Anda di halaman 1dari 7

Batasan klinis infark miokard adalah suatu keadaan infark atau nekrosis oto

jantung karena kurangnya suplai darah dan oksigenpada miokard (ketidak seimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard). Infark miokard (myokardial infraction,
MI) adalah keadaan yang mengancam kehidupan dengan tanda khas terbentuknya
jaringan nekrosis otot yang permanen karena otot jantung kehilangan suplai oksigen.
Infark miokard juga diketahui sebagai serangan jantung atau serangan koroner. Dapat
menjadi fatal bila terjadi perluasan area jaringan yang rusak. MI terjadi sebagai akibat
dari suatu gangguan mendadak yang timbul karena suplai darah yang kurang akibat
oklusi atau sumbatan pada arteri koroner. Infark miocard akut adalah nekrosis
miocard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu. (Suyono, 1999).

1. Tanda dan gejala


a. Tanda :
Tanda fisik pada pasien dengan IMA berfariasi, namun dapat dibuat
sejumlah sejumlah kesimpulan, dengan menganggap bahwa edema paru-paru
dan/atau syok kardiogenik tidak ada.
 Gambaran : Normal sampai diaforetik, pucat, cemas.
 Tanda Vital : Peningkatan nadi ringan sampai sedang (bradiaritmia sering
terjadi dengan MI inferior), dan tekanan darah biasanya meningkat,
pernapasan dapat meningkat. Lazim ditemukan demam dan jarang
melebihi 1030oF atau menetap lebih dari hari ke-8 pasca MI.
 Paru-paru : Jika terdapat gangguan fungsi ventrikel kiri (LV), dapat
ditemukan ronki atau edema paru samar. Jika tidak, paru-paru bersih.
 Jantung : S1 biasanya berintensitas normal, tetapi dapat lembut. Dapat
terdengar bising sistolik baru. Impuls apikal dapat menjadi difus dan
paradoksial (keluar selama sistol). Splitting paradoks dari S2 dapat
terdengar akibat pemanjangan waktu ejeksi LV. Lazim dikenali suatu S4 ,
dan kadang-kadang ditemukan suatu S3 lembut (akibat dari penurunan
kelenturan ventrikel akibat iskemia).

b. Gejala :
Gejala utama dari infark miokard akut (IMA) adalah nyeri dada,
secara klasik dilaporkan sebagai suatu rasa tertekan atau tekanan substernal,
sering menyebar kelerer atau ke lengan (biasanya kiri), berlangsung 15-30
menit atau lebih lama. Kadang-kadang nyeri dapat atipikal dan diuraikan
sebagai rasa terbakar, rasa nyeri tumpul atau tajam. Gejala lain dapat termasuk
sesak napas, kelemahan, diaforesis dan mual.
2. Etiologi :
 Coronary Artery Disease :Aterosklerosis, artritis, trauma pada koroner,
penyempitan arteri koroner karena spasme atau desecting aorta dan arteri
koroner.
 Coronary artery emboli : Inefective endokarditis, cardiac myxoma,
cardiopulmonal bypass surgery, arteriography koroner.
 Kelainan kongenital : anomali arteri koronaria.
 Ketidakseimbangan suplai oksigen dan kebutuhan miokard : tirotoksikosis,
hipotensi kronis, keracunan karbon monoksida, stenosis atau insufisiensi
aorta.
 Gangguan hematologi : anemia, polisitemia vera, hypercoagulabity,
trombosis, trombositosis, dan DIC.

3. Pohon masalah

4. Diagnostic test
a. Sel darah putih : leukositosis (10.000-20.000 mm3) muncul hari kedua setelah
serangan infark karena inflamasi.
b. Sedimentasi : meningkat pada hari ke 2-3 setelah serangan yang menunjukan
adanya inflamasi.
c. Kardiak iso-enzim : menunjukan pola kerusakan khas, untuk membedakan
kerusakan otot jantung dengan otot lain :
 CPK (Creatinin Phospokinase) > 50 mikro/L.
 CK-MB (Creatinin Kinase-MB) > 10 mikro/L.
 LDH (Lactate Dehydrogenase) > 240 mikro/L.
 SGOT ( Serum Glutamic Oxalo Transaminase) > 18 mikro/L.
 Cardiac Troponin : positif.
d. Tes fungsi ginjal : peningkatan kadar BUN (Blood Urea Nitrogen) dan
kreatinin karena penurunan laju filtrasi glomerulus (glomerulo filtrasi rate
/ GFR) terjadi akibat penurunan curah jantung.
e. Analisis Gas Darah (Blood Gas Analysis, BGA) : menilai oksigenasi
jaringan (hipoksia) dan perubahan keseimbangan asam-basa darah.
f. Kadar elektrolit : menilai abnormalitas kadar natrium, kalium, atau
kalsium yang membahayakan kontraksi otot jantung.
g. Peningkatan kadar serum kolesterol atau trigeliserida : dapat
meningkatan risiko arteriosklerosis (Coronary Artery Disease).
h. Kultur darah : mengesampingkan septikemia yang mungkin menyerang
otot jantung.
i. Level obat : menilai derajat toksisitas obat tertentu (seperti digoxin).
j. EKG :
 Segmen ST elevasi abnormal menunjukan adanya injuri miokard.
 Gelombang T inversi (arrow head) menunjukan adanya iskemia
miokard.
 Q patologis menunjukan adanya nekrosis miokard.
k. Radiologi :
 Thorax rontgen : menilai kardiomegali (dilatasi sekunder) karena
gagal jantung kongestif.
 Echocardiogram : menilai struktur dan fungsi abnormal otot dan
katup jantung.
 Radioactive isotope : menilai area iskemia serta non-perfusi
koroner dan miokard.

5. Diagnose keperawatan:
- Nyeri akut yang berhubungan dengan agen cedera biologi.
- Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi.
- Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan kontraktivitas
myokard (preload, afterload, kontraktilitas)
- Perfusi jaringan tidak efektif b/d aliran arteri terhambat.
- Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan secara meyeluruh.
6. Prioritas masalah.
7. Intervensi keperawatan :
8. Implementasi :
9. Evaluasi keperawatan :

TUGAS ANNISA :

Nyeri dada akut yang berhubungan dengan iskemia dan injury miokard.

Data penunjang :

- Subjektif : keluhan nyeri dada dan radiasinya, pusing, mual, sesak napas, lelah, fatigue.
- Objektif : disritmia, takikardia atau brakikardi; hipotensi; dispnea; diaforesis; pola EKG
: ST elevasi, T inversi atau tinggi, Q patologis; kardiak isoenzim meningkat; pucat;
respons nonverbal kesakitan (skala nyeri).

Tujuan : Klien terbebas dari rasa nyeri.


Intervensi :

Pain Management :

- Lakukan satu penilaian menyeluruh dari nyeri yang meliputi lokasi, karakteristik,
serangan/jangka waktu, frekuensi, kualitas, intensitas atau kehebatan dari nyeri dan
faktor endapan.
- Observasi isyarat non-verbal dari kegelisahan, terutama ketidakefektifan komunikasi.
- Yakinkan pasien dengan penuh perhatian, lakukan perawatan analgesik.
- Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk rasa sakit/nyeri yang dialami dan
sampaikan penerimaan dari tanggapan sabar atas rasa nyeri.
- Tentukan dampak dari pengalaman rasa sakit terhadap mutu hidup (tidur, selera makan,
pengamatan, suasana hati, hubungan, kinerja dari pekerjaan, dan tanggung jawab dari
peran)
- Selidiki dengan pasien tentang faktor yang meningkat / nyeri yang memburuk
- Sediakan informasi tentang nyeri, seperti penyebab dari nyeri, berapa lama akan
bertahan dan mengantisipasi kegelisahan dari prosedur.

Implementasi :

- Menanyakan kepada klien apa kira-kira penyebab timbulnya rasa nyeri?, apakah
karena terkena benturan?, akibat penyayatan?, seberapa berat keluhan nyeri terasa?,
bagaimana rasanya?, seberapa sering terjadinya?, apakah nyerinya menyebar?, skalanya
berapa (1-10)?, kapan keluhan nyeri tersebut mulai ditemukan?.
- Mengobservasi isyarat non-verbal dari kegelisahan, terutama ketidakefektifan
komunikasi (perawat dapat melihat/mengkaji dari ekspresi pasien).
- Perawat dapat memberikan perwatan analgesik.
- Menggunakan strategi komunikasi terapeutik untuk rasa sakit/nyeri yang dialami dan
sampaikan penerimaan dari tanggapan sabar atas rasa nyeri.
- Dari nyeri yang dirasakan klien, perawara dapat menentukan dampak dari pengalaman
rasa sakit terhadap mutu hidup (tidur, selera makan, pengamatan, suasana hati,
hubungan, kinerja dari pekerjaan, dan tanggung jawab dari peran).
- Menyelidiki dengan pasien tentang faktor yang meningkat / nyeri yang memburuk
(misalnya dengan beraktivitas).
- Perawat dapat menyediakan informasi tentang nyeri, seperti penyebab dari nyeri,
berapa lama akan bertahan dan mengantisipasi kegelisahan dari prosedur.

Evaluasi :
- S : Pasien mengatakan tidak terasa nyeri
- O : Keluhan nyeri dada, pusing, mual, sesak napas, dan lelah berkurang dan
hilang.
- A : Masalah teratasi semua.
- P : Hentikan intervensi.

TUGAS INDRI

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


(NOC) (NIC)

1 Penurunan Setelah dilakukan asuhan NIC


curah jantung keperawatan selama 1x 24
berhubungan jam klien tidak mengalami Cardiac Care
dengan penurunan curah
- Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas,
penurunan jantung,dengan kriteria :
lokasi,durasi).
kontraktivitas
- Tandavital dalam - Catat adanya disritmia jantung.
myokard
rentang normal (TD, - Catat adanya tanda dan gejala penurunan
(preload,
Nadi, RR). cardiac output.
afterload,
- Dapat mentoleransi - Monitor status kardiovaskuler.
kontraktilitas)
aktivitas, tidak ada - Monitor status pernafasan yang
kelelahan. menandakan gagal jantung.
- Tidak ada edema paru, - Monitor abdomen sebagai indikator
perifer, dan tidak ada penurunan perfusi.
asites - Monitor balance cairan.
- Tidak adapenurunan - Monitor adanya perubahan tekanan
kesadaran darah.
- Monitor respon klien terhadap efek
pengobatan anti aritmia.
- Mengatur periode latihan dan istirahat
untuk menghindari kelelahan.
- Monitor toleransi aktivitas pasien.
- Monitoradanya dispneu, fatigue,
takipneu, dan ortopneu.
- Anjurkan pasien untuk menurunkan
stress.

Vital Sign Monitoring


- Monitor TD, Nadi, Suhu, dan RR, Catat
adanya fluktuasi tekanan darah.
- Monitor vital sign saat pasien berbaring,
duduk dan berdiri.
- Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan.
- Monitor TD, Nadi, RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas.
- Monitor kualitas dari nadi.
- Monitor adanya pulsus paradoksus.
- Monotor adanya pulsus alterans.
- Monitor jumlah dan irama jantung.
- Monitor bunyi jantung.
- Monitor frekuensi dan irama pernafasan.
- Monitor suara paru.
- Monitor pola pernafasan abnormal.
- Monitor suhu, warna dan kelembaban
kulit.
- Monitor sianosis perifer.
- Monitor adanya cushing triad (tekanan
nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik).
- Identifikasi penyebab dan perubahan vital
sign.

Implementasi :
Cardiac Care
- Mengevaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi)
- Mencatat adanya disritmia jantung
- Mencatat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output
- Memonitor status kardiovaskuler
- Memonitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
- Memonitor abdomen sebagai indikator penurunan perfusi
- Memonitor balance cairan
- Memonitor adanya perubahan tekanan darah
- Memonitor respon klien terhadap efek pengobatan anti aritmia
- Mengatur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
- Memonitor toleransi aktivitas pasien
- Memonitor adanya dispneu, fatigue, takipneu, dan ortopneu
- Menganjurkan pasien untuk menurunkan stress

Vital Sign Monitoring


1. Memonitor TD, Nadi, Suhu, dan RR
2. Mencatat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Memonitor vital sign saat pasien berbaring, duduk dan berdiri
4. Mengauskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
5. Memonitor TD, Nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
6. Memonitor kualitas dari nadi
7. Memonitor adanya pulsus paradoksus
8. Memonitor adanya pulsus alterans
9. Memonitor jumlah dan irama jantung
10. Memonitor bunyi jantung
11. Memonitor frekuensi dan irama pernafasan
12. Memonitor suara paru
13. Memonitor pola pernafasan abnormal
14. Memonitor suhu, warna dan kelembaban kulit
15. Memonitor sianosis perifer
16. Memonitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan
sistolik)
17. Mengidentifikasi penyebab dan perubahan vital sign

Evaluasi

- S : Pasien mengatakan tidak sesak nafas


- O : Tanda vital dalam rentang normal (TD, Nadi, RR).
Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan.
Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites.
Tidak ada penurunan kesadaran.
- A : Masalah teratasi.
- P : Hentikan intervensi.

Anda mungkin juga menyukai