Anda di halaman 1dari 8

INFEKSI PARASIT PADA PERMUKAAN TUBUH IKAN NILEM (Osteochilus

hasellti) YANG DIPERDAGANGKAN DI PPI PURBALINGGA

INFESTATION OF PARASITES ON BODY SURFACE OF NILEM


(Osteochilus hasellti) TRADED IN PPI PURBALINGGA

Taufik Budhi Pramono* dan Hamdan Syakuri*

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan infeksi jenis parasit pada permukaan tubuh
ikan nilem yang diperdagangkan di Purbalingga. Ikan yang diperiksa berjumlah 135 ekor yang
diambil secara acak pada 6 kali waktu pengambilan dari Pusat Penjualan Ikan (PPI) Kembaran
Purbalingga. Pengamatan ektoparasit dilakukan dengan mengambil preparat basah dari seluruh
permukaan tubuh dan sirip, dan diamati di bawah mikroskop. Jumlah ikan nilem yang terinfeksi
selama penelitian cukup tinggi yaitu 84,44% dari semua ikan yang diamati. Ektoparasit yang
ditemukan dan prevalensinya masing-masing adalah Trichodina sp (47,41%), Ichthyopthirius multifilis
(25,19%), Chilodonella sp (9,63%), Gyrodactylus sp (7,41%), Epistylis sp (7,41%), Myxobolus
(2,96%), dan kista tak teridentifikasi (1,48 %).

Kata kunci : Osteochilus hasselti, ektoparasit, diperdagangkan, infeksi

ABSTRACT
The objective of this research was to determine infestation of ectoparasites on body surface of
Osteochilus hasellti in Purbalingga. A total of 135 fish were examined and these fish were randomly
obtained in six sampling times from fish stores (PPI) in Kembaran, Purbalingga. Ectoparasites
examination was conducted by examining wet mount from skin and fins under microscop. Total of
infected fish was 84,44% of fish samples. There were six different specieses of ectoparasites,
Trichodina sp (47,41%), Ichthyopthirius multifilis (25,19%), Chilodonella sp (9,63%), Gyrodactylus sp
(7,41%), Epistylis sp (7,41%), and Myxobolus (2,96%). In addition we also found unidentified cyst
with 1,48% of prevalence.

Key words : Osteochilus hasselti, ectoparasites, traded, infestation

PENDAHULUAN

Ikan Nilem (Osteochilus hasellti) adalah salah satu jenis ikan air tawar yang
sangat disukai oleh masyarakat Purbalingga, karena memiliki nilai ekonomis dan
bercita rasa lezat dan sering digunakan untuk acara adat. Oleh karena itu pemasaran
ikan tersebut di kabupaten Purbalingga relatif baik dengan intensitas perdagangan
yang cukup tinggi. Perdagangan ikan tersebut tidak hanya melibatkan pedagang dari
*
Staf pengajar Program Studi Budidaya Perairan Jurusan Perikanan dan Kelautan Universitas Jenderal
Soedirman Purwokerto
Kabupaten Purbalingga, namun juga pedagang dari kabupaten lain seperti
Banjarnegara dan Banyumas. Kondisi ini di satu sisi tentu saja sangat
menguntungkan para pembudidaya maupun pedagang ikan, namun di sisi lain dapat
meningkatkan penyebaran suatu penyakit.
Salah satu jenis penyakit ikan adalah penyakit yang diakibatkan oleh infeksi
ektoparasit. Kerugian akibat infeksi ektoparasit memang tidak sebesar kerugian
akibat infeksi organisme pathogen yang lain, seperti virus dan bakteri. Namun infeksi
ektoparasit dapat menjadi salah satu faktor predisposisi bagi infeksi organisme
pathogen yang lebih berbahaya tersebut. Kerugian non lethal yang lain dapat berupa
kerusakan organ luar (Handayani et. al., 2004), pertumbuhan yang lambat,
penurunan nilai jual, dan peningkatan sensitivitas terhadap stressor (Scholz 1999).
Tingkat infeksi ektoparasit yang tinggi dapat mengakibatkan kematian akut, yaitu
mortalitas tanpa menunjukkan gejala terlebih dahulu (Sommerville 1998). Lebih
lanjut mortalitas yang tinggi dapat terjadi akibat infeksi ektoparasit (Stickney 1994).
Berbagai dampak negatif tersebut menjadi faktor yang mendorong dikembangkannya
upaya pengendalian infeksi ektoparasit.
Upaya pengendalian yang dapat dilakukan salah satunya adalah mencegah
penyebaran ektoparasit dari suatu tempat ke tempat yang lain. Upaya ini termasuk
dalam konsep yang dikenal dengan istilah biosecurity, yaitu serangkaian usaha untuk
mencegah atau mengurangi peluang masuknya suatu penyakit ke dalam suatu sistem
budidaya (Lotz 1997 dalam Prayitno dan Sunarto 2004). Aplikasi dari konsep ini
terdiri atas dua aspek, yaitu isolasi dan desinfeksi (Prayitno dan Sunarto 2004).
Kegiatan isolasi yang dilanjutkan dengan proses identifikasi akan memberikan
informasi penting tentang karakteristik pathogen yang diperlukan dalam menentukan
metode desinfeksi yang tepat.
Deteksi ektoparasit pada simpul distribusi ikan, seperti pasar ikan, merupakan
kegiatan yang perlu dilakukan. Informasi yang diperoleh dari kegiatan ini sangat
berguna, baik bagi instansi pemerintah, pembudidaya maupun pedagang dalam
mengendalikan organisme pathogen ini. Oleh karena itu dalam penelitian ini
dilakukan deteksi ektoparasit pada permukaan tubuh Nilem (O. Hasselti) yang
dipasarkan di Purbalingga. Selanjutnya, berdasarkan informasi ini instansi pemerintah

2
dapat membatasi penyebaran ektoparasit, sedangkan pedagang dan pembudidaya
dapat melakukan upaya desinfeksi yang tepat.

BAHAN DAN METODE


Penelitian ini dilakukan dari bulan Juni sampai dengan Agustus 2003. Ikan
sampel diambil secara acak dari pedagang ikan yang juga dipilih secara acak di Pusat
Penjualan Ikan (PPI) di kota Purbalingga. Ikan sampel kemudian ditransportasikan
dalam keadaan hidup, kemudian di taruh dalam wadah yang diaerasi dan diperiksa di
Laboratorium Program Sarjana Perikanan dan Kelautan Unsoed. Jumlah sampel yang
diamati adalah 135 ekor dengan rincian seperti tercantum dalam Tabel 1.

Tabel 1. Waktu, jumlah serta panjang dan berat Nilem (O. hasselti) yang diamati
Panjang (cm) Berat (g)
Waktu Jumlah
Rerata Kisaran Rerata Kisaran
14/06/03 21 7,94  0,44 7,40 – 9,00 5,30  0,73 4,00 - 6,80
21/06/03 28 8,23  4,13 1,80 - 15,00 11,90  12,47 1,90 - 46,50
28/06/03 21 12,98  1,67 10,00 - 15,50 20,99  9,39 6,50 - 35,00
05/07/03 28 10,59  2,66 6,00 - 14,00 15,25  8,85 2,00 - 28,70
26/07/03 20 9,23  1,53 6,50 - 11,50 8,23  4,17 3,50 - 15,00
13/08/03 17 5,67  1,09 4,00 – 8,00 8,60  1,25 7,20 - 11,00

Pemeriksaan ektoparasit dilakukan dengan mengambil preparat basah dari


seluruh permukaan tubuh dan sirip, lalu diperiksa di bawah mikroskop. Identifikasi
ektoparasit diperiksa berdasarkan Lucky (1977), Kabata (1985) dan Cruz-Lacierda
(2001). Tingkat infeksi (prevalensi) dihitung dengan cara seperti dalam Cameron
(2002). Secara singkat Prevalensi = (Jumlah ikan yang terinfeksi suatu jenis
parasit/Jumlah ikan yang diamati) x 100%. Data yang diperoleh kemudian
ditabulasikan dan diuraikan secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Parasit yang ditemukan selama pengamatan umumnya termasuk parasit yang


sering dijumpai pada ikan air tawar tropis. Sampel Nilem (O. Hasselti) yang diambil
ditemukan telah terinfeksi oleh beberapa jenis ektoparasit yang terdiri atas 5 protozoa
dan 1 plathelminthes, dan 1 kista yang tidak teridentifikasi. Lima protozoa tersebut

3
adalah Trichodina sp., Epistylis sp., Chilodonella sp., Ichtyophthirius multifiliis
(Phylum Ciliophora), dan Myxobolus sp. (Phylum Myxozoa). Satu organisme dari
Phylum Plathelminthes yang ditemukan adalah Gyrodactylus sp. Prevalensi dari
beberapa jenis ektoparasit tersebut dapat diamati pada Tabel 2.

Tabel 2. Spesies Parasit yang Menginfeksi Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) dan
Prevalensi (%) Masing-masing Parasit.
No Spesies Parasit Prevalensi (%)
1 Trichodina sp 47,41
2 Ichtyopthirius multifilis 25,19
3 Chilodonella sp 9,63
4 Gyrodactylus sp 7,41
5 Epistylis sp 7,41
6 Myxobolus sp 2,96
7 Kista tak teridentifikasi 1,48

Trichodina sp merupakan ektoparasit yang paling sering menginfeksi, dengan


tingkat infeksi sebesar 47,41%. Parasit ini dikenal telah menginfeksi berbagai jenis
inang (ikan) dengan cakupan distribusi yang cukup luas secara geografis (Arthur and
Lom, 1984). Infeksi Trichodina sp dalam jumlah yang sedikit tidak akan
mengakibatkan kerugian pada budidaya ikan. Namun, jika ikan mengalami stres atau
kualitas air menurun, maka parasit ini dapat berkembang biak dengan cepat, ikan
tampak pucat, nafsu makan menurun dan sensitif terhadap infeksi bakteri, sehingga
dapat mengakibatkan kerugian besar (Klinger dan Floyd, 1998). Serangan
Trichodina sp dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan hiperplasia pada sisik dan
kerusakan struktur insang (McArdle, 1984), yang pada akhirnya akan menyebabkan
ikan mati. Trichodina sp termasuk dalam familia Trichodinidae, sub ordo Mobilina
dan ordo Peritrichida, kelas Sarcomastigophora.
Organisme parasit lain yang ditemukan dalam penelitian ini dan masih
termasuk sub ordo Mobilina adalah Ichthyophthirius multifilis. I. Multifilis lebih
dikenal dengan nama penyakit white spot. Ektoparasit ini ditemukan pada permukaan
tubuh dengan tingkat infeksi sebesar 25,19%. Syakuri dkk. (2003) juga mendapatkan
ektoparasit ini pada permukaan tubuh benih ikan gurami di Kabupaten Banyumas
dengan tingkat infeksi sebesar 12,16%. Begitu pula Desrina dkk. (2000), yang

4
melaporkan adanya infeksi parasit yang sama pada ikan mas koki yang dipasarkan di
Pekan Baru dengan tingkat infeksi 13%.
Infeksi yang tinggi akibat I. multifilis biasanya ditandai adanya bintik-bintik
putih pada seluruh permukaan tubuh. Infeksi ektoparasit ini merupakan salah satu
ancaman serius pada budidaya ikan air tawar baik di daerah tropik, sub tropik,
maupun daerah beriklim sedang (temperate zone) (Scholz, 1999) dan pada fase
tertentu bersifat obligat (Klinger dan Floyd 1998). Ichthyophthirius multifilis
berpotensi menginfeksi inang (ikan) lain (Nickell dan Ewing 1989).
Ektoparasit lain yang relatif banyak menginfeksi permukaan tubuh ikan nilem
adalah Chilodonella sp. (9,63%). Chilodonella sp. merupakan protozoa bercilia yang
menyebabkan sekresi mukus yang berlebihan. Ikan yang terinfeksi ditandai adanya
iritasi pada kulit (Klinger dan Floyd, 1998). Pada kondisi yang ekstrem biasanya
ditemukan dalam bentuk kista (Kabata, 1985)
Di antara kelas Monogenean, pada penelitian ini hanya Gyrodactylus sp
(7,41%) yang ditemukan menginfeksi permukaan tubuh. Syakuri dkk. (2003),
mendapatkan parasit ini dengan tingkat infeksi yang lebih kecil (0,56%) pada
permukaan tubuh benih ikan gurami. Menurut Kabata (1985), Monogenean adalah
ektoparasit besar dengan ukuran yang paling kecil kurang dari 1 mm, namun secara
umum berkisar 1-5 mm. Struktur yang paling umum pada Monogenean adalah kait
tengah yang besar berjumlah sepasang atau lebih dan berfungsi sebagai alat untuk
menempel pada subtrat. Parasit ini bereproduksi secara vivipar dan dapat berpindah
dari satu inang ke inang yang lain dengan mekanisme kemosensor (Whittington dkk.
2000).
Myxobolus sp ditemukan dengan tingkat infeksi sebesar 2,96%. Spesies dari
Myxobolus yang cukup berbahaya adalah yang menginfeksi otak (Myxobolus
cerebralis). Kabata (1985) menyatakan bahwa spesies ini menginfeksi dan
memproduksi kista pada insang dan permukaan ikan karper di Pulau Jawa.
Organisme parasit lain yang ditemukan adalah Epistylis sp dengan tingkat
infeksi sebesar 7,41%. Desrina dkk. (2000), juga mendapatkan parasit ini pada ikan
mas koki dengan tingkat infeksi sebesar 6%. Selanjutnya tingkat infeksi Epistylis
pada benih gurami yang diperoleh Syakuri dkk. (2003) sebesar 35,91%.

5
Ektoparasit Epistylis sp merupakan organisme yang termasuk Peritrichida, sub ordo
Sessilina serta famili Epistylidae (Kabata, 1985). Parasit ini dapat membentuk
koloni yang besar dan mengakibatkan luka. Luka tersebut akan menjadi pintu masuk
infeksi sekunder seperti bakteri serta dapat menghisap enzim proteolitik (Klinger dan
Floyd, 1998). Di samping itu 1,48% sampel ikan juga mengandung kista yang tidak
teridentifikasi.
Tabel 3 dan 4 menunjukkan jumlah ikan yang terinfeksi ektoparasit dan
tingkat prevalensi masing-masing jenis ektoparasit pada setiap waktu pengambilan
sampel. Ektoparasit di permukaan tubuh tidak ditemukan pada sampel ikan yang
diambil pada tanggal 14 Juni 2003. Selanjutnya pada waktu pengambilan sampel
yang lain ditemukan 4 jenis ektoparasit.

Tabel 3. Jumlah Ikan yang Terinfeksi Masing-Masing Jenis Ektoparasit pada Setiap
Waktu Pengambilan sampel
Jumlah Ikan yang Terinfeksi Ektoparasit di Permukaan Tubuh
Waktu Jumlah
Pengambilan Sampel Ikan Myxobolu
Ich. Trichodina Gyrodactylus Chilodonella Epistylis Kista
s
14/06/2003 21 - - - - - - -
21/06/2003 28 8 14 - - 2 1 -
28/06/2003 21 1 8 - - 2 4 -
05/07/2003 28 9 15 - - 9 - -
26/07/2003 20 9 18 10 - - 5 -
13/08/2003 17 7 9 - 4 - - 2
Jumlah 135 34 64 10 4 13 10 2

Tabel 4. Tingkat Prevalensi dari Masing-masing Jenis Ektoparasit pada Setiap


Waktu Pengambilan Sampel
Tingkat Prevalensi Jenis Ektoparasit di Permukaan Tubuh
Waktu Jumlah
Pengambilan Sampel Ikan Myxobolu
Ich. Trichodina Gyrodactylus Chilodonella Epistylis Kista
s
14/06/2003 21 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
21/06/2003 28 28,57 50,00 0,00 0,00 7,14 3,57 0,00
28/06/2003 21 4,76 38,10 0,00 0,00 9,52 19,05 0,00
05/07/2003 28 32,14 53,57 0,00 0,00 32,14 0,00 0,00
26/07/2003 20 45,00 90,00 50,00 0,00 0,00 25,00 0,00
13/08/2003 17 41,18 52,94 0,00 23,53 0,00 0,00 11,76
135 25,19 47,41 7,41 2,96 9,63 7,41 1,48

Jenis ektoparasit yang paling sering ditemukan adalah Ichthyophthirius


multifiliis dan Trichodina sp., yaitu pada 5 waktu pengambilan sampel. Chilodonella
sp. dan Epystylis sp. ditemukan pada 3 waktu pengambilan sampel, sedangkan

6
Gyrodactylus sp., Myxobolus sp. dan kista tidak teridentifikasi hanya ditemukan pada
satu waktu pengambilan sampel.
Ichtyophthirius multifiliis ditemukan dengan tingkat prevalensi terendah pada
sampel yang diambil pada 28 Juni 2003 (4,76%), sedangkan prevalensi tertinggi pada
sampel yang diambil pada 26 Juli 2003 (45%). Tingkat prevalensi Trichodina sp.
berkisar 38,1-90%, Chilodonella sp. berkisar 7,14-32,14%, dan Epystilis sp. berkisar
3,57-25%.

KESIMPULAN

Sampel nilem (O. hasselti) yang diperdagangkan di Purbalingga yang diamati


dalam penelitian ini ternyata terinfeksi oleh enam (6) jenis ektoparasit dan 1 kista
yang tidak teridentifikasi. Jenis ektoparasit dengan prevalensi tertinggi adalah
Trichodina sp (47,41%)., sedangkan jenis ektoparasit dengan prevalensi terendah
adalah Myxobolus sp. (2,96%).

DAFTAR PUSTAKA

Arthur, J.R., and J. Lom. 1984. Trichodinid Protozoa (Ciliophora : Petrichida) from
Freshwater Fishes of Rybinks Reservoir, USSR. Journal Protozool; 31 :
82-91.
Cameron, A. 2002. Survey Toolbox for Aquatic Animal Diseases. A Practical
Manual and Software Package. ACIAR Monograph No 94.
Cruz-Lacierda, E. R. 2001. Parasitic Diseases and Pests. In Health Management in
Aquaculture. Aquaculture Departement, Southeast Asian Fisheries
Development Center. Phillipines : 55-73.
Desrina, I., Lukistyowati, dan Adelina. 2000. Parasit dan Bakteri Patogen pada Ikan
Mas Koki (Carassius auratus) yang Diperdagangkan di Kota Pekan Baru.
Jurnal Aquaculture Indonesia 1(3) : 179-187.
Handayani, E., Desrina., D. Rukmono., A.Azizah. 2004. Keragaman Ektoparasit
Pada Ikan Hias Air Laut yang Dilalulintaskan Melalui Stasiun Karantina
Ikan Ngurah Rai Bali. Makalah Prosiding Seminar Penyakit Ikan dan
Udang IV. Hal 59-64.
Kabata, Z. 1985. Parasites and Diseases of Fish Culture in The Tropics. Taylor and
Francis. London and Philadelphia. 318 p.

7
Klinger, R. E., and R. F. Flyod. 1998. Introduction to Freshwater Fish Parasites.
Cooperative Extension Service. Institute of Food and Agricultural
Sciences University of Florida. 17 p.
Lozt, 1997. Disease Control and Pathogen Status in An SPF Based Shrimp
Aquaculture Industry, with Particular Reference to The United State Dalam
F.W. Flegel and I.H MacRae (Eds) Disease in Asian Aquaculture 3. Fish
Health Section. Asian Fisheries Society. Manila. Philippines. P. 243-254
Lucky, 1977. Methods for the Diagnosis of Fish Diseases. Amerind Publishing Co.
PVT.Ltd. 140 p.
Nickell, T.A. dan M.S. Ewing. 1989. Dispersal of Ichthyophthirius multifiliis
(Ciliophora). Proc. Okla. Acad. Sci. 69 : 23-25
McArdle, J.F. 1984. Trichodina as A Cause of Mortaliities in Change Reared
Rainbow trout (Salmo gairdneri) and Salmon ( Salmon sadar). Bulletin
Europe Association. Fish Pathology 4 (1) : 3-6
Prayitno, S.B dan A. Sunarto. 2004. Pengembangan Budidaya Berbasis Biosecurity.
Makalah Prosiding Seminar Penyakit Ikan dan Udang IV. Hal 38-43.
Scholz, T. 1999. Parasites in Cultured and Feral Fish. Veterinary Parasitology 84 :
317-335.
Sommervile. C. 1998. Parasites of Farmed Fish. Dalam Biology of Farmed Fish ed.
K.D. Black dan A.D. Pickering. Sheffield Academic Press : 146-179
Stickney, R.R. 1994. Principles of Aquaculture. John Wiley and Sons. 502 p.
Syakuri, H., P. Hary Tjahja., dan A. Ekasanti. 2003. Ektoparasit pada Benih Gurami
(Osphronemus gouramy) Di Kabupaten Banyumas : Jenis, Tingkat Infeksi
dan Gejala. Laporan Penelitian. Tidak Dipublikasikan.
Whittington, IA., BW. Cribbb, TE. Hamwooda, dan JA. Hallidayd. 2000. Host-
Specicity of Monogenean (platyhelminth) Parasites: a role for anterior
adhesive areas?. Inter. Journ. For Parasitology 30 : 305-320

Anda mungkin juga menyukai