Anda di halaman 1dari 24

1

Referat

Perdarahan SubArachnoid

Pembimbing :

dr. Agus Permadi, Sp.S

Penyusun :

Yenni Pramitha

61111054

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN NEUROLOGI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH EMBUNG FATIMAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM

2016
2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perdarahan Subarachnoid (PSA) merupakan gangguan mekanikal sistem

vaskuler pada intrakranial yang menyebabkan masuknya darah ke dalam Ruang

Subarachnoid1. Sekitar 80% Perdarahan Subarachnoid disebabkan oleh ruptur

aneurisma vaskular Intracranial dan 20% disebabkan oleh trauma kepala,

Malformasi Arterio Venosa (MAV) atau ruptur aneurisma mikotik. Aneurisma

terjadi apabila terdapat gangguan pada Lamina Elastis Interna atau dinding arterial

yang bisa menyebabkan ruptur. Kebanyakan pasien yang mengalami ruptur

berusia di antara 35 hingga 65 tahun. Aneurisma sering terjadi pada Bifurcatio

Arteri Serebri atau cabangnya. 85% aneurisma terletak pada Sirkulasi Anterior

dan 15% aneurisma terletak pada Sirkulasi Posterior. Aneurisma multipel di

identifikasi pada 15 hingga 20% pa

sien. Arteri Serebri terletak di dalam Ruang Subarachnoid maka apabila

terjadi ruptur dapat menyebabkan Perdarahan Subarachnoid2,3.

Ruptur aneurisma intrakranial dapat menyebabkan kematian pada sebagian

pasien dan sebagian pasien yang masih hidup akan mengalami defisit neurologik

yang disebabkan oleh komplikasi seperti perdarahan ulang, vasospasme atau

hidrosefalus. Penatalaksanaan Perdarahan Subarachnoid memerlukan teknik

intervensi bedah saraf dan perawatan Intensive Care Unit (ICU) yang baik3.

1
3

Di Amerika Insiden tahunan PSA aneurisma non-traumatik adalah 6-25

kasus per 100.000. Lebih dari 27.000 orang Amerika menderita ruptur aneurisma

intrakranial setiap tahunnya. Insiden tahunan meningkat seiring dengan usia dan

mungkin dianggap remeh karena kematian dihubungkan dengan penyebab lain

yang tidak dapat dipastikan dengan autopsi. Secara Internasional beragam insiden

PSA telah dilaporkan pada daerah lain di dunia (2-49 kasus per 100.000)4.

Insiden bagi Perdarahan Subarachnoid lebih tinggi pada pria daripada

wanita bagi usia di bawah 40 tahun tetapi pada usia lebih dari 40 tahun

perbandingan wanita : pria adalah 3:2. Di Amerika Serikat, dilaporkan terdapat 6

hingga 28 kasus per 100.000 orang per tahun. Perdarahan subarachnoid sering

terjadi pada usia lebih daripada 50 tahun dan insiden tertinggi terjadi pada usia 50

hingga 60 tahun. Penyebab kongenital bisa memicu Perdarahan Subarachnoid

misalnya pada kejadian aneurisma multipel. Insiden dapat meningkat bagi pasien

dengan penyakit sistemik herediter1.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan referat ini diantaranya adalah untuk memberikan

gambaran ringkas mengenai Gambaran CT-Scan Perdarahan Subarachnoid.

1.3 Mafaat Penulisan

Referat ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis serta

pembaca mengenai Gambaran CT-Scan Perdarahan Subarachnoid. Selain itu,

referat ini juga akan dijadikan untuk melengkapi persyaratan Kepaniteraan Klinik

di bagian Radiologi FKU Malahayati.


4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi

Meningea terdiri daripada tiga lapisan membran penghubung yang

memproteksi Otak dan Medulla Spinalis. Dura Mater adalah membran yang

paling superfisial dan tebal. Dura Mater meliputi Falx Serebri, Tentorium

Serebelli dan Falx Serebelli. Dura Mater membantu memfiksasi otak di dalam

tulang kepala. Membran Meningea seterusnya adalah sangat tipis yang dinamakan

Arachnoid Mater. Ruang antara membran ini dengan Dura Mater dinamakan

ruang Subdural dan mempunyai sangat sedikit cairan serosa. Lapisan Meningea

yang ketiga adalah Pia mater yang melapisi permukaan otak. Antara Arachnoid

Mater dan Pia Mater mempunyai ruang Subarachnoid di mana terdapat banyak

pembuluh darah dan dipenuhi dengan cairan Serebrospinal5.

Gambar 1: membran meningea pada permukaan otak.

3
5

Gambar 2: Lapisan Carpalia dan Otak

Walaupun berat otak adalah 2% daripada jumlah total berat badan namun

otak menerima 15 hingga 20% darah yang dipompa oleh jantung. Darah tiba di

otak melalui Arteri Carotis Interna dan Arteri Vertebralis. Arteri Vertebralis

bergabung membentuk Arteri Basilaris yang berada pada ventral batang otak.

Arteri Basilaris dan Arteri Carotis Interna membentuk Sirkulus Willisi. Cabang-

cabang dari Sirkulus Willisi dan dari Arteri Basilaris mensuplai darah ke otak5.

Kortex Serebri pada otak kiri dan kanan disuplai dengan darah oleh tiga

cabang arteri dari Sirkulus Willisi yaitu; Arteri Serebri Anterior, Arteri Serebri

Media dan Arteri Serebri Posterior. Arteri Serebri Media mensuplai darah pada

permukaan lateral otak. Arteri Serebri Anterior mensuplai darah pada bagian

medial Lobus Parietalis dan Frontalis. Arteri Serebri Posterior mensuplai

darah pada Lobus Occipital dan permukaan Medial Lobus Temporal. Arteri
6

Serebri dan cabangnya terletak dalam Ruang Subarachnoid. Cabang arteri

meninggalkan Ruang Subarachnoid dan memasuki Pia Mater. Cabang pre kapiler

meninggalkan Pia Mater dan memasuki otak. Arteri di dalam otak membentuk

kapiler5.

Gambar 3: arteri-arteri intrakranial.

2.2 Pengertian

Perdarahan Subarachnoid adalah perdarahan ke dalam rongga diantara

otak dan selaput otak (rongga subarachnoid). Perdarahan subarachnoid merupakan

penemuan yang sering pada trauma kepala akibat dari robeknya pembuluh darah

leptomeningeal pada vertex di mana terjadi pergerakan otak yang besar sebagai

dampak, atau pada sedikit kasus, akibat rupturnya pembuluh darah Serebral

Major6.

Subarachnoid Hemorrhage (SAH) atau Perdarahan Subarachnoid (PSA)

menyiratkan adanya darah di dalam ruang Subarachnoid akibat beberapa proses

patologis. SAH biasanya disebabkan oleh tipe perdarahan non-traumatik,


7

biasanya berasal dari ruptur aneurisma Berry atau arteriovenous malformation

(AVM)/malformasi arteriovenosa (MAV) dan trauma kepala4.

2.3 Etiologi

Perdarahan Subarachnoid non-traumatik adalah pendarahan di dalam

ruang Subarachnoid yang sering disebabkan oleh ruptur aneurisma Arteri Serebri

atau malformasi arteriovenosa. Ruptur aneurisma sakular melibatkan 75% kasus

dengan insiden 6 kasus per 100,000 orang per tahun. Hipertensi tidak dinyatakan

dengan jelas akan keterlibatannya dengan aneurisma tetapi peninggian tekanan

darah secara akut bisa menyebabkan ruptur. Malformasi arteriovenosa intrakranial

dapat menyebabkan perdarahan Subarachnoid sebanyak 10%, terjadi dua kali

lebih banyak pada pria dan sering terjadi perdarahan pada usia dekade kedua

hingga keempat walaupun insiden bisa terjadi sampai usia 60 tahun. Darah di

dalam ruang Subarachonoid bisa juga disebabkan oleh perdarahan Intraserebral,

strok emboli dan trauma7.

2.4 Patofisiologi

Aneurisma pada Arteri Serebri yang paling sering adalah aneurisma

sakular yang bersifat kongenital, di mana terjadi kelemahan dinding vaskuler

terutama yang terletak pada cabang-cabang arteri. Aneurisma sakular terjadi pada

Bifurcatio Arteri Intakranial dan bisa ruptur ke dalam ruang Subarachnoid di

dalam sisterna basalis. Sekitar 85% aneurisma terjadi pada Sirkulasi Anterior

terutama pada Sirkulus Willisi. 20% kasus dilaporkan terjadi aneurisma multipel.

Ukuran dan lokasi aneurisma sangat penting dalam menentukan risiko ruptur.

Aneurisma dengan diameter 7mm, terletak lebih tinggi dari Arteri Basilaris atau
8

berasal dari Arteri Comunikan Posterior mempunyai risiko yang tinggi untuk

ruptur7,8.

Infeksi sistemik seperti endokarditis bisa menyebar ke Arteri Serebri dan

menyebabkan aneurisma mikotik, dilaporkan sebanyak 2 hingga 3% kasus dari

ruptur aneurisma. Malformasi arteriovenosa adalah gangguan komunikasi

vaskuler di mana darah arterial memasuki system venous. Sering terjadi pada

Arteri Serebri Media8.

Ruptur aneurisma intrakranial bisa meningkatkan tekanan intrakranial dan

menyebabkan nyeri kepala. Tekanan intrakranial bisa mencapai tekanan perfusi

sistemik dan menurunkan sirkulasi darah secara akut, di mana bisa menyebabkan

penurunan kesadaran yang terjadi pada onset sekitar 50% dari pasien. Peningkatan

tekanan intrakranial secara cepat bisa menyebabkan perdarahan retina

subhyaloid8.

Gambar 4: Perdarahan Subarachnoid


9

Gambar 5: Aneurisma pada arteri cerebri

2.5 Diagnosis

a. Gejala Klinis

Kebanyakan aneurisma intrakranial yang belum ruptur bersifat

asimptomatik. Apabila terjadi ruptur pada aneurisma, tekanan intrakranial

meningkat. Ini bisa menyebabkan penurunan kesadaran secara tiba-tiba yang

terjadi sebagian daripada pasien. Penurunan kesadaran secara tiba-tiba sering

didahului dengan nyeri kepala yang hebat. 10% kasus pada perdarahan aneurisma

yang sangat hebat bisa menyebabkan penurunan kesadaran selama beberapa hari.

Nyeri kepala biasanya disertai dengan kaku kuduk dan muntah7.

Aneurisma pada arteri komunikan anterior atau Bifurcatio Arteri Serebri

Media bisa ruptur dan defisit yang sering terjadi adalah hemiparesis, afasia dan

abulia. Simptom prodromal bisa menunjukkan lokasi pembesaran aneurisma yang

belum ruptur. Paresis Nervus Cranialis III yang berkaitan dengan dilatasi pupil,

refleks cahaya negatif dan nyeri fokal di atas atau belakang mata bisa tejadi
10

dengan pembesaran aneurisma pada persimpangan antara Arteri Comunikan

Posterior dan Arteri Carotis Interna. Paresis Nervus Cranialis VI menunjukkan

aneurisma dalam sinus cavernosus. Gangguan ketajaman penglihatan bisa terjadi

dengan pembesaran aneurisma pada Arteri Serebri Anterior. Nyeri pada Occipital

dan Cervikal Posterior menunjukkan aneurisma pada Arteri Cerebellar Posterior

Inferior atau Arteri Serebellar Anterior Inferior7.

Aneurisma bisa mengalami ruptur kecil dan darah bisa masuk ke dalam

ruang Subarachnoid, ini dinamakan perdarahan sentinel. Nyeri kepala prodromal

dari ruptur kecil dilaporkan pada 30 hingga 50% aneurisma perdarahan

Subarachnoid. Nyeri kepala sentinel dapat muncul 2 minggu sebelum diagnosa

perdarahan Subarachnoid. Kebocoran kecil umumnya tidak memperlihatkan

tanda-tanda peningkatan intrakranial atau rangsang meningeal7.

b. Gambaran Radiologi

Computed tomography (CT) Scan adalah pilihan awal untuk mengevaluasi

perdarahan. Pada pasien yang mengeluh dengan mengatakan “nyeri kepala yang

sangat hebat” dapat di suspek perdarahan di dalam ruang Subarachnoid. Darah

yang berada dalam ruang Subarachnoid pada fasa akut mempunyai intensitas yang

sama dengan cairan Serebrospinal maka MRI tidak disarankan. Suspek dengan

kasus perdarahan Subarachnoid seharusnya dievaluasi dengan CT scan tanpa zat

kontras9.

CT scan bisa positif pada 90% kasus jika CT scan dilakukan dalam

beberapa hari selepas perdarahan. Pada CT scan, gambaran perdarahan

Subarachnoid menunjukkan peningkatan density (hiperdens) pada ruang cairan


11

Serebrospinal. Aneurisma sering terjadi pada Sirkulus Willisi maka pada CT scan,

darah tampak pada Cisterna Basalis. Perdarahan yang hebat bisa menyebabkan

seluruh ruang Subarachnoid tampak opasifikasi. Jika hasil CT scan negatif tetapi

terdapat gejala perdarahan Subarachnoid yang jelas, pungsi lumbal harus

dilakukan untuk memperkuatkan diagnosis10.

Perdarahan Subarachnoid non-traumatik harus dilakukan pemeriksaan

angiografi untuk mendeteksi aneurisma karena bisa terjadi perdarahan ulang.

Melalui pemeriksaan angiografi dapat dilakukan terapi intervensi neuroradiologi.

Perdarahan dari ruptur aneurisma bisa meluas sehingga ke parenkim otak dan

lebih jauh ke dalam sistem ventrikular. Perdarahan Subarachnoid yang hebat bisa

mengganggu absorpsi Cairan Serebrospinal dan hidrosefalus bisa terjadi11.

Gambar 6 : CT scan kepala normal dan CT scan kepala dengan SDH


12

Gambar 7: CT scan kepala di mana terdapat gambaran hiperdens dalam cisterna suprasellar (anak
panah besar) dan dalam fissura Sylvian (anak panah kecil) yang menunjukkan perdarahan
Subarachnoid.

Gambar 8: CT scan kepala di mana terdapat gambaran hiperdens dalam fissura Sylvian
(anak panah) yang menunjukkan perdarahan Subarachnoid.
13

Gambar 9: gambaran angiografi sirkulasi posterior menunjukkan gambaran aneurisma


(anak panah), terletak di antara Arteri Basilaris dan Arteri Serebri Posterior.

2.6 Diagnosis Banding

Riwayat nyeri kepala yang hebat secara tiba-tiba disertai dengan kaku

kuduk, pemeriksaan neurologik yang non-fokal dan perdarahan cairan spinal

adalah spesifik untuk perdarahan Subarachnoid. Hipertensi perdarahan

intraserebral juga bermanifestasi dengan perdarahan cairan spinal tetapi terdapat

penemuan fokal yang prominen pada pemeriksaan neurologik. Pada pemeriksaan

CT scan, perdarahan intraserebral memperlihatkan gambaran fokal, batas tegas,

berbentuk bulat pada otak yang menunjukkan darah beku dan biasanya multipel

yang dikelilingi dengan edema. Daerah yang sering terjadi perdarahan

intraserebral adalah Frontalis Inferior dan Lobus Temporalis Anterior, di mana

perdarahan sering pada subkortikal. Di diagnosis dengan ruptur aneurisma

mikotik jika terdapat gejala-gejala endokarditis. Pada pemeriksaan MRI,


14

aneurisma mikotik lebih banyak terjadi pada perifer berbanding aneurisma

sakular terutama pada cabang arteri komunikan media8,10.

2.7 Pengobatan

Semua pasien dengan SAH harus dievaluasi dan diobati secara darurat

dengan pemeliharaan jalan napas dan kardiovaskular fungsi. Setelah stabilisasi

awal, pasien harus dirujuk ke pusat-pusat dengan keahlian neurovaskular dan

sebaiknya dengan unit perawatan kritis khusus neurologis untuk mengoptimalkan

perawatan. Tujuan utama dari pengobatan adalah pencegahan rebleeding,

pencegahan dan pengelolaan vasospasme, dan pengobatan lainnya komplikasi

medis dan neurologis yaitu vasospasme, cerebral dan akut hydrocephalus13,14.

Penatalaksanaan standard termasuk istirahat dan tidak melakukan hal yang

berat, serta pemberian obat analgesik. Hiponatremia sering terjadi beberapa hari

selepas perdarahan Subarachnoid. Pemberian supplemen garam secara oral

ditambah dengan normal saline IV bisa diberikan untuk mengatasi masalah ini.

Risiko perdarahan ulang sangat tinggi dengan 20 hingga30% dalam tempo 2

minggu, maka penatalaksanaan awal dalam 1 hingga 3 hari setelah perdarahan

digalakkan untuk mengelakkan ruptur ulang dan sekalian penatalaksanaan

vasospasme12.

Pengobatan berfokus pada pertama menemukan sumber perdarahan dan,

jika mungkin, pembedahan memperbaiki aneurisma atau AVM untuk

menghentikan pendarahan. Waktu terbaik untuk melakukan operasi masih

kontroversial. Operasi awal (dalam waktu 3 hari pertama) mengurangi

kemungkinan rebleeding, tetapi operasi tertunda (setelah 14 hari) menghindari


15

waktu antara 3 dan 14 hari ketika kontraksi abnormal dari arteri (vasospasme) dan

konsekuensinya adalah terbesar. Secara umum, pasien yang sadar dengan defisit

neurologis yang minimal pada saat datang terapi yang terbaik dengan operasi

awal, sedangkan individu tidak sadar lebih baik operasinya ditunda15.

Ruptur aneurisma serebral diperbaiki melalui pembedahan menggunakan

salah satu dari tiga prosedur: menyelaraskan tepi aneurisma pecah untuk

menghentikan pendarahan dengan stainless steel atau klip paduan kobalt (kliping),

mengikat dari pembuluh darah dengan pendarahan jahitan (ligasi), atau

membungkus aneurisma dengan otot. Cara terbaik untuk mencegah SAH dari

pecahnya aneurisma serebral adalah untuk mendiagnosa dan memperbaiki

pembedahan aneurisma sebelum pecah15.

Setelah aneurisma diperlakukan, tindak lanjut berfokus pada mencegah

komplikasi seperti rebleeding, vasospasme serebral, jumlah abnormal CSS

mengumpulkan sekitar otak (hidrosefalus), dan efek dari tekanan intrakranial

tinggi. Sejumlah besar cairan intravena (IV) yang diberikan untuk mengobati

vasospasme dengan meningkatkan tekanan darah untuk meningkatkan aliran

darah ke otak. Meningkatnya aliran darah ini memastikan tingkat oksigen yang

cukup ke otak dan meminimalkan kerusakan pada jaringan otak sekitarnya15.

Jika hidrosefalus tidak terkontrol, kerusakan jaringan otak dapat terjadi

sebagai akibat dari kompresi otak dari kelebihan cairan. Obat anti inflamasi yang

disebut steroid dan obat untuk membersihkan tubuh dari kelebihan cairan
16

(diuretik) juga dapat digunakan dalam upaya untuk sementara mengontrol tekanan

intrakranial meningkat15.

2.8 Komplikasi

Tiga komplikasi terbesar aneurisma perdarahan Subarachnoid adalah

perdarahan ulang, vasospasme dan hidrosefalus. Jika aneurisma intrakranial tidak

dirawat dengan baik, perdarahan ulang bisa terjadi dalam 20% kasus pada dua

minggu pertama selepas perdarahan inisial. Risikotertinggi adalah 24 jam pertama

dan penatalaksanaan dengan surgeri atau teknik intervensi embolisasi diperlukan.

Vasospasme serebri adalah komplikasi lambat yang sering terjadi pada perdarahan

Subarachnoid dan mempunyai kaitan dengan jumlah darah yang berada di dalam

ruang Subarachnoid3.

Hidrosefalus komunikan adalah komplikasi lain yang bisa terjadi

pada perdarahan Subarachnoid dan sekunder kepada obstruksi cairan

serebrospinal daripada direabsorpsi. Hidrosefalus bisa terjadi pada fasa akut atau

subakut. Beberapa gangguan sistemik bisa terjadi seperti kardiac arrhythmias dan

miokardial iskemia. Komplikasi respiratorius seperti edema pulmonari, acute

respiratory distress syndrome (ARDS) dan pneumonia sering terjadi. Gangguan

lain seperti anemia, perdarahan gastrointestinal, deep vein thrombosis dan

hiponatremia terjadi dengan frekuensi yang berbeda3.

2.9 Prognosis

Mortalitas yang disebabkan oleh aneurisma perdarahan Subarachnoid

adalah tinggi. Sekitar 20% pasien meninggal dunia sebelum sampai ke rumah

sakit, 25% meninggal dunia kerana pendarahan inisial atau komplikasinya dan
17

20% meninggal dunia kerana pendarahan ulang disebabkan aneurisma tidak

dirawat dengan baik. Banyak pasien meninggal dunia setelah beberapa hari

perdarahan terjadi. Kemungkinan hidup disebabkan ruptur aneurisma

bergantung pada kondisi kesadaran pasien dan waktu sejak perdarahan terjadi.

Bagi pasien yang masih hidup, sebagian daripada jumlah pasien mengalami

kerusakan otak permanen. Hampir 90% pasien pulih dari ruptur intraserebral

arteriovenous malformasi tetapi perdarahan ulang tetap membahayakan8.


18

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perdarahan Subarachnoid (PSA) merupakan gangguan mekanikal sistem

vaskuler pada intrakranial yang menyebabkan masuknya darah ke dalam Ruang

Subarakhnoid1. Sekitar 80% Perdarahan Subarakhnoid disebabkan oleh ruptur

aneurisma Sakular Intracranial dan 20% disebabkan oleh trauma kepala,

Malformasi Arterio Venosa (MAV) atau ruptur aneurisma mikotik1.

Kebanyakan pasien yang mengalami ruptur berusia di antara 35 hingga 65

tahun. Aneurisma sering terjadi pada Bifurcatio Arteri Serebri atau cabangnya.

85% aneurisma terletak pada Sirkulasi Anterior dan 15% aneurisma terletak pada

Sirkulasi Posterior. Aneurisma multipel di identifikasi pada 15 hingga 20%

pasien. Arteri Serebri terletak di dalam Ruang Subarakhnoid maka apabila terjadi

ruptur dapat menyebabkan Perdarahan Subarakhnoid2,3.

Di Amerika Insiden tahunan PSA aneurisma non-traumatik adalah 6-25

kasus per 100.000. Lebih dari 27.000 orang Amerika menderita ruptur aneurisma

intrakranial setiap tahunnya4.

Insiden bagi Perdarahan Subarakhnoid lebih tinggi pada pria daripada

wanita bagi usia di bawah 40 tahun tetapi pada usia lebih dari 40 tahun

perbandingan wanita : pria adalah 3:21.

Meningea terdiri daripada tiga lapisan membran penghubung yang

memproteksi Otak dan Medulla Spinalis yaitu Dura Mater, Arachnoid mater dan

17
19

Pia mater. Antara Arachnoid Mater dan Pia Mater mempunyai ruang

Subarachnoid di mana terdapat banyak pembuluh darah dan dipenuhi dengan

cairan Serebrospinal5.

Perdarahan Subarachnoid adalah perdarahan ke dalam rongga diantara

otak dan selaput otak (rongga subarachnoid). Perdarahan subarachnoid merupakan

penemuan yang sering pada trauma kepala akibat dari robeknya pembuluh darah

leptomeningeal pada vertex di mana terjadi pergerakan otak yang besar sebagai

dampak, atau pada sedikit kasus, akibat rupturnya pembuluh darah Serebral

Major6.

Perdarahan Subarachnoid non-traumatik adalah pendarahan di dalam

ruang Subarachnoid yang sering disebabkan oleh ruptur aneurisma Arteri Serebri

atau malformasi arteriovenosa7.

Kebanyakan aneurisma intrakranial yang belum ruptur bersifat

asimptomatik. Apabila terjadi ruptur pada aneurisma, tekanan intrakranial

meningkat. Ini bisa menyebabkan penurunan kesadaran secara tiba-tiba yang

terjadi sebagian daripada pasien. Penurunan kesadaran secara tiba-tiba sering

didahului dengan nyeri kepala yang hebat7.

Aneurisma pada arteri komunikan anterior atau Bifurcatio Arteri Serebri

Media bisa ruptur dan defisit yang sering terjadi adalah hemiparesis, afasia dan

abulia. Simptom prodromal bisa menunjukkan lokasi pembesaran aneurisma yang

belum ruptur. Paresis Nervus Cranialis III yang berkaitan dengan dilatasi pupil,

refleks cahaya negatif dan nyeri fokal di atas atau belakang mata7.
20

Gambaran CT scan bisa positif pada 90% kasus jika CT scan dilakukan

dalam beberapa hari selepas perdarahan. Pada CT scan, gambaran perdarahan

Subarachnoid menunjukkan peningkatan density (hiperdens) pada ruang cairan

Serebrospinal. Aneurisma sering terjadi pada Sirkulus Willisi maka pada CT scan,

darah tampak pada Cisterna Basalis. Perdarahan yang hebat bisa menyebabkan

seluruh ruang Subarachnoid tampak opasifikasi. Jika hasil CT scan negatif tetapi

terdapat gejala perdarahan Subarachnoid yang jelas, pungsi lumbal harus

dilakukan untuk memperkuatkan diagnosis10.

Riwayat nyeri kepala yang hebat secara tiba-tiba disertai dengan kaku

kuduk, pemeriksaan neurologik yang non-fokal dan perdarahan cairan spinal

adalah spesifik untuk perdarahan Subarachnoid8,10.

Pengobatan berfokus pada pertama menemukan sumber perdarahan dan,

jika mungkin, pembedahan memperbaiki aneurisma atau AVM untuk

menghentikan pendarahan. Waktu terbaik untuk melakukan operasi masih

kontroversial. Operasi awal (dalam waktu 3 hari pertama) mengurangi

kemungkinan rebleeding, tetapi operasi tertunda (setelah 14 hari) menghindari

waktu antara 3 dan 14 hari ketika kontraksi abnormal dari arteri (vasospasme) dan

konsekuensinya adalah terbesar. Secara umum, pasien yang sadar dengan defisit

neurologis yang minimal pada saat datang terapi yang terbaik dengan operasi

awal, sedangkan individu tidak sadar lebih baik operasinya ditunda15.

Tiga komplikasi terbesar aneurisma perdarahan Subarachnoid adalah

perdarahan ulang, vasospasme dan hidrosefalus3. Mortalitas yang disebabkan oleh

aneurisma perdarahan Subarachnoid adalah tinggi. Sekitar 20% pasien meninggal


21

dunia sebelum sampai ke rumah sakit, 25% meninggal dunia kerana pendarahan

inisial atau komplikasinya dan 20% meninggal dunia kerana pendarahan ulang

disebabkan aneurisma tidak dirawat dengan baik8.


22

DAFTAR PUSTAKA

1. Gruenthal M. Subarachnoid hemorrhage. In: Ferri FF, editor. Ferri's clinical

advisor 2004:instant diagnosis and treatment. 6th edition. United States of

America: Mosby, Inc; 2004.

2. Bernstein RA. Cerebrovascular disease: hemorrhagic stroke. In: Brust JCM,

editor. Currentdiagnosis & treatment in neurology. United States of America:

The McGraw-Hill Companies,Inc; 2007.

3. Lycette CA, Doberstein C, Rodts GE, Jr., McBride DQ. Neurosurgical critical

care. In:Bongard FS, Sue DY, editor. Current critical care diagnosis &

treatment. 2nd edition. United Stateof America: The McGraw-Hill Companies,

Inc; 2003.

4. Ningrumwahyuni.wordpress.com/2009/08/06subarachnoid-hemorrhage/

5. Tate SS. Brain and cranial nerves. In: Tate SS, editor. Anatomy and

Physiology. 6th edition.United State of America: The McGraw-Hill

Companies, Inc; 2004.

6. Anonim.,2005, Subarachnoid Hemorrhage ,Granial Computed Tomography.

7. Smith WS, Johnston SC, Easton JD. Cerebrovascular diseases. In: Kasper

DL, Fauci AS,Longo DL, Braunwald E, Hauser SS, Jameson JL, editor.

Harrison’s principles of internalmedicine. 16th edition. United States of

America: The McGraw-Hill Companies, Inc; 2005.


23

8. Greenberg DA, Aminoff MJ, Simon RP. Headache & facial pain. In:

Greenberg DA, Aminoff MJ, Simon RP, editor. Clinical neurology. 5th edition.

United State of America: The McGraw-Hill Companies, Inc; February 2002.

9. Mayor NM. Neuroimaging. In: Mayor NM, editor. A practical approach to

radiology.Philadelphia: Saunders, an imprint of Elsevier Inc; 2006.

10. Jager R, Saunders D. Cranial and intracranial pathology (2): cerebrovascular

disease and non-traumatic intracranial hemorrhage. In: Grainger RG, Allison

D, Adam A, Dixon AK, editor.Grainger & Allison’s diagnostic radiology: a

textbook of medical imaging. 4th edition. London:Churchill Livingstone;

2001.

11. Eastman GW, Wald C, Crossin J. Central nervous system. In: Eastman GW,

Wald C, CrossinJ, editor. Getting started in clinical radiology from image to

diagnosis. Germany: Thieme; 2006.

12. Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL.

Medicalemergencies. In: Kasper DL, Braunwald E, Fauci AS, Hauser SL,

Longo DL, Jameson JL, editor.Harrison’s manual of medicine. 16th edition.

United States of America: The McGraw-HillCompanies, Inc; 2005.

13. Suarez JI, Tarr RW, WR Selam. Aneurismal subarachnoid hemorrhage.N

Engl J Med 2006.

14. Suarez JI, Zaidat OO, Suri MF, Feen ES, Lynch G, Hickman J, et al. Length of

stay and mortality in neurocritically ill patients: impact of a specialized

neurocritical care team. Crit Care Med 2004.


24

Gerson, Abner, dan Robert Feld. "Perdarahan subarachnoid." eMedicine.

Eds. Hugh J. Robertson, et al. 11 Juni 2004. Medscape. 3 November 2004

(http://emedicine.com/radio/topic661.htm).

Anda mungkin juga menyukai