TINJAUAN PUSTAKA
menyerang penyakit parenkim paru. Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel yang
berarti tonjolan kecil dan keras yang terbentuk waktu sistem kekebalan
3.1.2 Klasifikasi
Ada beberapa klasifikasi TB paru menurut Depkes 2007, yaitu :
a. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
1. Tuberkulosis paru
(parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
b. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis
BTA positif.
OAT.
pengobatan.
a. Kasus baru
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih
dengan BTA positif.
kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
3.1.3 Etiologi
tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA).
batuk atau bersin. Penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet
(percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada
suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut
dari paru kebagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, saluran nafas,
parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular
penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman),
tersebut.
3.1.4 Diagnosis
utama. Pemeriksaan lain seperti radiologi, biakan dan uji kepekaan dapat
toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada TB
3.1.4.1 Gejala
a) Gejala sistemik/umum
b) Gejala khusus
o Batuk berdarah
o Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-
3.1.4.2 Tanda
dan kelainan struktural paru. Pada lesi minimal, pemeriksaan fisis dapat
normal atau dapat ditemukan tanda konsolidasi paru utamanya apeks paru.
Pada lesi luas dapat pula ditemukan tanda-tanda seperti : deviasi trakea
ke sisi paru yang terinfeksi, tanda konsolidasi, suara napas amporik pada
spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan
berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot
2. P(pagi): Dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah
Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang Tuliskan jumlah BTA yang ditemukan
pandang /100 lapang pandang
indikasi ialah foto lateral, top lordotik, oblik, CT-Scan. Pada kasus
o Efusi Pleura
Gambaran radiologi yang dicrigai Tb paru inaktif 11:
O Fibrotik, terutama pada segmen apical dan atau posterior lobus atas
o Kalsifikasi.
o Penebalan pleura
kuman tahan asam yang sifatnya berbeda dengan kuman lain karena tumbuhnya
sangat lambat dan cepat sekali timbul resistensi bila terpajan dengan satu obat.
Umumnya antibiotika bekerja lebih aktif terhadap kuman yang cepat membelah
perkembangan penemuan obat antimikobakteri baru jauh lebih sulit dan lambat
1. Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol setiap
hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH dan rifampisin
Diberikan kepada :
a. Penderita kambuh.
efek samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping, oleh karena
1. Isoniazid (INH)
Sebagian besar pasien Tb parudapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek
2. Rifamisin
o Sindrom perut berupa sakit perut, mual, tidak nafsu makan, muntah kadang-
kadang diare
Efek samping yang berat tetapi jarang terjadi ialah :
o Hepatitis imbas obat atau ikterik, bila terjadi hal tersebut OAT harus
khusus
o Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal. Bila salah
satu dari gejala ini terjadi, rifampisin harus segera dihentikan dan jangan
air mata dan air liur. Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolisme
obat dan tidak berbahaya. Hal ini harus diberitahukan kepada pasien agar
3. Pirinizamid
Efek samping utama ialah hepatitis imbas obat (penatalaksanaan sesuai pedoman
Tb paru pada keadaan khusus). Nyeri sendi juga dapat terjadi (beri aspirin) dan
terjadi reaksi demam, mual, kemerahan dan reaksi kulit yang lain.
4. Etambutol
ketajaman, buta warna untuk warna merah dan hijau. Meskipun demikian
keracunan okuler tersebut tergantung pada dosis yang dipakai, jarang sekali terjadi
bila dosisnya 15-25 mg/kg BB perhari atau 30 mg/kg BB yang diberikan 3 kali
5. Streptomisin
Efek samping utama adalah kerusakan syaraf kedelapan yang berkaitan dengan
seiring dengan peningkatan dosis yang digunakan dan umur pasien. Risiko
tersebut akan meningkat pada pasien dengan gangguan fungsi ekskresi ginjal.
Gejala efek samping yang terlihat ialah telinga mendenging (tinitus), pusing dan
dan tuli). Reaksi hipersensitiviti kadang terjadi berupa demam yang timbul
tiba-tiba disertai sakit kepala, muntah dan eritema pada kulit. Efek samping
sementara dan ringan (jarang terjadi) seperti kesemutan sekitar mulut dan telinga
yang mendenging dapat terjadi segera setelah suntikan. Bila reaksi ini
menembus sawar plasenta sehingga tidak boleh diberikan pada perempuan hamil
3.2.1 Definisi
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (buruk) dan peptein
gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrum,
mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa penuh, sendawa, regurgitasi, dan
rasa panas yang menjalar di dada. Sindrom atau keluhan ini dapat disebabkan
atau didasari oleh berbagai penyakit, termasuk juga didalamnya penyakit yang
2006).
terhadap organ tubuh misalnya tukak (ulkus peptikum), gastritis, stomach cancer,
organic yaitu :
Tukak dapat ditemukan pada saluran cerna bagian atas yaitu pada
tertekan, penuh atau terasa perih seperti orang lapar. Nyeri epigastrum
dapat berkurang atau hilang sementara sesudah makan atau setelah minum
b) Gastritis
dan submukosa lambung. Gejala yang timbul seperti mual, muntah, nyeri
berlebihan.
di dada (hearthburn), kadang disertai rasa nyeri serta gejala lain seperti
rasa panas dan pahit di lidah, serta kesulitan menelan. GERD muncul
dianjurkan untuk tidur dengan posisi kepala lebih tinggi 6– 8 inchi dari
3.2.3 Patofisiologi
berbagai macam penyebab. Penyebab tersebut antara lain karena motilitas saluran
bakteri Helicobacter pylori, faktor psikososial, dan faktor lain seperti lingkungan
dan pola makan (Yaranadi, 2013). Perubahan pola makan yang tidak teratur
rasa nyeri atau ketidaknyamanan pada perut bagian atas. Gejala lain yang
menyertai antara lain kembung, sendawa, merasa cepat kenyang setelah makan,
mual, dan muntah. Gejala tersebut sering kali dihubungkan dengan makan. Rasa
terbakar pada dada (heartburn) dan cairan yang terasa pahit pada
terjadi seperti datang dan pergi atau tidak berlangsung terus menerus sepanjang
waktu (Kenny,2014).
3.2.5 Penatalaksanaan
Antasida merupakan alkali yang dapat berbentuk cair atau tablet yang
mengkonsumsi alkohol.
DAFTAR PUSTAKA
1. American Heart Association. Heart Disease and Stroke Facts, 2006 Update.
2. Baughman, C. Diane & Hackley JoAnn. Keperawatan Medikal Bedah Buku Saku untuk
Brunner dan Suddarth, Edisi 1, Alih bahasa: Yasmin asih, Editor Monica Ester, Jakarta:
EGC. 2000.
5. Caroline, Stevany. 2011. Gambaran Faktor Demografi, Penyakit Gaya Hidup Pada
Congestive Heart Failure (CHF) di RSUP DR.Wahidin Sudirohusodo dean RS. Stella
Maris Makassar Tahun 2011. Available from:
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/385
6. Centers for Disease Control and Prevention. The Burden of Heart Disease and Stroke
in the United States: State and National Data, 1999. Atlanta: Centers for Disease Control
and Prevention, 2004.
10. Fathoni M. Penyakit Jantung Koroner. Surakarta : Universitas Sebelas maret press.2011.
11. Gordon F. T. dan Douglas P.Z. What Causes Sudden Death in Heart Failure.
12. Harbanu H Mariyono & Anwar Maryono. Faktor Risiko Gagal Jantung. Jakarta: EGC.
2007.
13. Price Sylvia A.,Wilson Loraine M., Carol T. B. Patofisiologi. Konsep Klinis proses-
proses Penyakit. Jakarta: EGC. 2006.