Anda di halaman 1dari 10

Jom Vol 2 No 1, Februari 2015

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK ORANG RISIKO TINGGI HIV DAN AIDS TENTANG


PROGRAM PELAYANAN VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT)

Husnul Umam1, Yulia Irvani Dewi2, Veny Elita3

Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau1


Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau2,3
Email : husnul.umam@yahoo.co.id

Abstract

The purpose of this research was to determine the characteristics of people with the high risk of HIV and AIDS on VCT
service program. This research method was a quantitative description of the cross-sectional design. This research was
conducted in Puskesmas Simpang Tiga. The sampling method was stratified sampling of respondents 84 people.
Measuring instrument used was a questionnaire that has been tested for validity and reliability. The analysis used was a
univariate analysis. The results showed that most respondents have good knowledge (53.6%), a positive perception
(54.8%), a positive attitude (56%), and low motivation (59.5%) on HIV/AIDS and VCT service programs. The results of
this research are expected to workers public of health, LKB cadres, and non government organization to increase the
motivation to people with high risk of HIV and AIDS on VCT service programs to increase visiting on VCT services.

Keywords : Characteristics of people with high risk of HIV and AIDS, VCT services

PENDAHULUAN
Jumlah kasus HIV & AIDS di Indonesia (15,2%), diikuti penularan melalui perinatal
yang dilaporkan dalam triwulan 1 Juli sampai (2,7%), dan homoseksual (2,4%).
dengan 30 September 2014 adalah 7.335 kasus Propinsi Riau menempati urutan ke 11 dari
HIV dan 176 kasus AIDS. Secara kumulatif 33 propinsi dengan jumlah 2.050 kasus HIV
infeksi HIV dan AIDS yang dilaporkan dari 1 dan 1.104 kasus AIDS (Ditjen PP & PL
Januari sampai dengan 30 September 2014 Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan data Dinas
sebanyak 22.869 orang kasus HIV dan 1.876 Kesehatan Propinsi Riau sampai bulan Maret
kasus AIDS dan Jumlah kumulatif dari 1 April 2014, kota Pekanbaru menempati urutan
tahun 1987 sampai dengan 30 September 2014 pertama dengan jumlah 558 kasus HIV dan
sebanyak 150.296 orang kasus HIV, 55.799 571 kasus AIDS.
orang kasus AIDS, dan 9.796 orang Berdasarkan strategi pencegahan HIV
mengalami kematian (Ditjen PP & PL melalui program nasional, pemerintah
Kemenkes RI, 2014). membuat salah satu kegiatan strategi program
Berdasarkan laporan Ditjen PP dan PL konseling dan tes HIV di Indonesia yaitu
Kemenkes RI tahun 2014, persentase pelayanan voluntary counseling and testing
kumulatif kasus AIDS tertinggi pada (VCT) sebagai strategi kesehatan masyarakat.
kelompok umur 20-29 tahun (32,9%), VCT yang berkualitas baik tidak saja membuat
kemudian diikuti kelompok umur 30-39 tahun orang mempunyai akses terhadap pelayanan,
(28,5%), 40-49 tahun (10,7%), 50-59 tahun tetapi juga efektif bagi pencegahan terhadap
(3,4%), dan 15-19 (3,1%). Persentase AIDS HIV (Komisi Penanggulangan AIDS Nasional,
pada laki-laki sebanyak 54% dan perempuan 2011).
29%. Sementara itu 17% tidak melaporkan VCT adalah suatu pembinaan dua arah atau
jenis kelamin. Jumlah AIDS tertinggi adalah dialog yang berlangsung tak terputus antara
pada Ibu Rumah Tangga (6.539), diikuti konselor dan kliennya dengan tujuan untuk
wiraswasta (6.203), tenaga non- pencegahan HIV dan AIDS, mengurangi
profesional/karyawan (5.638), kegelisahan, meningkatkan persepsi dan
petani/peternak/nelayan (2.324), buruh kasar pengetahuan mereka tentang faktor-faktor
(2.169), penjaja seks (2.052), Pegawai Negeri penyebab seseorang terinfeksi HIV, dan upaya
Sipil (1.658), dan anak sekolah/mahasiswa untuk pengembangan perubahan prilaku.
(1.295). Faktor risiko penularan terbanyak Pelayanan tersebut secara dini mengarahkan
melalui heteroseksual (61,5%), penasun mereka menuju ke program pelayanan dan
853
Jom Vol 2 No 1, Februari 2015

dukungan termasuk akses terapi antiretroviral, Aswar (2012) tentang determinan penggunaan
serta membantu mengurangi stigma dalam pelayanaan VCT oleh Ibu Rumah Tangga
masyarakat (Nursalam & Kurniawati, 2011). berisiko tinggi HIV positif di Kabupaten Biak
Pelayanan VCT di 5 kecamatan yang Numfor Papua. Hasil penelitian menjelaskan
berada di Kota Pekanbaru menurut data adanya hubungan tingkat pengetahuan dengan
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia penggunaan layanan VCT, adanya hubungan
dan Yayasan Utama Riau bulan April sampai antara sikap dengan penggunaan layanan VCT
dengan Juni 2014 diantaranya kecamatan serta adanya hubungan antara stigma dan
Tenayan Raya, Marpoyan Damai, Payung diskriminasi dengan pelayanan VCT.
Sekaki, Lima Puluh dan Senapelan di dapatkan Tingkat pengetahuan tentang HIV & AIDS
jumlah orang yang melakukan layanan VCT dan VCT, sikap, stigma memiliki hubungan
sebanyak 70 orang dari 1.625 orang yang yang signifikan terhadap penggunaaan layanan
dijangkau dan diberikan rujukan untuk VCT. Rendahnya tingkat pengetahuan tentang
melakukan layanan kesehatan. Jumlah tersebut layanan VCT dapat menyebabkan rendahnya
masih jauh dari target yang diharapkan. penggunaan layanan VCT. Sikap juga
Sedangkan fasilitas pelayanan VCT seperti merupakan faktor yang sangat signifikan,
konselor, laboratorium dan tenaga kesehatan rendahnya sikap penerimaan terhadap layanan
sudah tersedia di masing-masing puskesmas VCT dapat menyebabkan risiko penyebaran
yang ada di lima kecamatan tersebut. HIV dan AIDS semakin tinggi. Semakin baik
Karakteristik orang risiko tinggi juga sikap penerimaan layanan VCT maka
mempengaruhi terhadap orang risiko tinggi kelompok risiko tinggi HIV positif dapat
tersebut untuk melakukan pelayanan VCT. diketahui sehingga dapat mengurangi transmisi
Dari data PKBI dan Yayasan Utama, orang HIV (Aswar, 2012).
risiko tinggi yang dijangkau oleh kader Faktor-faktor lain yang mempengaruhi
layanan komprehensif dan berkesinambungan orang risiko tinggi dalam menggunakan
(LKB) di lima kecamatan pada bulan Mei layanan VCT adalah persepsi dan motivasi.
2014 adalah berada direntang usia 25-49 Menurut penelitian yang dilakukan oleh
sebanyak 294 orang, pendidikan terakhir Fibriana (2012) tentang keikutsertaan
terbanyak adalah SMA sebanyak 261 orang pelanggan wanita pekerja seks dalam VCT di
dan status marital terbanyak yaitu kawin Resosialisasi Argorejo dengan hasil penelitian
sebanyak 386 orang. Menurut data dari menunjukkan bahwa adanya hubungan yang
pemetaan kader LKB, masyarakat yang signifikan antara persepsi tentang manfaat
termasuk dalam risiko tinggi adalah VCT dengan praktek VCT. Persepsi yang baik
mahasiswa, pekerja dan pengunjung panti dapat mendorong orang risiko tinggi untuk
pijat, pekerja dan pengunjung café, karyawan melakukan pelayanan VCT. Penelitian ini juga
perusahaan, wanita pekerja seks, dan waria. menunjukkan bahwa adanya hubungan yang
Berdasarkan data dari lima kecamatan yang signifikan antara motivasi (isyarat melakukan
dijangkau layanan LKB, kecamatan Marpoyan tindakan) dengan praktik VCT. Motivasi
Damai merupakan kecamatan yang dalam melakukan tindakan kesehatan terdapat
mempunyai data masyarakat risiko tinggi yang faktor pencetus untuk memutuskan menerima
paling tinggi. Dalam tiga bulan terakhir yaitu atau menolak alternatif tindakan tersebut.
dari bulan April sampai Juni terdapat 589 Isyarat ini dapat bersifat internal maupun
orang risiko tinggi yang dijangkau dan eksternal. Isyarat internal adalah isyarat untuk
sebanyak 50 orang yang melakukan bertindak yang berasal dari dalam diri
pemeriksaan VCT. Hal ini jelas masih jauh individu, misal gejala yang dirasakan (demam,
dari target yang diharapkan (PKBI & Yayasan panas, nafsu makan menurun, berat badan
Utama Riau, 2014). menurun, dan lain-lain). Sedangkan isyarat
Minimnya orang berisiko yang mau eksternal adalah isyarat untuk bertindak yang
mengakses VCT secara sukarela disebabkan berasal dari interaksi interpersonal, misal
beberapa faktor diantaranya tingkat media massa, pesan, nasehat, anjuran atau
pengetahuan, sikap, stigma dan diskriminasi. konsultasi dengan petugas kesehatan. Dalam
Menurut penelitian yang dilakukan oleh praktik VCT, seseorang pelanggan WPS akan
854
Jom Vol 2 No 1, Februari 2015

melakukan VCT karena pernah mengikuti terakhir yaitu dari bulan April sampai Juni
sosialisasi penyakit HIV dan AIDS dari 2014 berjumlah 539 orang risiko tinggi HIV
petugas kesehatan, membaca poster tentang dan AIDS yang belum melakukan VCT.
HIV dan AIDS atau pengalaman sesama Sampel yang digunakan didalam penelitian ini
pelanggan atau pekerja seks yang terkena adalah sebanyak 84 orang yang sesuai dengan
penyakit HIV dan AIDS. kriteria inklusi dengan teknik stratified
Berdasarkan hasil wawancara dengan sampling. Instrumen yang digunakan adalah
koodinator Yayasan Utama Riau pada tanggal kuesioner yang terdiri dari karakteristik
13 Juni 2014, rendahnya orang risiko tinggi responden, tingkat pengetahuan, persepsi,
mengakses pelayanan VCT dipengaruhi sikap, dan motivasi orang risiko tinggi HIV
beberapa karakteristik faktor diantaranya dan AIDS tentang program pelayanan VCT.
kurang kesadaran masyarakat berisiko akan Tingkat pengetahuan orang risiko tinggi
kesehatan dirinya, kemudian secara fisik tidak HIV dan AIDS tentang program pelayanan
ada perubahan pada orang terinfeksi HIV VCT dikelompokkan menjadi 3 katagori yaitu
sehingga yang bersangkutan akan merasa baik jika benar 8-10 pernyataan, cukup jika
sehat-sehat saja. Selain itu, faktor-faktor lain benar 6-7 pernyataan, dan kurang jika benar 0-
adalah motivasi orang risiko tinggi yang masih 5 pernyataan. Persepsi dan motivasi orang
rendah, persepsi orang risiko tinggi yang risiko tinggi HIV dan AIDS tentang program
masih salah tentang HIV, pendidikan orang pelayanan VCT dikelompokkan menjadi 2
risiko tinggi yang rata-rata masih SMA dan katagori yaitu positif jika > median (28) dan
mobilisasi orang risiko tinggi yang tidak negatif jika < median (28) serta sikap orang
merata. Dari fenomena diatas, maka peneliti risiko tinggi HIV dan AIDS tentang program
tertarik untuk meneliti tentang identifikasi pelayanan VCT dikatagorikan positif jika >
karakteristik orang risiko tinggi HIV dan median (26) dan negatif jika < median (26)
AIDS tentang program pelayanan voluntary
counseling and testing (VCT) di Kecamatan HASIL
Marpoyan Damai. A. Data Demografi
Tabel 1
TUJUAN PENELITIAN Distribusi frekuensi karakteristik responden.
Penelitian ini untuk mengetahui karakteristik No Karakteristik Jumlah Persentase
tingkat pengetahuan, persepsi, sikap, dan Responden (orang) (%)
motivasi orang risiko tinggi HIV dan AIDS Umur
tentang program pelayanan VCT. 1 Remaja Akhir (17-25) 46 54.8
2 Dewasa Awal (26-35) 25 29.8
3 Dewasa Akhir (36-45) 13 15.5
MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi Jenis Kelamin
masukan bagi puskesmas untuk dapat 1 Laki-laki 43 51.2
memberikan dan meningkatkan pelayanan 2 Perempuan 41 48.8
voluntary counseling and testing (VCT), dan Status Pernikahan
diharapkan kader LKB dan LSM dapat lebih 1 Menikah 37 44.0
meningkatkan kinerjanya sehingga dapat 2 Belum Menikah 47 56.0
memotivasi orang risiko tinggi untuk Tingkat Pendidikan
mengunjungi pelayanan voluntary counseling 1 SD 1 1.2
and testing (VCT). 2 SLTP 6 7.1
3 SLTA 57 67.9
METODOLOGI PENELITIAN 4 Perguruan Tinggi 20 23.8
Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif Pekerjaan
dengan jenis desain penelitian cross sectional.
Populasi pada penelitian ini adalah orang
risiko tinggi HIV dan AIDS yang berada di
wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga
kecamatan Marpoyan Damai pada tiga bulan
855
Jom Vol 2 No 1, Februari 2015

1 PNS 3 3.6 D. Sikap orang risiko tinggi HIV dan AIDS


2 POLRI 2 2.4 tentang HIV/AIDS dan program pelayanan
3 Swasta 18 21.4 VCT
4 Petani 3 3.6 Tabel 4
5 Mahasiswa 37 44.0 Distribusi frekuensi karakteristik sikap
6 Belum Kerja 1 1.2 No Sikap Jumlah Persentase
7 IRT 20 23.8 (orang) (%)
Total 84 100 1 Positif 47 56
Tabel 1 menunjukkan bahwa orang risiko 2 Negatif 37 44
tinggi HIV dan AIDS mayoritas berumur 17- Total 84 100
25 tahun (remaja akhir) yaitu sebanyak 46 Tabel 4 menunjukkan bahwa
orang (54.8%), jenis kelamin responden lebih sebagian besar responden mempunyai
banyak adalah laki-laki yaitu 43 orang sikap positif terhadap program pelayanan
(51.2%), sebagian besar responden belum VCT yaitu 47 orang (56%).
menikah sebanyak 47 orang (56%).
Berdasarkan tingkat pendidikan mayoritas E. Motivasi orang risiko tinggi HIV dan AIDS
responden tamatan SLTA sebanyak 57 orang tentang program pelayanan VCT
(67.9%), dan sebagian besar adalah Tabel 5
mahasiswa sebanyak 37 orang (44%). Distribusi frekuensi karakteristik motivasi.
No Motivasi Jumlah Persentase
B. Tingkat Pengetahuan orang risiko tinggi (orang) (%)
HIV dan AIDS tentang HIV/AIDS dan 1 Tinggi 34 40.5
program pelayanan VCT 2 Rendah 50 59.5
Tabel 2 Total 84 100
Distribusi frekuensi karakteristik pengetahuan
N Pengetahuan Jumlah Persentase Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar
o (orang) (%) responden yaitu sebanyak 50 orang (59.5%)
memiliki motivasi rendah terhadap program
1 Baik 46 53.6
pelayanan VCT.
2 Cukup 38 45.2
3 Kurang 1 1.2
PEMBAHASAN
Total 84 100 1. Data demografi orang risiko tinggi HIV
Tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar dan AIDS
responden yaitu sebanyak 46 orang (53.6%) a. Umur
memiliki pengetahuan baik tentang Berdasarkan hasil penelitian
HIV/AIDS dan program pelayanan VCT. analisis data demografi dari 84
responden menunjukkan bahwa
C. Persepsi orang risiko tinggi HIV dan AIDS orang risiko tinggi HIV dan AIDS
tentang HIV/AIDS dan program pelayanan mayoritas berumur 17-25 tahun
VCT
Tabel 3
(remaja akhir) yaitu sebanyak 46
Distribusi frekuensi karakteristik persepsi orang (54.8%). Usia mempengaruhi
No Persepsi Jumlah Persentase daya tangkap dan pola pikir
(orang) (%) seseorang. Pada usia menuju
1 Positif 46 54.8 dewasa, individu akan lebih
2 Negatif 38 45.2 berperan aktif dalam masyarakat
dan kehidupan sosial, selain itu
Total 84 100 orang usia tersebut akan lebih
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar banyak menggunakan banyak waktu
responden mempunyai persepsi positif untuk membaca. Kemampuan
terhadap program pelayanan VCT yaitu 46 intelektual, pemecahan masalah, dan
orang (54.8%). kemampuan verbal dilaporkan
hampir tidak ada penurunan pada
usia dini (Notoatmodjo, 2007). Hal
ini sejalan dengan data Ditjen PP

856
Jom Vol 2 No 1, Februari 2015

dan PL kemenkes RI (2014), orang dengan alat suntik mempunyai


yang terinfeksi HIV dan AIDS risiko besar untuk tertular virus HIV
direntang umur produktif. karena digunakan secara bergantian.
Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Luthfiana (2012), c. Status perkawinan
orang risiko tinggi HIV dan AIDS Penelitian menerangkan bahwa
berada dalam kategori umur di status perkawinan responden
bawah 29 tahun. Seiring dengan sebagian besar belum kawin
perkembangan HIV dan AIDS, sebanyak 47 orang (56%). Status
kelompok tertentu ditemukan lebih pernikahan menunjukkan apakah
rentan memiliki perilaku seksual seseorang telah menikah atau belum
berisiko terhadap HIV dan AIDS. menikah. Pernikahan pada
Kelompok umur remaja merupakan prinsipnya adalah meningkatkan
masa krisis dimana pemahaman hubungan seseorang untuk terikat
terhadap perilaku masih belum salah satunya dalam melakukan
cukup matang. Walaupun kelompok hubungan seksual yang
umur remaja memiliki kemampuan berhubungan dengan fungsi
kognitif untuk menentukan perilaku reproduksi yaitu menhasilkan
yang sehat, pada prakteknya remaja keturunan. Status pernikahan belum
sering terdorong oleh kekuatan lain menikah bisa meningkatkan
yang membuat mereka tidak seseorang untuk berperilaku seksual
berperilaku secara sehat. Hal ini dengan banyak pasangan (Angreani,
termasuk perilaku mencoba atau 2005).
memulai hubungan seksual Menurut penelitian Jayanti
(Angreani, 2005). (2008), status pernikahan klien
layanan VCT di RS Sanglah
b. Jenis kelamin sebagian besar klien layanan tes
Berdasarkan hasil penelitian HIV adalah mereka yang berstatus
menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak menikah (belum menikah).
terbanyak adalah laki-laki sebanyak Status menikah berkaitan dengan
43 orang (51.2%) dan perempuan kelompok berisiko yang datang ke
sebanyak 41 orang (48.8%). tempat layanan VCT adalah
Kerentanan laki-laki terhadap sebagian besar masih muda yang
infeksi HIV dan AIDS disebabkan statusnya masih bersekolah.
oleh perilaku negatif yang dilakukan
seperti membeli jasa seks komersial, d. Tingkat Pendidikan
dan memakai suntik, dan laki-laki Hasil penelitian menjelaskan
mempunyai mobilitas tinggi dan bahwa tingkat pendidikan responden
jauh dari pasangan. Hal ini sejalan mayoritas tamatan SLTA sebanyak
dengan data dari Ditjen PP dan PL 57 orang (67.9%). Pendidikan
kemenkes RI (2014), jumlah laki- merupakan salah satu faktor yang
laki lebih banyak terinfeksi HIV dan mempengaruhi cara pandang
AIDS dibandingkan dengan seseorang tentang hidup dalam hal
perempuan. ini kesehatan. Orang yang memiliki
Menurut penelitian yang tingkat pendidikan yang tinggi
dilakukan oleh Anastasya (2008), cenderung terpajan dengan sumber
jumlah laki-laki yang menjadi klien informasi (Mubarak, 2007).
pelayanan VCT lebih besar Menurut Notoatmodjo (2007),
dibandingkan dengan perempuan. pengetahuan tidak hanya
Hal ini dikarenakan banyaknya klien dipengaruhi oleh pendidikan.
layanan VCT dari kelompok Banyak faktor yang mempengaruhi
penasun. Penggunaan narkoba pengetahuan yaitu umur, intelegensi,
857
Jom Vol 2 No 1, Februari 2015

lingkungan, sosial budaya, narkoba suntik. Para IRT seringkali


informasi, dan pengalaman. tidak berdaya meminta suaminya
Pendidikan merupakan proses memakai kondom saat berhubungan
pencapaian pengetahuan, karena seks, sehingga lebih rentan tertular
dengan pendidikan kita belajar HIV (Angreani, 2005).
mengenali, mengerti dan memahami
sehingga membentuk suatu 2. Karakteristik orang risiko tinggi HIV
pengetahuan. Jenjang pendidikan ini dan AIDS
juga mempengaruhi tingkat a. Pengetahuan orang risiko tinggi HIV
pengetahuan, biasanya orang yang dan AIDS tentang HIV/AIDS dan
memiliki jenjang pendidikan lebih program pelayanan VCT
tinggi biasanya memiliki tingkat Hasil penelitian yang
pengetahuan yang baik. menunjukkan bahwa sebagian besar
Penelitian yang dilakukan oleh responden mempunyai pengetahuan
Amiruddin dan Yanti (2011), yang baik sebanyak 46 orang
menjelaskan hubungan tingkat (53.6%) terhadap HIV/AIDS dan
pendidikan dengan tindakan berisiko program pelayanan VCT. Hal ini
tertular HIV dan AIDS pada anak dikarenakan tingkat pengetahuan
jalanan. Namun dari hasil penelitian disebabkan oleh beberapa faktor
tersebut terlihat justru yang diantaranya tingkat pendidikan,
melakukan tindakan berisiko pada lingkungan, dan informasi/media
responden yang tingkat massa. Tingkat pendidikan
pendidikannya tinggi lebih besar merupakan suatu usaha untuk
dibandingkan dengan responden mengembangkan kepribadian dan
yang tingkat pengetahuannya kemampuan untuk medapatkan
rendah. Hal ini berarti semakin informasi (Notoatmodjo, 2007).
tinggi tingkat pendidikan, maka Orang risiko tinggi pada
akan cendrung melakukan tindakan penelitian ini mempunyai tingkat
berisiko tertular HIV dan AIDS. pengetahuan rata-rata SLTA dan
sedang menjalankan proses belajar
e. Pekerjaan pada jenjang perguruan tinggi,
Berdasarkan hasil penelitian selain pendidikan, orang risiko
menunjukkan bahwa pekerjaan tinggi HIV dan AIDS sering
responden sebagian besar mendapatkan informasi tentang HIV
mahasiswa sebanyak 37 orang dan AIDS baik dari media massa
(44%) dan Ibu Rumah Tangga dan petugas kesehatan yang sering
sebanyak 20 orang (23.8%). memberikan informasi. Lingkungan
Mahasiswa yang tinggal tanpa juga mempunyai peran penting
pengawasan orang tua lebih bebas dalam mempengaruhi tingkat
perilaku kepada teman wanitanya. pengetahuan. Hal ini terjadi karena
Mahasiswa mempunyai kerentanan adanya interaksi timbal balik yang
tertular HIV dan AIDS di sebabkan akan direspon sebagai pengetahuan
oleh pergaulan bebas seperti oleh setiap individu.
pengguna narkoba khususnya suntik Menurut penelitian yang
dan seks bebas. Selain mahasiswa, dilakukan Sari (2011), mengatakan
IRT juga mempunyai kerentanan pengetahuan pada mahasiswa
terinfeksi HIV. Hal ini disebabkan tentang HIV dan AIDS adalah baik.
oleh ketimpangan gender yang Tingkat pendidikan dan media
berdampak pada ketidakmampuan informasi menjadi suatu hal yang
perempuan mengontrol perilaku mempengaruhi tingkat pengetahuan
seksual suami, seperti membeli jasa seseorang. Pengetahuan sangat erat
pekerja seks komersial dan memakai kaitannya dengan pendidikan
858
Jom Vol 2 No 1, Februari 2015

dimana diharapkan seseorang yang dipersepsi. HIV dan AIDS


dengan pendidikan tinggi, maka merupakan suatu objek yang sering
orang tersebut akan semakin luas didengar oleh masyarakat dan
pula pengetahuannya. Media merupakan suatu penyakit
informasi juga mempunyai peran masyarakat yang sangat serius.
penting dalam meningkatkan Menurut penelitian Legiati
pengetahuan seseorang. Kemajuan (2012), menyatakan persepsi ibu
teknologi akan tersedia bermacam- hamil tentang manfaat tes HIV
macam media massa seperti televisi, mayoritas tinggi atau positif.
radio, surat kabar, majalah, dan lain- Persepsi manfaat yang tinggi
lain mempunyai pengaruh besar disebabkan tingkat pengetahuan
terhadap pembentukan opini dan yang baik dan sosialisasi yang
kepercayaan orang. Dalam diberikan. Persepsi yang positif
penyampaian informasi media tidak menjamin seseorang
massa membawa pesan-pesan yang mempunyai sikap dan motivasi yang
berisi sugesti yang dapat baik juga.
mengarahkan opini seseorang Penelitian lain oleh Indriyani
(Notoatmodjo, 2007). (2012), menunjukkan bahwa
Hasil penelitian yang dilakukan persepsi warga binaan
Syahrir (2013), menunjukkan bahwa pemasyarakatan (WBP) terhadap
sebagian besar orang risiko tinggi kebutuhan VCT yaitu baik.
HIV dan AIDS mempunyai Keyakinan mengenai kebutuhan
pengetahuan yang baik tentang terhadap layanan kesehatan terdiri
pemanfaatan VCT. Pengetahuan atas persepsi seseorang terhadap
menjadi salah satu faktor status kesehatannya dan respon
predisposisi yang mempengaruhi seseorang apabila menderita
pemanfaatan VCT. Pengetahuan penyakit. Klinik layanan VCT yang
tersebut berupa informasi yang bersifat sukarela atas keinginan
diketahui oleh responden tentang klien akan sangat berkaitan dengan
cara penularan HIV dan AIDS serta faktor kebutuhan klien untuk
prinsip, tujuan, sasaran, dan tahapan memanfaatkan layanan VCT.
pelaksanaan VCT.
c. Sikap orang risiko tinggi HIV dan
b. Persepsi orang risiko tinggi HIV dan AIDS tentang HIV/AIDS dan
AIDS tentang HIV/AIDS dan program pelayanan VCT
program pelayanan VCT Berdasarkan hasil penelitian
Hasil penelitian menunjukkan yang dilakukan pada 84 orang risiko
bahwa sebagian besar responden tinggi HIV dan AIDS di wilayah
mempunyai persepsi positif kerja Puskesmas Simpang Tiga
sebanyak 46 orang (54.8%) tentang kecamatan Marpoyan Damai
HIV/AIDS dan pelayanan VCT. menunjukkan bahwa sebagian besar
Persepsi orang risiko tinggi HIV dan sikap orang risiko tinggi HIV dan
AIDS dipengaruhi oleh faktor-faktor AIDS positif sebanyak 47 orang
tertentu. Faktor yang mempengaruhi (56%) tentang pelayanan VCT.
orang risiko tinggi HIV dan AIDS Keyakinan-keyakinan dan perasaan-
pada penelitian ini yaitu faktor perasaan orang risiko tinggi
eksternal meliputi informasi yang terhadap HIV dan AIDS dan
diperoleh, manfaat objek yang pelayanan VCT dibentuk oleh
dipersepsi, pengetahuan dan komponen kognitif. Komponen
kebutuhan sekitar. Faktor lain yang kognitif berkaitan dengan
mempunyai peran dalam persepsi pengetahuan dan pandangan
menurut Walgito (2004) yaitu objek keyakinan. penetahuan orang risiko
859
Jom Vol 2 No 1, Februari 2015

tinggi HIV dan AIDS tentang HIV dipengaruhi oleh beberapa hal
dan VCT cukup baik, hal ini yang yaitu diantaranya pengalaman
membentuk sikap positif orang pribadi, media massa, pengaruh
risiko tinggi terhadap HIV/AIDS orang lain yang dianggap penting,
dan VCT. pengaruh kebudayaan, lembaga
Komponen kognitif juga pendidikan, dan lembaga agama
seringkali disama kan dengan serta faktor eksternal. Sikap orang
pandangan yang menyangkut risiko tinggi HIV dan AIDS yang
masalah issue atau problem positif seharusnya diikuti dengan
controversial (Yusuf, 2006). sikap yang baik pula tentang
Masalah issue HIV dan AIDS penggunaan pelayanan VCT.
merupakan issue yang sering
diperbincangkan dimasyarakat, hal d. Motivasi orang risiko tinggi HIV
ini juga yang membentuk sikap dan AIDS tentang program
orang risiko tinggi HIV dan AIDS. pelayanan VCT
Penelitian oleh Burhan (2012), Hasil penelitian menunjukkan
menjelaskan sikap positif bahwa sebagian besar responden
perempuan terinfeksi HIV dapat mempunyai motivasi rendah
meningkatkan pelayanan kesehatan. sebanyak 50 orang (59.5%) terhadap
Sikap berpengaruh langsung program pelayanan VCT. Hal ini
terhadap perilaku, lebih berupa dikarenakan ada rasa takut dan
predisposisi perilaku yang hanya cemas jika mereka mengetahui
akan direalisasikan apabila kondisi status kesehatannya terkait HIV dan
dan situasi memungkinkan. Sikap AIDS.
akan berubah dengan akses terhadap Penelitian ini sesuai dengan
informasi melalui persuasif dan penelitian Sunardi (2012), motivasi
tekanan dari kelompok sosial, orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
seseorang sering bertindak berkunjung ke pelayanan VCT
bertentangan dengan sikap. digolongkan rendah. Pengetahuan
Menurut penelitian lain yang tentang VCT yang masih rendah
dilakukan Syahrir (2013), menjadi faktor utama ODHA untuk
menunjukkan bahwa sebagian berkunjung ke pelayanan VCT serta
besar orang risiko tinggi HIV dan terdapat kecemasan dan rasa takut
AIDS mempunyai sikap positif jika mereka mengetahui dirinya
terhadap pelayanan VCT. Sikap terinfeksi HIV.
merupakan salah satu faktor Menurut teori Maslow, motivasi
predisposisi lain yang mendasarkan pada kebutuhan
mempengaruhi pemanfaatan suatu biologis dan kebutuhan psikologis.
pelayanan kesehatan oleh Jika seseorang mengetahui status
masyarakat. Sikap ditunjukkkan kesehatannya terkait HIV setelah
dalam bentuk pendapat atau melakukan pemeriksaan, maka ada
tanggapan orang risiko tinggi HIV beberapa kebutuhan maslow yang
dan AIDS serta pelaksanaan terganggu diantaranya kebutuhan
pelayanan VCT berupa kesiapan fisiologis, kebutuhan rasa aman,
orang risiko tinggi HIV dan AIDS kebutuhan sosialisasi, dan
dalam melaksanakan pemeriksaan kebutuhan aktualisasi diri
maupun mengetahui hasil tes HIV (Notoatmodjo, 2007).
tersebut. Penelitian lain oleh Sitepu
Bedasarkan penelitian ini (2012), menjelaskan bahwa terdapat
dapat disimpulkan bahwa sikap pengaruh antara motivasi dengan
seseorang terhadap suatu objek pemanfaatan klinik IMS/HIV dan
mengenai HIV dan AIDS dapat AIDS. Motivasi merupakan faktor
860
Jom Vol 2 No 1, Februari 2015

yang paling dominan mempengaruhi orang risiko tinggi HIV dan AIDS
pemanfaatan pelayanan VCT terhadap pelayanan VCT.
dikarenakan motivasi seringkali
1
diikuti dengan tindakan. Ketika Husnul Umam, Mahasiswa Program Studi
motivasi seseorang rendah maka Ilmu Keperawatan Universitas Riau, Indonesia
2
seseorang tersebut akan lebih diam, Yulia Irvani Dewi, Dosen Bidang Keilmuan
dan ketika motivasi seseorang tinggi Keperawatan Maternitas Program Studi Ilmu
maka seseorang tersebut akan lebih Keperawatan Universitas Riau, Indonesia
3
bertindak. Veny Elita, Dosen Bidang Keilmuan
Keperawatan Jiwa Program Studi Ilmu
KESIMPULAN DAN SARAN Keperawatan Universitas Riau, Indonesia
A. Kesimpulan
Hasil penelitian yang dilakukan di DAFTAR PUSTAKA
wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga Amiruddin, R, & Yanti, F. (2011). Tindakan
Kecamatan Marpoyan Damai, berisiko tertular HIV-AIDS pada anak
menunjukkan mayoritas orang risiko jalanan di Kota Makasar. Makasar:
tinggi HIV dan AIDS berumur 17-25 Universitas Hasanuddin. Diperoleh pada
tahun (remaja akhir), sebagian besar tanggal 28 Januari 2015 dari
responden berjenis kelamin laki-laki, http://repository.unhas.ac.id/bitstream/ha
sebagian besar responden belum menikah, ndle/123456789/6692/JURNAL
sebagian besar responden berada pada PENELITIAN.docx?sequence=1
tingkat SLTA, dan sebagian besar Anastasya, G. (2008). Karakteristik penderita
responden merupakan mahasiswa. Hasil HIV/AIDS di pusat pelayanan khusus
Penelitian menunjukkan bahwa sebagian (pusyansus) klinik voluntary counseling
besar responden mempunyai pengetahuan and testing (VCT) RSUP H. Adam Malik
baik, persepsi positif, sikap positif, dan Medan tahun 2006–2007. Medan: USU
mempunyai motivasi yang rendah tentang Digital Library. Diperoleh tanggal 29
HIV/AIDS dan program pelayanan VCT. Januari 2015 dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/1234
B. Saran 56789/16364/7/Cover.pdf
Penelitian ini diharapkan kepada pihak Angreani, S. (2005). Faktor-faktor yang
puskesmas untuk memberikan perhatian berhubungan dengan perilaku seks
khusus dan membuat program berisiko terinfeksi HIV/AIDS pada supir
perencanaan untuk menggalakkan dan kernet truk jarak jauh. Jakarta: FKM
pemberantasan HIV dan AIDS dan UI.
meningkatkan pemberian motivasi kepada Arikunto, S. (2005). Manajemen penelitian.
orang risiko tinggi HIV dan AIDS terkait Jakarta: Rineka Cipta.
dengan program pelayanan VCT. Kader Aswar, S. (2012). Determinan penggunaan
LKB dan LSM juga diharapkan dapat pelayanaan VCT oleh ibu rumah tangga
memberikan motivasi kepada orang risiko berisiko tinggi HIV positif di Kabupaten
tinggi HIV dan AIDS terhadap program Biak Numfor Papua. Jurnal Universitas
pelayanan VCT untuk meningkatkan Hasanuddin. Diperoleh tanggal 21 Mei
angka kunjungan orang risiko tinggi HIV 2014 dari
dan AIDS terhadap pelayanan VCT. http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/762f3
Peneliti yang akan melanjutkan penelitian 9fb291dd70d0b17a8ffcd0488fc.pdf
ini diharapkan tidak hanya melihat Burhan, R. (2012). Pemanfaatan pelayanan
karakteristik responden tetapi juga melihat kesehatan oleh perempuan terinfeksi
hubungan dan membahas komponen HIV/AIDS. Kesmas Jurnal Kesehatan
motivasi pada orang risiko tinggi terhadap Masyarakat Nasional. diperoleh tanggal
pelayanan VCT yaitu dengan membahas 27 Januari 2015 dari
bentuk motivasi yang mempengaruhi http://jurnalkesmas.ui.ac.id/index.php/kes
mas/article/view/339
861
Jom Vol 2 No 1, Februari 2015

Dinkes Propinsi Riau. (2014). Laporan http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/203584


kumulatif penderita HIV dan AIDS 57-TA-Yuli%20Luthfiana.pdf
periode 1997-2014. Mubarak., Chayatin., Rozikin., Supardi.
Ditjen PP & PL Kemenkes RI (2014). Laporan (2007). Promosi kesehatan sebuah
perkembangan HIV-AIDS di Indonesia pengantar proses belajar mangajar dalam
Triwulan III Tahun 2014. Diperoleh pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
tanggal 07 Juli 2014 dari Notoatmodjo, S, (2005). Pendidikan dan
http://www.spiritia.or.id/Stats/StatCurr.ph perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
p?lang=id&gg=1 Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan &
Fibriana. (2012). Keikutsertaan pelanggan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
wanita pekerja seks dalam VCT di
Resosialisasi Argorejo. Diperoleh tanggal Nursalam & Kurniawati, D. (2011). Asuhan
21 Mei 2014 dari keperawatan pada pasien terinfeksi
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/ke HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika.
mas PKBI & Yayasan Utama Riau. (2014).
Hasibuan, M. (2005). Manajemen sumber Laporan rekap standart performance.
daya manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Sitepu, M. (2012). Pengaruh pengetahuan
Indriyani, A. (2012). Gambaran dan faktor persepsi dan motivasi PSK terhadap
yang berhubungan dengan partisipasi pemanfaatan pelayanan klinik IMS/HIV-
VCT (voluntary counseling and testing) AIDS di Puskesmas Bandar Baru. Medan:
pada warga binaan pemasyarakatan di Universitas Sumatera Utara. Diperoleh
Rumah Tahanan Negara Kelas II Pondok pada tanggal 28 Januari 2015 dari
Bambu tahun 2012. diperoleh pada http://repository.usu.ac.id/bitstream/1234
tanggal 3 Februari 2015 dari 56789/33649/7/Cover.pdf
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/203550 Sunardi, D. (2012). Faktor-faktor yang
58-S-Ayu Indriyani.pdf berhubungan dengan motivasi ODHA
Jayanti, E. (2008). Deskripsi dan faktor yang (orang dengan HIV/AIDS) berkunjung ke
berpengaruh terhadap status HIV pada klinik CST (Care Support and Treatment)
pengguna klinik-klinik layanan tes HIV di Puskesmas Kecamatan Tambora.
DKI Jakarta dan Bali tahun 2007. Jakarta: Perpustakaan Fakultas Ilmu Keperawatan-
Perpustakaan Universitas Indonesia. UMJ. Diperoleh pada tanggal 28 Januari
Diperoleh pada tanggal 28 Januari 2015 2015 dari http://psik-
dari umj.ac.id/library/index.php?p=show_deta
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/1259 il&id=1241
29-S-5471-Deskripsi dan-Analisis.pdf Syahrir, W. (2013). Faktor yang berhubungan
Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. dengan pemanfaatan voluntary counseling
(2011). Upaya penanggulangan HIV dan and testing (VCT). Diperoleh tanggal 3
AIDS di Indonesia 2006-2011. Februari 2015 dari
Legiati, T. (2012). Perilaku ibu hamil untuk http://repository.unhas.ac.id/bitstream/ha
tes HIV di kelurahan Bandarharjo dan ndle/123456789/9517/Wahyunita Syahrir
Tanjung Mas kota Semarang. Bandung: K11110306.pdf?sequence=1
Politeknik Kesehatan Kemenkes Jurusan Toha, M. (2007). Perilaku organisasi: konsep
Kebidanan. Diperoleh pada tanggal 28 dasar dan aplikasinya. Jakarta: Rajawali
Januari 2015 dari Press.
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/jpki/ Walgito, B. (2004). Pengantar psikologi
article/download/5560/4942 umum. Yogyakarta: Andi.
Luthfiana, Y. (2012). Hubungan pengetahuan Yusuf, S. (2006). Psikologi perkembangan
dan sikap terhadap perilaku berisiko anak dan remaja. Bandung: Remaja
HIV/AIDS pada pekerja bangunan proyek Rosdakarya.
World Class University tahun 2012.
Jakarta: Universitas Indonesia. Diperoleh
tanggal 29 Januari 2015 dari
862

Anda mungkin juga menyukai