Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini sering terjadi kecelakaan-kecelakaan kerja karena kurangnya


pengetahuan mengenai pekerjaan yang dilakukan. Salah satu pekerjaan yang amat
beresiko adalah penambangan.

Proses kegiatan tambang bawah tanah membutuhkan proses yang


kompleks. Risiko yang dihadapi pun cukup besar apabila ada kesalahan dalam
melakukannya.

Bila terjadi sesuatu yang mengakibatkan terhentinya kegiatan tambang di


bawah tanah, akan meyebabkan kerugian yang sangat besar. Cadangan akan
hilang dan tidak akan kembali lagi seperti semula karena bijih mineral yang sudah
diberaikan akan terkompakkan kembali. Akibatnya, perusahaan mengalami
kerugian triliunan rupiah atas investasi yang ditanamkan. Selain itu, dapat terjadi
kerusakan terowongan akibat konsentrasi tegangan dalam waktu yang lama.

Oleh sebab itu penting untuk mengetahui, mempelajari, dan memahami


bagaimana proses kegiatan tambah bawah tanah berlangsung. Bukan hanya untuk
keselamatan jiwa, tetapi juga untuk meminimalisir kerugian jangka panjang yang
bisa ditimbulkannya.

Makalah ini merupakan suatu bentuk kepedulian penulis terhadap


keselamatan bagi pekerja maupun perusahaan dalam proses penambangan bawah
tanah. Mengangkat judul SISTEM PENAMBANGAN BAWAH TANAH MINERAL
BIJIH, penulis melakukan kajian teoritis dan penuangan opini melalui tulisan
ilmiah ini.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan tambang bawah tanah?
2. Bagaimana proses dan pembagian dalam penambangan bawah tanah
mineral bijih?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian tambang bawah tanah.


2. Untuk mengetahui proses dan pembagian dalam penambangan bawah
tanah mineral bijih.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Bagi penulis, untuk membuka jendela pengetahuan serta wawasan kami


sebagai mahasiswa mengenai sistem penambangan bawah tanah mineral
bijih di Indonesia.

2. Bagi mahasiswa, untuk dijadikan sebagai tolak ukur atau referensi dalam
pengembangan diri serta wawasan mahasiswa mengenai sistem
penambangan bawah tanah mineral bijih di Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

2
2.1 Pengertian Tambang Bawah Tanah

Secara umum pengertian tambang bawah tanah adalah suatu sistim


penambangan mineral atau batubara dimana seluruh aktivitas penambangan tidak
berhubungan langsung dengan udara terbuka.

2.2 Tahap Utama Dalam Metode Tambang Bawah Tanah

Ada dua tahap utama dalam metode tambang bawah tanah: development
(pengembangan) dan production (produksi). Pada tahap development, semua yang
digali adalah batuan tak berharga. Tahap development termasuk pembuatan jalan
masuk dan penggalian fasilitas-fasilitas bawah tanah lain.

Sedang tahap production adalah pekerjaan menggali sumber bijih itu


sendiri. Tempat bijih digali disebut stope (lombong). Disini uang mulai bisa
dihasilkan. Dengan semua pekerjaan yang dilakukan di bawah tanah dengan
panjang terowongan yang mencapai ribuan meter, maka diperlukan usaha khusus
untuk mengalirkan udara ke semua sudut terowongan. Pekerjaan ini menjadi tugas
tim ventilasi tambang.

Selain mensuplai jumlah oksigen yang cukup, ventilasi juga mesti


memastikan agar semua udara kotor hasil pembuangan alat-alat diesel dan gas
beracun yang ditimbulkan oleh peledakan bisa segera dibuang keluar. Untuk
memaksa agar udara mengalir ke terowongan, digunakanlah fan (kipas) raksasa
dengan berbagai ukuran dan teknik pemasangan.

Untuk menjaga kestabilan terowongan diperlukan pula penyangga-


penyangga terowongan. Berbagai metode penyanggaan (ground support) telah
dikembangkan. Penyanggaan yang optimal akan mendukung kelangsungan
kinerja dan juga keselamatan semua pekerja.

3
2.3 Syarat-Syarat Penerapan Tambang Bawah Tanah

Prinsip pokok eksploitasi tambang bawah tanah adalah memilih metode


penambangan yang paling cocok dengan keunikan karakter (sifat alamiah,
geologi, lingkungan, dll) endapan mineral dan batuan yang akan ditambang,
dengan memperhatikan batasan tentang keamanan, teknologi dan ekonomi.
Batasan keekonomian berarti bahwa dengan biaya produksi yang rendah tetapi
diperoleh keuntungan pengembalian yang maksimum (return the maximum profit
ataupun rate of return ROR) serta lingkungan. Untuk menentukan tambang bawah
tanah harus memperhatikan:

1. Karakteristik penyebaran deposit atau geometri deposit (massive, vein,


disseminated, tabular, platy, sill, dll)

2. Karakteristik geologi dan hidrologi (patahan, sesar, air tanah,


permeabilitas)

3. Karakteristik geoteknik (kuat tekan, kuat tarik, kuat geser, kohesi, Rock
Mass Rating, Q-System, dll)

4. Faktor-faktor teknologi (hadirnya teknologi baru, penguasaan teknologi,


Sumber Daya Manusia, dll)

5. Faktor lingkungan (limbah pencucian, tailing, amblesan, sedimentasi, dll)

2.4 Ruang Lingkup Tambang Bawah Tanah

Jenis-jenis pekerjaan pada tambang bawah anah antara lain:

1. Penyiapan sarana dan prasarana di permukaan

2. Penyiapan sarana dan pekerjaan bawah tanah, meliputi

a. Pembuatan jalan masuk utama (main acces pada primary development)

b. Pembuatan lubang-lubang sekunder dan tersier (secondary


development dan tertiary development)

4
3. Kegiatan eksploitasi: breaking (loosening) dengan pemboran dan
peledakan, pemuatan(loading), pengangkutan (hauling, tranporting)

4. Penanganan dan operasi pendukung: penyanggaan, penerangan, ventilasi,


penirisan, keselamatan kerja, dll).

2.5 Keunggulan Dan Kelemahan Tambang Bawah Tanah Secara Umum

1. Keunggulan tambang bawah tanah

 Tidak terpengaruh cuaca karena bekerja dibawah permukaan tanah

 Kedalaman penggalian hampir tak terbatas karena tidak berkait dengan


SR

 Secara umum beberapa metode tambang bawah tanah lebih ramah


lingkungan (misal: cut and fill, shrinkage stoping, stope and pillar)

 Dapat menambang deposit dengan model yang tidak beraturan

 Bekas penggalian dapat ditimbun dengan tailing dan waste.

2. Kelemahan tambang bawah tanah

 Perlu penerangan.

 Semakin dalam penggalian maka resiko ambrukan semakin besar.

 Produksi relatif lebih kecil dibandingkan tambang terbuka.

 Problem ventilasi, bahan peledak harus yang permissible explossive,


debu, gas-gas beracun.

 Masalah safety dan kecelakaan kerja menjadi kendala.

 Mining recovery umumnya lebih kecil.

 Losses dan dilusi umumnya lebih susah dikontrol.

5
2.6 Jalan Masuk Tambang Bawah Tanah

Tambang bawah tanah mengacu pada metode pengambilan bahan mineral


yang dilakukan dengan membuat terowongan menuju lokasi mineral tersebut.
Berbagai macam logam bisa diambil melalui metode ini seperti emas, tembaga,
seng, nikel, dan timbal. Karena letak cadangan yang umumnya berada jauh
dibawah tanah, jalan masuk perlu dibuat untuk mencapai lokasi cadangan. Jalan
masuk dapat dibedakan menjadi beberapa:

 Ramp, jalan masuk ini berbentuk spiral atau melingkar mulai dari
permukaan tanah menuju kedalaman yang dimaksud. Ramp biasanya
digunakan untuk jalan kendaraan atau alat-alat berat menuju dan dari
bawah tanah.

 Shaft, yang berupa lubang tegak (vertikal) yang digali dari permukaan
menuju cadangan mineral. Shaft ini kemudian dipasangi semacam lift
yang dapat difungsikan mengangkut orang, alat, atau bijih.

 Adit, yaitu terowongan mendatar (horisontal) yang umumnya dibuat disisi


bukit atau pegunungan menuju ke lokasi bijih

2.7 Pembagian Metode Tambang Bawah Tanah

Metode tambang bawah tanah terbagi mejadi:

1. Open Stope Methodes

2. Supported Stope Methodes

3. Caving Methodes

4. Coal Mining Methodes

6
Berdasarkan pembagian metode penambangan di atas, dapat kita ketahui
bahwa penambangan metode penambangan batubara dipisahkan dari metode-
metode yang lain. Hal ini dikarenakan :

1. Batubara berupa lapisan sedimen.

2. Penyusunnya berupa Karbon, dan banyak mengandung Methane (gas


beracun).

Selanjutnya, metode tambang bawah tanah tersebut dapat dijelaskan


sebagai berikut:

1. Open Stope Methodes

Open Stope Methodes adalah sistem tambang bawah tanah dengan


ciri-ciri :

 Sedikit memakai penyangga, atau hampir tidak tidak ada.

 Umumnya merupakan cara penambangan sederhana, atau tradisional.

 Bisa menggunakan buruh-buruh yang tidak terlatih.

 Cocok untuk endapan bijih dengan ciri-ciri:

 Endapan bijih dan batuan induk relatif keras, sehingga tidak mudah
runtuh.

 Endapan bijih memiliki kemiringan lapisan (dip) lebih dari 70º.

 Ukuran bijih tidak terlalu besar.

 Tebal endapan bijih kurang dari 5 m.

 Antara batuan induk dan bijih mudah dibedakan atau terlihat jelas.

Sedangkan metode Open Stope Methode sendiri dibedakan


menjadi:

a. Gophering Coyoting

7
b. Glory Hole Methode

c. Shrinkage Stoping

d. Sublevel Stoping

Berdasarkan pembagian di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Gophering Coyoting

Metode Gophering Coyoting mempunyai ciri-ciri:

 Arah penambangan hanya mengikuti arah endapan bijih.

 Cara pengerjaannya tidak sistematis.

 Alat dan cara penambangnya sangat sederhana.

 Tanpa perencanaan rinci, karena dalam penambangnya hanya


mengikuti arah endapan

b. Glory Hole Methode

8
Metode Glory Hole Methode merupakan sistem penambangan dengan
cara bebas membuat lubang bukaan, dikarenakan baik batuan induk
maupun endapan bijih relatif kuat. mempunyai ciri-ciri:

 Metode ini cocok untuk endapan yang sempit atau relatif sedikit.

 Lebar endapan antara 1-5 m, tetapi dengan arah memanjang ke


bawah berbentuk bulat atau elips.

 Endapan bijih dan batuan induk kuat

c. Shrinkage Stoping

Metode Shrinkage Stoping mempunyai syarat atau ciri-ciri:

9
 Cocok untuk batuan kuat.

 Endapan mempunyai kemiringan lebih dari 70º.

 Tebal endapan tidak lebih dari 3 m.

 Endapan bijih memiliki nilai yang tinggi baik kadar maupun


harganya.

 Endapan bijih harus homogen atau uniform.

 Penambangan tidak selektif.

 Bukan merupakan endapan Sulfida (Fe), karena endapan Sulfida


harus dengan metode selektif mining, hal ini guna menghindari
pengaruhnya pada asam tambang

d. Sublevel Stoping

Sublevel Stoping adalah penambangan bawah tanah dengan cara


membuat level-level, kemudian dibagi menjadi sublevel-sublevel.
Sedangkan syarat-syaratnya sebagai berikut:

 Ketebalan cebakan antara 1–20 m.

 Kemiringan lereng sebaiknya lebih dari 30º.

10
 Baik endapan bijih dan batuan induk harus kuat dan keras.

 Batas endapan bijih dan batuan induk harus kuat dan tidak ada
retak-retak ketika dilakukan penambangan. Hal ini diperlukan agar
tidak terjadi dilusi atau pencampuran dua material. Dalam hal ini
pencampuran endapan bijih dengan batuan induk.

 Penyebaran kadar bijih sebaiknya homogen.

2. Supported Stope Methode

Supported Stope Methode adalah metode penambangan bawah tanah yang


menggunakan penyangga dalam proses penambangannya. Secara umum
ciri-ciri Supported Stope Methode antara lain:

 Cocok untuk endapan bijih serta batuan induk yang lunak.

 Cara penambangannya secara sistematis.

Supported Stope Methode dibedakan menjadi:

a. Shrink and Fill Stoping

Merupakan metode penambangan dengan cara membuat level-


level, dimana level-level tersebut merupakan endapan bijih yang

11
ditambang. Di dalam level-level tersebut dibuat Stope-stope atau
ruangan-ruangan. Setelah selesai menambang dalam satu level, maka
level tersebut diisi kembali dengan material lalu dilanjutkan dengan
membuat level baru. Arah tambang pada metode ini relatif horizontal.

b. Cut and Fill Stoping

Merupakan metode penambangan dengan cara memotong


batuan untuk membuat stope dalam level. Setelah selesai menambang
dalam satu stope, maka stope tersebut diisi kembali tanpa menunggu
selesai dalam satu level. Ini yang membedakan dengan Shrink and Fill
Stoping. Syarat Cut and Fill Stoping antara lain:

 Endapan bijih tebalnya antara 1–6 m.

 Arah endapan relatif mendatar tapi cukup tebal.

 Sebaiknya untuk endapan vein, kemiringannya harus lebih dari 45º.

 Dan untuk endapan yang bukan vein kurang dari 45º.

 Endapan bijih keras, tapi batuan induknya lunak.

 Endapan bijih bernilai tinggi baik kadar maupun harganya.

c. Square Set Stoping

12
Pada dasarnya, sistem penambangan ini dengan cara membuat
penyangga yang lebih sistematis, dimana penyangganya berbentuk
ruang (tiga dimensi). Baik berupa kubus ataupun balok. Penyangganya
sendiri dapat berupa kayu maupun besi. Ciri-ciri Square Set Stoping
antara lain:

 Ongkos penyangganya sangat mahal.

 Kemiringan endapan lebih dari 45º.

 Ketebalan bijih minimal 3,5 m.

 Baik endapan bijih maupun batuan induk mudah runtuh.

 Endapan tidak perlu memiliki batasan yang jelas antara endapan


bijih dan batuan induknya.

13
d. Stull Stoping

Sistem penambangan ini merupakan sistem penambangan yang


memasang penyangga dari footwall ke hanging wall. Stull sendiri
berarti kayu, sehingga pada sistem penambangan ini penyangganya
menggunakan kayu. Ciri-ciri sistem penambangan ini antara lain:

 Bijih cukup kuat, sehingga tidak perlu langsung disangga, tapi


batuan induk mudah pecah menjadi bongkahan-bongkahan.

 Kemiringan endapan bijih tidak terlalu berpengaruh.

 Ketebalan endapan bijih antara 1–5 m.

 Bijih harus bernilai tinggi.

 Recovery harus tinggi dan looses factor harus rendah, mengingat


biaya yang dibutuhkan untuk penyangga sangat mahal.

14
3. Caving method

Caving method disebut juga metode ambrukan, yang dibagi menjadi 2 :

a. Top slicing

Top Slicing adalah suatu penambangan untuk endapan-


endapan bijih dan lapisan penutup (overburden) yang lemah atau
mudah runtuh. Penambangan dilakukan selapis demi selapis dari
atas ke bawah pada lombong yang disanggah. Kalau lombong
sudah selesai digali, maka penyanggah diatasnya dibiarkan runtuh
sedikit demi sedikit atau secara bertahap. Metode ini akan
memungkinkan perolehan tambang yang tinggi walaupun sering
terjadi “dillution”.

Upaya untuk meningkatkan efisiensi sistem penambangan


ini adalah :

 Untuk memperbesar produksi, daerah penggalian diperbesar di


beberapa permukaan kerja (front).

15
 Mengurangi jumlah “raise” berarti jarak antara raise dapat
diperbesar.

 Mengurangi pekerjaan, persiapan harus diimbangi dengan


pengangkutan yang lebih efisien

 Untuk menghindari bahaya dan mengurangi keselamatan kerja,


proses ambrukan sebaiknya dibuat secara pelan-pelan agar tidak
runtuh dalam skala besar.

Keuntungan Top Slicing :

 Jika batuan samping tidak terlalu lemah, maka pengotoran jarang


terjadi.

 Dapat mengadakan pengambilan conto batuan (sampling) didalam


lombong secara teratur untuk mengetahui batas endapan yang
pasti.

 Dapat menghasilkan produksi yang besar.

 Jika endapan bijih teratur dan jelas batas-batasnya, maka perolehan


tambangnya sangat tinggi (90-95).

Kerugian Top Slicing :

 Pada saat hujan, air masuk melalui retakan-retakan.

 Dapat menyebabkan amblesan yang merusak topografi dan tata


lingkungan

 Ventilasi lombong menjadi sukar, sehingga perlu peralatan khusus.

 Membutuhkan persiapan kerja yang lama dan banyak

 Banyak menggunakan penyangga kayu sehingga dapat


menyebabkan kebakaran dan menimbulkan gas-gas beracun dari
proses pembusukan kayu penyangga.

16
b. Sub Level Caving

Sub Level Caving merupakan suatu cara penambangan


yang mirip top slicing tetapi penambangan dari sub level, artinya
penambangan dari atas ke bawah dan setiap penambangan pada
suatu level dilakukan lateral atau meliputi seluruh ketebalan bijih.
Endapan bijih antara dua sub level ditambang dengan cara
diruntuhkan atau diambrukkan. Suata tumpukan bekas penyangga
(timber mat) akan dibentuk di bagian atas dari ambrukan, sehingga
akan memisahkan endapan bijih yang pecah dari lapisan penutup
di atasnya.

Metode ini cocok untuk endapan-endapan bijih yang


memiliki sifat sebagai berikut :

 Bentuk endapan tidak homogen.

 Kekuatan batuan samping lemah dan dapat pecah menjadi


bongkahan- bongkahan dan akan menjadi penyangga batuan
terhadap timber dibawahnya.

 Kekuatan bijih lemah tetapi batuan dapat bertahan untuk tidak


runtuh selama beberapa waktu bengan penyanggahan biasa
walaupun tetap akan runtuh bila penyanggahan ini diambil. Sub
Level Caving merupakan salah satu metode penambangan untuk
tambang bawah tanah yang berproduksi besar, tetapi cukup
berbahaya. Umumnya kecelakaan yang terjadi adalah tertimpa
penyangga.

Keuntungan Sub Level Caving :

 Cara penambangannya agak murah

 Tidak ada pillar yang ditinggalkan

17
 Kemungkinan terjadinya kebakaran kecil, karena penggunaan
penyangga kayu sedikit, kecuali pada endapan-endapan sulfida.

 Ventilasi agak lebih baik dibandingkan dengan top slicing.

 Bias mengadakan pencampuran dengan memilih penambangan dari


berbagai lombong yang berbeda kadarnya.

 Pekerjaan persiapan sebagian besar dilakukan pada badan bijih,


sehingga sekaligus dapat berproduksi.

Kerugian Sub Level Caving :

 Sukar untuk mengadakan tambang pilih (selektif mining), karena


tak dapat ditambang bagian demi bagian

 Perolehan tambang tidak terlalu tinggi

 Dillution sering terjadi sampai 10%. Bila dillution harus rendah


maka mining recoverynya juga menurun.

 Merupakan cara penambangan yang kurang luwes karena terlalu


banyak syarat yang harus dipenuhi dan tidak mudah diubah ke
metode lain.

2.8 Penyanggaan Dalam Tambang

Penyangga dalam tambang bawah tanah dibedakan menjadi dua, antara


lain:

1. Penyangga Alamiah

Penyangga alamiah adalah penyangga yang menggunakan material yang


berada atau dihasilkan dari proses penambangan itu sendiri.

Penyangga alamiah dibagi menjadi:

 Endapan bijih yang ditinggalkan atau tidak ditambang.

18
 Endapan bijih kadar rendah. Setelah dinilai tidak ekonomis, endapan
bijih ini ditinggalkan sebagai penyangga.

 Waste ( batuan samping ), atau mineral lain yang tidak ditambang.

2. Penyangga Buatan (Artificial Support)

Artificial support adalah penyangga buatan yang dimasukan ke


dalam tamang bawah tanah, agar tidak runtuh. Bahan penyangga buatan
ini disebut juga Material Filling, dapat berupa tailing, pasir, tanah, semen,
baja, kayu, maupun baut batuan. Cara pemasangan penyangga dibedakan
menjadi:

 Raise set merupakan cara pemasangan penyangga dari bawah ke atas.

 Lead set merupakan cara pemasangan penyangga maju, searah dengan


penambangan endapan bijih.

 Corner set merupakan cara pemasangna penyangga ke arah samping


atau juga menyudut.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Proses kegiatan tambang bawah tanah membutuhkan proses yang


kompleks. Risiko yang dihadapi pun cukup besar apabila ada kesalahan dalam
melakukannya.

Bila terjadi sesuatu yang mengakibatkan terhentinya kegiatan tambang di


bawah tanah, akan meyebabkan kerugian yang sangat besar. Cadangan akan
hilang dan tidak akan kembali lagi seperti semula karena bijih mineral yang sudah
diberaikan akan terkompakkan kembali. Akibatnya, perusahaan mengalami
kerugian triliunan rupiah atas investasi yang ditanamkan. Selain itu, dapat terjadi
kerusakan terowongan akibat konsentrasi tegangan dalam waktu yang lama.

Oleh sebab itu penting untuk mengetahui, mempelajari, dan memahami


bagaimana proses kegiatan tambah bawah tanah berlangsung. Bukan hanya untuk
keselamatan jiwa, tetapi juga untuk meminimalisir kerugian jangka panjang yang
bisa ditimbulkannya.

3.2 Saran

1. Sebaiknya para pembaca mulai memahami pro dan kontra Euthanasia.


2. Perlu diadakan sosialisasi kepada masyarakat luas mengenai pro dan
kontra Euthanasia.

20
3. Diharapkan para pembaca untuk memanfaatkan makalah ini dengan
sebaiknya-baiknya, serta ikut menyebarkan informasi yang ada agar dapat
berguna bagi banyak orang.

DAFTAR PUSTAKA

http://infotambang.com/tambang-bawah-tanah-ii-p331-86.htm

http://www.najibpanjah.com/2011/02/tambang-bawah-tanah-underground-
mine.html

https://www.academia.edu/9330197/METODE_TAMBANG_BAWAH_TANAH

https://www.academia.edu/35839459/sistem_tambang_bawah_tanah

https://republika.co.id/berita/ekonomi/energi/17/05/23/oqeuhc416-begini-proses-
penambangan-bawah-tanah

21

Anda mungkin juga menyukai