Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah


kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya
penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem
reproduksi dan fungsi-fungsinya serta proses-prosesnya. Kesehatan reproduksi di
kalangan wanita harus memperoleh perhatian yang serius, salah satunya adalah
keputihan.

Organ reproduksi wanita merupakan daerah tertutup dan berlipat, sehingga


apabila tidak menjaga kebersihannya, maka akan lebih mudah untuk berkeringat,
lembab dan kotor. Tempat yang lembab dan kotor merupakan tempat bakteri untuk
tumbuh dan berkembang biak. Perilaku yang tidak baik dalam menjaga
kebersihan organ reproduksi, seperti membersihkan dengan menggunakan air
yang kotor, memakai sabun kewanitaan secara berlebihan, menggunakan celana
dalam yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam, dan tidak
sering mengganti pembalut merupakan pencetus timbulnya infeksi yang dapat
menyebabkan keputihan patologis.

Kebersihan organ reproduksi pada wanita harus dijaga khususnya remaja,


karena merupakan salah satu upaya pencegahan terhadap keputihan patologis
Masalah reproduksi pada remaja perlu mendapat penanganan yang serius, karena
masalah tersebut banyak terjadi pada negara berkembang, seperti di negara
Indonesia karena kurang tersedia akses untuk mendapat informasi mengenai
kesehatan reproduksi, khususnya keputihan.

1
Flour Albus (keputihan/Leukore/ white discharge) adalah keluarnya cairan
dari vagina selain darah haid. Keputihan merupakan salah satu masalah kesehatan
reproduksi yang normal dan sering terjadi pada wanita, dan keputihan tidak
mengenal batasan usia. Berapa pun usia seorang wanita, bisa terkena keputihan,
khususnya sering terjadi pada remaja.

Keputihan dapat berupa fisiologis (normal) dan patologis (tidak normal).


Keputihan fisiologis merupakan keluarnya cairan vagina selain darah haid yang
dalam keadaan normal dipengaruhi oleh hormon, berwarna putih encer, tidak
berbau, dan tidak gatal. Keputihan patologis merupakan keluarnya cairan dalam
jumlah yang banyak dari vagina selain darah haid yang disebabkan oleh infeksi
dan tindakan perawatan daerah kewanitaan yang tidak benar, berwarna kuning
atau kehijauan, berbau amis atau busuk, dan disertai rasa gatal. Keputihan
fisiologis (normal) yang terjadi pada remaja bisa menjadi keputihan patologis
(tidak normal) apabila perilaku dalam menjaga kesehatan reproduksi pada daerah
kewanitaan tidak baik. Keputihan yang patologis dapat menimbulkan perasaan
tidak nyaman dan dalam jangka waktu lama akan menyebabkan beberapa
penyakit serius diantaranya adalah infeksi pada panggul dan juga bisa
mengakibatkan infertilitas atau kemandulan.

Keputihan juga merupakan suatu tanda atau gejala adanya kelainan organ
reproduksi wanita. Kelainan tersebut dapat berupa infeksi, polip leher rahim,
keganasan (tumor dan kanker), serta adanya benda asing. Peningkatan kadar
cairan keputihan juga dapat membentuk suatu endapan putih yang dapat
menimbulkan rasa gatal dan membakar pada permukaan dinding vagina, serta
dapat menimbulkan kemerahan dan pembengkakan atau peradangan pada dinding
vagina.

Menurut WHO (World Health Organization) memperkirakan 1 dari 20


remaja di dunia mengalami keputihan setiap tahunnya. Jumlah wanita didunia
pada tahun 2013 sebanyak 6,7 milyar jiwa dan yang pernah mengalami keputihan

2
sekitar 75%, sedangkan wanita Eropa pada tahun 2013 sebanyak 739.004.470
jiwa dan yang mengalami keputihan sebesar 25%.

Di Indonesia 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal satu kali


dalam hidupnya dan setengah di antaranya mengalami keputihan sebanyak dua
kali atau lebih. Hal ini berkaitan dengan cuaca yang lembab yang mempermudah
wanita Indonesia mengalami keputihan, dimana cuaca yang lembab dapat
mempermudah berkembangnya infeksi jamur.

Menurut Depkes (2010) kejadian keputihan banyak disebabkan karena


oleh bakteri kandidosis vulvovagenitis dikarenakan banyak perempuan yang tidak
mengetahui membersihkan daerah vaginnya, penyebab lainnya adalah vaginitis
bacterial dan trichomonas vaginalis. Khusus di Indonesia data yang ada dari
wanita yang mengalami keputihan sulit untuk di dapat, hal ini dapat di maklumi
karena sedikit sekali wanita yang memeriksakan masalah alat reproduksinya.
Studi menunjukkan bahwa Candidia vulvogvaginities adalah yang paling sering
didiagnosa pada kalangan wanita muda, sekitar 15- 30% dari gejala perempuan
yang mengunjungi dokter.

Untuk mencegah terjadinya keputihan berulang, maka wanita harus selalu


menjaga kebersihan alat kelamin luarnya. Sebaiknya jangan terlalu sering
melakukan douche (mencuci/membilas) vagina dengan larutan antiseptik dapat
merugikan, karena akan menghilangkan cairan vagina yang normal dan dapat
mematikan bakteri alamiah di dalam vagina. Untuk itu dianjurkan hanya mencuci
alat kelamin bagian luar dengan air bersih dan sabun mandi saja.

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Flour Albus
2.1.1 Definisi Flour Albus
Fluor albus (white discharge, Leukorea, keputihan) yang terjadi pada
wanita merupakan nama gejala yang diberikan pada keadaan dimana adanya
cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital perempuan yang tidak berupa darah.
Flour Albus atau keputihan paling sering dijumpai pada penderita genekologi,
adanya gejala ini diketahui penderita kurang menjaga kebersihan vaginanya.

Keputihan adalah cairan yang keluar dari alat genital yang tidak berupa
darah. Fluor Albus aatu keputihan merupakan sekresi vaginal abnormal pada
wanita bentuknya semacam slime yang keluar terlalu banyak, warnanya putih
seperti sagu kental dan agak kekuning-kuningan.

2.1.2 Epidemiologi Flour Albus

Penelitian secara epidemiologi, fluor albus patologis dapat menyerang


wanita mulai dari usia muda, usia reproduktif, maupun usia tua, dan tidak
mengenal tingkat pendidikan, ekonomi, dan sosial budaya, meskipun kasus ini
lebih banyak dijumpai pada wanita dengan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi
yang rendah. Fluor albus patologis sering disebabkan oleh infeksi, salah satunya
bakteri vaginosis (BV) yang merupakan penyebab tersering (40%-50% kasus),
vulvovaginal candidiasis (VC), 80%-90% disebabkan oleh candida albicans,
Trichomoniasis (TM) disebabkan oleh Trichomoniasis vaginalis, angka
kejadiannya sekitar 5%-20% dari kasus infeksi vagina.

4
2.1.3 Etiologi Flour Albus

Etiologi fluor albus sampai sekarang masih sangat bervariasi sehingga


disebut multifaktorial. Mikroorganisme patologis dapat memasuki traktus
genitalia wanita dengan berbagai cara, seperti senggama, trauma atau perlukaan
pada vagina dan serviks, benda asing, alat-alat pemeriksaan yang tidak steril pada
saat persalinan dan abortus.

Ada empat penyebab utama yang dapat menyebabkan perubahan flora


normal dan memicu keputihan:

a. Faktor Fisiologis
Keputihan yang normal hanya ditemukan pada daerah porsio vagina.
Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateraldan anterior vagina.
Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang
mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Sedangkan pada
keputihan patologik terdapat banyak leukosit. Keputihan yang fisiologis dapat
ditemukan pada:

1. Waktu sekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen;


keputihan ini dapat menghilang sendiri akan tetapi dapat menimbulkan
kecemasan pada orang tua.
2. Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus,
disebabkan oleh pengeluaran transudat dari dinding vagina.
3. Waktu sekitar ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri
menjadi lebih encer.
4. Pengeluaran sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri juga bertambah
pada wanita dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita
dengan ktropion porsionis uteri.

5
b. Faktor Konstitusi
Faktor konstitusi misalnya karena kelelahan, stress emosional, masalah
keluarga atau pekerjaan, bisa juga karena penyakit seperti gizi rendah ataupun
diabetes. Bisa juga disebabkan oleh status imunologis yang menurun maupun
obat-obatan. Diet yang tidak seimbang juga dapat menyebabkan keputihan
terutama diet dengan jumlah gula yang berlebihan, karena merupakan faktor yang
sangat memperburuk terjadinya keputihan.

c. Faktor iritasi
Faktor iritasi sebagai penyebab keputihan meliputi, penggunaan sabun
untuk mencuci organ intim, iritasi terhadap pelican, pembilas atau pengharum
vagina, ataupun bisa teriritasi oleh celana.

d.Faktor patologis
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya keputihan antara lain benda
asing dalam vagina, infeksi vaginal yang disebabkan oleh kuman, jamur, virus,
dan parasit serta tumor, kanker dan keganasan alat kelamin juga dapat
menyebabkan terjadinya keputihan.

2.1.4 Patogenesis Flour Albus


Di dalam vagina terdapat berbagai bakteri, 95 % adalah bakteri
lactobacillus dan selebihnya bakteri patogen (bakteri yang menyebabkan
penyakit). Dalam keadaan ekosistem vagina yang seimbang, bakteri patogen tidak
akan mengganggu. Peran penting dari bakteri dalam flora vaginal adalah untuk
menjaga derajat keasaman (pH) agar tetap pada level normal. Dengan tingkat
keasaman tersebut, lactobacillus akan tumbuh subur dan bakteri patogen akan
mati. Pada kondisi tertentu, kadar pH bisa berubah menjadi lebih tinggi atau lebih
rendah dari normal. Jika pH vagina naik menjadi lebih tinggi dari 4,2 (kurang
asam), maka jamur akan tumbuh dan berkembang. Akibatnya, lactobacillus akan
kalah dari bakteri patogen.

6
2.1.5 Klasifikasi Flour Albus

Klasifikasi keputihan ada 2 macam, yaitu keputihan normal dan keputihan


tidak normal yang disebabkan oleh suatu penyakit:

1. Keputihan Normal (Keputihan Fisiologis):


Cairan yang keluar kadang-kadang berupa mukus yang banyak
mengandung epitel dengan leukosit yang jarang Warnanya bening, kadang-kadang
putih kental, tidak berbau, tanpa disertai keluhan (misalnya gatal, nyeri, rasa
terbakar, dsb.), keluar pada saat menjelang dan sesudah menstruasi atau pada saat
stress dan kelelahan.

Keputihan normal apabila alat kelamin permpuan (vagina) pada saat-saat


tertentu mengeluarkan lendir (mucus), misalnya pada saat menjelang dan sesudah
haid, perempuan yang capek sehabis banyak berjalan, perempuan hamil,
perempuan sesudah melahirkan dan perempuan yang sedang mengalami
rangsangan seksual.

2. Keputihan Tidak Normal (Patologis)


Penyebabnya bisa karena banyak hal. Benda asing, luka pada vagina,
kotoran dari lingkungan, air tak bersih, pemakaian tampon atau panty liner
berkesinambungan. Semua ini potensial membawa jamur, bakteri, virus, dan
parasit:

a. Jamur Candida (Candidiasis)

Kandidiasis adalah penyakit jamur yang menyerang kulit, kuku, selaput


lender, dan alat dalam yang disebabkan oleh berbagai spesies Candida. Infeksi
jamur pada vagina paling sering disebabkan oleh Candida,spp, terutama Candida
albicans. Gejalanya keputihan berwarna putih susu, kental, berbau agak keras,
disertai rasa gatal pada vagina. Akibatnya, mulut vagina menjadi kemerahan dan
meradang. Biasanya, kehamilan, penyakit kencing manis, pemakaian pil KB, dan

7
rendahnya daya tahan tubuh menjadi pemicu. Bayi yang baru lahir juga bisa
tertular keputihan akibat Candida karena saat persalinan tanpa sengaja menelan
cairan ibunya yang menderita penyakit tersebut.

b. Parasit Trichomonas Vaginalis (Trikomoniasis)


Penyakit Trikomoniasis berasal dari parasit yang disebut Trichomonas
vaginalis yang ditularkan lewat hubungan seks, perlengkapan mandi, atau bibir
kloset. Gejala keputihan yaitu cairan sangat kental, berbuih, berwarna kuning
atau kehijauan (bersifat khas) dengan bau anyir. Keputihan karena parasit disertai
gatal, nyeri saat kencing, liang vagina nyeri bila ditekan dan terkadang sakit
pinggang.

c. Bakteri Gardnella
Infeksi ini menyebabkan rasa gatal dan mengganggu. Warna cairan keabuan,
berair, berbuih, dan berbau amis. Juga menyebabkan peradangan vagina tak
spesifik. Biasanya mengisi penuh sel.

Sel epitel vagina berbentuk khas clue cell. Menghasilkan asam amino yang
akan diubah menjadi senyawa amin, bau amis,berwarna keabu-abuan. Beberapa
jenis bakteri lain juga memicu munculnya penyakit kelamin. Gonococcus, atau
lebih dikenal dengan nama GO. Warnanya kekuningan, yang sebetulnya
merupakan nanah yang terdiri dari seldarah putih yang mengandung kuman
Neisseria gonorrhoea. Kuman ini mudah mati setelah terkena sabun, alkohol,
deterjen, dan sinar matahari. Cara penularannya melalui senggama. Chlamydia
trachomatis Kuman ini sering menye babkan penyakit mata trakhoma. Ditemukan
di cairan vagina dengan pewarnaan Diemsa.

d. Keputihan akibat infeksi virus juga sering ditimbulkan penyakit kelamin,

8
seperti condyloma, herpes, HIV/AIDS. Condyloma ditandai tumbuhnya kutil-kutil
yang sangat banyak disertai cairan berbau. Ini sering pula menjangkiti wanita
hamil. Sedang virus herpes ditularkan lewat hubungan badan. Bentuknya seperti
luka melepuh, terdapat di sekeliling liang vagina, mengeluarkan cairan gatal, dan
terasa panas. Gejala keputihan akibat virus juga bisa menjadi faktor pemicu
kanker rahim

Hal lain yang juga dapat menyebabkan keputihan antara lain:


pemakaian tampon vagina, celana dalam terlalu ketat, alat kontrasepsi, rambut
yang tak sengaja masuk ke vagina, pemakaian antibiotika yang terlalu lama dan
lain-lain. Kanker leher rahim juga dapat menyebabkan keputihan.

2.1.6 Manifestasi Flour Albus


Indikasi keputihan dapat dilihat dari jumlah cairan, warna, bau dan
konsistensi. Pada keputihan normal, jumlah cairannya sedikit, warnanya putih
jernih, bau yang ditimbulkan tidak menyengat dan khas dan dengan konsistensi
agak lengket. Sedangkan keputihan yang abnormal jumlahnya lebih banyak,
warnanya dapat kuning, coklat, kehijauan, bahkan bahkan kemerahan, baunya
dapat berbau asam, amis, bahkan busuk. Konsistensinya bisa cair atau putih kental
seperti kepala susu.

Gejala klinis yang dialami penderita keputihan patologis berupa rasa gatal,
lendir vagina berbentuk seperti kepala susu, dan berbau (apek, amis, dsb).
Keluhan lain yang sering muncul adalah nyeri vagina, rasa terbakar di bagian luar
vagina (vulva), serta nyeri saat senggama dan berkemih.

9
2.1.7 Diagnosis Flour Albus

Keputihan (Fluor Albus) patologis dapat didiagnosa dengan:


1. Anamnese
 Sejak kapan mengalami keputihan
 Bagaimana konsistensi, warna, bau, jumlah dari keputihannya.
 Riwayat penyakit sebelumnya
 Riwayat penggunaan obat antibiotik atau kortikosteroid.
 Riwayat penggunaan bahan- bahan kimia dalam membersihkan alat
genialia
 Higienis alat genitalia

2. Pemeriksaan Ginekologi:
 Pemeriksaan Fisik:
Palpasi khususnya di daerah perut untuk merasakan ada tidaknya
benjolan atau nyeri tekan. Ini perlu dilakukan karena gejala keputihan
berlebihan bisa disebabkan tumor atau kanker organ reproduksi seperti
kandung telur (ovarium) dan rahim, selain itu melalui pemeriksaan ini,
dokter bisa menilai kemungkinan ada tidaknya infeksi yang berlanjut
ke dalam organ rongga perut.

 Inspekulo :
Melihat kekentalan, bau, dan warna dari keputihan
 Warna kuning kehijauan berbusa: Parasit
 Warna kuning, kental : GO (Gonococcus)
 Warna putih : Jamur
 Warna merah muda : Bakteri non Spesifik

10
 Pemeriksaan Penunjang:
- Laboratorium:
Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah:
a. Penentuan pH. Penentuan pH dengan indikator pH (3,0 – 4,5)
b. Penilaian sediaan basah. Penilaian diambil untuk pemeriksaan
sediaan basah dengan KOH 10%, dan pemeriksaan sediaan
basah dengan garam fisiologis. Trikomonas vaginalis akan
terlihat jelas dengan garam fisiologis sebagai parasit berbentuk
lonjong dengan flagelanya dan gerakannya yang cepat. Sedangkan
kandida albikans dapat dilihat jelas dengan KOH 10% tampak
sel 11 ragi (blastospora) atau hifa semu. Vaginitis
nonspesifik yang disebabkan gardnerella vaginalis pada sediaan
dapat ditemukan beberapa kelompok basil, lekosit yang tidak
seberapa banyak, dan banyak sel-sel epitel yang sebagian besar
permukaannya berbintik-bintik. Sel-sel ini disebut clue cell yang
merupakan ciri khas infeksi gardnerella vaginalis.
c. Pewarnaan gram. Neisseria gonorrhea memberikan gambaran
adanya gonokokkus intra dan ekstraseluler. Gardnerella vaginalis
memberikan gambaran batang-batang berukuran kecil gram
negatif yang tidak dapat dihitung jumlahnya dan banyak sel
epitel dengan kokobasil, tanpa ditemukan laktobasil.
d. Kultur. Dengan kultur akan dapat ditemukan kuman penyebab
secara pasti, tetapi seringkali kuman tidak tumbuh sehingga harus
hati-hati dalam penafsiran.
e. Pemeriksaan serologis. Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk
mendeteksi herpes genitalis dan human papiloma virus dengan
pemeriksaan ELISA.

11
2.1.8 Pencegahan Flour Albus

Bila ingin terhindar dari keputihan, kita mesti menjaga kebersihan daerah
sensitif itu. Berikut hal-hal yang dapat dilakukan :

1. Selalu cuci daerah kewanitaan dengan air bersih setelah buang air, jangan
hanya di seka dengan tisu. Membersihkannya pun musti dilakukan dengan
cara yang benar yaitu dari depan ke belakang, agar kotoran dari anus tidak
masuk ke vagina.
Boleh membersihkan organ intim dengan produk pembersih yang tidak
menggangu kestabilan pH di sekitar vagina. Salah satunya produk
pembersih yang terbuat dari bahan dasar susu. Produk seperti ini mampu
menjaga keseimbangan pH sekaligus meningkatkan pertumbuhan flora
normal dan menekan pertumbuhan bakteri yang tak bersahabat. Sabun
antiseptik biasa umumnya bersifat keras dan terdapat flora normal di
vagina. Ini tidak menguntungkan bagi kesehatan vagina dalam jangka
panjang.

2. Hindari pemakaian bedak pada organ kewanitaan dengan tujuan agar


vagina harum dan kering sepanjang hari. Bedak memiliki partikel-partikel
halus yang mudah terselip di sana sini dan akhirnya mengundang jamur
dan bakteri bersarang
di tempat itu.
3. Jaga daerah kewanitaan tetap kering. Hal ini karena kelembapan dapat
memicu tumbuhnya bakteri dan jamur. Selalu keringkan daerah tersebut
dengan tisu atau handuk bersih setelah dibersihkan. Selain itu buatlah
celana dalam yang terbuat dari katun agar dapat menyerap keringat dan
gantilah secara teratur untuk menjaga kebersihan.
4. Gunakan celana dalam yang kering. Seandainya basah atau lembab,
usahakan cepat mengganti dengan yang bersih dan belum dipakai. Tak ada
salahnya anda membawa cadangan celana dalam untuk berjaga-jaga
manakala perlu menggantinya.

12
5. Gunakan celana dalam yang bahannya menyerap keringat, seperti katun.
Celana dari bahan satin atau bahan sintetik lain membuat suasana di
sekitar organ intim panas dan lembab.
6. Pakaian luar juga diperhatikan. Celana jeans tidak dianjurkan karena pori-
porinya sangat rapat. Pilihlah seperti rok atau celana bahan non jeans agar
sirkulasi udara di sekitar organ intim bergerak leluasa.
7. Ketika haid sering-seringlah berganti pembalut.
8. Bila sedang mengalami keputihan atau menstruasi tinggal sedikit, boleh
saja menggunakan pelapis celana atau panty liner. Tetapi sebaiknya tidak
digunakan setiap hari dan jangan terlalu lama. Misalkan saat bepergian ke
luar rumah dan lepaskan sekembalinya ketika di rumah. Panty liner justru
dapat memicu kelembapan karena bagian dasarnya terbuat dari plastik.
Pilih panty liner yang tidk mengandung parfum, terutama buat yang
berkulit sensitif.
9. Hindari bertukar celana dalam dan handuk dengan teman atau bahkan
saudara kita sendiri karena berganti-ganti celana bisa menularkan
penyakit.
10. Bulu yang tumbuh di daerah kemaluan bisa menjadi sarang kuman bila
dibiarkan terlalu panjang. Untuk menjaga kebersihan, potonglah secara
berkala bulu di sekitar kemaluan dengan gunting atau mencukurnya
dengan hati-hati.

2.1.9 Penatalaksanaan Flour Albus


Penatalaksanaan keputihan meliputi usaha pencegahan dan pengobatan
yang bertujuan untuk menyembuhkan seorang penderita dari penyakitnya, tidak
hanya untuk sementara tetapi untuk seterusnya dengan mencegah infeksi
berulang.

a. Terapi Farmakologi

- Pengobatan keputihan yang disebabkan oleh Candidiasis dapat diobati


dengan anti jamur atau krim. Biasanya jenis obat anti jamur yang sering

13
digunakan adalah Imidazol yang disemprotkan dalam vagina sebanyak 1
atau 3 ml. Ada juga obat oral anti jamur yaitu ketocinazole dengan dosis
2x1 hari selama 5 hari. Apabila ada keluhan gatal dapat dioleskan salep
anti jamur.
- Pengobatan keputihan yang disebabkan oleh Trichomoniasis mudah dan
efektif yaitu setelah dilakukan pemeriksaan dapat diberikan tablet
metronidazol (Flagy) atau tablet besar Tinidazol (fasigin) dengan dosis
3x1 hari selama 7-10 hari.
- Pengobatan keputihan yang disebabkan oleh vaginitis sama dengan
pengobatan infeksi Trichomoniasis, yaitu dengan memberikan
metronidazol atau Tinidazol dengan dosis 3x1 selama 7- 10 hari.
b. Terapi Non Farmakologi
- Perubahan Tingkah Laku
Keputihan (Fluor albus) yang disebabkan oleh jamur lebih cepat
berkembang di lingkungan yang hangat dan basah maka untuk membantu
penyembuhan menjaga kebersihan alat kelamin dan sebaiknya
menggunakan pakaian dalam yang terbuat dari katun serta tidak
menggunakan pakaian dalam yang ketat.
Keputihan bisa ditularkan melalui hubungan seksual dari pasangan yang
terinfeksi oleh karena itu sebaiknya pasangan harus mendapat pengobatan
juga.
- Personal Hygiene
Memperhatikan personal hygiene terutama pada bagian alat kelamin
sangat membantu penyembuhan, dan menjaga tetap bersih dan kering,
seperti penggunaan tisu basah atau produk panty liner harus betul-betul
steril. Bahkan, kemasannya pun harus diperhatikan. Memperhatikan
kebersihan setelah buang air besar atau kecil. Setelah bersih,
mengeringkan dengan tisu kering atau handuk khusus. Alat kelamin jangan
dibiarkan dalam keadaan lembab.

14
- Pengobatan Psikologis
Pendekatan psikologik penting dalam pengobatan keputihan. Tidak jarang
keputihan yang mengganggu, pada wanita kadang kala pemeriksaan di
laboratorium gagal menunjukkan infeksi, semua pemgujian telah
dilakukan tetapi hasilnya negatif namun masalah atau keluhan tetap ada.
Keputihan tersebut tidak disebabakan oleh infeksi melainkan karena
gangguan psikologi seperti kecemasan, depresi, hubungan yang buruk,
atau beberapa masalah psikologi yang lain yang menyebabkan emosional.
Pengobatan yang dilakukan yaitu dengan konsultasi dengan ahli psikologi.
Selain itu perlu dukungan keluarga agar tidak terjadi depresi.

15
BAB III
KESIMPULAN

Organ reproduksi wanita merupakan daerah tertutup dan berlipat, sehingga


apabila tidak menjaga kebersihannya, maka akan lebih mudah untuk berkeringat,
lembab dan kotor. Tempat yang lembab dan kotor merupakan tempat bakteri untuk
tumbuh dan berkembang biak. Perilaku yang tidak baik dalam menjaga
kebersihan organ reproduksi, seperti membersihkan dengan menggunakan air
yang kotor, memakai sabun kewanitaan secara berlebihan, menggunakan celana
dalam yang tidak menyerap keringat, jarang mengganti celana dalam, dan tidak
sering mengganti pembalut merupakan pencetus timbulnya infeksi yang dapat
menyebabkan keputihan patologis.

Flour Albus (keputihan/Leukore/ white discharge) adalah keluarnya cairan


dari vagina selain darah haid. Keputihan merupakan salah satu masalah kesehatan
reproduksi yang normal dan sering terjadi pada wanita.

Keputihan ada 2 macam, yaitu keputihan normal (fisiologis) dan keputihan


yang tidak normal (patologis) yaitu keputihan yang disebabkan oleh suatu
penyakit. Gejala klinis yang dialami penderita keputihan patologis berupa rasa
gatal, lendir vagina berbentuk seperti kepala susu, dan berbau (apek, amis, dsb).
Keluhan lain yang sering muncul adalah nyeri vagina, rasa terbakar di bagian luar
vagina (vulva), serta nyeri saat senggama dan berkemih.

Keputihan (Fluor Albus) patologis dapat didiagnosa dengan:

1. Anamnese
2. Pemeriksaan Ginekologi
3. Pemeriksaan Penunjang

16
Pencegahan agar terhindar dari keputihan adalah dengan menjaga
kebersihan daerah kewanitaan (vagina) dan membersihkannya dengan cara yang
benar serta menerapkan pola hidup sehat pada diri sendiri.

Penatalaksanaan keputihan ada 2 cara yaitu dengan cara terapi farmakologi


dengan mencari penyebab terjadinya keputihan apakah karena jamur, virus,
parasit atau bakteri lalu berikan antimikroba yang cocok seperti : anti fungi, anti
virus, anti trichomonas antibiotik, dan vagina douche.

17

Anda mungkin juga menyukai