Jawab :
Perasaan atau emosi adalah reaksi spontan manusia yang bila tidak diaksikan atau diikuti
perilaku maka tidak dapat dinilai baik buruknya. Emosi atau perasaan yang pervasif dan
menetap yang mewarnai persepsi seseorang terhadap dunia dan sekelilingnya. Perasaan
dapat berupa perasaan atau emosi normal (adekuat/eutimik) dapat pula perasaan positif
(gembira, senang, bangga, cinta, kagum, gembira, euphoria, dan lain-lain.) dan perasaan
atau emosi negative (takut, khawatir, curiga, sedih, marah, grieft, mourning, depresi,
kecewa, bersalah, jenuh, cemas, takut, curiga, aleksitimia, anhedonia ( kehilangan rasa
senang atau tidak dapat merasakan kesenangan), kosong, terhina, dan lain-lain). Dapat
dinilai kualitasnya, kedalaman atau intensitasnya, lamanya, reaktivitasnya/iritabilitasnya,
fluktuasi atau kestabilannya, pengontrolan (labil), keserasiannya dengan isi pikiran,situasi
dan budaya, dapat/tidaknya memulai, mempertahankan dan mengakhiri respon emosinya
(terhambat/tumpul/datar) serta dapat atau tidak dapat dirabarasakan
(pemeriksa/pewawancara tidak dapat merasakan mood dan afek pasien).
a. Mood adalah perasaan, menyenangkan atau tidak seperti kebanggaan, kekecewaan,
kasih sayang, yang menyertai suatu pikiran dan biasanya berlangsung lama serta
kurang disertai oleh komponen fisiologis. Kata sifat yang sering digunakan untuk
menggambarkan mood adalah depresi, kecewa, mudah marah, cemas, euforik,
kosong, bersalah, terpesona, sia-sia, merendahkan diri-sendiri, ketakutan,
membingungkan. Mood dinilai meliputi kedalaman, intensitas, durasi, dan fluktuasi.
Mood swing adalah peralihan suasana perasaan emosional seseorang diantara
periode elasi dan dan periode depresi.
Disforia adalah suasana perasaan yang tidak nyaman, kondisi mood dimana
terdapat ketidakpuasan atau kegelisahan secara umum. Dapat dijumpai pada
depresi atau anxietas.
Euthymia adalah mood dalam rentang normal, tidak ada mood yang depresi atau
meningkat.
Expansife adalah ekspresi perasaan tanpa pengendalian, seringkali disertai
overestimasi (penilaian yang lebih tentang dirinya) betapa pentingnya atau
bermakananya ia. Dapat dijumpai pada manic dan waham kebesaran.
Iritabel adalah keadaan dimana seseorang mudah tersinggung dan dibuat marah.
Labil adalah peralihan dalam mood antara euphoria dan kesedihan atau anxietas
( tidak pada titik ekstrim).
Elevasi adalah perasaan kepercyaan diri dan kesenangan ; mood yang lebih ceria
disbanding normal, tapi tidak harus patologis.
Elasi adalah mood yang meliputi perasaan euphoria, kemenangan dan penuh
kepuasan diri atau optimism. Dapat dijumpai pada mania, dengan waham
kebesaran.
Euphoria adaah perasaan yang berlebih-lebihan dan tidak sesuai dengan kenyataan,
dapat terjadi pada pasien dengan penggunaan obat seperti opiate, amfetamin dan
alcohol.
Depresi adalah keadaan mental yang mempunyai ciri-ciri kesedihan, kesepian,
kekecewaan, rendah diri, dan menyalahkan diri.
Alexitimia adalah ketidakmampuan atau kesulitan dalam menggambarkan atau
menyadari emosi atau mood seseorang; elaborasi/perluasan dari fantasi yang
biasanya terjadi pada depresi, penyalahgunaan obat dan PTSD.
b. Afek adalah manifestasi mood atau perasaan yang di dalam ke luar dan disertai oleh
banyak kompenen fisiologis dan berlangsung relatif tidak lama (misalnya :ketakutan,
kecemasan, depresi dan kegembiraan) atau pengalaman emosi subjektif dan segera
yang melekat pad aide atau mewakili mental pasien, dapat pula diartikan sebagai
respon emosi saat ini tampak dari ekspresi wajah pasien. Afek dapat dinyatakan
dalam beberapa cara :
1) Dengan menyebutkan jenis emosi yang diutarkan dan dapat diamati : kemarahan,
kesedihan, elasi, dan lain-lain.
2) Dengan menyebutkan intensitas dan derajat emosi yang diekspresikan: datar,
tumpul, sempit atau luas, dangkal (shallow), inadequate. Aksi tersebut datar bila
tidak terdapat ekspresi perasaan, muka tidak berubah dan suara monoton
(emosional flatness). Afek tumpul bila ekspresi perasaan sangat kurang. Afek
sempit bila keadaan ekspresi perasaan berkurang tapi tidak seberat afek tumpul.
Afek luas adalah keadaan normal, yaitu bila semua perasaan dapat dieksprsikan
secara penuh.
3) Dengan menyebut keserasiannya. Dianggap tidak serasi (inappropriate), bila
terdapat ketidakcocokan yang nyata perasaan yang menyertai ide, pikiran atau
pembicaraan (tertawa pada waktu menceritakan bahwa semua orang dalam
sedang ketakutan. Dimana tampak bahwa emosi yang diperlihatkan tidak sesuai
dengan stimulus.
4) Dengan menyebut konsistensi perasaan. Dianggap labil bila terdapat perubahan
yang cepat antara beberapa keadaan perasaan yang berbeda (menangis, tertawa
atau marah).
Luas : dapat menggambarkan keadaanya dengan baik dan sesuai, baik sedih
maupun senang.
Terbatas (restricted) : penurunan dalam rentang dan intensitas ekspresi,
dimana kurang parah dibandingkan afek tumpul tetapi jelas menurun.
Menyempit (constricted) : penurunan dalam rentang dan intensitas ekspresi,
dimana lebih menurun dari afek terbatas dan kurang parah dibandingka afek
tumpul.
Tumpul : ekspresi emosi sangat menurun, gangguan pada afek yang di
manifestasikan dengan penurunan yang parah dalam intensitas suasana
perasaan: salah satu gejala fundamental skizofrenia.
Datar : untuk mendiagnosisnya, secara nyata tidak ada tanda yang terlihat dari
ekspresi afektif; suara pasien monoton dan wajahnya imobil. Pasien kesulitan
untuk memulai, melanjutkan atau menghentikan respon emosional.
Epidemiologi
Gangguan depresi mayor (berat) adalah tipe yang paling umum dari
gangguan mood yang dapat didiagnosis, dengan perkiraan prevelensi semasa
hidup berkisar antara 10% hingga 25% untuk wanita dan 5% hingga 12% untuk
pria.
a. Jenis Kelamin
Pada pengamatan yang hampir universal, terlepas dari kultur atau negara,
terdapat prevelensi gangguan depresi berat yang dua kali lebih beasr pada
wanita dibandingkan laki-laki. Meski perbedaan hormonal atau atau
perbedaan biologis lainnya yang terkait dengan gender kemungkinan
berpengaruh, namun sebuah diskusi panel yang diselenggarakan oleh
American Psychological Association (APA) menyatakan bahawa perbedaan
gender sebagian besar disebabkan oleh lebih banyaknya jumlah stress yang
diahdapi wanita dalam kehidupan kontemporer. Perbedaan dalam gaya
mengatasi masalah juga dapat membantu menjelaskan mengenai lebih
besarnya wanita untuk terkena depresi.
b. Usia
Rata-rata usia onset untuk gangguan depresif berat adalah kira-kira 40 tahun;
50% dari semua pasien mempunyai onset antara usia 20-50 tahun. Gangguan
depresif berat juga mungkin memiliki onset selama masa anak-anak atau pada
lanjut usia, walaupun Universitas Sumatera Utara 9 hal tersebut jarang terjadi.
Beberapa data epidemiologis akhir akhir ini menyatakan bahawa insiden
gangguan depresif berat meningkat pada orang-orang berusia kurang dari 30
tahun. Jika pengamatan tersebut benar, hal tersebut mungkin berhubungan
dengan meningkatnya penggunaan alcohol dan zat lain pada kelompok usia
tersebut.
c. Ras
Prevelensi gangguan mood tidak berbeda dari satu ras ke ras lain. Tetapi,
klinisi cenderung kurang mendiagnosa gangguan moral dan terlalu
mendiagnosa skizofrenia pada pasien yang mempunyai latar belakang rasial
yang berbeda dengan dirinya.
d. Status Perkawinan
Pada umunya, gangguan depresif berat terjadi pada orang yang tidak
memiliki hubungan interpersonal yang erat atau yang bercerai atau yang
berpisah.
e. Pertimbangan Sosioekonomi
Tidak ditemukan adanya korelasi antara status sosioekonomi dan gangguan
depresif berat. Namun sumber lain menyatakan orang dengan taraf
sosioekonomi yang lebih rendah memiliki risiko yang lebih tinggi dibanding
mereka dengan taraf yang lebih baik untuk menderita depresi.
Etiologi
1. Faktor Biologis
Beberapa bahan kimia di dalam otak dan tubuh memiliki peranan yang
penting dalam mengendalikan emosi kita. Dalam otak terdapat substansi
biokimiawi yaitu neurotransmitter yang berfungsi sebagai pembawa pesan
komunikasi antar neuron di otak. Jika neurotransmiter ini berada pada tingkat
yang normal, otak akan bekerja secara harmonis. Berdasarkan riset,
kekurangan neurotransmiter serotonin, norepinefrin dan dopamin dapat
menyebabkan depresi. Di satu sisi, jika neurotransmiter ini berlebih dapat
menjadi penyebab gangguan manik. Selain itu antidepresan trisiklik dapat
memicu mania.4