Anda di halaman 1dari 9

VALIDITAS

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan
suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel
yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data
yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. (Arikunto,
1998:160)

Untuk menguji validitas alat ukur dibutuhkan langkah-langkah sebagai berikut:


1. Menguji harga korelasi setiap butir alat ukur dengan rumus Pearson/Product
Moment, yaitu:
𝑛 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟=
√(𝑛 ∑ 𝑋 − (∑ 𝑋)2 ). (𝑛 ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)2 )
2

𝑟𝑥𝑦 = Koefisien korelasi


𝑋 = Skor item butir soal
𝑌 = Jumlah skor total tiap soal
𝑛 = Jumlah responden
2. Melakukan perhitungan dengan uji t dengan rumus:
𝑟√𝑛 − 2
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
√1 − 𝑟 2
𝑟 = Koefisien korelasi hasil r hitung
𝑛 = Jumlah responden
3. Mencari ttabel dengan ttabel = t ∝ (dk = n-2).
4. Membuat kesimpulan, dengan kriteria pengujian sebagai berikut.
Jika thitung > ttabel berarti valid, atau
Jika thitung < ttabel berarti tidak valid

Dalam hal ini nilai rxy diartikan sebagai koefisien validitas, sehingga kriterianya
menjadi :
0,80 < rxy ≤ 1,00 validitas sangat tinggi
0,60 < rxy ≤ 0,80 validitas tinggi
0,40 < rxy ≤ 0,60 validitas sedang(cukup)
0,20 < rxy ≤ 0,40 validitas rendah (kurang)
0,00 < rxy ≤ 0,20 validitas sangat rendah
rxy ≤ 0,00 tidak valid

Contoh :

Seorang mahasiswa membuat instrument penelitian tipe uraian sebanyak 10 buah soal.
Instrumen tersebut diujicobakan terhadap 36 siswa dan hasilnya disajikan pada gambar
4.1. Bagaimanakah cara menentukan validitas istrumen terserbut.

1. Langkah-langkah penggunaan MS Excel menentukan validitas butir soal, secara rinci


ilakuan sebagai berikut:
a. Cari jumlah skor dari masing masing siswa (kolom L); Padas el L6
memasuskan rumus: =sum(B6:K6) kemudian enter; untuk jumlah pada baris
berikutnya cukup dengan menyalin dari sel L6 tarik ke bawah sel L41
b. Setelah diketahui jumlah skor masing masing siswa (Y), maka pada sheet
yang lain buat table sperti pada gambar 4.2

2. Menentukan validitas dengan SPSS


Langkah-langkah mencari validitas butir soal:
a. Salin data yang terdapat pada gambar 1 dari sel B6 sd L41
b. Buka lembar kerja SPSS, lakukan perintah temple (paste)
c. Gantilah var00001 sd 00010 dengan x1 sd x10 dan var00011 dengan y
caranya:
i. Pilih variable view, baris name isi x1 dan decimal diisi dengan 0, dst
seperti gambar 6

ii. Pilih data view


d. Pilih analyse, correlate, bivariate
e. Masukan variable y dan x1 ke kotak variable dan ok

f. Hasil pengolahan validitas soal nomor 1, perlihatkan table berikut:

Correlations
y x1
y Pearson Correlation 1 ,204
Sig. (2-tailed) ,233
N 36 36
x1 Pearson Correlation ,204 1
Sig. (2-tailed) ,233
N 36 36

Dari table tersebut, menghasilkan koefisien kolerasi sebesar 0.204. Soal nomor 1
tersebut tidak valid karena nilai Sig (2-tailed)=0,233 lebih besar dari α yang biasa
digunakan yaitu 0,05.
Adapun tanda suatu butir soal valid pada pengolahan dengan SPSS ditujukan oleh
tanda * atau **, seperti pengolahan validitas butir soal nomor 2, diperlihatkan pada
table berikut.
Correlations
y x2
y Pearson Correlation 1 ,529**
Sig. (2-tailed) ,001
N 36 36
**
x2 Pearson Correlation ,529 1
Sig. (2-tailed) ,001
N 36 36
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-
tailed).

Berdasarkan hasil output spss datas diperoleh sig. 2 tailed 0.001 < α = 0.05 sehingga
soal tersebut valid dengan interpretasi cukup.
Indeks Kesukaran
Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat
kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang (proporsional),
maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik. Satu soal tes hendaknya tidak terlalu sukar
dan tidak terlalu mudah.
Menghitung tingkat kesukaran soal bentuk objektif:
TK= {(WL+WH)/(nL+nH)}X100%
Keterangan :
WL : jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok bawah
WH : jumlah peserta didik yang menjawab salah dari kelompok atas
nL : jumlah kelompok bawah
nH : jumlah kelompok atas
Sebelum menggunakan rumus diatas, harus ditempuh terlebih dahulu langkah-langkah
sebagai berikut.

 Menyusun lembar jawaban peserta didik dari skor tertinggi sampai skor terendah.
 Mengambil 27% lembar jawaban dari atas yang selanjutnya disebut kelompok atas
(higher group), dan 27% lembar jawaban dari bawah yang selanjutnya disebut
kelompok bawah (lower group). Sisa sebanyak 46% disisihkan.
 Membuat tabel untuk mengetahui jawaban (benar atau salah) dari setiap peserta
didik, baik untuk kelompok atas maupun kelompok bawah. Jika jawaban peserta
didik benar, diberi tanda + (plus), sebaliknya jika jawaban peserta didik salah diberi
tanda – (minus).
Menghitung tingkat kesukaran untuk soal bentuk uraian
Cara menghitung tingkat kesukaran untuk soal bentuk uraian adalah menghitung berapa
persen peserta didik yang gagal menjawab benar atau ada dibawah batas lulus (passing
grade) untuk tiap-tiap soal. Untuk menafsirkan tingkat kesukaran soalnya dapat digunakan
kriteria sebagai berikut:
1. Jika jumlah peserta didik yang gagal mencapai 27%, termasuk mudah.
2. Jika jumlah peserta didik yang gagal antara 28% sampai dengan 72%, termasuk
sedang.
3. Jika jumlah peserta didik yang gagal 72% keatas, termasuk sukar.
Contoh :
33 orang peserta didik dites dengan 5 soal bentuk uraian. Skor maksimum ditentukan 10 dan
skor minimum 0. Jumlah peserta didik yang memperoleh nilai 0-5 = 10 orang (berarti gagal),
nilai 6 = 12 orang, dan nilai 7 – 10 = 11 orang.
Jadi, tingkat kesukaran (TK) =10/33 X 100% =30,3%
Tingkat kesukaran 30,3 berada diantara 28 dan 72, berarti soal tersebut termasuk sedang.
Catatan: Batas lulus ideal = 6 (skala 0-10).
Dan menurut Arikunto (2015), bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya
soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran yaitu antara 0.00
sampai dengan1.00. indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran pada soal. Indeks
kesukaran 0.00 menunjukkan bahwa soal tersebut sangatlah sukar, sedangkan indeks
kesukaran 1.00 menunjukkan bahwa soal tersebut sangatlah mudah.

Rumus tipe uraian


𝑥̅
𝐼𝐾 =
𝑆𝑀𝐼
Keterangan :
𝐼𝐾 = indeks kesukaran
𝑥̅ = rata-rata skor setiap butir soal
SMI = skor maksimum ideal
Rumus tipe objektif
𝑏
𝐼𝐾 =
𝐽𝑥
Keterangan
IK = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
Jx = jumlah seluruh siswa peserta tes.
Menurut Sundayana (2015) indeks kesukaran dapat diklasifikasikan seperti pada
Tabel berikut.
Klasifikasi Indeks Kesukaran

Indeks Kesukaran Interpretasi


IK = 0.00 Terlalu sukar
0.00<IK≤0.30 Sukar
0.30<IK≤0.70 Cukup
0.70<IK≤1.00 Mudah
IK=1.00 Terlalu mudah

Contoh Soal :
Seorang mahasiswa membuat instrumen penelitian tipe uraian sebanyak 10 buah
soal. Setelah dilakukan uji validitas, ternyata hanya 6 soal yang valid, yaitu nomor 2, 3, 4, 5,
9, dan 10. Sebagai mana perhitungan tingkat kesukaran butir pun hanya ke-6 soal tersebut.
Langkah-langkah perhitungan tingkat kesukaran menggunakan excel :
1. Buatlah tabel data hasil uji coba (hanya yg valid saja)

Soal
Siswa Jumlah
2 3 4 5 9 10
1 4 4 3 5 2 4 22
2 4 4 3 5 2 4
3 4 4 3 5 2 4
4 4 3 3 5 2 4
5 4 4 3 5 2 2
6 4 4 3 4 2 3
7 4 2 3 3 3 4
8 4 2 2 4 2 4
9 4 2 2 4 1 4
10 4 2 2 4 2 3
11 4 2 2 4 2 2
12 4 2 2 4 2 2
13 4 2 2 3 2 3
14 4 2 2 4 2 1
15 4 2 2 4 1 2
16 4 2 2 4 1 2
17 4 2 2 4 2 1
18 4 2 2 3 2 1
19 4 3 2 3 0 1
20 3 4 4 5 2 3
21 3 4 3 5 2 2
22 3 4 3 4 2 3
23 3 4 3 5 2 1
24 3 3 3 5 1 3
25 3 2 2 4 1 3
26 3 2 3 3 2 2
27 3 2 2 3 1 3
28 3 2 2 4 1 2
29 3 2 2 3 1 2
30 3 2 2 3 1 1
31 3 2 2 2 2 1
32 3 1 2 3 1 2
33 2 2 3 4 1 3
34 2 1 2 4 2 3
35 2 3 3 2 1 2
36 2 3 2 3 1 1

2. Dikarenakan data diatas adalah soal tipe uraian, maka kita menggunakan rumus
𝑥̅
𝐼𝐾 = 𝑆𝑀𝐼
dan kita mencari rata-rata nya dengan rumus =average(B5:B40)
3. Jika sudah mendapatkan rata-ratanya, kemudian kita bagi dengan skor maksimal
idealnya yaitu 5. Jadi langsung menggunakan rumus =B41/5
4. Kemudian beri keterangan sesuai tabel pada materi indeks kesukarannya
menggunakan rumus IF seperti ini
=IF(B42=0;"terlalusukar";IF(B42<0,31;"sukar";IF(B42<0,71;"sedang";IF(B42<1;"mud
ah";"terlaumudah"))))
Jika tidak bisa, koma diubah menjadi titik dan titik koma menjadi koma.
5.

=IF(F42=0;"terlalusukar";IF(F42<0,31;"sukar";IF(F42<0,71;"sedang";IF(F42<1;"mudah";"terl
alumudah"))))

Dari hasil output spss diatas, bahwa diketahui nilai indeks kesukaran sebesar 0,683 dapat
disimpulkan bahwa interpretasinya indeks kesukaran sedang.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. (2015). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sundayana, Rostina. (2015). Statistika Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai