Anda di halaman 1dari 51

TUGAS KELOMPOK

SURVEI ILMU LINGKUNGAN

ANGGOTA KELOMOK 4 :
I WAYAN SUARBAWA 1561121078
I MADE SAKA BAGASKARA 1661121005
KADEK SURYA ARYASTANA DWI CAHYAA 1661121012
IDA BAGUS ARGA IVA SUDIKSA 1661121017
I PUTU ADITYA PUTRA ANDRIANA 1661121021
KADEK YOGA UNTUNG DINATA 1661121025
I MADE SATRIA DHARMAYOGA 1661121029
A.A NGH BILLY NARENDRA 1661121033
I GEDE YOGI ASTAWA WIJAYA 1661121038
I PUTU GEDE AGUS KRISNANDA 1661121043
I MADE PANDE SATYA NARAYANA 1661121050
ARELCIA MAECIA DUARTE CRISTOVAO 1661121099
IMAM GOZALI 1661121052
KOMANG SUARJAYA 1661121059
I KOMANG DANDI SASTRAWAN 1661121068
SAPUTRA ADI WIBAWA 1661121077
I WAYAN SANJAYA 1661121082
I GEDE NOVA WIDIANTARA 1661121087
I KOMANG RESTU YUDHA 1661121096

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS WARMADEWA
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
karena atas asung kerta waranugrahanya-lah sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan hasil survey ilmu lingkungan di Denpasar Barat.
Tugas laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh nilai
tambah dalam mata kuliah “Ilmu Lingkungan” Fakultas Teknik, Jurusan Sipil,
Universitas Warmadewa. Penulis Menyadari bahwa selesainya penulisan laporan ini
banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak berupa petunjuk, bimbingan maupun
dorongan moril dan materil, terutama pada teman teman di Fakuttas teknik, jurusan
teknik sipil, universitas warmadewa, khususnya Teman-teman angkatan 2016, yang
telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan banyak terimaksih pada Bapak
Ir. I Wayan Muliawan, MT yang dalam hal ini beliau sebagai dosen pengajar sekaligus
pembimbing penyusunan laporan ini.
Saran dan kritikan yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan, karana
hal tersebut demi penyempurnaan dari makalah yang penuis buat ini, dan juga sebagai
motifasi penulis untuk lebih mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang
ilmu teknik sipil.

Denpasar, 4 november 2018

Tim penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ........................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 3
2.1 Definisi Ilmu Lingkungan ............................................................................... 3
2.1.2 Asas-Asas Ilmu Lingkungan .................................................................. 5
2.2 Pengertian Pencemaran ................................................................................. 17
2.2.1 Faktor-Faktor Penyebab Pencemaran .................................................. 17
2.3 Dampak Pencemaran Air .............................................................................. 19
2.4 Program Kali Bersih ..................................................................................... 20
2.5 Analisis Dampak Lingkungan....................................................................... 24
BAB III METODELOGI ............................................................................................ 32
3.1 Waktu dan Lokasi Survei .............................................................................. 32
3.2 Jenis Metode Survei ...................................................................................... 33
3.3 Prosedur Survei ............................................................................................. 33
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................................... 35
BAB V PENUTUP ...................................................................................................... 40
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 40
5.2 Saran .................................................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 42
Lampiran ..................................................................................................................... 43

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lingkungan adalah satu kesatuan yang terdiri dari tumbuhan, hewan dan
manusia yang berada disekeliling kita dan berada di antara kita sendiri. Manusia dalam
kehidupannya sangat bergantung kepada lingkungannya, karena itu upaya untuk
melindungi, menjaga dan melestarikan lingkungan mutlak harus dilakukan sehingga
tidak terjadi kerusakan lingkungan. Manusia tidak dapat dipisahkan oleh
lingkungannya, segala kebutuhan hidupnya dipenuhi dengan memanfaatkan sumber
daya alam, baik berupa makhluk hidup ataupun yang tidak makhluk hidup yang
semuanya terdapat didalam lingkungannya. Masalah-masalah terganggu dan rusaknya
lingkungan hidup yang makin lama semakin meningkat baik dari segi kualitas ataupun
dari segi kuantitasnya seperti : pencemaran sungai, kebakaran hutan, penebangan liar,
banjir, penangkapan hewan langkah, dan lain-lain. Semuanya merupakan akibat dari
pemanfaatan sumber daya alam yang tidak memperhatikan dan mempertimbangkan
kelestarian lingkungan.
Maka, sangat dibutuhkan sekali kesadaran masyarakat terutama mahasiswa
dalam memelihara dan melestarikan lingkungan hidupnya, dan untuk mengembalikan
citra manusia sebagai makhluk yang tinggi derajatnya dan di perlukan pengetahuan
tentang lingkungan.
Pengetahuan ilmu lingkungan merupakan mata kuliah yang diharapkan dapat
memperluas cakrawala pengetahuan mahasiswa tentang keadaan lingkungan
masyarakat, sehingga wawasannya tidak terbatas pada bidang keahliannya masing-
masing. Selain itu, mahasiswa dapat berpikir secara “lintas sektoral” dan generalis
tentang masalah ilmu lingkungan merupakan mata kuliah dengan visi berkembangnya
mahasiswa sebagai manusia terpelajar yang kritis, peka dan arif dalam memahami
keragaman kesetaraan dan kemartabatan manusia yang dilandasi nilai-nilai estetika dan
etika dan moral dalam berkehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu kami melakukan
survei di sungai yang terdapat di kecamatan denpasar barat.

1
Kecamatan denpasar barat banyak terdapat sungai-sungai yang masih tercemar
dipenuhi sampah dan menimbulkan bau tidak sedap yang merebak di sepanjang aliran
sungai. Sampah plastik masih terlihat mengambang dibawa arus sungai, beberapa
diantaranya tersangkut sehingga menambah citra kumuh di permukiman penduduk.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat kami buat
laporan ini adalah :
1. Apa penyebab dari pencemara sungai ?
2. Apa dampak dari pencemaran sungai ?
3. Bagaimana cara menghadapi permasalahan pencemaran sungai yang terdapat
di Kecamatan Denpasar Barat ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, laporan ini bertujuan untuk memberikan
gambaran mengenai pencemaran lingkungan perairan khususnya sungai yang
diakibatkan oleh limbah. Secara khusus, laporan ini membahas tentang bagaimana
kondisi sungai dikawasan Denpasar barat
1.4 Manfaat
1. Memberikan informasi tentang sungai yang ada di Kecamatan Denpasar
Barat
2. Mengetahui tentang sungai yang termasuk dalam sungai bersih sekota
Denpasar
3. Mengetahui permasalahan-permasalahan tentang pencemaran dilingkungan
sungai
4. Memberikan informasi kepada masyarakat agar dapat menjaga lingkungan
di sekitar khususnya di kecamatan Denpasar Barat

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Ilmu Lingkungan


Ilmu Lingkungan adalah Ilmu interdisipliner untuk mengukur dan menilai
perubahan dan dampak kegiatan manusia thd ekosistem, sedemikian rupa sehingga
manusia dapat mengelola ekosistem tsb demi kehidupannya sendiri (Johnson, 1977).
Ilmu lingkungan juga ekologi yang menerapkan berbagai azas dan konsepnya kepada
masalah yang lebih luas, yang menyangkut pula hubungan manusia dengan
lingkungannya. Ilmu Lingkungan adalah ekologi terapan. Ilmu lingkungan ini
mengintegrasikan berbagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik anatara jasad
hidup (termasuk manusia) dengan dengan lingkungannya.

Ilmu lingkungan (environmental science atau envirology) adalah ilmu yang


mempelajari tentang lingkungan hidup. Ilmu Lingkungan adalah suatu studi yang
sistematis mengenai lingkungan hidup dan kedudukan manusia yang pantas di
dalamnya. Perbedaan utama ilmu lingkungan dan ekologi adalah dengan adanya misi
untuk mencari pengetahuan yang arif, tepat (valid), baru, dan menyeluruh tentang alam
sekitar, dan dampak perlakuan manusia terhadap alam. Misi tersebut adalah untuk
menimbulkan kesadaran, penghargaan, tanggung jawab, dan keberpihakan terhadap
manusia dan lingkungan hidup secara menyeluruh.

Ilmu lingkungan merupakan perpaduan konsep dan asas berbagai ilmu


(terutama ekologi, ilmu lainnya: biologi, biokimia, hidrologi, oceanografi,
meteorologi, ilmu tanah, geografi, demografi, ekonomi dan sebagainya), yang
bertujuan untuk mempelajari dan memecahkan masalah yang menyangkut hubungan
antara mahluk hidup dengan lingkungannya. Ilmu lingkungan merupakan penjabaran
atau terapan dari ekologi.

Ilmu Lingkungan merupakan salah satu ilmu yang mengintegrasikan berbagai


ilmu yang mempelajari jasad hidup (termasuk manusia) dengan lingkungannya, antara
lain dari aspek sosial, ekonomi, kesehatan, pertanian, sehingga ilmu ini dapat dikatakan

3
sebagai suatu poros, tempat berbagai asas dan konsep berbagai ilmu yang saling terkait
satu sama lain untuk mengatasi masalah hubungan antara jasad hidup dengan
lingkungannya. Asas di dalam suatu ilmu pada dasarnya merupakan penyamarataan
kesimpulan secara umum, yang kemudian digunakan sebagai landasan untuk
menguraikan gejala (fenomena) dan situasi yang lebih spesifik. Asas dapat terjadi
melalui suatu penggunaan dan pengujian metodologi secara terus menerus dan matang,
sehingga diakui kebenarannya oleh ilmuwan secara meluas. Tetapi ada pula asas yang
hanya diakui oleh segolongan ilmuwan tertentu saja, karena asas ini hanya merupakan
penyamarataan secara empiris saja dan hanya benar pada situasi dan kondisi yang lebih
terbatas, sehingga terkadang asas ini menjadi bahan pertentangan. Namun demikian
sebaliknya apabila suatu asas sudah diuji berkali-kali dan hasilnya terus dapat
dipertahankan, maka asas ini dapat berubah statusnya menjadi hukum. Begitu pula
apabila asas yang mentah dan masih berupa dugaan ilmiah seorang peneliti, biasa
disebut hipotesis Hipotesis ini dapat menjadi asas apabila diuji secara terus menerus
sehingga memperoleh kesimpulan adanya kebenaran yang dapat diterapkan secara
umum. Untuk mendapatkan asas baru dengan cara pengujian hipotesis ini disebut cara
induksi dan kebanyakan dipergunakan dalam bidang-bidang biologi, kimia dan fisika.
Disini metode pengumpulan data melalui beberapa percobaaan yang relatif terbatas
untuk membuat kesimpulan yang menyeluruh. Sebaliknya cara lain yaitu dengan cara
deduksi dengan menggunakan kesimpulan umum untuk menerangkan kejadian yang
spesifik. Asas baru juga dapat diperoleh dengan cara simulasi komputer dan
penggunaan model matematika untuk mendapatkan semacam tiruan keadaan di alam
(mimik). Cara lain juga dapat diperoleh dengan metode perbandingan misalnya dengan
membandingkan antara daerah yang satu dengan yang lainnya. Cara-cara untuk
mendapatkan asas tersebut dapat dikombinasikan satu dengan yang lainnya.

Asas di dalam suatu ilmu yang sudah berkembang digunakan sebagai landasan
yang kokoh dan kuat untuk mendapatkan hasil, teori dan model seperti pada ilmu
lingkungan. Untuk menyajikan asas dasar ini dilakukan dengan mengemukakan
kerangka teorinya terlebih dahulu, kemudian setelah dipahami pola dan organisasi

4
pemikirannya baru dikemukakan fakta-fakta yang mendukung dan didukung, sehingga
asas-asas disini sebenarnya merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan tidak
dapat dipisahkan satu sama lain (sesuai dengan urutan logikanya).

2.1.2 Asas-Asas Ilmu Lingkungan


1. ASAS 1: (HUKUM THERMODINAMIKA I)
Semua energi yang memasuki sebuah organisme hidup, populasi atau
ekosistem dapat dianggap sebagai energi yang tersimpan atau terlepaskan.
Energi dapat diubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain tetapi tidak dapat
hilang, dihancurkan atau diciptakan. Asas ini adalah sebenarnya serupa dengan
hokum Thermodinamika I, yang sangat fundamental dalam fisika. Asas ini
dikenal sebagai hukum konservasi energi dalam persamaan matematika.
Contoh:
Banyaknya kalori, energi yang terbuang dalam bentuk makanan diubah
oleh jasad hidup menjadi energi untuk tumbuh, berbiak, menjalankan proses
metabolisme, dan yang terbuang sebagai panas. Pemisahan energi yang masuk
jadi dua komponen. Jumlah energi yang masuk dan keluar dari suatu pemisahan
atau suatu proses, berupa materi. Jumlah energi yang masuk dan keluar dari
suatu pemisahan atau suatu proses, berupa tenaga atau panas.
Asas 1 ini disebut juga dengan hukum konservasi energi, dalam ilmu
fisika sering disebut sebagai hukum termodinamika pertama. Asas ini
menerangkan bahwa energi dapat diubah, dan energi yang memasuki jasad
hidup, populasi ataupun ekosistem dianggap sebagai energi yang tersimpan
ataupun yang terlepaskan, sehingga dapat dikatakan bahwa sistem kehidupan
sebagai pengubah energi. Dengan demikian dalam sistem kehidupan dapat
ditemukan berbagai strategi untuk mentransformasi energi, maka dibutuhkan
“pembukuan masukan dan keluaran kalori dalam sistem kehidupan” Contohnya
makanan yang dimakan oleh hewan.
Dari gambar di atas dapat terlihat bahwa ternyata energi ada yang dapat
dimanfaatkan dan ada pula yang terbuang dan hal ini spesifik untuk masing-

5
masing spesies hewan tergantung bagaimana kemampuan dan strategi hewan
tersebut untuk melawan alam lingkungannya. Keberhasilan dalam melawan
lingkungan dapat diukur dengan peningkatan jumlah populasinya.

2. ASAS 2
Asas ini tak lain adalah hokum Thermodinamika II, Ini berarti energi
yang tak pernah hilang dari alam raya, tetapi energi tersebut akan terus diubah
dalam bentuk yang kurang bermanfaat.
Asas ini sama dengan hukum termodinamika kedua dalam ilmu fisika.
Hal ini berarti meskipun energi itu tidak pernah hilang, namun demikian energi
tersebut akan diubah dalam bentuk yang kurang bermanfaat. Secara
keseluruhan energi di planet kita ini terdegradasi dalam bentuk panas tanpa
balik, yang kemudian beradiasi ke angkasa. Dalam sistem biologi, energi yang
dimanfaatkan baik oleh jasad hidup, populasi maupun ekosistem kurang efisien,
karena masukan energi dapat dipindahkan dan digunakan oleh organisme hidup
yang lain. Contohnya pada piramida makanan, tingkatan konsumen yang paling
bawah mendapatkan asupan energi yang banyak, sebaliknya konsumen paling
atas hanya mendapatkan sedikit, disamping itu pada setiap tingkatanpun energi
tidak dimanfaatkan secara efisien (banyak terbuang). Energi yang dapat
dimanfaatkan oleh kita seperti tumbuhan, hewan, ikan dsb., itu termasuk
kategori sumber alam, namun demikian apakah sumber alam ini dapat diukur
manfaatnya dan apa batasan sumber alam tersebut.
Sumber alam adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh organisme
hidup, populasi, atau ekosistem yang pengadaannya hingga ke tingkat optimum
atau mencukupi, sehingga akan meningkatkan daya pengubahan energi.

3. ASAS 3
Pengubahan energi oleh system biologi harus Berlangsung pada
kecepatan yang sebanding dengan adanya materi dan energi di lingkungannya.

6
Pengaruh ruang secara asas adalah beranalogi dengan materi dan energi sebagai
sumber alam. Contoh:
A Ruang yang sempit: dpt mengganggu proses pembiakan organisme dg
kepadatan tinggi.
B Ruang yang terlaluluas: jarak antar individu dalam populasi semakin
jauh, kesempatan bertemu antara jantan dan betina semakin kecil
sehingga pembiakan akan terganggu. Jauh dekatnya jarak sumber
makanan akan berpengaruh terhadap perkembangan populasi. Waktu
sebagai sumber alam tidak merupakan besaran yang berdiri sendiri.
Misal hewan mamalia dipadang pasir, pada musim kering tiba
persediaan air habis di lingkungannya, maka harus berpindah kelokasi
yang ada sumber airnya. Berhasil atau tidaknya hewan bermigrasi
tergantung pada adanya cukup waktu dan energi untuk menempuh jarak
lokasi sumber air. Keaneka-ragaman juga merupakan sumberdaya alam.
Semakin beragam jenis makanan suatu spesies semakin kurang
bahayanya apabila menghadapi perubahan lingkungan yang dapat
memusnahkan sumber makanannya.
Materi dan energi sudah jelas termasuk kedalam sumber alam. Ruang
yang dimanfaatkan oleh organisme hidup untuk hidup, berkembang biak dsb.
dapat dianalogkan dengan materi dan energi, karena dibutuhkan, sehingga
secara asas termasuk katagori sumber alam. Begitu pula dengan waktu,
meskipun tidak dapat berdiri sendiri, namun termasuk kategori sumber alam,
karena berapa waktu yang dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk mendapatkan
makanan. Keanekaragaman juga termasuk ke dalam kategori sumber alam,
karena apabila suatu spesies hanya memakan satu spesies saja akan mudah
terancam punah, namun apabila makanannya beranekaragam dia akan mampu
“survive”. Asas 3 ini mempunyai implikasi yang penting bagi kehidupan
manusia untuk mencapai kesejahteraannya

7
4. ASAS 4 :
Untuk semua kategori sumber daya alam, kalau pengadaannya sudah
mencapai optimum, pengaruh unit kenaikannya sering menurun dengan
penambahan sumberalam itu sampai ke suatu tingkat maksimum. Melampaui
batas maksimum ini tak akan ada pengaruh yang menguntungkan lagi.
Untuk semua kategori sumberalam (kecuali keanekaragaman dan
waktu) kenaikan pengadaannya yang melampui batas maksimum, bahkan akan
berpengaruh merusak karena kesan peracunan. Ini adalah asas penjenuhan.
Untuk banyak gejala sering berlaku kemungkinan penghancuran yang
disebabkan oleh pengadaan sumberalam yang sudah mendekati batas
maksimum.
Asas 4 tersebut terkandung arti bahwa pengadaan sumberalam
mempunyai batas optimum, yang berarti pula batas maksimum, maupun batas
minimum pengadaan sumberalam akan mengurangi daya kegiatan sistem
biologi. Contoh:
Pada keadaan lingkungan yang sudah stabil, populasi hewan atau
tumbuhannya cenderung naik-turun (bukan naik terus atau turun terus).
Maksudnya adalah akan terjadi pengintensifan perjuangan hidup, bila
persediaan sumberalam berkurang. Tetapi sebaliknya, akan terdapat
ketenangan kalau sumberalam bertambah. Untuk semua kategori sumberdaya
alam (kecuali keanekaragaman dan waktu) kenaikan pengadaannya yang
melampaui batas maksimum, bahkan akan berpengaruh merusak karena kesan
peracunan. Ini adalah asas penjenuhan. Untuk banyak gejala sering berlaku
kemungkinan penghancuran yang disebabkan oleh pengadaan sumber alam
yang sudah mendekati batas maksimum.
Pada asas ini mempunyai arti bahwa pengadaan sumber alam
mempunyai batas optimum, yang berarti bahwa batas maksimum maupun
minimum sumber alam akan mengurangi daya kegiatan sistem biologi. Dari sini
dapat ditarik suatu arti yang penting, yaitu karena adanya ukuran optimum

8
pengadaan sumber alam untuk populasi, maka naik turunnya jumlah individu
populasi itu tergantung pada pengadaan sumber alam pada jumlah tertentu.
5. ASAS 5 :
Pada asas 5 ini ada dua hal penting, pertama jenis sumber alam yang
tidak dapat menimbulkan rangsangan untuk penggunaan lebih lanjut,
sedangkan kedua sumber alam yang dapat menimbulkan rangsangan untuk
dapat digunakan lebih lanjut. Contoh:
Suatu jenis hewan sedang mencari berbagai sumber makanan.
Kemudian didapatkan suatu jenis tanaman yang melimpah di alam, maka hewan
tersebut akan memusatkan perhatiannya kepada penggunaan jenis makanan
tersebut. Dengan demikian, kenaikan sumberalam (makanan) merangsang
kenaikan pendayagunaan.
6. ASAS 6:
Asas ini adalah pernyataan teori Darwin dan Wallace. Pada jasad hidup
terdapat perbedaan sifat keturunan Dalam hal tingkat adaptasi terhadap faktor
lingkungan fisik atau biologi. Kemudian timbul kenaikan kepadatan
populasinya sehingga timbul persaingan. Jasad hidup yang kurang mampu
beradaptasi akan kalah dalam persaingan. Dapat diartikan pula bahwa jasad
hidup yang adaptif akan mampu menghasilkan banyak keturunan daripada yang
non-adaptif.
Pada asas ini berlaku “seleksi alam”, artinya bagi spesies-spesies yang
mampu beradaptasi baik dengan faktor biotik maupun abiotik, dia akan berhasil
daripada yang tidak dapat menyesuaikan diri. Dapat diartikan pula, spesies yang
adaptif akan mampu menghasilkan keturunan lebih banyak daripada yang non
adaptif, Sehingga individu-individu yang adaptif ini mempunyai kesan lebih
banyak merusak

9
7. ASAS 7
“Mudah diramal” : : adanya keteraturan yang pasti pada pola faktor
lingkungan pada suatu periode yang relatif . lama. Terdapat fluktuasi turun-
naiknya kondisi lingkungan di semua habitat, tetapi mudah dan sukarnya untuk
diramal berbeda dari satu habitat ke habitat lain.
Dengan mengetahui keadaan optimum pada faktor lingkungan bagi
kehidupan suatu spesies, maka perlu diketahui berapa lama keadaan tersebut
dapat bertahan.
Pada asas ini arti kata “mudah diramal” ialah adanya keteraturan yang pasti
pada pola faktor lingkungan dalam suatu periode yang relatif lama. Adanya
fluktuasi turun-naiknya kondisi lingkungan, besar-kecilnya fluktuasi, dan dan
sukar-mudahnya untuk diramal berbeda untuk semua habitat. Sehingga
diharapkan pada setiap lingkungan adanya penyebaran spesies yang berbeda-
beda kepadatannya. Apabila terjadi perubahan lingkungan sedemikian rupa,
maka akan terjadi perubahan pengurangan individu yang sedemikian rupa
sampai pada batas yang membahayakan individu-individu spesies tersebut.
Lingkungan yang stabil secara fisik merupakan lingkungan yang mempunyai
jumlah spesies yang banyak, dan mereka dapat melakukan penyesuaian
terhadap lingkungannya tersebut (secara evolusi). Sedangkan lingkungan yang
tidak stabil adalah lingkungan yang dihuni oleh spesies yang jumlahnya relatif
sedikit. Menurut Sanders (1969) bahwa komunitas fauna dasar laut mempunyai
keanekaragaman spesies terbesar, hal ini dijumpai pada habitat yang sudah
stabil sepanjang masa dan lama. Kemudian diinterpretasikan oleh Slobodkin
dan Sanders (!969) sebagai pengaruh lingkungan yang mudah diramal (stabil).
Maksudnya ialah semakin lama keadaan lingkungan dalam kondisi yang stabil,
maka semakin banyak keanekaragaman spesies yang muncul disitu sebagai
akibat berlangsungnya proses evolusi. Menurut Pilelou (1969) keadaan iklim
yang stabil sepanjang waktu yang lama, tidak saja melahirkan keanekaragaman
spesies yang tinggi, tetap juga akan menimbulkan keanekaragaman pola
penyebaran kesatuan populasi

10
8. ASAS 8
Kelompok taksonomi tertentu dari suatu jasad hidup ditandai oleh
keadaan lingkungannya yang khas (niche), tiap spesies mempunyai niche
tertentu. Spesies dapat hidup berdampingan dengan spesies lain tanpa
persaiangan, karena masing-masing mempunyai keperluan dan fungsi yang
berbeda di alam.
Pada asas ini menyatakan bahwa setiap spesies mempunyai nicia
tertentu, sehingga spesies-spesies tersebut dapat berdampingan satu sama lain
tanpa berkompetisi, karena satu sama lain mempunyai kepentingan dan fungsi
yang berbeda di alam. Tetapi apabila ada kelompok taksonomi yang terdiri atas
spesies dengan cara makan serupa, dan toleran terhadap lingkungan yang
bermacam-macam serta luas, maka jelas bahwa lingkungan tersebut hanya akan
ditempati oleh spesies yang keanekaragamannya kecil.
9. ASAS 9 :
Asas ini mengandung arti, bahwa efisiensi penggunaan aliran
energidalam sistem biologi akan meningkat dengan meningkatnya
kompleksitas organisasi sistem biologi dalam suatu komunitas.
Pada asas ini menurut Morowitz (1968) bahwa adanya hubungan antara
biomassa, aliran energi dan keanekaragaman dalam suatu sistem biologi.
10. ASAS 10
Sistem biologi menjalani evolusi yang Mengarah kepada peningkatan
efisiensi penggunaan energi dalam lingkungan fisik yang stabil, dan
memungkinkan berkembangnya keaneka-ragaman.
Dalam asas ini dapat disimpulkan bahwa sistem biologi mengalami
evolusi yang mengarah kepada peningkatan efisiensi penggunaan energi dalam
lingkungan fisik yang stabil, yang memungkinkan berkembangnya
keanekaragaman. Dengan kata lain kalau kemungkinan produktivitas
maksimum sudah ditetapkan oleh energi matahari yang masuk kedalam
ekosistem, sedangkan keanekaragaman dan biomassa masih dapat meningkat
dalam perjalanan waktu, maka jumlah energi yang tersedia dalam sistem biologi

11
itu dapat digunakan untuk menyokong biomassa yang lebih besar. Apabila asas
ini benar, maka dapat diharapkan bahwa dalam komunitas yang sudah
berkembang lanjut pada proses suksesi, rasio biomassa produktivitas akan lebih
tinggi bila dibandingkan dengan komunitas yang masih muda. Pada kenyataan
di alam memang demikian, sebab spesies bertambah, dan ditemukan pula
tumbuhan berkayu sehingga diperoleh stratifikasi.
Implikasi dari asas ini bahwa sebuah komunitas dapat dibuat tetap muda
dengan jalan memperlakukan fluktuasi iklim yang teratur. Atau pada komunitas
buatan lahan pertanian dengan jalan mengambil daun-daunannya untuk
makanan hewan.
11. ASAS 11
Ekosistem, populasi atau tingkat makanan yang sudah dewasa
memindahkan energi, biomasa, dan keanekaragaman dari tingkat organisasi
yang belum dewasa.
Dengan kata lain, energi, materi, dan keanekaragaman mengalir melalui
suatu kisaran yang menuju ke arah organisasi yang lebih kompleks. (Dari
subsistem yang rendah keanekara-gamannya subsistem yang tinggi
keanekaragamannya).
Arti dari asas ini adalah pada ekosistem, populasi yang sudah dewasa
memindahkan energi, biomassa, dan keanekaragaman tingkat organisasi ke
arah yang belum dewasa. Dengan kata lain, energi, materi dan keanekaragaman
mengalir melalui suatu kisaran yang menuju ke arah organisasi yang lebih
kompleks, atau dari subsistem yang lebih rendah keanekaragamannya ke
subsistem yang lebih tinggi keanekaragamannya
12. ASAS 12
Populasi dalam ekosistem yang belum mantap, kurang bereaksi
terhadap perubahan lingkungan fisikokimia dibandingkan dengan populasi
dalam ekosistem yang sudah mantap.

12
Populasi dalam lingkungan dengan kemantapan fisiko kimia yang cukup lama,
tak perlu berevolusi untuk meningkatkan kemampuannya beradaptasi dengan
keadaan yang tidak stabil.
Asas ini merupakan kelanjutan dari asas 6 dan 7. Apabila pemilihan
(seleksi) berlaku, tetapi keanekaragaman terus meningkat di lingkungan yang
sudah stabil, maka dalam perjalanan waktu dapat diharapkan adanya perbaikan
terus-menerus dalam sifat adaptasi terhadap lingkungan. Jadi, dalam ekosistem
yang sudah mantap dalam habitat (lingkungan ) yang sudah stabil, sifat
responsive terhadap fluktuasi faktor alam yang tak terduga ternyata tidak
diperlukan. Yang berkembang justru adaptasi peka dari perilaku dan biokimia
lingkungan sosial dan biologi dalam habitat itu. Evolusi pada lingkungan yang
sukar ditebak perubahan faktor alamnya cenderung memelihara daya plastis
anggota populasi. Sedangkan evolusi pada lingkungan yang mantap,
beranekaragam secara biologi cenderung menggunakan kompleksitas itu untuk
bereaksi terhadap kemungkinan beraneka-macam perubahan.Implikasi dari
asas ini bahwa sesungguhnya tidak ada sebuah strategi evolusi yang terbaik dan
mandiri, semua tergantung pada kondisi lingkungan fisik. Kesimpulannya
bahwa populasi pada ekosistem yang belum mantap, kurang bereaksi terhadap
perubahan lingkungan fisikokimia dibandingkan dengan populasi pada
ekosistem yang sudah mantap.
13. ASAS 13
Lingkungan yang secara fisik mantap memungkinkan terjadinya
penimbunan keanekaragaman biologi dalam ekosistem yang mantap, yang
kemudian dapat menggalakkan kemantapan populasi lebih jauh lagi.
Asas ini merupakan penjabaran dari asas 7, 9 dan 12. Pada komunitas
yang mantap, jumlah jalur energi yang masuk melalui ekosistem meningkat,
sehingga apabila terjadi suatu goncangan pada salah satu jalur, maka jalur yang
lain akan mengambil alih, dengan demikian komunitas masih tetap terjaga
kemantapannya. Apabila kemantapan lingkungan fisik merupakan suatu syarat
bagi keanekaragaman biologi, maka kemantapan faktor fisik itu akan

13
mendukung kemantapan populasi dalam ekosistem yang mantap dan komunitas
yang mantap mempunyai umpan-balik yang sangat kompleks. Disini ada
hubungan antara kemantapan ekosistem dengan efisiensi penggunaan energi.
14. ASAS 14
Derajat pola keteraturan naik-turunnya populasi tergantung pada jumlah
keturunan dalam sejarah populasi sebelumnya yang nanti akan mempengaruhi
populasi itu.
Asas ini merupakan kebalikan dari asas ke 13, tidak adanya
keanekaragaman yang tinggi pada rantai makanan dalam ekosistem yang belum
mantap, menimbulkan derajat ketidakstabilan populasi yang tinggi.
Ciri-Ciri Lingkungan/ Komunitas yang Mantap:
a. Jumlah jalur energi yang masuk melalui ekosistem meningkat
(banyak)
b. Lingkungan fisik mantap (mudah“diramal”)
c. Sistem control umpan balik (feedback) komunitas sangat kompleks
d. Efisiensi penggunaan energy
e. Tingkat keanekaragaman tinggi

Secara umum, unsur lingkungan dibedakan menjadi dua, yaitu


lingkungan biotik dan lingkungan abiotik.
1. Lingkungan Biotik
Lingkungan biotik (lingkungan organik) merupakan komponen makhluk
hidup yang menghuni planet bumi, terdiri atas mikroorganisme, seperti
bakteri dan virus, tumbuhan, hewan, dan manusia. Secara khusus,
lingkungan biotik diklasifikasikan menjadi: produsen, dalam hal ini
tumbuhan yang memproduksi sumber bahan makanan bagi makhluk hidup
lainnya; konsumen, yaitu hewan serta manusia; dan pengurai, yang
merupakan mikroorganisme yang merombak dan menghancurkan sisa-sisa
organisme yang telah mati. Termasuk ke dalam kelompok pengurai adalah
jamur, bakteri, dan cacing tanah.

14
2. Lingkungan Abiotik
Lingkungan abiotik merupakan kondisi yang terdapat di sekeliling makhluk
hidup berupa benda mati (unsur anorganik), seperti batuan, tanah, mineral,
dan udara. Lingkungan abiotik dinamakan juga lingkungan anorganik.
Matahari – Unsur lingkungan fisik berupa cahaya matahari berperan penting
dalam proses fotosintesis tumbuhan. Cahaya matahari juga dibutuhkan oleh
makhluk hidup lain terutama manusia, sebagai sumber energi. Air – Semua
makhluk hidup membutuhkan air untuk dapat bertahan hidup. Air adalah
unsur terpenting dari lingkungan fisik bagi kelangsungan hidup manusia dan
makhluk lainnya. Jika tidak ada air, maka akan terjadi bencana kekeringan.
Begitu pula jika keberadaan air berlebihan makan akan menjadi banjir air.
Udara – Unsur lingkungan fisik berupa udara tidak kalah penting dengan air.
Setiap makhluk hidup pasti bernapas. Udara dibutuhkan dalam proses
respirasi (bernapas) tersebut. Lapisan Udara terdiri dari berbagai macam gas.
Manusia dan hewan membutuhkan udara dalam bentuk oksigen, sedangkan
tumbuhan memerlukan udara dalam bentuk karbondioksida untuk
berfotosintesis. Tanah – Setiap makhluk hidup berpijak di atas tanah.
Mikroorganisme juga banyak yang tinggal di dalam tanah. Tanah juga dapat
menumbuhkan tanaman yang berguna sebagai bahan pangan bagi manusia
dan hewan. (baca juga : Sumber Daya Alam Tanah) Dalam sudut pandang
ekologi manusia, yaitu ilmu yang mempelajari dan menganalisis hubungan
timbal balik (interaksi dan interelasi) antara manusia dan lingkungannya,
unsur lingkungan hidup itu dibedakan atas tiga kelompok utama, yaitu
lingkungan alam (lingkungan fisik), sosial, dan budaya.
a. Lingkungan alam merupakan kondisi alamiah suatu wilayah yang
meliputi kondisi iklim, tanah, fisiografi, dan batuan.
b. Lingkungan sosial adalah manusia dengan semua aktivitas dan
karakternya, baik sebagai individu atau pribadi maupun makhluk sosial.

15
c. Lingkungan budaya adalah benda-benda hasil daya cipta manusia, seperti
bangunan, karya seni, sistem kepercayaan, dan tatanan kelembagaan
sosial.
d. Lingkungan social Komponen lingkungan yang ketiga yakni lingkungan
sosial. Lingkungan sosial ini merupakan suatu lingkungan yang mana
menjadi tempat bagi manusia untuk bersosialisasi. Kegiatan sosialisasi
yang dilakukan manusia dapat berwujud aktivitas antar sesama manusia
maupun aktivitas yang berhubungan dengan alam.
Terdapat dua jenis aktivitas manusia yang berhubungan dengan alam, yakni
asosiatif dan disosiatif. Aktivitas asosiatif yakni aktivitas yang menghasilkan
hubungan yang baik antara manusia dan alam. Misalnya aktivitas menanam
pohon di hutan yang gundul. Aktivitas tersebut berdampak pada hijaunya
hutan dan terlindunginya sumber mata air yang dibutuhkan manusia.
Sementara itu, aktivitas disosiatif adalah aktivitas yang menghasilkan
hubungan buruk dengan alam atau saling merugikan. Contohnya, membuang
sampah di sungai dapat mencemari ekosistem sungai dan lama kelamaan
menimbulkan bencana banjir yang merugikan manusia
3. Unsur Lingkungan Hidup Biotik
Sesuai namanya, unsur lingkungan hidup Biotik adalah unsur atau
komponen yang tersusun dari berbagai macam makhluk hidup bernyawa
yang ada di muka bumi ini atau pada lingkungan tertentu sebagai contoh
kecilnya. Contoh dari lingkungan hidup biotik adalah seperti manusia,
hewan, tumbuhan dan mikroorganisme yang hidup di suatu lingkungan.
4. Unsur Lingkungan Hidup Abiotik (Non Biotik)
Sedangkan untuk lingkungan hidup non biotik adalah sebuah tempat atau
kondisi pada suatu lingkungan yang menjadikannya sebagai penyusun
bentuk untuk mendukung terjadinya suatu yang dinamakan lingkungan.
Contohnya adalah seperti air, tanah, udara, bebatuan, dan benda mati
lainnya.

16
2.2 Pengertian Pencemaran
Pencemaran didefenisikan sebagai masuknya bahan dan energi oleh manusia
secara langsungatau tidak langsung kesuatu wilayah (air, daratan, atau udara) sehingga
menumbulkan dampak yang membahayakan, misalnya bahaya bagi kehidupan,
merugikan kesehatan manusia, mengurangi kenyamanan di wilayah tersebut. Bahan
pencemar beredar di udara, berada di air tawar atau laut dan mampu meresap di daratan
2.2.1 Faktor-Faktor Penyebab Pencemaran
Penyebab utama pencemaran atau polusi adalah aktivitas
manusia yang beranekaragam dalam rangka memenuhi kebutuhan
sandang yang secara langsung atau pun yang tidak langsung telah
memberikan dampak yang besar terhadap reduksi kerusakan maupun
pencemaran lingkungan Faktor-faktor penyebab pencemaran di bagi
menurut tempat yang masuknya bahan pencemar atau polutan:

1. Faktor-faktor pencemar di udara


Faktor-faktor pencemar atau polutan diudara merupakan efek
samping dari aktifitas manusia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya seperti, pencemaran polusi dari hasil pembakaran tak
sempurna seperti kendaraan bermotor, mobil, mesin-mesin pabrik,
indrustri kecil maupun besar seperti: pabrik semen Indarung dan
sebagainya. SO2 hasil pembakaran batu bara dan minyak bumi.
Berbagai senyawa hidrokarbon hasil pembakaran minyak yang tak
sempurna termasuk bizopirin. Senya penyebab kanker terkenal.
Nitrogen Oksida (NO, NO2) terbentuk sehingga ikatan antara O2
dan N2 karbonmonoksida (CO) yang dihasilkan dari pembakaran
bahan bakar arang yang tidak sempurna. Dengan bantuan sinar
matahari, oksida-oksida nitrogen. Senyawa hisrokarbon dan
oksigen tersebut dapay berubah secara kimia menghasilkan
senyawa peroksida yang sangat kuat seperi Peroksida Asetil Nitrat
(PAN). Senyawa-senyawa pencemar yang timbul secara tidak

17
langsung sangat merusak kehidupan tanaman atau tumbuh-
tumbuhan dan juga dapat menimbulkan kabut bercampur asap.
Kabut asap yang mengandung PAN ini menimbulkan iritasi pada
mata.Pencemaran udara kedua adalah asap rokok. Asap rokok
mengandung senyawa hidrokane dan termaksud benzo pirin. Dari
data terlihat, orang yang selalu terpapar pencemaran atau pengisap
rokok atau kedua-duanya terkena penyakit seperti bronchitis kronis,
asma, gangguan peredaran darah, dan kanker paru-paru.
2. Faktor pencemaran di air tawar
Faktor pencemaran pada ekosistem air tawar biasanya adalah
aktivitas industri yang membuang limbahnya. Kelompok polutan di
air tawar berupa logam berat, sianida, fenol, senya asam atau basa
dan sebagainya.
3. Faktor pencemar di tanah atau ekosistem daratan
Faktor pencemar ditanah berupa minyak atau sejenisnya seperti
pada kebocoran tangki. Bahan organik dari pembusukan organisme
mati, limbah pertanian, dan sebagainya. Deterjen berasl dari
pemukiman dan industri deterjen. Pestisida (herbisida, fungisida,
insektisida, bakteriosida, dan larvasida). Garam-garam organik dari
pupuk pada areal pertanian. Senyawa sintesis buatan industri
farmasi.
4. Faktor pencemaran di laut
Faktor pencemaran di laut seperti sampah rumah tangga yang di
bawa oleh aliran sungai kelaut, tumbuhan minyak bumi, buangan
limbah industri, ataupun limbah kimia nuklir. Sampah plastik
manusia yang bertebaran dan di bawa arus pasang surut dari daratan
dan lain sebagainya.

18
2.3 Dampak Pencemaran Air

Gambar 2.1 Pencemaran Air


Sumber : Google.com/image

Banyak badan air seperti sungai atau saluran air dekat daerah perkotaan yang
saat ini kondisinya sangat tercemar. Pencemaran air ini terjadi salah satunya karena
pembuangan sampah yang dilakukan oleh manusia. Selain itu, bahan kimia berbahaya
yang secara legal atau ilegal dibuang oleh industri manufaktur, pusat kesehatan,
sekolah, dan pasar juga. Adapun beberapa dampak pencemaran air yang menjadi akibat
dari perilaku demikian misalnya kematian biota air, kerusakan rantai makanan,
timbulnya wabah penyakit, dan kerusakan ekosistem perairan.
1. Kematian Biota Air
Masalah utama yang disebabkan oleh dampak pencemaran air adalah
terbunuhnya kehidupan yang tergantung pada badan air tersebut. Ikan,
kepiting, burung camar dan banyak hewan lain terbunuh karena adanya
polutan berbahaya yang meracuni habitat mereka. Contoh sederhana dari
dampak ini adalah hilangnya populasi ikan di badan sungai daerah
perkotaan. Jika kamu tinggal di kota, coba perhatikan sungai di tempat
tinggalmu. Adakah ikan-ikan besar yang berenang di sana?
2. Kerusakan Rantai Makanan
Dampak pencemaran air juga merusak tatanan rantai makanan alami yang
selama ini berlangsung dalam ekosistem air. Polutan seperti timbal yang
dimakan oleh ikan kecil, akan terbawa pada tingkat trofik selanjutnya. Ikan-

19
ikan besar, kerang, dan tingkat trofik di atasnya juga akan ikut merasakan
dampak dari polutan yang dimakan oleh si ikan kecil.
3. Wabah Penyakit
Kerusakan rantai makanan pada tahap selanjutnya akan berdampak pada
manusia. Ya, produk-produk dari badan air yang tercemar yang dikonsumsi
manusia akan mengakibatkan pada mewabahnya beberapa jenis penyakit.
Wabah penyakit hepatitis bisa timbul akibat konsumsi makanan laut yang
teracuni polutan, wabah kolera timbul karena pengolahan air minum yang
buruk dari sumber perairan yang tercemar, dan masih banyak lagi.
4. Kerusakan Ekosistem
Dampak pencemaran air pada tahap selanjutnya akan terjadi pada ekosistem.
Pencemaran air mengakibatkan kerusakan ekosistem yang berarti interaksi
antar makhluk hidup di suatu tempat akan berubah. Banyak daerah yang
sekarang jadi terkena pencemaran air karena kelalaian manusia dalam
menjaga kelestarian lingkungannya, dan di masa yang akan datang daerah-
daerah yang tercemar ini tentu akan membuat manusia mengalami banyak
kesulitan.
2.4 Program Kali Bersih

Gambar 2.2 Program Kali Bersih


Sumber : Google.com/image

Program Kali Bersih adalah salah satu program yang ditujukan untuk
meningkatkan kualitas air sungai sehingga memenuhi fungsi peruntukkannya
Yang menjadi latar belakang pelaksanaan Prokasih adalah :

20
Amanat kebijakan Nasional sebagaimana ditetapkan dalam UUD 1945, GBHN,
Undang-undang Nomor 4/1982 dan Undang-undang lain yang berkenaan dengan
lingkungan hidup dirangkumkan dan dirumuskan menjadi 3 butir amanat, yaitu :
1. Lingkungan hidup harus dikelola karena sangat penting bagi kehidupan dan
perikehidupan manusia termasuk kegiatan pembangunan;
2. Pelestarian fungsi lingkungan hidup dalam setiap kegiatan pembangunan,
sehingga lingkungan hidup tetap mampu mendukung pembangunan secara
berkelanjutan bagi kesejahteraan, baik untuk generasi sekarang maupun
generasi mendatang.
3. Peningkatan kualitas sumber daya manusia agar mampu menghadapi
tantangan dimasa mendatang yang makin berat.
Permasalahan yang dihadapi :
1. Kelestarian perairan sungai dapat terancam oleh penurunan kualitas
airnya (dapat dilihat dari : kekeruhan, kebusukan dan kehitaman air).
2. Kebutuhan air bersih untuk berbagai keperluan cenderung meningkat dari
tahun ke tahun, seiring dengan peningkatan jumlah dan kepadatan
penduduk serta peningkatan tingkat kesejahteraan, dan peningkatan
pembangunan sektor ekonomi, yang berdasarkan data statistik
menunjukan kecenderungan meningkat.

Program Kali Bersih disingkat dengan PROKASIH adalah program kerja


pengendalian pencemaran air sungai dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas air sungai agar tetap berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Program
ini diperkenalkan pada tanggal 9 Juni 1989 oleh Kementerian Negara dan
Lingkungan Hidup sebagai Clen River merupakan pendekatan dasar dalam
mengontrol debit limbah industri yang masuk ke badan/jalan air. Tahun 1990
mulai diimplementasikan oleh BAPEDAL (PP 20/1990 tentang water pollution
control regulation). Sungai Prokasih adalah Daerah Pengaliran Sungai (DPS)
yang ditetapkan akan dikendalikan pencemaran airnya melalui kegiatan
Prokasih. Ruas Sungai Prokasih adalah bagian dari Sungai Prokasih yang

21
ditetapkan sebagai batas ruang lingkup kegiatan Prokasih. Menteri adalah
Menteri yang ditugaskan mengelola lingkungan hidup. Bapedal adalah Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan. Gubernur adalah Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I, Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota dan Gubernur Kepala
Daerah Istimewa. Bupati/Walikotamadya adalah Bupati/Walikotamadya
Kepala Daerah Tingkat II Tim Prokasih Pusat adalah satuan kerja pelaksana
Prokasih di Tingkat Pusat yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Bapedal.
Tim Prokasih Daerah adalah Tim Prokasih Tingkat I dan/atau Tim Prokasih
Tingkat II.
a. Tujuan Prokasih :
i Tercapainya kualitas air sungai yang baik, sehingga dapat meningkatkan
fungsi sungai dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan;
ii Terciptanya sistem kelembagaan yang mampu melaksanakan
pengendalian pencemaran air secara efektif dan efisien;
iii Terwujudnya kesadaran dan tanggung jawab masyarakat dalam
pengendalaian pencemaran air.
b. Dalam rangka mewujudkan tujuan Prokasih, pelaksanaan Prokasih
dilakukan dengan pendekatan:
i. pengendalian sumber pencemaran yang strategis, dan dilakukan
secara bertahap dalam suatu program kerja;
ii. pelaksanaan program kerja sesuai dengan tingkat kemampuan
kelembagaan yang ada;
iii. pelaksanaan dan hasil program kerja harus dapat terukur dan
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat;
iv. penerapan pentaatan dan penegakan hukum dalam pengendalian
pencemaran air.
c. Sasaran Prokasih:
i. Meningkatnya kualitas air sungai pada setiap ruas sungai Prokasih
sampai minimal memenuhi baku mutu air yang sesuai dengan
peruntukannya.

22
ii. Menurunnya beban limbah dari tiap sumber pencemar, sampai
minimal memenuhi baku mutu limbah cair.
iii. Menguatnya sistem kelembagaan dalam pelaksanaan Prokasih.
d. Mekanisme
i. Gubernur menunjuk Wakil Gubernur sebagai penanggung jawab
harian Prokasih di Propinsi Daerah Tingkat I yang bersangkutan.
ii. Gubernur dapat menunjuk Bupati/Walikotamadya sebagai
penanggung jawab harian Prokasih di Daerah Tingkat II dalam
wilayah Propinsi Daerah Tingkat I yang bersangkutan.
iii. Gubernur menetapkan Tim Prokasih Daerah berdasarkan petunjuk
atau arahan yang diberikan oleh Menteri Dalam Negeri dan Kepala
Bapedal.
e. Pembiyaan
Segala biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan Prokasih:
i. Di Tingkat Pusat dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara dan/atau sumber dana lainnya;
ii. Di Tingkat Daerah dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah dan/atau sumber dana lainnya.
f. Pelaporan
i. Gubernur menyampaikan laporan Prokasih secara berkala kepada
Menteri, Menteri Dalam Negeri dan Kepala Bapedal.
ii. Bupati/Walikotamadya menyampaikan laporan Prokasih secara
berkala kepada Gubernur, Menteri, Menteri Dalam Negeri dan Kepala
Bapedal.
g. Pemberian penghargaan

Menteri memberi penghargaan kepada Pemerintah Daerah yang


melaksanakan Prokasih dan perusahaan/kegiatan usaha yang melaksanakan
pengendalian pencemaran dengan kinerja yang sangat baik; Pemberian
penghargaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini, diberikan

23
berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud Pasal 9 dan Pasal 15; Dalam
rangka pemberian penghargaan

i. Kepala Bapedal menetapkan kriteria dan tata laksana penilaian;


ii. Kepala Bapedal membentuk Tim Teknis dan Tim Penilai;
iii. Penilaian kinerja perusahaan/kegiatan usaha sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) Pasal ini dilaksanakan melalui Program Penilaian Kinerja
Perusahaan/Kegiatan Usaha (Proper Prokasih);
iv. Proper Prokasih sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) Pasal ini
ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
h. Organisasi Pelaksana Prokasih
i. Menteri bertangggung jawab dalam koordinasi kebijaksanaan Prokasih
secara nasional.
ii. Kepala Bapedal bertanggungjaab dalam koordinasi pelaksanaaan
pengendalian kegiatan Prokasih secara nasional. Kepala bapedal
membenuk Tim Prokasih Tingkat Pusat.
iii. Gubernur adalah penanggungjawab pelaksanaan Prokasih di tingkat
daerah.

2.5 Analisis Dampak Lingkungan


Analisis dampak lingkungan (di Indonesia, dikenal dengan nama AMDAL)
adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia. AMDAL ini
dibuat saat perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan memberikan pengaruh
terhadap lingkungan hidup di sekitarnya. Yang dimaksud lingkungan hidup di sini
adalah aspek abiotik, biotik dan kultural. Dasar hukum AMDAL di Indonesia
adalah Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012 tentang “Izin Lingkungan Hidup”
yang merupakan pengganti PP 27 Tahun 1999 tentang Amdal.

24
1. Dampak Yang Ditimbulkan
Perlunya dilakukan studi AMDAL sebelum usaha dilakukan mengingat
kegiatan-kegiatan investasi pada umumnya akan mengubah lingkungan
hidup. Oleh karena itu, menjadi penting untuk memerhatikan komponen-
komponen lingkungan hidup sebelum investasi dilakukan. Adapun
komponen lingkungan hidup yang harus dipertahankan dan dijaga serta
dilestarikan fungsinya, antara lain:
1. Hutan lindung, hutan konservasi, dan cagar biosfer.
2. Sumber daya manusia.
3. Keanekaragaman hayati.
4. Kualitas udara.
5. Warisan alam dan warisan udara.
6. Kenyamanan lingkungan hidup.
7. Nilai-nilai budaya yang berorientasi selaras dengan lingkungan hidup.
Kemudian, komponen lingkungan hidup yang akan berubah secara mendasar
dan penting bagi masyarakat disekitar suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan, seperti antara lain:
1. Kepemilikan dan penguasaan lahan
2. Kesempatan kerja dan usaha
3. Taraf hidup masyarakat
4. Kesehatan masyarakat
Berikut ini dampak negatif yang mungkin akan timbul, jika tidak dilakukan
AMDAL secara baik dan benar adalah sebagai berikut :
1. Terhadap tanah dan kehutanan
a. Menjadi tidak subur atau tandus.
b. Berkurang jumlahnya.
c. Terjadi erosi atau bahkan banjir.
d. Tailing bekas pembuangan hasil pertambangan akan merusak aliran
sungai berikut hewan dan tumbuhan yang ada disekitarnya.

25
e. Pembabatan hutan yang tidak terencana akan merusak hutan sebagai
sumber resapan air.
f. Punahnya keanekaragaman hayati, baik flora maupun fauna, akibat
rusaknya hutan alam yang terkena dampak dengan adanya
proyek/usaha.
2. Terhadap air
a. Mengubah warna sehingga tidak dapat digunakan lagi untuk keperluan
sehari-hari.
b. Berubah rasa sehingga berbahaya untuk diminum karena mungkin
mengandung zat-zat yang berbahaya.
c. Berbau busuk atau menyengat.
d. Mengering sehingga air disekitar lokasi menjadi berkurang.
e. Matinya binatang air dan tanaman disekitar lokasi akibat dari air yang
berubah warna dan rasa.
f. Menimbulkan berbagai penyakit akibat pencemaran terhadap air bila
dikonsumsi untuk keperluan sehari-hari.
3. Terhadap udara
a. Udara disekitar lokasi menjadi berdebu
b. Dapat menimbulkan radiasi-radiasi yang tidak dapat dilihat oleh mata
seperti proyek bahan kimia.
c. Dapat menimbulkan suara bising apabila ada proyek perbengkelan.
d. Menimbulkan aroma tidak sedap apabila ada usaha peternakan atau
industri makanan.
e. Dapat menimbulkan suhu udara menjadi panas, akibat daripada
keluaran industri tertentu.
4. Terhadap Karyawan
a. Akan menimbulkan berbagai penyakit terhadap karyawan dan
masyarakat sekitar.
b. Berubahnya budaya dan perilaku masyarakat sekitar lokasi akibat
berubahnya struktur penduduk.

26
c. Rusaknya adat istiadat masyarakat setempat, seiring dengan perubahan
perkembangan didaerah tersebut.
Alternatif penyelesaian yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak
diatas adalah sebagai berikut:
1. Terhadap tanah
a. Melakukan rehabilitasi.
b. Melakukan pengurukan atau penimbunan terhadap berbagai
penggalian yang menyebabkan tanah menjadi berlubang.
2. Terhadap air
a. Memasang filter/saringan air.
b. Memberikan semacam obat untuk menetralisir air yang tercemar.
c. Membuat saluran pembuangan yang teratur ke daerah tertentu.
3. Terhadap udara
a. Memasang alat kedap suara untuk mencegah suara bising.
b. Memasang saringan udara untuk menghindari asap dan debu.
4. Terhadap karyawan
a. Menggunakan peralatan pengaman.
b. Diberikan asuransi jiwa dan kesehatan kepada setiap pekerja
c. Menyediakan tempat kesehatan untuk pegawai perusahaan yang
terlibat.
d. Terhadap masyarakat sekitar
e. Menyediakan tempat kesehatan secara gratis kepada masyarakat.
f. Memindahkan masyarakat ke lokasi yang lebih aman.
2. TUJUAN DAN KEGUNAAN STUDI AMDAL
Tujuan AMDAL adalah menduga kemungkinan terjadinya dampak dari
suatu rencana usaha dan/atau kegiatan. Berikut adalah hal-hal yang
harus dilakukan dalam rangka mencapai tujuan studi AMDAL:
1. Mengidentifikasi semua rencana usaha yang akan dilaksanakan
2. Mengidentifikasi komponen-komponen lingkungan hidup yang
akan terkena dampak besar dan penting.

27
3. Memperkirakan dan mengevaluasi rencana usaha yang
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan
hidup.
4. Merumuskan RKL dan RPL.
Kegunaan dilaksanakannya studi AMDAL:
1. Sebagai bahan bagi perencana dan pengelola usaha dan
pembangunan wilayah.
2. Membantu proses pengambilan.
3. Memberi masukan untuk penyusunan desain rinci teknis dari
rencana usaha.
4. Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup dari rencana usaha.
5. Memberi informasi kepada masyarakat atas dampak yang
ditimbulkan dari suatu rencana usaha.
Wilayah Studi
Lingkup wilayah studi mencakup pada penetapan wilayah studi yang
digariskan dalam kerangka acuan untuk AMDAL dan hasil pengamatan
dilapangan. Batas wilayah studi AMDAL digambar pada peta dengan
skala yang memadai.
Pelingkupan Wilayah Studi
Penetapan lingkup wilayah studi dimaksudkan untuk membatasi
wilayah studi AMDAL sesuai hasil pelingkupan dampak besar dan
penting. Lingkup wilayah studi AMDAL ditetapkan berdasarkan
pertimbangan batas-batas ruang, sebagai berikut:
1. Batas Proyek
Yakni ruang dimana suatu rencana usaha melakukan kegiatan
prakonstruksi, konstruksi, dan operasi.
2. Batas Ekologis

28
Yakni ruang persebaran dampak dari suatu rencana usaha menurut
media transportasi limbah, termasuk ruang disekitar rencana usaha
yang secara ekologis memberi dampak terhadap aktivitas usaha.
3. Batas Sosial
Yakni ruang disekitar rencana usaha yang merupakan tempat
berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang diperkirakan akan
mengalami perubahan mendasar akibat suatu rencana usaha.
4. Batas Administratif
Ruang dimana masyarakat secara leluasa melakukan kegiatan sosial
ekonomi dan sosial budaya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Batas Ruang Lingkup Studi AMDAL
Yakni ruang yang merupakan kesatuan dari keempat wilayah diatas,
namun penentuannya disesuaikan dengan kemampuan pelaksana
yang biasanya memiliki keterbatasan sumber data.
Berikut ini 4 hal yang tercakup dalam studi AMDAL.
1. Penyajian informasi lingkungan (PIL) dan analisis dampak
lingkungan (Amdal) untuk studi bagi kegiatan yang direncanakan
2. Penyajian evaluasi lingkungan (PEL) dan studi evaluasi
lingkungan (SEL) bagi studi untuk kegiatan yang telah berjalan
3. Rencana kelola lingkungan (RKL), studi yang merencanakan
pengelolaan dampak kegiatan kepada lingkungannya.
4. Rencana pemantauan lingkungan (RPL), studi pemantauan
pengelolaan lingkungan.
5. Kerangka Acuan (KA), kerangka acuan yang memberikan dasar
arahan pelaksanaan SEL atau AMDAL dengan merinci hal-hal
yang perlu dilaksanakan dan bersifat khusus untuk kegiatan yang
telah berjalan atau sedang direncanakan.
Berdasarkan pasal 16 Undang-undang Republik Indonesia
nomor 4 tahun 1982 tentang ketentuan pokok pengelolaan

29
lingkungan hidup yang meneybutkan bahwa setiap rencana yang
diperkirakan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan,
wajib dilengkapi dengan analisis mengenai dampak lingkungan
atau disingkat AMDAL yang pelaksanaannya diatur dengan
peraturan pemerintah. Yang dimaksud dampak penting adalah
perubahan yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh adanya
suatu kegiatan.
Kegiatan apa saja yang perlu dilengkapi dengan AMDAL,
tertuang dalam peraturan pemerintah nomor 29 tahun 1986 yaitu
setiap rencana berupa:
a. Perubahan bentuk lahan dan bentuk alam, seperti: pembuatan
jalan, bendungan, jalan kereta api dan pembuakaan hutan;
b. Eksploitasi sumber daya alam baik yang terbaharui maupun
yang tidak terbaharui, seperti; pertambangan dan eksploitasi
hutan;
c. Proses dan kegiatan lain yang secara potential dapat
menimbulkan pemborosan, perusakan dan kemerosotan
pemanfaatan sumber daya alam dan energi, seperti,
pemanfaatan tanah yang tidak diikuti dnegna konservasi dan
penggunaan energi yang tidak diikuti dengan teknologi yang
dapat mengefisienkan pemakainya.
d. Proses dan hasilnya yang mengancam kesejahteraan penduduk,
pelestarian kawasan konservasi alam dan cagar budaya, seperti
kegiatan yang proses dan hasilnyamenimbulkan pencemaran,
penggunaan energi nuklir dan sebagainya;
e. Introduksi jenis tumbuhan dan jenis hewan, seperti introduksi
jenis tumbuhan dan jenis hewan, seperti; introduksi suatu jenis
tumbuhan baru yang dapat menimbulkan jenis penyakit baru
pada tanaman; introduksi suatu jenis hewan baru yang dapat
mempengaruhi kehidupan hewan yang telah ada;

30
f. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati;
g. Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi
besar mempengaruhi lingkungan;

31
BAB III
METODELOGI

3.1 Waktu dan Lokasi Survei


Waktu survei sungai yang ada di Kecamatan Denpasar Barat ini dilakukan pada
tanggal 29 Oktober 2018, pukul 16.00-18.00 WITA

Gambar 3.1 Peta Wilayah Denpasar Barat


Sumber : google Maps

Pada gambar 3.1 diatas merupakan peta wilayah Kecamatan Denpasar Barat
dengan pengambilan lokasi survei di tempat-tempat sebagai berikut :
1. Desa Padangsambian Kaja ( Tengah Tukad Mati )
2. Kelurahaan Padangsambian ( Tukad Petanu )
3. Desa Tegal Kerta (Tengah Tukad Mati)
4. Desa Tegal Harum (Tukad Lange)
5. Desa Padangsambian Kelod (Tukad Uma Dwi)

32
3.2 Jenis Metode Survei
1. Observasi dilakukan untuk mengetahui langsung keadaan mengenai
pembahasan dalam ruang lingkupp kegiatan survei.
2. Dokumentasi, dilakukan untuk memperjelas bukti fisik dan keadaan saat
kegiatan survey berlangsung
3. Pencatatan, dilakukan yaitu untuk mencatat apa saja permasalahan yang ada
di sungai-sungai yang telah kami survey dan sebagai pengingat supaya tidak
terjadi kesalahan atau kekeliuran.
4. Wawancara

3.3 Prosedur Survei


Tahapan observasi yaitu :
1. Menentukan tempat observasi
2. Menentukan siapa saja yang observe
3. Mengumpulkan data-data yang di perlukan
4. Menentukan cara pengumpulan data
5. Menyiapkan alat-alat seperti, ala tulis, kamera, dan perekam untuk
melakukan observasi
6. Melakukan pencatatan
7. Melakukan pencatatan di setiap permasalahan
8. Melakukan dokumentasi area
9. Memahami cara mendokumentasi dengan cara yang tepat agar
mendapatkan hasil dokumentasi yang maksimal

33
Surveyor :
1. I Wayan Suarbawa (1561121078)
2. I Md Saka Bagaskara (1661121005)
3. Kadek Surya Aryastana Dwi Cahya (1661121012)
4. Ida Bagus Arga Diva Sudiksa (1661121017)
5. I Putu Aditya Putra Andriana (1661121021)
6. Kadek Yoga Untung Dinata (1661121025)
7. I Made Satria Dharmayoga (1661121029)
8. A.A Ngr. Billy Narendra (1661121033)
9. I Gede Yogi Astawa Wijaya (1661121038)
10. I Putu Gede Agus Krisnanda (1661121043)
11. I Made Pande Satya Narayana (1661121050)
12. Arelcia Maecia Duarte Cristovao (1661121099)
13. Imam Gozali (1661121052)
14. Komang Suarjaya (1661121059)
15. I Komang Dandi Satrawan (1661121068)
16. Saputra Adi Wibawa (1661121077)
17. I Wayan Sanjaya (1661121082)
18. I Gede Nova Widiantara (1661121087)
19. I Komang Restu Yudha (1661121096)

34
BAB IV
PEMBAHASAN

Dari hasil survei ke 5 sungai yang ada di Kecamatan Denpasar Barat,


diantaranya Tengah Tukad Mati yang terletak di Desa Padangsambian Kaja, Denpasar
Barat, Tukad Petanu yang terletak di Kelurahan Padangsambian, Denpasar Barat,
Tengah Tukad Mati yang terletak di Desa Tegal Kerta, Denpasar Barat, Tukad Uma
Dwi yang terletak di Desa Padangsambian Kelod, Denpasar Barat, dan Tukad Lange
yang terletak di Desa Tegal Harum, Denpasar Barat. 5 sungai yang penulis survei ini
merupakan sungai yang mengikut program kali bersih (PROKASIH), dimana program
ini merupakan salah satu program pemerintah kota denpasar dalam penataan sungai-
sungai, dan juga merupakan salah satu pengendalian terhadap perncemaran lingkungan
sungai yang ada di kota Denpasar. Pada pembahasan ini penulis akan membahas
tentang bagaimana kondisi dari sungai yang ada di kawasan Denpasar barat secara
visual.

1. Tengah Tukad Mati yang terletak di Desa Padangsambian Kaja, Denpasar


Barat (Juara 2 Program Kali Bersih 2018)
No. Pengamatan Uraian
Untuk mengelola kualitas lingkungan di
Tengah Tukad Mati Desa Padang Sambian Kaja
yaitu mengharuskan semua kegiatan uasaha
yang berpotensi meghasilkan air limbah untuk
Pengelolaan kualitas lingkungan
1 melakukan pengolahan limbah sebelum
sungai
dibuang ke sungai, kurangnya penataan
bantaran sungai dimana masih banyak terdapat
bantaran sungai yang longsor yang
menyebabkan terjadinya penumpukan sampah.

35
Pencemaran air yang terjadi di Tengah Tukad
Mati Desa Padang Sambian Kaja diakibatkan
oleh banyaknya kegiatan yang dilakukan
2 Penyebab pencemaran
masyarakat, seperti limbah rumah tangga,
limbah industry, serta kegiatan medis (rumah
sakit/ klinik kesehatan).
Perubahan terjadi dimulai dari perubahan fisik
yang ditandai dengan perubahan warna air yang
keruh atau tidak jernih , bau air yang tidak sedap
yang disebabkan oleh pembuangan limbah
3 Dampak pencemaran
industri dan rumah tangga ke sungai, estetika
yang sudah tidak layak pandang karena warna
air yang keruh dan hanya terlihat tumpukan
sampah yang mengapung di atas permukaan air.

2. Tukad Petanu yang terletak di Kelurahan Padangsambian, Denpasar Barat


No. Pengamatan Uraian
Untuk mengelola kualitas lingkungan di Tukad
Petanu yaitu melakukan pembersihan sampah
di dasar sungai untuk mengurangi
pendangkalan pada sungai,mengharuskan
semua kegiatan usaha yang berpotensi
Pengelolaan kualitas lingkungan
1 meghasilkan air limbah untuk melakukan
sungai
pengolahan limbah sebelum dibuang ke
sungai, kurangnya penataan bantaran sungai
dimana masih banyak terdapat bantaran sungai
yang longsor yang menyebabkan terjadinya
penumpukan sampah.

36
Pencemaran air yang terjadi di Tukad Petanu
diakibatkan oleh banyaknya kegiatan yang
2 Penyebab pencemaran dilakukan masyarakat, seperti limbah rumah
tangga, limbah industry, serta kegiatan medis
(rumah sakit/ klinik kesehatan).
Terjadinya pendangkalan pada dasar sungai
yang disebabkan oleh sampah limbah rumah
tangga dan limbah industri, tergerusnya
bantaran sungai akibat kurangnya penghujauan
di bantaran sungai, perubahan fisik yang
ditandai dengan perubahan warna air yang
3 Dampak pencemaran keruh atau tidak jernih , bau air yang tidak
sedap yang disebabkan oleh pembuangan
limbah industri dan rumah tangga ke sungai,
estetika yang sudah tidak layak pandang
karena warna air yang keruh dan hanya terlihat
tumpukan sampah yang mengapung di atas
permukaan air.

3. Tengah Tukad Mati yang terletak di Desa Tegal Kerta, Denpasar Barat
No. Pengamatan Uraian
Dari hasil survei dapat dilihat kondisi sungai
tersebut pengelolaannya masih belum
maksimal karena masih ada beberapa sampah
Pengelolaan kualitas lingkungan
1 berada di pinggiran sungai dan juga air sungai
sungai
yang banyak bercampur dengan limbah rumah
tangga dan mengakibatkan bau yang tidak
sedap.

37
Penyebab pencemaran yaitu karena masih
2 Penyebab pencemaran banyak limbah rumah tangga yang dibuang
sembarang ke sungai seperti sampah plastik
Dampaknya sangat berperngaruh terhadap
kondisi lingkungan yang menyebabkan banyak
3 Dampak pencemaran
penyakit yang akan tumbuh dikawasan sungai
tersebut

4. Tukad Uma Dwi yang terletak di Desa Padangsambian Kelod, Denpasar Barat
No. Pengamatan Uraian
Pengelolaan lingkungan di sepanjang tukad
Pengelolaan kualitas lingkungan
1 wihara sudah sangat baik dimana bantaran
sungai
sepanjang sungai sudah tertata dengan rapi.
Pencemaran air yang terjadi di Tukad wihara
diakibatkan oleh banyaknya kegiatan yang
2 Penyebab pencemaran dilakukan masyarakat, seperti limbah rumah
tangga, limbah industry, serta kegiatan medis
(rumah sakit/ klinik kesehatan).
Dampak pencemaran air yang terjadi di tukad
3 Dampak pencemaran wihara yaitu air yang berwarna keruh akibat
limbah cair rumah tangga dan limbah industry.

38
5. Tukad Lange yang terletak di Desa Tegal Harum, Denpasar Barat
No. Pengamatan Uraian
Pengelolaan lingkuangan di sepanjang sungai
lange masih kurang maksimal dimana masih
Pengelolaan kualitas lingkungan
1 banyak terdapat tumpukan sampah di dasar
sungai
sungai yang menyebabkan terjadinya
pendangkalan pada dasar sungai
Pencemaran air yang terjadi di Tukad wihara
diakibatkan oleh banyaknya kegiatan yang
2 Penyebab pencemaran dilakukan masyarakat, seperti limbah rumah
tangga, limbah industry, serta kegiatan medis
(rumah sakit/ klinik kesehatan).
Perubahan terjadi dimulai dari perubahan fisik
yang ditandai dengan perubahan warna air
yang keruh atau tidak jernih , bau air yang
tidak sedap yang disebabkan oleh pembuangan
limbah industri dan rumah tangga ke sungai,
estetika yang sudah tidak layak pandang
3 Dampak pencemaran
karena warna air yang keruh dan banyak
terlihat tumpukan sampah yang di dasar sungai
yang menyebabkan pendangkalan pada dasar
sungai, bau yang tidak sedap pada sungai yang
disebabkan oleh pemcemaran limbah cair
rumah tangga dan limbah cair industry.

39
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil survey yang kami lakukan pada tanggal 29 Oktober 2018, pukul
16.00-18.00 WITA, bertempat di Kecamatan Denpasar Barat dari banyaknya sungai di
kecamatan Denpasar barat hanya 5 sungai yang memiliki potensi mengikuti program
prokasih dan diikutkan lomba oleh Kecamatan Denpasar Barat adalah :
1. Untuk mengelola kualitas lingkungan di sungai-sungai yang kami suvey yaitu
mengharuskan semua kegiatan uasaha yang berpotensi meghasilkan air limbah
untuk melakukan pengolahan limbah sebelum dibuang ke sungai, kurangnya
penataan bantaran sungai dimana masih banyak terdapat bantaran sungai yang
longsor yang menyebabkan terjadinya penumpukan sampah serta air sungai
yang banyak bercampur dengan limbah rumah tangga dan mengakibatkan bau
yang tidak sedap.
2. Pencemaran air yang terjadi diakibatkan oleh banyaknya kegiatan yang
dilakukan masyarakat, seperti limbah rumah tangga, limbah industry, serta
kegiatan medis (rumah sakit/ klinik kesehatan).
3. Terjadinya pendangkalan pada dasar sungai yang disebabkan oleh sampah
limbah rumah tangga dan limbah industri, tergerusnya bantaran sungai akibat
kurangnya penghujauan di bantaran sungai, perubahan fisik yang ditandai
dengan perubahan warna air yang keruh atau tidak jernih , bau air yang tidak
sedap yang disebabkan oleh pembuangan limbah industri dan rumah tangga ke
sungai, estetika yang sudah tidak layak pandang karena warna air yang keruh
dan hanya terlihat tumpukan sampah yang mengapung di atas permukaan air.

40
5.2 Saran
Saran yang kami ingin sampaikan setelah melakukan survey ke beberapa
tempat di Kecamatan Denpasar Barat yaitu :
1. peranan masyarakaat sangat penting dalam menjaga lingkungan sungai
dengann memberikan sosialisasi menjaga lingkungan sungai
2. meningkatkan kembali program yang dilaksanakan pemerintah yaitu program
PROKASIH
3. melanjutkan menjaga lingkungan sungai agar tidak bersih saat diombakan saja

41
DAFTAR PUSTAKA

Pasaribu,Mangihot.(2016).”Pengertia Ilmu Lingkungan”. URL :


http://mangihot.blogspot.com/2016/11/pengertian-ilmu-lingkungan.html
(Diakses Pada Tanggal 1 Oktober 2018)
Putra,Daniel.(2015).” Pengertian Ekologi dan Ilmu lingkungan Secara Umum”.
URL : http://danielrhamadani.blogspot.com/2015/10/pengertian-ekologi-
dan-ilmu-lingkungan.html. (Diakses Pada Tanggal 1 Oktober 2018)
Guru.(2013).”Program Kali Bersih (Prokasih) Harus Dilakukan Secara Nyata”.
URL : http://guru.or.id/program-kali-bersih-prokasih-harus-dilakukan-
secara-nyata.html (Diakses Pada Tanggal 1 Oktober 2018)

Kumpulan Makalah.(2016).”Laporan Kuliah Lapangan Tentang Lingkungan”. URL


: http://kumpulanmakalah4.blogspot.com/2016/11/laporan-kuliah-
lapangan-tentang.html (Diakses Pada Tanggal 1 Oktober 2018)
PEMKOT Denpasar.(2018).”DLHK Denpasar Gelar Lomba Sungai Bersih, Tukad
Buluh Kelurahan Penatih Juara I Lomba Sungai Bersih”. URL :
https://denpasarkota.go.id/baca-berita/14171/DLHK-Denpasar-Gelar-
Lomba-Sungai-Bersihkoma-Tukad-Buluh-Kelurahan-Penatih--Juara-I-
Lomba-Sungai-Bersih (Diakses Pada Tanggal 1 Oktober 2018)

42
Lampiran

1. Tengah Tukad Mati yang terletak di Desa Padangsambian Kaja,

Foto di atas merupakan tempat survey Foto diatas merupakan Kondisi


yang kelompok kami lakukan di Desa lingkungan di sekitar Sungai Tengah
Padang Sambian Kaja dimana sungai ini Tukad mati, dilihat dari
bernama Sungai Tengah Tukad Mati penampakannya kondisi disini banyak
terdapat sampah.

43
2. Tukad Petanu yang terletak di Kelurahan Padangsambian, Denpasar Barat

Kondisi Sungai Petanu dimana banyak Disekitar sungai terdapat peternakan


terdapat sampah di aliran sungai seperti Sapi dimana sungai berfungsi untuk
sampah plastik. Ini adalah lokasi lomba tempat mandi maupun minum hewan
waktu lomba kali bersih. Dan kondisi saat tersebut dan ini sangat membuat
inti seperti ini lingkungan sungai tercemar

Hasil survey yang kami lakukan di Sungai


Tengah Tukad Mati

44
3. Tengah Tukad Mati yang terletak di Desa Tegal Kerta, Denpasar Barat

Banyaknya sampah yang ada di pinggir sungai merupakan sampah


kiriman dan juga sampah yang di buang oleh masyarakat sekitar apalagi di
musim penghujan seperti saat ini dan kesan yang di dapat adanya sampah
adalah kotor dan kurang sedap di pandang mata, dan juga dampak negatif dari
banykknya sampah ini adalah dapat menimbulkan banyak wabah penyakit
.solusi untuk mengatasi sampah seperti ini adalah agar masyarakat sekitar
melakukan kegiatan gotong-royong untuk membersihkan sungai dari sampah
dan adanya larangan membuang smapah di sungai agar sungai tetap lestari dan
bersih.

Pembuangan sisa-sisa limbah dari masyarakat ini berdampak juga


terhadap sungai, karena tentu saja limbah ini dapat mencemari air sungai dan

45
dari sekian banyaknya warga yang membuang langsung sisa-sisa limbahnya ke
sungai makanya air sungai akan mengeruh dan air sungai menjadi kotor.

Penataan sungai Tengah Tukad Mati, disisi lain dari sungai ini
penataanya terlihat cukup bagus dan rapi karena dibuatnya pasangan senderan
batu kali, yang membuat sungai ini terlihat rapi.

4. Tukad Uma Dwi terletak di Desa Padangsambian Kelod

Dari hasil survey yang kami lakukan ke sungai Tukad Uma Dwi, sangat
jarang sampah yang kami temui bahkan hampir tidak ada sampah yangg kami

46
lihat, ini sangat penting sekali di jadikan contoh karena sangat enak di pandang
mata melihat sungai yang nampak bersih.

Di sungai ini terdapat jaring-jaring yang berfungsi untuk menahan


sampah-sampah yang mengalir, dan juga untuk mengantisipasi sampah kiriman
pada saat musim hujan yang menyebabkan banyaknya sampah datang akibat
dari debit air yang meningkat dan arusnya yang deras.
Penataan sungai ini terlihat sangat rapi dan bersih karena senderan batu
kalinnya tidak ada mengalami kerusakan ataupun amblas akibat arus air, karena
itu sungai ini terlihat bersih dan rapi di tambah lagi jarangnya sampah yang
terlihat bahkan hampir tidak ada sampah satupun

47
5. Tukad Lange terletak di Desa Tegal Harum

Di tukad lange ini masih banyaknya sampah yang ada di pinggir sungai
merupakan sampah kiriman dan juga sampah yang di buang oleh masyarakat
sekitar apalagi di musim penghujan seperti saat ini dan kesan yang di dapat
adanya sampah adalah kotor dan kurang sedap di pandang mata, dan juga
dampak negatif dari banyakknya sampah ini adalah dapat menimbulkan banyak
wabah penyakit. Dan juga masih banyak bagian-bagian dari tepi sungai yang
rusak belum mendapat perbaikan, hal ini juga dapat menyebabkan longor pada
tepi sungai jika dibiarkan seperti ini.

48

Anda mungkin juga menyukai