Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Merokok merupakan kegiatan yang berbahaya bagi tubuh. Karena menurut

badan kesehatan dunia (WHO), rokok merupakan zat aditif yang memiliki

kandungan kurang lebih 4000 elemen, dimana 200 elemen di dalamnya berbahaya

bagi kesehatan tubuh (Abadi, 2008). Jaya (2009) menambahkan bahwa racun

yang utama dan berbahaya pada rokok antara lain tar, nikotin, dan karbon

monoksida. Racun itulah yang kemudian akan membahayakan kesehatan perokok

aktif dan perokok pasif.

Perokok aktif dan perokok pasif memiliki resiko tinggi terkena berbagai

macam penyakit akibat merokok. Hal ini disebabkan oleh racun-racun dari rokok

tersebut dapat terakumulasi di dalam tubuh. Menurut penjelasan atas Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia No. 19 tahun 2003 tentang pengamanan rokok

bagi kesehatan, perokok aktif mempunyai resiko 2 – 4 kali lipatuntuk terkena

penyakit jantung koroner dan memiliki resiko lebih tinggi untuk kematian

mendadak. Salah satu sumber mengemukakan bahwa pada tahun 2010, kasus

kematian mendadat yang diakibatkan tingginya kadar nikotin serta diakibatkan

merokok mencapai angka 2 juta orang dalam setahun, dan diperkirakan akan

meningkat di tahun berikutnya (http://www.bahayarokok.com). Sedangkan

perokok pasif memiliki resiko terkena penyakit kanker 30% lebih besar

dibandingkan dengan perokok aktif itu sendiri. Masyarakat telah mengetahui

bahaya merokok, namun angka kejadian merokok masih cenderung tinggi. Data

1
Litbang Depkes Tahun 2003, Indonesia merupakan urutan ke-5 diantara 10 negara

di dunia yang mengkonsumsi rokok. Indonesia mengalami peningkatan tajam

konsumsi tembakau dalam 30 tahun terakhir, dari 33 milyar batang per tahun di

tahun 1970 ke 217 milyar batang di tahun 2000. Data nasional menunjukkan

bahwa konsumen rokok didominasi oleh remaja. Survei sosial ekonomi nasional

tahun 2004, usia mulai merokok di tanah air yang tertinggi ada di kelompok usia

remaja yaitu 15-19 tahun sebanyak 63,7% (http://www.bahayarokok.com)

Prestasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual yang

dapat menumbuhkan gairah, rasa senang dan semangat belajar. Beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yaitu kondisi lingkungan siswa

(interaksi dengan teman sebaya), dan kondisi siswa (kesehatan, daya ingat dan

konsentrasi). Kondisi siswa yang kurang stamina tersebut dapat dipengaruhi oleh

zat-zat yang dikandung oleh rokok (Prasadja, 2008)

Saat ini, terdapat kurang lebih 1.100 juta penghisap rokok di dunia. Tahun

2025 dimungkinkan akan bertambah hingga mencapai 1.640 juta orang. Setiap

tahunnya, sekitar 4 juta orang meninggal karena kasus yang berhubungan dengan

tembakau, terutama rokok. Tahun 2030, perkiraan ini meningkat mencapai angka

10 jutaan. WHO menyatakan pada tahun 1999, sekitar 250 juta anak-anak di dunia

akan meninggal apabila konsumsi tembakau tidak segera dihentikan. (2010,

http://www.fromfegaul.com)

Hasil survei dari beberapa SMP di Jakarta menyatakan bahwa setiap siswa

di sekolahnya mulai mengenal bahkan mencoba merokok dengan persentase 40%

sebagai perokok aktif yang terdiri 35% putra dan 5% putri. Selanjutnay 25% dari

pelajar yang merokok tersebut mengalami drop out. Yayasan Jantung Indonesia

2
mengadakan angket yang hasilnya adalah sebanyak 77% siswa merokok karena

ditawari teman.

Scott T. Leatherdale, dari salah satu perguruan tinggi di Ontario, Kanada,

melakukan penelitian dengan sampel 4.286 murid kelas 6 dan kelas 7 dari 57

sekolah di Ontario menyimpulkan bahwa kecendrungan merokok para murid akan

naik apabila siswa tersebut sering melihat murid-murid lainnya, seniornya, atau

orang-orang di sekitarnya merokok. Laju peningkatan merokok 1% pada kelas 8

akan memicu peningkatan 1,02 – 1,08% pada kelas 6 dan 7. Dari penelitian yang

sama juga didapat bahwa 1.400 (32.7%) murid pada kelas 6 dan 7 merupakan

siswa dengan resiko merokok rendah, dan 23 (40.3%) sekolah dikelompokkan

sebagai sekolah dengan resiko merokok tinggi. Kecendrungan ini jelas

mengkhawatirkan. Dengan fakta tersebut, maka tepat sekali bila pemerintah

melarang adanya adegan merokok pada berbagai iklan rokok, karena memang hal

tersebut sangat berpengaruh pada peningkatan rangsangan untuk merokok.

Para peneliti dari Prancis membenarkan bahwa merokok dapat merusak

otak. Dari data yang dikumpulkan dari 5.000 warga Inggris , menunjukkan bahwa

mereka yang merokok lebih rendah tingkat ingatan, bernalar, kosakata, dan

kecakapan verbalnya, dibandingkan mereka yang ridak merokok. Merokok sangat

mempengaruhi penurunan mental di usia muda, dan kerapuhan fisik di usia tua.

Kebiasaan merokok yang dilakukan pada usia muda menurunkan tingkat memori

dan kemampuan bernalar. Hal ini disebabkan oleh Severine Sabia dan koleganya

dari Institut Kesehatan Nasional dan Penelitian Medis di Villejuif, Perancis.

The Sheba Medical Center yang terletak di Kota Tel Hashomer, Israel,

melakukan penelitian yang menghasilkan hasil yang sama. Para perokok memiliki

3
tingkat kecerdasan yang lebih rendah disbanding mereka yang tidak merokok.

Sampel dalam penelitian ini adalah 2000 orang perokok aktif . hasil dari penelitian

membuktikan membuktikan bahwa para perokok aktif tersebut hanya memiliki

IQ rata-rata angka 94. Padahal, IQ rata-rata nonperokok berada apda angka 101.

Sedangkan pada perokok aktif yang menghabiskan satu bungkus rokok dalam

sehari memiliki rata-rata poin IQ 90. Berarti, para perokok yang gemar

menghabiskan berbatang-batang rokok dalam sehari makin turun tingkat

kecerdasannya.

Proses belajar adalah serangkaian aktivitas yang terjadi pada pusat saraf

individu yang belajar. Proses belajar dan hasilnya hanya dapat diamati dari

perubahan tingkah laku yang berbeda dari yang sebelumnya pada diri seseorang

baik dalam hal pengetahuan, afektif maupun psikomotor.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar yaitu faktor

internal dan eksternal. Faktor internal, merupakan faktor-faktor yang datangnya

dari diri sendiri, seperti kurang lengkapnya anggota tubuh atau kondisi tubuh

(kesehatan dan cacat tubuh), selain itu dapat pula faktor psikologi yaitu berupa

kecerdasan (IQ), minat, perhatian, bakat, motif, dan lain-lain. Adapun faktor

eksternal turut pula menentukan terhadap kondisi belajar, faktor ini merupakan

faktor yang datangnya dari luar individu, atau faktor lingkungan dimana seseorang

berada, seperti lingkungan keluarga (orangtua, suasana rumah, dan kondisi

ekonomi keluarga), faktor lingkungan sekolah (kurikulum, hunbungan sosial antar

guru dengan siswa, siswa dengan siswa, alat pelajaran, pelajaran, pelaksanaan

disiplin sekolah, keadaan sekolah, dan sebagainya), dan bentuk kehidupan atau

lingkungan di masyarakat, corak kehidupan tetangga (Hamalik, 2010, hal 32).

4
Pencapaian prestasi belajar yang baik menunjukkan keberhasilan dalam

proses pembelajran, begitu juga sebaliknya tidak tercapainya prestasi belajar yang

baik menunjukkan keberhasilan dalam proses pembelajaran, begitu juga

sebaliknya tidak tercapainya prestasi belajar yang baik menunjukkan kurang

berhasilnya dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, pemenuhan dan

pengelolaan lingkungan belajar baik untuk kelancaran proses belajar perlu

diperhatikan oleh tiap institusi pendidikan. Sebab, terpenuhinya lingkungan yang

baik, dapat meminimalisir kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik.

Prestasi belajar seorang mahasiswa di perguruan tinggi dapat digambarkan

dengan Indeks Prestasi (IP) yaitu angka yang menunjukkan tingkat keberhasilan

mahasiswa salam kurun waktu satu semester. Untuk melihat pencapaian akhir

berikut adalah indeks prestasi belajar mahasisiwa S1 Keperawatan STIKes

Rumah Sakit Haji Medan.

Indeks prestasi mahasiswa semester ganjil, menunjukkan prestasi belajar

mahasiswa yang belum begitu maksimal dan masih banyak siswa yang tidak

mencapai standar minimal indeks prestasi 2,76 dan 3,00. Hal ini terbukti hampir

pada setiap semester siswa memperoleh nilai yang baik hanya berkisar antara 15 –

20 % sementara sisanya, nilai indeks prestasinya masih rendah.

Dari survey pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 3 Juli 2012 di S1

Keperawatan STIKes Rumah Sakit Haji Medan dengan mengamati dan

wawancara pada 8 orang mahasiswa yang merokok tentang penyebab prestasi

belajar menurun yaitu salah satunya karena tidak konsentrasi pada saat belajar dan

terasa sakit pada saat ingin menghapal pelajaran. Sehubungan dengan hal di atas,

5
maka perlu menjawab pertanyaan apakah perilaku tentang bahaya merokok

mahasiswa S1 Keperawatan memiliki hubungan terhadap prestasi belajar.

Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tetarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan perilaku remaja tentang bahaya merokok

terhadap prestasi belajar mahasiswa S1 Keperawatan STIKes Rumah Sakit Haji

Medan Tahun 2013.

1.2 Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, rumusan masalahnya adalah apakah ada

hubungan yang berarti antara perilaku mahasiswa tentang bahaya merokok dengan

prestasi belajar mahasiswa S1 Keperawatan STIKes Rumah Sakit Haji Medan.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat

dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut.

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara perilaku mahasiswa tentang bahaya

merokok dengan prestasi belajar mahasiswa S1 Keperawatan STIKes Rumah

Sakit Haji Medan Tahun 2013.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa S1 Keperawatan tentang

bahaya rokok dan hubungannya di STIKes Rumah Sakit Haji Medan

6
b. Untuk mengetahui sikap mahasiswa S1 Keperawatan tentang bahaya

merokok dan hubungannya dengan prestasi belajar di STIKes Rumah Sakit

Haji Medan.

c. Untuk mengetahui tindakan mahasiswa S1 Keperawatan tentang bahaya

merokok dan hubungannya dengan prestasi belajar di STIKes Rumah Sakit

Haji Medan.

d. Untuk mengetahui kuatya hubungan antara perilaku mahasiswa S1

Keperawatan tentang bahaya merokok dengan prestasi belajar di STIKes

Rumah Sakit Haji Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis maupun

praktis.

1.4.1 Manfaat Teoretis

a. Bagi peneliti untuk menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman

tentang hubungan perilaku mahasiswa S1 Keperawatan Rumah Sakit

Haji Medan dengan prestasi belajar dalam melakukan penelitian baik

secara teoretis maupun praktis.

b. Bagi pembaca untuk menambah pengetahuan di dunia pendidikan

tentang hubungan perilaku mahasiswa tentang bahaya merokok dengan

prestasi belajar mahasiswa.

c. Bagi peneliti berikutnya dapat digunakan sebagai acuan dan bahan

masukan untuk mengadakan penelitian selanjutnya.

7
1.4.2 Manfaat Praktis

a. Dosen

Sebagai bahan masukan untuk dapat mengantisipasi dan membina

mahasiswa ataupun menciptakan suasana lingkungan kampus yang bebas

dari rokok.

b. Mahasiswa

Sebagai wahana untuk mengkaji secara ilmiah tentang bahaya merokok

dan kaitannya dengan prestasi belajar.

c. Peneliti

Sebagai wahana untuk mengkaji secara iliah gejala-gejala proses

pendidikan dan mengetahui kondisi sebenarnya tentang perilaku

mahasiswa tentang mahaya merokok yang akan mempengaruhi prestasi

belajar mahasiswa, sekaligus sebagai bekal pengetahuan saat nanti peneliti

terjun ke dunia pendidikan.

d. Lembaga Pendidikan/Institusi

Sebagai bahan masukan, gambaran, serta informasi yang konkret tentang

hubungan perilakumahasiswa tentang bahaya merokokterhadap prestasi

belajar mahasiswa yang nantinya dapat dijadikan sebagai salah satu

indikator yang menunjang kualitas lulusan.

8
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

2.1.1 Definisi

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup)

yang bersangkuatan (Notoatmodjo, 2003, hal 114).

Menurut Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa

perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus ( rangsangan

dari luar).

2.1.2 Proses Pembentukan Perilaku

Proses pembentukan perilaku adalah:

a. Melalukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat berupa

hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk.

b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen kecil membentuk

perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-komponen tersebut

disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya

perilaku yang dimaksud.

c. Menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan

sementara, mengidentifikasi reinfocer atau hadiah untuk masing-masing

komponen tersebut.

d. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen

yang telah tersusun itu. Apabila komponen pertama telah dilakukan maka

hadiahnya diberikan, hal ini akan mengakibatkan komponen atau perilaku

(tindakan)tersebut cenderung akan sering dilakukan. Kalau perilaku ini

9
sudah terbentuk maka dilakukan komponen (perilaku) yang kedua yang

kemudian diberi hadiah (komponen pertama tidak memerlukan hadiah

lagi). Demikian berulang-ulang sampai komponen kedua terbentuk.

Setelah itu dilanjutkan dengan komponen ketiga, keempat dan selanjutnya

sampai seluruh perilaku yang diharapkan terbentuk.

2.1.3 Jenis-jenis Perilaku

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat

dibedakan menjadi dua:

a. Perilaku tertutup adalah respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

terselubung atau tertutup. Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih

terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang

terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum diamati

secara jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka adalah respons terhadap stimulus dalam bentuk tindakan

nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam

bentuk tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat diamati atau

dilihat oleh orang lain (Notoadmodjo, 2007,hal 134).

2.2 Pengetahuan

2.2.1 Definisi

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi

melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, penciuman, rasa, dan raba

(Notoadmodjo, 2007, hal 139).

10
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari tahu dari manusia, yang

sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam,

dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005, hal:3).

2.2.2 Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang (over behavior).

Tingkat pengetahuan yang dicakup dalam domain ognitif mempunyai 6 tingkatan:

1. Tahu

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk kedalam tingkat pengetahuan ini adalah mengingat kembali sesuatu

yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah

diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah. kata kerja untuk mengukur bahwa orang yang tahu tentag apa yang telah

dipelajari orang lain menyebutakan, menguraikan, mendifinisikan, menyatakan

dan sebagainya.

2. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang

dipelajari.

3. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disisi lain dapat

11
diartikan aplikasi atau pengguna metode, prinsip dan sebagainya dalam

konteks atau situasi yang lain. misalnya dapat menggunakan prinsip-

prinsipsiklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

4. Analisis

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi,

dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat

dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan suatu bagan-bagan di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi yang baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat

menyusun dan merencanakan, dapat meringankan, dapat menyesuaikan, dan

sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penelitian terhadap suatu materi atau objek (Notoadmojo, 2003, hal: 122)

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

1. Pendidikan

Semakin tinggi pengetahuan seseorang makin mudah menerima informasi

sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya

12
pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang

terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

2. Pekerjaan

Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara

mencari nafkah yang membosankan, berulang, dan banyak tantangan semakin

lama seseorang bekerja semakin banyak pengetahuan yang diperoleh.

3. Umur

Umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.

Semain bertambah umur seseorang semakin banyak pula ilmu yang didapat

(Mubarak, 2006, hal: 114)

4. Sumber informasi

Data merupakan kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan

kesatuan nyata (http://www.wikipedia.com, 2008).

2.3 Sikap

2.3.1 Definisi

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek (Notoadmodjo, 2003, hal: 124).

Menurut Notoadmodjo (2007), Newcomb salah seorang ahli psikologi

sosial mengatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk

bertindak dan merupakan pelaksanaan motif tertentu.

Alport dalam buku Notoadmodjo (2003), menjelaskan bahwa sikap

mempunyai tiga komponen yaitu:

1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep suatu objek.

13
2) Kehidupan emosional atau evauasiterhadap suatu objek.

3) Kecendrungan untuk bertindak

2.3.2 Berbagai Tingkatan Sikap

a. Menerima

Subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek.

b. Merespon

Memberikan jawaban apabila ditanya, serta mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan.

c. Menghargai

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan terhadap

suatu masalah.

d. Bertanggung Jawab

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih merupakan

tingkat sikap yang paling tinggi.

Dari berbagai tingkat di atas peneliti membahas lebih khusus tentang

tingkat sikap “merespon” yaitu memberikan jawaban apabila ditanya,

mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap, sehingga dapat melakukan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas untuk melakukan pencegahan terhadap pengaruh bahaya rokok

terhadap prestasi. (Notoadmodjo, 2003, hal: 126)

14
2.4 Praktik atau Tindakan

2.4.1 Definisi

Praktek atau tindakan adalah suatu sikap belum otomatis terwujud dalam

suatu tindakan (over behavior) (Notoadmodjo, 2003, hal: 127). Praktek atau

tindakan adalah suatu konsep yang diterima secara luas dengan memandang

perilaku sebagai variabel pencampur, oleh karena itu ia mempengaruhi subjek

terhadap stimulus, suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan

untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata yang diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas.

2.4.2 Tingkat Tindakan atau Praktek

1) Persepsi

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan tindakan yang akan

diambil.

2) Respon Terpimpin

Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar.

3) Mekanisme

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara

otomatis.

4) Adaptasi

Merupakan suatu proyek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

Artinya itu sudah dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi kebenaran

tindakannya tersebut.

15
Dari berbagai tingkat praktek atau tindakan maka peneliti menjelaskan

tentang persepsi dan responden terpimpin dimana persepsi adalah sejumlah

mahasiswa yang diteliti tentang bahaya rokok serta hubungannya dengan prestasi

belajar mahasiswa.

2.2 Bahaya Merokok

2.2.1 Definisi Merokok

Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa

lebih jantan. Dibalik kegunaan atau manfaat rokok juga terkandung bahaya yang

sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang yang berada di sekitar

perokok yang bukan perokok. Perilaku merokok dapat dikatakan sebagai kegiatan

sewaktu menghisap tembakau yang dilakukan oleh individu. Perilaku merokok

terjadi pada saat individu berusia remaja, kebiasaan merokok ini akan terus

berlanjut sampai individu memasuki masa dewasa dan biasanya orang merokok

untuk mengatasi masalah emosional. Bagi sekelompok orang, merokok

merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan dan sekaligus dapat dijadikan

teman dalam menjalankan kegiatan-kegiatan yang tergolong santai, bahkan ada

pula yang beranggapan bahwa merokok merupakan sebuah bantuan yang sangat

dibutuhkan untuk mengurangi kegelisahan ataupun ketegangan (Rasti, 2008).

Rokok merupakan salah satu bentuk industri dan komoditi internasional

yang mengandung sekitar 1.500 bahan kimiawi. Unsur-unsur yang utama antara

lain: tar, nikotin, benzopyrin, metikloride, aseton, ammonia, dan karbon

monoksida. Diantara sekian banyak zat berbahaya ini, ada tiga zat yang paling

16
perlu diperhatikan, khususnya terhadap kanker, yakni tar, nikotin, dan karbon

monoksida (Bustan, 2009)

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 7 hingga 120

milimeter (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 milimeter

yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah

satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut

pada ujung lain. ada dua jenis rokok, rokok yang berfilter dan tidak berfilter. Filter

pada rokok tersebut terbuat dari bahan busa serabut sintesis yang berfungsi

menyaring nikotin.

1. Kandungan Zat dalam Rokok

a. Karbon Monoksida

Gas beracun yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan darah

membawa oksigen.

b. Nikotin

Salah satu jenis perangsang yang dapat merusak jantung dan sirkulasi

darah, nikotin membuat pemakainya kecanduan

c. Benzo(a)pyrine

Salah satu jenis hidrokarboon aromatic polisiklik, sejauh ini termasuk

bahan karsinogen yang paling banyak diteliti dan dikenal sebagai agen

penyebab mutasi.

d. Acrolein

Acrolein merupakan zat cair yang tidak berwarna, seperti aldehyde. Zat ini

diperoleh dengan mengambil cairan dari glyceril atau dengan

mengeringkannya. Zat ini sedikit banyaknya mengandung bahan alcohol.

17
Dengan kata lain acrolein itu adalah alcohol yang cairannya telah diambil.

Cairan ini mengganggu kesehatan.

e. Ammonia

Ammonia merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen

dan hydrogen. Zat ini sangat tajam baunya dan sangat merangsang.

Ammonia ini sangat gampang memasuki sel-sel tubuh. Begitu kerasnya

racun yang terdapat pada ammonia itu, sehingga kalau disuntikkan

sedikitpun kepada peredaran darah akan mengakibatkan seseorang pingsan

ataupun koma.

f. Formic Acid

Formic acid adalah jenis cairan tidak berwarna yang bergerak bebas dan

dapat berbuat lepuh. Zat ini sangat tajam menusuk baunya. Zat ini dapat

membuat seseorang merasa digigit semut. Bertambahnya jenis acid apapun

di peredaran darah dapat menambah cepatnya pernapasan seseorang.

g. Hydrogen Cyanide

Hydrogen cyanide adalah sejenis zat yangtidak berwarna, tidak berbau dan

tidak memiliki rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan serta mudah

terbakar. Zat ini sangat efisien untuk menghalangi pernapasan. Cyanide

adalah salah satu zat yang mengandung racun yang sangat berbahaya.

Sedikit saja cyanide dimasukkan langsung ke dalam tubuh dapat

menyebabkan kematian.

18
h. Formaldehyde

Formaldehyde adalah jenis gas yang tidak berwarna dengan bau yang

tajam. Gas ini adalah tergolong pengawet dan pembasmi hama. Salah satu

jenis formaldehyde ini banyak digunakan sebagai pengawet laboraturium.

i. Nitrous Oxide

Nitrous Oxide adalah jenis gas yang tidak berwarna, dan jika diserap tubuh

menyebabkan hilangnya pertimbangan dan mengakibatkan rasa sakit.

Nitrous oxide ini adalah jenis zat yang pada mulanya dapat digunakan

sebagai anesthesia (zat pembius) waktu diadakan operasi.

j. Phenol

Phenol adalah campuran yang terdiri dari Kristal yang dihasilkan dari

distilasi beberapa zat organik seperti kayu dan arang, dan juga diperoleh

dari ter arang. Bahan ini adalah merupakan zat racun yang sangat

membahayakan. Phenol ini terikat ke prpotein dan menghalangi aktifitas

enzyme.

k. Acetol

Acetol adalah hasil dari pemanasan aldehyde (sejenis zat yang tidak

berwarna yang bebas bergerak dan mudah menguap dengan alkohol)

l. Hydrogen Sulfide

Hydrogen Sulfide adalah sejenis gas beracum yang mudah terbakar dengan

bau yang keras. Zat ini mengalami oksidasi enzim (zat yang berisi

pigmen).

19
m. Methyl Chloride

Methyl Chloride adalah sesuatu dari zat-zat bervalensi satu dimana

hidrogen dan karbon merupakan unsur utama. Zat ini adalah merupakan

coumpund organis yang sangat beracun. Uapnya dapat berperan sebagai

anesthesia.

n. Methanol

Methanol adalah jenis cairan ringan yang mudah menguap, dan mudah

terbakar. Cairan ini dapat diperoleh dengan penyulingan bahan kayu atau

dari sintesis karbon monoxide dan hydrogen. Meminum atau menghisap

methanol mengakibatkan kebutaan bahkan kematian.

o. Tar

Zat ini sejenis cairan kental berwarna cokelat tua atau hitam yag diperoleh

dengan distilasi dari kayu atau arang. Tar ini juga didapat dari getah

tembakau. Tar yang terdapat dalam rokok terdiri dari ratusan zat kimia

yang dapat menyebabkan kanker pada manusia. Bilamana zat-zat itu

dihisap waktu merokok akan mengakibatkan kanker paru-paru.

Menurut Fadli (2008), efek jangka panjang dari penggunaan tembakau

adalah timbulnya berbagai penyakit, antara lain:

a. Kecanduan nikotin

b. Berbagai macam kanker, terutama kanker paru, ginjal, tenggorokan, leher,

payudara, kandung kemih, pancreas dan lambung. Satu dari enam pria

perokok akan menderita kanker paru.

c. Penyakit jantung dan pembulkuh darah: stroke dan penyakit pembuluh

darah tepi.

20
d. Penyakit saluran pernapasan: flu, radang saluran pernapasan (bronchitis),

penyakit paru obstruktif kronis.

e. Cacat bawaan pada bayi dari ibu yang merokok selama kehamilan.

f. Penyakit Buerger.

g. Katarak

h. Gangguan kognitif (daya pikir): lebih rentan terhadap penyakit Alzheimer

(Pikun), penyusutan otak.

i. Impotensi

Perilaku merokok yang sudah menjadi kebuasaan. Para perokok

menggunakan rokok bukan untuk mengendalikan perasaannya, tetapi karena

benar-benar telah menjadi kebiasaan.

Menurut Tomkins (1991) ada empat tipe perilaku merokok sebagai

berikut:

a. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan merokok,

seseorang merasakan penambahan perasaan positif. Ditambahkan, ada tiga

subtipe yakni, (1) merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan

kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi

atau makan, (2) merokok hanya dilakukan sekadarnya untuk

menyenangkan perasaan, dan (3) kenimatan yang diperoleh dengan

memegang rokok.

b. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang

yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya

bila ia marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka

21
menggunakan rokok bila perasaan enak sedang terjadi, sehingga terhindar

dari perasaan yang lebih tidak enak.

c. Perilaku merokok yang adiktif. Mereka yang sudah adiksi, akan

menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok

yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah

membeli rokok, walau tengah malam sekalipun, karena ia khawatir kalau

rokok tidak tersedia setiap saat ia menginginkannya.

d. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan

rokok sama sekali bukan untuk mengendalikan perasaan mereka, tetapi

karena benar-benar sudah menjadi kebiasaan rutin. Pada orang-orang tipe

ini, merokok sudah merupakan suatu perilakuyang ebrsidat otomatis,

seringkali tanpa dipikirkan dan tanpa disadari. Ia menghidupkan api

rokoknya bila rokok yang terdahulu benar-benar telah habis.

Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku perokok. Berdasarkan

tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok, maka dapat digolongkan atas:

1. Merokok di Tempat-tempat Umum/Ruang publik

a. Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol mereka

menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang

lain, karena itu mereka menempatkan diri di smoking area.

b. Kelompok yang heterogen (merokok di tengah orang-orang lain yang

tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dan lain-lain.

2. Merokok di Tempat-tempat yang bersifat pribadi:

a. Kantor atau di kamar tidur pribadi. Perokok yang memilih tempat-tempat

seperti ini sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang

22
kurang menjaga kebersihan diri, penuh dengan rasa gelisah yang

mencekam.

b. Toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka

berfantasi.

Perokok dapat dibedakan menjadi beberapa kategori, yaitu:

1) Perokok ringan, 1 – 9 batang perhari

2) Perokok sedang 10 – 19 batang perhari

3) Perokok berat 20 batang atau lebih perhari.

2. Bahaya Rokok

Kerugian yang ditimbulkan rokok sangat banyak bagi kesehatan. Tapi

sayangnya masih saja banyak orang tetap memilih untuk menikmatinya. Dalam

asap rokok terdapat 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan, dan dua

diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik.

Racun dan karsinogen yang timbul akibat pembakaran tembakau dapat memicu

terjadinya kanker. Pada awaklnya rokok mengandung 9 – 20mg nikotin dan

setelah dibakar, nikotin nikotin yang masuk ke dalam sirkulasi darah hanya 25%.

Walau demikian, jumlah kecil tersebut memiliki waktu 15 detik untuk sampai ke

otak manusia.

Nikotin itu diterima oleh reseptor asetilkolin-nikotinik yang kemudian

membaginya ke jalur imbalan dan jalur adrenergic. Pada jalur imbalan, perokok

akan merasakan rasa nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya perokok

akan merasa lebih tenang, daya piker serasa lebih cemerlang, dan mampu

menekan rasa lapar. Sementara di jalur adrenergic, zat ini akan mengaktifkan

23
sistem adrenergic pada bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan serotonin.

Meningkatnya serotonin menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus

keinginan mencari rokok lagi. Hal inilah yang menyebabkan perokok sangat sulit

meninggalkan rokok, karen asudah tergantung pada nikotin. Ketika ia berhenti

merokok rasa nikmat yang diperolehnya akan berkurang (Tineke, 2002)

Efek dari rokok/tembakau memberi stimulasi depresi ringan, gangguan

daya tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku dan fungsi psikomotor.

Jika dibandingkan zat-zat adiktif lainnya rokok sangatlah rendah pengaruhnya,

maka ketergantungan pada rokok tidak begitu dianggap gawat (Roan, 2010).

Asap rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200

diantaranya beracun dan 43 jenis lainnya yang menyebabkan kanker bagi tubuh.

Beberapa zat yang sangat berbahaya yaitu, tar¸nikotin, karbon monoksida, dan

sebagainya. Asap rokok yang baru mati di asbak mengandung tiga kali lipat bahan

pemicu kanker di udara dan limapuluh kali mengandung bahan pengiritasi mata

dan pernapasan. Semakin pendek rokok semakin tinggi kadar racun yang siap

melayang ke udara. Suatu tempat yang dipenuhi polusi asap rokok adalah tempat

yang lebih berbahaya daripada polusi di jalanan raya yang macet. Seseorang yang

mencoba merokok biasanya akan ketagihan karena rokok bersifat candu yang sulit

dilepaskan dalam kondisi apapun. Seorang perokok berat akan lebih memilih

merokok daripada makan jika uang yang dimilikinya terbatas. Perokok biasanya

akan mengajak orang lain yang belum merokok untuk merokok agar merasakan

penderitaan yang sama dengannya, yaitu terjebak dalam ketagihan asap rokok

yang jahat. Sebagian perokok juga ada yang secara sengaja merokok di tempat

umum agar asap rokok yang dihembuskan dapat terhirup orang lain, sehingga

24
orang lain akan terkena penyakit kanker. Berdasarkan data demografi Universitas

Indonesia, sebanyak 427.948 orang meninggal di Indonesia rata-rata pertahunnya

akibat berbagai penyakit yang disebabkan rokok (Depkes, 2008).

2.1. Tindakan Pencegahan Merokok

Banyak perokok tidak menyadari bahwa nikotin termasuk zat adiktif yang

menyebabkan ketergantungan layaknya heroin, kokain, dan lain sebagainya.

Bahaya konsumsi rokok telah disampaikan dengan sangat jelas pada setiap

bungkus rokok. Akan tetapi konsumen tetap mengkonsumsi rokok, meski telah

mengetahui bahaya penyakit-penyakit ataupun gangguan-gangguan yang

disebabkan oleh rokok. Suatu modifikasi perilaku untuk mengurangi perilaku

tidak efektif, yaitu merokok.

Teknik yang digunakan untuk berhenti merokok adalah cognitive

behavior, dengan membentuk suatu group therapy cognitive behavior. Tetapi ii

terdiri dari beberapa sesi, yang terdiri dari alasan merokok, ketergantungan fisik

pada nikotin, dan efikasi diri untuk berhenti merokok. Perokok mengontrol sendiri

perilaku merokok dengan mengidentifikasi pemicu merokok, mengembangkan

kontrak perilaku yang telah dibuat dan mempraktikkan stimulus kontrol dan

coping strategy untuk mengatur pencabutan simtom-simtom dan kerinduan pada

rokok. Selanjutnya adalah pencegahan untuk kembali merokok, atau bila berhenti

merokok tidak tercapai, amka dibuat tahapan dari awal lagi (Widjayanti, 2009).

Upaya prevensi berupa motivasi untuk menghentikan perilaku merokok

penting untuk dipertimbangkan dan dikembangkan. Dengan menumbuhkan

motivasi dalam diri remaja berhenti atau tidak mencoba untuk merokok, akan

25
membuat remaja mampu untuk tidak terpengaruh oleh godaan merokok yang

datang dari teman, media massa atau kebiasaan keluarga/orangtua.

Upaya pencegahan merokok dapat dilakukan dengan melakukan

kampanye antirokok. Kampanye antimerokok ini dilakukan dengan cara membuat

berbagai poster, film dan diskusi-diskusi tentang berbagai aspek yang

berhubungan dengan merokok. Lahan yang digunakan untuk kampanye ini adalah

sekolah-sekolah, televise atau radio.

Agar remaja dapat memahami pesan-pesan yang disampaikan, maka dalam

kampanye antimerokok ini perlu disertai dengan beberapa pelatihan, seperti:

a. Keterampilan berkomunikasi

b. Kemampuan untuk membuat keputusan sendiri.

c. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan rasa cemas/anxietas.

d. Pelatihan untuk berperilaku asertif.

e. Kemampuan untuk menghadapi tekanan dari kelompok sebaya, dan lain-

lain.

Pesan-pesan yang disampaikan melalui cara-cara di atas, remaja akan diajak untuk

dapat memiliki kemampuan dan kepercyaan diri dalam menolak berbagai

godaanuntuk merokok, baik yang datang dari media massa, teman sebaya maupun

dari keluarga. Melarang, menghukum, ataupun memaksa remaja untuk tidak

merokok hanya akan memberikan dampak yang relatif singkat karena tidak

disadari oleh motivasi internal si remaja (William, 2009).

26
2.3 Prestasi Belajar

2.3.1 Hakikat Prestasi Belajar

2.3.1.1 Definisi Prestasi Belajar

Istilah prestasi belajar seringkali digunakan untuk menunjukkan suatu

proses pencapaian tingkat keberhasilan terhadap usaha belajar yang telah

dilakukan. Belajar sering dikaitkan dengan aktifitas yang membawa perubahan

kepada setiap individu, baik perubahan dari segi kebiasaan, pengetahuan,

keterampilan, dan sikap serta menyangkut perubahan yang terjadi pada beberapa

aspek kebiasaan manusiayang tidak lepas dari kepribadian. Jika dikaitkan dengan

konsep belajar, maka pengertian prestasi belajar akan mengarah pada satu tujuan

belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena seseorang mencapai penguasaan

atas sejumlah bahan yang telah diberikan dalam proses belajar mengajar.

Pencapaian didasarkan atas tujuan yang telah ditetapkan dan dapat berupa

perubahan dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

Prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah

melakukan serangkaian aktivitas belajar berupa perubahan tingkah laku baik

berupa kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang bisa dilihat dari prestasi

belajar di sekolah (Djamarah, 2004)

Prestasi belajar adalah tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam

menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses

belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan

sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai

atau rapor setiap bidang studi setelah megalami proses belajar mengajar. Prestasi

belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat

27
memperlihatkan tentang tinggi rendahnya prestasi belajar siswa

(http://www.prestasibelajar.co.id)

2.1.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua

faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses belajar individu sehingga

menentukan kualitas prestasi belajar.

1) Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam individu.

Faktor-faltor internal meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.

a. Faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang yang berhubungan dengan

kondisi fisik individu. Faktor fisiologisdibago menjadi dua

yaitukondisi fisik dan kondisi panca indra.

b. Faktor psikologis adalah psikologis seseorang yang dapat

mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor yang mempengaruhi

proses belajar adalah intelegensii atau kecerdasan, motivasi, minat,

sikap dan bakat.

2) Faktor eksternal

Faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi belajar dapat

digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan

lingkungan nasional

a. Lingkungan sosial

28
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan sosial adalah lingkunga sosial

sekolah, lingkungan sosial masyarakat dan lingkungan sosial keluarga.

b. Lingkungan nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah lingkungan

alamiah, faktor penalaran.

Lingkungan alamiah terdiri dari : kondisi udara yang segar, tidak panas

dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau atau kuat, tidak terlalu

lemah atau gelap serta suasana yang sejuk dan tenang. Faktor

instrumental terdiri dari : gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas

belajar, lapangan olah raga, kurikulum sekolah, peraturan-peraturan

sekolah, buku-buku panduan dan sebagainya. Faktor materi pelajaran

terdiri dari penguassaan guru terhadap materi pelajaran dan metode

yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran.

c. Faktor pendekatan belajar

Pendekatan belajar adalah cara atau strategi yang digunakan siswa

dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran materi

tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional

yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau

mencapai tujuan belajar tertentu.

29
2.5 Kerangka Konsep

Perilaku
mahasiswa
tentang bahaya Prestasi
merokok,
meliputi: Belajar Mahasiswa
 Pengetahuan
 Sikap
 Tindakan

Gambar 1.
Kerangka konsep Variabel Mahasiswa tentang Bahaya Rokok
terhadap Prestasi Belajar

2.6 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah kesimpulan sementara yang masih harus diuji

kebenarannya secara empiris. Dengan kata lain, hipotesis adalah kesimpulan

teoretis yang masih harus dibuktikan kebenarannya melalui analisis terhadap

bukti-bukti empiris (Hidayat, 20007, hal: 37).

Berdasarkan kerangka teoretis dan kerangka berpikir sebagaimana telah

diuraikan sebelumnya maka penulis merumuskan hipotesisnya yaitu “terdapat

hubungan positif yang berarti antara perilaku mahasiswa Akademi Keperawatan

tentang bahaya merokok dengan prestasi belajar di STIKes Rumah Sakit Haji

Medan Tahun 2012.

Hipotesis ini masih harus diuji untuk membuktikan kebenarannya.

Sehingga dari hasil pengujian itu maka terdapat hasil apakah hipotesis diterima

atau ditolak.

30
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain korelasi,

Penelitian korelasi desain adalah sebuah penelitian yang bertujuan untuk

menganalisis atau mencari tahu hubungan antara dua buah variabel atau lebih.

Dalam penelitian ini, menggunakan dua variabel yaitu satu variabel bebas

(variabel independen) atau variabel X dan satu variabel terikat (variabel

dependen) atau variabel Y. variabel bebas dalam penelitian ini adalah perilaku

mahasiswa tentang bahaya merokok, sedangkan variabel terikat adalah prestasi

belajar.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi peneltian ini mahasiswa di Akademi Keperawatan STIKes RS Haji

Medan. Pemilihan lokasi ini dikarenakan belum pernah dilakukan penelitian

tentang hubungan antara perilaku remaja tentang bahaya merokok dengan prestasi

belajar, adanya permasalahan mengenai kurangnya kesadaran mahasiswa tentang

bahaya merokok, jumlah populasi mencukupi untuk dilakukannya penelitian,

adanya referensi yang mendukung terlaksananya penelitian dan lokasi tersebut

mudah dijangkau oleh peneliti.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian rencana dilakukan mulai bulan Mei 2013.

31
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa laki-laki di

STIKes Rumah Sakit Haji Medan sebanyak 103 orang tersebar dalam tujuh kelas

dan empat tingkatan, semester I terbagi 2 kelas yaitu A dan B dengan total jumlah

mahasiswa laki-laki sebanyak 17 orang, pada semester III sebanyak 32 orang,

semester V sebanyak 40 orang dan semester VII sebanyak 14 orang, sehingga

total pupolasi adalah 103 siswa.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian yang mewakili dari populasi yang diteliti

(Arikunto, 2006, hal. 109). Sampel dalam penelitian ini adalah 25% dari jumlah

populasi yaitu sebanyak 51 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan

proporsional random sampling dengan sampel dipilih secara acak dari populasi,

sehingga sampel yang diambil representatif atau mewakili karakter populasinya.

Jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 20% dari total populasi, hal ini

sependapat dengan yang disampaikan Arikunto bahwa jika populasi lebih dari 100

maka peneliti sebaiknya mengambil sedikitnya 10-15% atau 20-25% dari jumlah

total populasi.

3.4 Definisi Operasional

Agar variabel penelitian dapat diukur maka perl dibuat definisi operasional

variabel berdasarkan tabel sebagai berikut:

32
No. Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala
Penelitian
1. Pengetahuan Merupakan hasil dari tahu, Kuesioner yang Baik : 10 – 15 Ordinal
dan ini terjadi setelah berjumlah 15 Sedang: 5 – 9
seseorang melakukan soal dengan Buruk 0 – 4
penginderaan terhadap suatu pilihan jawaban
objek tertentu a, b, c
2. Sikap Merupakan reaksi atau respon Kuesioner yang Baik : 10 – 15 Likert
yang masih tertutup dari berjumlah 15 Sedang: 5 – 9
seseorang terhadap stimulus soal dengan Buruk 0 – 4
atau objek pilihan jawaban
B, S
3. Tindakan Suatu sikap tidak secara Kuesioner yang Baik : 10 – 15 Gutman
otomatis terwujud dalam suatu berjumlah 15 Sedang: 5 – 9
tindakan soal dengan Buruk 0 – 4
pilihan jawaban
Ya atau Tidak
4. Prestasi Hasill yang telah dicapai oleh Rekapitulasi nilai Baik: 3,51 – 4 Interval
Belajar (Y) siswa setelah melakukan Sedang:
serangkaian aktifitas belajar 2,76-3,50
yang berupa perubahan Kurang: <2,75
tingkah laku baik berupa
kognitif, afektif dan
psikomotorik

3.5 Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti terlebih dahulu mengajukan

permohonan kepada Ketua STIKes Rumah Sakit Haji Medan untuk melakukan

studi pendahuluan. Kemudian surat tersebut dibawa ke bagian S1 Keperawatan

STIKes Rumah Sakit Haji Medan dan mendapatkan data untuk menyusun

penelitian. Kemudian setelah penelitian, maka peneliti membagikan kuesioner

kepada responden yang akan diteliti dengan menekankan pada masalah etika

meliputi:

a. Lembar persetujuan

Lembar persetujuan ini diberikan kepada subjek yang akan diteliti. Peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan serta dampak

yang mungkin terjadi sebelum dan sesudah penelitian. Jika bersedia

dijadikan responden maka mereka diminta untuk menandatangani

33
persetujuan tersebut. Jika mereka menolak untuk dijadikan responden,

maka peneliti tidak akan memaksa dan akan tetap menghormati hak-

haknya.

b. Tanpa nama

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan

namanya pada lembar persetujuan data, tetpai cukup dengan memberikan

nomor kode pada masing-masing lembar tersebut.

c. Kerahasiaan

Kerahasiaan informasi responden akan dijamin oleh peneliti, hanya

sekelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai

hasil penelitian.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah penulis membagiakan angket kepada

responden untuk mengukur perilaku mahasiswa tetang bahaya rokok untuk

variabel independen dan rekapitulasi nilai semester untuk variabel dependennya

(prestasi belajar).

3.6.1 Angket perilaku mahasiswa

Angket ini dilakukan dengan cara memberikan daftar pertanyaan tertutup

pada responden yang berhubungan dengan data penelitian. Pengukuran perilaku

mahasiswa dibuat berdasarkan skala. Jumlah pertanyaan sebanyak 45 soal.

Aspek pengukuran: Dalam penelitian ini aspek pengukuran yang

digunakan untuk pengetahuan, sikap, dan tindakan masing-masing berjumlah 15

soal. Adapun cara pengukuran hasil skor ada 2 kriteria yaitu benar dan salah di

34
lembar kuesioner sedangkan lembar obervasional ada 2 kriteria yaitu melaukan

atau tidak melakukan. Pengetahuan membuat soal 15 dengan 3 kategori yaitu

baik, sedang , dan buruk.

Setiap responden yang menjawab benar memiliki skor 1 dan jawaban salah

memiliki skor 0. Untuk lembar kuesioner tentang sikap, peneliti membuat 15 soal,

dengan kategori sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju. Dengan

rentang skor 4, 3, 2, dan 1. Peneliti membuat 15 soal dengan kriteria “Ya” atau

“Tidak”, dengan skor 1 bila jawaban “Ya” dan skor 0 untuk tiap jawaban “Tidak”.

A. Pengetahuan

Dalam pembahasan pengetahuan ada 15 soal dan hasil skor bila benar 1

dan bila salah 0. Jadi pembagian skor pengetahuan adalah sebagai berikut:

a. Skor jawaban yang salah diberi nilai 0 dengan banyak soal 25, maka

jumlah skor minimum adalah 15 x 0 = 0

b. Skor jawaban yang benar diberi nilai 1 dengan soal sebanyak 15, maka

jumlah skor maksimum adalah 15 x 1 = 15

Maka, pembagian skor pengetahuan berdasarkan rumus adalah sebagai berikut:

R = Xmaks – Xmin = 15 – 0

𝑅 15
𝑃= = =5
𝐾𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖 3

Katarangan :

R : Rentang

Xmaks : Data terbesar

Xmin : Data terkecil

P : PAnjang Kelas (Sudajana, 2005, hal: 91)

Maka dari hasil penelitian memiliki kriteria sebagai berikut:

35
1. Baik : bila mendapat skor 11 – 15

2. Sedang : bila mendapat skor 6 – 10

3. Buruk : bila mendapat skor 0 – 5

B. Sikap

Menurut Kinner tahun 1988, dimana skala Likert berhubungan dengan

pertanyaan tentang sikap seseorang terhadap suatu yang akan diukur dan dengan

diidentifikasi dengan jelas. Setiap respon dari ertanyaan dapat diukur dengan

menjumlahkan angka atau skor yang telah ditentukan sesuai denga rumus yang

ada (Sugiyono, 2008)

Dalam setiap skor ada 45 soa, penilaian atas jawaban responden

berdasarkan rentang skala ini diperoleh:

R = Xmaks – Xmin = 60 – 15 = 45

𝑅 45
𝑃= = = 15
𝐾𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖 3

Katarangan :

R : Rentang

Xmaks : Data terbesar

Xmin : Data terkecil

P : Panjang Kelas (Sudajana, 2005, hal: 91)

Maka dari hasil penelitian memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Baik : bila mendapat skor 44 – 60

2. Sedang : bila mendapat skor 29 – 43

3. Buruk : bila mendapat skor 14 – 28

C. Tindakan

36
Dalam bahasan tindakan ada 15 yang diobservasi dan hasil skor bila

responded menjawab “ya” skor 1 dan “tidak” skor 0 jadi pembagian skor dengan

rumus berikut.

Xmaks = 1 x 15 = 15

Xmin = 0 x 15 = 0

R = Xmaks – Xmin = 15 – 0

𝑅 15
𝑃= = =5
𝐾𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖 3

Katarangan :

R : Rentang

Xmaks : Data terbesar

Xmin : Data terkecil

P : PAnjang Kelas (Sudajana, 2005, hal: 91)

Maka dari hasil penelitian memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Baik : bila mendapat skor 11 – 15

2. Sedang : bila mendapat skor 6 – 10

3. Buruk : bila mendapat skor 0 – 5

3.6.2 Data Prestasi Belajar

Untuk mendapatkan dapata tentang prestasi belajar, maka data diperoleh

dari rekapitulasi nilai.

3.7 Istrumen Penelitian

Isntrumen penelitian ini adalah angket dan kuesioner yang mengukur

perilaku responden yang mencakup pengetahuan, sikap, dan tindakan terhadap

37
bahaya rokok. Instrumen terdiri atas 45 pernyataan yang terbagi dalam tiga

bagian, yaitu 15 item tentang pengetahuan responden, 15 item mengenai sikap,

dan 15 item mengenai tidakan responden.

3.9 Analisa Data

Teknik analisis data pada penelitian ini adalah deskriptif dan inferensial.

Teknik deskriptif dengan menarik hubungan antar dua variabel yaitu variabel

independen dan variabel dependennya. Kemudian dilakukan langkah-langkah

sebagai berikut untuk menganalisis data, sebagai berikut:

1) Menjumlahkan angket perilaku (X) dengan prestasi belajar (Y)

2) Mencari harga masing-masing variabel.

Sesuai dengan tuna penelitian ini, data diperoleh dianalisis secara korelasi dan

regresi.

Menghitung keofisien korelasi

𝑛. ∑ 𝑥𝑦 − (∑ 𝑥)(∑ 𝑦)
𝑟𝑥𝑦 =
√{𝑛. ∑ 𝑥 2 (∑ 𝑥)2 }{𝑛 ∑ 𝑦 2 (∑ 𝑦)2 }

Dalam memberikan interpretasi indeks hubungan ‘r’ product moment

(𝑟𝑥𝑦 ) adalah sebagai berikut.

Table 4
Interpretasi Indeks Korelasi

Nilai ‘r’ Product


Interpretasi
Moment 𝒓𝒙𝒚
Ada hubungan antara variabel X dan
variabel Y, tetapi hubungan ini sangat
rendah, sehingga hubungan ini
0.00 – 0.20
ditiadakan (diasumsikan bahwa tidak
ada hubungan antara variabel-variabel
tersebut)
0.21 – 0.40 Hubungan antara variabel X dan Y

38
sangat rendah
Hubungan antara variabel X dan Y
0.41 – 0.70
sedang
Hubungan antara variabel X dan Y
0.71 – 0.90
tinggi
Hubungan antara variabel X dan Y
0.91 – 1.00
sangat tinggi

3.10 Pengolahan Data

(1) Editing (pengecekan)

Dilakukan pengecekan data yang dikumpulkan. Peneliti memeriksa

kelengkapan jawaban responded pada lembar kelengkapan jawaban

responded pada lembar angket untuk memastikan bahwa semua

pertanyaan dijawab oleh responded. Bila terdapat kesalahan dan

kekeliruan dalam pengumpulan data diperbaiki dan dilakukan pendataan

ulang terhadap responden.

(2) Coding (memberi kode)

Data yang telah diteliti dirubah dalam bentuk angka (kode). Nama

responden dirumah menjadi nomor kode responded 01, 02, 03 ….

(3) Scoring (memberi nilai)

Memberikan skor terhadap jawaban-jawaban responded. Peneliti

memberikan skor/nilai terhadap jawaban yang diberikan responden sesuai

dengan aspek pengukuran yang telah ditentukan.

(4) Tabulating (membuat tabel)

Untuk mempermudah pengolahan data serta pengambilan kesimpulan, data

dimasukkan ke dalam bentuk distribusi frekwensi.

39

Anda mungkin juga menyukai