Anda di halaman 1dari 15

Kontribusi Freeport bagi ndoeia

Inilah Kontribusi PT Freeport Untuk Negara


dan Papua
OPINI | 22 February 2012 | 19:17 Dibaca: 2975 Komentar: 14 6

Selasa (21/2/2012) Kantor Pusat PT. Freeport Indonesia (PT FI) di Jakarta mengeluarkan siaran
pers. Isi siaran pers itu sedikit banyak bisa menjawab kegundahan masyarakat Indonesia yang
selama ini masih bertanya-tanya, berapa persisnya pendapatan negara dari pengolahan tambah
emas dan tembaga di Timika, Papua.

Jika pendapatan negara tidak seberapa, ngapain negara sampai babak belur dihantam badai
sindiran media lokal hingga internasional terkait masalah Freeport? Begitulah kira-kira pikiran
bebas masyarakat awam.

Sindiran terkait Freeport dimaksud mulai dari Kontrak Karya (KK) yang dinilai tidak adil,
perlakuan-perlakuan khusus bagi Freeport dan tenaga asing yang bekerja di areal PT Freeport di
Timika, hingga isu dana pengamanan bagi aparat yang bertugas di Freeport, serta keanehan-
keanehan terkait serangan OTK terhadap pos-pos keamanan di areal Freeport yang dijaga aparat
TNI-Polri.

Menurut siaran pers Freeport, sejak pembaharuan KK tahun 1991, maka mulai tahun 1992
hingga Desember 2011 total kewajiban keuangan Freeport kepada pemerintah adalah sebesar
13,8 miliar Dolar AS. Kalau dirupiahkan, dengan kurs rata-rata 7.500 per dolar AS (mengingat
kalau tidak salah thn 1992-1997 kurs rupiah masih jauh di bawah 7.500 dan naik drastis pada
saat kerusuhan 1998 hingga melampaui angka 10.000, dan beberapa tahun belakangan ini cukup
stabil dengan angka 8 sampai 9 ribu per dolas AS), maka total pendapatan negara dari PT.
Freeport selama 20 tahun tersebut sekitar Rp 100 Triliun lebih. Atau rata-rata Rp 5 Triliun
per tahun.

Masih menurut siaran pers PT Freeport kemarin, 13,8 Miliar Dolar AS itu terdiri atas Pajak
Penghasilan Badan 8,6 miliar dolar AS; Pajak Penghasilan Karyawan, Pajak Daerah, serta pajak-
pajak lainnya 2,6 miliar dolar AS; royalti 1,3 miliar dolar AS dan dividen sebesar 1,3 miliar
dolar AS.

Sedangkan untuk pembangunan daerah (Papua) selain berkontribusi melalui Pajak Daerah, PT
Freeport Indonesia mengklaim telah berinvestasi senilai kurang lebih 7,2 miliar dolar AS pada
berbagai proyek termasuk infrastruktur kota, instalasi pembangkit listrik, bandara dan pelabuhan,
jalan, jembatan, sarana pembuangan limbah, dan sistem komunikasi modern.

http://zonadamai.wordpress.com/2012/02/21/freeport-klaim-berikan-manfaat-rp34-triliun-ke-
pemerintah/

Mudah-mudahan apa yang diberikan oleh PT Freeport Indonesia tersebut sudah sebanding
dengan “derita” Pemerintah Indonesia selama ini. Mungkin masih banyak manfaat sumbangsih
lain yang sudah diberikan oleh PT Freeport, seperti menjadi sponsor Persipura, tim sepakbola
kebanggaan orang Papua, memberikan beasiswa kepada generasi muda papua dan sebagainya.
Dan mungkin masih banyak lagi yang akan dilakukan oleh PT Freeport bagi kemaslahatan orang
Papua….

"Konspirasi" dibalik PT Freeport di Indonesia


Freeport merupakan ladang uang haram bagi para pejabat negeri ini, baik dari sipil maupun militer. Sejak
1967 sampai sekarang, tambang emas terbesar di dunia itu menjadi tambang pribadi mereka untuk
memperkaya diri sendiri dan keluarganya. Freeport sendiri telah menganggarkan dana untuk itu yang
walau jumlahnya sangat besar bagi kita, namun bagi mereka terbilang kecil karena jumlah laba dari
tambang itu memang sangat dahsyat. Jika Indonesia mau mandiri, sektor inilah yang harus dibereskan
terlebih dahulu.

Aksi Massa Tolak PT. Freeport


PT. Freeport McMoran Indonesia (Freeport) merupakan perusahaan penghasil emas
terbesar di dunia melalui tambang Grasberg. Freeport Indonesia telah melakukan
eksplorasi di dua tempat di Papua, masing-masing tambang Erstberg, dari tahun
1967, dan tambang Grasberg, sejak tahun 1988, di kawasan Tembaga Pura,
Kabupaten Mimika, Provinsi Papua.

Mining International, sebuah majalah perdagangan, menyebut tambang emas


Freeport sebagai tambang yang terbesar di dunia. Berikut beberapa fakta dilematis
tentang freeport yang telah sangat-sangat merugikan bangsa Indonesia :

1. PT Freeport McMoran Indonesia (Freeport) melakukan aktivitas penambangan di


Papua yang dimulai sejak tahun 1967 atau selama 42 tahun. Keuntungan dari
kegiatan penambangan mineral freeport telah menghasilkan keuntungan luar biasa
besar terhadap perusahaan milik bule tersebut. Tetapi lihatlah, apakah keuntungan
itu juga dinikmati bangsa Indonesia terutama rakyat papua? Lalu, mengapa pula di
Yohukimo masih terjadi kelaparan.

2. Hasil tambang Freeport berupa tambang emas, perak, tembaga, molybdenum,


dan rhenium terbesar di dunia. Fasilitas dan tunjangan serta keuntungan yang
dinikmati para petinggi freeport, besarnya 1 juta kali lipat pendapatan tahunan
penduduk Timika, Papua, yang hanya sekitar $132/tahun. Keuntungan yang
diperoleh Freeport tidak melahirkan kesejahteraan bagi Indonesia, terutama warga
sekitar. Kesenjangan ala kolonial inilah yang menjadi bibit konflik di papua.

3. Keberadaan sang Freeport sangat didukung pemerintah. Dilihat dari


Penandatanganan Kontrak Karya (KK) I pertambangan antara pemerintah
Indonesia dengan Freeport pada 1967, yang kemudian menjadi landasan aktivitas
pertambangan Freeport. Bahkan kemudian UU Pertambangan Nomor 11/1967,
yang disahkan pada Desember 1967 yang disahkan delapan bulan setelah
penandatanganan KK, menjadikan KK tersebut menjadi dasar penyusunanya.

4. Penambangan Ertsberg dimulai pada Maret 1973 dan habis pada tahun 1980-an,
sisa lubangnya sedalam 360 meter.
5. Pada tahun 1988, Freeport mulai menambang Grasberg sebuah cadangan
raksasa lainnya, hingga detik ini.

6. Hasil dari eksploitasi kedua wilayah tersebut diatas, Freeport memperolah sekitar
7,3 juta ton tembaga dan 724,7 juta ton emas (itu menurut data diatas kertas).

7. Sampai Bulan Juli 2005, lubang yang diakibatkan penambangan Grasberg


mencapai diameter 2,4 kilometer yang meliputi luas 499 Ha, dalamnya 800m, sama
dengan ketinggian gedung tertinggi di dunia Burj, Dubai.

8. Diperkirakan terdapat 18 juta ton cadangan tembaga, dan 1.430 ton cadangan
emas yang tersisa, hingga rencana penutupan tambang pada 2041.

9. Masalah yang timbul dari aktivitas Freeport yang berlangsung dalam kurun
waktu lama ini, diantaranya penerimaan negara yang tidak optimal dan peran
negara/BUMN untuk ikut mengelola tambang yang sangat minim, serta dampak
lingkungan yang luarbiasa. Kerusakan bentang alam seluas 166 km persegi di DAS
sungai Ajkwa yang meliputi pengunungan Grasberg dan Ersberg. Berupa rusaknya
bentang alam pegunungan Grasberg dan Erstberg.

10. Cadangan emas yang dikelola Freeport termasuk di dalam 50% cadangan emas
di kepulauan Indonesia. Dari hasil luar biasa banyak tersebut, yang masuk APBN
sangat sedikit, alias sepersekian dari hasil sesungguhnya, belum lagi korupsi yang
dilakukan oleh para pejabat.

11. Freeport baru mengakui, bahwa mereka menambang emas pada tahun 2005,
sebelumnya yang diakui hanya penambangan tembaga. Banyaknya emas yang
ditambang selama 21 tahun, tidak pernah diketahui publik sebelumnya.

12. Volume emas dicurigai lebih diperkirakan sebesar 2,16 hingga 2,5 miliar ton
emas.
13. Pendapatan utama Freeport dari operasi tambangnya di Indonesia adalah
sekitar 60% (Simak Investor Daily, 10 Agustus 2009).

14. Hampir 700 ribu ton material dikeruk dan mengahasilkan 225 ribu ton bijih
emas setiap harinya. Jumlah ini setara dengan 70 ribu truk kapasitas angkut 10 ton
berjejer sepanjang 700 km sejauh jarak Jakarta sampai Surabaya.

15. Freport hampir tidak berkontribusi terhadap Indonesia, bahkan penduduk


mimika sendiri. Kompisisi Penduduk Kabupaten Mimika, tempat Freeport berada,
terdiri dari 35% penduduk asli dan 65% pendatang. Menurut BPS 41% penduduk
mimika miskin, 60% penduduk miskin tersebut adalah penduduk asli. Di Provinsi
Papua sendiri, kemiskinan mencapai 80,07% atau 1,5 juta penduduk.

16. Lebih dari 66% penduduk miskin papua adalah penduduk asli yang tinggal di
wilayah operasi Freeport di pegunungan tengah, yang notabene para aparat disana
antara tahun 1998 dan 2004 telah menerima suap mencapai hampir 20 juta dolar
AS (Menurut laporan New York Times pada Desember 2005). Dan malah kantong-
kantong kemiskinan justru menggerogoti wilayah yang ada di sekitar Freeport.

Dengan fakta-fakta diatas tersebut, maka wajar jika hal ini menjadi sesuatu yang
dilematis bagi bangsa Indonesia selama ini, khususnya masyarakat Papua. Padahal,
pertambangan yang sangat luar biasa besar ini, mampu kita kelola sendiri, dengan
jerih payah kita sendiri, tanpa campur tangan pihak asing sedikit pun.

Namun, pemerintah tampaknya tidak berdaya dan tidak memiliki kemampuan


untuk melakukan pemberhentian kerjasama dengan pihak Freeport, guna
menyelamatkan harkat dan martabat seluruh bangsa Indonesia. Karena pemerintah
telah terkontaminasi dan buta oleh jumlah dolar yang menggiurkan dari Freeport
yang masuk ke kantong mereka masing-masing.

Berikut beberapa tentang fakta freeport yang merugikan bangsa Indonesia.


* PT Freeport McMoran Indonesia (Freeport) melakukan aktivitas penambangan di
Papua yang dimulai sejak tahun 1967 atau selama 42 tahun. Keuntungan dari
kegiatan penambangan mineral freeport telah menghasilkan keuntungan luar bisas
besar terhadap perusahaan milik bule tersebut, tetapi lihat apakah keuntungan it
juga dinikmati bangsa Indonesia terutama rakyat papua, kenapa pula di Yohukimo
masih terjadi kelaparan.

* Hasil tambang Freeport berupa tambang emas, perak, dan tembaga terbesar di
dunia. Fasilitas dan tunjangan serta keuntunga yang dinikmati para petinggi
freeport besarnya 1 juta kali lipat pendapatan tahunan penduduk Timika, Papua
yang hanya sekitar $132/tahun. Keuntungan yang diperoleh Freeport tidak
melahirkan kesejahteraan bagi Indonesia terutama warga sekitar. Kesenjangan ala
kolonial ini menjadi bibit konfik di papua

* Keberadaan sang freeport sangat didukung pemerintah. Dilihat dari


Penandatanganan Kontrak Karya (KK) I pertambangan antara pemerintah
Indonesia dengan Freeport pada 1967, yang kemudian menjadi landasan aktivitas
pertambangan freeport. Bahkan kemudian UU Pertambangan Nomor 11/1967, yang
disahkan pada Desember 1967 yang disahkan delapan bulan setelah
penandatanganan KK menjadikan KK tersebut menjadi dasar penyusunanya.

* Penambangan Ertsberg dimulai pada Maret 1973 dan habis pada tahun 1980-an
sisanya lubang sedalam 360 meter.

* Pada tahun 1988, Freeport mulai menambang Grasberg sebuah cadangan raksasa
lainnya, hingga saat ini.

* Hasil dari eksploitasi kedua wilayah tersebut diatas,Freeport memperolah sekitar


7,3 juta ton tembaga dan 724, 7 juta ton emas.
* Sampai Bulan Juli 2005, lubang yang diakibatkan penambangan Grasberg
mencapai diameter 2,4 kilometer yang meliputi luas 499 ha, dalamnya 800m, sama
dengan ketinggian gedung tertinggi di dunia Burj Dubai

* Diperkirakan terdapat 18 juta ton cadangan tembaga, dan 1.430 ton cadangan
emas yang tersisa hingga rencana penutupan tambang pada 2041.

* Masalah yang timbul dari aktivitas Freeport yang berlangsung dalam kurun waktu
lama ini diantaranya penerimaan negara yang tidak optimal dan peran
negara/BUMN untuk ikut mengelola tambang yang sangat minim serta dampak
lingkungan yang luarbiasa. Kerusakan bentang alam seluas 166 km persegi di DAS
sungai Ajkwa yang meliputi pengunungan Grasberg dan Ersberg. berupa rusaknya
bentang alam pegunungan Grasberg dan Erstberg.

* Cadangan emas yang dikelola freeport termasuk di dalam 50% cadangan emas
dikepulauan Indonesia. Dari hasil luar biasa banyak tersebut yang masuk APBN
sangat sedikit.

* Freeport baru mengakui bahwa mereka menambang emas pada tahun 2005,
sebelumnya yang diakui hanya penambangan tembaga. banyaknya emas yng
ditambang selama 21 tahun tidak diketahui publik.

* 10 Volume emas dicurigai lebih diperkirakan sebesar 2,16 hingga 2,5 miliar ton
emas.

* Coba anda simak, Pendapatan utama Freeport adalah dari operasi tambangnya di
Indonesia (sekitar 60%, Investor Daily, 10 Agustus 2009).

* Hampir 700 ribu ton material dikeruk dan mengahsilkan225 ribu ton bijih emas
Setiap hari . Jumlah ini setara dengan 70 ribu truk kapasitas angkut 10 ton berjejer
sepanjang 700 km sejauh jarak Jakarta – Surabaya
* Freport hampir tidak berkontribusi terhadap Indonesia bahkan penduduk mimika
sendiri. Kompisisi Penduduk Kabupaten Mimika, tempat Freeport berada, terdiri dari
35% penduduk asli dan 65% pendatang. Menurut BPS 41 % penduduk mimika
miskin, 60% penduduk miskin tersebut adalah penduduk asli. Di Provinsi Papua
sendiri kemiskinan mencapai 80,07% atau 1,5 juta penduduk.

* Lebih dari 66 % pnduduk miskin papua adalah penduduk asli tinggal wilayah
operasi freeport di pegunungan tengah. Kantong2 kemiskinan justru ada diwilayah
freeport...betapa menyedihkannya nasib tanah air kita… kapankah benar2 merdeka
negeri ini..?

Sumber : Blog Media Kata, Wikipedia & berbagai sumber lainnya

Manfaat Ekonomi bagi PT freeport


PT Freeport Indonesia (PTFI) yang bergerak di bidang pertambangan memberikan manfaat ekonomi
langsung dan tidak langsung yang cukup besar bagi pemerintah di tingkat pusat, provinsi maupun
kabupaten, dan bagi perekonomian Papua dan Indonesia secara keseluruhan. Manfaat langsung
termasuk kontribusi lazimnya suatu perusahaan kepada negara, mencakup pajak, royalti, dividen, iuran
dan dukungan langsung lainnya. Kami merupakan penyedia lapangan kerja swasta terbesar di Papua,
dan termasuk salah satu wajib pajak terbesar di Indonesia. Pada tahun 2005, PTFI berhasil mencapai
tingkat produksi tertinggi di saat harga-harga komoditas cukup tinggi. Oleh sebab itu, jumlah
pembayaran dalam bentuk pajak, royalti, dividen, dan iuran untuk tahun 2005 mencapai sekitar 1,2
miliar dolar AS, yang merupakan jumlah terbesar sepanjang sejarah kami. Sejak tahun 1992, manfaat
langsung bagi Indonesia telah mencapai 3,9 miliar dolar AS.

Kontribusi tidak langsung PTFI bagi Indonesia jumlahnya jauh lebih besar lagi, dan sejak tahun 1992
meliputi hal-hal sebagai berikut:

* Investasi sejumlah hampir 4,8 miliar dolar AS untuk membangun prasarana perusahaan di Papua,
termasuk kota-kota, sarana pembangkit listrik, pelabuhan dan bandar udara, jalan, jembatan,
terowongan, sarana pembuangan limbah, sistem komunikasi modern, dan prasarana lainnya yang
kepemilikannya akan beralih ke Pemerintah Indonesia pada saat masa kontrak kami berakhir.
* Investasi sebesar lebih 425 juta dolar AS dalam bentuk prasarana sosial yang memberi manfaat
langsung bagi masyarakat setempat seperti gedung sekolah, rumah sakit, klinik kesehatan, perkantoran,
sarana ibadah, sarana rekreasi dan pengembangan usaha kecil dan menengah.
* Penyediaan lapangan kerja secara langsung dari PTFI bagi sekitar 8.000 orang pada tahun 2005. Dari
jumlah tersebut, lebih dari 2.000 orang, atau lebih dari 25 persen adalah putra daerah Papua.
* Pembayaran upah bagi karyawan PTFI sendiri telah mencapai lebih dari 1 miliar dolar AS sejak tahun
1992.
* Lapangan kerja bagi karyawan kontrak, perusahaan privatisasi dan perusahaan mitra lainnya yang
melayani kebutuhan PTFI, jumlahnya mencapai 10.700 pekerja pada tahun 2005. Artinya, jumlah orang
yang dipekerjakan atau yang melayani kegiatan operasi kami secara keseluruhan mencapai sekitar
18.700 orang.
* Pembelian barang dan jasa dari dalam negeri sebesar lebih 3,7 miliar dolar AS.

Secara langsung dan tidak langsung, 277.000 lapangan kerja telah tercipta dengan keberadaan PTFI.
(Studi LPEM-UI).

Pada tahun 2003, kami menugaskan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia (LPEM-UI) untuk melakukan kajian dampak ekonomi atas efek berganda dari PTFI
terhadap Papua dan Indonesia sejak tahun 1992. Studi ini dikaji ulang di tahun 2005. Para pakar
ekonomi tersebut menemukan bahwa kontribusi PTFI mewakili:

* 2,4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, 58 persen PDRB Papua, dan 99 persen PDRB
Kabupaten Mimika di tahun 2005.
* Kontribusi terhadap PDB nasional tersebut mencapai hampir 65 triliun rupiah di tahun 2005, atau lebih
dari 7 miliar dolar AS berdasarkan kurs pada saat itu. PTFI telah memberikan kontribusi lebih dari 40
miliar dolar AS kepada PDB nasional sejak tahun 1992.
* Menciptakan 37 peluang kerja tidak langsung bagi setiap karyawan perusahaan, sehingga secara
nasional menambah 277.000 kesempatan kerja.
* Pembayaran pajak perusahaan mencapai 1,6 persen dari Anggaran Belanja Nasional.
* Membiayai lebih dari 63 persen dari seluruh dana program pengembangan masyarakat yang
merupakan kontribusi sektor pertambangan di Indonesia melalui berbagai program sosial perusahaan.
* Mencapai 1,3 persen dari seluruh pendapatan rumah tangga negara, dan 42 persen dari pendapatan
provinsi Papua.

Bantuan perumahan 3 desa di Dataran Tinggi dan 5 desa di Dataran Rendah.


Selain itu, sejak tahun 1996, PTFI telah mengalokasikan sebagian dari pendapatannya untuk
dimanfaatkan masyarakat setempat melalui Dana Kemitraan Freeport bagi Pengembangan Masyarakat.
Dana tersebut telah membantu pembangunan sekolah, rumah sakit, sarana ibadah, perumahan dan
sarana umum pada wilayah operasi kami di Papua. Dana tersebut juga mendukung serangkaian program
dan pelatihan komprehensif di bidang kesehatan dan pendidikan serta berbagai prakarsa
pengembangan usaha kecil, agar masyarakat Papua memperoleh manfaat dari perkembangan ekonomi
yang tengah terjadi di daerah ini.

Kontribusi untuk dana kemitraan, termasuk bagian dari mitra usaha patungan kami Rio Tinto plc,
mencapai jumlah 42 juta dolar AS pada tahun 2005, dan jumlah total kontribusi bagi dana tersebut
mencapai 194 juta dolar AS sejak awalnya. Majalah Business Week yang menerbitkan hasil survei
mengenai peringkat perusahaan-perusahaan AS paling dermawan, telah dua kali menempatkan
Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc. sebagai perusahaan AS yang paling dermawan dari segi jumlah
uang tunai yang disisihkan dari persentase pendapatan. Hal ini sebagian besar berkat Dana Kemitraan
bagi Pengembangan Masyarakat.

Keuntungan Freeport Rp. 4000 Triliun, Negara Dapat 1%nya

Marwan Batubara

Subkhan AS
subkhan@tambang.co.id

Jakarta-TAMBANG. Direktur Indonesian Resources Studies (IRESS), Marwan Batubara


mengatakan, keuntungan yang didapat PT. Freeport Indonesia dari hasil tambangnya di Papua
mencapai Rp 4.000 triliun. Hal ini dihitung dari hasil laporan cadangan mineral PT. Freeport
Indonesia di tahun 2010.

“Cadangan mineral PT. Freeport Indonesia berdasarkan laporan tahunannya di tahun 2010,
cadangan emas sebesar 55 juta ons, tembaga 56,6 pounds dan perak 180,8 juta ons di tambang
Grasberg. Maka dengan harga mineral terutama emas yang terus naik, cadangan ini berpotensi
menghasilkan USD 500 milyar atau sekitar Rp. 4000 triliun,” jelasnya.

Sebab itu, dirinya menilai perbuatan dengan memsukan unsur pembayaran pajak PPH untuk
membesar-besarkan penerimaan Negara adalah tindakan yang tidak fair alias tidak adil.

Padahal menurutnya, pembayaran pajak memang sudah menjadi kewajiban perusahaan tambang
sebagai biaya operasional perusahaan sebelum memperhitungkan keuntungan.

“Disebutkan setelah beroperasi lebih empat dasawarsa, total kontribusi PT. Freeport Indonesia
hingga Juni 2011 sebesar 12,8 miliar. Jumlah tersebut terdiri atas royalti USD 1,3 miliar, deviden
USD 1,2 miliar, PPh badan USD 7,9 miliar, PPH karyawan dan pajak lainnya USD 2,4 miliar.
Tentu saja ini tidak relevan,” tegasnya di Jakarta.

Atas dasar hal itulah, dirinya mendesak PT. Freeport Indonesia harus mau renegosiasi dan
mematuhi seluruh UU Nomor 4 Tahun 2009, tanpa kecuali. Jika PT. Freeport Indonesia tidak
mau menjalankannya, maka perusahaan tambang asal Amerika tersebut dapat dikatakan telah
melakukan pembangkangan atas undang-undang dan dapat ditindak lanjuti dengan pemutusan
kontrak karya.

Selain itu dirinya juga mendesak agar pemerintah Indonesia juga mencabut PP No. 20 Tahun
1994 tentang kepemilikan saham dalam perusahaan yang didirikan dalam rangka Penanaman
Modal Asing (PMA). Begitu juga dengan surat keputusan Badan Koordinasi dan Penanaman
Modal (BKPM) Nomor 415/A.6/1997 yang antara lain berisi ketentuan membebaskan PT.
Freeport Indonesia dari kewajiban divestasi.

Terlebih lagi penerbitan surat tersebut ditandatangani oleh Kepala BKPM yang jabatannya lebih
rendah daripada Presiden, mengingat bahwa kontrak karya PT. Freeport Indonesia yang
menandatangani adalah Presiden, sehingga tidak ada alasan BKPM untuk mengeluarkan surat
yang bertentangan dengan kontrak karya yang ditandatangani Presiden.

Dimana dengan mencabut PP tersebut, lanjutnya, PT. Freeport Indonesia tidak dapat berkelit soal
kewajibannya untuk melakukan divestasi saham seperti yang berlaku pada PT Newmont Nusa
Tenggara (PT NNT).

“Maka itu, kedepan pemerintah pusat dan derah harus membentuk konsorsium untuk memiliki
saham PT. Freeport Indonesia dan menjadi pengendali mulai saat ini hingga 10 tahun yang akan
datang,” pungkasnya.

PT Freeport Indonesia Memberikan Manfaat


Langsung 1,4 miliar Dolar AS kepada
Pemerint

Tweet

 LinkBack
 Thread Tools
 Search Thread
 Display

1. 18-10-13, 04:48 PM #1
mayang10

Junior Member

Join Date
Jul 2013

Posts

107

Rep Power

PT Freeport Indonesia Memberikan Manfaat Langsung 1,4 miliar Dolar


AS kepada Pemerint

PT Freeport Indonesia telah melakukan kewajiban pembayaran kepada


Pemerintah Indonesia sebesar 692 juta dolar AS, atau sekitar Rp 5,9 triliun
dengan kurs saat ini, yang terdiri dari Pajak Penghasilan Badan sebesar 594
juta dolar AS, Pajak Penghasilan Karyawan, Pajak Daerah serta pajak-pajak
lainnya sebesar 48 juta dolar AS, dan royalti sebesar 50 juta dolar AS.
Dengan pembayaran Triwulan II ini, total kewajiban pembayaran Freeport
Indonesia kepada Pemerintah Indonesia selama Semester I 2011 sebesar 1,4
miliar dolar AS atau sekitar Rp 11,7 triliun dengan kurs saat ini.
Nilai pembayaran triwulanan berfluktuasi sesuai dengan harga komoditas,
tingkat penjualan dan produksi.
Total kewajiban keuangan sesuai dengan ketentuan yang mengacu pada
Kontrak Karya tahun 1991 yang telah dibayarkan Freeport Indonesia kepada
Pemerintah Indonesia sejak tahun 1992 sampai bulan Juni 2011 adalah
sebesar 12,8 miliar dolar AS. Jumlah tersebut terdiri dari pembayaran Pajak
Penghasilan Badan sebesar 7,9 miliar dolar AS, Pajak Penghasilan Karyawan,
Pajak Daerah, serta pajak- pajak lainnya sebesar 2,4 miliar dolar AS, royalti
1,3 miliar dolar AS dan dividen sebesar 1,2 miliar dolar AS.
Freeport Indonesia juga memberikan kontribusi tidak langsung bagi
Indonesia termasuk investasi infrastruktur di Papua seperti kota, instalasi
pembangkit listrik, bandara udara dan pelabuhan, jalan, jembatan, sarana
pembuangan limbah, dan sistem komunikasi modern. Infrastruktur sosial
yang disediakan oleh perusahaan termasuk sekolah, asrama, rumah sakit
dan klinik, tempat ibadah, sarana rekreasi dan pengembangan usaha kecil
dan menengah. Freeport Indonesia telah melakukan investasi senilai kurang
lebih 7,2 miliar dolar AS pada berbagai proyek.
Berdasarkan studi yang dilakukan Lembaga Penelitian Ekonomi dan Sosial
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM-UI) pada tahun 2010,
kontribusi Freeport Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto Daerah
(PDRB) Kabupaten Mimika mencapai 96%, sedangkan untuk PDRB Propinsi
Papua mencapai 68%. Kontribusi Freeport Indonesia terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai 1,59%.
Sampai dengan tahun 2010, jumlah total karyawan Freeport Indonesia dan
perusahaan kontraktornya berjumlah lebih dari 22.000 orang; 30%
diantaranya adalah pekerja asli Papua dan hanya mempekerjakan kurang
dari 2% tenaga asing. Untuk meningkatkan tenaga terampil asal Papua, pada
tahun 2003 Freeport Indonesia mendirikan Institut Pertambangan
Nemangkawi (IPN) sebagai pusat pelatihan tenaga terampil yang sampai
saat ini sudah meluluskan lebih dari 1.500 siswa magang untuk bekerja di
Freeport Indonesia dan perusahaan kontraktor.
Freeport Indonesia senantiasa berupaya menjalankan kegiatan operasi
pertambangannya dengan cara yang mengedepankan hubungan yang positif
dan terbuka dengan masyarakat, pemerintah dan pemangku kepentingan
lain guna mendukung manfaat berkelanjutan. Sepanjang tahun 2010,
Freeport Indonesia telah menginvestasikan lebih dari 155 juta dolar AS
dalam berbagai program pembangunan berkelanjutan di Papua; 72,9 juta
dólar AS dimanfaatkan untuk pengelolaan lingkungan sedangkan 112,6 juta
dólar AS diperuntukkan untuk program pengembangan sosial dimana 69,7
juta dolar AS diperuntukkan untuk program pengembangan masyarakat
melalui dana kemitraan.

Nilai-Nilai PTFI

Menjalin Kerja Sama, Memastikan Pembangunan Berkelanjutan

Sebagai warga yang baik (good corporate citizen), kami selalu berusaha memberikan
kontribusi positif bagi masyarakat di manapun kami melakukan kegiatan, dan tentunya
bagi masyarakat dan bangsa Indonesia secara keseluruhan.

Sebagai warga yang baik (good corporate citizen), kami selalu berusaha memberikan kontribusi
positif bagi masyarakat di manapun kami melakukan kegiatan, dan tentunya bagi masyarakat dan
bangsa Indonesia secara keseluruhan. Kami berkarya menuju pembangunan berkelanjutan
dengan ikut memastikan lingkungan yang sehat bagi tenaga kerja kami maupun masyarakat di
dalam wilayah kegiatan kami yang hidup dan berkembang. Sebagai warga masyarakat, PT
Freeport Indonesia selalu berusaha untuk menciptakan dan mendukung program peningkatan
keterampilan kepada masyarakat setempat, serta menciptakan dampak positif yang permanen
setelah kegiatan pertambangan tidak ada lagi di wilayah itu.
Menerapkan Etika, Profesional dalam Bekerja

Dengan tanggung jawab yang telah diamanahkan Pemerintah Indonesia kepada kami selaku
pengelola pertambangan di Provinsi Papua, kami melakukan penambangan cadangan tembaga
dan emas terbesar di dunia, dengan wawasan perencanaan dan pengelolaan membentang
berpuluh-puluh tahun ke depan. Begitu besarnya kegiatan, proyek dan program tersebut
memberikan kami kesempatan untuk bermitra dengan Pemerintah Indonesia, Provinsi Papua,
Kabupaten Mimika, dan masyarakat di sekitar kami untuk masa depan berkelanjutan yang
bermanfaat bagi semua pihak. Kami juga menjalin hubungan yang aktif serta senantiasa
berdialog bersama para pemangku kepentingan guna menjamin keberhasilan bersama.

Sejak tahun 1992, saat dimulainya kontrak kami yang berlaku saat ini dengan pemerintah
Indonesia pada, manfaat langsung bagi masyarakat Indonesia telah mencapai nilai lebih dari
USD 8 miliar. Kami merupakan penyedia kerja swasta terbesar di Papua dan sebagai salah satu
wajib pajak terbesar di Indonesia. Selain itu, dukungan sukarela yang kami berikan bagi
pengembangan masyarakat, pengakuan kami atas hak ulayat masyarakat setempat, program
pengelolaan lingkungan, serta berbagai kegiatan lainnya telah memberi sumbangan berarti untuk
Papua dan masyarakat Indonesia.

Kami menghargai tanggapan dan kepedulian para karyawan dan pemangku kepentingan di masa
penuh tantangan ini. Komitmen kami di bidang lingkungan, ekonomi, dan sosial tidak pernah
surut. Semangat, dedikasi, dan kerjasama dari seluruh pemangku kepentingan sangat penting
untuk mendukung upaya menuju pembangunan berkelanjutan, pada masa lalu, saat ini, hingga
jauh di masa depan.

PT Freeport Indonesia merupakan anak perusahaan Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc.
yang bergerak di bidang pertambangan di Indonesia. Selaku salah satu penghasil terbesar
tembaga dan emas di dunia, PT Freeport Indonesia menyadari pentingnya logam bagi ekonomi
dunia saat ini. Pemenuhan kebutuhan atas barang tersebut harus diimbangi dengan kewajiban
sosial dan lingkungan sehingga dalam memenuhi kebutuhan generasi saat ini, hendaknya kita
tidak membahayakan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
Inilah doktrin pokok dari “Pembangunan Berkelanjutan” yang mendasari komitmen kami.
PT Freeport Indonesia menganut dan menaati kebijakan-kebijakan organisasi induk menyangkut
etika, sosial, dan lingkungan. Kebijakan yang kuat telah memandu PT Freeport Indonesia
menempuh jalan menuju pembangunan berkelanjutan. Pengalaman kami selama 40 tahun
menjadi sumber pengetahuan dan keterampilan dalam pelaksanaan kebijakan tersebut.
Komitmen menjalankan transparansi memungkinkan pemangku kepentingan untuk memantau
kinerja kami.

Pendekatan yang Kami Tempuh


Mengelola Berbagai Tantangan, Mengoptimalkan Peluang
Selaku anggota pendiri dari International Council on Mining and Metals (ICMM/Dewan
Internasional tentang Pertambangan dan Logam), Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc.
menganut Kerangka Kerja Pembangunan Berkelanjutan dari ICMM, dan komitmen ini
melandasi upaya kami untuk mengenal dan mengelola berbagai tantangan dan peluang di seluruh
operasi kami. Kerangka kerja tersebut (www.icmm.com) terdiri dari tiga unsur yang wajib
dipenuhi oleh anggota korporasi:

1. Melaksanakan 10 Asas Pembangunan Berkelanjutan ICMM di seluruh kegiatan usaha,


2. Membuat laporan sesuai dengan kerangka Global Reporting Initiative (GRI/Prakarsa Pelaporan
Global) yaitu pedoman Pelaporan Standar Generasi K etiga (G3 Standard Disclosure) serta
Mining and Metals Sector Supplement (MMSS), dan
3. Memberi jaminan (assurance) secara independen terhadap pelaksanaan komitmen.

Pada tahun 2009, kami mengembangkan dan melaksanakan pendekatan berbasis risiko terhadap
seluruh Portofolio kegiatan kami dalam rangka lebih menegaskan, mengelola, dan memantau
tantangan serta peluang pembangunan berkelanjutan yang terpenting bagi pemangku
kepentingan maupun usaha kami. Kami pun akan memenuhi komitmen jaminan dengan
melaporkan hal-hal sebagai berikut:

 Penyelarasan kebijakan keberlanjutan dengan 10 Asas Pembangunan Berkelanjutan ICMM


maupun persyaratan wajib yang tertuang di dalam pernyataan posisi ICMM;
 Risiko dan peluang penting pembangunan berkelanjutan yang kami hadapi berdasarkan tinjauan
yang dilakukan terhadap kegiatan usaha, maupun informasi dari pemangku kepentingan;
 Keberadaan dan status berbagai sistem dan pendekatan yang digunakan dalam pengelolaan
risiko dan peluang penting pembangunan berkelanjutan tersebut;
 Kinerja kami terkait risiko dan peluang pembangunan berkelanjutan yang telah diidentifikasi;
dan Pengungkapan wajib dalam level aplikasi A+ pada Pedoman Pelaporan Keberlanjutan GRI
G3.

Anda mungkin juga menyukai