JURNAL
JURNAL
Disusun Oleh :
Vian Aprilya
H2A014023P
Pembimbing :
dr. Hersa Donantya, Sp.PD
Pembimbing
PENDAHULUAN
Asma terus saja menjadi penyakit yang menantang, dengan meningkatnya
prevalensi asma diseluruh dunia,1diperkirakan pada tahun 2025, sebanyak 400
juta orang akan menderita asma.2 Asma merupakan penyakit masa kecil
(childhood disesase)3 kronik dan terjadi pada seluruh negara di dunia tanpa
memperhatikan status perkembangannya.
Profil kemanan serta kemanjuran tiotropium telah banyak dibuktikan pada pasien
dewasa dengan asma ringan,sedang,berat pada program penelitian komprehensif
fase III. Kriteria inklusinya luas dan pasien memiliki catatan tentang riwayat dari
gejala asmanya.Pasien dengan penyakit yang lebih signifikan dari pada asma dan
pasien dengan hipersensitifitas yang jelas terhadap obat antikolinergik dikeluarkan
(ekslusi).Totalnya, 6 orang dewasa pada penelitian fase III diteliti kemanjuran
serta keamanan dari penggunaan tiotropium 5 ug sekali sehari (diberikan dua
tiupan sekali sehari) dengan plasebo yang ditambahkan ke dalam inhalasi
kortikostreoid dosis rendah dan tinggi (dengan atau tanpa LABA).(Lihat tabel 1)
Empat dari penelitian penelitian ini juga diinvestigasi tentang penggunaan
tiotropium pada dosis terendah sebesar 2,5 ug (diberikan 2 tiupan/puff sekali
sehari). Pada penelitian dengan dosis 2,5 ug sebagai endpoint nya, kedua dosis
dari tiotropium memiliki perbaikan yang signifikan terhadap FEV1(0-3 jam) / forced
expiratory volume dalam 1 detik pada 3 jam pertama pemberian dibandingkan
dengan plasebo. Terlebih lagi, pada analisis uji keamanan gabungan dari data
pasien dewasa, proporsi pasien yang melaporkan adanya efek samping, termasuk
efek samping yang serius, sebanding dengan kelompok yang diberikan
pengobatan (kelompok perlakuan). Penelitian fase III yang dilakukan pertama
kali oleh Primo TiaA-asma, terdiri dari dua replikasi, percobaan ini terkontrol dan
dilakukan secara randomisasi pada dewasa dengan asma tidak terkontrol yang
sangat berat. Tiotropium (5 ug) atau plasebo ditambahkan pada kortikosteroid
inhlasi dosis tinggi (≥ 800 ug budesonide atau yang setaranya/hari) ditambah
LABA sekali sehari selama 48 minggu.12 Penelitian ini menunjukkan bahwa pada
pasien dengan asma tidak terkontrol (disamping pengobatannya dengan
kortikosteroid inhlasi/LABA), penambahan tiotropium secara signifikan
meningkatkan waktu untuk eksaserbasi pertama kali(durasi kekambuhan pasien
menjadi lebih lama) dan memberikan bronkodilatasi ringan secara
berkelanjutan.12 Pada penelitian kedua fase III, Mezzo tinA-asma, juga melakukan
penelitian yang terdiri dari dua replikasi.Penelitian ini dilakukan secara acak,
double blind, dan terkontrol aktif dengan plasebo, pada pasien dewasa dengan
asma persisten sedang. Tiotropium (5 atau 2,5 ug), plasebo satu kali sehari atau
dua kali sehari salmeterol 50 ug ditambahkan setidaknya pada kortikosteroid
inhalasi dosis sedang (400-800 ug/hari). Pada penelitian ini,tiotropium sebanyak
satu kali sehari yang ditambahkan pada kortikosteroid inhalasi dosis sedang
menunjukkan adanya penurunan obstruksi saluran nafas dan meningkatkan
kontrol terhadap asma. Pola respon yang diteliti ini hampir sama dengan
salmaterol dan dapat disimpulkan bahwa tiotropium termasuk obat yang aman dan
efektif sebagai bronkodilator dan sebagai alternatif terhadap salmaterol pada
populasi pasien ini.13 Penelitian selanjutnya, Grazia Tin.A asma, melakukan
percobaan pada pasien dewasa dengan asma persisten. Tiotropium (5 atau 2,5 ug)
dan plasebo ditambahkan pada ICS dosis rendah dan sedang (200-400 ug/hari).
Penelitian ini kemudian menunjukkan bahwa pemakaian tiotropium satu kali
sehari efektif digunakan sebagai bronkodilator, serta kemanan maupun
toleransinya sangat baik setelah dibandingkan dengan plasebo.14
Pada pasien remaja (12-17 tahun), penelitian Ruba TinA -asma, menunjukkan
bahwa penggunaan tiotropium satu kali sehari dapat meningkatkan fungsi paru
pada pasien dengan asma sedangsecara signifikan. Terjadi peningkatan puncak
FEV1(0-3 jam) yang signifikan, setelah dosis tiotropium yang diberikan dalam kurun
waktu 24 minggu dibandingkan dengan plasebo ; 5 ug tiotropium, disesuaikan
perbedaan rata rata nya 174 mL (95% CI: 76, 272 mL; P<0.001); 2.5 μg
tiotropium, 134 mL (95% CI: 34, 234 mL; P<0.01).25Pada pasien dengan
kelompok usia yang sama namun dengan asma yang sangat berat, penelitian
PensietinA asma melaporkan bahwa tiotropium meningkatkan perbaikan pada
nilai puncakFEV1(0-3 jam) dibandingkandengan plasebo (90 ml;P= 0,014) dan
perbaikan yang signifikan dapat dilihat pada dosis 2,5 ug (111 ml; P=0,046),
meskipun akhir dari efisiensi primernya belum ditemukan, terdapat hasil positif
pada perbaikan fungsi paru dan kontrol terhadap asma.24Vivatin A asma dan cano
tinA asma melakukan penelitian pada anak yang usianya lebih tua (usia 6-11
tahun;lihat tabel 2 ). Pada VivaTinA -asma, yang dibandingkan dengan plasebo,
penambahan tiotropium 5 ug pada terapi, membuat perbaikan secara signifikan
pada endpoint primer, dengan FEV1(0-3 jam)puncak (139 ml [95% CI: 75, 203;
P<0.001]) dan dapat ditoleransi dengan baik sebagai tambahan terapi pada
kortikosteroid inhalasi dengan terapi pemeliharaan yang lain pada anak yang
mengalami asma berat simtomatik.23Penelitian oleh Cantotin A menunjukkan
bahwa anak-anak dengan asma sedang simptomatik, dengan dosis tiotropium pada
5ug maupun 2.5 ug, secara signifikan membuat adanya perbaikan pada FEV1(0-3
jam) puncak pada minggu ke 24, dengan perbedaan rata rata adalah 164 dan 170 ml
vs plasebo, (P<0,01 pada perbadingan keduanya). Penelitian ini juga
menunjukkan bahwa penggunaan tiotropium satu kali sehari sebagai terapi
tambahan pada obat pemeliharan yang biasa dikonsumsi terbukti aman dan dapat
ditoleransi dengan baik.22 Terakhir, NinotinA asma, penelitian pertama yang
mengevaluasi efisiensi dan keamanan dari tiotropium pada anak prasekolah (usia
1-5 tahun) dengan asma persisten pada dosis stabil kortikosteroid inhalasi,
melaporkan bahwa tiotropium dapat ditoleransi dengan baik sebagai tambahan
obat dan dapat menurunkan resiko kekambuhan asma sebagai efek yang
merugikan pada percobaan ini.21
Penelitian fase III pada anak-anak, remaja, dan dewasa yang dilakukan
bersamaan, menunjukkan bahwa tiotropium efektif dan ditoleransi dengan baik
pada kelompok umur yang berbeda-beda ini.Tiotropium sekarang
direkomendasikan sebagai pengobatanalternatif tambahan pada pilihan
pengobatan GINA tahap 4 dan 5 pada pasien berusia ≥ 12 tahun dengan riwayat
kekambuhan.1Pilihan terapi lainnya yang juga dimasukkan dalam pedoman GINA
di cantumkan dalam kotak 1.
EFEKTIFITAS BIAYA DARI TIOTROPIUM
Dengan meningkatnya prevalensi asma diseluruh dunia, kebutuhan akan terapi
yang mudah dijangkau dan mudah diakses, terutama yang hemat biaya dalam
rangkamenambahkan pengobatan untuk kortikosteroid inhalasi/LABA.
Diperkirakan sekitar 4% orang dengan asma menderita akan penyakitnya yang
benar benar berat dan sulit disembuhkan,26 dan hasil penelitian menunjukkan
bahwa kelompok pasien ini menanggung beban ekonomi yang tidak wajar,
dengan biaya yang biasa dikeluarkan negara Inggris untuk pengeluaran ini sekitar
£2,912 dan£4,217 per pasiennya.27 Tujuan pengobatan jangka panjang pada asma
adalah untuk mencapai terkontrolnya asma tersebut, khususnya gangguan yang
terjadi dari hari ke hari dan untuk meminimalisir biaya pada tambahan terapinya.
Model Markov, yang menggunakan data dari penelitian PrimotinA-asma,
diciptakan untuk memperkirakan keefektifan biaya pada tiotropium menurut
persepektif pelayanan kesehatan nasional Inggris.28 Tambahan tiotropium
membuat peningkatan sebesar 0,24 pada kualitas hidup tahunan (QALY) dan
biaya sebesar £5,238selama hidup pasien, sehingga membuat peningkatan
rasiokeefektifitasan-biayasebesar £21,906 per QALY (berdasarkan harganya di
tahun 2012). Dapat disimpulkan bahwa, pada dewasa dengan asma berat,
tiotropium membuat pilihan pengobatan menjadi lebih efektif secara biaya bila
dikombinasikan dengan terapi kortikosteroid inhalasi/LABA dosis
tinggi.Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk menilai efek dari tiotropium pada
pasien yang dirawat inap yang mungkin bisa membuat biaya pengobatannya lebih
efektif.Penelitian yang berfokus pada keefektifan biaya tiotropium terkait
pengobatan secara biologi, seperti omalizumab dan mepolizumab, juga diperlukan
dikemudian hari.
PERSPEKTIF/SUDUT PANDANG
Dalam beberapa tahun terakhir, pendekatan tatalaksana untuk asma berat juga
memasukkan terapi biologi pada pasien dengan asma tipe 2 atau alergi yang sulit
dikontrol (GINA 5). Karena pengobatan ini terbukti menjanjikan dan digunakan
pada praktis klinis, obat obat ini kadang terbatas pada pasien dengan fenotipe
asma tertentu. Dan karena, analisis biomarker yang spesifik dibutuhkan untuk
memastikan pemilihan pasien telah benar.5 Bukti dari program percobaan klinis
yang komprehensif dengan tiotropium menunjukkan bahwa pengobatan ini dapat
ditoleransi dengan baik dan dapat meningkatkan fungsi paru serta kontrol
terhadap asma pada semua fenotipe pasien dan tingkat keparahan asma. Penelitian
terbaru oleh Kersjens et al melaporkan bahwa tiotropium dengan dosis 5 ug dapat
meningkatkan fungsi paru, menurunkan resiko kekambuhan (durasi untuk
kekambuhan parah yang pertama lebih lama), dan meningkatkan kontrol gejala
asma yang independen pada kadar igE, hitung jenis eosinofil, usia, jenis kelamin,
atau demografi nilai dasar dibandingkan dengan plasebo.33 Selain itu, pengobatan
dengan tiotropium tidak membutuhkan penilaian biomarker, dan bukti
menunjukkan bahwa tiotropium dapat dengan cepat dan mudah tergabung pada
praktis klinis.
Alat inhaler dengan butiran halus (soft mist inhaler) merupakan alat yang mudah
digunakan pada semua golongan usia dan tingkat keparahan penyakit, dan
tiotropium terbukti efektif pada pasien pediatri dengan gejala asma.19-22 Bukti dari
penelitianpenanganan (handling study)yang menilai penggunaan inhaler butiran
halus pada anak berusia ≥ 5 tahun menyimpulkan bahwa obat tersebut cocok
digunakan pada anak berusia 5 tahun, begitu juga pada anak < 5 tahun, meskipun
pada pasien yang berumur lebih muda ini diasarankan menggunakan tambahan
ruang penahan katup (VHC) sebagai pelengkap dalam menggunakan soft mist
inhaler.34-35 Penelitian in vitro sebelumnya yang menggunakan model
ternggorokan pasien berusia 5 tahun melaporkan bahwa penggunaan
Aerochamber plus, flow-Vu (allergan PLC, Dublin, ireland) VHC dengan
tiotropium respimart meningkatkan penggunaan dose-to-lung (DTL)/ dosis obat
yang mencapai paru-- bila dibandingkan dengan VHC yang lain, dan menurunkan
obat bersisa di tenggorokan.36 Ketetapan invitro pada daya hantar dose-to-
lung/dosis obat yang mencapai paru dengan respimart dan VHC berfungsi sebagai
prediktor terbaik untuk menghantarkan obat tepat sampai ke paru anak anak
penderita asma. Penelitian yang menggunakan model mulut-tenggorokan (mouth
throat) dan profil inhalasi secara nyata pada anak berusia 0-5 tahun melaporkan
bahwa DTL/dose-to-lung dari respimart plus VHC, rasionya mulai dari 5,1%
hingga 37,1% sesuai usia. Hal ini berhubungan dengan DTL invitro per masa
tubuh yakni 0,031-0,066 g/kg, bila dibandingkan pada pasien dewasa (0,046
g/kg).34 Temuan ini menunjukkan bahwa efisiensi dari pengobatan titropium pada
anak usia 0-5 tahun tidak akan memiliki dampak negatif bila digunakan
bersamaan dengan VHC.
Satu hal yang penting dari pilihan untuk menggunakan tiotropium pada asma
adalah perlunya perubahan pada sikap pada dokter dan profesionalis di bidang
kesehatan yang masih menghubungkan tiotropium semata mata hanya untuk
pengobatan PPOK. Dengan semakin meningkatnya bukti yang signifikan akan
keefisiensian dan keamanan dari tiotropium pada anak, remaja, dan dewasa
dengan asma, mungkin saja pengobatan ini akan menjadi pengobatan wajib bagi
penderita asma.
KESIMPULAN
Tiotropium dapat ditoleransi dengan baik dan efektif pada pengobatan pasien
dewasa,anak, dan remaja dengan asma bergejala yang tidak terkontrol. Efisiensi
dan profil keamanananya konsisten terlepas dari fenotip serta karakteristik
dasarnya, yang membuat pengobatan ini menjadi pilihan ideal pada pasien
asma.Tiotropium menunjukkan keefisiensian pada berbagai tingkat keparahan
asma, dan efektif secara biaya sebagai tambahan terapi. Dengan bukti yang
banyak dan terus berkembang ini, serta penggunaan tiotropium pada kalangan
dokter yang juga ikut meningkat, pengobatan ini mungkin dapat dijadikan kunci
utama sebagai tambahan terapi pada kortikosteroid inhalasi/LABA, dan mungkin
jadi terapi lini pertama sebagai tambahan pada kortikosteroid inhalasi dan pada
pasien yang tidak toleransi terhadap LABA.
Referensi