Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Latar belakang dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah manajemen patient safety. Patient safety atau keamanan dan keselamatan
pasien merupakan hal yang mendasar yang perlu diperhatikan oleh semua petugas
kesehatan saat memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Keselamatan pasien
adalah suatu sistem dimana rumah sakit memberikan asuhan kepada pasien secara
aman serta mencegah terjadinya cidera yang lebih parah akibat kesalahan karena
melaksanakan suatu tindakan atau tidak melaksanakan suatu tindakan yang
seharusnya diambil. Oleh karena itu diperlukan Alat Pelindung Diri (APD) untuk
mengurangi resiko kecelakaan dalam pekerjaan terutama industri kesehatan. APD
tidak mencegah insiden bahaya, hanya mengurangi akibat dari kecelakaan itu sendiri.
Karena itu, alat pelindung harus digunakan dalam kegiatan yang beresiko terjadi
kecelakaan berdasarkan faktor yang mempengaruhinya. APD dipakai sebagai upaya
dalam usaha melindungi tenaga kerja dan pasien apabila tindakan tidak dapat
dilakukan dengan baik.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui pengertian Alat Pelindung Diri
2. Mengetahui hukum yang mendasari APD
3. Mengetahui fungsi dan jenis APD
4. Mengetahui persyaratan APD
5. Dapat mengetahui aplikasi, jenis dan kegunaan APD
6. Menentukan jenis APD yang sesuai
7. Dapat memahami kelebihan dan kekurangan penggunaan APD
8. Dapat mengetahui pengurangan kontaminasi dengan APD

1
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Alat Pelindung Diri


Alat Pelindung Diri adalah alat-alat yang mampu memberikan perlindungan
terhadap bahaya-bahaya kecelakaan (Suma’mur, 1991). Atau bisa juga disebut
alat kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja
untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di sekelilingnya.
Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration, pesonal
protective equipment atau alat pelindung diri (APD) didefinisikan sebagai alat
yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang
diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik
yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.
Menurut Suma’mur (1992), alat pelindung diri adalah suatu alat yang dipakai
untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja. Jadi
alat pelindung diri merupakan salah satu cara untuk mencegah kecelekaan dan
secara teknis APD tidaklah sempurna dapat melindungi tubuh akan tetapi
mengurangi tingkat keparahan dari kecelekaan yang terjadi.
APD (Alat Pelindung Diri) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja
sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan
orang di sekelilingnya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui
Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia.
Alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang digunakan oleh pekerja untuk
melindunngi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi
bahaya/kecelakaan kerja. Alat pelindung diri dipakai sebagai upaya terakhir dalam
usaha melindungi pekerja apabila engineering dan administrative tidak dapat
dilakukan dengan baik. Namun pemakaian APD bukanlah pengganti dari usaha
tersebut, tetapi sebagai usaha akhir. Alat pelindung diri haruslah enak dipakai,
tidak mengganggu kerja dan memberikan perlindungan yang efektif terhadap
bahaya. (Ikwan, 2008)

2
Semua jenis APD harus digunakan sebagaimana mestinya, gunakan pedoman
yang benar-benar sesuai dengan standar keselamatan kerja (K3L 'Kesehatan,
Keselamatan Kerja dan Lingkungan').

2.2 Hukum yang mendasari adalah :


a. Undang-undang No.1 tahun 1970.
1. Pasal 3 ayat (1) butir f: Dengan peraturan perundangan ditetapkan
syarat- syarat untuk memberikan APD
2. Pasal 9 ayat (1) butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan
menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang APD.
3. Pasal 12 butir b: Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan
atau hak tenaga kerja untuk memakai APD.
4. Pasal 14 butir c: Pengurus diwajibkan menyediakan APD secara cuma-
Cuma
b. Permenakertrans No.Per.01/MEN/1981
Pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban pengurus menyediakan alat pelindung diri
dan wajib bagi tenaga kerja untuk menggunakannya untuk pencegahan penyakit akibat
kerja.
c. Permenakertrans No.Per.03/MEN/1982
Pasal 2 butir I menyebutkan memberikan nasehat mengenai perencanaan dan
pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelndung diri yang diperlukan dan gizi
serta penyelenggaraan makanan ditempat kerja.
d. Permenakertrans No.Per.03/Men/1986
Pasal 2 ayat (2) menyebutkan tenaga kerja yang mengelola Pestisida harus
memakai alat-alat pelindung diri yg berupa pakaian kerja, sepatu lars tinggi,
sarung tangan, kacamata pelindung atau pelindung muka dan pelindung
pernafasan.
2.3 Fungsi Alat Pelindung Diri
Membuat perlindungan tenaga kesehatan dari bahaya akibat erja, terwujudnya
perasaan aman dana terlindung bagi tenaga kerja beberapa tingkatkan motivasi
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan keselamatan kerja.
(rsj.babelprov.go.id)

3
2.4 Prasyarat APD
Prasyarat yang perlu dipenuhi dalam pemakaian APD perlindungan prima
(menutupi bagian badan tertentu), fleksibel, dapat dipakai atau digunakan pria dan
wanita, tak menyebabkan bahaya sambilan, tidak gampang rusak atau bisa ditukar,
sesuai standars dan tak membatasi gerak petugas, menarik dan nyaman dipakai.
(rsj.babelprov.go.id)
2.5 Aplikasi, Jenis dan Kegunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri meliputi sarung tangan, masker/respirator, pelindng mata
(perisai muka, kacamata), kap, gaun, apron, da barang lainya (Tarwaka, 2008).
a. Sarung tangan ( sarung tangan bedah, sarung tangan pemeriksaan, sarung
tangan rumah tangga).Melindungi tangan dari bahan infeksius dan
mellindungi pasien dari mikroorganisme pada tangan petugas. Alat ini
merupakan pembatas fisik terpenting untuk mencegah penyebaran infeksi dan
harus selalu diganti untuk mecegah infeksi silang.
Menurut Tiedjen ada tiga jenis sarung tangan yaitu:
1. Sarung tangan bedah, dipakai sewaktu melakukan tindakan infasif atau
pembedahan.

Gambar 1.1: Sarung Tangan Bedah (sumber: alatkesehatan.id)


2. Sarung tangan pemeriksaan, dipakai untuk melindungi petugas kesehatan
sewaktu malakukan pemeriksaan atau pekerjaan rutin.

Gambar 1.2: Sarung Tangan Pemeriksaan (sumber: alatkesehatan.id)

4
3. Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu membersihkan peralatan,
menangani bahan-bahan terkontaminasi, dan sewaktu membersihkan
permukaan yang terkontaminasi.

Gambar 1.3: Sarung Tangan Rumah Tangga (sumber: priceza.co.id)


b. Masker
Masker harus cukup besar untuk menutup hidung, muka bagian bawah, rahang
dan semua rambut muka. Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar
sewaktu petugas kesehatan atau petugas bedah bicara, batuk, atau bersin dan
juga untuk mencegah cipratan darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi
masuk kedalam hidung atau mulut petugas kesehatan. Masker jika tidak
terbuat dari bahan tahan cairan, bagaimanapun juga tidak efektif dalam
mencegah dengan baik.

Gambar 2: Masker (sumber: dinkes.inhukab.go.id)


c. Respirator
Masker jenis khusus, disebut respirator partikel, yang dianjurkan dalam situasi
memfilter udara yang tertarik nafas dianggap sangat penting (umpamanya,
dalam perawatan orang dengan tuberculosis paru).

5
Gambar 3: Respirator N95 (sumber: dinkes.inhukab.go.id)

d. Pelindung mata
Melindungi perawat ketika terjadi cipratan darah atau cairan tubuh lainya yang
terkontaminasi dengan melindungi mata. Pelindung mata termasuk pelindung
plastik yan jernih. Kacamata pengaman, pelindung muka. Kacamata yang
dibuat dengan resep dokter atau kacamata dengan lensa normal juga dapat
dipakai.

Gambar 4: Pelindung Mata (sumber: lazada.co.id)


e. Tutup kepala/kap
Dipakai untuk menutup rambut dan kepala agar guguran kulit dan rambut
tidak masuk dalam luka sewaktu pembedahan. Kap harus dapat menutup
semua rambut.

Gambar 5: Tutup Kepala/Kap (sumber: slideshare.net by healcorp)

6
f. Gaun
Gaun penutup, dipakai untuk menutupi baju rumah. Gaun ini dipakai untuk
melindungi pakaian petugas pelayanan kesehatan.Gaun bedah, petama kali
digunakan untuk melindungi pasien dari mikroorganisme yang terdapat di
abdomen dan lengan dari staf perawatan kesehatan sewaktu pembedahan.

Gambar 6: Gaun (sumber: slideshare.net by healcorp)


g. Apron
Terbuat dari bahan karet atau plastik sebagai suatu pembatas tahan air di
bagian depan dari petugas kesehatan.

Gambar 7: Apron (sumber: slideshare.net by healcorp)

h. Alas kaki
Dipakai untuk melindungi kaki dari perlukaan oleh benda tajam atau berat
atau dari cairan yang kebetulan jatuh atau menetes pada kaki.

Gambar 6: Alas Kaki (sumber: slideshare.net by healcorp)

7
2.6 Penentuan Jenis Alat Pelindung Diri yang sesuai dengan saat bertindak :
1. Kemungkinan terendah
 Kontak dengan kulit
 Tidak terkena darah secara langsung
Contoh : Infeksi oksigenisasi, perawatan luka enteng, memberi obat
dengan cara anal, tetes mata (APD yang digunakan sarung tangann tak
esensial)
2. Kemungkinan sedang
 Peluang terkena darah tetapi tak ada ciptaan
Contoh : Kontrol felvis, insersi IUD , Pemasangan kateter IV, transfuse
darah, perlakuan specimen laboratorium, perawwatan luka berat,
ceceran darah. (APD sarung tangan, celemek, gaun pelingung)
3. Kemungkinan tinggi
 Peluang terpajan dan terciprat
 Perdarahan massif
Contoh : Aksi bedah mayor, bedah mulut, persalinan vagina. (APD
Sarung tangan, celemek, kacamata pelindung, masker)
2.7 Kelebihan dan Kekurangan ABD
Kelebihan :
1. Mengurangi resiko akibat kecelakan kerja yang terjadi baik sengaja
maupun tidak sengaja
2. Melindungi seluruh/sebagian tubuhnya pada kecelakaan
3. Sebagai usaha terakhir apabila sistem pengendalian teknik dan
administrasi tidak berfungsi dengan baik.
4. Memberikan perlindungan bagi tenaga kerja di tempat kerja agar
5. terlindungi dari bahaya kerja.
Kekurangan :
1. Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena memakai APD yang
kurang tepat dan perawatannya yang tidak baik
2. Fungsi dari ADP ini hanya untuk mengurangi akibat dari kondisi yang
berpotensi menimbulkan bahaya bukan untuk menyelamatkan nyawa.
3. Tidak menjamin pemakainya bebas kecelakaan karena hanya melindungi
bukan mencegah

8
4. Cara pemakaian APD yang salah karena kurangnya pengetahuan tentang
penggunaan APD yang baik dan benar,
5. APD tak memenuhi persyaratan standar karena perawatannya tidak baik dan
kualitasnya buruk.
6. APD yang sangat sensitive terhadap perubahan tertentu.
7. APD yang mempunyai masa kerja tertentu seperti kanister, filter (digunakan
untuk menahan frekuensi tertentu pada tahanan yang berubah- ubah dan lain-
lain) dan penyerap (cartridge).
8. APD dapat menularkan penyakit bila dipakai berganti-ganti.
2.8 Pengurangan Kontaminasi dengan APD
Pada penerapannya seperti pada kamar bedah, untuk mengurangi kontaminasi
penyakit, perlu adanya efektivitas penggunaan APD dengan tepat oleh perawat.
gaun bedah dan kain penutup merupakan salah satu cara dalam mencegah
terjadinya infeksi luka ketika dilakukan operasi. Jika terdapat luka basah, kain
yang bersifat spons, akan meghisap bakteri dan kulit atau peralatan yang dapat
menembus kain yang dapat mengkontaminasi luka bedah. Selain itu, pada ruang
rawat inap salah satunya, penggunaan sarung tangan pada pemeriksaan yang steril
sangat penting daam mengurangi risiko penularan, namun pada APD lainnya
(seperti masker) perlu dipakai dalam mengurangi risiko terpapar infeksi bagi
perawat.
Kontaminasi penyakit yang terjadi di lingkungan rumah sakit dapat dicegah
dengan meningkatkan keamanan dan kedisiplinan perawat dalam menggunakan
alat pelindung diri dan itu berlaku bagi semua perawat yang ada di seluruh unit
pelayanan. Tenaga perawat yang dihadapkan pada tugas dan tanggung jawab
untuk bekerja dalam lingkungan yang membahayakan bagi kesehatan dirinya
sendiri dan bahaya tersebut berupa kemungkinan terpaparnya berbagai kuman
penyakit yang ditularkan melalui darah, cairan tubuh pasien, dan lain sebagainya.
Kepatuhan dalam penggunaan APD di Rumah Sakit dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain, komunikasi, keterbatasan alat, pengawasan, kesadaran dan
sikap dari perawat itu sendiri. Namun, fakta yang sering terjadi yaitu kurangnya
kesadaran dari perawat dalam menggunakan APD yang biasanya disebabkan
karena dirinya merasa sudah ahli, sehingga sudah dalam pengawasan sekalipun,
perawat terkadang merendahkan hal yang sekecil mungkin.

9
Maka dari itu, diperlukan tindakan yang tegas dari pihak Rumah Sakit dalam
menyadarkan perawat dalam menggunakan APD. Pelaksanaan APD itu sendiri
merupakan hal wajib yang harus dilakukan perawat, guna mencegah terjadinya
kecelakaan kerja maupun mencegah pasien tertular penyakit dari satu pasien
lainnya, yang mana dapat meningkatkan masa rawat pasien tersebut. Saling
keterkaitan ini harus lebih diperhatikan lagi bagi para pembuat kebijakan,
keselamatan masyarakat yang dikedepankan, tak terlepas dari keselamatan tenaga
medis itu sendiri.
Kurangnya kesadaran ini, juga disebabkan karena kurangnya edukasi dalam
menggunakan APD di setiap tindakan. Sehingga, perlu adanya edukasi bagi
perawat dalam menggunakan APD dan perawat juga perlu mengetahui Standar
Operasional Prosedur (SOP) yang ditetapkan pihak Rumah Sakit. Hal ini
dilakukan agar perawat mengetahui pada tindakan apa saja perawat perlu
menggunakan APD sesuai dengan tindakan dan jenis APD yang digunakan.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Alat Pelindung Diri adalah alat-alat yang mampu memberikan perlindungan
terhadap bahaya-bahaya kecelakaan (Suma’mur, 1991). Atau bisa juga disebut
alat kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko
kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang di
sekelilingnya.
Jenis-jenis Alat Pelindung Diri meliputi sarung tangan, masker/respirator,
pelindng mata (perisai muka, kacamata), kap, gaun, apron, da barang lainya
(Tarwaka, 2008).

3.2 Saran
Adanya APD dapat mengurangi angka Kecelakaan atau pun penularan. Serta
dapat dicegah dengan meningkatkan keamanan dan kedisiplinan perawat
dalam menggunakan alat pelindung diri dan itu berlaku bagi semua perawat
yang ada di seluruh unit pelayanan.

11

Anda mungkin juga menyukai