Material
Material
Abstrak
Perlakuan permukaan ( Surface Treatment ) pada suatu material dalam mata
kuliah bahan teknik di jurusan teknik mesin STT Wiworotomo Purwokerto
merupakan salah satu topik yang sangat menarik untuk diteliti dan
dikembangkan. Fakta menunjukan bahwa kerusakan suatu material atau
komponen mesin hampir selalu diawali dari permukaannya,sehingga penelitian
dan pengembangan ilmu perlakuan permukaan tersebut masih sangat dibutuhkan
peneliian ini bertujuan untuk menambah referensi mata kuliah bahan teknik
khususnya ilmu perlakuan permukaan dan sekaligus membuka wawasan bagi
mahasiswa bahwa data bahan yang ada didalam buku masih dapat ditambah
atau bahkan diperbaiki.Induksi Hardening merupakan perlakuan yang sangat
efektif terhadap kekerasan permukaan. Dikarenakan terjadinya pemanasan lebih
cepat,sehingga waktu dan biaya operasi produksi lebih cepat dan murah. Baja
paduan rendah Cr-mn yang diinduksi dengan memvariasikan jarak kumparan
dan waktu.Hasil pengujian dapat disimpulkan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut. Pengaruh induksi hardening terhadap kekerasan pada baja
paduan rendahCr-Mn. Dalam kekerasan maksimum 628 HV dan kedalaman
pengerasan efektif dengan jarak antara kumparan dan uji 1.5 mm dan semakin
lama waktu pemanasan mengakibatkan kekerasan permukaan semakin besar.
Hasil dan metode penelitian ini dapat disimpulkan sebagai salah satu acuan bagi
mahasiswa apabila akan mempelajari perlakuan permukaan secara lebih
mendalam.
Kata kunci = perlakuan permukaan, induksi hardening, kekerasan.
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perlakuan permukaan (Surface Treatment) pada suatu material dalam mata
kuliah bahan teknik di jurusan teknik mesin STT Wiworotomo Purwokerto
merupakan salah satu topik yang menarik untuk diteliti dan dikembangkan. Fakta
menunjukan bahwa kerusakan suatu material atau komponen mesin selalu diawali
dari permukaannya,sehingga penelitian dan pengembangan ilmu perlakuan
permukaan tersebut masih sangat dibutuhkan penelitian ini bertujuan untuk
menambah referensi mata kuliah bahan teknik khususnya ilmu perlakuan
42
permukaan dan membuka wawasan bagi mahasiswa bahwa data bahan yang ada
didalam buku masih dapat ditambah atau bahkan diperbaiki.
Material yang diberi perlakuan permukaan hanya mengalami perubahan
pada permukaanya saja,sedangkan material dasar yang berada dilapisan lebih
dalam tidak mengalami perubahan sifat. Berdasarkan perubahannya perlakuan
permukaan dapat dibagi menjadi 3, yaitu :
1.) Dengan menambah komposisi kimiannya seperti yang terjadi pada proses
Carburizing,Nituiding,Cyaniding dan Carbonituiding.
2.) Dengan merubah fasa atau struktur kristalnya melalui pemanasan pada
suhu tertentu seperti, Quenching, Tempering, dan Blackening, dan
3.) Dengan cara mekanik seperti Shot Peening dan Stutching.
Pengerasan Induksi adalah perhalusan permukaan yang sangat efektif
untuk membentuk kedalaman pengerasan yang kecil (0.25 mm – 1.5 mm) seperti
pada komponen “rocker – arm shafts”.
Baja paduan rendah adalah salah satu material pembuatan kumparan
mesin. Apakah baja paduan rendah ini dapat menghasilkan perubahan nilai
kedalaman dan kekerasan, merupakan permasalahan yang dapat dirumuskan pada
penelitian ini.
Baja ASSAB Fermo yang diberi perlakuan induction Hardening, dengan berbagai
variasi waktu pemanasan, jarak antara koil benda kerja.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah memberikan
konstribusi pemecahan masalah yang berkaitan dengan kekerasan bahan
khususnya pada industri otomotif dan industri pesawat terbang, disamping itu
memotivasi mahasiswa selalu berfikir inofatif dibidang rekayasa material.
B. Tujuan Penelitian
Pokok – pokok yang menjadi tujuan penelitian
a. Meningkatkan ketahanan Aus baja standar dengan jalan memperkeras
pada permukaan ( Surface Hardening ).
b. Menganalisa baja hasil proses Induksi haredening, dengan vaiabel waktu
dan jarak kumparan dan benda kerja.
43
c. Pelaksanaan salah salah satu Tri Darma Perguruan tinggi yaitu bidang
Penelitian.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan melakukan
percobaan pengerasan Induksi pada baja paduan rendah.
KAJIAN TEORI
A.Prinsip Pengerasan Induksi
Prinsip pengerasan Induksi adalah memanfaatkan arus listrik dengan
frekuensi tinggi. Baja yang akan dikeraskan ditempatkan dalam kumparan
tembaga melalui kumparan ini dialihkan arus listrik bolak – balik dengan
frekuensi tinggi. Medan magnet bolak – balik yang terjadi akan
membangkitkan arus imbas pada baja yang mengalir dalam lingkaran tersebut
sebagai arus pusar (edi current). Karena baja mempunyai tahanan listrik
dengan adanya cara imbas ini akan menimbulkan panas permukaan saja. Pada
prinsip dari pengerasan induksi ini diperlihatkan pada gbr. 1
44
Setelah temperatur untuk pengerasan dapat dicapai selanjutnya dilakukan proses
pendinginan dengan cepat. Akibat pendinginan yang cepat struktur mikro
permukaan baja akan berubah, bersifat keras tapi bagian didalamnya tetap ulet.
Hal ini terjadi jika permukaan baja dipanaskan hingga mencapai temperatur
austenisasi maka struktur mikro baja akan berubah menjadi austenit, sedangkan
bagian dalamnya hampir tidak mengalami perubahan.
Karena pemanasan hanya terbatas pada bagian permukaan jika dilakukan
pendinginan secara cepat maka pada bagian permukaan baja akan terbentuk
struktur martesit yang keras.
Beberapa variabel yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan hasil
optimum yaitu : temperatur pemanasan, waktu pemanasan dan jarak antara
kumparan dengan benda kerja.
1.Temperatur Pemanasan
Temperatur pemanasan untuk pengerasan induksi umumnya ditentukan 50
0
C lebih tinggi dari pada temperatur pengerasan terutama pada pengerasan baja
karbon biasa dan baja paduan yang tidak mengandung unsur pembentuk karbida.
2. Waktu Pemanasan
Lamanya pemanasan yang dilakukan menentukan kedalaman kekerasan,
maka lama waktu pemanasan makin dalam kekerasannya. Tetapi waktu yang
terlalu lama akan menimbulkan penetrasi panas sehingga kekerasannya makin
dalam pula hal ini akan menimbulkan retak karena adanya perbedaan tegangan
setelah dilakukan pendinginan.
3. Jarak antara kumparan dengan benda kerja
Prinsip pengerasan ini menggunakan prinsip pengerasan induksi listrik.
maka jarak antara kumparan dan benda kerja sangat mempengaruhi kedalaman
kekerasanya jika jarakantara kumparan dan benda kerja cukup besar
mengakibatkan benda kerja mengalami daerah medan magnet yang cukup lemah
sehingga waktu pemanasan lebih lama dan pengerasanya kurang dalam.untuk
memperoleh pemindahan energi yang efisien maka perlu dilakukan pengujian
karena itu tiap – tiap jenis bahan kerja berbeda sifat .
45
B. Desain Kumparan
Keberhasilan dari pengersan Induksi berhubungan dengan pemelihan
desain kumparan. Desain ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti ukuran dan
bentuk benda kerja yang dipanaskan, waktu pemanasan dan daya.
Kumparan umumnya dibuat dari tembaga yang bagian dalamnya dialiri air
pendingin sebagai pendingin. Pada metoda single - shot hardening dengan siklus
pemanasan yang singkat, kumparan digabung dengan ring pendingin yang dapat
melakukan pekerjaan dua sekaligus.
Kumparan scaning dengan satu gulungan dapat mengalirkan arus yang besar
mencapi 20 kA. Kumparan-kumparan dengan satu gulungan disuplai dari
transformer, voltase yang rendah mengurangi resiko kerusakan voltase akibat
media pendigin.
Tekanan air untuk memadai untuk daya 50 kW, dapat digunakan tabung
tembaga dengan diameter luar 3.1 mm dan tebal diniding 0.45 mm. Kumparan
jenis multi-turn ( gulungan lebih dari satu ), digunakan pada single-shot hardening
dan jarak antara kumparan 1.6mm – 2.3 mm.Tipe-tipe kumparan ditujukan pada
gambar.2.
46
Spesikan uji di buat dengan diameter 39mm,diameter 41mm dan diameter
45 mm tebal = 20 seperti tampak pada gambar 3
2.Parameter operasi pengerasan induksi
Parameter operasi pengerasan Induksi adalah sebagai berikut :
Tabel.1. Parameter Pengersan Induksi
Waktu Jarak antara kumparan
Benda Uji Diameter Pemenasan dan Benda Kerja
(mm) (detik) ( MM )
30A 39 30 3.5
30B 41 30 2.5
30C 43 30 1.5
30D 45 30 2.5
40A 39 40 3.5
40B 41 40 2.5
40C 43 40 1.5
40D 45 40 2.5
UJI SPEKTROMETRI
PEMBUATAN SPESIMEN
UJI KEKERASAN
UJI METALOGRAFI
HASIL
ANALISA
KESIMPULAN
47
Kapasitas : 10 Kg
Alat ukur : Mikroskop
3.4.2. Uji Metalografi
Kamera : NIXON FX – 35WAO
Lensa : Osyektif : 20 dan Okuler : 10
3.4.3. Uji Spektrometer
Alat : Spektrometer
Merk : Simodzu Gum 1012
5. Persiapan dan pelaksanaan pengerasan induksi
Peralatan yang digunakan adalah mesin tungku induksi dengan spesifikasi
sebagai berikut :
Merek : Huttinger
Tipe : HGL 850
Frekuensi : 600 Khz
Daya generator : 15 Kw
Tegangan normal : 350 Volt
Kapasitas mengeraskan benda kerja.
- Diameter maksimum : 450 mm
- Panjang maksimum : 850 mm
- Fluida pendingi : air
6. Proses pengerasan induksi
1. Pasang koil dan ring pendingin yang telah dipilih sesuai dengan bentuk
dan ukuran benda kerja.
2. Benda kerja diletakan diantara dua center.
3. Putar tombol selektor program keposisi yang diinginkan.
4. Tekan tombol utama.
5. Putar system pengatur pompaair dan semua keran dibuka untuk generator
dan mesin.
6. Generator dihidupkan.
7. Putar dan atur kecepatan senter bawah untuk memastikan bahwa benda
kerja tepat ditengah koil.
48
8. Buka katup air pendingin koil, lampu petunjuk menyala.
9. Tekan tombol “release generator” lampu petunjuk menyala.
10. Pemanasan dilakukan dengan menginjak tombol kaki, selama pemanasan
benda kerja diputar dengan putaran 40 rpm pemanasan dihentikan dengan
melepaskan tombol kaki, yang dilanjutkan dengan pendingin cepat
7. Menentukan Kedalaman Pengerasan
Kedalaman pengerasan ditentukan berdasarkan standar JLS.G 0559
dilakukan dengan cara :
1. Cara pengukuran dengan uji sturuktur mikro
2. Cara pengukuran dengan pemeriksaan struktur mikro
Dari kedua cara diatas ,pengukuran dengan uji kekerasan yang biasa
dilakukan, karena lebih teliti dan menghasilkan suatu kurva transisi kekerasan
sehingga dapat dihitung kedalaman kekerasan efektif dan kedalaman pengerasan
total.
8. Persiapan pengujian kekerasan
1. Benda kerja dipotong didaerah yang mengalami proses pengerasan
2. Pengujian kekerasan dimulai dari permukaan sampai bagian dalam benda
kerja secara vertikal dengan menggunakan uji kekerasan Vickers dengan
beban 100 gr
3. Dari uji kekerasan diatas ,dibuat kurva hubungan antara kekerasan dengan
kedalaman pengerasan
4. kedalaman pengerasan efektif dihitung dari kurva transisi kekerasan pada
400 HV(%.C=0,43-0,53%) sesuai dengan tabel 1
Tabel 2. kekerasan kritis untuk kedalaman pengerasan efektif
Kadar karbon (%) HV (kgf/mm2) HRC
0,23-0,33 350 36
0,33-0,43 400 41
0,433-0,53 450 45
> 0,53 500 49
49
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.Komposisi kimia
Tabel 3. Komposisi kimia benda uji
Unsur Komposisi Kimia Benda Uji
Hasil Spectrometer (%) ASSAB fERMO (%)
C I II Rata-rata
Cr 0.4.221 0.4.223 0.4224 0.42-0.48
Mn 1.514 1.524 1.519 1.40-1.70
Si 0.8955 0.8946 0.8950 0.60-0.90
0.3927 0.3957 0.3939 0.10-0.40
Struktur Mikro
Sturktur Mikro sebelum di Induksi Hardening
Gambar 4. Foto struktrur Mikro bahan benda kerja sebelum di Induksi hardening
Hasil pemeriksaan struktur mikro pada benda kerja awal pembesaran
400x. Etsa Nital 3% diperoleh struktur mikro ferit dalam perlit
50
Hasil pengujian kekerasan secara mikro menunjukan kekerasan maksimum
Yang dapat dicapai pada semua benda kerja berada diatas kekerasan kritis (400
HV),sedangkan kekerasan tertinggi dicapai benda kerja 40 C dengan jarak
kumparan dengan benda kerja 1,5 mm.
Dengan demikian menunjukan bahwa jarak antara yang kecil dan waktu
pemanasan yang lebih lama menghasilkan kekerasan yang tinggi
700
600
500
Kekerasan HV
400
200
100
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5
Jarak dari permukaan
51
Kurva hasil pengujian benda kerja 40B dan 30B
700
600
Kekerasan (HV)
400 Benda Kerja 30-B
300
200
100
0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 1,1 1,2 1,3 1,4 1,5 1,6
800
700
600
Kekerasan HV
500
Benda Kerja 40-C
400
Benda Kerja 30-C
300
200
100
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6
700
600
500
Kekerasan HV
400
Benda Kerja 40-D
300
Benda Kerja 30-D
200
100
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 1.6
Spesimen 30 A Spesimen 30 B
52
Spesimen 30 C Spesimen 30 D
Spesimen 40 C Spesimen 40 D
Spesimen 40 B Spesimen 40 A
KESIMPULAN
Percobaan mengeraskan permukaan baja ASSAB FERMO pada tungku
induksi yang menggunakan fluida pendingin air menghasilkan kekerasan
permukaan sebagai berikut :
1. Pada benda kerja dengan jarak kumparan 1,5 mm dan lama pemanasan
30 detik dapat menghasilkan kekerasan maksimal 628 HV
2. Pada benda kerja dengan jarak kumparan 1,5 mm dan lama pemanasan
40 detik dapat menghasilkan kekerasan maksimal 690 HV
3. Hasil pengersan induksi memperoleh kedalaman pengersan efektif dengan
jarak antara kumparan dan benda kerja 1,5 mm adalah benda kerja : 30 C
= 2,0 mm , 40 C =1,80 mm
4. Semakin lama waktu pemanasan, penetrasi kekersan semakin besar.
53
5. Dari hasil uji struktur mikro permukaan benda kerja terdiri dari fasa
martensit menunjukan kekerasan tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Karl.Erik Thelning. 1978. Steel and Its Heat treatment. London. Butterworths
Davies.Jhon and Simpson. 1978. Induction Heating Hand Book. Mc. Graw Hill
Company.
Rochim Suratman. 1984 Panduan Proses Perlakuan Panas. Bandung. ITB
Djafri. Sriati. 1993. Metalurgi Mekanik .Jakarta. Erlangga.
Amstead. .BH. 1991. Teknologi Mekanik, jilid 1. Jakarta. Erlangga
Rahmat supardi .1990. Pengetahuan Bahan . Bandung. Unjani
54