Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

Disusun Oleh :
dr. Nita Juliana Anggraini

Dokter Pembimbing Internship :


dr. Sri Hartati

PUSKESMAS KECAMATAN CILANDAK


DOKTER INTERNSHIP
PERIODE FEBRUARI 2018 – MEI 2018
BERITA ACARA PRESENTASI LAPORAN KASUS

Pada hari ini, tanggal 22 April 2018 telah dipresentasikan laporan kasus oleh:

Nama Peserta : dr. Nita Juliana Anggraini

Dengan Judul/Topik : Hipertensi dalam Kehamilan

Nama Pembimbing : dr. Sri Hartati

Nama Wahana : Puskesmas Kecamatan Cilandak

No. Nama Peserta Presentasi Keterangan

1 dr. Fhaiqotul Vizky Amalia S

2 dr. Andreas Wongso

3 dr. Hana Handwiratna

4 dr. Kamila Fitri Islami

5 dr. Ihsan Azka Andriansyah

6 dr. Kenny Andrianus J

Pendamping Internsip

dr. Sri Hartati


BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 IDENTITAS

Nama : Ny. D

Umur : 32 tahun

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Agama : Islam

Alamat : Jl. Damai Musyawarah, Pondok Labu

1.2 ANAMNESA

Keluhan Utama

Os mengaku hamil 35 minggu, mengeluh sakit kepala dan kaki bengkak sejak 1 minggu

yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang

G2P1A0 hamil 35 minggu datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri kepala dan kaki

dirasakan semakin bengkak sejak 1 minggu yang lalu. OS tidak merasakan mulas,

penglihatan kabur disangkal, nyeri epigastrium disangkal. Os mengatakan tidak ada

keluar ketuban dan tidak ada perdarahan.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat hipertensi sebelum kehamilan disangkal, tetapi pada saat akan melahirkan anak

pertama tekanan darah OS juga tinggi, DM dan hepatitis disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu OS menderita hipertensi sampai saat ini dan rutin minum obat untuk tekanan darah

tinggi, DM, dan Asma.

Riwayat Psikososial

OS tidak merokok dan minum minuman beralkohol.

Riwayat Pengobatan

Tidak mengkonsumsi obat apapun sebelum MRS

Riwayat Pemeriksaan Kehamilan

Pemeriksaan selama kehamilan (ANC) sebanyak 5 kali dilakukan di puskesmas.

Riwayat Haid

Pertama kali haid saat berusia 12 tahun, teratur, sering terasa sakit saat haid namun setelah

menikah sudah jarang sakit saat haid, durasi haid 5 hari, siklus 28 hari, HPHT 20 Juli 2017.

Riwayat Alergi

Tidak memiliki alergi terhadap suhu, makanan, minuman, obat, dll.

Riwayat Operasi

Belum pernah operasi

Riwayat KB

Belum pernah mengikuti program KB

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital

Suhu : 36.50C
Pernapasan : 20 kali/menit

Nadi : 84 kali/menit regular, isi cukup

Tekanan darah : 150/100 mmHg

Status Generalis

 Mata : Ikterik (-/-), Anemis (-/-)

 Hidung : Napas cuping hidung (-), epistaksis(-), deviasi septum(-)

 Mulut : Kering (-), sianosis (-)

 Leher : Pembesaran KGB submandibula (-)

 Telinga : Sekret (-/-)

Status Lokalis

 Thorax

o I: Dinding dada simetris

o P: Teraba getaran di seluruh lapang paru

o P: Sonor

o A: Vesikuler (+/+), Ronkhi basah (-/-), Wheezing (-/-)

 Extremitas

o Atas : Akral hangat, CRT < 2detik,

o Bawah : Akral hangat, CRT < 2detik, edema tungkai kanan dan kiri (+)

Status Obstetri

 Abdomen

Inspeksi : Tampak perut membuncit

o Leopold I : TFU 35 cm, teraba bagian teratas janin bulat lunak

o Leopold II : Teraba punggung dibagian sinistra


o Leopold III : Teraba bagian terbawah janin bulat keras

o Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP,

 Kontraksi/his (-), DJJ (142x/menit)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Hasil Nilai rujukan Satuan


Hemoglobin 13,1 12-14 G%
Hematokrit 39 40-45 %
Leukosit 10.000 4000-11000 mm3
Trombosit 350.000 150 rb- 400 rb mm3
GDS 84 <180 Mg/dl
Protein - - -
Gol Darah B+

Riwayat Persalinan
No Tempat Penolong Thn Aterm Jenis Penyulit Anak
bersalin Persalinan
JK Keadaan

1. Anak Bidan 2014 Aterm Normal Hipertensi Perempuan BB: 3100


Pertama dalam gr
Kehamilan
ASI: 2 th

2. Kehamilan
sekarang
DIAGOSIS

Ibu : G2P1A0 Hamil 35 minggu dengan Hipertensi dalam Kehamilan

Bayi : Janin Presentasi Kepala Tunggal Hidup Intrauterin

PENATALAKSANAAN
- Rujuk ke poli kandungan rumah sakit

PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad fungtionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI
Preeklampsia adalah kelainan malfungsi endotel pembuluh darah atau vaskular yang
menyebar luas sehingga terjadi vasospasme setelah usia kehamilan 20 minggu,
mengakibatkan terjadinya penurunan perfusi organ dan pengaktifan endotel yang
menimbulkan terjadinya hipertensi, edema nondependen, dan dijumpai proteinuria 300mg
per 24 jam atau 30mg/dl (+1 pada dipstick) dengan nilai sangat fluktuatif saat pengambilan
urin sewaktu (Brooks MD, 2011).

II. EPIDEMIOLOGI
Klasifikasi Preeklampsia

Dari berbagai gejala, preeklampsia dibagi menjadi preeklampsia ringan dan preeklampsia
berat.

1. Kriteria preeklampsia ringan :


 Hipertensi dengan sistolik/diastolik > 140/90 mmHg, sedikitnya enam jam pada dua
kali pemeriksaan tanpa kerusakan organ.
 Proteinuria > 300 mg/24 jam atau > 1 + dipstik.
 Edema generalisata yaitu pada lengan, muka, dan perut.
2. Preeklampsia berat dibagi menjadi : preeklampsia berat tanpa impending eclampsia dan
preeklampsia berat dengan impending eclampsia.
 Kriteria preeklampsia berat :
a. Tekanan darah sistolik/diastolik > 160/110 mmHg sedikitnya enam jam pada
dua kali pemeriksaan. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil
sudah dirawat di rumah sakit dan telah menjalani tirah baring.
b. Proteinuria > 5 gram/24 jam atau > 3 + dipstik pada sampel urin sewaktu yang
dikumpulkan paling sedikit empat jam sekali.
c. Oliguria < 400 ml / 24 jam.
d. Kenaikan kadar kreatinin plasma > 1,2 mg/dl.
e. Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala persisten,
skotoma, dan pandangan kabur.
f. Nyeri epigastrium pada kuadran kanan atas abdomen akibat teregangnya
kapsula glisson.
g. Edema paru dan sianosis.
h. Hemolisis mikroangipatik karena meningkatnya enzim laktat dehidrogenase.
i. Trombositopenia ( trombosit < 100.000 mm3)
j. Oligohidroamnion, pertumbuhan janin terhambat, dan abrupsio plasenta.
k. Gangguan fungsi hepar karena peningkatan kadar enzim ALT dan AST.

III. ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI


Etiologi terjadinya preeklampsia hingga saat ini belum diketahui secara pasti.
Terdapat banyak teori yang ingin menjelaskan tentang penyebab preeclampsia tetapi
tidak ada yang memberikan jawaban yang memuaskan.Tetapi, ada beberapa faktor yang
berperan, yaitu:

 Peran Prostasiklin dan Tromboksan


Pada preeklampsia dijumpai kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga sekresi
vasodilatator prostasiklin oleh sel-sel endotelial plasenta berkurang, sedangkan
pada kehamilan normal, prostasiklin meningkat. Sekresi tromboksan oleh
trombosit bertambah sehingga timbul vasokonstriksi generalisata dan sekresi
aldosteron menurun. Perubahan aktivitas tromboksan memegang peranan sentral
terhadap ketidakseimbangan prostasiklin dan tromboksan. Hal ini mengakibatkan
pengurangan perfusi plasenta sebanyak 50%, hipertensi, dan penurunan volume
plasma.

 Peran Faktor Imunologis


Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama karena pada kehamilan
pertama terjadi pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak
sempurna. Pada preeklampsia terjadi kompleks imun humoral dan aktivasi
komplemen. Hal ini dapat diikuti dengan terjadinya pembentukan proteinuria.
 Peran Faktor Genetik
Bukti yang mendukung berperannya faktor genetik pada penderita preeklampsia
adalah peningkatan Human leukocyte antigen (HLA). Menurut beberapa
peneliti,wanita hamil yang mempunyai HLA dengan haplotipe A 23/29, B 44 dan
DR 7 memiliki resiko lebih tinggi menderita preeklampsia dan

pertumbuhan janin terhambat.

 Disfungsi endotel
Kerusakan sel endotel vaskuler maternal memiliki peranan pada terjadinya
preeklampsia. Kerusakan endotel vaskular pada preeklampsia dapat menyebabkan
penurunan produksi prostasiklin, peningkatan aktivitas agregasi trombosit dan
fibrinolisis, kemudian diganti oleh trombin dan plasmin. Trombin akan
mengkonsumsi antitrombin III sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivitas trombosit
menyebabkan pelepasan tromboksan A2 dan serotonin sehingga terjadi
vasospasme dan kerusakan endotel.

IV. PENATALAKSANAAN PREEKLAMSIA

1. Penanganan Umum
 Jika tekanan diastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi sampai tekanan diastolik
antara 90-100 mmHg
 Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar no.16 atau lebih
 Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload
 Kateterisasi urin untuk pengukuran volume dan pemeriksaan proteinuria
 Infus cairan dipertahankan 1,5 - 2 liter/24 jam
 Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan
kematian ibu dan janin
 Observasi tanda vital, refleks dan denyut jantung janin setiap 1 jam
 Auskultasi paru untuk mencari tanda edema paru. Adanya krepitasi merupakan
tanda adanya edema paru. Jika ada edema paru, hentikan pemberian cairan dan
berikan diuretik (mis. Furosemide 40 mg IV)
 Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan. Jika pembekuan tidak terjadi setelah
7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati
2. Anti Konvulsan (MgSO4)
3. Anti Hipertensi
 Obat pilihan adalah Nifedipin, yang diberikan 5-10 mg oral yang dapat diulang
sampai 8 kali/24 jam
 Jika respons tidak membaik setelah 10 menit, berikan tambahan 5 mg sublingual
Nifedipin 10 mg sublingual.
Alogoritma Penatalaksanaan Preeklamsia

preeklamsia

Ringan Berat Eklamsia

Rawat RS: Rawat RS:

istirahat  MgSO4
 Anti konvulsan
 Oksigen
 MgSO4
 Anti hipertensif
 Oksigen
 Anti hipertensif

Gejala berkurang Progresif

KU stabil

Induksi Persalinan
Rawat jalan

Pertimbangkan
persalinan
pervaginam
Stabil

Pervaginam Berhasil Gagal SC


Alur Pemberian MgSO4

V. KOMPLIKASI

Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre-eklampsia dan eklampsia. Komplikasi
yang tersebut di bawah ini biasanya terjadi pada pre-eklampsia berat dan eklampsia.

1. Solusio plasenta. Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi
akut dan lebih sering terjadi pada pre-eklampsia. Di Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo 15,5% solusio plasenta disertai pre-eklampsia.
2. Hipofibrinogenemia. Pada pre-eklampsia berat Zuspan (1978) menemukan 23%
hipofibrinogenemia, maka dari itu penulis menganjurkan pemeriksaan kadar
fibrinogen secara berkala.

3. Hemolisis. Penderita dengan pre-eklampsia berat kadang-kadang menunjukkan gejala


klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus. Belum diketahui dengan pasti apakah ini
merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah. Nekrosis periportal
hati yang sering ditemukan pada autopsi penderita eklampsia dapat menerangkan
ikterus tersebut.

4. Perdarahan otak. Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal


penderita eklampsia.

5. Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai


seminggu, dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina; hal ini
merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.

6. Edema paru-paru. Zuspan (1978) menemukan hanya satu penderita dari 69 kasus
eklampsia, hal ini disebabkan karena payah jantung.

7. Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati pada pre-eklampsia-eklampsia merupakan


akibat vasopasmus arteriol umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia, tetapi
ternyata juga ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui
dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.

8. Sindroma HELLP. yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet.

9. Kelainan ginjal. Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembeng-kakan


sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain
yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.

10. Komplikasi lain. Lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat kejang-kejang
pneumonia aspirasi, dan DIC (disseminated intravascular coogulation).

11. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin.


BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

 Pada pasien ini ditegakkan diagnosis Hipertensi dalam Kehamilan dimana tekanan
darah pasien 150/100mmHg dengan proteinuria - .
 Penatalaksanaan hipertensi dalam kehamilan dilakukan rujukan untuk observasi
lebih lanjut.
 Pada pasien ini masih dilakukan pemantauan untuk menentukan janin di
pertahankan sampai aterm atau di terminasi pada usia kehamilan saat ini. Jika
kondisi membaik perlu pemantauan secara rutin kondisi ibu.
 Evaluasi TTV dan produksi urin menjadi tolak ukur dan alat evaluasi keadaan
pasien.
 Penyebab hipertensi dalam kehamilan dewasa ini masih belum ditemukan secara
pasti.

SARAN

 Penyuluhan bagi para ibu dengan kehamilan untuk melakukan Ante Natal Care
secara teratur di RS atau Bidan.
 Pemeriksaan USG minimal 3x selama kehamilan, 1x pada setiap trimester untuk
mendeteksi dini adanya kelainan pada kehamilannya dan untuk pemantauan
kesejahteraan janin.
 Penyuluhan pada para ibu dengan kehamilan untuk dapat melakukan pemantauan
kesejahteraan janinnya sendiri dengan cara yang sederhana, misalnya menghitung
gerakan janin dengan cara Cardif count, sehingga bila terjadi penurunan
kesejahteraan janin dapat di deteksi dini.
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1. Winknjosastro H. Ilmu Kebidanan Edisi III,cetakan lima. Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo. Balai Penerbit FK UI. Jakarta. 1999. 357-8, 785-790.

2. Cunningham, FG. Williams Obstetrics 21 st Edition. McGraw Hill.USA. 1073-1078,


1390-94, 1475-77

3. De Cherney, Alan. Nathan,Lauren. Current. Obstetry & Gynecology.LANGE.


Diagnosis and Treatment. Page 173-4, 201

4. Scott, James. Disaia, Philip. Hammond, B. charles, Danforth Buku Saku Obstetri dan
Ginekologi. Cetakan pertama, Jakarta ; Widya Medika, 2002.

5. Ultrasonography in Obstetry and Gynecology. Fifth Edition. Saunders Elsevier. Page


747.

6. Wardhani, dyah P, dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran edisi ke-4. Media
aeusclapius: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai