Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stroke merupakan masalah umum didalam masyarakat, stroke

bukan saja menduduki urutan ketiga sebagai penyebab kematian,

stroke juga menjadi penyebab utama kecacatan di kalangan kelompok

lanjut usia. Walaupun stroke menjadi masalah yang umum hanya

sedikit saja orang yang mengetahui gejala-gejala yang mendahului

stroke, apa efeknya pada otak dan tubuh, dan bagaimana akibatnya

(Handerson 2002). Stroke merupakan penyakit yang terjadi akibat

penyumbatan pada pembuluh darah otak atau pecahnya pembuluh

darah di otak. Penyakit stroke dapat menyebabkan terjadinya

kecacatan. Kecacatan yang terjadi dapat berupa kekakuan,

kelemahan, atau kelumpuhan otot yang menyulitkan melakukan

aktivitas sehari-hari seperti memakai baju, mandi, makan, atau

berjalan. Kesulitan-kesulitan ini cenderung menyebabkan pasien

pasca stroke kurang gerak atau tubuh tidak berubah posisinya.

Dampak kecacatan bervariasi, mulai dari menurunnya kualitas hidup

individu pasca stroke, dan membutuhkan bantuan keluarga atau orang

lain (Indrawati lili, dkk, 2016).

Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang

mengalami gangguan kesehatan seperti stroke terlebih pada para

penderita stroke di rumah. Keluarga juga dapat melakukan tindakan

seperti melakukan latihan rentang gerak sendi (Range Of Motion).

1
2

Namun kenyataannya berdasarkan hasil studi pendahuluan dari 10

keluarga pasien stroke hanya 3 orang keluarga yang melakukan

latihan rentang gerak ROM namun belum melakukannya dengan baik

dan benar. Berdasarkan hasil penelitian Agonwardi 2013 tentang

pengaruh pendidikan kesehatan latihan rentang gerak Range Of

Motion terhadap keterampilan keluarga melakukan ROM pada pasien

stroke bahwa didapatkan hasil penelitian keterampilan rata-rata

sebelum melakukan pendidikan ROM mempunyai skor 16,27. Setelah

dilakukan skor menjadi 77.67. pendidikan kesehatan tentang latihan

ROM berpengaruh terhadap keterampilan keluarga yang dialkukan di

RSUP Dr.M Djamil tahun 2013. Keluarga pasien stroke harus mampu

melakukan latihan ROM agar dapat melakukan tindakan ROM pada

penderita stroke di rumah. Berdasarkan hasil wawancara peneliti

dengan 8 orang keluarga pasien stroke didapatkan keterangan

bahwa: selama pasien stroke di rumah hanya di penuhi kebutuhan

seperti makan, minum, dan mandi saja, dan tidak mengetahui cara

melakukan tindakan ROM pada pasien stroke di rumah.

Menurut WHO Perbandingan angka kematian di negara

berkembang dengan negara maju adalah lima banding satu. Juga

tercatat lebih dari 15 juta orang menderita stroke nonfatal. Pada tahun

2020 diperkirakan 7,6 juta orang akan meninggal karena stroke. Di

Indonesia sendiri diperkirakan terjadi sekitar 800 – 1.000 kasus stroke

setiap tahunnya. Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 prevalensi

stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar


3

7,0 per 1000 penduduk dan yang berdasarkan diagnosis tenaga

kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per 1000 penduduk. Jumlah

kasus stroke mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan data

Riskesdas 2007 yang sebesar 8,3%. Jadi, sebanyak 57,9% penyakit

stroke telah terdiagnosis oleh nakes. Berdasarkan data Riskesdas

Provinsi Nusa Tenggara Barat tahun 2013 Kota Mataram menempati

urutan keempat terbanyak jumlah kasus stroke yakni sebesar 0,7 per

1000 penduduk. Menurut berbagai literatur, insiden stroke perdarahan

antara 15% - 30% dan stroke iskemik antara 70% - 85%. Akan tetapi,

untuk negara-negara berkembang atau Asia kejadian disebabkan

antara lain oleh trombosis otak (penebalan dinding arteri) 60%, emboli

5% (sumbatan mendadak), dan lain-lain 35%. (Junaidi 2011). Data

dari catatan rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah Kota Mataram

menunjukkan bahwa total pasien yang berkunjung di Poli Saraf pada

tahun 2016 terhitung dari Januari-Desember berjumlah 697 orang dan

pada tahun 2017 dari bulan Januari-Oktober berjumlah 315 orang.

(Data Kunjungan Pasien Stroke di Poli Saraf RSUD Kota Mataram

2017).

Stroke disebabkan oleh dua hal utama, yaitu penyumbatan arteri

yang mengalirkan darah ke otak atau karena adanya perdarahan di

otak. Hal ini dapat terjadi karena adanya dua atau lebih faktor risiko,

bukan hanya satu faktor. Pemicu stroke ini antara lain kecenderungan

menu harian berlemak, pola dan gaya hidup tidak sehat,

ketidakmampuan beradaptasi dengan stres, faktor hormonal (wanita


4

menopause, penyakit gondok, penyakit ginjal), dan kondisi kejiwaan

(temperamen tipe A – tipe orang yang tidak sabar, terburu-buru, selalu

ingin cepat), dan seberapa banyak tubuh terpapar dengan radikal

bebas (free radicals-oksidan) (Junaidi, 2011).

Gejala yang terjadi tergantung kepada daerah otak yang terkena,

hilangnya rasa atau adanya sensasi abnormal pada lengan atau

tungkai atau salah satu sisi tubuh, kelemahan atau kelumpuhan

lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh, hilangnya sebagian

penglihatan atau pendengaran, penglihatan ganda, pusing, bicara

tidak jelas (pelo), sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang

tepat, tidak mampu mengenali bagian dari tubuh, pergerakan yang

tidak biasa, hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih,

ketidakseimbangan dan terjatuh, pingsan, kelainan neurologis yang

terjadi lebih berat, lebih luas, berhubungan dengan koma dan sifatnya

menetap (Dourman 2013). Kelumpuhan dan kontraktur otot

merupakan komplikasi bagi pasien dengan penyakit stroke, hal ini

terjadi jika pasien tidak pernah melakukan latihan rentang gerak aktif

maupun pasif. Latihan rentang gerak Range Of Motion merupakan

tindakan awal yang dilakukan pada tahap awal rehabilitasi pasien

stroke. Tindakan ini sangat penting dilakukan oleh pasien baik dengan

mandiri maupun dengan bantuan keluarga.

Peran keluarga di rumah dalam penanganan pasien stroke

sangat diperlukan karena keluarga dapat memainkan peran vital

dalam upaya peningkatan kesehatan dan penurunan risiko. Upaya


5

untuk meminimalkan dampak lanjut dari stroke tersebut sangat

diperlukan dukungan keluarga baik dalam memberikan dukungan fisik,

maupun psikologis. Sehingga pasien dapat mengoptimalkan kembali

fungsi dan perannya.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk

melaksanakan penelitian “Pengaruh Pelatihan Range Of Motion

(ROM) Terhadap Keterampilan Keluarga Melakukan Range Of Motion

(ROM) Pada Pasien Stroke Pasca Rawat Inap Di Kota Mataram

Tahun 2018 ”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan

permasalahan dalam penelitian ini yaitu “ Adakah Pengaruh Pelatihan

Range Of Motion (ROM) Terhadap Keterampilan Keluarga Melakukan

Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Stroke Pasca Rawat Inap Di

Kota Mataram Tahun 2018”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pelatihan Range Of Motion (ROM)

terhadap keterampilan keluarga melakukan Range Of Motion

(ROM) pada pasien stroke pasca rawat inap di Kota Mataram

tahun 2018.
6

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi keterampilan keluarga tentang Range Of

Motion (ROM) pada pasien stroke pasca rawat inap di Kota

Mataram tahun 2018 sebelum dilakukan pelatihan.

b. Mengidentifikasi keterampilan keluarga tentang Range Of

Motion (ROM) pada pasien stroke pasca rawat inap di Kota

Mataram tahun 2018 setelah dilakukan pelatihan.

c. Menganalisis pengaruh pelatihan dan keterampilan keluarga

melakukan Range Of Motion (ROM) pada pasien stroke pasca

rawat inap di Kota Mataram tahun 2018.

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Hipotesis Nol (Ho) : Tidak ada pengaruh pelatihan Range Of

Motion (ROM) terhadap keterampilan keluarga melakukan Range

Of Motion (ROM) pada pasien stroke pasca rawat inap di Kota

Mataram tahun 2018.

2. Hipotesis Alternatif (Ha) : Ada pengaruh pelatihan Range Of

Motion (ROM) terhadap keterampilan keluarga melakukan Range

Of Motion (ROM) pada pasien stroke pasca rawat inap di Kota

Mataram tahun 2018.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian secara teoritis dan praktis yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Menambah wawasan, pengetahuan, dan mendapat pengalaman


7

penelitian tentang pengaruh pelatihan Range Of Motion (ROM)

terhadap keterampilan keluarga melakukan Range Of Motion

(ROM) pada pasien stroke pasca rawat inap di Kota Mataram

tahun 2018.

2. Manfaat praktis

a. Bagi keluarga

Sebagai masukan dan pengetahuan serta meningkatkan

keterampilan keluarga dalam melakukan Range Of Motion

(ROM) pada pasien stroke pasca rawat inap di Kota Mataram.

b. Bagi institusi pelayanan kesehata di Kota Mataram

1) Dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan keluarga dalam melakukan

Range Of Motion (ROM) pada pasien stroke pasca rawat

inap di Kota Mataram.

2) Membantu memudahkan tenaga kesehatan untuk menilai

sejauh mana kemampuan keluarga pasien stroke untuk

melakukan keterampilan Range Of Motion (ROM) pada

pasien stroke pasca rawat inap sesuai dengan prosedur

tindakan.

3) Memberikan gambaran yang dapat digunakan sebagai

dasar perawat dalam upaya meningkatkan pelayanan

soptimal mungkin.
8

c. Bagi institusi pendidikan

Sebagai informasi dan dapat dijadikan pengembangan ilmu

pengetahuan dan menjadi tambahan literatur dalam

kepustakaan keperawatan.

d. Bagi peneliti yang lain

Diharapkan dengan adanya penelitian ini, dapat digunakan

sebagai acuan untuk mengembangkan penelitian-penelitian

selanjutnya dan dijadikan sebagai data awal dan tambahan

refrensi bagi peneliti yang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai