Referat Mata Bahan Mentah
Referat Mata Bahan Mentah
PENDAHULUAN
Reseptor di Mata
Reseptor penglihatan adalah sel-sel di conus (sel kerucut) dan basilus (sel
batang). Conus terutama terdapat dalam fovea dan penting untuk menerima
rangsang cahaya kuat dan rangsang warna. Sel-sel basilus tersebar pada retina
terutama di luar makula dan berguna sebagai penerima rangsang cahaya
berintensitas rendah. Oleh karena itu dikenal dua mekanisme tersendiri di dalam
retina (disebut dengan Teori Duplisitas), yaitu :
Manusia apat melihat karena ada rangsang berupa sinar yang diterima oleh
reseptor pada mata. Jalannya sinar pada mata adalah sebagai berikut :
Impuls yang timbul dalam conus atau basilus berjalan melalui neuritnya
menuju ke neuron yang berbentuk sel bipoler dan akhirnya berpindah ke neuron
yang berbentuk sel mutipoler. Neurit sel-sel multipoler meninggalkan retina dan
membentuk nervus opticus. Kedua nervus opticus di bawah hypothalamus saling
bersilangan sehingga membentuk chiasma nervus opticus, yaitu neurit-neurit yang
berasal dari sebelah lateral retina tidak bersilangan. Tractus Opticus sebagian
berakhir pada colliculus superior, dan sebagian lagi pada corpus geneculatum
lateral yang membentuk neuron baru yang pergi ke korteks pada dinding fissura
calcarina melalui capsula interna. Pada dinding fisura calcarina inilah terdapat
pusat penglihatan.
Berkas-berkas cahaya mencapai mata harus dibelokka ke arah dalam untuk
difokuskan kembali ke sebuah titik peka-cahaya diretina agar dihasilkan suatu
bayangan yang akurat mengenai sumber cahaya. Pembelokan suatu berkas cahaya
(refraksi) terjadi ketika berkas berpindah dari satu medium dengan kepadatan
(densitas) tertentu ke medium dengan kepadatan yang berbeda.
Cahaya bergerak lebih cepat melalui udara daripada melalui media
transparan lainnya misalnya : kaca, air. Ketika suatu berkas cahaya masuk ke
medium dengan densitas yang lebih tinggi, cahaya tersebut melambat (sebaliknya
juga berlaku). Berkas cahaya mengubah arah perjalanannya jika mengenai
medium baru pada tiap sudut selain tegak lurus.
Dua faktor penting dalam refraksi: densitas komparatif antara 2 media
(semakin besar perbedaan densitas, semakin besar derajat pembelokan) dan sudut
jatuhnya berkas cahaya di medium kedua (semakin besar sudut, semakin besar
pembiasan). Dua struktur yang paling penting dalam kemampuan refraktif mata
adalah kornea dan lensa. Permukaan kornea, struktur pertama yang dilalui cahaya
sewaktu masuk mata, yang melengkung berperan besar dalam refraktif total
karena perbedaan densitas antara lensa dan cairan yang mengelilinginya.
Kemampuan refraksi kornea seseorang tetap konstan karena kelengkungan kornea
tidak pernah berubah. Sebaliknya kemampuan refraksi lensa dapat disesuaikan
dengan mengubah kelengkungan sesuai keperluan untuk melihat dekat atau jauh.
Struktur-struktur refraksi pada mata harus membawa bayangan cahaya
terfokus diretina agar penglihatan jelas. Apabila bayangan sudah terfokus sebelum
bayangan mencapai retina atau belum terfokus sebelum mencapai retina,
bayangan tersebut tampak kabur. Berkas-berkas dari sumber jauh. Berkas dari
sumber cahaya yang terletak lebih dari 6 meter (20kaki)
Untuk kekuatan refraktif mata tertentu, sumber cahaya dekat memerlukan
jarak yang lebih besar dibelakang lensa agar dapat memfokuskan daripada sumber
cahaya jauh, karena berkas dari sumber cahaya dekat masih berdivergensi sewaktu
mencapai mata. Untuk mata tertentu, jarak antara lensa dan retina selalu sama.
Untuk membwa sumber cahaya jauh dan dekat terfokus diretina (dalam jarak yang
sama), harus dipergunakan lensa yang lebih kuat untuk sumber dekat. Kekuatan
lensa dapat disesuaikan melalui proses akomodasi.
Akomodasi
a. Teori Helmholtz. Jika mm.siliaris berkontraksi maka iris dan korpus siliaris
digerakkan ke depan bawah, sehingga zonulla Zinnii menjadi kendor, lensa
menjadi cembung.
b. Teori Schoen. Terjadi akibat mm.siliaris pada bola karet yang dipegang dengan
kedua tangan dengan jari akan mengakibatkan pencembungan bola di bagian
tengah.
c. Teori dari Tichering. Jika mm.siliaris berkontraksi maka iris dan korpus siliaris
digerakkan ke belakang atas/luar, sehingga zonulla Zinnii menjadi tegang, bagian
perifer lensa juga menjadi tegang, sedangkan bagian tengahnya didorong ke
sentral dan menjadi cembung.
2.2 Visus
c. Faktor Retina, yaitu makin kecil dan makin rapat conus, makin kecil
minimum separable (jarak terkecil antara garis yang masih terpisah).
Media Refraksi
Media Refraksi meliputi : Kornea, Camera Oculi Anterior, Iris, Pupil,
Lensa, Badan Vitreus, Retina, Nervus Optikus.
Kelainan refraksi mata adalah suatu keadaan dimana bayangan tegas tidak
dibentuk pada retina tetapi di bagian depan atau belakang bintik kuning dan tidak
terletak pada satu titik yang tajam. Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk miopia,
hipermetropia, dan astigmatisma.
1. EMETROPIA
Mata emetropia akan mempunyai penglihatan normal atau 6/6 atau 100%.
Bila media penglihatan seperti kornea, lensa dan badan kaca keruh maka sinar
tidak dapat diteruskan ke macula lutea. Pada keadaan ini, maka penglihatan tidak
akan 100% atau 6/6.
2. AMETROPIA
1. Ametropia aksial : terjadi akibat sumbu optic bola mata lebih panjang, atau
lebih pendek sehingga bayangan benda difokuskan di depan/di belakang
retina.
a. Miopia
Definisi
Kata miopia diambil dari bahasa Yunani “muopia” yang berarti menutup
mata. Miopia merupakan suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan
pembiasan sinar yang berlebihan sehingga sinar sejajar yang datang dibiaskan di
depan retina, pada kondisi mata yang tidak berakomodasi. Pada miopia, titik fokus
sistem optik media penglihatan terletak di depan makula lutea. Hal ini dapat
disebabkan sistem optik (pembiasan) terlalu kuat, miopia refraktif atau bola mata
terlalu panjang. Kelainan ini menyebabkan penglihatan buram untuk jarak jauh,
popular dengan istilah “nearsightness”.
Kata miopia sendiri sebenarnya baru dikenal pada sekitar abad ke 2, yang
mana terbentuk dari dua kata meyn yang berarti menutup, dan ops yang berarti
mata. Ini memang menyiratkan salah satu ciri – ciri penderita myopia yang suka
menyipitkan matanya ketika melihat sesuatu yang baginya tampak kurang jelas,
karena dengan cara ini akan terbentuk debth of focus di dalam bola mata sehingga
titik fokus yang tadinya berada di depan retina, akan bergeser ke belakang
mendekati retina
Miopia atau rabun jauh adalah suatu kelainan refraksi pada mata dimana
bayangan difokuskan di depan retina, ketika mata tidak dalam kondisi
berakomodasi. Ini juga dapat dijelaskan pada kondisi refraktif dimana cahaya
yang sejajar dari suatu objek yang masuk pada mata akan jatuh di depan retina.
Etiologi
Miopia, sinar sejajar axis pada mata tak berakomodasi akan memusat di
muka retina, sehingga bayangan kabur. Dapat disebabkan oleh :
- kekuatan refraksi
Miopia simplek tipe aksial hanya merupakan variasi fisiologis panjang bola
mata atau dapat berkaitan dengan pertumbuhan neurologis dini saat usia anak.
Miopia simplek tipe kurvatura dianggap akibat kurang berkembangnya bola
mata
Peran diet saat usia anak telah dilaporkan tanpa ada hasil konklusif.
Peran genetik. Genetik berperan pada variasi biologis perkembangan mata,
dimana prevalensi miopia lebih banyak pada anak dengan kedua orang tua
miopia (20%) daripada anak dengan 1 orang tua miopia (10%) dan anak tanpa
orang tua miopia (5%).
Teori pekerjaan jarak dekat berlebihan. Namun teori ini tidak membuktikan
adanya hubungan miopia dengan pekerjaan jarak dekat, menonton televisi dan
tidak melakukan pemakaian kacamata.
Klasifikasi
a. Berdasarkan Manifestasi Klinis
Simple : Status refraksi mata dengan miopia sederhana tergantung pada
daya optik kornea dan lensa kristal, dan panjang aksial. Mata dengan
miopi simple merupakan mata normal yang terlalu panjang untuk kekuatan
optiknya atau memiliki kekuatan optik yang terlalu kuat untuk panjang
aksisnya. Bentuk miopi ini adalah yang paling umum, biasanya kurang
dari 6 Dioptri atau kurang dari 4-5 D. Ketika derajad miopi pada kedua
mata tidak sama, hal ini disebut anisomiopia. Jika salah satu mata emetrop
sementara yang lainnya miopi, ini disebut simple miopi anisometropia.
Anisometropia menjadi signifikan bila perbedaannya mencapai 1 D atau
lebih.
Miopia Nokturnal : terjadi pada kondisi pencahayaan redu akibat dari
peningkatan respon akomodasi.
Pseudomiopia : akibat dari peningkatan kekuatan refraksi mata akibat dari
overstimulasi pada mekanisme akomodasi mata atau terjadinya spasme
siliar. Dinamakan pseudo karena pasien hanya mengalami miopi jika
respon akomodaasi tidak tepat.
Miopia degeneratif : derajad miopia berkaitan dengan perubahan
degeneratif pada segmen posterior mata. Perubahan degeneratif dapat
menyebabkan penurunan koreksi mata terbaik atau perubahan lapang
pandang.
Miopia terinduksi : merupakan hasil dari eksposur agen farmako,
perubahan tingkat gula darah, sklerosis nukleus lensa kristalin. Miopi jenis
ini reversible.
b. Berdasarkan penyebab myopia.
Miopia refraktif : Miopia yang terjadi akibat bertambahnya indeks bias
media penglihatan, seperti pada katarak.
Miopia aksial : Miopia yang terjadi akibat panjangnya sumbu bola mata,
dengan kelengkungan kornea dan lensa yang normal.
c. Menurut perjalanan penyakitnya, miopia di bagi atas :
Miopia stasioner : Miopia yang menetap setelah dewasa.
Miopia progresif : Miopia yang bertambah terus pada usia dewasa
akibat bertambah panjangnya bola mata.
Miopia maligna : Keadaan yang lebih berat dari miopia progresif,
yang dapat mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan.
d. Berdasarkan ukuran dioptri lensa yang dibutuhkan untuk mengkoreksinya.
Miopia ringan : Lensa koreksinya 0,25 s/d 3,00 Dioptri
Miopia sedang : Lensa koreksinya 3,25 s/d 6,00 Dioptri.
Miopia berat : lensa koreksinya > 6,00 Dioptri. Penderita miopia kategori
ini rawan terhadap bahaya pengelupasan retina dan glaukoma sudut
terbuka.
e. Berdasarkan umur :
Juvenile-Onset Myopia (JOM) : JOM didefinisikan sebagai miopia dengan
onset antara 7-16 tahun yang disebabkan terutama oleh karena
pertumbuhan sumbu aksial dari bola mata yang fisiologis. Esophoria,
astigmatisma, prematuritas, riwayat keluarga dan kerja berlebihan yang
menggunakan penglihatan dekat merupakan faktor-faktor risiko yang
dilaporkan oleh berbagai penelitian. Pada wanita, peningkatan prevalensi
miopia terbesar terjadi pada usia 9-10 tahun, sementara pada laki-laki
terjadi pada usia 11-12 tahun. Semakin dini onset dari miopia, semakin
besar progresi dari miopianya. Miopia yang mulai terjadi pada usia 16
tahun biasanya lebih ringan dan lebih jarang ditemukan. Progresi dari
miopia biasanya berhenti pada usia remaja ( ♂pada usia 16 tahun, ♀ pada
usia 15 tahun)
Adult-Onset Myopia (AOM) : AOM dimulai pada usia 20 tahun.
a. Youth-onset myopia miopia yang terjadi pada usia kurang dari 20
tahun
b. Early adult onset myopia miopia yang terjadi pada usia 20 sampai 40
tahun
c. Late adult onset myopiamyopia yang terjadi setelah usia 40 tahun
Kerja mata yang berlebihan pada penglihatan dekat merupakan faktor
risiko dari perkembangan miopia.
Gejala Klinis
Gejala subjektif
3. Miopia patologik
Miopia patologi/ degeneratif/ progresif, seusai dengan namanya, adalah
kelainan progresif yang cepat dimulai dari usia 5-10 tahun dan menghasilkan
miopia yang berat pada dewasa muda dan biasanya berkaitan dengan perubahan
degeneratif pada mata.
Etiologi
Belum ada hipotesis yang dapat menjelaskan etiopatologis dari miopia patologis
secara memuaskan. Namun, diketahui bahwa hal ini berhubungan dengan genetik
dan proses pertumbuhan secara general.
Peran herediter
Telah dikonfirmasi bahwa faktor genetik memegang peranan penting pada
etiologinya, dimana miopia progresif: (i) familial, (ii) lebih sering pada ras
tertentu seperti Cina, Jepang, Arab, Yahudi, dan jarang pada Negroid,
Nubian, dan Sudan. Telah disimpulkan bahwa pertumbuhan retina terkait
dengan herediter sangat berpengaruh terhadap perkembangan miopia. Sklera
karena distensibilitasnya mengikuti pertumbuhan retina, namun koroid
mengalami degenerasi karena peregangan, yang akhirnya menyebabkan
degenerasi retina.
Gejala klinis
Gejala subjektif :
Tehnik pemeriksaan :
Cara ini untuk anomali refraksi tanpa harus menanyakan bagaimana tambah
atau kurangnya kejelasan yang di periksa, dengan menggunakan alat-alat tertentu
yaitu retinoskop. Cara objektif ini dinilai keadaan refraksi mata dengan cara
mengamati gerakan bayangan cahaya dalam pupil yang dipantulkan kembali oleh
retina. Pada saat pemeriksaan retinoskop tanpa sikloplegik (untuk melumpuhkan
akomodasi), pasien harus menatap jauh.Mata kiri diperiksa dengan mata kiri, mata
kanan dengan mata kanan dan jangan terlalu jauh arahnya dengan poros visual
mata.Jarak pemeriksaan biasanya ½ meter dan dipakai sinar yang sejajar atau
sedikit divergen berkas cahayanya. Bila sinar yang terpantul dari mata dan tampak
di pupil bergerak searah dengan gerakan retinoskop, tambahkan lensa plus. Terus
tambah sampai tampak hampir diam atau hampir terbalik arahnya. Keadaan ini
dikatakan point of reversal (POR), sebaliknya bila terbalik tambahkan lensa
minus sampai diam. Nilai refraksi sama dengan nilai POR dikurangi dengan
ekivalen dioptri untuk jarak tersebut, misalnya untuk jarak ½ meter dikurangi 2
dioptri.
Tatalaksana
Cara optik
1. Kacamata (Lensa Konkaf)
Koreksi miopia dengan kacamata, dapat dilakukan dengan menggunakan
lensa konkaf (cekung/negatif) karena berkas cahaya yang melewati suatu lensa
cekung akan menyebar. Bila permukaan refraksi mata mempunyai daya bias
terlalu tinggi atau bila bola mata terlalu panjang seperti pada miopia, keadaan ini
dapat dinetralisir dengan meletakkan lensa sferis konkaf di depan mata. Lensa
cekung yang akan mendivergensikan berkas cahaya sebelum masuk ke mata,
dengan demikian fokus bayangan dapat dimundurkan ke arah retina.
2. Lensa kontak
Lensa kontak dari kaca atau plastik diletakkan dipermukaan depan kornea.
Lensa ini tetap ditempatnya karena adanya lapisan tipis air mata yang mengisi
ruang antara lensa kontak dan permukaan depan mata. Sifat khusus dari lensa
kontak adalah menghilangkan hampir semua pembiasan yang terjadi dipermukaan
anterior kornea, penyebabnya adalah air mata mempunyai indeks bias yang
hampir sama dengan kornea sehingga permukaan anterior kornea tidak lagi
berperan penting sebagai dari susunan optik mata. Sehingga permukaan anterior
lensa kontaklah yang berperan penting.
Cara operasi
Ada beberapa cara, yaitu :
1. Insisi Radikal
Untuk membuat insisi radial yang dalam pada pinggir kornea dan
ditinggalkan 4 mm sebagai zona optik.Pada penyembuhan insisi ini terjadi
pendataran dari permukaan kornea sentral sehingga menurunkan kekuatan
refraksi. Prosedur ini sangat bagus untuk miopi derajat ringan dan sedang.
Kelemahannya:
Kornea menjadi lemah, bisa terjadi ruptur bola mata jika terjadi trauma setelah
RK, terutama bagi penderita yang berisiko terjadi trauma tumpul, seperti atlet,
tentara. Bisa terjadi astigmat irreguler karena penyembuhan luka yang tidak
sempurna,namun jarang terjadi. Pasien Post RK juga dapat merasa silau saat
malam hari.
Pada teknik ini zona optik sentral pada stroma kornea anterior difotoablasi
dengan menggunakan laser excimer (193 nm sinar UV) yang bisa menyebabkan
sentral kornea menjadi flat. Sama seperti RK, PRK bagus untuk miopi -2 sampai -
6 dioptri.
Kelemahan PRK:
Pada teknik ini, pertama sebuah flap setebal 130-160 mikron dari kornea
anterior diangkat. Setelah Flap diangkat, jaringan midstroma secara langsung
diablasi dengan tembakan sinar excimer laser , akhirnya kornea menjadi flat.
Sekarang teknik ini digunakan pada kelainan miopi yang lebih dari - 12 dioptri.
6. Orthokeratology
a. Ablasio retina
Badan vitreus yang berada di antara lensa dan retina mengandung 98% air
dan 2% serat kolagen yang seiring pertumbuhan usia akan mencair secara
perlahan-lahan, namun proses ini akan meningkat pada penderita miopia tinggi.
Hal ini berhubungan dengan hilangnya struktur normal kolagen. Pada tahap awal,
penderita akan melihat bayangan-bayangan kecil (floaters). Pada keadaan lanjut,
dapat terjadi kolaps badan vitreus sehingga kehilangan kontak dengan retina.
Keadaan ini nantinya akan beresiko untuk terlepasnya retina dan menyebabkan
kerusakan retina. Vitreusdetachment pada miopia tinggi terjadi karena luasnya
volume yang harus diisi akibat memanjangnya bola mata.
c. Miopic makulopaty
Dapat terjadi penipisan koroid dan retina serta hilangnya pembuluh darah
kapiler pada mata yang berakibat atrofi sel-sel retina sehingga lapang pandang
berkurang.Dapat juga terjadi perdarahan retina dan koroid yang bisa
menyebabkan kurangnya lapangan pandang.Miopia vaskular koroid/degenerasi
makular miopik juga merupakan konsekuensi dari degenerasi makular normal,
dan ini disebabkan oleh pembuluh darah yang abnormal yang tumbuh di bawah
sentral retina.
d. Glaukoma
Resiko terjadinya glaukoma pada mata normal adalah 1,2%, pada miopia
sedang 4,2%, dan pada miopia tinggi 4,4%. Glaukoma pada miopia terjadi
dikarenakan stres akomodasi dan konvergensi serta kelainan struktur jaringan ikat
penyambung pada trabekula.
e. Skotoma
Komplikasi timbul pada miopia derajat tinggi. Jika terjadi bercak atrofi retina
maka akan timbul skotoma (sering timbul jika daerah makula terkena dan daerah
penglihatan sentral menghilang). Vitreus yang telah mengalami degenerasi dan
mencair berkumpul di muscae volicantes sehingga menimbulkan bayangan lebar
diretina sangat menggangu pasien dan menimbulkan kegelisahan. Bayangan
tersebut cenderung berkembang secara perlahan dan selama itu pasien tidak
pernah menggunakan indera penglihatannya dengan nyaman sampai akhirnya
tidak ada fungsi penglihatan yang tersisa atau sampai terjadi lesi makula berat
atau ablasio retina.
B. Hipermetropia
Definisi
Etiologi
Hipermetropia, sinar sejajar axis pada mata yang tak berakomo- dasi akan
memusat di belakang retina, sehingga bayangan kabur. Dapat disebabkan oleh :
Patofisiologi
Ada 3 patofisiologi utama hipermetropia, yaitu:
a. Hipermetropia aksial karena sumbu aksial mata lebih pendek dari
Normal
b. Hipermetropia kurvatura karena kurvatura kornea atau lensa lebih lemah
dari normal
c. Hipermetropia indeks karena indeks bias mata lebih rendah dari normal
Gejala Klinis
Gejala klinis hipermetropia adalah sebagai berikut:
a. Pada pasien anak anak maupun pasien muda tidak memberikan keluhan
b. Penglihatan jauh kabur, terutama pada hipermetropia 3 D atau lebih,
hipermetropia pada orang tua dimana amplitude akomodasi menurun
c. Penglihatan dekat kabur lebih awal, terutama bila lelah, bahan cetakan
kurang terang atau penerangan kurang
d. Sakit kepala terutama daerah frontal dan makin kuat pada penggunaan
mata yang lama dan membaca dekat
e. Penglihatan tidak enak (asthenopia akomodatif=eye strain) terutama bila
melihat pada jarak yang tetap dan diperlukan penglihatan jelas dalam
waktu yang lama, misalnya menonton TV, dll
f. Mata sensitif terhadap sinar
g. Perasaan mata juling karena akomodasi yang berlebihan akan diikuti oleh
konvergensi yang berlebihan pula
Gejala obyektif:
1. Ukuran bola mata yang lebih kecil secara keseluruhan
2. Juling atau esotropia akibat akomodasi terus menerus yang diikuti
konvergensi
3. Karena akomodasi yang terus menerus, akan terjadi hipertrofi dari otot–otot
akomodasi di corpus ciliare.
4. Pupil terlihat lebih kecil karena akomodasi
5. Pemeriksaan fundus didapatkan papil yang kecil dan terlihat lebih banyak
vaskulardengan batas tidak tegas atau mungkin menyerupai papilitis (namun
tidak ada edema papil, sehingga disebut pseudopapillitis). Retina mungkin
terlihat bercahaya akibat refleksi cahaya yang lebih besar (shot silk
appearance).
Penatalaksanaan
1. pada anak di bawah 10 tahun koreksi tidak dilakukan terutama tidak
munculnya gejala-gejala dan penglihatan normal pada setiap mata.
2. pada remaja dan berlanjut hingga waktu presbiopia, hipermetropia dikoreksi
dengan lensa positif yang terkuat. Bisa memakai kaca mata atau lensa kontak.
Lensa kontak dapat disarankan dengan hipermetropia unilateral
(Anisometropia). Lensa kontak dapat diresepkan setelah hipermetrop stabil,
apabila tidak, harus mengganti lensa kontak berkali-kali.
3. jumlah total hipermetropia diperoleh dengan pemeriksaan refraksi dengan
sikloplegik.
4. secara bertahap tingkatkan koreksi lensa sferis dengan interval 6 bulan
sampai pasien menjadi hipermetropia manifes
5. Pembedahan refraktif juga bisa dilakukan untuk membaiki hipermetropia
dengan membentuk semula kurvatura kornea. Metode pembedahan refraktif
termasuk
a. Laser-assisted in-situ keratomileusis (LASIK)
Efektif dalam mengkoreksi hipermetropi hingga + 4D
Komplikasi
1. Hordeolum, blefaritis, atau kalazion berulang akibat sering mengucek mata
untuk menghilangkan kelelahan mata
2. Strabismus dapat terjadi pada anak (biasanya usia 2-3 tahun) karena
akomodasi secara terus menerus.
3. Ambliopia dapat terjadi pada beberapa kasus. Hal ini dapat terjadi
anisometropik (unilateral hipermetropia), strabismik (pada anak dengan
akomodasi berlebihan), atau ametropik (pada anak dengan hipermetropia
berat tidak terkoreksi)
4. Glaukoma sekunder sudut tertutup. Pada mata hipermetropia, terdapat COA
yang relatif lebih sempit. Akibat dari pembesaran ukuran lensa seiring usia,
mata tersebut menjadi rentan terhadap serangan akut glaukoma. Hal ini perlu
diingat pada pasien hipermetropia usia tua.
C. Presbiopia
Definisi
Presbiopi merupakan kondisi mata dimana lensa kristalin kehilangan
fleksibilitasnya sehingga membuatnya tidak dapat fokus pada benda yang dekat.
Presbiopi adalah suatu bentuk gangguan refraksi, dimana makin berkurangnya
kemampuan akomodasi mata sesuai dengan meningkatnya usia.
Makin berktambahnya usia maka setiap lensa akan mengalami
kemunduran kemampuan untuk mencembung. Berkurangnya kemampuan
mencembung ini akan memberikan kesukaran melihat dekat, sedang untuk
melihat jauh tetap normal.
Hilangnya daya akomodasi yang terjadi bersamaan dengan proses penuaan
pada semua orang. Dengan bertambahnya usia maka semakin kurang kemampuan
mata untuk melihat dekat. Presbiopia terjadi akibat lensa makin keras, sehingga
elastisitasnya berkurang. Demikian pula dengan otot akomodasinya, daya
kontraksinya berkurang sehingga tidak terdapat pengenduran zonula Zinnii yang
sempurna.
Presbiopi dikenal sebagai kondisi visual orang diatas usia 40 tahun, dimana
insiden tertinggi pada usia 42-44 tahun. Beberapa hal yang merupakan faktor
resiko presbiopi antara lain : usia (biasanya >40 tahun), hiperopia yang tidak
terkoreksi, pekerjaan yang membutuhkan penggunaan penglihatan jarak dekat,
trauma atau penyakit mata (kerusakan lensa, zonula atau otot siliar), penyakit
sistemik (diabetes melitus, kardiovaskular, insufisiensi vaskular, miastenia
gravis), obat-obatan (alkohol, diuretik, hidrochlorothiazide, antidepresan), atau
kurang nutrisi.
Etiologi
Penurunan kekuatan akomodasi dari lensa seiring meningkatnya usia akibat
dari perubahan degeneratif lensa (penurunan elastisitas kapsul lensa atau
peningkatan ukuran dan sklerosis progresif dari substansi lensa) dan penurunan
kekuatan m.siliaris seiring dengan peningkatan usia.
Patofisiologi
Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya refraksi
mata karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa dan
kapsul sehingga lensa menjadi cembung. Dengan meningkatnya umur maka lensa
menjadi lebih keras (sklerosis) dan kehilangan elastisitasnya untuk menjadi
cembung. Dengan demikian kemampuan melihat dekat makin berkurang.
Klasifikasi
a. Presbiopi Insipien
Merupakan tahap paling awal di mana penderita menunjukkan gejala
membaca cetak kecil membutuhkan usaha ekstra. Dari anamnesa didapati pasien
memerlukan kaca mata untuk membaca dekat, tapi tidak tampak kelainan bila
dilakukan tes, dan pasien biasanya akan menolak preskripsi kaca mata baca.
b. Presbiopi Fungsional
Amplitudo akomodasi yang semakin menurun dan akan didapatkan kelainan
ketika diperiksa.
c. Presbiopi Absolut
Peningkatan derajat presbiopi dari presbiopi fungsional, dimana proses
akomodasi sudah tidak terjadi sama sekali.
d. Presbiopi Prematur
Presbiopia yang terjadi dini sebelum usia 40 tahun dan biasanya berhubungan
dengan lingkungan, nutrisi, penyakit, atau obat-obatan.
e. Presbiopi Nokturnal
Kesulitan untuk membaca jarak dekat pada kondisi gelap disebabkan oleh
peningkatan diameter pupil.
Tanda dan gejala
- Ketidakmampuan membaca huruf kecil atau membedakan benda kecil yang
terletak berdekatan pada usia sekitar 44-46 tahun. Hal ini semakin buruk pada
cahaya temaram dan biasanya lebih nyata pada pagi hari atau saat subjek
lelah. Gejala meningkat sampai usia 55 tahun, menjadi stabil, tetapi menetap.
- Membaca dengan menjauhkan kertas yang dibaca karena tulisan tampak
kabur pada jarak baca yang biasa
- Sukar mengerjakan pekerjaan dengan melihat dekat, terutama di malam hari
- Memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca
Penatalaksanaan
Presbiopi dikoreksi dengan menggunakan lensa plus untuk mengatasi daya
fokus otomatis lensa yang hilang. Pada pasien presbiopia ini diperlukan kacamata
baca atau adisi untuk membaca dekat yang berkekuatan tertentu, biasanya :
Usia (tahun) Kekuatan Lensa Positif yang dibutuhkan
40 +1.00 D
45 +1.50 D
50 +2.00 D
55 +2.50 D
60 +3.00 D
Karena jarak baca biasanya 33 cm, maka adisi + 3,0 dioptri adalah lensa positif
terkuat yang dapat diberikan pada seseorang. Pada keadaan ini mata tidak
melakukan akomodasi bila membaca pada jarak 33 cm, karena benda yang dibaca
terletak pada titik api lensa + 3,0 dioptri sehingga sinar yang keluar akan sejajar.
Kekuatan lensa kacamata baca sering disesuaikan dengan kebutuhannya. Seperti
seorang ahli music yang membutuhkan jarak dekat 50 cm untuk membaca not-not
sehingga dia membutuhkan kacamata dengan kekuatan lensa yang lebih kecil.
Selain kaca mata untuk kelainan presbiopia saja, ada beberapa jenis lensa lain
yang digunakan untuk mengkoreksi berbagai kelainan refraksi yang ada
bersamaan dengan presbiopia. Ini termasuk:
a. Koreksi optik dengan lensa
single vision lense
Merupakan pilihan yang tepat bagi beberapa pasien dengan presbiopia.
Indikasi untuk perawatan ini adalah pasien dengan emmetropia, pasien
dengan ametropia tingkat rendah (yang tidak memerlukan koreksi jarak),
pasien dengan miopi yag tidak terkoreksi.
Bifokal
Untuk mengkoreksi penglihatan jauh dan dekat. Bisa yang mempunyai garis
horizontal atau yang progresif. Dalam desain yang khas, sebagian besar
wilayah lensa berisi lensa koreksi jarak jauh sedangkan koreksi penglihatan
jarak dekat terbatas pada segmen yang lebih kecil di bagian bawah lensa.
Trifokal
Untuk mengkoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh pada orang dengan
presbiopi absolut atau yang masih berkembang.
b. Koreksi dengan lensa kontak
Kontak Bifokal untuk mengkoreksi penglihatan jauh dan dekat. Bagian
bawah adalah untuk membaca. Sulit dipasang dan kurang memuaskan hasil
koreksinya
Kontak Monovision. Penggunakan lensa kontak monovision pada setiap
mata atau, bila tidak ada koreksi jarak jauh yang diperlukan, lensa hanya
digunakan pada satu mata. Untuk melihat jauh di mata dominan, dan lensa
kontak untuk melihat dekat pada mata non-dominan. Mata yang dominan
umumnya adalah mata yang digunakan untuk fokus pada kamera untuk
mengambil foto.
Etiologi
Presbiopia dapat disebabkan oleh karena :
a. Terjadi gangguan akomodasi lensa pada usia lanjut
b. Kelemahan otot-otot akomodasi
c. Lensa mata menjadi tidak kenyal, atau berkurang elastisitasnya akibat
kekakuan lensa
Patofisisologi
Pada mekanisme akomodasi yang normal terjadi peningkatan daya refraksi
mata karena adanya perubahan keseimbangan antara elastisitas matriks lensa dan
kapsul sehingga lensa menjadi cembung. Dengan meingkatnya umur maka lensa
menjadi lebih keras dan kehilangan elastisitasnya untuk menjadi cembung.
Dengan demikian kemampuan melihat berkurang.
Manifestasi Klinik
a. Kesulitan membaca tulisan dengan cetakan huruf yang halus/ kecil
b. Setelah membaca, mata menjadi merah, berair, dan sering pedih. Bisa
juga disertai kelelahan mata dan sakit kepala jika membaca terlalu
lama
c. Membaca dengan menjauhkan kertas yang dibaca karena tulisan
tampak kabur pada jarak baca yang biasa (titik dekat mata makin
menjauh)
d. Sukar mengerjakan pekerjaan dengan melihat dekat terutama malam
hari
e. Memerlukan sinar yang lebih terang untuk membaca
f. Sulit membedakan warna
D. Astigmatisma
Etiologi
a. Adanya kelaian kornea dimana permukaan luar kornea tidak teratur. Media
refrakta yang memiliki kesalahan pembiasan yang paling besar adalah
kornea, yaitu mencapai 80% sampai dengan 90% dari astigmatisma,
sedangkan media lainnya adalah lensa kristalin. Kesalahan pembiasan
pada kornea ini terjadi karena perubahan lengkung kornea dengan tanpa
pemendekan atau pemanjangan diameter anterior posterior bola mata.
Perubahan lengkung permukaan kornea ini terjadi karena kelainan
kongenital, kecelakaan, luka atau parut dikornea, peradangan kornea serta
akibat pembedahan kornea.
e. Tumor
Gambar 2.4 Bayangan Pada Mata Astigmatisma
Bentuk astigmatisme :
Astigmatisma jenis ini, titik A berada tepat pada retina, sedangkan titik
B berada di belakang retina.
c. Astigmatisma Miopikus Kompositus
e. Astigmatisma Mixtus
Patofisiologi
a. Astigmatisma Reguler
Pada astigmatisma reguler, setiap meridian membiaskan cahaya secara teratur
dan equally, akan tetapi pembiasan meridian yang satu berbeda dengan meridian
yang lain. Satu meridian membiaskan cahaya berlebihan dan yang lainnya kurang.
Dua jenis meridian ini disebut dengan meridian utama, keduanya saling tegak
lurus.
Pada kebanyakan kasus, satu meridian utama terletak secara vertikal dan
satunya lagi terletak horizontal, namun bisa terjadi oblik, namun sudutnya masih
saling tegak lurus/ 90 satu sama lain.
Meridian vetikal, dalam banyak kasus, membiaskan cahaya lebih kuat
daripada yang horizontal, hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh tekanan
palpebra ke kornea.Tipe astigmatisma ini disebut with-the-rule dan lebih sering
pada anak-anak.Sementara itu, apabila meridian horizontal membiaskan cahaya
lebih kuat, ini disebut dengan astigmatisma against-the-rule dan lebih sering pada
orang dewasa. Perbedaan refraksi antara kedua meridian utama ini
menggambarkan besarnya astigmatisma dan direpresentasikan dalam dioptri (D).
Ketika perbedaannya tidak lebih dari ½ sampai ¾ dioptri, maka disebut
dengan astigmatisma fisiologis dan biasanya tidak perlu dikoreksi, karena masih
bisa dikompensasi dan tidak menimbulkan keluhan subjektif pada seseorang.
Namun jika lebih dari ¾ D, ia dapat mengganggu penglihatan dan menimbulkan
gejala subjektif. Akan tetapi, astigmatisma tipe reguler ini jarang yang melebihi 6-
7 D.
Berdasarkan teori fisika, berbeda dengan lensa sferis, permukaan lensa silindris
tidak memiliki kelengkungan dan kekuatan refraksi yang sama di semua meridian.
Kelengkungan lensa silindris berbeda-beda dari yang kecil hingga yang besar,
dengan nilai yang ekstrim berada di meridian 90.Oleh sebab itu, kekuatan
refraksinya berbeda-beda dari satu meridian ke meridian lainnya, dan permukaan
lensa silindris tidak memiliki satu titik fokus, namun ada dua garis fokus yang
terbentuk. Bentuk umum dari permukaan astigmatisma adalah sferosilinder, atau
torus, yang mirip dengan bentuk bola football Amerika, dengan kata lain dapat
dikatakan sebagai gabungan lensa sferis dan lensa silindris. Bentuk geometris
yang rumit dari seberkas cahaya yang berasal dari satu sumber titik dan dibiaskan
oleh lensa sferosilinder ini disebut dengan istilah conoid of Sturm.
Conoid of Sturm memiliki dua garis fokus yang sejajar satu sama lain pada
meridian-meridian utama pada lensa sferosilinder. Semua berkas cahaya akan
melewati setiap garis-garis fokus ini. Perpotongan melintang conoid of Sturm
pada titik-titik yang berbeda sejauh panjangnya, sebagian besar berbentuk elips,
termasuk bagian luar dari dua garis fokus ini.Pada setiap dioptriknya, dua garis
fokus ini memiliki potongan sirkuler. Potongan sirkuler dari berkas sinar ini
disebut circle of least confusion, dan merepresentasikan fokus terbaik dari lensa
sferosilinder, yakni posisi dimana semua sinar akan terfokus jika lensa memiliki
kekuatan sferis yang sama dengan kekuatan sferis rata-rata pada semua meridian
lensa sferosilinder. Rata-rata kekuatan sferis lensa sferosilinder merepresentasikan
ekuivalen sferis dari lensa, dan dapat dihitung dengan rumus:16
Ekuivalen sferis = sferis + silinder / 2
b. Astigmatisma Irreguler
Astigmatisma ireguler muncul ketika pembiasan cahaya tidak teratur dan
unequal pada meridian-meridian yang sama pada mata. Biasanya merupakan
konsekuensi dari perubahan patologis terutama pada kornea (makula sentral
kornea, ulkus, pannus, keratokonus, dan lain-lain) atau lensa (katarak, opasifikasi
kapsul posterior, subluksasi lensa, dan lain-lain).
Ketajaman visus pada mata dengan astigmatisma ireguler mengalami
penurunan dan kadang-kadang muncul diplopia monokuler atau poliopia.Semua
mata memiliki setidaknya sejumlah kecil astigmatisma ireguler, tapi terminologi
astigmatisma ireguler dalam hal ini digunakan secara klinis hanya untuk
iregularitas yang lebih kuat.
Astigmatisma ireguler merupakan astigmatisma yang tidak memiliki 2 meridian
yang saling tegak lurus. Astigmatisma ireguler dapat terjadi akibat kelengkungan
kornea pada meridian yang sama berbeda sehingga bayangan menjadi ireguler.
Astigmatisma ireguler terjadi akibat infeksi kornea, trauma dan distrofi atau akibat
kelainan pembiasan pada meridian lensa yang berbeda
Manifestasi Klinis
Pada umunya, seseorang yang menderita astigmatismus tinggi menyebabkan
gejalagejala sebagai berikut :
a) Memiringkan kepala atau disebut dengan “titling his head”, pada umunya
keluhan ini sering terjadi pada penderita astigmatismus oblique yang
tinggi.
b) Memutarkan kepala agar dapat melihat benda dengan jelas.
c) Menyipitkan mata seperti halnya penderita myopia, hal ini dilakukan
untuk mendapatkan efek pinhole atau stenopaic slite. Penderita
astigmatismus juga menyipitkan mata pada saat bekerja dekat seperti
membaca.
d) Pada saat membaca, penderita astigmatismus ini memegang bacaan
mendekati mata, seperti pada penderita myopia. Hal ini dilakukan
untuk memperbesar bayangan, meskipun bayangan di retina tampak
buram, sedang pada penderita astigmatismus rendah, biasa ditandai dengan
gejala – gejala sebagai berikut :
- Sakit kepala pada bagian frontal.
- Ada pengaburan sementara / sesaat pada penglihatan dekat, biasanya
penderita akan mengurangi pengaburan itu dengan menutup atau
mengucek- ucek mata.
Diagnosis
1. Pemeriksaan pin hole
Uji lubang kecil ini dilakukan untuk mengetahui apakah berkurangnya
tajam penglihatan diakibatkan oleh kelainan refraksi atau kelainan pada media
penglihatan, atau kelainan retina lainnya. Bila ketajaman penglihatan bertambah
setelah dilakukan pin hole berarti pada pasien tersebut terdapat kelainan refraksi
yang belum dikoreksi baik. Bila ketajaman penglihatan berkurang berarti pada
pasien terdapat kekeruhan media penglihatan atau pun retina yang menggangu
penglihatan
2. Uji refraksi
Subjektif: Optotipe dari Snellen & Trial lens
Bila setelah pemeriksaan tersebut diatas tetap tidak tercapai tajam
penglihatanmaksimal mungkin pasien mempunyai kelainan refraksi
astigmat.Pada keadaan ini lakukan uji pengaburan (fogging technique).
Objektif
- Autorefraktometer
Yaitu menentukan myopia atau besarnya kelainan refraksi dengan
menggunakankomputer. Penderita duduk di depan autorefractor, cahaya
dihasilkan oleh alat dan respon mata terhadap cahaya diukur. Alat ini
mengukur berapa besar kelainan refraksi yang harus dikoreksi dan
pengukurannya hanya memerlukan waktu beberapa detik.
- Keratometri
Adalah pemeriksaan mata yang bertujuan untuk mengukur radius
kelengkungan kornea. Keratometer dipakai klinis secara luas dan sangat
berharga namun mempunyai keterbatasan.
3. Uji pengaburan
Setelah pasien dikoreksi untuk myopia yang ada, maka tajam
penglihatannya dikaburkan dengan lensa positif, sehingga tajam penglihatan
berkurang 2 baris pada kartu Snellen, misalnya dengan menambah lensa
spheris positif 3. Pasien diminta melihat kisikisi juring astigmat, dan
ditanyakan garis mana yang paling jelas terlihat.Bila garis juring pada 90°
yang jelas, maka tegak lurus padanya ditentukan sumbu lensa silinder, atau
lensa silinder ditempatkan dengansumbu 180°. Perlahan-lahan kekuatan lensa
silinder negatif ini dinaikkan sampai garis juring kisi - kisi astigmat vertikal
sama tegasnya atau kaburnya dengan juring horizontal atau semua juring
sama jelasnya bila dilihat dengan lensa silinder ditentukan yang ditambahkan.
Kemudian pasien diminta melihat kartu Snellen dan perlahan- lahan ditaruh
lensa negatif sampai pasien melihat jelas.
4. Keratoskop
Keratoskopatau Placido disk digunakan untuk pemeriksaan astigmatisme.
Pemeriksa memerhatikan imej “ring” pada kornea pasien. Pada astigmatisme
regular, “ring” tersebut berbentuk oval. Pada astigmatisme irregular, imej
tersebut tidak terbentuk sempurna.
5. Retinoskopi
Melihat refleks merah pada mata ketika retinoskop digerakan secara vertikal
dan horizontal.
Penatalaksanaan
1. Kacamata Silinder
Pada astigmatism againts the rule, koreksi dengan silender negatif dilakukan
dengan sumbu tegak lurus (90o +/- 20o) atau dengan selinder positif dengan
sumbu horizontal (180o +/- 20o). Sedangkan pada astigmatism with the rule
diperlukan koreksi silinder negatif dengan sumbu horizontal (180o +/- 20o)
atau bila dikoreksi dengan silinder positif sumbu vertikal (90o +/- 20o).
Pada koreksi astigmatisma dengan hasil keratometri digunakan hukum Jawal :
A. Berikan kacamata koreksi astigmatisma pada astigmatism with the
rule dengan selinder minus 180 derajat, dengan astigmatisma hasil
keratometri yang ditemukan ditambahkan dengan ¼ nilainya dan
dikurangi dengan 0,5 D.
B. Berikan kacamata koreksi astigmatisma pada astigmatism againts the
rule dengan selinder minus 90 derajat, dengan astigmatisma hasil
keratometri yang ditemukan ditambahkan dengan ¼ nilainya dan
ditambah dengan 0,5 D.
2. Lensa Kontak
Pada penderita astigmatisma diberikan lensa rigid, yang dapat menetralisasi
astigmatisma yang terjadi di permukaan kornea.
3. Pembedahan
Untuk mengoreksi astigmatisma yang berat, dapat digunakan pisau khusus
atau dengan laser untuk mengoreksi kornea yang irreguler atau anormal. Ada
bebrapa prosedur pembedahan yang dapat dilakukan, diantaranya :
a. Photorefractive Keratectomy (PRK), laser dipergunakan unutk
membentuk kurvatur kornea, dilakukan dengan membuang
jaringan dari lapisan dangkal dan bagian dalam kornea
b. Laser in Situ Keratomileusis (lasik),laser digunakan untuk
merubah kurvatur kornea dengan membuat flap (potongan laser) pada
kedua sisi kornea. LASIK dilakukan dengan memotong bagian dari
permukaan kornea luar melipatnya kembali untuk mengekspos
jaringan dalam. Maka laser digunakan untuk membuang sejumlah
jaringan yang dibutuhkan dan flap jaringan luar ditempatkan kembali
pada posisinya posisi untuk proses penyembuhan.
c. Radial keratotomy, insisi kecil dibuat secara dalam dikornea.
2.4. Cara Pemeriksaan Kelainan Refraksi
Subjektif: Letakkan pinhole di depan mata yang sedang diuji kemudian diminta
membaca huruf terakhir yang masih dapat dibaca sebelumnya, bila tidak terjadi
perbaikan penglihatan maka mata tidak dapat dikoreksi lebih lanjut karena media
penglihatan keruh atau terdapat kelainan pada retina atau saraf optik, bila terjadi
perbaikan penglihatan maka ini berarti terdapat astigmatisme atau silinder pada
mata tersebut yang belum dapat koreksi mata.
2.5. Tatalaksana
Berbagai cara dan alat untuk memperbaiki tajam penglihatan untuk membiaskan
sinar sehingga sehingga terfokus pada bintik kuning yaitu:
a. Kaca Mata
Kaca mata merupakan alat koreksi yang paling banyak dipergunakan kerena
mudah merawatnya dan murah. Kerja kaca mata pada mata adalah minus kuat di
perlukan pada mata miopia tinggi akan memberikan kesan pada lensa benda yang
dilihat menjadi lebih kecil dari ukuran yang sesungguhnya. Sebaliknya memakai
lensa konveks atau plus pada mata hipermetropia akan memberikan kesan lebih
besar. Penderita astigmatisme akan mendapatkan perasaan tidak enak bila
memakai kaca mata.
Keluhan memakai kaca mata yaitu kaca mata tidak selalu bersih, mengurangi
kecerahan warna yang dilihat, mengganggu gaya hidup, mudah turun dari pangkal
hidung, dan sakit pada telinga. Keuntungan dan kerugian kaca mata kaca
dibanding plastik yakni kaca mata kaca mudah berembun dibandingkan kaca mata
plastik, kaca mata kaca lebih mudah pecah dibandingkan dengan kaca mata
plastik, kaca mata kaca lebih berat dibandingkan kaca mata plastik, dan kaca mata
kaca lebih tipis dibandingkan kaca mata plastik.
Lensa kontak merupakan lensa tipis yang diletakkan didataran depan koernea
untuk memperbaiki kelainan refraksi dan pengobatan. Keuntungan pakai lensa
kontak yaitu pembesaran yang terjadi tidak banyak berbeda dengan bayangan
normal, lapang pandang menjadi lebih luas, tidak membatasi kegiatandan lain-
lain, keluhan memakai lensa kontak yaitu sukar dibersihkan, sukar merawat, mata
dapat merah dan infeksi, sukar dipakai di lapangan berdebu, dan terbatasnya
waktu pemakaiannya, serta kerugian memakai lensa kontak adalah harus bersih,
tidak dapat dipergunakan pada silinder berat, alergi, mudah hilang,dan tidak dapat
dipakai di daerah berdebu.
c. Bedah refraksi.
Kelainan refraksi merupakan salah satu kelainan mata yang paling sering
terjadi. Saat ini kelainan refraksi masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat di dunia. Kelainan refraksi terdiri dari 4 jenis yaitu miopia,
hipermetropia, presbiopia dan astigmatisma. Masing-masing dari jenis kelainan
tersebut dapat dikoreksi menggunakan kacamata dengan lensa yang berbeda-beda.
Secara patofisiologi kelainan refraksi adalah adalah keadaan bayangan
tegas tidak dibentuk pada retina, dimana terjadi ketidakseimbangan sistem
penglihatan pada mata sehingga menghasilkan bayangan yang kabur. Sinar tidak
dibiaskan tepat pada retina, tetapi dapat di depan atau di belakang retina dan/
atau tidak terletak pada satu titik fokus. Kelainan refraksi dapat diakibatkan
terjadinya kelainan kelengkungan kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan
kelainan panjang sumbu bola mata. Prognosis pada pasien dengan kelainan
refraksi tergantung kepada sebera parah kelaian refraksi yang dialami pasien
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata Jakarta: Balai penerbit FK UI; 2015.
Resnikof S. Global Data on Visual Impairment in the Year. Bulletin of The world
Health Organization; 82(11).