Selasa (21/2/2012) Kantor Pusat PT. Freeport Indonesia (PT FI) di Jakarta mengeluarkan siaran
pers. Isi siaran pers itu sedikit banyak bisa menjawab kegundahan masyarakat Indonesia yang
selama ini masih bertanya-tanya, berapa persisnya pendapatan negara dari pengolahan tambah
emas dan tembaga di Timika, Papua.
Jika pendapatan negara tidak seberapa, ngapain negara sampai babak belur dihantam badai
sindiran media lokal hingga internasional terkait masalah Freeport? Begitulah kira-kira pikiran
bebas masyarakat awam.
Sindiran terkait Freeport dimaksud mulai dari Kontrak Karya (KK) yang dinilai tidak adil,
perlakuan-perlakuan khusus bagi Freeport dan tenaga asing yang bekerja di areal PT Freeport di
Timika, hingga isu dana pengamanan bagi aparat yang bertugas di Freeport, serta keanehan-
keanehan terkait serangan OTK terhadap pos-pos keamanan di areal Freeport yang dijaga aparat
TNI-Polri.
Menurut siaran pers Freeport, sejak pembaharuan KK tahun 1991, maka mulai tahun 1992
hingga Desember 2011 total kewajiban keuangan Freeport kepada pemerintah adalah sebesar
13,8 miliar Dolar AS. Kalau dirupiahkan, dengan kurs rata-rata 7.500 per dolar AS (mengingat
kalau tidak salah thn 1992-1997 kurs rupiah masih jauh di bawah 7.500 dan naik drastis pada
saat kerusuhan 1998 hingga melampaui angka 10.000, dan beberapa tahun belakangan ini cukup
stabil dengan angka 8 sampai 9 ribu per dolas AS), maka total pendapatan negara dari PT.
Freeport selama 20 tahun tersebut sekitar Rp 100 Triliun lebih. Atau rata-rata Rp 5 Triliun
per tahun.
Masih menurut siaran pers PT Freeport kemarin, 13,8 Miliar Dolar AS itu terdiri atas Pajak
Penghasilan Badan 8,6 miliar dolar AS; Pajak Penghasilan Karyawan, Pajak Daerah, serta pajak-
pajak lainnya 2,6 miliar dolar AS; royalti 1,3 miliar dolar AS dan dividen sebesar 1,3 miliar
dolar AS.
Sedangkan untuk pembangunan daerah (Papua) selain berkontribusi melalui Pajak Daerah, PT
Freeport Indonesia mengklaim telah berinvestasi senilai kurang lebih 7,2 miliar dolar AS pada
berbagai proyek termasuk infrastruktur kota, instalasi pembangkit listrik, bandara dan pelabuhan,
jalan, jembatan, sarana pembuangan limbah, dan sistem komunikasi modern.
http://zonadamai.wordpress.com/2012/02/21/freeport-klaim-berikan-manfaat-rp34-triliun-ke-
pemerintah/
Mudah-mudahan apa yang diberikan oleh PT Freeport Indonesia tersebut sudah sebanding
dengan “derita” Pemerintah Indonesia selama ini. Mungkin masih banyak manfaat sumbangsih
lain yang sudah diberikan oleh PT Freeport, seperti menjadi sponsor Persipura, tim sepakbola
kebanggaan orang Papua, memberikan beasiswa kepada generasi muda papua dan sebagainya.
Dan mungkin masih banyak lagi yang akan dilakukan oleh PT Freeport bagi kemaslahatan orang
Papua….
4. Penambangan Ertsberg dimulai pada Maret 1973 dan habis pada tahun 1980-an,
sisa lubangnya sedalam 360 meter.
5. Pada tahun 1988, Freeport mulai menambang Grasberg sebuah cadangan
raksasa lainnya, hingga detik ini.
6. Hasil dari eksploitasi kedua wilayah tersebut diatas, Freeport memperolah sekitar
7,3 juta ton tembaga dan 724,7 juta ton emas (itu menurut data diatas kertas).
8. Diperkirakan terdapat 18 juta ton cadangan tembaga, dan 1.430 ton cadangan
emas yang tersisa, hingga rencana penutupan tambang pada 2041.
9. Masalah yang timbul dari aktivitas Freeport yang berlangsung dalam kurun
waktu lama ini, diantaranya penerimaan negara yang tidak optimal dan peran
negara/BUMN untuk ikut mengelola tambang yang sangat minim, serta dampak
lingkungan yang luarbiasa. Kerusakan bentang alam seluas 166 km persegi di DAS
sungai Ajkwa yang meliputi pengunungan Grasberg dan Ersberg. Berupa rusaknya
bentang alam pegunungan Grasberg dan Erstberg.
10. Cadangan emas yang dikelola Freeport termasuk di dalam 50% cadangan emas
di kepulauan Indonesia. Dari hasil luar biasa banyak tersebut, yang masuk APBN
sangat sedikit, alias sepersekian dari hasil sesungguhnya, belum lagi korupsi yang
dilakukan oleh para pejabat.
11. Freeport baru mengakui, bahwa mereka menambang emas pada tahun 2005,
sebelumnya yang diakui hanya penambangan tembaga. Banyaknya emas yang
ditambang selama 21 tahun, tidak pernah diketahui publik sebelumnya.
12. Volume emas dicurigai lebih diperkirakan sebesar 2,16 hingga 2,5 miliar ton
emas.
13. Pendapatan utama Freeport dari operasi tambangnya di Indonesia adalah
sekitar 60% (Simak Investor Daily, 10 Agustus 2009).
14. Hampir 700 ribu ton material dikeruk dan mengahasilkan 225 ribu ton bijih
emas setiap harinya. Jumlah ini setara dengan 70 ribu truk kapasitas angkut 10 ton
berjejer sepanjang 700 km sejauh jarak Jakarta sampai Surabaya.
16. Lebih dari 66% penduduk miskin papua adalah penduduk asli yang tinggal di
wilayah operasi Freeport di pegunungan tengah, yang notabene para aparat disana
antara tahun 1998 dan 2004 telah menerima suap mencapai hampir 20 juta dolar
AS (Menurut laporan New York Times pada Desember 2005). Dan malah kantong-
kantong kemiskinan justru menggerogoti wilayah yang ada di sekitar Freeport.
Dengan fakta-fakta diatas tersebut, maka wajar jika hal ini menjadi sesuatu yang
dilematis bagi bangsa Indonesia selama ini, khususnya masyarakat Papua. Padahal,
pertambangan yang sangat luar biasa besar ini, mampu kita kelola sendiri, dengan
jerih payah kita sendiri, tanpa campur tangan pihak asing sedikit pun.
* Hasil tambang Freeport berupa tambang emas, perak, dan tembaga terbesar di
dunia. Fasilitas dan tunjangan serta keuntunga yang dinikmati para petinggi
freeport besarnya 1 juta kali lipat pendapatan tahunan penduduk Timika, Papua
yang hanya sekitar $132/tahun. Keuntungan yang diperoleh Freeport tidak
melahirkan kesejahteraan bagi Indonesia terutama warga sekitar. Kesenjangan ala
kolonial ini menjadi bibit konfik di papua
* Penambangan Ertsberg dimulai pada Maret 1973 dan habis pada tahun 1980-an
sisanya lubang sedalam 360 meter.
* Pada tahun 1988, Freeport mulai menambang Grasberg sebuah cadangan raksasa
lainnya, hingga saat ini.
* Diperkirakan terdapat 18 juta ton cadangan tembaga, dan 1.430 ton cadangan
emas yang tersisa hingga rencana penutupan tambang pada 2041.
* Masalah yang timbul dari aktivitas Freeport yang berlangsung dalam kurun waktu
lama ini diantaranya penerimaan negara yang tidak optimal dan peran
negara/BUMN untuk ikut mengelola tambang yang sangat minim serta dampak
lingkungan yang luarbiasa. Kerusakan bentang alam seluas 166 km persegi di DAS
sungai Ajkwa yang meliputi pengunungan Grasberg dan Ersberg. berupa rusaknya
bentang alam pegunungan Grasberg dan Erstberg.
* Cadangan emas yang dikelola freeport termasuk di dalam 50% cadangan emas
dikepulauan Indonesia. Dari hasil luar biasa banyak tersebut yang masuk APBN
sangat sedikit.
* Freeport baru mengakui bahwa mereka menambang emas pada tahun 2005,
sebelumnya yang diakui hanya penambangan tembaga. banyaknya emas yng
ditambang selama 21 tahun tidak diketahui publik.
* 10 Volume emas dicurigai lebih diperkirakan sebesar 2,16 hingga 2,5 miliar ton
emas.
* Coba anda simak, Pendapatan utama Freeport adalah dari operasi tambangnya di
Indonesia (sekitar 60%, Investor Daily, 10 Agustus 2009).
* Hampir 700 ribu ton material dikeruk dan mengahsilkan225 ribu ton bijih emas
Setiap hari . Jumlah ini setara dengan 70 ribu truk kapasitas angkut 10 ton berjejer
sepanjang 700 km sejauh jarak Jakarta – Surabaya
* Freport hampir tidak berkontribusi terhadap Indonesia bahkan penduduk mimika
sendiri. Kompisisi Penduduk Kabupaten Mimika, tempat Freeport berada, terdiri dari
35% penduduk asli dan 65% pendatang. Menurut BPS 41 % penduduk mimika
miskin, 60% penduduk miskin tersebut adalah penduduk asli. Di Provinsi Papua
sendiri kemiskinan mencapai 80,07% atau 1,5 juta penduduk.
* Lebih dari 66 % pnduduk miskin papua adalah penduduk asli tinggal wilayah
operasi freeport di pegunungan tengah. Kantong2 kemiskinan justru ada diwilayah
freeport...betapa menyedihkannya nasib tanah air kita… kapankah benar2 merdeka
negeri ini..?
Kontribusi tidak langsung PTFI bagi Indonesia jumlahnya jauh lebih besar lagi, dan sejak tahun 1992
meliputi hal-hal sebagai berikut:
* Investasi sejumlah hampir 4,8 miliar dolar AS untuk membangun prasarana perusahaan di Papua,
termasuk kota-kota, sarana pembangkit listrik, pelabuhan dan bandar udara, jalan, jembatan,
terowongan, sarana pembuangan limbah, sistem komunikasi modern, dan prasarana lainnya yang
kepemilikannya akan beralih ke Pemerintah Indonesia pada saat masa kontrak kami berakhir.
* Investasi sebesar lebih 425 juta dolar AS dalam bentuk prasarana sosial yang memberi manfaat
langsung bagi masyarakat setempat seperti gedung sekolah, rumah sakit, klinik kesehatan, perkantoran,
sarana ibadah, sarana rekreasi dan pengembangan usaha kecil dan menengah.
* Penyediaan lapangan kerja secara langsung dari PTFI bagi sekitar 8.000 orang pada tahun 2005. Dari
jumlah tersebut, lebih dari 2.000 orang, atau lebih dari 25 persen adalah putra daerah Papua.
* Pembayaran upah bagi karyawan PTFI sendiri telah mencapai lebih dari 1 miliar dolar AS sejak tahun
1992.
* Lapangan kerja bagi karyawan kontrak, perusahaan privatisasi dan perusahaan mitra lainnya yang
melayani kebutuhan PTFI, jumlahnya mencapai 10.700 pekerja pada tahun 2005. Artinya, jumlah orang
yang dipekerjakan atau yang melayani kegiatan operasi kami secara keseluruhan mencapai sekitar
18.700 orang.
* Pembelian barang dan jasa dari dalam negeri sebesar lebih 3,7 miliar dolar AS.
Secara langsung dan tidak langsung, 277.000 lapangan kerja telah tercipta dengan keberadaan PTFI.
(Studi LPEM-UI).
Pada tahun 2003, kami menugaskan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia (LPEM-UI) untuk melakukan kajian dampak ekonomi atas efek berganda dari PTFI
terhadap Papua dan Indonesia sejak tahun 1992. Studi ini dikaji ulang di tahun 2005. Para pakar
ekonomi tersebut menemukan bahwa kontribusi PTFI mewakili:
* 2,4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, 58 persen PDRB Papua, dan 99 persen PDRB
Kabupaten Mimika di tahun 2005.
* Kontribusi terhadap PDB nasional tersebut mencapai hampir 65 triliun rupiah di tahun 2005, atau lebih
dari 7 miliar dolar AS berdasarkan kurs pada saat itu. PTFI telah memberikan kontribusi lebih dari 40
miliar dolar AS kepada PDB nasional sejak tahun 1992.
* Menciptakan 37 peluang kerja tidak langsung bagi setiap karyawan perusahaan, sehingga secara
nasional menambah 277.000 kesempatan kerja.
* Pembayaran pajak perusahaan mencapai 1,6 persen dari Anggaran Belanja Nasional.
* Membiayai lebih dari 63 persen dari seluruh dana program pengembangan masyarakat yang
merupakan kontribusi sektor pertambangan di Indonesia melalui berbagai program sosial perusahaan.
* Mencapai 1,3 persen dari seluruh pendapatan rumah tangga negara, dan 42 persen dari pendapatan
provinsi Papua.
Kontribusi untuk dana kemitraan, termasuk bagian dari mitra usaha patungan kami Rio Tinto plc,
mencapai jumlah 42 juta dolar AS pada tahun 2005, dan jumlah total kontribusi bagi dana tersebut
mencapai 194 juta dolar AS sejak awalnya. Majalah Business Week yang menerbitkan hasil survei
mengenai peringkat perusahaan-perusahaan AS paling dermawan, telah dua kali menempatkan
Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. sebagai perusahaan AS yang paling dermawan dari segi jumlah
uang tunai yang disisihkan dari persentase pendapatan. Hal ini sebagian besar berkat Dana Kemitraan
bagi Pengembangan Masyarakat.
Marwan Batubara
Subkhan AS
subkhan@tambang.co.id
“Cadangan mineral PT. Freeport Indonesia berdasarkan laporan tahunannya di tahun 2010,
cadangan emas sebesar 55 juta ons, tembaga 56,6 pounds dan perak 180,8 juta ons di tambang
Grasberg. Maka dengan harga mineral terutama emas yang terus naik, cadangan ini berpotensi
menghasilkan USD 500 milyar atau sekitar Rp. 4000 triliun,” jelasnya.
Sebab itu, dirinya menilai perbuatan dengan memsukan unsur pembayaran pajak PPH untuk
membesar-besarkan penerimaan Negara adalah tindakan yang tidak fair alias tidak adil.
Padahal menurutnya, pembayaran pajak memang sudah menjadi kewajiban perusahaan tambang
sebagai biaya operasional perusahaan sebelum memperhitungkan keuntungan.
“Disebutkan setelah beroperasi lebih empat dasawarsa, total kontribusi PT. Freeport Indonesia
hingga Juni 2011 sebesar 12,8 miliar. Jumlah tersebut terdiri atas royalti USD 1,3 miliar, deviden
USD 1,2 miliar, PPh badan USD 7,9 miliar, PPH karyawan dan pajak lainnya USD 2,4 miliar.
Tentu saja ini tidak relevan,” tegasnya di Jakarta.
Atas dasar hal itulah, dirinya mendesak PT. Freeport Indonesia harus mau renegosiasi dan
mematuhi seluruh UU Nomor 4 Tahun 2009, tanpa kecuali. Jika PT. Freeport Indonesia tidak
mau menjalankannya, maka perusahaan tambang asal Amerika tersebut dapat dikatakan telah
melakukan pembangkangan atas undang-undang dan dapat ditindak lanjuti dengan pemutusan
kontrak karya.
Selain itu dirinya juga mendesak agar pemerintah Indonesia juga mencabut PP No. 20 Tahun
1994 tentang kepemilikan saham dalam perusahaan yang didirikan dalam rangka Penanaman
Modal Asing (PMA). Begitu juga dengan surat keputusan Badan Koordinasi dan Penanaman
Modal (BKPM) Nomor 415/A.6/1997 yang antara lain berisi ketentuan membebaskan PT.
Freeport Indonesia dari kewajiban divestasi.
Terlebih lagi penerbitan surat tersebut ditandatangani oleh Kepala BKPM yang jabatannya lebih
rendah daripada Presiden, mengingat bahwa kontrak karya PT. Freeport Indonesia yang
menandatangani adalah Presiden, sehingga tidak ada alasan BKPM untuk mengeluarkan surat
yang bertentangan dengan kontrak karya yang ditandatangani Presiden.
Dimana dengan mencabut PP tersebut, lanjutnya, PT. Freeport Indonesia tidak dapat berkelit soal
kewajibannya untuk melakukan divestasi saham seperti yang berlaku pada PT Newmont Nusa
Tenggara (PT NNT).
“Maka itu, kedepan pemerintah pusat dan derah harus membentuk konsorsium untuk memiliki
saham PT. Freeport Indonesia dan menjadi pengendali mulai saat ini hingga 10 tahun yang akan
datang,” pungkasnya.
Tweet
LinkBack
Thread Tools
Search Thread
Display
1. 18-10-13, 04:48 PM #1
mayang10
Junior Member
Join Date
Jul 2013
Posts
107
Rep Power
Nilai-Nilai PTFI
Sebagai warga yang baik (good corporate citizen), kami selalu berusaha memberikan
kontribusi positif bagi masyarakat di manapun kami melakukan kegiatan, dan tentunya
bagi masyarakat dan bangsa Indonesia secara keseluruhan.
Sebagai warga yang baik (good corporate citizen), kami selalu berusaha memberikan kontribusi
positif bagi masyarakat di manapun kami melakukan kegiatan, dan tentunya bagi masyarakat dan
bangsa Indonesia secara keseluruhan. Kami berkarya menuju pembangunan berkelanjutan
dengan ikut memastikan lingkungan yang sehat bagi tenaga kerja kami maupun masyarakat di
dalam wilayah kegiatan kami yang hidup dan berkembang. Sebagai warga masyarakat, PT
Freeport Indonesia selalu berusaha untuk menciptakan dan mendukung program peningkatan
keterampilan kepada masyarakat setempat, serta menciptakan dampak positif yang permanen
setelah kegiatan pertambangan tidak ada lagi di wilayah itu.
Menerapkan Etika, Profesional dalam Bekerja
Dengan tanggung jawab yang telah diamanahkan Pemerintah Indonesia kepada kami selaku
pengelola pertambangan di Provinsi Papua, kami melakukan penambangan cadangan tembaga
dan emas terbesar di dunia, dengan wawasan perencanaan dan pengelolaan membentang
berpuluh-puluh tahun ke depan. Begitu besarnya kegiatan, proyek dan program tersebut
memberikan kami kesempatan untuk bermitra dengan Pemerintah Indonesia, Provinsi Papua,
Kabupaten Mimika, dan masyarakat di sekitar kami untuk masa depan berkelanjutan yang
bermanfaat bagi semua pihak. Kami juga menjalin hubungan yang aktif serta senantiasa
berdialog bersama para pemangku kepentingan guna menjamin keberhasilan bersama.
Sejak tahun 1992, saat dimulainya kontrak kami yang berlaku saat ini dengan pemerintah
Indonesia pada, manfaat langsung bagi masyarakat Indonesia telah mencapai nilai lebih dari
USD 8 miliar. Kami merupakan penyedia kerja swasta terbesar di Papua dan sebagai salah satu
wajib pajak terbesar di Indonesia. Selain itu, dukungan sukarela yang kami berikan bagi
pengembangan masyarakat, pengakuan kami atas hak ulayat masyarakat setempat, program
pengelolaan lingkungan, serta berbagai kegiatan lainnya telah memberi sumbangan berarti untuk
Papua dan masyarakat Indonesia.
Kami menghargai tanggapan dan kepedulian para karyawan dan pemangku kepentingan di masa
penuh tantangan ini. Komitmen kami di bidang lingkungan, ekonomi, dan sosial tidak pernah
surut. Semangat, dedikasi, dan kerjasama dari seluruh pemangku kepentingan sangat penting
untuk mendukung upaya menuju pembangunan berkelanjutan, pada masa lalu, saat ini, hingga
jauh di masa depan.
PT Freeport Indonesia merupakan anak perusahaan Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc.
yang bergerak di bidang pertambangan di Indonesia. Selaku salah satu penghasil terbesar
tembaga dan emas di dunia, PT Freeport Indonesia menyadari pentingnya logam bagi ekonomi
dunia saat ini. Pemenuhan kebutuhan atas barang tersebut harus diimbangi dengan kewajiban
sosial dan lingkungan sehingga dalam memenuhi kebutuhan generasi saat ini, hendaknya kita
tidak membahayakan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
Inilah doktrin pokok dari “Pembangunan Berkelanjutan” yang mendasari komitmen kami.
PT Freeport Indonesia menganut dan menaati kebijakan-kebijakan organisasi induk menyangkut
etika, sosial, dan lingkungan. Kebijakan yang kuat telah memandu PT Freeport Indonesia
menempuh jalan menuju pembangunan berkelanjutan. Pengalaman kami selama 40 tahun
menjadi sumber pengetahuan dan keterampilan dalam pelaksanaan kebijakan tersebut.
Komitmen menjalankan transparansi memungkinkan pemangku kepentingan untuk memantau
kinerja kami.
Pada tahun 2009, kami mengembangkan dan melaksanakan pendekatan berbasis risiko terhadap
seluruh Portofolio kegiatan kami dalam rangka lebih menegaskan, mengelola, dan memantau
tantangan serta peluang pembangunan berkelanjutan yang terpenting bagi pemangku
kepentingan maupun usaha kami. Kami pun akan memenuhi komitmen jaminan dengan
melaporkan hal-hal sebagai berikut: