Pepgetahuan
penis merupakah
utama ti'nda
-*--*, i t7 *J,
2.1 Anatomi
Penis adalah organ urogenital pria yang
x
,
le_"___i
Persarafan yang cabang-cabangnya tersebar di
subkutan berasal dari nervus pudendus pada dorsal
fasia buck's dan ligamentum suspensorium'
Prepusium merupakan lipatan kulit seperti kerudung
yang menyelimuti glans penis. Piepusium ini
dihubungkan dengan Slans Penis tepat di bawah
muara urethra eksterna sebagai lipatan yang disebut
frenulum.
Olans
Prepu*e
Tunrca alb*sl*ea
LJrelhra
e*rpu* *f*ngissltm
8sck"s la.scfa
* naf l*s ta$cia
*.!psrtr$ci fl*,filli:
ii*i:ry;lrJd ts,t!*
Srlt'4'$ lagltil -
S*rssl i1s&t#
Ca$*fi1*ilE. rartu;ry
I tl*sp $Ftsal*it*r.ij
**"?ltg **vern{}g{lm
fltinir'+nlhi.Eni'a - --. -I
iii$r* *F0fi*;fsrn
t9
-,.--}
v. dor$slis Superfisrairs
penis
dorsalis penis
dotsalis penis
d0rsalis psnis
a.proiunda penis
urethra
lunisa albug
corpus eavernoSum
Gambar 2.3 Perhatikan letak arteri, vena,nervus dan posisi untuk tindakan anestesi.
t'a
'.q
20
f:rin:tl'lc tli!:::r1:: t! Yr*i:
i.ili!.:di t:4{itli f, i':vr}$Fl-li
n +1'Str{ittr .aJ*t*l f ef I
2t l-
)'.i ,,ior,aosi
Seperti telah diuraikan di atas, penis dilalui
oleh urethra yang akan bermuara pada bagian distal
glans penis sebagai ostium urethra eksterna. Penis
juga merupakan organ genitalia laki-laki yang
berperan penting pada koitus. Apabila terdapat
rangsangan seksual baik rangsang raba, lihat, suara,
penciuman, ataupun rangsangan psikis maka akan
terjadi rangsangan terhadap sistem saraf pusat
melalui saraf aferen. lmpuls-impuls ini berjalan
melalui medula spinalis menuju ke sistem
parasimpatis pada segmen sakralis 2,3 dan 4.
Ereksi penis tergantung pada volume darah
yang masuk melalui arteri-arteri penis dibandingkan
dengan volume yang dikeluarkan melalui pembuluh
vena. Pada keadaan normal, stimulus simpatis
terhadap arteriola penis mempertahankan konstriksi
parsial otot polos di dalam dinding arteriola,
sehingga terjadi aliran darah yang sama sepanjang
penis. Dalam keadaan terangsang, impuls parasimpatis
menyebabkan vasodilatasi di dalam arteriola penis,
menghasilkan lebih banyak darah yang masuk
dibandingkan darah yang keluar.
5elama rangiangan parasimpatis. ierjadi inhibisi
simpatis ke arteriola penis. Pada waktu
yang sama, terjadi sedikit vasokonstriksi vena
dorsalis penis. Kombinasi peristiwa ini menyebabkan
jaringan spons dari korpora kavernosa dan korpus
spongiosum menjadi penuh dengan darah dan penis
menjadi membesar. Dalam kondisi ini penis dapat
dimasukkan ke dalam vagina dan berfungsi sebagai
organ kopulatorius untuk mengeluarkan semen.
Ereksi dikendalikan oleh dua bagian sistem
saraf pusat, hipothalamus dalam otak dan bagian
sakral saraf spinalis. Hipothalamus mengendalikan
pemikiran seksual secara sadar berasal dari korteks
serebri. Impuls saraf dari hipothalamus menimbulkan
tangSapan parasimpatis daerah sakral yang
menyebabkan vasodilatasi arteriola di dalam penis.
Tidak semua ereksi terjadi pada saat orang sadar,
stimulasi pada penis dapat menyebabkan ereksi
karena respon reflex di medula spinalis. Refleks ini
memungkinkan ereksi terjadi pada pria yang sedang
tidur atau infant yang mungkin disebabkan stimulus
22i
-.''.''..'.''.- -.-'.'-, --,..*...-........ j
dari popoknya. Mekanisme ereksi penis dapat
dilihat pada gambar 2.7.
$sr#*x4$r$**Pslery&w1
sixr{?*lelk* *f $J*S$Slin
credlF&*{rsdikis.iS r
23 i
....::
prepusium seorang anak sejak funiI" t.rtut, l<";; m
untuk dilakukan retraksi-
Gambar 2.8
Smegma seperti kapur benruarna putih dan melekat erat ke sulkus korona glandis
24
J
Gambar 2.9 Prepusium tidak dapat ditarik ke proksimal
2.4.2 Parafimosis
Parafimosis adalah suatu keadaan di mana
kulit bagian luar tertarik dan tertinggal di
belakang glans penis, menjepit glans dan
menyebabkan pembengkakan pembuluh darah
yang terasa nyeri dan edema. Parafimosis
seringkali iatrogenik setelah tenaga medis
memeriksa penis atau memasukkan kateter urethra
dan lupa mengembalikan kulit bagian luar ke
posisi semula. Parafimosis dapat menyebabkan
pembengkakan yang membekas pada glans penis
sehingga kulit bagian depan tidak dapat lagi ke
depan, membutuhkan slit dorsal darurat atau
sirkumsisi.
2.4.3 Peyronie's Disease
yang terjadi
Peyronie's disease adalah keadaan
akibat fibrosis di tunika albuginea, yaitu
membran elastis yang membungkus tiap korpus
kavernosum, mengakibatkan pembengkokan
Penis l(etika ereksi. Peyronie's disease mungkin
sulit didiagnosa dalam keadaan lemas, adanya
riwayat pembengkol<an penis saat ereksi dapat
menegakkan diagnosa. Pasa pemeriksaan fisik
didapatkan adanya plal( fibrosa sepanjang batang
penis.
25
G a m ba r 2 10 n" o8;il# ,i
H il;liff l[,'J;l5ilfi': [l [l::ff J::ifli 3 ffi
2.4.4 Priapismus
Priapismus adalah ereksi .berkepanjangan
yanS terasa nyeri tanpa adanya aktivitas seksual.
Sebagian besar hal ini terjadi pada pasien sickle
cell IeIapi dapat pula terjadi pada keganasan
stadium lanjut, gangguan koagulasi, penyakit
paru-paru, dan pada banyak pasien tanpa etiologi
yang jelas. Pasien biasanya mengeluh terjadinya
ereksi spontan yang terasa nyeri selama beberapa
jam. Pada pemeriksaan fisik didapatkan penis
yang kaku dan agak lembek tetapi glans penis
biasanya lemas.
2.4.5 Karsinoma
Karsinoma penis biasanya tampak seperti
lesi lunak yang menimbul pada glans penis atau
permukaan dalam prepusium atau dapat berupa
lesi ulseratif. Karsinoma penis biasanya terjadi
terutama pada pria yang tidak disirkumsisi. Hal ini
lebih sering terjadi di negara tertinggal dengan
higiene yang buruk. Karsinoma penis umumnya
adalah tumor sel skuamosa.
?9:
2.4.6 Hipospadia
Hipospadia adalah kelainan kongenital
dimana meatus urethra eksterna tidak terletak di
ujung glans penis melainkan terletak di sepanjang
sisi ventral penis atau pada skrotum atau pada
perineum. Frekuensinya sekitar I dari 300 kelahiran
bayi laki-laki (Avellan, 1975). Pada keadaan yang
lebih sering, jenis hipospadia yang lebih ringan
berupa urethra yang terletak pada atau distal dari
korona penis
Pada keadaan yang lebih jarang tetapi lebih
berat, meatus terletak pada batang penis atau pada
perineum. Hal ini men88an88u proses berkemih
pada posisi berdiri dan pada usia dewasa dapat
mengganggu fertilitas karena semen tidak terkumpul
pada serviks tapi pada vagina bagian distal. Keadaan
ini paling baik dikoreksi pada awal masa anak-anak
untuk menghindari rasa malu dan trauma psikologis.
Neonatus dengan hipospadia dan kriptorsidismus
bilateral sebaiknya dievaluasi adanya kemungkinan
interseks, dimana penyebab tersering adalah
sindroma androgenital.
Gambar 2.1 1 Sk n Hood berupa kelebihan kulit prepusium di bagian atas glans penis
27! ,,1
Gambar 2.12 Meatus urethra eksterna berada di sekitar korona glans penis
Gambar diambil dari Campbell-Walsh Urology, edisi 9 (2007)
28
Etiologi dari hipospadia antara lain
o Kelainan genetik
. Kelainan reseptor hormon
o Kelainan enzim
. Faktor lingkungan dan gangguan
endokrin
. "-.1
i;..:t*i**t':*fr r* lt{kJdle
l
Sr*ximal pe*:iie i
FofiGsc.*?*l j
- '.
l
$erolal Foslenot
{Proxr*a}}
2.4.7 Epispadia
Epispadia adalah kelainan kongenital dimana
meatus urethra eksterna terdapat pada bagian
r
29 !
dorsal batang penis. Keadaan ini lebih jarang
dibandingkan dengan hypospadia.
30 i-