Overview Standar Akreditasi Snars Ed1 (Autosaved)
Overview Standar Akreditasi Snars Ed1 (Autosaved)
PEMFIGUS VULGARIS
Disusun oleh :
Muhammad Fikri Husein
NIM : 2009 031 0057
Diajukan Kepada :
dr. LUCKY H., Sp.KK
1
HALAMAN PENGESAHAN
HARI/TANGGAL
Menyetujui
Dokter pembimbing/Penguji
2
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Nn. Ss
Umur : 23 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Alamat : Bringin, Salatiga
Tanggal Pemeriksaan : 18 April 2015
No RM : 293721
B. Anamnesis
Keluhan Utama
Kulit terkelupas diseluruh tubuh
Perjalanan penyakit
Pasien datang rawat inap di Rumah Sakit Salatiga dengan keluhan
kulit melepuh dan mengkelupas diseluruh tubuh sejak 2 bulan yang lalu. Lepuhan
awalnya muncul pada daerah dada kemudian makin lama semakin banyak dan
menyebar kepunggung dan keseluruh tubuh. Lepuhan tidak terlalu gatal tetapi
perih, demam (-). Terdapat benjolan seperti ada air sekitar lepuhan terasa panas,
nyeri dan gatal..
Riwayat pengobatan
Pasien sudah berobat ke dokter kulit tetapi akhir-akhir ini berobat ke
pengobatan alternatif
Riwayat alergi
Alergi obat dan makanan disangkal oleh pasien, Asma (-), Sering gatal-gatal
dan bersin-bersin (-)
Riwayat penyakit terdahulu
Pasien tidak pernah mengalami keluhan yang serupa sebelumnya. Riwayat
penyakit kulit yang lain disangkal oleh pasien.
Riwayat penyakit dalam keluarga
3
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama, riwayat alergi
dalam keluarga juga disangkal
Riwayat sosial
Pasien mandi 2x sehari kadang 1x sehari.
C. Pemeriksaan Fisik
Status Present
KU : Tampak kesakitan
TD: 110/80, N: 78x/m, RR: 22x/m, S: 36,5c
Status General
Kepala : Dalam batas normal
Thoraks : I: Tampak kulit erosi
Abdomen : I: Tampak kulit erosi
Ekstremitas : Akral hangat +/+, Edema -/-
Status Dermatologis
Lokasi : Dada dan Punggung
Eff. : Tampak eritema, erosi luas di dada, perut, punggung dan
bokong. Tampak Krusta di sekitar dada berwarna coklat.
Tampak bula kendur di atas dasar eritema, d=>1cm, multiple.
Bula mudah pecah. Tampak krusta disudut mulut kanan.
4
Gambar . Foto erosi pada dada
5
D. Pemeriksaan Penunjang
Tanda Nikolsky positif.
Test Tzack : Tidak dilakukan
Pemeriksaan imunofluoresensi : Tidak dilakukan
E. Diagnosis Banding
1. Pemfigus Vulgaris
2. Dermatitis Herpetiformis
3. Pemfigus Bulosa
F. Diagnosis Kerja
Pemfigus Vulgaris
G. Penatalaksanaan
- Pengobatan medikamentosa
Sistemik:
Inj. Ceftriaaxone 2x1
Inj. Metilprednisolon 2x1
Inj. Ketorolac 2x1
Cetirizine 1x1
Omeprazole 2x1
Fuson Cream 2xue
Inerson Cream 2xue
Kenalog 2xue
Sibro
Kompres NaCL
Surfaktan
Diet TD II
KIE
1. Memberi penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya, dari
jenis penyakit, penyebab, pencetus sampai prognosisnya.
2. Menjaga kondisi tubuh agar tetap dalam keadaan bersih serta sehat dan
mengurangi stres.
3. Pengunaan obat topikal yang dianjurkan untuk mencegah komplikasi
6
H. Prognosis
Dubia ad malam
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Pemphigus vulgaris adalah salah satu bentuk bulos dermatosis yang bersifat kronis,
disertai dengan adanya proses akantolisis dan terbentuknya bula pada epidermis.(1,2,3) Kata
pemphigus diambil dari bahasa Yunani pemphix yang artinya gelembung atau lepuh.
Pemfigus dikelompokkan dalam penyakit bulosa kronis, yang pertama kali diidentifikasi oleh
Wichman pada tahun 1971.(1,2)Istilah pemfigus berarti kelompok penyakit bula autoimun
pada kulit dan membran mukosa dengan karakteristik secara histologis berupa adanya bula
intraepidermal disebabkan oleh akantolisis (terpisahnya ikatan antara sel epidermis) dan
secara imunopatologis adanya IgG in vivo maupun sirkulasi yang secara langsung melawan
Pemfigus dulunya digunakan untuk menyebut semua jenis penyakit erupsi bula di
kulit, tetapi dengan berkembangnya tes diagnostic, penyakit bulosa pun diklasifikasikan
dengan lebih tepat.(1,2,3) Pada tahun 1964, penelitian menunjukkan adanya anti-skin
antibodies yang ditemukan pada pasien-pasien pemfigus yang diketahui dari pengecatan
diidentifikasi. Perkembangan medis ini tidak hanya memberikan pengetahuan baru dalam
rekombinan , yang diperlukan dalam tes ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)
8
B. EPIDEMIOLOGI
1. Insidensi
Secara global, insidensi pemfigus vulgaris tercatat sebanyak 0.5-3.2 kasus per
100.000 populasi. Kejadian pemfigus vulgaris mewakili 70% dari seluruh kasus pemfigus
dan merupakan penyakit bula autoimun yang tersering di negara-negara timur, seperti India,
Malaysia, China, dan Timur Tengah.(2,4) Insidensi PV meningkat pada populasi keturunan
predisposisi genetik pada kejadian pemfigus vulgaris. Predominansi etnis ini tidak ada dalam
kasus pemfigus foliaseus (PF). Karena itu, di area dimana terdapat dominasi kelompok
keturunan Yahudi, Timur Tengah, dan Mediterania, rasio PV : PF cenderung lebih tinggi.
Sebagai contoh, di New York, Los Angeles, dan Kroasia, rasio PV : PF sebesar 5 : 1, di Iran
12:1, sedangkan di Finlandia hanya 0.5 : 0.1, dan di Singapura 2:1. Insidensi pemfigus
per 100.000 populasi per tahun dan di Iran 10 kasus per 100.000 populasi, Finlandia jauh
lebih rendah 0,76 kasus per per juta populasi. Di Prancis dan Jerman, 1 kasus per juta
mengancam jiwa dengan mortalitas sebesar 5-15%. Mortalitas pasien pemfigus vulgaris tiga
kali lebih tinggi daripada populasi pada umumnya, Komplikasi sekunder terkait dengan
penggunaan kortikosteroid dosis tinggi. Morbiditas dan mortalitas terkait dengan luas lesi,
dosis maksimum steroid sistemik yang diperlukan untuk induksi remisi, dan adaya penyakit
penyerta. Prognosis semakin buruk pada pasien dengan pemfigus vulgaris ekstensif dan
pasien usia tua. Pemfigus vulgaris melibatkan lesi pada jaringan mukosa pada 50-70% pasien.
9
Hal ini menyebabkan terbatasnya asupan nutrisi karena disfagia. Bula dan erosi akibat bula
C. ETIOLOGI
Pemfigus vulgaris mengenai semua ras dan jenis kelamin dengan perbandingan yang
sama. Penyakit ini banyak terjadi pada usia paruh baya dan jarang terjadi pada anak-anak.
Tetapi di India, pasien pemfigus vulgaris lebih banyak terjadi pada usia muda. Ras Yahudi,
Selatan, pemfigus vulgaris lebih banyak terjadi pada populasi India daripada warga kulit
hitam dan kaukasia. Kasus pemfigus lebih jarang ditemukan di negara-negara barat.(2,5)
pertama dari penderita pemfigus lebih rentan terhadap penyakit ini daripada kelompok
kontrol dan memiliki antibodi antidesmoglein sirkulasi yang lebih tinggi. Genotip MHC kelas
II tertentu sering ditemukan pada pasien pemfigus vulgaris dari semua ras. Alela subtype
HLA-DRB1 0402 dan DRB1 0503 memberi risiko terjadinya pemfigus dan menyebabkan
adanya perubahan struktural pada ikatan peptide, berpengaruh pada presentasi antigen dan
pengenalan oleh sel T. Di Inggris dan India, pasien dengan haplotip desmoglein tertentu juga
memiliki risiko pemfigus vulgaris dan hal ini tampaknya menambah efek yang diakibatkan
oleh HLA-DR. Kerentanan juga dapat disebabkan pengkodean immunoglobulin oleh gen atau
Terdapat beberapa klasifikasi pemfigus yang dapat dilihat dalam gambar berikut ini :
10
Identifikasi target antigen spesifik untuk autoantibodi pada penyakit bula autoimun
melibatkan penelitian mengenai berbagai komponen desmosome dan kompleks adhesi yang
tertentu. Timoma atau miastenia gravis dilaporkan terdapat pada beberapa pasien pemfigus.
Pemfigus juga dapat terjadi pada pasien lupus eritematosus. Pemfigus dilaporkan terjadi pada
pasien dengan penyakit limfoproliferatif seperti tumor Castleman. DNA virus terdeteksi pada
beberapa biopsy kulit atau sel mononuclear dari sampel darah perifer pasien pemfigus dan
dapat muncul bersamaan dengan infeksi HIV. Penelitian epidemiologis pada pasien pemfigus
vulgaris di Iran menunjukkan adanya korelasi positif dengan penggunaan kontrasepsi oral
dan paparan pestisida serta kemungkinan efek protektif dari kebiasaan merokok terhadap
11
D. PATOFISIOLOGI
perlekatan interseluler pada epidermis. Antibodi yang berikatan pada domain ekstraseluler
region terminal amino pada desmoglein 3 ini mempunyai efek langsung terhadap fungsi
kaderin. Desmoglein 3 dapat ditemukan pada desmosom dan pada membran sel keratinosit.
Dapat dideteksi pada setiap deferensiasi keratinosit terutamanya pada epidermis bawah dan
lebih padat pada mukosa bucal dan kulit kepala berbanding di badan. Hal ini berbeda dengan
antigen Pemfigus Foliaseus, desmoglein 1, yang dapat ditemukan pada epidermis, dan lebih
padat pada epidermis atas. Pengaruh dari faktor lingkungan dan cara hidup individu belum
dapat dibuktikan berpengaruh terhadap PV, namun penyakit ini dapat dikaitkan dengan
Tanda utama pada PV adalah dengan mencari autoantibodi IgG pada permukaan
keratinosit. Hal ini merupakan fungsi patogenik primer dalam mengurangi perlekatan antara
sel-sel keratinosit yang menyebabkan terbentuknyabula-bula, erosi dan ulser yang merupakan
gambaran pada penyakit PV. Padaperwarnaan imunofloresensi direk dan indirek, kita dapat
membedakan antara Pemfigus Paraneoplastik dari bentuk klasik suatu Pemfigus. Pada kulit
permukaan sel epidermal dan juga di sepanjang basal membrane zone. Berbeda dengan
Pemfigus Klasik, autoantibodi hanya berikatan dengan epitel bertanduk, sama seperti yang
melawan desmoglein 1 dan desmoglein 3, yang mana hal ini yang menyebabkan terjadinya
12
pada desmosom untuk kedua PV dan Pemfigus Foliaseus, yang lebih sering pada perlekatan
Gamb
ar 2.2:
Komp
ensasi
desm
oglein
; pada
awal pemfigus vulgaris, antibodi hanya menyerang desmoglein 3, dan menghasilkan bulla pada lapisan
mukosa dalam tanpa kompensasidari desmoglein 1. Pada pemphigus mukokutaneus, antibodi menyerang kedua
desmoglein 1 dan desmoglein 3, menyebabkan bulla terhasil pada kedua membran mukosa dan kulit.(7)
13
E. GAMBARAN KLINIS
PV ditandai oleh adanya bulla berdinding tipis, relatif flaksid, dan mudah pecah yang
timbul pada kulit atau membran mukosa normal maupun di atas dasar eritematous. Cairan
bula pada awalnya jernih tetapi kemudian dapat menjadi hemoragik bahkan seropurulen.
Bula-bula ini mudah pecah, dan secara cepat akan ruptur sehingga terbentuk erosi. Erosi ini
sering berukuran besar dan dapat menjadi generalisata. Kemudian erosi akan tertutup krusta
yang hanya sedikit atau bahkan tidak memiliki kecenderungan untuk sembuh. Tetapi bila lesi
PV biasanya timbul pertama kali di mulut kemudian di sela paha, kulit kepala, wajah,
leher, aksila, dan genital. Pada awalnya hanya dijumpai sedikit bula, tetapi kemudian akan
meluas dalam beberapa minggu, atau dapat juga terbatas pada satu atau beberapa lokasi
14
Tanda Nikolsky positifkarena hilangnya kohesi antar sel di epidermis sehingga lapisan
atas dapat dengan mudah digeser ke lateral dengan tekanan ringan. Kulit tanpa lapisan
mukosa sangat jarang ditemukan pada PV. Pada suatu penelitian hanya 11% dari kasus
PV.(7,9)
Lesi di mulut muncul pertama kali dalam 60% kasus. Bula akan dengan mudah pecah
dan mengakibatkan erosi mukosa yang terasa nyeri. Lesi ini akan meluas ke bibir dan
membentuk krusta. Keterlibatan tenggorokan akan mengakibatkan timbulnya suara serak dan
kesulitan menelan. Esofagus dapat terlibat dan telah dilaporkan suatu esophagitis dissecans
superficialis sebagai akibatnya. Konjungtiva, mukosa nasal, vagina, penis, dan anus dapat
juga terlibat.(9)
15
Gambar 2.4. Pemfigus vulgaris. Erosi luas akibat lepuh pada kulit(7)
DIAGNOSA
lengkap. Lepuh dapat dijumpai pada berbagai penyakit sehingga dapat mempersulit dalam
a. Nikolsky Sign : penekanan atau penggosokan pada lesi menyebabkan terbentuknya lesi,
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan seperti tzanck test untuk menemukan sel
dengan yang lain, dan pemeriksaan imunofloresensi untuk mendapatkan antibodi interselular.
16
F. DIAGNOSA BANDING
1. Pemfigus Bulosa
Gejala klinis pada Pemfigus Bulosa adalah terbentuknya bula yang besar dengan
tekanan meningkat pada kulit normal atau dengan basal eritematous. Bula-bula ini sering
timbul pada daerah andomen bagian bawah, bagian paha depan atau paha atas, dan fleksor
lengan atas, walaupun ia bisa timbul dimana-mana bagian tubuh. Bula yang terbentuk
biasanya terisi dengan cairan bening dan bisa juga terdapat perdarahan. Kulit yang lepas
apabila bula-bula itu pecah biasanya mempunyai potensi reepitelisasi, tidak seperti PV, erosi
yang terjadi tidak menyebar ke perifer. Lesi pada Pemfigus Bulosa tidak mengakibatkan
Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk menentukan Pemfigus Bulosa adalah biopsi
yang memberikan gambaran bula subepidermal tanpa nekrosis pada epidermal dengan
17
Gambar 2.8: Imunofluoresensi pada pemfigus bullosa(7)
2. Dermatitis Herpetiformis
Gejala klinis primer pada Dermatitis Herpetiformis adalah papul eritematous, plak
yang menyerupai urtika atau yang paling biasa ditemukan adalah vesikel. Bula yang besar
sangat jarang muncul pada penyakit ini. Akibat dari hilang timbulnya gejala klinis pada
Gejala yang timbul pada pasien bisa hanya krusta dan gejala klinis primer yang lain tidak
ditemukan. Gejala klinis ini biasanya timbul secara simetris pada siku, lutut, bahu dan daerah
sakral. Lokasi seperti kulit kepala, muka dan garis anak rambut.(1,7,12)
Herpetiformis adalah pemeriksaan serum di mana ditemukan antibodi IgA yang berikatan
imunogenetik.(1,12)
18
Gambar 2.10: Imunofloresensi pada dermatitis herpetiformis menunjukkan depositIgA secara granular(7)
19
Tabel 2. Diagnosis Banding Pamfigus Vulgaris(7)
20
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tzanck test
Bahan diambil dari dasar bula, dicat dengan giemsa tampak sel akantolitik atau sel
Tzanck.
Pada pemeriksaan ini, diambil sampel kecil dari kulit yang berlepuh dan diperiksa di
bawah mikroskop. Pasien yang akan dibiopsi sebaiknya pada pinggir lesi yang masih baru
dan dekat dari kulit yang normal. Gambaran histopatologi utama adalah adanya
A B
Gambar 2.5. Gambaran hitopatologi pemfigus. (A). Pemfigus vulgaris (B). Pemfigus foliaseus (C).
Pemfigus paraneoplastik.(9)
21
3.Imunofluoresensi
Imunofluoresensi langsung
Sampelyang diambil dari biopsi diwarnai dengan cairan fluoresens. Pemeriksaan ini
IgG yang menempel pada permukaan keratinosit yang di dalam maupun sekitar lesi.(3,7)
Antibodi terhadap keratinosit dideteksi melalui serum pasien. Pemeriksaan ini ditegakkan
mengandung autoantibodi IgG yang menempel pada epidermis dapat dideteksi dengan
pemeriksaaan ini. Sekitar 80-90% hasil pemeriksaan ini dinyatakan sebagai penderita
PV.(7)
(A) (B)
Gambar 2.6. Imunofluoresensi pada pemfigus. (A). Imunofluoresensi langsung. (B). Imunofluoresensi
tidak langsung.(7)
G. KOMPLIKASI(3,10)
1. Infeksi sekunder, baik sistemik atau lokal pada kulit, dapat terjadi karena penggunaan
imunosupresan dan adanya erosi. Penyembuhan luka pada infeksi kutaneous tertunda
22
2. Terapi imunosupresan jangka panjang dapat mengakibatkan infeksi dan malignansi
3. Retardasi pada pertumbuhan telah dilaporkan pada anak yang memakai kortikosteroid
sistemik danimunosupresan.
4. Penekanan pada sumsum tulang telah dilaporkan pada pasien yang menerima
glukokortikoid.
H. PENATALAKSANAAN(13,14,15)
1. Medikamentosa
cepat untuk sekitar setengah dosis awal sampai pasien hampir bersih, diikuti
23
Azathioprine, 2-3 mg/KgBB sampai pembersihan lengkap. Tapering dosis
Methotrexate, Baik secara oral (PO) atau IM dengan dosis 25–35 mg/minggu.
2. Non Medikamentosa
Pada pemberian terapi dengan dosis optimal, tetapi pasien masih merasakan
gejala-gejala ringan dari penyakit ini. Maka perawatan luka yang baik adalah sangat
penting karena ia dapat memicu penyembuhan bula dan erosi. Pasien disarankan
mengurangi aktivitas agar resiko cedera pada kulit dan lapisan mukosa pada fase aktif
24
penyakit ini dapat berkurang. Aktivitas-aktivitas yang patut dikurangi adalah olahraga
dan makan atau minum yang dapat mengiritasi rongga mulut (makanan pedas, asam,
2.11 PROGNOSIS(1,7)
Pemfigus Foliaseus berakibat fatal pada 60% pasien. Pemfigus Foliaseus hampir selalu
berakibat fatal pada pasien usia lanjut dengan sejumlah permasalahan dalam pengobatan.
meningkatkan prognosis pasien dengan PV. Namun demikian, PV tetap merupakan penyakit
yang dikaitkan dengan morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Infeksi sering menjadi
penyebab kematian, dan dengan meningkatnya kebutuhan akan imunosupresan pada penyakit
yang aktif, terapi seringkali menjadi faktor yang berperan dalam menyebabkan kematian.
Dengan terapi glukokortikoid dan imunosupresan, mortalitas (baik dari penyakit maupun
terapi) pasien dengan PV yang diikuti dalam 4 sampai 10 tahun adalah 10% atau kurang,
dimana pada Pemfigus Foliaseus angka ini cenderung lebih kecil.Aktivitas penyakit
umumnya berkurang dengan waktu dan relaps paling banyak terjadi di 2 pertamasetelah
25
BAB III
KESIMPULAN
Pemphigus vulgaris adalah salah satu bentuk bulos dermatosis yang bersifat kronis,
disertai dengan adanya proses akantolisis dan terbentuknya bula pada epidermis.Pemfigus
termasuk kelompok penyakit bula autoimun pada kulit dan membran mukosa dengan
karakteristik secara histologis berupa adanya bula intraepidermal disebabkan oleh akantolisis.
berdinding tipis, mudah pecah, timbul pada kulit dan mukosa yang tampaknya normal atau
eritematosa. Isi bula mula-mula cairan jernih, dapat menjadi hemoragik atau seropurulen. Bula
yang pecah menimbulkan erosi yang eksudatif, mudah berdarah, dan sukar menyembuh. Bila
sembuh meninggalkan bekas hiperpigmentasi. Penatalaksanaan pada fase akut adalah koreksi
imunosupresan untuk mengontrol timbulnya lesi pada kulit. Antibiotik diperlukan jika terjadi
infeksi sekunder.
rentan terhadap infeksi sekunder maupun efek samping dari obat kortikosteroid serta
imunosupresif. Prognosis pemvigus vulgaris lebih buruk pada penderita berusia lanjut.
26
DAFTAR PUSTAKA
27
Department of Oral Medicine, Eastman Dental Institute for Oral Health Care
Sciences. London.2002. 13(5):397-408.
15. Ahmed, Razzaque et al, Treatment of Pemphigus Vulgaris with Rituximab and
Intravenous Immune Globulin.TheNew England Journal Of Medicine.
English.2006;355:1772-9.
28