interpretasi px penunjang (yg paragraf 3), ini dijelasin jg knpa kok ekg dan thorax normal
pdhal pasien ngeluh gak enak di dada. EMA
Gula darah puasa 200 mg/dl Tinggi, menurut WHO ketika puasa: 4 - 7 mmol/l atau 72 - 126 mg/dl Trigliserida 160 mg/dl ambang tinggi (150-199 mg/dl), normalnya < 150 mg/dl. LDL kolesterol 160 mg/dl tinggi, normal menurut WHO <130 mg/dl dan <100 mg/dl (bila ada DM) HDL kolesterol 30 mg/dl kategori bahaya, normal menurut WHO ≥60 mg/dl HbA1C 8,46% DM tidak terkontrol Tekanan darah 160/100 mmHg hipertensi tahap 2, menurut Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia. EKG normal tidak ada kelainan pada kerja jantung Foto Radiologi Thoraks normal tidak ada kelainan pada thorak Perasaan tidak enak di dada bisa disebabkan karena gangguan peredaran darah koroner sehingga pada suatu saat atau pada keadaan tertentu tidak mencukupi keperluan metabolisme otot jantung karena meningkatnya kebutuhan oksigen (O2), dan bila kebutuhan oksigen tersebut menurun kembali, maka perasaan tersebut akan membaik. Chest discomfort ini tidak selalu bersumber dari jantung, namun bisa juga dari tempat lain seperti lambung (gejala sakit maag), paru-paru (gejala penyakit paru) atau kondisi psikis. Faktor risiko kardiovaskular antara lain : Faktor risiko mayor yang tidak dapat diubah : 1. Hereditas / Keturunan : termasuk Ras, anak yang orangtuanya menderita penyakit kardiovaskuler akan lebih besar kemungkinannya mendapat penyakit ini. 2. Laki-laki : risikonya lebih tinggi daripada wanita, dan mereka terkena serangan jantung pada usia yang lebih muda. 3. Peningkatan Umur : Mereka yang berusia diatas 40 tahun mempunyai risiko terserang penyakit Jantung. Berdasarkan penelitian di Amerika, sekitar empat dari lima orang yang mati karena serangan jantung berusia lebih dari 65 tahun. Faktor risiko mayor yang dapat diubah : 1. Merokok Risiko serangan jantung pada perokok dua kali lebih besar daripada yang bukan perokok. Bukti-bukti yang ada juga menunjukkan perokok pasif (berada dalam lingkungan yang merokok) mempunyai risiko penyakit jantung koroner yang meningkat. 2. Kadar kolesterol yang tinggi dalam darah Risiko PJK meningkat sesuai dengan peningkatan kadar kolesterol darah. Kadar kolesterol seseorang juga dipengaruhi oleh umur, kelamin, keturunan dan diet. 3. Tekanan darah tinggi (Hipertensi) Hipertensi meningkatkan beban jantung yang akan membuat dinding jantung menebal, jantung makin lama makin membesar dan melemah. Hal ini juga akan meningkatkan risiko stroke, serangan jantung, gagal ginjal, dan gagal jantung kongestif. 4. Kurangnya aktifitas fisik Olah raga aerobik yang teratur berperan penting dalam mencegah penyakit jantung dan pembuluh darah. Bahkan dengan aktifitas fisik dengan intensitas rendah juga menguntungkan jika dilakukan dengan teratur dan dalam jangka panjang. Olah raga dapat mengontrol kolesterol darah, diabetes, dan obesitas, juga mengontrol tekanan darah. Faktor risiko pelengkap : 1. Diabetes Mellitus Lebih dari 80% penderita diabetes mati karena beberapa bentuk dari penyakit jantung dan pembuluh darah. Keseimbangan kadar gula darah yang dibiarkan tidak terjaga dalam waktu cukup lama bisa meningkatkan risiko aterosklerosis, yaitu penyempitan pembuluh darah yang biasanya terjadi akibat akumulasi kolesterol. 2. Obesitas Orang-orang dengan berat badan berlebihan (akumulasi lemak tubuh berlebihan) mempunyai kemungkinan terkena penyakit jantung dan stroke lebih tinggi, meskipun tidak ada faktor risiko lainnya. Gemuk tidak sehat karena kelebihan berat badan meningkatkan beban jantung. Ini berhubungan dengan penyakit jantung koroner terutama karena pengaruhnya pada tekanan darah dan kadar kolesterol darah dan juga Diabetes Mellitus. 3. Stress Beberapa ahli mencatat hubungan antara PJK dengan stres dari kehidupan seseorang, perilaku dan status sosial-ekonomik. Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi faktor risiko yang sudah diakui. Misalnya, orang-orang saat stres mulai merokok atau merokok lebih sering daripada biasanya.
Pada kasus ini pasien merupakan perokok berat, obesitas, mempunyai
diabetes melitus yang tidak terkontrol, dan hipertensi tahap 2 yang dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular lebih besar.