Anda di halaman 1dari 4

BAB V

REKOMENDASI TERAPI

A. Pasien 1
1. Obat Amiodaron dengan Candesartan memiliki interaksi obat dengan
level serius, yaitu mekanisme interaksi obatnya adalah penggunaan
obat bersamaan dapat meningkatkan interval QT maka
rekomendasinya yaitu monitoring ECG terjadinya bradikardi dan
abnormalitas pada elektrolit (Medscape).
2. Obat Aspirin dengan Clopidogrel memiliki interaksi obat dengan level
monitoring, yaitu mekanisme interaksi obatnya adalah penggunaan
obat bersamaan dapat meningkatkan resiko pendarahan
(farmakodinamik sinergisme) maka rekomendasinya yaitu monitoring
terjadinya pendarahan yang terjadi pada pasien misalnya melena,
muntah darah, lebam (Medscape).
3. Obat Aspirin dengan Candesartan memiliki interaksi obat dengan level
monitoring, yaitu mekanisme interaksi obatnya adalah penggunaan
obat secara bersamaan dapat menurunkan efek antihipertensi
(farmakodinamik anatagonism) maka rekomendasinya yaitu
monitoring penurunan efek antihipertensi dari Candesartan, dengan
resiko tekanan darah (Medscape).
4. Obat Ceftriaxon dalam pengobatan CAP yang diberikan kepada pasien
belum menunjukkan gejala perbaikan dihari ke-4 penggunaan.
Sebaiknya pemberian Ceftriaxon untuk pasien CAP di kombinasikan
dengan Makrolid, Ceftriaxone IV 1 gram 1x1 dan Azitromicin IV 500
mg 1x1 (Dipiro).
5. Dosis Ondansetron terlalu besar. Sebaiknya Ondansetron diberikan
sebanyak 8-12 mg/hari (DIH)
6. Pasien memiliki Hb, LED, dan eritrosit dibawah nilai normal.
Sebaiknya pasien mendapatkan terapi anemia yaitu Ferro Sulfat 60 mg
1x1 tablet.

78
79

B. Pasien 2
1. Pemberian rantin inj IV (2x50 mg) dosisnya kurang. Sebaiknya
frekuensi pemberian ditingkatkan menjadi 3-4 kali perhari.
2. Hasil foto thorax pasien bronkitis kronis namun belum ada terapi,
jadi rekomendasi nya secara non farmakologi terlebih dahulu yaitu
menjalankan pola hidup sehat makan sayur dan buah-buahan serta
terutama berhenti kebiasaan pasien merokok karena dapat
memperburuk gejala bronkitis kronis dan menyarankan kepada
dokter untuk memberikan obat bronkodilator dan steroid.
Bronkodilator berfungsi untuk memperlebar diameter saluran
napas bisa lega. Cara kerjanya dengan merelaksasi otot yang
melingkari saluran napas. Contoh bronkodilator adalah albuterol,
metaproterenol, formoterol, salmeterol. Sedangkan steroid
berfungsi untuk mengurangi peradangan sehingga saluran napas
tidak lagi membengkak dan lendir tidak lagi diproduksi. Dengan
demikian, keluar masuknya udara dapat berjalan lancar. Contoh
steroid untuk bronkitis kronis adalah budesonide, fluticasone,
beclomethasone, dan mometasone. Pada kasus dimana bronkitis
kronis ditumpangi infeksi bakteri, pengobatan dengan antibiotik
perlu dilakukan. Obat-obat antibiotik yang bisa diberikan antara
lain flourokuinolon, makrolida, sulfonamid, atau tetrasiklini. Pada
penderita yang mengalami kekurangan oksigen, perlu dilakukan
pemberian oksigen sebagai terapi pendukung.
3. Pemberian Captopril bersamaan dengan Ketorolac dapat
menurunkan fungsi ginjal dan ketorolac dapat
menurunkan/mengurangi efek captopril. Sebaiknya dilakukan
monitoring fungsi ginjal pasien dengan tanda dan gejala mual,
muntah, kehilangan nafsu makan, pembengkakan, sesak nafas,
kram otot dan pemantauan tekanan darah pasien.
4. Pemberian Rantin bersamaan dengan Metformin dapat
meningkatkan efek metformin sehingga perlu monitoring kadar
glukosa darah pasien.
80

5. Pemberian Aspirin bersamaan dengan Clopidogrel, keduanya dapat


menyebabkan perdarahan sehingga perlu dilakukan monitoring
terjadinya pendarahan yang terjadi pada pasien misalnya melena,
muntah darah, lebam .
6. Pemberian Phenitoin bersamaan dengan Metformin menyebabkan
Phenytoin dapat menurunkan efek dari Metformin jadi perlu
adanya monitoring kadar glukosa darah pasien beresiko terjadinya
hipoglikemia.
7. Pemberian Phenytoin bersamaan dengan Clopidogrel
menyebabkan Phenytoin akan meningkatkan efek clopidogrel
dengan mempengaruhi metabolism enzim CYP3A4 yang ada
dihati/saluran cerna jadi perlu adanya pemantauan kondisi pasien
terjadinya pendarahan.
8. Pemberian rantin bersamaan dengan phenytoin menyebabkan
Rantin dapat meningkatkan efek phenytoin
9. Pemberian phenytoin bersamaan dengan diazepam, phenytoin
dapat menurunkan efek diazepam dengan mempengaruhi enzim
dihati dan saluran cerna maka rekomendasi terhadap pasien perlu
adanya monitoring kondisi pasien terjadinya kejang.

C. Pasien 3
1. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium pasien didiagnosis
menderita stroke iskemik dengan hipokalemia. Tatalaksana (PERKKI,
2015) menyatakan bahwa obat-obat yang diperlukan dalam menangani
SKA berupa antiiskemia, antiplatelet, antikoagulan, inhibitor ACE dan
penghambat reseptor angiotensin, serta statin. Untuk obat-obat yang
digunakan pasien antiplatelet yang digunakan aspirin tablet 80mg,
statin yang digunakan yaitu simvastatin tablet 20mg.
2. Aspirin merupakan tatalaksana dasar pada pasien untuk mengurangi
gejala angina kecuali ada risiko perdarahan. Inhibisi cepat
siklooksigenase trombosit yang dilanjutkan reduksi kadar tromboxan
A2. Aspirin dapat menimbulkan efek samping misalnya tidak enak di
81

perut, mual, dan perdarahan. Pemberian aspirin 80mg dilakukan mulai


tanggal 11 November 2018 (awal pasien masuk) Pada tanggal 16
November 2018 pasien mengeluhkan nyeri pada lambungnya yang
diduga akibat terapi antiplatelet yang didapat pasien selama
pengobatan sehingga pasien diberikan terapi omeprazole 40mg injeksi.
Pasien juga diberi KSR (kalium klorida) tablet 600mg pada awal
masuk. Hal itu kemungkinan disebabkan karena pasien dengan
hypokalemia. Selanjutnya pasien diberi terapi Kalipar (Potassium L-
Aspartate) tablet 300mg pada tanggal 13 November dan bioprexum
tablet 5mg (perindropil argine) pada tanggal 14 November 2018.
Pengobatan berlangsung sampai tanggal 20 November 2018. Dan pada
tanggal 21 November diperbolehkan pulang.
3. Pasien mendapatkan pengobatan aspilet tablet 80mg, kalipar tablet
300mg, simvastatin 10mg, bioprexum 2.5mg dan omeprazole 20mg.
Pasien telah mendapatkan terapi pulang dengan indikasi, dosis,
frekuensi, waktu pemberian yang sesuai.
4. Stroke iskemik merupakan suatu proses inflamasi pada pembuluh
darah arteri ke otak akibat plak yang mengalami aterosklerosis koyak
atau pecah dan disertai dengan disfungsi endotel. Atorvastatin perlu
diberikan segera setelah pasien masuk rumah sakit bila tidak ada
kontraindikasi atau riwayat intoleransi, tanpa memandang nilai
kolesterol inisial. Statin pada penderita stroke iskemik untuk
menurunkan kematian dan kejadian kardiovaskular. ACC/AHA juga
menganjurkan penggunaan statin sebelum pasien dipulangkan dari RS.
Secara keseluruhan, terapi yang diterima pasien sudah sesuai dengan
algoritma terapi SKA ( DIPIRO. 2015 dan PERKI.2015 dan sudah
sesuai literature (Lexicomp, PubChem, MIMS.com). Rekomendasi
perlu untuk melakukan pemeriksaan laboratorium secara berkala untuk
memantau reaksi pengobatan. Pemanatauan kadar kalium darah
diperlukan karena adanya potensi pasien mengalami hyperkalemia.

Anda mungkin juga menyukai