasi pendidikan
kewarganegaraan terhadap HAM (Hak Asasi Manusia).
B. MAKSUD
Maksud dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Sebagai proses pembelajaran, pemahaman, pengembangan diri tentang permasalahan-
permasalahan pokok HAM.
2. Sebagai bentuk perhatian Mahasiswa terhadap Hak Asasi Manusia ( hak keadilan ).
3. Pendalaman serta pengkajian yang bersifat ke masyarakatan, akan HAM itu sendiri
didalam masyarakat.
4. Sarana pengajak peduli akan hak-hak yang dimiliki manusia/ masyarakat, untuk di
hargai, hormati dan dijaga sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan
masyarakat.
Pendidikan kewarganegaraan (Pkn) adalah salah satu mata pelajaran wajib bagi
pelajar di Indonesia. Tidak hanya pelajar, mahasiswa pun wajib mempelajari
Pendidikan kewarganegaraan (Pkn). Sesuai namanya, pendidikan kewargaan
diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki
komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. [Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), Jakarta:
Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1998].
Pendidikan kewarganegaraan dalam konteks pendidikan nasional bukanlah hal
baru di Indonesia. Beragam model dan nama pendidikan kewarganegaraan yang
mengemban misi pendidikan demokrasi dan HAM telah banyak dilakukan pemerintah.
Di antara nama-nama tersebut adalah : pelajaran Civics (1957 / 1962), Pendidikan
Kemasyarakatan yang merupakan integrasi sejarah, ilmu bumi, dan kewarganegaraan
(1964), Pendidikan Kewargaan Negara ( 1968 / 1969 ), Pendidikan Kewarganegaraan,
Civics, dan Hukum (1973), Pendidikan Moral Pancasila atau PMP ( 1975 / 1984 ), dan
PPKn ( 1994 ). Di tingkat Perguruan Tinggi pernah ada mata kuliah Manipol dan
USDEK, Pansila dan UUD 1945 ( 1960-an), Filsafat Pancasila ( 1970-sampai sekarang
), Pendidikan Kewiraan ( 1989-1990-an ). Pendidikan kewarganegaraaan di perguruan
tinggi saat ini diwujudkan dengan mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan berdasarkan Surat Keputusan Dirjen Dikti No. 267 / Dikti / Kep /
2000 tentang Penyempurnaan Kuriklum Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Selanjutnya diperbarui dengan
Surat Keputusan Dirjen Dikti No. 38 / Dikti / 2002 t tentang Rambu-rambu Pelaksanaan
Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.
Dalam konteks pendidikan nasional, Pendidikan Kewarganegaran dijadikan
sebagai wadah dan instrumen untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu
“berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan serta bertanggung
jawab.” Di samping itu Pendidikan Kewarganegaraan berfungsi juga sebagai instrumen
pelaksana pendidikan nasional untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Dengan penyelenggaraan Pendidikan Kewarganegaraan mulai dari tingkat
pendidikan Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi diharapkan mampu membentuk
watak warga negara yang mengetahui, meyadari, dan bersedia melaksanakan hak dan
kewajibannya sebagai warga negara sesuai dengan UUD 1945. Kesadaran setiap warga
negara dalam melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara sesuai
dengan UUD 1945 sangat membantu terwujudnya stabilitas nasional. Stabilitas suatu
negara hanya dapat terwujud bila seluruh warga negaranya saling bekerja sama
menciptakan keserasian dan keselarasan hidup dengan cara melaksanakan hak dan
kewajibannya secara seimbang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
Kompetensi yang diharapkan
Kompetensi diartikan sebagai perangkat cerdas, penuh rasa tanggung jawab yang
harus dimiliki seseorang agar dapat melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan
tertenntu. Pendidikan kewarganegaan yang berhasil akan menghasilkan sikap mental
yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap ini desertai dengan
perilaku yang :
· Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menghayati nilai falsafah
bangsa.
· Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
· Rasional, dinamis, dan sekar terhadap kewajiban sebagai warga negara.
· Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara.
· Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologiserta seni untuk kepentingan
kemanusiaan, bangsa, dan negara.
Melalui pendidikan kewarganegaran, warga Negara Kesatuan Republik
Indonesia diharapkan mampu memahami, menganalisa, dan menjawab masalah-
masalah yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa, dan negaranya secara
berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita dan tujuan nasional.
B. HAM (Hak Asasi Manusia)
Secara umum Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki oleh setiap
pribadi manusia secara kodrati sebagai anugerah dari Tuhan, mencangkup hak hidup,
hak kemerdekaan/kebebasan dan hak memiliki sesuatu. Ini berarti bahwa sebagai
anugerah dari tuhan kepada makhluknya, hak asasi tidak dapat dipisahkan dari
eksistensi pribadi manusia itu sendiri. Hak asasi tidak dapat dicabut oleh suatu
kekuasaan atau oleh sebab-sebab lainnya, karena jika hal itu terjadi maka manusia
kehilangan martabat yang sebenarnya menjadi inti nilai kemanusiaan. Hak asasi
manusia (HAM) adalah hak-hak yang dipunyai oleh semua orang sesuai dengan
kondisi yang manusiawi. Hak asasi manusia ini selalu dipandang sebagai sesuatu yang
mendasar, fundamental dan penting. Oleh karena itu, banyak pendapat yang
mengatakan bahwa hak asasi manusia itu adalah “kekuasaan dan keamanan” yang
dimiliki oleh setiap individu dan wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
negara hukun, Pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia. Walau demikian, bukan berarti bahwa perwujudan hak
asasi manusia dapat dilaksanakan secara mutlak karena dapat melanggar hak asasi
orang lain. Memperjuangkan hak sendiri sampai-sampai mengabaikan hak orang lain,
ini merupakan tindakan yang tidak manusiawi. Kita wajib menyadari bahwa hak-hak
asasi kita selalu berbatasan dengan hak-hak asasi orang lain.
Dalam ilmu pendidikan kewarganegaraan diketahui macam-macam HAM (Hak
Asasi Manusia) diantaranya:
· Hak asasi pribadi(personal right) Contohnya :
Hak mengemukakan pendapat, Hak memeluk agama, Hak beribadah, Hak kebebasan
berorganisasi/berserikat.
· Hak asasi ekonomi (property right) Contohnya :
Hak memiliki sesuatu, Hak membeli dan menjual, Hak mengadakn suatu
perjanjian/kontrak, Hak memilih pekerjaan.
· Hak asasi untuk mendapatkan pengayoman dan perlakuan yang sama dalam
keadilan hukum dan pemerintahan(right of legal equality) Contohnya :
Hak persamaan hukum, Hak asas praduga tak bersalah, Hak untuk diakui sebagai WNI,
Hak ikut serta dalam pemerintahan, Hak untuk dipilih dan memilih dalam pemilu, Hak
mendirikan partai politik.
· Hak asasi politik(political right) contohnya:
Hak untuk diakui sebagai WNI, Hak ikut serta dalam pemerintahan, Hak untuk dipilih
dan memilih dalam pemilu, Hak mendirikan partai politik.
· Hak asasi sosial dan budaya(social and cultural right) contohnya:
Hak untuk memilih pendidikan, Hak mendapat pelayana kesehatan, Hak gkan
kebudayaan.
· Hak asasi untuk mendapat perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan
hukum(procedural right) contohnya:
Hak mendapatkan perlakuan yang wajar dan adil dalam penggeledahan, penangkapan,
peradilan dan pembelaan hukum.
Didalam mukadimah deklarasi universal tentang HAM (Hak Asasi Manusia)
yang telah disetujui dan di umumkan oleh resolusi majlis umum PBB (Perserikatan
Bangsa Bangsa) nomor 217 A (III) tanggal 10 Desember 1948 terdapat pertimbangan
berikut:
· Menimbang bahwa pengakuan atas martabat yang melekat dan hak-hak yang sama
dan tak terasingkan dari semua anggita keluarga kemanusiaan, keadilan, dan
perdamaiaan di dunia.
· Menimbang bahwa memandang rendah pada hak-hak asasi manusia telah
mengakibatkan perbuatan-perbuatan bengis yang menimbulkan rasa kemarahan dalam
hati nurani manusia dan bahwa terbentuknya suatu dunia mana manusia akan
mengecap suatu kenikmatan kebebasan berbicara dan agama serta kebebasan dari rasa
takut dan kekurangan telah dinyatakan sebagai aspirasi teertinggi dari rakyat jelata.
· Menimbang bahwa hak-hak manusia untuk dilindungi oleh peraturan hukum supaya
orang tidak akan terpaksa memilihpemberontakan sebagai usaha yang terahir guna
menentang kealaliman penjajah.
· Menimbang bahwa persahabatan antar negara perlu dianjurkan.
· Menimbang bahwa bangsa-bangsa dari anggota PBB dalam piagam telah
menyatakan kepercayaan mereka atas hak-hak dasar dari manusia. Martabat serta
penghargaan seorang manusia dan hak-hak yang sama antara laki-laki perempuan dan
telah memustukan akan meningkatkan kemajuan sosial dan tingkat penghidupan yang
lebih baik dalam kemerdekaan yang lebih luas.
· Menimbang bahwa negara-negara anggota PBB telah berjanji akan mencapai
perbaikan penghargaan umum terhadap pelaksanaan hak-hak manusia dan kebebasan
asa dalam kerja dengan PBB.
· Menimbang bahwa pengertian umum terhadap hak-hak dan kebebasan-kebebasan
ini penting sekali untuk pelaksanaan ini secara benar.
Di Indonesia untuk menjamin pelaksanaan penegakan HAM (Hak Asasi
Manusia) dibentuklah KOMNAS HAM. Pembentukan KOMNASS HAM beertujuan:
· Mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksaan HAM.
· Meningkatkan perlindungan dan penegakan HAM.
· Pengadilan HAM.
· Merupakan pengadaan khusus dilingkungan peradilan umum.
· Memeriksa dan memutuskan perkara dan pelanggaran HAM berat.
· Kejahatan genosida.
· Kejahatan terhadap kemanusiaan.
BAB III
PEMBAHASAN

A. KEADAAN SEKARANG PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


Pendididkan kewarganegaraan merupakan program study yang wajib diberikan
kepada setiap warga negara selain pendidikan agama, karena pendidikan
kewarganegaraan berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia. Selain itu pendididkan
kewarganegaraan mempunyai tujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia,
yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi
luhur, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab dan produktif serta
sehat jasmani dan rohani. Pendidikan kewarganegaraan harus menumbuhkan jiwa
patriotik, mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan,
kesetiakawanan sosial, kesadaran pada sejarah bangsa, dan sikap menghargai terhadap
jasa para pahlawan dan berorientasi kemasa depan. Dalam pendidikan
kewarganegaraan juga diajarkan tentang HAM (Hak Asasi Manusia) mulai dari
pengertian HAM, dasar-dasar HAM, macam-macam HAM yang melekat pada diri
manusia, dll.
Sekarang ini, pendidikan kewarganegaraan sudah dilaksanakan dengan sangat baik,
tetapi belum maksimal. Di Zaman Globlalisasi seperti ini seharusnya pendidikan
kewarganegaraan mendapat lebih banyak perhatian supaya bangsa Indonesia tidak
terpengaruh oleh budaya bangsa lain dan meninggalkan kebudayaan bangsa sendiri.
Hal tersebut terbukti oleh banyaknya masyarakat kita (Indonesia) yang akhir-akhir ini
mulai meninggalkan kebudayaan bangsa kita yang bagus dan justru masyarakat kita
mulai mengikuti kebudayaan asing (permisivisme : budaya serba boleh).
Cotoh Pervisimisme di Zaman sekarang

Ø HAM (Hak Asasi Manusia)


HAM (Hak Asasi Manusia) adalah hak dasar yang dimiliki oleh setiap pribadi
manusia secara kodrati sebagai anugerah dari Tuhan, mencangkup hak hidup, hak
kemerdekaan atau kebebasan dan hak memiliki sesuatu. Tetapi, sekarang ini ni negara
kita banyak terjadi kasus pelanggaran HAM, seolah-olah setiap individu sudah tidak
kenal dengan namanya HAM, apa itu HAM. Hal ini sangat
berpengaruh dalam perkembangan bangsa karena kasus pelanggaran HAM akan
menjadi sumber perpecahan bangsa. Sehingga pemahaman terhadap HAM bagi setiap
warga negara sangat diperlukan, salah satu caranya melalui pendidikan
kewarganegaraan. Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil akan menghasilkan
generasi penerus bangsa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berbudi luhur, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab dan produktif
serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan kewarganegaraan harus menumbuhkan jiwa
patriotik, mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan,
kesetiakawanan sosial, kesadaran pada sejarah bangsa, dan sikap menghargai terhadap
jasa para pahlawan dan berorientasi kemasa depan. Jika setiap masyarakat atau warga
negara memiliki sifat diatas dapat dipastikan kasus pelanggaran HAM tidak akan
terjadi di negara kita.
Namun, saat ini masyarakat kita belum mempunyai sifat seperti di atas atau bahkan
semakin jauh dengan sifat tersebut. Ini terlihat dari semakin banyaknya kasus
pelanggaran HAM yang terjadi akhir-akhir ini. Sebagai contoh kasus pelanggaran
HAM yang pernah terjadi di Indonsia
B. KEADAAN YANG DIINGINKAN
Dizaman globlalisasi seperti saat ini, setiap masyarakat atau warga negara harus
dibekali oleh pendidikan kewarganegaraan sehingga setiap masyarakat atau warga
negara mempunyai sifat beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi
luhur, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab dan produktif serta
sehat jasmani dan rohani, mempunyai jiwa patriotik, mempunyai rasa cinta tanah air,
mempunyai rasa semangat kebangsaan, kesetiakawanan sosial, kesadaran pada sejarah
bangsa, dan sikap menghargai terhadap jasa para pahlawan dan berorientasi kemasa
depan. Sehingga masyarakat kita tidak mudah terpengaruh oleh kebudayaan bangsa
lain yang cenderung negatif ( permisivisme : budaya serba boleh), dan tindakan
pelanggaran HAM dapat diminimalisir.
Saat ini pendidikan kewarganegaraan sudah berjalan baik, diberikan sejak
Sekolah Dasar (SD) akan tetapi belum maksimal, karena pendidikan kewarganegaraan
yang diberikan secara full hanya di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah menengah
pertama (SMP) yang kita tahu saat umuran itu, sebagian besar siswa belum
mengetahuai tentang kehidupan berbangsa dan bernegara. Sedangkan saat tingkat
SMA atau perguruan tinggi, mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan berikan
hanya beberapa semester bahkan diperguruaan tinggi hanya satu semester kecuali
perguruan dengan jurusan pendidikan kewarganegaraan. Menurut saya penambahan
jam untuk mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan perlu di tambah untuk
memaksimalkan penyampaian tentand pemahaman dan isi dalam pendidikan
kewarganegaraan, Sehingga siswa atau mahasiswa dapat mempunyai pemahaman yang
lebih isi dari pendidikan kewarganegaraan dan diharapkan mampu memberi penjelasan
dan contoh pola pikir,pola sikap, perilaku yang sesuai kebudayaan bangsa kita kepada
masyarakat luas, sehingga kebudayaan bangsa dapat dipertahankan walaupun dizaman
globlalisasi seperti ini. Jadi pemerintah sangat berpengaruh dalam penciptaan
masyarakat yang berpola pikir, sikap, serta perilaku sesuai kebudayaan bangsa kita
dahulu.
Adanya wadah, tempat, dan sarana yang positif bagi masyarakat atau warga
negara khususnya kaum minoritas (anak alay) yang ditata dengan baik dan dapat
mengatur dan mengarahkan ke arah tindakan yang positif. Sehingga dapat menekan
tumbuhnya organisasi negatif seperti anak alay.
Pensosialisasian rutin tentang pendidikan kewarganegaraan terhadap semua
masyarakat yang tidak dapat atau sempat mengeyam bangku sekolah, sehingga
walapun tidak bersekolah pemahaman tentang pendidikan kewarganegaraan dan HAM
dapat di mengerti oleh setiap elemen masyarakat tanpa terkecuali. Dan diharapkan
masyarakat kta tidak mudah di hasut oleh oknum atau kelompok tertentu yang ingin
menghancurkan bangsa kita.
Orang tua juga sangat penting untuk melakukan pengawasan, pengarahan,
bimbingan, contoh pola pikir, pola sikap serta perilaku yang sesuai dengan tujuan
pendidikan kewarganegaraan terhadap anak mereka yang akan menjadi generasi
penerus bangsa. Karena orang tualah yang memiliki waktu paling banyak bersama
anak-anak mereka. Buakan malah memberi contoh sikap yang menjerumuskan anak
mereka. Sebagai contoh orang tua yang memperkosa anaknya sendiri.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Semakin maraknya kasus pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) yang terjadi,
tidak lepas disebabkan oleh masukknya kebudayaan asing yang cenderung negatif
(permisivisme : budaya serba boleh) karena adanya globalisasi tetapi tidak dibarengi
dengan masyarakat atau warga negara yang memiliki sifat patiotik dan cinta tanah air,
menguasai ilmu pengetahuaan dan teknologi, berkualitas tinggi, mempunyai
keinginan untuk memelihara persatuan dan kesatuan bangsa, dan berfikir objektif,
rasional, dan mandiri. Sehingga masyarakat kita mudah terpengaruh kebudayaan asing
tersebut dan akhirnya tindakan yang bertentangan dengan kebudayaan bangsa kita
terjadi dimana-mana, oleh dan untuk siapa saja, atau dengan kata lain kasus
pelanggaran HAM (Hak Asasi Manusia) semakin meningkat.

B. SARAN
Terdapat beberapa cara untuk menciptakan masyarakat yang kebal atau tidak
mudah terpengaruh oleh kebudayaan asing sehingga kasus pelanggaran HAM (Hak
Asasi Manusia) dapat dihindari, diantaranya: memaksimalkan pemberiaan pendidikan
kewarganegaraan oleh pemerintah kepada setiap lapisan masyarakat, ppemerian
wadah kepada kaum minoritas yang diawasi dan diatur dengan sistematis sehingga
dapat menata, membimbing, dan memberi contoh yang baik, melakukan
pensosialisasian rutin tentang pendidikan kewarganegaraan kepa masyarakat yang
tidak sempat mengenyam bangku sekolah, pengawasan serta pemberian contoh pola
pikir, pola sikap, pola tindak orang tua terhadap anak mereka agar tidak terjerumus
dalam pergaulan yang buruk dan dapat merugikan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA

Asih. Pribadi. 2014. pendidikan kewarganegaraan,sekolah tinggi managemen


informatika dan komputer insan pembangunan. Diakses. 4 Desember 2018.

http://adieetzz.blogspot.com/2014/12/makalah-pkn-implementasi-pendidikan.html

Anda mungkin juga menyukai