Anda di halaman 1dari 2

Syok hipovolemik merupakan syok yang terjadi akaibat berkurangnya volume plasma di intravaskuler.

Syok ini dapat terjadi akibat perdarahan hebat (hemoragik), trauma yang menyebabkan perpindahan
cairan (ekstravasasi) ke ruang tubuh non fungsional, dan dehidrasi berat oleh berbagai sebab seperti
luka bakar dan diare berat. Kasus-kasus syok hipovolemik yang paing sering ditemukan disebabkan oleh
perdarahan sehingga syok hipovolemik dikenal juga dengan syok hemoragik. Perdarahan hebat dapat
disebabkan oleh berbagai trauma hebat pada organ- organ tubuh atau fraktur yang yang disertai dengan
luka ataupun luka langsung pada pembuluh arteri utama (Hardisman, 2013).

2.1 Syok Hipovolemik 2.1.1 Definisi Syok hipovolemik didefinisikan sebagai penurunan perfusi dan
oksigenasi jaringan disertai kolaps sirkulasi yang disebabkan oleh hilangnya volume intravaskular akut
akibat berbagai keadaan bedah atau medis (Greenberg, 2005). 2.1.2 Etiologi Penurunan volume
intravaskular yang terjadi pada syok hipovolemik dapat disebabkan oleh hilangnya darah, plasma atau
cairan dan elektrolit (Tierney, 2001). Menurut Sudoyo et al. (2009), penyebab syok hipovolemik, antara
lain: 1. Kehilangan darah a. Hematom subkapsular hati b. Aneurisma aorta pecah

Gejala dan tanda yang disebabkan oleh syok hipovolemik akibat nonperdarahan serta perdarahan
adalah sama meskipun ada sedikit perbedaan dalam kecepatan timbulnya syok (Baren et al., 2009).
Gejala klinis pada suatu perdarahan bisa belum terlihat jika kekurangan darah kurang dari 10% dari total
volume darah karena pada saat ini masih dapat dikompensasi oleh tubuh. Bila perdarahan terus
berlangsung maka tubuh tidak mampu lagi mengkompensasinya dan menimbulkan gejala-gejala klinis.
Secara umum, syok hipovolemik menimbulkan gejala peningkatan frekuensi jantung dan nadi (takikardi),
pengisian nadi yang lemah, kulit dingin dengan turgor yang jelek, ujung-ujung ekstremitas dingin, dan
pengisian kapiler lambat (Hardisman, 2013). Pasien hamil bisa saja menunjukkan tanda dan gejala syok
hipovolemik yang atipikal hingga kehilangan 1500 ml darah tanpa terjadi perubahan tekanan darah
(Strickler, 2010). Keparahan dari syok hipovolemik tidak hanya tergantung pada jumlah kehilangan
volume dan kecepatan kehilangan volume, tetapi juga usia dan status kesehatan individu sebelumnya
(Kelley, 2005).

Kolelitiasis adalah keadaan dimana terdapatnya batu di dalam kandung empedu atau di dalam duktus
koledokus, atau pada kedua-duanya (Wibowo et al., 2002). Kolelitiasis merupakan masalah kesehatan
yang penting di negara Barat, sedangkan di Indonesia kolelitiasis baru mendapatkan perhatian
(Lesmana, 2009). Diperkirakan lebih dari 95% penyakit yang mengenai kandung empedu dan salurannya
adalah penyakit kolelitiasis (Kumar et al., 2007).

Kandung empedu adalah sebuah kantung berbentuk seperti buah pir, yang terletak pada permukaan
inferior dari hati pada garis yang memisahkan lobus kanan dan kiri, yang disebut dengan fossa kandung
empedu. Ukuran kandung empedu pada orang dewasa adalah 7cm hingga 10 cm dengan kapasitas lebih
kurang 30mL. Kandung empedu menempel pada hati oleh jaringan ikat longgar , yang mengandung vena
dan saluran limfatik yang menghubungkan kandung empedu dengan hati. Kandung empedu dibagi
menjadi empat area anatomi: fundus, korpus, infundibulum, dan kolum (Avunduk, 2002).

Kejadian batu empedu bervariasi di negara berbeda dan di etnis berbeda pada negara yang sama.
Perbedaan ini menunjukkan bahwa faktor genetik berperan penting dalam pembentukan batu empedu.
Prevalensi tinggi batu empedu campuran di negara Barat, sedangkan di Asia umumnya dijumpai batu
pigmen (Lee& Ko,2009). Batu pigmen sering diasosiasikan dengan penyakit hemolitik dan sering
dijumpai di daerah endemik anemia hemolitik dan malaria. Batu pigmen hitam merupakan penyebab
batu empedu di negara barat sekitar 25% , terdiri dari polimer bilirubin tanpa kalsium palmitat, sedikit
kolesterol dan matriks dari bahan organik. Batu pigmen hitam biasanya multipel, kecil, ireguler, dan
berwarna hijau-kehitaman. Batu pigmen coklat mengandung kalsium bilirubinat, kalsium palmitat, dan
hanya sedikit jumlah kolesterol yang terikat pada matriks bahan organik (Cuschieri, 2003; Debas, 2004).
Faktor gaya hidup , seperti obesitas, kurangnya beraktivitas, diet, dan obatobatan juga berperan penting
dalam kejadian batu empedu baik simtomatik ataupun asimtomatik. Diet tinggi karbohidrat, rendah
protein nabati, dan rendah serat juga dihubungkan dengan batu empedu simpomatik. Obat-obatan
diuretik seperti thiazid dan terapi estrogen juga meningkatkan resiko batu empedu (Lee& Ko,2009).

Anda mungkin juga menyukai