Anda di halaman 1dari 8

Civil Society dalam Cengkraman Kapitalisme Semu menuju Oligarki

Bayu Mochamad

Abstrak

Runtuhnya rezim orde baru sangat diyakini sebagai gerbang awal untuk menciptakan sebuah
tatanan yang lebih demokratis. Namun, pada dasarnya orde baru tidaklah menyerahkan
kekuasaanya tanpa pamrih. Cerita sebagai era keemasan bagi perkembangan ekonomi dan
pembangungan Indonesia menyisakan begitu banyak rantai bagi gerakan massa dalam
redemokratisasi teknokrat dan konstitusi. Dengan fondasi yang kokoh, orde baru telah
menciptakan hamparan yang begitu strategis bagi oligarki untuk menguasai demokratisasi
pasca dirinya lengser.

Kata Kunci : Orde baru, Kapitalisme Semu, Oligarki, Civil Society

Pada 21 Mei 1998 kurang lebih dua pemanfaatan otoritas dan sumber daya yang
puluh tahun yang lalu, Jakarta menjadi pusat dimiliki oleh Negara.
konsentrasi massa yakni ketiaka seorang
pemegang kekuasaan mutlak Negara Maka yang muncul dari sebuah
Indonesia secara resmi melepasan kekuasaan yang melakukan entitas bisnis
kekuasaanya karena desakan rakyat yang sentralistik ini, melatarbelakangi rent
Indonesia. Peristiwa ini sering dikenang seeking yang pada akhirnya akan
sebagai masa dimana rakyat meraih menciptakan sebuah tatanan ersatz
kedaulatannya sebagai sebuah bangsa dan capitalism (kapitalisme semu). Dalam hal
negara.1 Pernyataan Soeharto yang telah ini, Rezim Orde Baru mengembangkan
berkuasa 32 tahun pada saat itu disambut usahanya dan mebangun konglomerasi
gembira oleh ribuan mahasiswa yang (tinjau lingkaran keluarga cendana dan
menduduki gedung MPR/DPR. tatanan Keluarga Besar Partai Golongan
Karya) dengan memanfaatkan kontrol atas
Selama sang tiran itu berkuasa, dia sumberdaya ekonomi yang diberikan
ditopang oleh hubungan penting antara pemerintah, seperti pemberian hak monopoli
kekuasaan politik dengan kekuasaan krooni usaha, pemanfaatan lahan, yang ditujukan
bisnis, atau bisa disebut sebagai sebuah untuk memaksimumkan laba tanpa
rezim “Oligarki Sultanik” yang mana sebuah menanamkan modal untuk kegiatan
rezim melakukan akumulasi kekayaan produksi.3 Secara singkat berkembangnya
melalui politik patronase yang terpusat pada kekuatan ekonomi politik suatu negara lebih
satu tangan dan satu figur2 yakni Soeharto. berdasarkan oleh dukungan politik bukan
Pada praktiknya, akumulasi kekayaan sangat pada kemampuan dagang (economic market)
bergantung pada hubungan keakraban sang yang menjadi sumber berkembangnya
pengendali kekuasaan, dengan kata lain kekuatan bisnis dan konglomerasi.
akumulasi kekayaan terjadi melalui

1
Lihat Jurnal Prof. Dr. H. Nur Syam, M.Si. tentang
“Jejak Reformasi dalam lintasan Sosio-Historis”, 2010
2
Winters, Jeffrey A. Oligarki terj., Jakarta: Gramedia
3
Pustaka Utama. 2011
Perkembangan Kapitalisme Semu Orde disalurkan ke Yayasan Harapan Kita milik
Baru Ibu Tien Soeharto dan Yayasan Dharma
Putra milik Kostrad. Dengan kata lain, ruang
Untuk menjabarkan bagaimana, ekonomi-politik yang terbangun
kapitalisme semu pada saat itu, bisa kita meniscayakan kebutuhan sistem politik yang
ambil contoh bagaimana kasus monopoli otoritarian dan struktur ekonomi yang
PT. Indofood yang sampai saat ini masih monopolistis. Sehingga kekuatan Organisasi
bertengger sebagai korporat yang masih Sipil. lembaga demokrasi seperti Parlemen
memiliki kuasa atas produk-produk yang dan Partai Politik hanya menjadi
tersebar khususnya di Indonesia. Ketika perpanjangan tangan dari kekuasaan.
Orde Baru masih menguasai tatanan
kekuasaan politik Indonesia, PT. Bogasari Bila kita hubungkan apa yang
atau Indofood diberi kewenangan monopoli dibangun Orde Baru dengan pasca
tepung terigu. Monopoli itu dilakukan Reformasi, keuntungan yang masih
melalui mekanisme penunjukkan secara dirasakan oleh konglomerasi ialah bahwa
eksklusif Bogasari Flour Mills oleh Badan proses reformasi terjadi dalam aparatur
Urusan Logistik (Bulog) tanpa melalui negara yang masih didominasi oleh
proses tender. Sehingga selama rezim Orde hubungan kekuasaan predatoris, serta
Baru berkuasa, pasokan tepung terigu dipenuhi oleh tokoh yang sama yang pernah
dimonopoli oleh Bogasari Flour Mills, berkuasa selama Orde Baru berkuasa.
dengan Bulog sebagai importir tunggalnya. Sehingga ersatz capitalism telah berhasil
Ini menunjukkan bahwa bentuk membangun sebuah lingkungan Oligarki
konglomerasi, akumulasi kekayaan dan yang sulit dinafikan.
pembangunan ekonomi di era Orde Baru
merupakan hasil interaksi dari hubungan
patron-klien antara para penguasa politik
dengan kelompok-kelompok usaha tertentu Oligarki Dalam Demokrasi
dimana Pemerintah sebagai patron dan
segelintir pengusaha pemburu rente sebagai Dalam tulisan ini, Oligarki akan
kliennya. Sehingga di era Orde Baru, dipandang sebagai suatu aliansi cair yang
lingkungan ekonomi-politik pekat dengan menghubungkan kepentingan para
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme konglomerat kaya raya selalu lihai dalam
(KKN) antara pengusaha dengan beradaptasi dengan sistem apapun, baik
Pemerintah, terutama untuk melanggengkan otoratirianisme maupun demokrasi. Secara
praktek monopoli dalam perburuan rente konseptual, istilah Oligarki telah lama
ekonomi (economic rent seeking). dikenal dalam studi politik. Istilah ini
merentang dari jaman Yunani Kuno hingga
Dalam jejak literature lain, Temuan era kontemporer sekarang. Dalam
Richard Robison4 menjelaskan setiap laba International Encyclopedia of Social
yang diperoleh dari usaha tepung terigu Sciences, Oligarki didefinisikan sebagai
yang dijalankan oleh P.T. Bogasari, sebesar “bentuk pemerintahan dimana kekuasaan
26 persen dari total laba yang didapatkanya berada di tangan minoritas kecil”. Istilah
tersebut diambil dari bahasa Yunani,
4
Richard Robison and Vedi R Hadiz, Reorganizing “Oligarchia”, yang berarti pemerintahan
Power in Indonesia: The Politics of Oligarchy in an oleh yang sedikit, terdiri atas kata oligoi
Age of Market, London and New York: Routledge,
2004.
(sedikit), dan arkhein (memerintah).5 demokrasi atau sistem lainnya, yang
Namun, pengertian singkat tersebut sangat memiliki pengaruh besar pada kekuasaan.
problematis dan tidak memadai untuk Semakin tidak seimbang distribusi kekayaan
mendefinisikan Oligarki. Hal itu karena material, makin besar kekuasaan dan
masih menimbulkan kekaburan makna pengaruh orang kaya dalam motif dan tujuan
mengenai Oligarki itu sendiri, apabila itu politiknya. Dengan demikian,
disematkan hanya pada konsep “minoritas ketidaksetaraan yang besar dalam kekayaan
yang menguasai mayoritas”. Bila konsep menghasilkan ketidaksetaraan dalam
Oligarki didasarkan pada hal ini, maka kekuasaan dan pengaruh politik.
hampir setiap kekuasaan, pengaruh, atau
pemerintahan, yang menempatkan adanya Klaim teoritik tersebut didasarkan
minoritas dalam memimpin, maka dapat pada hubungan yang erat antara uang
disebut sebagai Oligarki, bahkan demokrasi (kekayaan) dan kekuasaan yang menyejarah
perwakilan itu sendiri, karena di dalamnya dalam sistem politik manusia. Studi
hanya sedikit orang yang memerintah. mengenai Oligark dan Oligarki memusatkan
perhatian pada kuasa kekayaan dan politik
Maka berdasar pada pemikiran yang spesifik di sekitar kuasa tersebut.
Winters (2011), Oligarki memiliki dua Penekanannya ada pada dampak politik
dimensi, pertama Oligarki memiliki dasar kesenjangan material terhadap “kesenjangan
kekuasaan-kekayaan material yang sangat kondisi” yang membuat bentuk-bentuk
susah untuk dipecah dan diseimbangkan; kekuasaan dan ekslusi minoritas oligarkis
kedua, Oligarki memiliki jangkauan berbeda dengan yang lainnya. Untuk itu,
kekuasaan yang luas dan sistemik, meskipun menurut Winters, teori Oligarki harus
dirinya berupa dan berposisi minoritas menjelaskan bagaimana kekayaan yang
dalam suatu komunitas atau masyarakat. terkonsentrasi menciptakan kapasitas,
Sehingga, kekuasaan yang oligarkis harus motivasi, dan masalah politik tertentu bagi
didasarkan pada bentuk keukasaan yang mereka yang memilikinya. Selain juga harus
susah dipecah serta memiliki jangkauan peka terhadap bagaimana dan mengapa
yang sistemik. politik seputar kekayaan sebagai kekuasaan
telah berubah seiring perkembangan waktu.
Teorisasi Oligarki dimulai dari
adanya fakta bahwa ketidaksetaraan material Berdasarkan fakta demikian, Oligark
yang ekstrem menghasilkan ketidaksetaraan bisa dipandang sebagai “pelaku yang
politik yang ekstrem pula. Meskipun dalam menguasai dan mengendalikan konsentrasi
demokrasi, kedudukan dan akses terhadap besar sumber daya material yang bisa
proses politik dimaknai setara, akan tetapi digunakan untuk mempertahankan atau
kekayaan yang sangat besar di tangan meningkatkan kekayaan pribadi dan posisi
minoritas kecil menciptakan kelebihan sosial ekslusifnya. Berdasarkan definisi itu,
kekuasaan yang signifikan di ranah politik terdapat tiga hal yang saling bersangkut
pada golongan tersebut. Klaim ini paut, antara lain, pertama, kekayaan adalah
didasarkan pada distribusi sumber daya bentuk kekuasaan material yang berbeda
material diantara anggota komunitas politik, dengan sumber daya kekuasaan lain yang
berpusat pada minoritas; kedua, penguasaan
5
Ford, Michael dan Thomas B Pepinsky, “Melampaui dan pengendalian sumber daya itu ditujukan
Oligarki? Bahasan Kritis Kekuasaan untuk kepentingan pribadi; dan ketiga,
Politik dan kesenjangan Ekonomi di Indonesia”.
Prisma. Vol. 33 No. 1 Tahun 2014
definisi Oligark tetap konsisten di berbagai mempertahankan kekayaan, maka terjadi
zaman dan kasus, khususnya di Indonesia. kecenderungan bahwa Oligark akan semakin
banyak terlibat dalam kekuasaan politik. Hal
Selanjutnya, konsep “pertahanan tersebut terjadi juga bila didukung oleh
kekayaan” bisa kita liat dari perjalanan sistem politik yang memungkinkan adanya
panjang Orde Baru menuju Reformasi. gangguan atas hak milik dan kekayaan. Hal
Sepanjang perjalanan sejarah, kekayaan sebaliknya, bila dalam sebuah sistem politik,
material yang terkonsentrasi pada minoritas hak milik dan kekayaan dilindungi secara
selalu mengundang ancaman dari pihak luar ketat, maka Oligark bisa saja tidak perlu
yang ingin menguasai atau mendistribusi terlibat secara aktif dalam perebutan
ulang kekayaan tersebut. Ini dimaknai kekuasaan.
sebagai pengambilalihan sumber daya
material dari Oligark. Oleh karena itu, maka Dalam ilmu sosial, teori Oligarki
dinamika politik para Oligark selalu sering mengalami kerancuan dengan teori
berhubungan dengan ancaman tersebut, dan elit. Perbedaan yang mendasar antara elit
bagaimana Oligark mempertahankannya. dan Oligarki ini terletak pada pengaruh
Pertahanan kekayaan ini mencangkup dua minoritas pada elit yang selama ini telah
komponen, yaitu pertahanan harta dan ditantang oleh perubahan demokratis,
pertahanan pendapatan. Dengan demikian, sedangkan Oligarki bahkan belum memiliki
Oligarki berwujud sebagai sebuah sistem kemampuan untuk menyesuaikan. Hal
yang merujuk pada “politik pertahanan demikian berhubungan dengan sumber daya
kekayaan oleh pelaku yang memiliki kekuasaan yang digunakan untuk menjadi
kekayaan materia. Pada konsep ini, seorang elit dan Oligark.
kekayaan menjadi sumber daya material
bagi kekuasaan para Oligark (sisa-sisa Sumber daya kekuasaan yang
Orang ORBA) dan dinamika politik dimaksud mencakup hak politik formal,
pertahanannya yang dikelola secara politis. jabatan resmi (baik di dalam maupun di luar
pemerintahan), kuasa pemaksaan (coercive
Aspek pertahanan kekayaan sebagai power), kekuatan mobilisasi dan kekuasaan
sumber daya kekuasaan ini kemudian material (kekayaan). Empat sumber daya
menentukan bagaimana Oligarki akan yang pertama, ketika didistribusikan dengan
berdiferensiasi dalam berbagai bentuk. Cara cara sangat eksklusif atau terkonsentrasi,
pertahanan ini mengacu pada beragam adalah dasar yang umumnya dikenal sebagai
konteks politik dan periode sejarah. Oleh politik “elit.” Sumber daya yang terakhir,
karena itu, definisi dari Oligarki bisa tetap, kekuasaan material adalah basis oligarki.
akan tetapi bentuknya bisa berbeda-beda. Oligark adalah aktor yang diberdayakan oleh
Dalam suatu masa, Oligarki bisa terlibat kekayaan sumber daya paling menonjol di
secara langsung dalam politik, tapi dalam antara bentuk-bentuk kekuasaan lainnya.
suatu masa juga tidak. Dalam satu masa, Kekayaan jelas paling serba guna, dalam arti
Oligark terlibat secara aktif dalam mudah diubah menjadi pengejawantahan
mempertahankan kekayaan dengan senjata, kekuasaan yang lain. Sehingga dengan itu,
tapi dalam masa yang lain tidak bersenjata, elit dan Oligarki dapat dipisahkan secara
dan sebagainya. Perbedaan tersebut sebagai konseptual.
taktik yang berhubungan dengan bagaimana
pertahanan atas kekayaan dilakukan. Kategori Oligark dan elit bisa saling
Semakin tinggi kebutuhan untuk tumpang tindih dengan kekuasaan oligarkis
yang berpotensi mengarah pada kekuasaan dan memegang peranan penting dalam
elit—begitu pula sebaliknya. Namun, proses demokratisasi. Namun kenyataannya,
keduanya tidak mesti bertumpang tindih. pasca Suharto jatuh, civil society sama
Banyak Oligark hanya memiliki sumber
sekali belum mengisi peranan tersebut.
daya kekuasaan material, dan banyak elit
tidak pernah menghimpun kekayaan yang Pada studi kasus mengenai gerakan
mendatangkan kekuasaan. Dalam suatu
buru, Hadiz berpendapa, pasca Suharto
sistem politik, Oligark selalu menjadi
seorang elit, tetapi seorang elit belum tentu tumbang di Mei 1998, gerakan buruh belum
menjadi seorang Oligark. menjadi civil society yang kuat. Sebaliknya,
civil society mengalami fase fragmentasi
dan lemahnya daya advokasi. Buruh belum
menjadi sebuah kekuatan sosial yang efektif
Civil Society Pasca Orde Baru
di dalam sistem demokrasi, apalagi kekuatan
Kondisi civil society pasca Orde politik yang diperhitungkan, bahkan buruh
Baru berperan penting karena bagaimanapun menjadi tunggangan gerakan elit dalam
dinamika civil society berkaitan dengan kontestasi kepentingan.
kontestasi kepentingan di dalam suatu
Dalam pergulatan perubahan politik
negara. Pada umumnya, civil society selalu
pasca Suharto, tidak satu pun dari koalisi-
dikontestasikan dengan negara. Siapa yang
koalisi baru – yang umumnya diwujudkan
memenangkan arena pertarungan itu yang
dalam bentuk partai-partai politik – yang
akan mempengaruhi demokratisasi ke
diharapkan dapat mengakomodasi
depannya.
kepentingan buruh terorganisasi. Pada
Hadiz mencatatkan ada beberapa hakikatnya, buruh terorganisasi masih terlalu
asumsi utama, yaitu adanya dikotomi antara lemah untuk dianggap sebagai kekuatan
civil society dan negara,6 matangnya sosial yang signifikan bagi elit, dan oleh
eknonomi pasar akan bertendensi membuat karena itu mudah dikooptasi, terlepas bahwa
civil society kuat, kontestasi antara civil para pekerja terlibat di dalam organisasi-
society dan negara ini berakibat pada organisasi buruh yang baru terbentuk.7
mundurnya negara sehingga demokrasidapat
Peristiwa politik hari ini
tumbuh, elemen penting dalam civil society
dideterminasi oleh peristiwa politik secara
itu adalah kelas menengah dan borjuis, dan
material sebelumnya, maka upaya untuk
globalisasi membuat hal itu semakin cepat.
menjelaskan hal tersebut tidak bisa
Oleh karena itu, bila kita berangkat dari
dilepaskan dari faktor kesejarahan. Terdapat
tinjauan tersebut, maka seharusnya pasca
dua faktor penting yaitu, faktor kesejarahan
jatuhnya Orde Baru, dimana ruang politik
civil society yang kemudian membentuk
terbuka, civil society menjadi semakin kuat
dinamika di masa reformasi dan faktor
eksternalitas dari globalisasi.
6
Robison, Richard and Vedi R Hadiz.Reorganizing
Power in Indonesia: The Politic of Oligarchy in an Age
of Market. London and New York: Routledge. 2004. P
7
33 Op.Cit
Orde Baru yang identik dengan ekonomi.Dengan strategi ini, organisasi
koalisi militer dan teknokrat ekonomi dalam massa selain buruh pun dipaksa untuk
semangat mencegah paham Komunisme. terfokus pada sisi “ekonomisme” saja dan
Pekerjaan ini kemudian juga dibantu oleh melupakan perjuangan politiknya.
organisasi massa keagamaan dan kelas
menengah perkotaan. Contohnya, pada Disisi lain, dimunculkan pula
penghancuran PKI 1965, koalisi ini gagasan Hubungan Industrial Pancasila
mengeleminasi secara keras dan total (HIP) yang meninggalkan konsep
gerakan buruh. Karena terdapat semacam pertentangan dan perjuangan kelas yang
ketakutan laten bahwa gerakan buruh adalah dirasa tidak bercita rasa Indonesia. Gagasan
komunisme. Itu terletak tepat pada jantung tersebut meilhat bahwa modal, pekerja dan
perjuangan kelas di dalam gerakan buruh, negara sebagai komponen keluarga dimana
meskipun tidak semua gerakan buruh negara dianggap sebagai seorang ayah yang
menggunakan analisa dan garis perjuangan bijaksana. Hal ini berkonsekuensi pada aksi
itu. kolektif massa, misal demontrasi dan mogok
kerja bagi buruh, dapat dianggap tidak
Pasca 1965, negara Orde Baru pancasilais. Meskipun selama Orde Baru
menjadikan ekonomi sebagai panglima. tidak diperkenankan adanya bentuk aksi
Maka untuk mensukseskan agenda ini, kolekti, di akhir era pemerintahannya, massa
sebuah jalan korporatisme organisasi mulai tampil menjadi kekuatan sosial.
masyarakat dipilih dan jalankan secara luas Berbagai demonstrasi dan mogok pekerja
dengan tujuan untuk mengamankan langgam ikut menentukan proses kejatuhan rejim di
pembangunan ekonomi. 1998. Namun, rantai kebebasan selama 32
tahun menjadi hambatan organisasi massa
Untuk menghalau gerakan civil untuk berkembang setelah reformasi.
society dalam tubuh buruh, Orde Baru
melakukan fusi berbagai organisasi pekerja Faktor lain yang penting dalam
di tahun 1973 di dalam Federasi Buruh mempengaruhi gerakan massa di era awal
Sejahhtera Indonesia (FBSI), yang kemudian reformasi adalah globalisasi dan krisis.
diubah menjadi Serikat Pekerja Seluruh Adanya globalisasi yang bertendensi utama
Indonesia (SPSI), dan belakangan berganti menghilangkan batas negara untuk aliran
nama menjadi FSPSI. Fusi gerakan buruh modal, membuat modal begitu cepat
tersebut diikuti dengan pemutusan gerakan berpindah melawati batas-batas tersebut.Ini
buruh dari partai politik, serta tidak mempengaruhi bagaimana iklim bisnis
diperbolehkannya organisasi serupa di luar dibentuk dan diarahkan dalam suatu negara.
organisasi buruh yang telah dibentuk oleh Hal ini merupakan konsekuensi dari capital
Orde Baru itu. Taktik ini merupakan bagian mobility yang selalu mencari pasar paling
dari paket kontrol dan demobilisasi politik potensial dengan globalisasi yang
Orde Baru terhadap kelompok masyarakat memungkinkan adanya proses ini (Winters:
atas nama stabilitas politik dan keamanan 2011). Untuk menghadapinya, negara akan
nasional guna pembangunan lebih berpihak untuk menyesuaikan diri
dengan modal daripada dengan tuntutan kekuatan ekonomi-politk mereka sehingga
masyarakat, khususnya buruh. Oleh karena tetap bisa bertahan hingga saat ini dengan
itu, kemudian globalisasi menjadikan melewati fase perubahan institusional.
gerakan massa di dalam suatu negara berada Sedangkan di tingkat grass root, masyarakat
di dalam keterkekangan struktural karena mengalami kontinuitas dalam disorganisasi
bentuk modal tersebut. yang diciptakan oleh Orde Baru. Sehingga,
di era reformasi saat ini pun, dimana ruang
Bertemunya dua hal di atas, dimana demokrasi lebih terbuka, civil society
ketidaksiapan organisasional yang sebagaimana digambarkan secara sederhana,
disebabkan oleh demobilisasi warisan Orde tidak menjadi kekuatan sosial dan politik
Baru kemudian dengan kapitalisme semunya yang signifikan. Transformasi dari
dibenturkan dengan kondisi globalisasi yang disorganisasi-nya masyarakat ini membuat
secara signifikan membentuk masyarakat masyarakat tidak bisa memunculkan
dalam posisi yang subordinasi, membuat kekuatan alternatif untuk mengimbangi atau
gerakan massa tidak tampil menjadi mengalahkan kekuatan ekonomi-politik
kekuatan sosial dan politik yang signifikan lama yang merupakan warisan Orde Baru.
pasca Suharto jatuh.
Kita dapat melihat fenomena yang
terjadi saat ini, yakni ketika pemilu yang
Penutup diisi oleh aktor-aktor politik warisan Orde
Baru, yang merupakan cerminan paling
Secara garis besar, pemaparan diatas telanjang dari reorganisasi kekuatan
memberikan gambaran bagaimana tatanan ekonomi-politik di era reformasi. Secara
ekonomi politik di Indonesia pra dan pasca bersamaan bertemu dengan kondisi dimana
Suharto jatuh yang memberikan sedikit masyarakat belum mampu
ruang untuk perubahan dan kontinuitas. mengartikulasikan kepentingannya melalui
Perubahan yang dimaksud tentu kekuatan politik alternatif. Oleh karena itu,
berhubungan dengan institusi demokratisasi kemunculannya menjadi semacam
sebagai hasil dari perjuangan reformasi. ‘kekosangan masal’ dan harapan ratu adil
Namun, di dalam perubahan institusional itu, bagi aktor-aktor politik yang ada saat ini.
terdapat pola kontinuitas dari kekuatan- Semuanya sebenarnya bisa jadi hanya ilusi,
kekuatan ekonomi-politik yang namun demikian, sebagaimana hukum
bertransfromasi dari era Orde Baru dengan dialektika dimana terdapat kesatuan dalam
kapitalisme semunya menjadi Oligarki yang kontradiksi, maka upaya untuk mengakhiri
begitu kuat. Kontinuitas yang penting dicatat dominasi kekuatan ekonomi politik Orde
di sini terletak di dua aras, yaitu elit dan Baru itu terletak dalam kontradiksi di atas
grass root dengan karakteristik yang itu sendiri. Civil society perlu hadir sebagai
berbeda. kekuatan alternatif dari masyarakat yang
disyaratkan dengan terorganisasinya
Di tataran elit, kontinuitas tersebut
masyarakat dalam kekuatan politik alternatif
ditandai dengan adanya transformasi
sehingga menjadi alternative bagi kekuasaan kontemporer saat ini bisa dijejakkan dan
yang berlangsung. dikaitkan dengan dinamika Oligarki yang
terus menerus berupaya mempertahankan
Hal yang paling sulit, karena sangat dirinya. Hal ini juga berguna sebagai upaya
tertutup kemungkinan untuk membangun untuk memikirkan kembali, Gerakan Rakyat
kekuatan alternatif dan mengakhiri tradisi yang selalu berupaya mencari alternatif di
disorganisasi ini ke depan, bila kekuatan luar ekonomi politik Neoliberal dan Oligarki
ekonomi-politik Orde Baru, yang ini. Sementara ‘strategi yang kongkret harus
temanifestasikan pada actor-aktor politik berbasis pada kondisi yang kongkret’.
yang sedang berkompetisi saat ini, diberikan
penguasaan kembali. Sebagaimana telah dijelaskan
Oligarki ini merupakan warisan Orde Baru,
Disis lain, Penjelasan konsep selain upaya kembali pada model-model
Oligarki diatas berguna untuk dapat melihat politik stabilitas ala Orde Baru, maka upaya
Oligarki sebagai kondisi obyektif yang nyata melawan Orde Baru belumlah usai hingga
dalam politik Indonesia saat ini. Dengan saat ini.
demikian, problem-problem politik

Referensi

Bunte, Marco dan Andreas Ufen. Conglomerates between Authoritarianism and Democracy
“Democratization in Post-Soeharto Indonesia”. Oxford: Routledge. 2009

Robison, Richard dan Vedi R Hadiz. Reorganizing Power in Indonesia: The Politics of
Oligarchy in an Age of Market. London and New York: Routledge. 2004.

Winters, Jeffrey A.terj. Oligarki. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2011

________________. Power in Motion: Capital Mobility and Indonesian State. Ithaca: Cornell
University Press. 1996.

Anda mungkin juga menyukai