Tugas Ujian Pak Kasie
Tugas Ujian Pak Kasie
2. Ganti rugi merupakan bagian dari hak restitusi. Pemberian ganti rugi kepada
korban/ahli waris yang dibebankan kepada pelaku tindak pidana berdasarkan
putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap atas kerugian materiil
dan/atau immateriil yang diderita korban atau ahli warisnya. Dalam UU Nomor
21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang,
restitusi adalah Dalam memberikan restitusi yang bertanggung jawab adalah
pelaku. Restitusi terhadap korban tindak pidana perdagangan orang menurut
Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang, merupakan pemberian ganti rugi kepada korban/ahli waris
yang dibebankan kepada pelaku tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan
yang berkekuatan hukum tetap atas kerugian materiil dan/atau immateriil yang
diderita korban atau ahli warisnya. Restitusi sebagaimana dimaksud berupa
ganti kerugian atas: kehilangan kekayaan atau penghasilan; penderitaan; biaya
untuk tindakan perawatan medis dan/atau psikologis; dan/atau kerugian lain
yang diderita korban sebagai akibat perdagangan orang. Pemberian restitusi
dilaksanakan sejak dijatuhkan putusan pengadilan tingkat pertama. Pemberian
restitusi dilakukan dalam 14 (empat belas) hari terhitung sejak diberitahukannya
putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Restitusi 20 Penjelasan
Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Perlindungan Saksi dan Korban, I. Umum. sebagaimana dapat dititipkan terlebih
dahulu di pengadilan tempat perkara diputus. Dalam hal pelaku diputus bebas
oleh pengadilan tingkat banding atau kasasi, maka hakim memerintahkan dalam
putusannya agar uang restitusi yang dititipkan dikembalikan kepada yang
bersangkutan.
4. Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (UU
SPPA) memberikan pendekatan yang berbeda dari UU sebelumnya, yakni UU
No. 3 Tahun 1997 tentang Peradilan Anak. Dalam UU SPPA 2012,
pendekatannya adalah menjauhkan anak dari penjara. Tindak pidana yang
dilakukan oleh anak tidak dapat disamakan layaknya tindak pidana yang
dilakukan oleh orang dewasa
Agar anak tak lagi mendekam di penjara karena melakukan tindak pidana,
pendekatan restorative justice harus dikedepankan. “Mengapa keadilan
restoratif? Karena pendekatan hukum adat di Indonesia lekat dengan
paradigma restorative justice. Pendekatan restorative lekat dengan pendekatan
hukum adat. Pada dasarnya sanksi hukum adat mengacu pada tujuan
mengembalikan keseimbangan, menghilangkan konflik, dan membebaskan rasa
bersalah pelaku, serta mengutamakan dialog, rekonsiliasi, perdamaian antar
pihak daripada penanganan melalui mekanisme hukum. Yang terpenting,
mengedepankan kepentingan terbaik bagi anak.
Karena sistem bergeser dari lex talionis atau retributive justice, maka
pendekatan ini menekankan pada upaya healing, penyembuhan pelaku, korban
dan masyarakat. Bahkan, memperhatikan kepentingan korban dan memberikan
kesempatan pelaku untuk mengungkapkan rasa sesalnya pada korban, dan
sekaligus menunjukkan tanggungjawabnya serta dapat bertemu dengan korban
dan mengurangi animosity. “Pendekatan juga menekankan pada
mengembalikan keseimbangan dalam masyarakat dan tentunya melibatkan
anggota masyarakat,” imbuhnya.
Namun, pendekatan ini tak menjamin anak bebas dari pidana penjara. Jika
Diversi tidak berhasil, maka perkara akan naik ke Pengadilan. Aturan untuk
melaksanakan Diversi. Diversi hanya bisa dilakukan terhadap anak yang berusia
12 tahun ke atas. Hal ini mengingat usia pertanggungjawaban anak yang diubah
dari 8 tahun menjadi 12 tahun. Kemudian tindak pidana yang bisa diancam
dengan pidana penjara di bawah tujuh tahun dan bukan merupakan
pengulangan tindak pidana.
Selain itu, perlu diketahui bahwa untuk membangun rumah atau merenovasi
rumah, diperlukan izin mendirikan bangunan atau izin khusus/keterangan
membangun yang diterbitkan oleh suku dinas. Untuk mendapatkan izin
tersebut, harus ada persyaratan yang harus dipenuhi, yang salah satunya
akan dilihat apakah pihak yang akan membangun memang memiliki hak atas
tanah yang akan dibangun. Jika dalam pembangunan rumah tersebut, pihak
tersebut tidak memiliki izin, maka ada sanksi yang dapat dikenakan.
2. Tidak dapat digugat kembali, karena tanah konsesi adalah tanah yang
kepemilikannya sudah milik negara. Jika dalam satu tahun perusahaan
pemegang konsesi tidak mengajukan permintaan untuk diubah menjadi HGU,
maka konsesi dan sewa yang bersangkutan tetap berlangsung namun hanya
selama lima tahun dan berakhir sendirinya. Jika sudah mengajukan dan tidak
bisa memenuhi syarat-syarat yang ditentukan Menteri Agraria, maka konsesi
itu setelah lima tahun akan berakhir sendirinya
3. Tidak bisa dikarenakan hak guna usaha terjadi karena penetapan pemerintah
yaitu melalui keputusan pemberian hak oleh Menteri. Pemberian hak guna
usaha wajib didaftarkan di buku tanah pada Kantor Pertahanan dan terjadi
sejak didaftarkan. Adapun tanah yang dapat diberikan dengan hak guna
usaha adalah tanah negara. Apabila tanah tersebut berupa kawasan hutan,
maka pemberian hak guna usaha dapat dilakukan setelah tanah tersebut
dikeluarkan dari status kawasan hutan. Apabila tanah yang akan diberikan
dengan hak guna usaha sudah dikuasai dengan hak tertentu yang sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, maka pemberian hak guna usaha dapat
dilaksanakan setelah dilakukan pelepasan hak atas tanah itu.