REKOMENDASI TERAPI
A. Pasien 1
1. Obat Amiodaron dengan Candesartan memiliki interaksi obat dengan
level serius, yaitu mekanisme interaksi obatnya adalah penggunaan
obat bersamaan dapat meningkatkan interval QT maka
rekomendasinya yaitu monitoring ECG terjadinya bradikardi dan
abnormalitas pada elektrolit (Medscape).
2. Obat Aspirin dengan Clopidogrel memiliki interaksi obat dengan level
monitoring, yaitu mekanisme interaksi obatnya adalah penggunaan
obat bersamaan dapat meningkatkan resiko pendarahan
(farmakodinamik sinergisme) maka rekomendasinya yaitu monitoring
terjadinya pendarahan yang terjadi pada pasien misalnya melena,
muntah darah, lebam (Medscape).
3. Obat Aspirin dengan Candesartan memiliki interaksi obat dengan level
monitoring, yaitu mekanisme interaksi obatnya adalah penggunaan
obat secara bersamaan dapat menurunkan efek antihipertensi
(farmakodinamik anatagonism) maka rekomendasinya yaitu
monitoring penurunan efek antihipertensi dari Candesartan, dengan
resiko tekanan darah (Medscape).
4. Obat Ceftriaxon dalam pengobatan CAP yang diberikan kepada pasien
belum menunjukkan gejala perbaikan dihari ke-4 penggunaan.
Sebaiknya pemberian Ceftriaxon untuk pasien CAP di kombinasikan
dengan Makrolid, Ceftriaxone IV 1 gram 1x1 dan Azitromicin IV 500
mg 1x1 (Dipiro).
5. Dosis Ondansetron terlalu besar. Sebaiknya Ondansetron diberikan
sebanyak 8-12 mg/hari (DIH)
6. Pasien memiliki Hb, LED, dan eritrosit dibawah nilai normal.
Sebaiknya pasien mendapatkan terapi anemia yaitu Ferro Sulfat 60 mg
1x1 tablet.
78
79
B. Pasien 2
1. Pemberian rantin inj IV (2x50 mg) dosisnya kurang. Sebaiknya
frekuensi pemberian ditingkatkan menjadi 3-4 kali perhari.
2. Hasil foto thorax pasien bronkitis kronis namun belum ada terapi,
jadi rekomendasi nya secara non farmakologi terlebih dahulu yaitu
menjalankan pola hidup sehat makan sayur dan buah-buahan serta
terutama berhenti kebiasaan pasien merokok karena dapat
memperburuk gejala bronkitis kronis dan menyarankan kepada
dokter untuk memberikan obat bronkodilator dan steroid.
Bronkodilator berfungsi untuk memperlebar diameter saluran
napas bisa lega. Cara kerjanya dengan merelaksasi otot yang
melingkari saluran napas. Contoh bronkodilator adalah albuterol,
metaproterenol, formoterol, salmeterol. Sedangkan steroid
berfungsi untuk mengurangi peradangan sehingga saluran napas
tidak lagi membengkak dan lendir tidak lagi diproduksi. Dengan
demikian, keluar masuknya udara dapat berjalan lancar. Contoh
steroid untuk bronkitis kronis adalah budesonide, fluticasone,
beclomethasone, dan mometasone. Pada kasus dimana bronkitis
kronis ditumpangi infeksi bakteri, pengobatan dengan antibiotik
perlu dilakukan. Obat-obat antibiotik yang bisa diberikan antara
lain flourokuinolon, makrolida, sulfonamid, atau tetrasiklini. Pada
penderita yang mengalami kekurangan oksigen, perlu dilakukan
pemberian oksigen sebagai terapi pendukung.
3. Pemberian Captopril bersamaan dengan Ketorolac dapat
menurunkan fungsi ginjal dan ketorolac dapat
menurunkan/mengurangi efek captopril. Sebaiknya dilakukan
monitoring fungsi ginjal pasien dengan tanda dan gejala mual,
muntah, kehilangan nafsu makan, pembengkakan, sesak nafas,
kram otot dan pemantauan tekanan darah pasien.
4. Pemberian Rantin bersamaan dengan Metformin dapat
meningkatkan efek metformin sehingga perlu monitoring kadar
glukosa darah pasien.
80
C. Pasien 3
1. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium pasien didiagnosis
menderita stroke iskemik dengan hipokalemia. Tatalaksana (PERKKI,
2015) menyatakan bahwa obat-obat yang diperlukan dalam menangani
SKA berupa antiiskemia, antiplatelet, antikoagulan, inhibitor ACE dan
penghambat reseptor angiotensin, serta statin. Untuk obat-obat yang
digunakan pasien antiplatelet yang digunakan aspirin tablet 80mg,
statin yang digunakan yaitu simvastatin tablet 20mg.
2. Aspirin merupakan tatalaksana dasar pada pasien untuk mengurangi
gejala angina kecuali ada risiko perdarahan. Inhibisi cepat
siklooksigenase trombosit yang dilanjutkan reduksi kadar tromboxan
A2. Aspirin dapat menimbulkan efek samping misalnya tidak enak di
81