Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Biaya modal adalah biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk
memperoleh dana baik hutang, saham preferen, saham biasa, maupun laba ditahan untuk
mendanai suatu investasi perusahaan.Biaya modal dapat dihitung berdasarkan biaya untuk
masing-masing sumber dana atau disebut biaya modal individual. Biaya modal individual
dihitung tiap jenis modal. Namun apabila perusahaan menggunakan beberapa sumber
modal maka biaya modal yang dihitung adalah biaya modal rata-rata tertimbang (Weightedf
average cost of capital/WACC) dari seluruh modal yang digunakan.

Konsep Biaya Modal erat hubungannya dengan konsep mengenai pengertian tingkat
keuntungan yang disyaratkan (required rate of return). Tingkat keuntungan yang
disyaratkan sebenarnya dapat dilihat dari dua pihak yaitu sisi investor dan perusahaan. Dari
sisi investor, tinggi rendahnya required rate of return merupakan tingkat keuntungan (rate
of return) yang mencerminkan tingkat resiko dari aktiva yang dimiliki. Sedangkan bagi
perusahaan yang menggunakan dana (modal), besarnya required rate of return merupakan
biaya modal (cost of capital) yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan modal tersebut.
Biaya modal bisanya digunakan sebagai ukuran untuk menentukan diterima atau ditolaknya
suatu usulan investasi (sebagai discount rate), yaitu dengan membandingkan tingkat
keuntungan (rate of return) dari usulan investasi tersebut dengan biaya modalnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan penjelasan Capital Asset Pricing Model?
2. Apa yang dimaksud dengan Single pricing Theory?
3. Apa yang dimaksud dengan Arbitrage Pricing Theory?
4. Apa yang dimaksud dengan Analysis Equilibrium of Profit Sharing?

C. Tujuan
1. Mengetahui penjelasan dari Capital Asset Pricing Model
2. Memberi Pengetahuan Tentang Single Pricing Theory
3. Mengetahui penjelasan dari Arbitrage Pricing Theory
4. Mengetahu tentang Analysisi Equilibrium of Profit Sharing
BAB II

PEMBAHASAN

A. Capital Asset Pricing Model (CAPM)

Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan model untuk menentukan harga suatu
asset. Model ini mendasarkan diri pada kondisi ekuilibrium. Dalam keadaan ekuilibrium
tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal untuk suatu saham akan dipengaruhi
oleh risiko tersebut. Disini risiko bukan lagi diartikan sebagai deviasi standar tingkat
keuntungan, tetapi diukur dengan beta.Penggunaan parameter ini konsisten dengan teori
portofolio yang mengatakan bahwa apabila pemodal melakukan diversifikasi dengan baik,
maka pengukur risiko dari tambahan saham kedalam portofolio. Apabila pemodal
memegang portofolio pasar, maka sumbangan risiko ini tidak lain adalah beta. Jika kita
perhatikan perumusan standar CAPM maka sebenarnya pembentukanmodel tersebut
menggunakan serangkaian asumsi penyederhanaan.Pengujian suatu model bukanlah pada
realistis tidaknya asumsi-asumsi yang dipergunakan, tetapi pada seberapa tepat model
tersebut mencerminkan realitas. Meskipun demikian dijelaskan bagaimana kalau sebagian
asumsi-asumsi tersebut dilonggarkan, yaitu bagaimana kalau short selling tidak
diperkenankan dan bagaimana kalau tidak bisa dijumpai adanya Rr Hasilnya ternyata
CAPM yang standar tidaklah banyak mengalami perubahan.1

1. Konsep-Konsep CAPM

a. Risiko Sistematis (Systematic Risks)

Risiko Sistematis (Systematic risks) adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan
yang berhubungan dengan seluruh pergerakan pasar saham dan tidak dapat
dihindari.Resiko sistematis atau dikenal dengan resiko pasar/resiko umum
merupakan resiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi dipasar recara
keseluruhan. Perubahan pasar tersebut akan mempengaruhi variabilitas retur suatu
investasi. Dengan kata lain, resiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat
didiversifikasi. Risiko ini timbul akibat pengaruh keadaan perekonomian, politik
dan sosial budaya, dimana mempunyai pengaruh secara keseluruhan.Risiko ini juga
disebut indivertible risk. Dengan adanya hal tersebut, faktor yang mempengaruhi
adalah :
i.Perubahan tingkat bunga

ii. Kurs valuta asing

iii. Kebijakan pemerintah

iv. Daya beli masyarakat, dll1

b. Risiko tidak Sistematis (Unsystematic Risk)

Risiko tidak Sistematis (Unsystematic risk) adalah bagian dari risiko yang
tidak umum dalam sebuah perusahaan yang dapat dipisahkan. Resiko yang tidak
sistematis atau dikenal dengan risiko spesifik (resiko perusahaan), adalah risiko
yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan.Resiko perusahaan
lebih terkait pada perubahan posisi mikro perusahaan penerbit sekuritas.Dalam
manajemen portofolio disebutkan bahwa resiko perusahaan bisa diminimalkan
dengan melakukan diversifikasi asset dalam suatu portofolio.Risiko ini juga disebut
diversifiable risk. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi :

i.Strukturmodal

ii.Strukturasset

iii.Tingkat likuiditas

c. Risiko Pasar ( Market Risk )

Market Risk (risiko pasar), sering disebut juga sebagai interest rate risk, nilai
investasi akan menjadi turun ketika suku bunga meningkat mengakibatkan pemilik
investasi mengalami capital loss. Reinvestment risk, risiko yang disebabkan sebuah
aset akan memiliki yield yang lebih sedikit pada beberapa waktu di masa yang akan
datang.

d. Default Risk

Risiko apabila penerbit aset gagal membayar bunga atau bahkan pokok aset.

e. Inflation Risk

Risiko menurunya nilai riil aset karena inflasi.

1
Suad Husnan, Op.Cit., hlm 24
f. Currency Risk

Risiko menurunnya nilai aset karena penurunan nilai tukar mata uang yang
dipakai oleh aset.

g. Political Risk

Risiko menurunya nilai aset karena perubahan dalam peraturan atau hukum
karena perubahan kebijakan pemerintah atau perubahan penguasa.2

h.Beta

Beta menghubungkan kovarian dari sebuah aset dengan portofolio pasar


dengan varian dari portofolio pasar, dan didefinisikasi sebagai Laba yang
diharapkan CAPM – hubungan BETA. Garis pasar sekuritas (SML) adalah sebuah
spesifikasi CAPM akan bagaimana resiko dan tingkat laba yang dibutuhkan untuk
aset, sekuritas atau portofolio apapun adalah terkait. Teori ini mengajukan sebuah
hubungan linier antara resiko aset dan tingkat laba yang dibutuhkannya.
Capital Asset Pricing Model (CAPM) menjelaskan bahwa beta merupakan alat
pengukur risiko yang relevan, dan terdapat hubungan yang positif dan linear antara
tingkat keuntungan yang diharapkan dengan beta. Jika kita ingin mengetahui
sumbangan suatu saham terhadap risiko suatu portofolio yang di diversifikasi
secara baik, tetapi kita harus mengukur risiko pasarnya dan ini membawa kita
untuk mengukur kepekaan saham tersebut terhadap perubahan pasar.Kepekaan
tingkat keuntungan terhadap perubahan-perubahan pasar biasa disebut sebagai beta
investasi tersebut.3

i. Security Market Line

Garis pasar modal menggambarkan trade-off resik laba dalam pasar finansial
dalam ekuilibrium.Namun, hal itu hanya berlaku bagi portofolio efisien dan tidak
bisa digunakan untuk mempertimbangkan ekuilibrium laba yang diharapkan untuk
satu negara. Dalam CAPM semua investor akan memegang portofolio pasar, yang
merupakan portofolio pembanding terhadap portofolio lainnya yang diukur.
Investor akan mengharapkan premium resiko untuk membeli sebuah aset beresiko

3
Wiliam f, sharpe, Gordon J. Alexander, an Jeffery V, Balley, Op,Cit, Hal 260.
seperti saham. Semakin besar resiko dari saham itu, maka seharusnya semakin
tinggi premium resiko.Jika investor memegang portofolio yang didiversifikasi
dengan baik, mereka harus tertarik dalam resiko portofolio daripada resiko
sekuritas individual. Saham yang berbeda akan mempengaruhi sebuah portofolio
yang didiversifikasi dengan baik secara berbeda. Resiko relevan bagi sebuah saham
individual adalah kontribusinya pada resiko dari sebuah portofolio yang
didiversifikasi dengan baik.

2. Hubungan Risiko Dan Keuntungan dalam Lingkup CAPM

Sejauh ini kita telah membicarakan pengukuran risiko dalam CAPM, yaitu
digunakan beta sebagai pengukur risiko (bukan lagi deviasi standar tingkat
keuntungan).Kita juga tahu bahwa investasi yang efisien adalah investasi yang
memberikan risiko tertentu dengan risiko terkecil. Dengan kata lain, kalau ada dua
usulan investasi yang memberikan tngkat keuntungan yang sama, tetapi mempunyai
risiko yang berbeda, maka investor yang rasional akan memilih investasi yang
mempunyai risiko yang lebih kecil. Berdasarkan prinsip diatas, maka untuk
memasukkan faktor risiko (yang di ukur dengan beta) kedalam penilaian (suatu)
investasi. Karena nialai suatu aktiva tergantung anatara lain pada tingkat keuntungan
yang layak (=r) investasi/aktiva tersebut, maka CAPM ini kita pergunakan untuk
menentukan beberapa r yang layak untuk suatu investasi dengan mengingat risiko
investasi tersebut

3. Kelemahan Konsep CAPM Dalam Investasi

Beta adalah konsep yang sangat umum dalam investasi. Bisa digunakan pada
investasi saham begitu pula juga dengan investasi reksa dana. Kegunaannya juga
banyak, mulai dari menilai seberapa berisiko suatu saham / reksa dana, mengevaluasi
apakah reksa dana tersebut bagus atau tidak, sampai pada memprediksi berapa return
yang akan dihasilkan oleh instrumen tersebut pada masa yang akan datang. Capital
Asset Pricing Model (CAPM) adalah konsep yang menggunakan beta dalam
perumusannya.4

Tidak ada yang berbeda dari cara perhitungan beta saham dan beta reksa dana.
Pembahasan mengenai beta juga pernah saya bahas dalam artikel terdahulu.Meski
demikian, tidak ada teori yang sempurna, demikian pula dengan teori beta.Oleh karena

4
Euard Tandellin, Op cit., hlm 90
itu, sebelum menggunakan menggunakan beta, sebaiknya kita memahami
kelemahannya. Secara umum, ada beberapa kelemahan dalam konsep beta antara lain:

a. Tidak Ada Standarisasi Periode dan Pecahan Data Dalam Pengukuran Beta.

Selama ini, penggunaan beta sangat subjektif.Sebab tidak ada standarisasi


yang jelas apakah beta tersebut dihitung dari data 1 tahun, 3 tahun, 5 tahun atau
10 tahun terakhir.Tidak juga disebutkan data yang digunakan, apakah itu harian,
mingguan, bulanan atau tahunan. Tiadanya standar menyebabkan ketika kita
mendapatkan informasi beta dari 2 sumber yang berbeda, menjadikan angka
tersebut tidak bisa dibandingkan satu sama lain.Mengacu kepada publikasi fund
fact sheet reksa dana di luar negeri dan website financial internasional seperti
bloomberg, reuters, dan morningstar, umumnya beta yang digunakan adalah beta
3 tahun terakhir dengan data bulanan. Meski demikian, umumnya selain beta 3
tahun, juga ditampilkan informasi lebih dari 3 tahun seperti 5 dan 7
tahun.Penggunaan 3 tahun disebabkan karena jumlah data bulanan yang sudah
lebih dari 30 sehingga dianggap valid secara statistik.Namun sekali lagi, tidak ada
standarisasi internasional yang berlaku untuk teori ini.

b. Multiperiod Beta

Adalah istilah dalam teori investasi yang menyebutkan bahwa nilai beta
sebenarnya berfluktuasi dari waktu ke waktu. Misalkan anda menghitung beta
saham Astra Internasional (ASII) periode 3 tahun terhadap IHSG dari tahun 2007
– 2010 akan berbeda jika diukur dari periode 2010 – 2013. Sebagai contoh,
berikut ini adalah fluktuasi nilai beta yang saya ukur dengan menggunakan contoh
saham ASII dan IHSG dari tahun 2001 hingga 2013.

c. Tidak bisa digunakan untuk seluruh saham

Konsep beta mengukur risiko atau memprediksi perubahan harga saham


terhadap perubahan benchmark yang menjadi acuannya. Dalam kasus saham di
Indonesia, benchmark yang dijadikan sebagai acuan adalah IHSG. Namun, dalam
beberapa kasus, ada saham-saham tertentu yang pergerakannya ternyata tidak
berhubungan dengan arah pasar sama sekali sehingga penggunaan beta akan
menjadi kurang efektif.Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan
IHSG terhadap perubahan harga saham, maka digunakan suatu indikator yang
disebut dengan R-Square.R-Square adalah angka korelasi antara saham dengan
benchmark yang dikuadratkan. Misalkan angka R Square adalah 75%, artinya
75% dari pergerakan harga suatu saham dipengaruhi oleh IHSG dan sisanya 25%
dipengaruhi oleh faktor lainnya. Semakin besar R-Square semakin efektif
penggunaan beta dan sebaliknya.Berikut ini adalah R-Square historis dari saham
ASII, Delta Jakarta (DLTA) dan BUMI Resources (BUMI), yang
merepresentasikan saham yang aktif dalam perdagangan, saham yang kurang
aktif, serta saham yang pergerakannya fluktuatif.

Contoh di atas menunjukkan beberapa saham memiliki R-Square yang kecil


sehingga penggunaan beta tidak efektif. Selain itu, sama seperti beta, nilai R-
Square dapat berfluktuasi dari waktu ke waktu.
Penyebutan produk investasi (jika ada) tidak bermaksud untuk memberikan
penilaian bagus buruk, ataupun rekomendasi jual beli atau tahan untuk instrumen
tertentu.Tujuan pemberian contoh adalah untuk menunjukkan fakta yang
menguatkan opini penulis. Kinerja Masa Lalu tidak menjadi jaminan akan
kembali terulang pada masa yang akan datang. Seluruh tulisan, komentar dan
tanggapan atas komentar merupakan opini pribadi.5

3. Agar CAPM Lebih Unggul

Ada tiga metode untuk menghitung biaya ekuitas yaitu bunga bebas risiko
plus premi tambahan, dividend yieldplus capital gain yang diharapkan (model
Gordon), dan model CAPM (capital asset pricing model).Di antara ketiga metode
ini, CAPM yang paling populer.Pakar keuangan belum pantas dijuluki ahli
finansial jika belum mengenal model CAPM ini. Tidak ada buku keuangan dan
investasi di perguruan tinggi yang tidak mendedikasikan satu bab khusus untuk
membahas CAPM. Model ini dikembangkan tahun 1964 oleh William
Sharpe.Sharpe sendiri adalah seorang profesor keuangan di University of
California, Los Angeles (UCLA) dan dosen di Stanford University.Pada saat yang
hampir bersamaan, model serupa juga dikembangkan oleh John Lintner dan Jan
Mossin sekitar tahun 1964–1966.Jika model didiskontokan, model kelipatan
harga, dan model lainnya ingin menghitung harga wajar sebuah saham atau nilai
intrinsik saham, CAPM sejatinya menghitung returnwajar sebuah saham yang

5
Eduard Tandelilin, Op., Cit., hlm 109.
disesuaikan dengan risikonya.Dalam model Gordon (dividen didiskontokan),
return wajar ini tidak lain adalah tingkat diskonto yang akan digunakan.

Dengan model lain, kita membandingkan nilai intrinsik saham ini dengan
harganya di pasar. Dalam CAPM, kita membandingkan expected return dengan
required return. Jika dianalogikan dengan kriteria IRR untuk investasi dalam aset
riil, expected returnatau E (R) adalah return yang akan diperoleh investor atau
IRR potensial sedangkan required return.Jika dalam model valuasi, kita mencari
saham yang nilai intrinsiknya jauh di atas harga pasarnya, dalam CAPM kita
melakukan yang hampir sama. Kita ingin mengidentifikasi saham yang harganya
kemahalan (overvalued), wajar, dan kemurahan (undervalued) dilihat dari
expected return dan required return-nya.
Yang harus diburu tentu saja saham yang undervalued yaitu yang mempunyai E
(R) jauh di atas RR. Anda paham perbedaan kedua istilah ini? Expected return
atau E (R) didefinisikan sebagai return yang akan diberikan sebuah saham atau
portofolio setahun ke depan, yang terdiri ataskenaikanharga (capital gain) dan
dividen yang akan dibayarkan (dividend yield) tahun depan. Karena belum aktual
dan masih ekspektasi.

B. Teori Harga Tunggal (Single Pricing Theory)

Secara umum, para ekonomi berpikir bahwa hukum satu harga “Law of One Price“
teraplikasikan pada semua pasar finansial dimana tidak akan terdapat kesempatan untuk
melakukan arbitrase. Hal ini yang menjadi dasar dari teori finansial modern, termasuk
harga Option (Option Pricing) dan bentuk struktur capital (Term Capital Structure).
Bedasarkan asumsi standart tersebut, jika beberapa investor salah memperkirakan nilai
ukar mata uang lebih baik dari nilai mata uang yag lain, maka investor rasional yang
lain akan mengikuti investor sebelumnya sehingga nilai tukar mata uang tersebut
akhirnya akan terkembali. Peluang arbitrase akan tercipta jika seseorang dapat
melakukan pembeliandan penjuaan dalam pasar finansial lebih cepat dari respon pasar
(Lamont & Thaler, 2003).

Aturan-aturan yang diterapkan oleh lembaga keuangan dapat menyebabkan


“Law of One Price” tidak dapat terjadi meskipun dalam pasar keuangan yang sangat
liquid (Lamont & Thaler, 2003). Bakan, hukum tersebut secara umum gagal karena isi
informasi tidak bias di lewati (Unobservable Informational Content) dari barang barang
yang di perdagangkan, misalnya informasi pasar valuta.

Nilai tukar mata uang dapat melampaui nilai keseimbangannya (Equilibrium


Exchange Rate) karna sedikitnya oleh tiga hal pertama, ketidak akuratan informasi
tingkat dari uang yang beredar. Kedua, nilai mata uang itu dapat jauh terkoreksi
(Overshoot) setelah terambangkan karna nilai mata uang tersebut di kaitkan (Sticky
Price) dengan kombinasi harga asset yang terkoreksi dalam pasar asset, missal ata uang
Negara timur tengah dengan pasar asset miyak bumi asset. Berikutnya, ketiadaan
dayatahan, kredibilitas dan keyakinan di dalam suatu pemeritah yang benyebabkan
kenaikan risiko investasi suatu Negara (Risk Country)6

Teori hukum satu harga menjelaskan tentang hubungan antara nilai tukar, atau kurs
dengan harga barang atau komiditi. Menurut hukum ini, komoditas yang sama akan
memiliki harga yang sama, meskipun dijual di tempat yang berbeda. Hal ini didasarkan
bahwa jika ada selisih harga komoditas yang sama, maka akan tercipta peluang untuk
melakukan arbitrase.7

Hukum suatu teori harga adalah fondasi dari konsep paritas daya beli. Purchasing
power paity menyatakan bahwa nilai dua mata uang sama ketika keranjang barang
identik dihargai sama di kedua Negara. Ini berkaitan dengan formula yang dapat
diterapkan untuk membandingkan sekuritas di seluruh pasar yang memperdagangkan
mata uang yang berbeda. Karena nilai tukar dapat sering berubah, rumus tersebut dapat
dihitung kembali secara teratur untuk mengidentifikasi kesalahan harga dari berbagai
pasar internasional.

 Contoh Law Of One Price

Jika harga sekuritas, komoditas atau asset berbeda dalam dua pasar bebas yang
berbeda setelah mempertimbangkan efek kurs mata uang, maka arbitrageur dapat
membeli asset di pasar yang lebih murah dan menjualnya di pasar di mana harga lebih
tinggi untuk mendapatkan keuntungan. Ketika hukum satu harga tidak berlaku,
arbitrage profit seperti ini akan bertahan sampai harga menyatu di seluruh pasar.
Misalnya jika keamanan tertentu tersedia $ 10 di pasar A tetapi dijual seharga $ 20 di
pasar B, investor dapat membeli sekuritas dipasar A dan segera menjualnya seharga $

6
Https://ardra.bis > ekonomi-internasional
7
Yuliati. S. H., Prasetyo, H., 2005, “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Internasional”, Andi, Edisi II, Yogyakarta
20 di pasar B, harga di kedua pasar harus berubah sesuai dengan perubahan dalam
penawaran dan permintaan untuk keamanan di pasar A, dimana harganya relative lebih
murah, harus mengarah pada peningkatan harga disana.

Sebaliknya peningkatan pasokan di pasar B, dimana kemaan dijual untuk


mendapatkan keuntungan oleh arbitrageur, harus mengarah pada penurunan harga
disana, seiring waktu, ini akan mengarah pada keseimbangan harga keamanan di dua
pasar, mengembalikannya ke Negara yang disarankan oleh hukum satu harga.

Di pasa efisien, terjadinya peluang arbitrase seperti ini rendah, dan paling sering di
sebabkan oleh peristiwa yang menghasilkan pergseran mendadak di satu pasar sebelum
pasar lain terpengauh. Kelanjutan dari hukum satu harga adalah hukum dari satu
pengembalian yang diharapkan ini mengatur gagagsan bahwa sekuritas dengan harga
asset serupa dan risiko serupa di harpakan akan menghasilkan pengambilan yang sama.

 Hukum Satu Harga Dan Komoditas

Ketika berurusan dengan komoditas, biaya untuk mengangkutnya harus


dimasukkan, menghasilkan harga yang berbeda ketika komoditas dari dua lokasi yang
berbeda diperiksa. Jika perbedaan dalam biaya transportasi tidak memperhitungkan
perbedaan harga komoditas antar wilayah, itu bias menjadi tanda kekurangan atau
kelebihan di wilayah tertentu

C. Arbitrage Pricing Theory (APT)

Arbitrage Pricing Theory adalah sebuah model asset pricing yang didasarkan
pada sebuah gagasan bahwa pengembalian sebuah aset dapat diprediksi dengan
menggunakan hubungan yang terdapat diantara aset yang sama dan faktor-faktor resiko
secara umum. Teori ini dibuat oleh Stephen Ross pada tahun 1976. Teori ini
memprediksi hubungan tingkat pengembalian sebuah portofolio dan pengembalian dari
aset tunggal melalui kombinasi linear dari banyak variabel makro ekonomi yang
mandiri.

APT didasari oleh pandangan bahwa return harapan untuk suatu sekuritas akan
dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko. Faktor-faktor risiko tersebut akan menunjukkan
kondisi ekonomi secara umum, dan bukan merupakan karakteristik khusus perusahaan.
Faktor-faktor risiko tersebut harus mempunyai karakteristik seperti berikut :
1. Masing-masing factor risiko harus mempunyai pengaruh luas terhadap return
saham-saham di pasar. Kejadian-kejadian khusus yang berkaitan dengan kondisi
perusahaan, bukan merupakan factor risiko APT.
2. Faktor-faktor risiko tersebut harus mempengaruhi return harapan. Untuk itu perlu
dilakukan pengujian secara empiris, dengan cara menganalisis return saham
statistik, untuk melihat bagaimana faktor-faktor risiko tersebut berpengaruh secara
luas terhadap return saham.
3. Pada awal periode, factor risiko tersebut tidak dapat diprediksikan oleh karena
faktor-faktor risiko tersebut mengandung informasi yang tidak diharapkan atau
bersifat mengejutkan pasar (ada perbedaan antara nilai yang diharapkan dengan
nilai yang sebenarnya).

Dengan demikian, hal penting yang perlu diamati adalah besarnya penyimpangan
(deviasi) nilai aktual factor risiko tersebut dari yang diharapkan. Sebagai contoh, jika
suku bunga diperkirakan naik 10% per tahun, dan ternyata kenaikan tingkat suku
bunga yang terjadi adalah 15% maka penyimpangan sebesar 5% inilah yang akan
mempengaruhi return aktual selama periode tersebut.

APT pada dasarnya menggunakan pemikiran yang menyatakan bahwa dua


kesempatan investasi yang mempunyai karakteristik yang identik sama tidaklah bisa
dijual dengan harga yang berbeda (hukum satu harga). Apabila aktiva yang
berkarakteristik sama tersebut dijual dengan harga yang berbeda maka akan terdapat
kesempatan untuk melakukan arbitrage, yaitu dengan membeli aktiva yang berharga
murah dan menjualnya dengan harga yang lebih tinggi pada saat yang sama sehingga
dapat diperoleh laba tanpa risiko. Atau dengan kata lain arbitrage adalah memperoleh
laba tanpa risiko dengan memanfaatkan peluang perbedaan harga asset atau sekuritas
yang sama. Aktivitas arbitrage menjadi elemen penting pasar sekuritas yang modern
dan efisien. Karena laba arbitrage secara definisi tidak berisiko, semua investor
mempunyai insentif untuk memanfaatkan peluang tersebut jika mereka
mengetahuinya.

Ada 3 (tiga) asumsi yang mendasari model Abitrage Pricing Theory (APT) adalah :

1. Pasar modal dalam kondisi pasar persaingan sempurna.


2. Para investor selalu lebih menyukai kekayaan yang lebih daripada kurang
dengan kepastian.
3. Hasil dari proses stochastic, artinya bahwa pendapatan aset dapat dianggap
sebagai K model faktor.

APT merupakan tindak lanjut dari CAPM. Oleh karena itu kita perlu melihat
keunggulan dan kelemahan dari APT itu sendiri, agar kita nantinya bisa
membandingkan dengan CAPM. Keunggulan APT yaitu :

1. APT tidak memerlukan asumsi tentang kenormalan distribusi return dari


sekuritas yang dianalisis, seain nonstation (semakin banyak tinggi utilitasnya)
tidak ada asumsi lain berkaitan dengan fungsi utilitas investor, termasuk tidak
perlu asumsi investor risk averse untuk menyusun APT, APT tidak memerlukan
‘true’ market portofolio bahkan APT dapat diestimasi dari subset aset beresiko,
dan APT dapat dinyatakan dala model multi-periode.
2. APT menempatkan kajian yang komperhensif bahwa adanya hubungan yang
linear antara expected return (keuntungan yang diharapkan) dengan risiko.
Dimana kedua bidang ini adalah menjadi bidang yang sangat serius dipelajari
oleh investor, sehingga bagi para investor APT memiliki nilai representative
tinggi untuk dikaji.8

Adapun kelemahan dari APT yaitu :

1. Yang belum terjawab oleh APT adalah jumlah identitas faktor-faktor yang perlu
diperhitungkan saat estimasi return yang diharapkan antara lain tingkat
pertumbuhan produksi dunia industry, tingkat inflasi (baik yang diharapkan
ataupun tidak), selisih antara tingkat bunga jangka Panjang dan jangka pendek,
serta selisih tingkat bunga (spread) antara obligasi berperingkat dan rendah.
2. APT dalam model aslinya hanya berlaku sebagai aproksimasi dan tidak ada
jaminan dapat digunakan dengan akurat untuk menilai harga sekuritas
individual, APT berasumsi bahwa faktor-faktor yang mempegaruhi return dapat
diketahui dengan pasti, dan APT tidak memberi spesifikasi tentag faktor
sistematis apa saja yang mempengaruhi return sehingga operasionalisasi APT
menjadi sulit.

Tingkat keuntungan dari setiap sekuritas yang diperdagangkan di pasar keuangan


terdiri dari dua komponen, yaitu :

1. Tingkat keuntungan yang normal atau yang diharapkan.

8
Ibid, hal 442
2. Tingkat keuntungan yang tidak pasti atau berisiko.

Tingkat keuntungan dari setiap sekuritas yang diperdagangkan di pasar keuangan


terdiri dari dua komponen.Pertama, tingkat keuntungan yang normal atau yang
diharapkan.Tingkat keuntungan ini merupakan bagian dari tingkat keuntungan aktual
yang diperkirakan oleh investor.Tingkat keuntungan tersebut dipengaruhi oleh
informasi yang dimiliki oleh para pemodal.Kedua, adalah tingkat keuntungan yang
tidak pasti atau berisiko.Bagian tingkat keuntungan ini berasal dari informasi yang
bersifat tidak terduga.
Secara formal, tingkat keuntungan suatu sekuritas dapat dituliskan menjadi,

R = E(R) + U

Dimana :
R = tingkat keuntungan aktual
E(R) = tingkat keuntungan yang diharapkan
U = tingkat keuntungan yang tidak terduga

Sebagai contoh para pemodal memperkirakan bahwa pertumbuhan GNP ( Gross


National Product ) akan sebesar 0,5 % dalam bulan ini. Apabila kemudian pemerintah
mengumumkan bahwa GNP memang meningkat 0,5% pada bulan ini, maka para
pemodal tidak akan melakukan apa-apa. Karena bagi mereka informasi tersebut bukan
lagi merupakan kabar yang baru. Dengan kata lain, tidak terjadi perubahan harga yang
tidak diharapkan, karena pemodal telah memasukkan informasi tersebut dalam harga
sekuritas.
Sebaliknya apabila pemerintah mengumumkan bahwa kenaikan GNP mencapai
1,5%, hal ini berarti mempunyai unsure surprise, yaitu lebih tinggi dari yang
diharapkan. Perbedaan dalam nilai expected dan aktual tersebut (yaitu 1%
pertumbuhan GNP diatas yang diharapkan) disebut sebagai surprise atau innovation,
sehingga akibatnya akan direalisir tingkat keuntungan yang lebih besar dari yang
diharapkan. Kunci dalam analisis disini adalah apakah informasi tersebut mengandung
surprise ataukah tidak. Surprise tersebut dapat bersifat positif, tetapi dapat pula
bersifat negatif.9

D. Keseimbangan Pasar (Market Equilibrium of profit sharing)

Profit and loss sharing menurut etimologi Indonesia adalah bagi keuntungan. Dalam
kamus ekonomi diartikan pembagian laba.10 Profit secara istilah adalah perbedaan yang timbul
ketika total pendapatan (total revenue) suatu perusahaan lebih besar dari biaya total(total
cost).

Dalam istilah lain profit sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil
bersih dari total pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh pendapatan tersebut. Pada perbankan syariah istilah yang sering dipakai adalah
profit and loss sharing, di mana hal ini dapat diartikan sebagai pembagian antara untung dan
rugi dari pendapatan yang diterima atas hasil usaha yang telah dilakukan.

Sistem profit and loss sharing dalam pelaksanaannya merupakan bentuk dari perjanjian
kerjasama antara pemodal (Investor) dan pengelola modal (enterpreneur) dalam menjalankan
kegiatan usaha ekonomi, dimana di antara keduanya akan terikat kontrak bahwa di dalam
usaha tersebut jika mendapat keuntungan akan dibagi kedua pihak sesuai nisbah kesepakatan
di awal perjanjian, dan begitu pula bila usaha mengalami kerugian akan ditanggung
bersama sesuai porsi masing-masing.

Kerugian bagi pemodal tidak mendapatkan kembali modal investasinya secara utuh
ataupun keseluruhan, dan bagi pengelola modal tidak mendapatkan upah/hasil dari jerih
payahnya atas kerja yang telah dilakukannya.

Keuntungan yang didapat dari hasil usaha tersebut akan dilakukan pembagian setelah
dilakukan perhitungan terlebih dahulu atas biaya-biaya yang telah dikeluarkan selama proses
usaha. Keuntungan usaha dalam dunia bisnis bisa negatif, artinya usaha merugi, positif berarti
ada angka lebih sisa dari pendapatan dikurangi biaya-biaya, dan nol artinya antara pendapatan
dan biaya menjadi balance. Keuntungan yang dibagikan adalah keuntungan bersih (net
profit)yang merupakan lebihan dari selisih atas pengurangan total cost terhadap total revenue.

9
Eduard Tandelilin, Ibid
10
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002) hlm. 101
Contoh 1 :

Mengkombinasikan skedul permintaan dan penawaran di pasar dan menunjukkan


tekanan pada harga beras ke tingkat keseimbangan.

Harga Jumlah Permintaan Jumlah penawaran Surplus (+) / Tekanan pada

($ / kati) (kati / bulan) (kati / bulan) Kurang (-) harga

5 3,500 7,500 + 4,000 Ke bawah

4 4,500 7,000 + 2,500 Ke bawah

3 6,000 6,000 0 Imbang

2 8,000 4,000 -4,000 Ke atas

1 11,000 4,000 -10,000 Ke atas

Dilihat dari tabel diatas, pada tingkat harga yang tinggi yaitu $ 5 per kati, jumlah yang
diminta adalah 3,500 kati/bulan.Jumlah ini lebih sedikit dari penawaran yang ada yaitu
sebanyak 7,500 kati sehingga menimbulkan surplus 4,000 kati.Surplus dari beras yang tidak
terjual ini menekan harga kebawah menuju tingkat keseimbangan. Pada ekstrim yang
berlawanan, tingkat harga $ 1 per kati akan memperbanyak permintaan menjadi 11,000 kati,
sedang penawaran 1000 kati dan kekurangan 10,000 kati yang selanjutnya akan mendorong
harga naik menuju tingkat keseimbangan. Hanya pada harga $ 3 lah terjadi kesamaan antara
permintaan dan penawaran dan tidak ada tekanan-tekanan terhadap harga yang berubah.

1. Perubahan Permintaan Pasar dan Harga Keseimbangan


Kurva permintaan dapat bergeser ke kanan (kenaikan) karena beberapa alasan:

1. Kenaikan harga pengganti atau jatuh pada harga pelengkap

2. Peningkatan pendapatan konsumen

3. Mengubah selera konsumen dan preferensi dalam mendukung produk

4. Penurunan suku bunga

5. Kenaikan umum dalam keyakinan konsumen atau optimism

Pergeseran luar dalam kurva permintaan menyebabkan gerakan (ekspansi) sepanjang


kurva penawaran dan kenaikan harga keseimbangan dan kuantitas. Perusahaan di pasar akan
menjual lebih banyak pada harga yang lebih tinggi dan karena itu menerima lebih dalam
total pendapatan.

2. Perubahan Penawaran Pasar dan Harga Keseimbangan

Kurva penawaran mungkin beralih ke arah luar jika ada :

a. Penurunan biaya produksi (misalnya penurunan tenaga kerja atau biaya bahan baku)

b. Sebuah subsidi pemerintah untuk produsen yang mengurangi biaya mereka untuk setiap
unit yang disediakan
c. Kondisi iklim yang menyebabkan hasil yang diharapkan lebih tinggi dari komoditas
pertanian

d. Penurunan harga pengganti dalam produksi

e. Perbaikan dalam teknologi produksi menuju produktivitas yang lebih tinggi dan efisiensi
dalam proses produksi dan biaya yang lebih rendah untuk bisnis

f. Masuknya pemasok baru (perusahaan) ke dalam pasar yang mengarah ke peningkatan


pasokan pasar tersedia bagi konsumen

Pergeseran luar dari kurva penawaran meningkatkan pasokan yang tersedia di pasar
dengan harga masing-masing dan dengan kurva permintaan yang diberikan, ada penurunan
harga keseimbangan pasar dari P1 ke P3 dan peningkatan jumlah output dibeli dan dijual dari
Q1 ke Q3. Pergeseran pasokan menyebabkan perluasan sepanjang kurva permintaan.

Pergeseran kurva penawaran tidak menyebabkan pergeseran dalam kurva


permintaan.Sebaliknya, kita bergerak bersama (atas atau bawah) kurva permintaan ke posisi
keseimbangan baru. Penurunan pasokan juga mungkin disebabkan oleh keluarnya perusahaan
dari sebuah industri mungkin karena mereka tidak membuat cukup tinggi tingkat

3. Perubahan Permintaan Pasar dan Harga Keseimbangan

Kurva permintaan dapat bergeser ke kanan (kenaikan) karena beberapa alasan:

a. Kenaikan harga pengganti atau jatuh pada harga pelengkap

b. Peningkatan pendapatan konsumen


c. Mengubah selera konsumen dan preferensi dalam mendukung produk

d. Penurunan suku bunga

e. Kenaikan umum dalam keyakinan konsumen atau optimisme

Pergeseran luar dalam kurva permintaan menyebabkan gerakan (ekspansi) sepanjang


kurva penawaran dan kenaikan harga keseimbangan dan kuantitas. Perusahaan di pasar
akan menjual lebih banyak pada harga yang lebih tinggi dan karena itu menerima lebih
dalam total pendapatan.

4. Perubahan Penawaran Pasar dan Harga Keseimbangan

Kurva penawaran mungkin beralih ke arah luar jika ada :

a. Penurunan biaya produksi (misalnya penurunan tenaga kerja atau biaya bahan baku)

b. Sebuah subsidi pemerintah untuk produsen yang mengurangi biaya mereka untuk setiap
unit yang disediakan

c. Kondisi iklim yang menyebabkan hasil yang diharapkan lebih tinggi dari komoditas
pertanian

d. Penurunan harga pengganti dalam produksi

e. Perbaikan dalam teknologi produksi menuju produktivitas yang lebih tinggi dan
efisiensi dalam proses produksi dan biaya yang lebih rendah untuk bisnis
f. Masuknya pemasok baru (perusahaan) ke dalam pasar yang mengarah ke peningkatan
pasokan pasar tersedia bagi konsumen

Pergeseran luar dari kurva penawaran meningkatkan pasokan yang tersedia di pasar
dengan harga masing-masing dan dengan kurva permintaan yang diberikan, ada penurunan
harga keseimbangan pasar dari P1 ke P3 dan peningkatan jumlah output dibeli dan dijual dari
Q1 ke Q3. Pergeseran pasokan menyebabkan perluasan sepanjang kurva permintaan.

Pergeseran kurva penawaran tidak menyebabkan pergeseran dalam kurva


permintaan.Sebaliknya, kita bergerak bersama (atas atau bawah) kurva permintaan ke posisi
keseimbangan baru.Penurunan pasokan juga mungkin disebabkan oleh keluarnya perusahaan
dari sebuah industri mungkin karena mereka tidak membuat cukup tinggi tingkat pengembalian
beroperasi di pasar tertentu.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada dasarnya pasar uang dan pasar barang dalam sistem ekonomi sangatlah dibutuhkan.
Terutama dalam ekonomi konvensional dan masyarakat sebagai pelaku ekonomi cenderung
terlibat dalam pasar uang dan pasar barang. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa Capital
Asset Pricing Model dilihat sebagai sudut pandang investor dalam melihat berbagai reaksi di
pasar sehingga kondisi ini dapat mendorong para investor untuk berperilaku dan memutuskan
berbagai keadaan seperti risk and return serta harga keseimbangan pada suatu sekuritas. Dengan
strategi teori harga tunggal, perusahaan menetapkan harga sama atau harga ke seluruh
pelanggang yang membeli produk dalam kualitas sama. Arbitrage Pricing Theory adalah sebuah
model asset pricing yang didasarkan pada sebuah gagasan bahwa pengembalian sebuah aset
dapat diprediksi dengan menggunakan hubungan yang terdapat diantara aset yang sama dan
faktor-faktor resiko secara umum.

B. Saran

Dengan mengetahui teory teory diatas kita sebagai pelaku ekonomi di harapkan lebih
mengetahui dan paham tentang theory theory yang sebagaiana kita bahas di atas. Agar jika koita
berbisnis atau menjalankan ekonomi bisa lebih faham dan berpengalaman.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ivan Yustivandana , Mengenal Pasar Modal (Jakarta, salemba empat 2015)


2. Suad Husnan Dan Enny Pujiastuti, 2004 , Dasar-Dasar Manajemen keuangan (YKPN,
Yogyakarta.
3. Eduard tandelilin pemikiran siegel

Anda mungkin juga menyukai