Anda di halaman 1dari 11

Aldofina Kristin Muniarti, dkk.

METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED


SNOWBALL THROWING PADA MATERI GELOMBANG
TRANSVERSAL DAN GELOMBANG LONGITUDINAL
Aldofina Kristin Muniarti, Ferdy S. Rondonuwu, Marmi Sudarmi
Program Studi Pendidikan Fisika
Fakultas Sains dan Matematika - Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711, Jawa Tengah – Indonesia
email: kristinaldofina@gmail.com

Intisari - Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi guru dalam membuat RPP dengan model
Cooperative Learning sehingga dapat digunakan sebagai alat evaluasi dalam meningkatkan efektifitas
dan efisiensi belajar yang akan meningkatkan motivasi belajar siswa, serta keterlibatan siswa dalam
pembelajaran yang berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa. Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas (PTK) dengan subjek penelitian kelas VIII yang berjumlah 20 orang. Intrumen
penelitian yang digunakan adalah lembar observasi siswa, lembar quisioner dan tes tertulis, yang
kemudian dianalisis. Hasil penelitian menunjukkan 81% siswa aktif dalam kegiatan diskusi dan 85%
siswa sudah mencapai tingkat ketuntasan belajar. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Snowball Throwing dapat diimplementasikan sebagai strategi pembelajaran dikelas.

Kata kunci : Pembelajaran Kooperatif, Numbered Snowball Throwing (NHT), Gelombang

Abstract - This study is expected to be a reference to the teacher in making lesson plan with cooperative
learning model that can be used as an evaluation tool in improving the effectiveness and efficiency of
learning that will increase student motivation and student involvement in the learning effect on the
activity and student learning outcomes. This research is a class action with research subjects is class VIII
with totaling 20 people. Instruments used in this research is student observation sheet, sheet
questionnaires and written test, then analyzed. The results showed 81% of students actively in the
discussions and 85% of the students have reached the level of mastery learning. Thus cooperative
learning model Numbered Snowball Throwing can be implemented as a strategy of learning in the class.

Key words : Cooperative Learning, Numbered Snowball Throwing (NHT), Wave

I. PENDAHULUAN maupun dengan teman yang lain [2]. Padahal


secara tidak langsung dalam kehidupan sehari-
Metode ceramah masih banyak diterapkan di hari kerjasama sama itu sangat penting jika suatu
sekolah-sekolah di Indonesia. Penggunaan saat siswa terjun ke masyarakat [8].
metode ceramah ini menuntut siswa untuk Terkait hal ini sekolah harus melakukan suatu
mendengarkan informasi dari guru, selain itu perubahan dalam proses belajar mengajar yang
siswa juga tidak diberi kesempatan untuk belajar menekankan peran aktif siswa dalam proses
bersama. Terlebih masih ada beberapa sekolah belajar mengajar dengan menggunakan metode
yang menerapkan sistem rangking, sehingga
menuntut siswa untuk bersaing dalam belajar. pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran
Kedua hal ini secara tidak langsung akan kooperatif sendiri merupakan model
menyebabkan siswa cenderung bersikap pembelajaran gotong royong atau biasa disebut
individu. Kegiatan belajar semacam ini akan kerja sama. Metode pembelajaran kooperatif
berakibat siswa menjadi mudah lupa akan materi memiliki banyak tipe salah satunya model
yang diberikan dan kurangnya kerjasama siswa pembelajaran Kooperative Learning tipe
dalam pembelajaran baik itu dengan guru

Jurnal Radiasi Volume 06 No.1, April 2015 | 71


Aldofina Kristin Muniarti, dkk.

Numbered Snowball Throwing (NST). Hal yang bola salju, sedangkan Throwing berarti
menarik adalah adanya kelompok-kelompok melempar. Jadi Snowball Throwing adalah
kecil di ruang kelas yang mendorong siswa melempar bola salju. Dalam pembelajaran
untuk aktif dalam merumuskan masalah dan Snowball Throwing, bola salju merupakan kertas
memecahkan masalah [7]. Tujuan dari penelitian yang berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa
ini adalah dari penelitian ini diharapkan dapat kemudian dilempar kepada temannya sendiri
menjadi referensi guru dalam membuat RPP untuk dijawab [1]. Menurut Mohib Asrori
dengan model Cooperative Learning sehingga (2010), Snowball Throwing merupakan salah
dapat digunakan sebagai alat evaluasi dalam satu model pembelajaran aktif (activelearning)
meningkatkan efektifitas dan efisiensi belajar yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan
yang akan meningkatkan motivasi belajar siswa, siswa [3]. Peran guru di sini hanya sebagai
serta keterlibatan siswa dalam pembelajaran pemberi arahan awal mengenai topik
yang berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil pembelajaran dan selanjutnya penertiban
belajar siswa. terhadap jalannya pembelajaran. Pembelajaran
snowball throwing sendiri menuntut agar siswa
II. LANDASAN TEORI dapat bekerjasama dengan teman satu
kelompoknya.
Pembelajaran Kooperatif. Pembelajaran
kooperatif mengacu pada metode pembelajaran Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
di mana siswa bekerja sama dalam kelompok Snowball Throwing. Numbered Snowball
kecil dan saling membantu dalam belajar untuk Throwing merupakan model pembelajaran
mencapai satu tujuan bersama. Lima unsur yang kooperatif dengan menggabungkan model
perlu diperhatikan untuk mencapai hasil yang kooperatif tipe NHT (Numbered Snowball
maksimal yaitu saling ketergantungan positif, Throwing) dengan model kooperatif tipe
tanggung jawab perseorangan, tatap muka, Snowball Throwing.
komunikasi antar angota, dan evaluasi proses
kelompok [6]. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Snowball Throwing adalah :
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered 1. Guru membagi siswa dalam 5 kelompok, 1
Heads Together (NHT). Pembelajaran kelompok berangotakan 4 siswa. Kemudian
kooperatif tipe NHT merupakan varian dari guru menjelaskan materi sesuai RPP,
diskusi kelompok. teknik ini memberikan ruang sehingga mau tidak mau siswa akan
bagi siswa untuk saling membagikan ide dan mencatat materi yang digunakan sebagai
mempertimbangkan jawaban yang tepat. Teknis dasar pembuatan soal.
pelaksanaannya, guru meminta siswa duduk
A1 A2 B1 B2 C1 C2
berkelompok. Masing-masing angota diberi
nomor. Setelah selesai guru memanggil nomor A3 A4 B3 B4 C3 C4
siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
Begitu seterusnya hingga semua nomor D1 D2 E1 E2
terpanggil. Pemanggilan dilakukan secara acak
dengan tujuan semua siswa benar-benar telibat D3 D4 E3 E4
dalam diskusi [4].

Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball 2. Guru memberikan satu lembar kerja kepada
setiap siswa, untuk menuliskan satu
Throwing. Snowball sendiri diartikan sebagai
pertanyaan dari hasil diskusi kelompok.

Jurnal Radiasi Volume 06 No.1, April 2015 | 72


Aldofina Kristin Muniarti, dkk.

Sehingga tiap kelompok mempunyai 4 dan energi. Gelombang yang dapat


pertanyaan dan kunci jawaban. Dalam hal memindahkan energi ketika ketika sedang
membuat soal guru juga mengoreksi soal merambat dari sumber usikan disebut
dan kunci jawaban agar pertanyaan siswa gelombang berjalan. Berdasarkan arah rambat
dengan kunci jawaban ada kaitannya dan getarannya, gelombang berjalan dibedakan
dengan materi. Jika soal dan kunci jawaban ke dalam dua jenis, yaitu gelombang transversal
belum sesuai dengan materi siswa diminta dan gelombang longitudinal.
mendiskusikan kembali.
3. Kemudian kertas soal tersebut dibuat Karakteristik dari gelombang tranversal sendiri
seperti bola. Kelompok A melempar 1 bola yaitu 1) gelombang transversal memiliki arah
yang berisi soal ke setiap kelompok lain. getar dan arah rambat yang saling tegak lurus, 2)
Kelompok B melempar 1 bola ke setiap Jarak antara garis normal dan puncak atau
kelompok lain, dan seterusnya secara lembah disebut amplitude, 3) Panjang satu
bergantian sehingga 1 kelompok
gelombang adalah jarak antara dua titik yang
mendapatkan 4 soal dari masing-masing
kelompok lain. memiliki fase gelombang yang sama. Dimana
4. Guru memberi waktu kepada siswa untuk panjang satu gelombang dapat dihitung dari
mendiskusikan jawaban dari 4 soal yang puncak gelombang menuju puncak gelombang
ada dalam kelompok. Dalam hal ini 1 siswa atau dari dasar gelombang menuju dasar
diharuskan menjawab 1 soal. gelombang. Contoh dari gelombang longitudinal
5. Guru menunjuk setiap siswa dengan nomor adalah gelombang bunyi.
tertentu dalam setiap kelompok untuk Sedangkan karakteristik dari gelombang
menjawab dan mempresentasikan masing- longitudinal yaitu 1) gelombang yang memiliki
masing jawaban. arah getar dan arah rambatnya sama, 2) Panjang
satu gelombang adalah 1 rapatan dan 1
6. Kemudian siswa yang menuliskan
pertanyaan dapat memberi tanggapan renggangan.
tentang jawaban dari siswa yang menjawab. Kemudian untuk mencari hubungan antara
Kemudian guru memberi kesempatan periode T  , frekuensi  f  , panjang gelombang
kepada siswa lain untuk menanggapi
jawaban siswa hingga mencapai
  , dan cepat rambat gelombang (v) adalah: v
kesepakatan. Dengan catatan jika jawaban = jika T maka v = λ x f dengan: v =
tidak mencapai kesepakatan maka guru
akan menjadi penengah sekaligus cepat rambat gelombang (m/s); λ = panjang
membenarkan konsep. gelombang (m);T = periode (s); f = frekuensi
(Hz) [5].
7. Kemudian guru mereview ulang semua
pertanyaan dan jawaban siswa.
III. METODOLOGI PENELITIAN.
8. Guru memberikan evaluasi kepada setiap
siswa untuk mengetahui apakah hasil Jenis penelitian ini adalah Penelitian
belajar siswa mengalami peningkatan. Tindakan Kelas (PTK). Sampel yang digunakan
adalah siswa SMP 2 Kudus kelas VIII sebanyak
Gelombang. Getaran dan gelombang 20 siswa.
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
Secara sederhana dapat didefinisikan bahwa Prosedur pelaksanaan penelitian
gelombang adalah getaran yang merambat.
Terjadi gelombang karena adanya peristiwa 1. Tahap persiapan
getaran, namun terjadinya getaran belum tentu Hal yang dilakukan peneliti dalam tahap ini
menyebabkan gelombang. Syarat perlu agar adalah menyusun rencana pembelajaran,
suatu gelombang terjadi adalah adanya medium

Jurnal Radiasi Volume 06 No.1, April 2015 | 73


Aldofina Kristin Muniarti, dkk.

menyusun rancangan evaluasi, menyusun lembar penelitian ini adalah lembar observasi siswa, tes
observasi dan kuisioner. tertulis, dan lembar quisioner sebagai alat
2. Tahap tindakan evaluasi hasil belajar siswa. Langkah
Dalam tahap ini peneliti melaksanakan penyusunan instrument adalah sebagai berikut :
pembelajaran sesuai dengan rencana
pembelajaran dengan menggunakan metode 1. Merumuskan tujuan pembelajaran sesuai
kooperatif tipe Numbered Snowball Throwing, dengan standar kompetensi dan kompetensi
mulai dari motivasi sampai dengan tahap dasar yang ada pada RPP.
evaluasi dan pemberian kuisioner.
3. Tahap observasi 2. Membuat kriteria penilaian aktivitas belajar
Selama penelitian berlangsung, peneliti siswa dalam proses pembelajaran. Obsevasi
melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa dilakukan selama proses pembelajaran
dalam kegiatan pembelajaran. Dalam tahap ini berlangsung dengan menggunakan lembar
peneliti menggunakan lembar observasi siswa observasi.
untuk mengamati tingkah laku siswa selama
kegiatan pembelajaran berlangsung. 3. Membuat soal tes kemampuan hasil belajar
4. Tahap refleksi siswa berdasarkan aspek kognitif. Tes
Dalam tahap refleksi hasil yang diperoleh berbentuk esai sebanyak 10 soal. Tes disusun
dari pelaksanaan observasi dikumpulkan, hasil sesuai dengankompetensi yang ingin dicapai
nilai tes siswa kemudian dianalisis. Dalam hal dalam pembelajaran.
ini, dapat dilihat apakah penelitian sudah
mencapai target dimana, penelitian dikatakan 4. Menyusun lembar quisioner yang berisi 6
berhasil apabila 80% siswa mendapatkan nilai pertanyaan yang bersangkutan dengan minat
75 dan 80% siswa aktif dalam kegiatan diskusi. belajar siswa dengan menggunakan metode
Teknik Pengumpulan Data. Alat yang pembelajaran numbered snowball throwing.
digunakan dalam pengumpulan data dalam Teknik Analisis Data. Analisis data yang
penelitian ini adalah dengan observasi, tes, dan digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis
lembar quisioner siswa. 1) Observasi dilakukan yaitu :
untuk mengumpulkan data aktivitas siswa
meliputi pembuat soal menanggapi jawaban dari 1. Data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa)
masing-masing siswa, berdiskusi untuk dapat dianalisis secara deskriptif. Dalam hal
menemukan jawaban yang benar, anggota ini peneliti mencari nilai rata-rata dan
kelompok yang lain menanggapi jawaban dari persentase keberhasilan belajar. Presentase
pembuat soal, kelompok yang lain menanggapi keberhasilan dari penelitian adalah sebesar
jawaban dari pembuat soal dan kelompok yang 80%. Dimana 80% siswa minimal
menjawab, menjelaskan kepada teman yang mendapatkan nilai 75. Nilai ini dapat
belum mengerti, dengan menggunakan lembar dihitung dengan cara :
observasi. 2) Tes tertulis, digunakan untuk
mengukur ketuntasan hasil belajar siswa yang
%nilai=
dilakukan di akhir pelajaran. 3) Lembar
quisioner digunakan untuk mengetahui minat
belajar siswa terhadap metode pembelajaran. 2. Data kualitatif, yaitu data yang berupa
informasi berbentuk kalimat yang memberi
Pengembangan Instrument Penelitian. gambaran tentang tingkat pemahaman siswa
Adapun instrument yang digunakan dalam terhadap mata pelajaran (kognitif),

Jurnal Radiasi Volume 06 No.1, April 2015 | 74


Aldofina Kristin Muniarti, dkk.

pandangan atau sikap siswa terhadap metode Hasil penelitian ini disusun berdasarkan hasil
belajar (afektif), aktivitas siswa mengikuti observasi aktivitas siswa, tes dan lembar
pelajaran, perhatian, antusias dalam belajar, quisioner siswa.
kepercayaan diri, dan motivasi belajar.
Dalam hal ini data kualitatif meliputi Siklus I
wawancara dan lembar observasi siswa. Observasi. Hasil observasi aktivitas siswa pada
siklus I terdapat pada tabel 1:
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Aktivitas siswa pada siklus I

Jumlah aktivitas yang diukuti


Jenis Aktivitas
Siswa siswa
1 2 3 4 5 Jumlah %
A1 √ √ √ √ √ 5 100
A2 √ √ √ 3 60
A3 √ √ √ 3 60
A4 √ √ √ 3 60
B1 √ √ √ √ √ 5 100
B2 √ √ √ 3 60
B3 √ √ 2 40
B4 √ √ 2 40
C1 √ √ √ 3 60
C2 √ √ √ √ 4 80
C3 √ √ 2 40
C4 √ √ √ √ √ 5 100
D1 √ √ √ 3 60
D2 √ √ √ √ 4 80
D3 √ √ √ 3 60
D4 √ √ √ √ 4 80
E1 √ √ √ √ 4 80
E2 √ √ √ 3 60
E3 √ √ √ 3 60
E4 √ √ √ 3 60
Jumlah 20 20 12 8 7
67 67 %
% 100 100 60 40 35
Keterangan : 3 = Anggota kelompok yang lain menanggapi
jawaban dari pembuat soal
1 = Pembuat soal menanggapi jawaban dari
masing-masing siswa 4 = Kelompok yang lain menanggapi jawaban
dari pembuat soal dan kelompok yang menjawab
2 = Berdiskusi untuk menemukan jawaban yang
benar 5 = Menjelaskan kepada teman yang belum
mengerti

Jurnal Radiasi Volume 06 No.1, April 2015 | 75


Aldofina Kristin Muniarti, dkk.

Dari hasil pengamatan aktivitas belajar siswa 4. Kelompok yang lain menanggapi jawaban
menunjukkan bahwa secara keseluruhan peran dari pembuat soal dan kelompok yang
aktif siswa dalam kegiatan ini tergolong cukup menjawab
aktif. Hal ini dapat dilihat dari data peraspek
diperoleh prosentase yaitu pembuat soal Berdasarkan table 1, siswa yang aktif melakukan
menanggapi jawaban dari masing-masing siswa kegiatan ini sebanyak 40% dan 60% siswa masih
sebanyak (100%), berdiskusi untuk menemukan kurang aktif dalam melakukan kegiatan ini. Hal
jawaban yang benar sebanyak (100%), anggota ini disebabkan beberapa siswa merasa masih
kelompok yang lain menanggapi jawaban dari kurang menguasai materi sehingga siswa ragu
pembuat soal sebanyak (60%), kelompok yang untuk menanggapi.
lain menanggapi jawaban dari pembuat soal dan
5. Menjelaskan kepada teman yang belum
kelompok yang menjawab sebanyak (40%), dan
mengerti
menjelaskan kepada teman yang belum mengerti
sebanyak (35%), sehingga secara umum hasil Berdasarkan table 1, siswa yang aktif melakukan
observasi siswa berdasarkan tabel 1, kegiatan ini sebanyak 35% dan 65% siswa masih
menunjukkan prosentase aktivitas siswa sebesar kurang aktif melakukan kegiatan ini. Hal ini
67%. disebabkan karena penguasaan materi masih
kurang sehingga masih banyak bertanya kepada
Analisa kegiatan siswa sebagai berikut : guru dibanding bertanya kepada sesama siswa.
1. Pembuat soal menanggapi jawaban dari Hasil Belajar. Ketuntasan hasil belajar siswa
masing-masing siswa pada siklus 1
Berdasarkan table 1, semua siswa aktif
Tabel 2. Hasil tes siswa siklus 1
melakukan kegiatan ini, karena siswa yang
membuat soal juga membuat kunci dari soal Siswa Nilai Siswa Nilai
sehingga siswa yang membuat soal wajib A1 78 C3 63
memberikan tanggapan. 55 78
A2 C4
2. Berdiskusi untuk menemukan jawaban A3 63 D1 70
yang benar A4 55 D2 68
B1 78 D3 70
Berdasarkan table 1, semua siswa aktif B2 65 D4 70
melakukan kegiatan ini, karena dalam menjawab B3 68 E1 73
soal siswa wajib melakukan diskusi terlebih 63 70
B4 E2
dahulu sebelum mengemukakan jawabannya.
C1 65 E3 55
3. Anggota kelompok yang lain menanggapi C2 73 E4 65
jawaban dari pembuat soal Dari tabel hasil tes siswa menunjukkan bahwa
siswa yang mencapai tingkat ketuntasan belajar
Berdasarkan table 1, siswa yang aktif melakukan secara individu hanya 3 orang (15%) yang
kegiatan ini sebanyak 60% dan 40% siswa masih mencapai KKM ≥ 75. Bedasarkan data tersebut
kurang aktif dalam melakukan kegiatan ini. Hal menunjukkan bahwa ketuntasan hasil belajar
ini disebabkan beberapa siswa merasa bahwa siswa hanya mencapai 15%, dapat dikatakan
jawaban dari teman yang lain sudah benar, jadi belum mencapai target yang diinginkan, karena
tidak perlu menanggapi lagi. dalam penelitian target yang harus tercapai yaitu

Jurnal Radiasi Volume 06 No.1, April 2015 | 76


Aldofina Kristin Muniarti, dkk.

80% siswa mendapatkan nilai 75 dan 80% siswa terfokus, mereka cenderung mengobrol dengan
aktif dalam kegiatan diskusi. teman, sehingga siswa kurang jelas kegiatan apa
yang harus dilakukan. Oleh karena itu, perlu
Hasil Refleksi. Berdasarkan hasil tes dan diadakan perbaikan pada siklus berikutnya.
aktivitas siswa pada siklus I dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran pada siklus I ini belum Siklus II
memuaskan. Pada hasil tes siswa terlihat, bahwa
tingkat ketuntasan belajar siswa hanya 3 orang Karena pada siklus I target yang di harapkan
atau sebesar 15% dari jumlah keseluruhan siswa belum tercapai, maka dilakukan siklus II.
yang mencapai KKM ≥ 75. Sedangkan untuk Sebagai refleksi dari siklus I maka pada siklus II
aktivitas belajar siswa hanya mencapai guru tidak lagi memberikan materi dari awal,
prosentase 67%. Sehingga perlu diadakan siklus melainkan garis besar materi, karena siswa
II agar semua siswa mencapai target yang telah masih memiliki catatan untuk dipelajari kembali.
ditentukan. Kendala yang dialami peneliti pada Selain itu guru juga memberi kesempatan
siklus I yaitu kecilnya peran serta siswa dalam kepada siswa untuk lebih banyak aktif dalam
kegiatan ini, disebabkan karena waktu yang pembelajaran. Guru diharapkan lebih tegas lagi
diperlukan dalam menyampaikan materi terlalu dalam memberi teguran kepada siswa yang tidak
lama, konsentrasi siswa dalam memperhatikan memperhatikan penjelasan guru. Sehingga pada
penjelasan guru juga belum penuh dan belum saat diskusi berlangsung siswa akan lebih aktif
dan tugas siswa menjadi lebih jelas.

Tabel 3. Aktivitas siswa pada siklus II

Jenis Aktivitas Jumlah Aktivitas yang diikuti siswa


Siswa
1 2 3 4 5 Jumlah %
A1 √ √ √ √ √ 5 100
A2 √ √ √ 3 60
A3 √ √ √ √ 4 80
A4 √ √ √ √ 4 80
B1 √ √ √ √ √ 5 100
B2 √ √ √ 3 60
B3 √ √ √ 3 60
B4 √ √ 2 40
C1 √ √ √ √ 4 80
C2 √ √ √ √ 4 80
C3 √ √ √ √ √ 5 100
C4 √ √ √ √ √ 5 100
D1 √ √ √ 3 60
D2 √ √ √ √ 4 80
D3 √ √ √ √ √ 5 100
D4 √ √ √ √ √ 5 100
E1 √ √ √ √ √ 5 100
E2 √ √ √ √ 4 80

Jurnal Radiasi Volume 06 No.1, April 2015 | 77


Aldofina Kristin Muniarti, dkk.

E3 √ √ √ 3 60
E4 √ √ √ √ √ 5 100
Jumlah 20 20 12 12 13
81 81%
% 100 100 60 60 65

Keterangan : Berdasarkan table 3, semua siswa aktif


melakukan kegiatan ini, karena siswa yang
1 = Pembuat soal menanggapi jawaban dari membuat soal juga membuat kunci dari soal
masing-masing siswa sehingga siswa yang membuat soal wajib
2 = Berdiskusi untuk menemukan jawaban yang memberikan tanggapan, selain itu guru juga
terlibat di dalam kegiatan ini. Ketelibatan guru
benar
dalam kegiatan ini adalah membimbing siswa
3 = Anggota kelompok yang lain menanggapi dalam membuat pertanyaan dan kunci jawaban
jawaban dari pembuat soal agar sesuai materi dan dapat dimengerti oleh
siswa.
4 = Kelompok yang lain menanggapi jawaban
dari pembuat soal dan kelompok yang menjawab 2. Berdiskusi untuk menemukan jawaban
yang benar
5 = Menjelaskan kepada teman yang belum
mengerti Berdasarkan table 3, semua siswa aktif
melakukan kegiatan ini, karena dalam menjawab
Dari hasil pengamatan aktivitas belajar siswa soal siswa wajib melakukan diskusi terlebih
menunjukkan bahwa secara keseluruhan peran dahulu sebelum mengemukakan jawabannya.
aktif siswa dalam kegiatan ini tergolong aktif. Selain itu peran guru juga sangat penting dalam
Hal ini dapat dilihat dari data peraspek diperoleh kegiatan ini, dimana guru membimbing jalannya
prosentase yaitu pembuat soal menanggapi diskusi siswa.
jawaban dari masing-masing siswa sebanyak
(100%), berdiskusi untuk menemukan jawaban 3. Anggota kelompok yang lain menanggapi
yang benar sebanyak (100%), anggota kelompok jawaban dari pembuat soal
yang lain menanggapi jawaban dari pembuat
soal sebanyak (60%), kelompok yang lain Bedasarkan table 3, siswa yang aktif melakukan
kegiatan ini sebanyak 60% dan 40% siswa masih
menanggapi jawaban dari pembuat soal dan
kelompok yang menjawab sebanyak (60%), dan kurang aktif dalam melakukan kegiatan ini. Hal
menjelaskan kepada teman yang belum mengerti ini disebabkan beberapa siswa sudah menjawab
sebanyak (65%), sehingga secara umum hasil pertanyaan dengan benar sehingga siswa yang
observasi siswa berdasarkan tabel 1, lain merasa tidak perlu menanggapi.
menunjukkan prosentase aktivitas siswa sebesar 4. Kelompok yang lain menanggapi jawaban
81%. dari pembuat soal dan kelompok yang
Analisa kegiatan siswa sebagai berikut : menjawab

Berdasarkan table 3, siswa yang aktif melakukan


1. Pembuat soal menanggapi jawaban dari
kegiatan ini sebanyak 60% dan 40% siswa masih
masing-masing siswa
kurang aktif dalam melakukan kegiatan ini. Hal
ini disebabkan beberapa siswa sudah menjawab

Jurnal Radiasi Volume 06 No.1, April 2015 | 78


Aldofina Kristin Muniarti, dkk.

pertanyaan dengan benar, sehingga siswa yang mencapai paling sedikit 80% dan 80% siswa
lain merasa sudah puas dan diskusi dapat aktif dalam kegiatan diskusi.
dilanjutkan dengan membahas pertanyaan yang
Analisa tanggapan siswa terhadap metode yang
lain.
diberikan
5. Menjelaskan kepada teman yang belum
1. Sebanyak 100% siswa menjawab bahwa
mengerti
model pembelajaran CL tipe Numbered
Berdasarkan table 3, siswa yang aktif melakukan Snowball Throwing merupakan hal yang
kegiatan ini sebanyak 65% dan 35% siswa masih baru, dengan alasan belum pernah ada
kurang aktif melakukan kegiatan ini. Hal ini kegiatan percobaan langsung dikelas yang
menujukkan sudah ada kemauan siswa untuk biasanya disampaikan dengan powerpoint
mempelajari materi dan berusaha menjelaskan atau animasi dan dilakukan langsung di
kepada teman yang masih belum mengerti laboratorium fisika. Selain itu pembelajaran
tentang materi menurut bahasa dan juga lebih menyenangkan karena setiap siswa
pengertiannya sendiri. Selain itu guru juga dapat terjun langsung membuat pertanyaan
berperan aktif dalam kegiatan ini agar tidak dan kunci jawaban. Hal ini menunjukkan
terjadi miskonsepsi. bahwa metode ini memang baru mereka
alami.
Hasil Belajar. Ketuntasan hasil belajar siswa
pada siklus II 2. Sebanyak 85% siswa menjawab model
pembelajaran CL tipe Numbered Snowball
Tabel 4. Hasil tes siswa siklus II Throwing merupakan model pembalajaran
yang menarik, dengan alasan siswa terlibat
Siswa Nilai Siswa Nilai langsung dalam pembelajaran, selain itu
A1 85 C3 78 pembelajaran berjalan lebih menarik dan
A2 75 C4 85 lebih santai. Hal ini menunjukkan bahwa
A3 78 D1 78 metode ini dapat dikatakan menarik, karena
A4 75 D2 78 siswa menikmati pembelajaran sehingga
B1 85 D3 85 siswa dapat memahami materi dengan
B2 75 D4 85 mudah.
B3 73 E1 85
3. Sebanyak 85% siswa menjawab penggunaan
B4 65 E2 78 model pembelajaran CL tipe Numbered
C1 78 E3 65 Snowball Throwing mempermudah siswa
C2 78 E4 75 dalam memahami materi, dengan alasan
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa adanya percobaan langsung di depan kelas,
siswa yang mendapatkan nilai minimal 75
selain itu dengan adanya diskusi siswa
sebanyak 17 siswa, sehingga prosentase
keberhasilan dari siswa yang memahami materi menjadi lebih mengerti tentang materi. Hal
dapat diperoleh sebesar 85%. Hasil persen ini ini menunjukan bahwa penggunaan metode
didapatkan dari perhitungan : 17 x100%  85% . ini dapat mempermudah siswa dalam
20 memahami materi.
Dengan demikian maka ketuntasan hasil belajar
siswa dapat dikatakan sudah mencapai tingkat 4. Sebanyak 85% siswa menjawab termotifasi
ketuntasan belajar, karena suatu kelas dikatakan untuk belajar fisika setelah belajar tentang
tuntas dalam belajar jika persentase sudah karakteristik gelombang transversal dan

Jurnal Radiasi Volume 06 No.1, April 2015 | 79


Aldofina Kristin Muniarti, dkk.

gelombang longitudinal dengan model fisika. Hal ini menunjukkan bahwa dengan
pembelajaran CL tipe Numbered Snowball menggunakan metode ini, pemahaman siswa
Throwing, dengan alasan pembelajaran fisika tentang materi yang disampaikan menjadi lebih
jika dilakukan dengan percobaan secara baik, terlebih metode ini mengajarkan siswa
langsung akan lebih mudah dimengerti dan untuk bekerjasama dalam satu kelompok.
pembelajaran juga lebih menarik. Selain itu
siswa juga dibebaskan dalam berpendapat, SARAN
sehingga semua siswa terlibat langsung Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
dalam pembelajaran. maka dapat disarankan :
5. Sebanyak 90% siswa menjawab bahwa ada 1. Penelitian ini dapat dilaksanakan pada kelas
hal yang menyenangkan dari pembelajaran yang memiliki siswa kurang aktif dalam
secara berkelompok dengan tipe Numbered pembelajaran. Hal ini dilakukan agar peneliti
Snowball Throwing seperti yang baru saja dapat mengetahui tingkat pemahaman siswa
dilakukan, dengan alasan siswa menjadi lebih terhadap materi.
aktif dalam pembelajaran, hal ini dapat
dilihat bahwa siswa lebih leluasa dalam 2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan
bertukar pendapat, siswa juga dapat masukan bagi peneliti lain dalam penelitian
membantu teman yang kesulitan memahami tindakan kelas untuk menginplementasikan
materi, dan bekerjasama dalam memecahkan model pembelajaran yang lain yang dapat
masalah. meningkatkan kualitas pembelajaran.

6. Sebanyak 25% siswa menjawab bahwa ada UCAPAN TERIMA KASIH


kesulitan yang dirasakan ketika belajar secara
berkelompok dengan tipe Numbered Dalam penyusunan jurnal ini penulis tidak
Snowball Throwing, dengan alasan masih lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak yang selalu mendukung, memberikan
ada beberapa siswa yang kurang peduli saran dan masukan yang membangun dalam
terhadap tugasnya dan hanya sibuk sendiri, penyusunan jurnal. Atas bantuan dan dukungan
selain itu masih ada rasa canggung karena tersebut penulis mengucapkan banyak terima
belum terbiasa bekerjasama dengan teman kasih kepada Ibu Marmi Sudarmi selaku dosen
yang tidak akrab. Hal ini menunjukkan pembimbing 1 dan Ibu Debora Natalia Sudjito
bahwa metode ini mengajarkan kepada siswa selaku dosen pembimbing 2 yang banyak
untuk dapat bekerjasama. memberikan bantuan berupa saran,
dorongan, bimbingan dan koreksi yang
V. KESIMPULAN DAN SARAN sangat berharga untuk penulis. Akhir kata,
penulis menyadari bahwa dalam penulisan
KESIMPULAN jurnal masih terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu penulis mengharapkan saran
Berdasaran hasil analisa data yang telah dan kritik yang membangun dari pembaca
diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan, guna perbaikan dimasa yang akan datang.
bahwa dengan diterapkannya model Semoga jurnal ini dapat bermafaat bagi
pembelajaran kooperatif tipe Numbered semua.
Snowball Throwing pada materi gelombang
transversal dan gelombang longitudinal >80%
siswa mengatakan model pembelajaran ini dapat
menarik minat belajar mereka dalam belajar

Jurnal Radiasi Volume 06 No.1, April 2015 | 80


Aldofina Kristin Muniarti, dkk.

PUSTAKA [4] Huda, M. (2011). Cooperative Learning,


Metode, Teknik, Struktur dan Model
Artikel Jurnal : Penerapan. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
[1] Agustina, Entin T. 2013. Implementasi [5] Sugeng Yuli Irianto, Wasis. 2008. IPA SMP
Model Pembelajaran Snowball Throwing dan MTs Kelas VIII. Jakarta : Pusat
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Perbukuan, Departemen Pendidikan
dalam Membuat Produk Kria Kayu dengan Nasional.
Peralatan Manual. INVOTEC. Vol. IX. No.1. [6] Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning,
halaman 17-28. Mempraktikkan Cooperative Learning Di
[2] Ekoningtyas, Maryanti. 2013. Pengaruh Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo.
Pembelajaran Think-Pair-Share dipadu pola
Pemberdayaan Berpikir melalui Pertanyaan Skripsi :
terhadap Keterampilan Metakognitif, [7] Haryani. 2013. Penerapan Model
Berpikir Kreatif, Pemahaman Konsep IPA Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball
dan Retensinya serta Sikap Sosial Siswa. Throwing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Jurnal Pendidikan Sains. Vol. 1, No. Struktur Bumi. (Skripsi). Surakarta :
4.halaman 332-342. Universitas Sebelas Maret .
[8] Oskar. 2012. Desain dan Penerapan
Buku: Cooperative Learning Tipe Bertukar
[3] Asrori, Mohib. 2010. Penggunaan Model pasangan Pada materi Pemuaian Gas.
Belajar Snowball Throwing dalam (Skripsi). Salatiga : Universitas Kristen Satya
Meningkatkan Keaktifan Belajar. Jakarta: Wacana.
Rineka Cipta.

Jurnal Radiasi Volume 06 No.1, April 2015 | 81

Anda mungkin juga menyukai