Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap individu pernah mengalami nyeri dalam tingkatan

tertentu. Nyeri merupakan alasan yang paling umum orang mencari

kesehatan. Walaupun merupakan salah satu dari gejala yang paling

sering terjadi di bidang medis, nyeri merupakan salah satu yang

paling sedikit dipahami. Individu yang sering mengalami nyeri

merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya untuk

menghilangkan nyeri. Nyeri bersifat subjektif, tidak ada dua individu

yang mengalami nyeri yang sama dan tidak ada dua kejadian nyeri

yang sama menghasilkan respon ataau perasaan identik pada

seorang individu. Nyeri merupakan sumber penyebab frustasi, baik

klien maupun bagi tenaga kesehatan. Nyeri dapat merupakan faktor

utama yang menghambat kemampuan dan keinginan individu untuk

pulih dari suatu penyakit.

Nyeri berbeda dari sensasi lain, yaitu bahwa nyeri memberi

peringatan bahwa ada sesuatu yang salah, nyeri mendahului sinyal

lain, dan nyeri berkaitan dengan perasaan tidak menyenangkan.

Nyeri ternyata merupakan sensasi yang sangat rumit karena jika

nyeri berkepanjangan dan jaringan rusak, jalur-jalur nosiseptor

sentral mengalami fasilitasi dan reorganisasi.

1
IASP mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori subjek dan

pengalaman emosional yang tidak menyenagkan berkaitan dengan

kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan

dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan.

Individu dewasa dan anak-anak yang mengalami nyeri

merasa tubuh dan kehidupannya hilang kontrol. Berbagai upaya

harus dilakukan untuk memberikan berbagai pilihan atau kontrol

terhadap kehidupan sehari-hari mereka (lubkin, 1995).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari nyeri dan manajemen nyeri ?

2. Apa saja klasifikasi dan karakteristik dari nyeri ?

3. Apa saja penyebab terjadinya nyeri ?

4. Apa saja faktor yang mempengaruhi nyeri ?

5. Bagaimana manajemen nyeri ?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui dan memahami pengertian dari nyeri dan

manajemen nyeri

2. Mengetahui dan memahami klasifikasi dan karakteristik nyeri

3. Mengetahui dan memahami penyebab terjadinya nyeri

4. Mengetahui dan memahami faktor yang mempengaruhi nyeri

5. Mengetahui dan memahami manajemen nyeri

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFENISI

Menurut The International Association For the Study of Pain

(IASP). Nyeri didefinisikan sebagai pengalaman sensoris dan

emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan

kerusakan jaringan atau potensial sehingga akan menyebabkan

kerusakan jaringan. Persepsi yang disebabkan oleh rangsangan

yang potensial dapat menimbulkan kerusakan jaringan yang disebut

nosisepsion. Nosisepsion merupakan langkah awal proses nyeri.

Respon neurologik yang dapat membedakan antara rangsang nyeri

dengan rangsang lain disebut nosiseptor. Nyeri dapat

mengakibatkan impairment dan disabilitas. Impairment adalah

abnormalitas atau hilangnya struktur atau fungsi anatomik, fisiologik

maupun psikologik. Sedangkan disabilitas adalah hasil dari

impairment, yaitu keterbatasan atau gangguan kemampuan untuk

melakukan aktivitas yang normal. (Sudoyo, 2006).

Manajemen nyeri atau pain management adalah salah satu

bagian dari disiplin ilmu medis yang berkaitan dengan upaya-upaya

menghilangkan nyeri atau pain relief. Manajemen nyeri cukup efektif

dalam mengatasi nyeri, yakni dengan perasaan kontrol, mengurangi

perasaan tidak berdaya dan putus asa menjadi metode pengalih

3
yang menenangkan, serta menggangu siklus nyeri-ansietas-

ketegangan (Sloman, 1995).

B. KLASIFIKASI DAN KARAKTERISTIK NYERI

1. Nyeri Berdasarkan Durasi

a) Nyeri Akut

Nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit atau

intervensi bedah dan memiliki proses yang cepat dengan

intensitas yang bervariasi ( ringan sampai berat ), dan

berlangsung untuk waktu yang singkat. ( Meinhart & Mc

Caffery, 1983 ).

b) Nyeri Kronik

Nyeri konstan yang intermitten yang menetap sepanjang

suatu periode waktu, nyeri ini berlangsung lama dengan

intensitas yang bervariasi dan biasanya berlangsung lebih

dari 6 bulan ( Meinhart & Mc Caffery, 1983 dalam buku Perry

& Potter, 2005).

2. Nyeri Berdasarkan Asal

a) Nyeri Nosiseptif

Nyeri diakibatkan oleh aktivitas/ sensitivitas nosiseptor perifer

yang merupakan reseptor khusus yang menghantarkan

stimulus naxious. Nyeri ini terjadi karena adanya stimulus

yang mengenai kulit, tulang, sendi, otot, jaringan ikat

(Andarmoyo, 2013).

4
b) Nyeri Neuropatik

Nyeri Neuropatik merupakan nyeri hasil suatu cedera/

abnormalitas yang di dapat pada struktur saraf perifer maupun

sentral, nyeri ini lebih sulit diobati.

3. Nyeri Berdasarkan Lokasi

a) Radiating pain

Nyeri menyebar dr sumber nyeri ke jaringan di dekatnya (ex:

cardiac pain).

b) Referred pain

Nyeri dirasakan pada bagian tubuh tertentu yang diperkirakan

berasal dari jaringan penyebab.

c) Intractable pain

Nyeri yg sangat susah dihilangkan (ex: nyeri kanker maligna).

d) Phantom pain

Sensasi nyeri dirasakan pada bagian.Tubuh yg hilang (ex:

bagian tubuh yang diamputasi) atau bagian tubuh yang

lumpuh karena injuri medulla spinalis.

4. Nyeri Berdasarkan Penyebab

a) Fisik

Bisa terjadi karena stimulus fisik (Ex: fraktur femur).

b) Psycogenic

Terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah diidentifikasi,

bersumber dari emosi/psikis dan biasanya tidak disadari. (Ex:

5
orang yang marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri pada

dadanya) Biasanya nyeri terjadi karena perpaduan 2 sebab

tersebut

C. ETIOLOGI NYERI

Tidak hanya satu stimulus yang menghasilkan suatu yang

spesifik dari nyeri, tetapi nyeri memiliki suatu etiologi multimodal.

Nyeri biasanya dihubungkan dengan beberapa proses patologis

spesifik. Kelainan yang mengakibatkan rasa nyeri, mencakup :

infeksi, keadaan inflamasi, trauma, kelainan degenerasi, keadaan

toksik metabolik atau neoplasma.

Nyeri dapat juga timbul karena distorsi mekanis ujung-ujung

saraf misalnya karena meningkatnya tekanan di dinding viskus /

organ.

Banyak faktor yang mempengaruhi nyeri, antara lain :

lingkungan, umur, kelelahan, riwayat nyeri sebelumnya, mekanisme

pemecahan masalah pribadi, kepercayaan, budaya dan tersedianya

orang-orang yang memberi dukungan.

Sebagian besar rasa nyeri hebat oleh karena : trauma,

iskemia atau inflamasi disertai kerusakan jaringan. Hal ini

mengakibatkan terlepasnya zat kimia tertentu yang berperan dalam

merangsang ujung-ujung saraf perifer.

Nyeri dapat diperberat dengan adanya rangsangan dari

lingkungan yang berlebihan, misalnya : kebisingan, cahaya yang

6
sangat terang dan kesendirian. Kelelahan juga meningkatkan nyeri

sehingga banyak orang merasa lebih nyaman setelah tidur. Riwayat

nyeri sebelumnya dan mekanisme pemecahan masalah pribadi

berpengaruh pula terhadap seseorang dalam mengatasi nyeri,

misalnya : ada beberapa kalangan yang menganggap nyeri sebagai

suatu kutukan. Tersedianya orang-orang yang memberi dukungan

sangat berguna bagi seseorang dalam menghadapi nyeri, misalnya

: anak-anak akan merasa lebih nyaman bila dekat dengan orang tua.

Faktor kognitif (seperti : kepercayaan seseorang) dapat

meningkatkan ataupun menahan nyeri, terutama pemahaman

tentang nyeri yang dimiliki individu merupakan penyebab yang

mungkin atau implikasinya.

Dalam suatu penelitian yang dilakukan Woodrow et al,

ditemukan bahwa toleransi terhadap nyeri meningkat sesuai dengan

pertambahan umur, misalnya semakin bertambah usia seseorang

maka semakin bertambah pula pemahaman terhadap nyeri dan

usaha mengatasinya. Toleransi terhadap nyeri lebih besar pada pria

daripada wanita dan pada orang kulit putih lebih dapat

mentoleransinya dibanding pada orang kulit hitam ataupun pada

orang ras oriental.

Depresi dihubungkan dengan nyeri kronik dan merupakan

konsekuensi dari nyeri sedangkan kecemasan dihubungkan dengan

nyeri akut dan merupakan antisipasi dari nyeri. Menurut penelitian

7
yang dilakukan Sternbach menyatakan bahwa kecemasan

menambah sensitivitas nyeri dan meningkatkan respon nyeri.

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NYERI

Faktor yang mempengaruhi nyeri menurut Prihardjo (1996)

dibedakan menjadi dua, yaitu faktor Internal dan faktor eksternal.

1. FAKTOR INTERNAL

Faktor-faktor internal yang mempengaruhi rasa nyeri adalah

sebagai berikut :

a) Usia

Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat

harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa

kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan

mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung

memendam nyeri yang dialami, karena mereka menganggap

nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka

takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika

nyeri diperiksakan.

b) Jenis kelamin

Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak

berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih

dipengaruhi faktor budaya (ex: tidak pantas kalo laki-laki

mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh nyeri).

8
c) Perhatian

Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada

nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill

(1990), perhatian yang meningkat dihubungkan dengan

nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi

dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik

relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk

mengatasi nyeri.

d) Anxietas (Kecemasan)

Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa

menyebabkan seseorang cemas.

e) Pengalaman masa lalu

Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa

lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan

lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang

mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam

mengatasi nyeri.

f) Pengetahuan Nyeri

Dirasakan dan disadari otak, tetapi berlum tentu penderita

akan tergangggu misalnya karrna ia punya pengetahuan

tentang nyeri sehingga ia menerimanya secara wajar.

9
g) Kelelahan

Kelelahan dapat meningkatkan nyeri karena banyak orang

merasa lebih nyaman waktu istirahat.

2. FAKTOR EKSTERNAL

Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi rasa nyeri dan

respon terhadap nyeri adalah sebagai berikut :

a) Pola koping

Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang

mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang

maladaptive akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.

b) Support keluarga dan social

Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada

anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh

dukungan dan perlindungan.

c) Kultur

Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya

mereka berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu

daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat

yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan,

jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.

d) Lingkungan

Nyeri dapat diperberat dengan adanya rangsanggan dari

lingkungan seperti kebisingan, cahaya yang sangat terang.

10
E. MANAJEMEN NYERI

1. Non Farmakologis

a) Stimulasi dan Masase Kutaneus

Masase adalah Stimulasi kutaneus tubuh secara umum

sering dipusatkan pada punggung dan bahu. Massase tidak

secara spesifik menstimulasi reseptor tidak nyeri pada

bagian yang sama seperti reseptor nyeri tetapi dapat

mempunyai dampak melalui sistem kontrol desenden.

Masase dapat membuat pasien merasa lebih

nyaman karena menyebabkan relaksasi otot. ( Smeltzer dan

Bare, 2002).

b) Terapi es dan Panas

Terapi es dapat menurunkan prostaglandin yang

memperkuat sensitivitas reseptor nyeri dan subkutan lain

pada tempat cedera dengan menghambat proses inflamasi.

Penggunaan panas mempunyai keuntungan meningkatkan

aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut

menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan.

c) TENS ( Transcutaneus Electric Nerve Stimulation )

TENS menggunakan unit yang dijalankan dengan baterai

dengan elektroda yang dipasang pada kulit untuk

menghasilkan sensasi kesemutan, menggetar, mendengung

11
pada area nyeri. TENS dapat digunakan untuk nyeri kronik

maupun akut

d) Distraksi

Distraksi mencakup memfokuskan perhatian pasien pada

sesuatu selain pada nyeri dapat menjadi strategi yang

berhasil dan mungkin merupakan mekanisme yang

bertanggung jawab terhadap tehnik kognitif efektif lainnya.

Distraksi diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan

menstimulasi sistem kontrol desenden yang mengakibatkan

lebih sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak.

Menurut Taylor (1997), cara-cara yang dapat digunakan

pada teknik distraksi antara lain :

 penglihatan: membaca, melihat pemendangan dan

gambar, menonton TV.

 pendengaran: mendengarkan musik, suara burung,

gemercik air.

 Taktil kinestik: memegang orang tercinta, binatang

peliharaan atau mainan, pernafasan yang berirama.

 Projek: permainan yang menarik, puzzle, kartu, menulis

cerita, mengisi teka-teki silang.

e) Tehnik Relaksasi

Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri

dengan merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri,

12
hampir semua nyeri kronik mendapatkan relaksasi.

Relaksasi memberikan efek positif untuk klien yang

mengalami nyeri, yaitu :

 Memperbaiki kualitas tidur

 Memperbaiki kemampuan memecahkan masalah

 Mengurangi keletihan/fatigue

 Meningkatkan kepercayaan dan perasaan dapat

mengontrol diri dalam mengatasi nyeri

 Mengurangi efek kerusakan fisiologi dari stress yang

berlanjut atau berulang karena nyeri

 Pengalihan rasa nyeri/distraksi

 Meningkatkan keefektifan teknik-teknik pengurangan

nyeri yang lain

 Memperbaiki kemampuan mentoleransi nyeri

 Menurunkan distress atau ketakutan selama antisi pasi

terhadap nyeri

f) Imajinasi Terbimbing

Imajinasi terbimbing adalah menggunakan imajinasi

seseorang dalam suatu cara yang dirancang secara khusus

untuk mencapai efek positif tertentu, contoh : imajinasi

terbimbing menggabungkan nafas berirama lambat dengan

suatu bayangan mental relaksasi dan kenyamanan.

13
g) Hypnosis

Hipnosis adalah suatu tehnik yang menghasilkan suatu

keadaan tidak sadar diri yang dicapai melalui gagasan-

gagasan yang disampaikan oleh penghipnosisan.

Keefektivan hypnosis tergantung pada kemudahan hipnotik

individu.

2. Farmakologis

a) Anestesi

Anestesi secara umum berarti suatu tindakan

menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan

dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa

sakit pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali

oleh Oliver Wendel Holmes Sr pada tahun 1846.

Tipe Anestesi :

 Pembiusan total — hilangnya kesadaran total

 Pembiusan local, hilangnya rasa pada daerah tertentu

yang diinginkan (pada sebagian kecil daerah tubuh).

 Pembiusan regional, hilangnya rasa pada bagian yang

lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan

spinal atau saraf yang berhubungan dengannya.

b) Obat Opiat / Narkotik ( Berman, 2009)

 Obat opiate mencakup derivate, opium ( morfin, kodein)

14
 Narkotik meredakan nyeri dan memberikan perasaan

euphoria, namun jika pemberian teratur efek samping

cenderung menurun.

 Opiat menimbulkan mual, muntah, konstipasi, depresi

pernafasan.

c) Obat Nonopiat/ Obat AINS ( anti inflamasi nonsteroid ) (

Berman, 2009)

 Obat AINS : aspirin dan ibuprofen

 Nonopiat mengurangi nyeri dengan cara bekerja

diujung saraf perifer pada daerah luka dan menurunkan

tingkat mediator inflamasi yang dihasilkan di daerah

luka.

d) Obat analgetik adjuvans/ koanalgesik ( Berman, 2009)

 Penghilang nyeri kronis tipe tertentu selain melakukan

kerja primernya.

 Sedatif ringan/ obat penenang

 Dapat mengurangi spasme otot yang menyakitkan,

kecemasan, stress, ketegangan sehingga klien bisa

tidur nyenyak.

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Nyeri didefinisikan sebagai pengalaman sensoris dan

emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan

kerusakan jaringan atau potensial sehingga akan menyebabkan

kerusakan jaringan.

Rasa nyeri yang dirasakan individu berbeda-beda tergantung

dari apa yang menyebabkan nyeri tersebut serta faktor apa saja

yang mempengaruhi nyeri tersebut baik dari faktor internal maupun

eksternal.

Berbagai upaya dilakukan untuk menangani nyeri, baik

secara farmakologis maupun non-farmakologis. Manajemen nyeri

secara farmakologi lebih efektif dibanding dengan metode non-

farmakologi, namun metode farmakologi lebih mahal, dan berpotensi

mempunyai efek yang kurang baik sedangkan metode

nonfarmakologi bersifat murah, simpel, efektif, dan tanpa efek yang

merugikan.

B. SARAN

Dalam makalah menyajikan tentang manajemen nyeri secara

farmakologis dan non-farmakologis. Dengan adanya makalah ini

diharapkan pembaca dapat lebih mengerti dan memahaminya

sehingga dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya dalam asuhan

16
keperawatan dan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sebagai salah

satu cara efektif dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

Adapun isi dari makalah ini tidak menutup kemungkinan

terdapat kesalahan, karena itu diharapkan pembaca dapat

memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun dan tetap

mencari referensi lain untuk menambah pengetahuan.

17

Anda mungkin juga menyukai