LAPORAN
Disusun Oleh :
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
ABSTRAK
Dian Widiyaningsih, Farida Dian Arianti
Evaluasi Pengaruh Variabel Proses Terhadap Yield Product Di Residue Catalytic
Cracker Unit (Rcc)
PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan
Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
2018
Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat. Pengolahan minyak bumi bertujuan untuk mengubah
crude oil menjadi produk-produk BBM dan non BBM yang bernilai tinggi dan
sangat dibutuhkan masyarakat. Hampir 99 % kebutuhan BBM nasional di olah di
kilang (Refinery Unit) yang dioperasikan oleh PT. Pertamina (Persero). PT.
Pertamina (Persero) adalah badan usaha yang bergerak di bidang minyak dan gas
bumi Indonesia. Perusahaan ini memiliki tujuh buah kilang, namun satu
diantaranya sudah tidak aktif lagi. Enam buah kilang yang masih aktif tersebar
di berb agai daerah di Indonesia dan salah satunya adalah kilang RU VI Balongan
yang berlokasi di Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. PT .
Pertamina (Persero) RU VI Balongan merupakan unit perngolahan minyak yang
dibangun untuk memenuhi kebutuhan BBM di daerah Jakarta dan Jawa Barat,
kilang ini dirancang untuk mengolah bahan baku minyak mentah Duri dan minyak
Minas.
PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan yang memiliki kapasitas
pengolahan minyak bumi mentah sebesar 125.000 BPSD. Proses pengolahan
crude oil pada RU VI Balonga n dimulai dengan diolahnya crude oil pada unit
Crude Distillation Unit (CDU). Pengolahan pada unit CDU menghasilkan produk
berupa Naptha, kerosene, gas oil, dan residu. Naphta kemudian diproses lebih
lanjut d i Naphta Processing Unit (NPU), dimana Naphta tersebut akan dikonversi
menjadi HOMC yang memiliki nilai oktan tinggi, yang digunakan seb agai
komponen blending. Kerosene dan gas oil akan diolah kembali di unit LCO
HTU dan GO HTU, pada kedua unit ini kerosene dan gas oil akan dikurangi
kandungan impuritiesnya dengan bantuan gas hidrogen. Sementara residu akan
diproses lebih lanjut di unit AHU (menghilangkan kandungan metal) dan RCC
(mengolah residu supaya menjadi produk yang bernilai jual tinggi dengan cara
perengkahan menggunakan katalis). Unit RCC merupakan unit komersil di PT.
Pertamina (Persero) RU VI Balongan yang mengubah residu (sekitar 62% dari total
feed) menjadi minyak ringan yang lebih berharga. Unit ini dirancang untuk
mengolah Treated Atmospheric Residue dari unit AHU dan Untreated
Atmospheric.
Untuk sistem kontrol kilang RU VI Balongan terpusat di Distributed
Control System. Selain itu terdapat laboratorium sebagai tempat data – data tentang
raw material dan produk. Produk utama yang dihasilkan oleh PT. PERTAMINA
(Persero ) antara lain premium, pertamax plus, kerosene, solar, LP G, dan propylene.
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kami rahmat dan
praktek yang berlangsung selama satu bulan, dimulai dari tanggal 23 Januari-19
Februari 2018.
merupakan salah satu tugas kuliah yang harus ditempuh untuk menyelesaikan
berbagai unit dengan ditunjang oleh data-data dari literatur dan petunjuk serta
Tersusunnya laporan kerja praktek ini dapat diselesaikan tidak lepas dari
dukungan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
1. Allah SWT karena atas segala berkah dan rahmatnyakami masih diberikan
ini.
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
6. Ibu Wara Dyah Pita Rengga, S.T. , M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia,
7. Dr. Ratna Dewi Kusumaningtyas S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing Kerja
8. Pembimbing lapangan dan juga operator di unit CDU, NPU, AHU, HTU, RCU,
LEU, OM, Utilitas, dan OCU yang telah memandu kami saat orientasi di
lapangan.
9. Orang tua dan keluarga kami atas kasih sayang, dukungan dan doanya sehingga
10. Teman-teman kami dari UNNES yaitu Miftahul Sa’diyah dan Habib Faisal
Yahya juga teman-teman dari universitas lain yang sudah menemani setiap hari
11. Serta semua pihak lainnya yang tidak bisa dituliskan penulis satu per satu yang
terdapat banyak kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, kami dengan senang
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
hati menerima kritik dan saran yang bsifat membangun, demi perbaikan laporan ini.
Akhir kata, penyusun berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua
pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb .
Penulis
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
DAFTAR ISI
BAB II ...................................................................................................................20
ISI ..........................................................................................................................20
2. PROFIL PERUSAHAAN ............................................................................. 20
2.2.2 Visi, Misi, Logo dan Slogan Unggulan PT. Pertamina (Persero) RU
VI Balongan ................................................................................................... 25
7
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
6.2.2 Pengolahan Limbah Cair / Waste Water Treatment (Unit 63) ........... 126
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
11
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
12
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Logo Unggulan PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan ................. 26
13
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Gambar 29 Diagram Alir Proses Unit 23 - Amine Treatment Unit .................... 205
Gambar 38 Diagram alir proses Gas Oil Hydrotreating Unit ............................. 214
Gambar 39 Diagram alir proses Light Cycle Hydrotreating Unit ....................... 215
Gambar 40 Diagram alir proses Residue Catalytic Cracker Unit (RCC)............ 216
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
DAFTAR TABEL
Table 1 Kapasitas Produksi Kilang PT. PERTAMINA (Persero) .................................... 22
Table 3 Data Spesifikasi Minyak Bumi Duri, Minas, Jatibarang, Arjuna, Azeri, Nile
Blend, dan Mudi................................................................................................................ 39
Table 4 Data Spesifikasi Minyak Bumi Banyu Urip, Cinta, Lalang, Sarir ....................... 40
Table 9 Tabel Spesifikasi Bahan Bakar Minyak Jenis Minyak Tanah ............................. 46
Table 13 Kondisi operasi pengambilan air dari sungai Cipunegara ............................... 121
15
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
BAB I
PENDAHULUAN
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
ROPP, LEU, Platformer, HTU, CCU dan lain-lain. Dengan produk - produk
unggulan seperti Premium, Pertamax, Pertamax Plus, Solar, Pertamina DEX, LPG,
Propylene.
Berdasarkan uraian ini terlihat bahwa sektor peminyakan merupakan subjek
pembelajaran lapangan yang sangat penting dan baik bagi mahasiswa khususnya
Teknik Kimia untuk melihat aplikasi dari proses pembelajaran selama dikampus
dengan objek yang tepat sebagai media pembelajaran itu adalah PT Pertamina
(Persero) Refinery Unit VI Balongan dengan tujuan, mahasiswa dapat melihat
langsung kasus-kasus proses kimia aktual yang terjadi dilapangan dan dapat
mengenali bentuk-bentuk peralatan serta mengetahui fungsi dan cara kerjanya
sebagai media pembelajaran sebelum memasuki dunia pekerjaan pasca kampus.
Selain itu secara tidak langsung mahasiswa dituntut untuk mengingat kembali
materi pembelajaran yang didapatkan selama bangku kuliah. Sehingga dari sini
mahasiswa akan mendapatkan sesuatu yang baru baik itu dalam hal pengalaman
maupun pola berpikir khususnya yang berhubungan dengan dunia perminyakan
(petroleum).
17
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
18
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
19
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
BAB II
ISI
2. PROFIL PERUSAHAAN
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
PERTAMINA beserta seluruh Anak Perusahaan, termasuk Aktiva Tetap yang telah
direvaluasi oleh Perusahaan Penilai Independen, dikurangi dengan semua
Kewajiban (Hutang) PERTAMINA"
21
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Oil (DCO). Selain memiliki unit RCC kilang Pertamina Balongan juga memiliki
kilang KLBB yang dibangun pada tahun 2005 untuk memenuhi ketentuan bahan
bakar yang ramah lingkungan bebas timbal. KLBB tersebut mengolah Low Octane
Mogas Component (LOMC) dari kilang lain (yang semula harus ditambahkan
Timbal/TEL untuk memenuhi spesifikasi produk premium) menjadi produk High
Octane Mogas Component (HOMC) yang selanjutnya produk tersebut dikirimkan
ke kilang lain sebagai komponen bensin pengganti TEL untuk memberi nilai
tambah (Hendri, 2017).
Selain itu, beberapa hal lain yang mendukung dipilihnya Balongan sebagai
lokasi kilang adalah sebagai berikut :
1. Derah Balongan relative dekat dengan konsumen di dalam negeri, yaitu DKI
Jakarta, Banten, dan Jawa Barat.
2. Dekat Marketing of Region (MOR III) Terminal Aset/DO Hulu Cirebon.
3. Sumber air relative dekat dengan proyek otorita Jati Luhur di Subang.
23
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Selain itu RU-VI Balongan memiliki beberapa keunikan dan keunggulan, antara
lain :
24
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
2.2.2 Visi, Misi, Logo dan Slogan Unggulan PT. Pertamina (Persero) RU VI
Balongan
A. Visi
B. Misi
a) Mengolah crude dan naphtha untuk memproduksi BBM, BBK, Residu, dan
NBBM dan Petkim secara tepat jumlah, mutu, waktu dan berorientasi laba serta
berdaya saing tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar.
b) Mengoperasikan kilang berteknologi maju dan terpadu secara aman, handal,
efisien, serta berwawasan lingkungan.
c) Mengelola aset RU-VI secara professional yang didukung oleh sistem
manajemen yang tangguh berdasarkan semangat kebersamaan, keterbukaan, dan
prinsip saling menguntungkan.
C. Slogan
25
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
D. Logo
26
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Sejak tahun 1970, minyak dan gas bumi dieksploitasi di daerah ini.
Sebanyak 224 buah sumur berhasil digali dan yang berhasil diproduksi adalah
sumur Jatibarang, Cemara, Kandang Haur Barat, Kandang Haur Timur, Tugu Barat,
dan lepas pantai. Sedangkan produksi minyak buminya sebesar 239,65 MMSCFD
disalurkan ke PT. Krakatau Steel, PT. Pupuk Kujang, PT. Indocement, Semen
Cibinong, dan Palimanan. Depot UPPDN-III sendiri baru dibangun pada tahun
1980 untuk mensuplai kebutuhan bahan bakar di daerah Cirebon dan sekitarnya.
27
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
(BP) sebagai Product Offtaker (pembeli). Hal ini dituangkan dalam EPC
(Engineering Procurement Construction) Agreement.
Hydrogen Plant 22 - FW FW
28
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Maka biasanya struktur organisasi dibuat
sesuai dengan tujuan dari organisasi itu sendiri. Struktur organisasi RU VI
Balongan terdiri atas beberapa bagian yang mempunyai fungsi dan tanggung jawab
masing-masing yaitu sebagai berikut :
30
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
1. General Manager
3. Production-I Manager
Tugas pokok Production-I Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan
mengevaluasi sistem dan tata kerja operasi kilang, rencana operasi dan kegiatan
operasi kilang, pengadaan produk, barang, dan jasa, pengelolaan penerimaan,
penyaluran, dan storage management, pengelolaan sistem arus minyak,
pengelolaan mutu, dan operasional program HSE dalam rangka mendukung seluruh
kegiatan operasional kilang dalam melakukan pengolahan minyak mentah menjadi
produk BBM / NBBM secara produktif, efisien, aman, dan ramah lingkungan, serta
menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas / proses bisnis sesuai dengan
perencanaan perusahaan di Refinery Unit VI.
4. Production-II Manager
Tugas pokok Production-II Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan
mengevaluasi sistem dan tata kerja operasi kilang, rencana operasi dan kegiatan
31
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
32
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
8. REL Manager
Tugas pokok REL Manager adalah mengkoordinir, merencanakan,
memonitor, dan mengevaluasi pelaksanaan kehandalan kilang meliputi penetapan
strategi pemeliharaan kilang (anggaran, strategi dan rencana), pengembangan
teknologi, assessment / inspeksi kondisi kilang, pemeliharaan kilang terencana
(termasuk TA dan OH) serta pengadaan barang dan jasa yang berkaitan dengan
kebutuhan operasi pemeliharaan kilang serta menunjukkan komitmen HSE dalam
setiap aktivitas / process business dalam upaya mencapai tingkat kehandalan kilang
dan safety yang optimal sesuai dengan prosedur kerja yang berlaku di Refinery Unit.
33
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
34
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
35
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
36
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
37
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Spesifikasi
CCR (Conracson %
10.01 3.112 1.368 1.179 1.46 0.71
Carbon Residue) berat
MCR (Micro %
7.185 4.4
Carbon Residue) berat
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Spesifikasi
Analisis Satuan
Banyu Urip Cinta Lalang Sarir
Characterization
KUCP 11.9 12.5 12.1 11.8
factor
Metal Content
Nikel Ppm 0.38 9.95 0.48 4.11
Vanadium berat 0.81 0.1 0.08 0.47
39
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Markuri 24.9
Table 4 Data Spesifikasi Minyak Bumi Banyu Urip, Cinta, Lalang, Sarir
40
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
41
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
42
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
43
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Mengurangi kandungan
12/13 ICR131KAQ 12/13-R-101/102/103
logam
E-315 Katalis
Menghilangkan
19 Propylene Metal 19-V-111
kandungan metal
Treater
Menjenuhkan senyawa
Katalis SHP H-
19-R-101 A/B diolefin menjadi
14171
monoolefin
20
Adsorbsi moisture dari
Rock Salt 14/21-V-101
LPG
44
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Selain itu juga ada Clay, berfungsi untuk meningkatkan stabilitas warna dari
fraksi kerosene. S-19 Katalis Hidrokarbon, diperlukan pada reaksi penjenuhan
olefin dan penghilangan belerang, halida, nitrogen, dan logam.
Bahan baku Utilitas adalah bahan baku yang dibutuhkan di unit utilitas sebagai
sarana penunjang proses. Dalam proses Utilitas bahan baku yang dibutuhkan adalah
air dan udara. Air berasal dari Bendungan Salam Darma di Kabupaten Subang. Air
ini sebelum digunakan diolah terlebih dahulu sehingga bebas dari pengotor dan
mineral. Air ini digunakan sebagai pendingin, pemasok listrik umpan, pembangkit
kukus, pemadam kebakaran, serta keperluan kantor dan perumahan karyawan.
Penggunaan air di RU VI Balongan disertai dengan proses treatment air sisa proses.
Hal ini bertujuan untuk mengolah air sisa proses seperti sour water menjadi air
proses kembali. Udara digunakan sebagai udara tekan serta untuk pembakaran dan
penyedia nitrogen. Udara tekan juga dapat digunakan untuk sistem kontrol pabrik
dan sebagai bahan pada unit penyedia nitogen.
3.2 Produk
Terdapat dua kategori bahan produk yang dihasilkan yaitu : produk utama
yang berupa avtur, solar, premium, pertamax, pertamax plus, LPG dan produk
samping berupa Decant Oil dan Propylene.
45
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Batasan
Sifat Satuan
Minimal Maksimal
3
Densitas pada 15°C Kg/m - 835
Titik asap Mm 15 -
Nilai jelaga (char value) mg/kg - 40
Distilasi:
- Perolehan pada 200 °C % vol 18 -
- Titik akhir °C - 310
Titik nyala Abel °C 38 -
Kandungan belerang %wt - 0,2
Bau dan warna Dapat dipasarkan
Table 9 Tabel Spesifikasi Bahan Bakar Minyak Jenis Minyak Tanah
Batasan
Sifat Satuan
Minimal Maksimal
Vapor pressure, 100°F Psig - 145
Weathering test at 36°F %vol 95 -
Coppercorrosion 1 jam/100°F ASTM no.1
Total sulphur Grains/100 cuft - 15
Watercontent No freewater
46
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Komposisi:
C2 %vol - 0,8
C3 dan C4 %vol 97,0 -
C5+ (C5 and heavier) %vol - 2,0
Ethyl atau buthyl mercaptan
Added ml/1000 AG 50 -
Table 10 Tabel Spesifikasi LPG
Batasan
Sifat Satuan
Minimal Maksimal
Bilangan oktana RON 88 -
Stabilisasi oksidasi (periode
Menit 360 -
reduksi)
Kandungan sulfur %m/m - 0,05
Kandungan timbal (Pb) g/l - 0,013
Distilasi:
10% vol penguapan °C - 74
50% vol penguapan °C 75 125
90% vol penguapan °C - 180
Titik didih akhir °C - 215
Residu %vol - 2,0
Kandungan oksigen %m/m - 2,7
Washed gum mg/100 ml - 5
Tekanan uap (RVP) kPa - 69
Berat jenis (pada suhu 15 °C) kg/m3 715 780
Korosi bilah tembaga Merit Kelas 1
Uji doctor Negatif
Sulfur mercaptan % massa - 0,002
Penampilan visual Jernih dan terang
Kandungan pewarna g/100 ml - 0,13
Bau Dapat dipasarkan
47
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Batasan
Sifat Satuan
Minimal Maksimal
Bilangan oktana RON 92 -
Stabilitas oksidasi (periode
reduksi Menit 480 -
48
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
49
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
4.DESKRIPSI PROSES
Proses utama yang ada pada pengolahan minyak bumi di PT. PERTAMINA
(Persero) RU-VI Balongan dibedakan menjadi tiga, yaitu:
50
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
51
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Tahapan proses :
Feed berupa campuran crude oil dialirkan oleh Crude Oil Charge Pump (11-
P-101 A/B) dan dipanaskan melewati rangkaian alat penukar panas (Cold Preheater
Train, 11-E-101 s/d 11-E-105) untuk menaikkan temperatur.
Crude oil kemudian dialirkan menuju Desalter untuk mengurangi kandungan
garam yang ada di dalam crude oil. Garam dapat terpecah menjadi asam dan dapat
mengakibatkan korosi pada sistem perpipaan. Wash Water untuk pencuci crude oil
pada Desalter dipanaskan oleh Desalter Effluent Water pada Exchanger (11-E-
116), kemudian diinjeksikan pada crude oil di Upstream Mixing Valve pada
Desalter Crude Oil Charge Pump (11-P-102 A/B) melalui Hot Preheating Train.
Mixing Valve berguna untuk meningkatkan pencampuran yang homogen antara air
dengan minyak sehingga air dapat menyerap garam pada minyak dengan baik.
Karena pencampuran air dengan minyak dapat menyebabkan emulsi sehingga
terjadi upset (air masuk ke kolom uap) maka diberikan demulsifier. Kondisi operasi
Desalter berkisar 150°C dengan tekanan 8 kg/cm2.g sehingga air tetap berwujud
cair.
Desalted Crude Oil lalu dipanaskan kembali dengan Hot Preheater Train (11-
E-106 s/d 11-E-111) dan dipanaskan lebih lanjut di Furnace (11-F-101) hingga 340
52
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
– 360°C. Minyak mentah yang berupa uap masuk ke dalam Main Fractionator (11-
C-101) yang terdiri dari 34 tray dimana feed masuk pada tray ke 31. Main
Fractionator (11-C-101) untuk fraksinasi steam ke stripping. Stripping
menggunakan low pressure steam yang sudah dipanaskan di bagian konveksi (11-
F-101) menjadi superheated steam sebelum diinjeksikan ke stripper.
Dari kolom ini akan dihasilkan top product berupa off gas, naphta, dan
kerosin; Side Stream Product berupa untreated Light Gas Oil (LGO) dan untreated
Heavy Gas Oil (HGO) serta bottom product berupa Atmospheric Residue (AR).
Untuk memanfaatkan dan mengambil panas dari (11-C-101) digunakan tiga Pump
Around Stream, yaitu Top Pump Around Stream (P-104), Middle Pump Around
Stream (P-105) dan Bottom Pump Around Stream (P-106). Top Pump Around
Stream diambil dari tray nomor 5 dan digunakan sebagai fluida pemanas pada Cold
Preheater Train (11-E-104) kemudian dikembalikan di top tray. Middle Pump
Around Stream diambil dari tray nomor 15 dan diambil panasnya untuk Splitter
Reboiler (11-E-122) dan Hot Preheater Train (11-E-106), lalu dikembalikan ke tray
nomor 12. Bottom Pump Around Stream diambil dari tray nomor 25 dan panasnya
digunakan oleh Stabilizer Reboiler (11-E-12) dan Hot Preheater Train (11-E-109)
sebelum dikembalikan ke tray nomor 22.
Top Product dari Main Fractionator (11-C-101) dikondensasi dengan Fin
Fan Cooler (11-E-114) serta diinjeksikan ammonia dan Corrosion Inhibitor
kemudian dialirkan menuju vessel (11-V-102). Pada (11-V-102) dipisahkan antara
fraksi minyak, gas dan airnya. Fraksi air dialirkan ke unit Sour Water Stripper.
Fraksi gasnya dialirkan menuju (11-V-103) dan akan digunakan sebagai fuel gas
untuk furnace (11-F-101). Sementara fraksi minyaknya dialirkan menuju stabilizer
(11-C-104) dengan sebelumnya dipanaskan terlebih dahulu pada exchanger (11-E-
118) dan (11-E-119). Stabilizer berfungsi untuk memisahkan hidrokarbon fasa gas
dan fasa minyak. Hidrokarbon fasa gas sebagai top product akan dikondensasikan
dan dimasukkan ke Stabilizer Overhead Drum (11-V-104). Pada drum ini akan
dipisahkan fraksi off gas dan fraksi airnya. Fraksi off gas dikirim ke unit Amine
53
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
54
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Amine treatment dirancang untuk mengolah sour gas (gas asam) guna
menghilangkan gas H2S menggunakan lisensi proses SHELL ADIP. Pada dasarnya
unit 23 terdiri dari dua unit gas absorber (offgas absorber dengan kapasitas 18.552
Nm3/j dan RCC unsaturated gas absorber dengan kapasitas 39.252 Nm3/j) dan satu
buah amine regenerator. Offgas absorber berfungsi mengolah sour offgas yang
mengandung H2S dari unit CDU, AHU, dan GO/LCO HTU. Letak dari absorber ini
adalah di GO/LCO HTU. Offgas yang telah diolah di unit ini selanjutnya dialirkan
ke fuel gas system dan digunakan sebagai bahan baku untuk H2 Plant maupun
sebagai refinery fuel gas. RCC unsaturated gas absorber mengolah sour gas dari
55
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
RCC. Absorber ini ditempatkan di unit 16 Unsaturated gas Plant. Produk treated
offgas selanjutnya dialirkan ke fuel gas system sebagai fuel gas. Amine regenerator
berfungsi untuk melepaskan kembali gas H2S yang terikat di dalam rich amine dan
menyuplai lean amine untuk digunakan di kedua offgas absorber.
Unit ini terdiri dari dua Gas Absorber dan sebuah Amine Regenerator :
a. Off Gas Absorber (14-C-201)
Off gas Absorber terletak di unit GO/LCO HTU (Unit 14) dan berfungsi
untuk mengolah Sour Off Gas yang mengandung H2S dari unit CDU, ARHDM,
GO HTU dan LCO HTU. Gas yang telah diolah dari unit ini akan dialirkan ke
Fuel Gas System dan digunakan sebagai bahan baku untuk Hydrogen Plant.
b. RCC Unsaturated Gas Absorber (16-C-105)
RCC Unsaturated Gas Absorber terletak di Unit Unsaturated Gas Plant
(Unit 16) dan berfungsi untuk mengolah Sour Off Gas dari RCC. Produk Treated
Off Gas dari Absorber ini dialirkan ke Fuel Gas System sebagai Fuel Gas.
c. Amine Regenerator (23-C-101)
Amine Regenerator terletak di area Treating (Unit 23). Amine Regenerator
ini berfungsi untuk melepaskan kembali gas H2S yang terikat dalam Rich Amine
dan menyuplai Lean Amine untuk digunakan di kedua Absorber.
56
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Tahapan Proses :
Semua off gas dari unit CDU (Unit 11), GO-HTU (Unit 14), LCO-HTU
(Unit 21) dan ARHDM (Unit 12-13) dialirkan ke Off Gas Absorber (14-C-201)
setelah melalui Off Gas Absorber Feed Gas Cooler (14-E-201 A/B) dan Off Gas
Knockout Drum (14-V-201). Bottom product dari (14-V-201) merupakan
hidrokarbon yang akan dikirim ke flare untuk dibakar sedangkan Top Product yang
berupa off gas diproses lebih lanjut didalam Off Gas Absorber (14-C-201). Seksi
Off Gas Absorber (14-C-201) dilengkapi dengan 14 valve Trays untuk tempat
berlangsungnya proses absorbsi. Off Gas dialirkan dengan Lean Amine yang
disuplai dari Amine Regenerator (23-C-101). Gas H2S yang terdapat dalam off gas
akan diserap oleh larutan amine. Treated Off Gas yang dihasilkan dialirkan ke
Treated Gas KO Drum (62-V-102). Treated Off Gas disuplai ke Hydrogen Plant
sebagai feed gas atau digunakan pada Refinery Fuel Gas. Sedangkan larutan amine
kaya pengotor (rich amine) yang merupakan bottom product dialirkan ke Amine
Regenerator (23-C-101).
RCC Unsaturated Gas yang mengandung H2S dialirkan melalui bagian
bawah kolom RCC Unsaturated Gas Absorber (16-C-105) dan dikontakkan secara
berlawanan arah dengan larutan Lean Amine. Seksi RCC Unsaturated Gas
Absorber (16-C-105) dilengkapi dengan 9 Valve Trays untuk tempat berlangsung
nya proses absorbsi. Treated Off Gas yang dihasilkan dialirkan ke Unsaturated Gas
KO Drum (16-V-107) kemudian dialirkan ke Fuel Gas System sebagai bahan bakar
kilang. Sedangkan larutan amine yang telah menyerap H2S (rich amine) yang
merupakan bottom product dialirkan ke Amine Regenerator (23-C-101).
Seksi Amine Regenerator (23-C-101) mengolah larutan rich amine dari Off
Gas Absorber (14-C-201) dan RCC Unsaturated Gas Absorber (16-C-105). Sekitar
20% larutan rich amine dilewatkan ke Rich Amine Filter (23-S-103) untuk
menyaring endapan atau partikel sampai dengan ukuran 10 mikrometer untuk
mencegah akumulasi atau penumpukan dikolom regenerator. Kolom regenerator
(23-C-101) mempunyai 16 Valve Trays. Gas H2S yang terserap dalam larutan rich
57
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
58
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Tahapan Proses:
a. Seksi Sour Water Stripper (SWS).
Seksi Sour Water Stripper (SWS) terdiri dari dua train yang perbedaannya
berdasarkan asal feed berupa air buangan proses yang diolah. Pengadaan dua
train dilakukan karena air buangan dari unit non-RCC mengandung H2S dan
NH3 yang lebih banyak sehingga perlu dilakukan dua kali stripping sedangkan
untuk air buangan dari unit RCC, hanya mengandung sedikit H2S sehingga
hanya diperlukan satu kali stripping.
Pada SWS Train I, Sour Water dimasukkan ke dalam Surge Drum agar
terpisah dari fase minyak dan gas. Minyak yang telah dipisahkan dialirkan ke
Slop Header sedangkan Sour Water dialirkan ke Stripper. Sour Water lalu
dipanaskan terlebih dahulu lalu masuk ke General H2S Stripper (24-C-101)
untuk dihilangkan kandungan H2Snya. H2S yang terpisahkan digunakan
sebagai feed di Sulphur Plant. Kemudian aliran dilanjukan ke General NH3
Stripper (24-C-102) untuk dihilangkan kadar NH3 nya. Gas NH3 keluar dari
bagian atas kolom dikirim ke Incinerator (25-F-102). Sour Water yang sudah
bebas dari H2S dan NH3 keluar dari bawah Stripper dan didinginkan sebelum
masuk ke Unit Water Waste Treatment (WWT) atau digunakan kembali ke
Unit CDU dan ARHDM.
59
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Pada SWS Train II, Sour Water juga dimasukkan ke dalam Surge Drum
agar terpisah dari fase minyak dan gas. Minyak yang telah dipisahkan dialirkan
ke Slop Header sedangkan Sour Water dilewatkan ke RCC SWS Coalescer
(24-S-101). Sour Water dipanaskan dan dialirkan ke RCC Sour Water Stripper
(24-C-201). Gas H2S dan NH3 dilepaskan dengan cara pemanasan
menggunakan Stripper Reboiler (24-E-203). Overhead Sour Gas (NH3 dan
H2S) akan keluar dibagian atas stripper. Gas NH3 yang keluar dari bagian atas
stripper selanjutnya digabung dengan gas yang keluar dari Train I untuk
selanjutnya dikirim ke Incinerator (25-F-102). Sour Water yang bebas dari H2S
dan NH3 akan keluar dari sisi bawah kolom (24-C-201) lalu didinginkan
sebelum dikirim ke Unit Water Waste Treatment (WWT). Selanjutnya air yang
telah diolah tersebut disalurkan ke Effluent Treatment Facility atau digunakan
kembali ke Unit CDU dan ARHDM.
b. Seksi Spent Causting Treating.
Pada unit 24 juga terdapat Spent Caustic Treating Sebagai Train III. Train
ini berguna untuk mengoksidasi sulfur yang terkandung di Spent Caustic yang
berasal dari berbagai unit. Spent Caustic yang diolah di SWS Train III berasal
dari LPG Treatment, Naphta Treatment GO-HTU, LCO-HTU, PRU dan
Catalytic Condensation Unit.Treating ini dilakukan dengan cara mengatur pH
Spent Caustic dengan menggunakan Caustic Soda atau H2SO4 dari tangki,
kemudian disalurkan ke Effluent Facility. (Pertamina, 1992)
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
didesain untuk menghasilkan sulfur sebesar 29.8 ton per hari dengan kemurnian
99.9%. H2S yang masih tersisa dibawa ke Incinerator. Selain menghasilkan sulfur
sebanyak 29.8 ton per hari, Sulphur Plant juga dapat mengurangi pencemaran udara
yang disebabkan oleh emisis Sulfur Oksida (SOx) dan Nitrogen Oksida (NOx).
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Tahapan Proses:
Umpan gas asam dari Amine Treatment harus dipisahkan dari liquid yang
terikat untuk mencegah flooding di Sulphur Plant. Gas asam (H2S) lalu diumpankan
ke dapur reaksi (Reaction Furnace) (25-F-101). Dalam dapur reaksi ini berlangsung
reaksi pembakaran H2S yang membentuk SO2. Gas hasil proses didinginkan
terlebih dahulu, dan diembunkan di Sulphur Condensor (25-E-101). Cairan sulfur
hasil kondensasi dialirkan ke Sulphur Pit sedangkan non-condensable gas
dipanaskan dan diumpankan ke reaktor (25-R-101). Didalam reaktor, gas H2S dan
SO2 dikonversikan menjadi elemen sulfur dengan bantuan panas dan katalis.Gas
hasil reaksi dari reaktor dialirkan ke Sulphur Condensor. Gas sulfur yang
terkondensasi akan dialrikan ke Sulphur Pit. Proses yang sama akan diulangi untuk
reaktor 2 dan reaktor 3 serta Sulphur Condensor 3. Non-condensable gas dan gas
61
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
62
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Tahapan Proses :
Unit NHTU didesain oleh UOP. Unit ini terdiri dari empat seksi yaitu:
a. Seksi oxygen stripper
Feed naptha masuk ke unit NHTU dari tangki intermediate yaitu 42-T-107
A/B/C atau dari proses lainya. Tangki tersebut harus dilengkapi dengan gas
blanketing untuk mencegah O2 yang terlarut dalam naphta, khususnya feed dari
tangki. Kandungan O2 atau olefin dalam feed dapat menyebabkan terjadinya
polimerisasi dari olefin dalam tangki bila disimpan terlalu lama. Polimerisasi
dapat juga terjadi apabila kombinasi feed reaktor yang keluar exchanger tidak
dibersihkan sebelumnya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya fouling yang
berakibat hilangnya efisiensi transfer panas. Keberadaan campuran O2 juga
dapat merugikan Operasi Unit Platformer. Setiap campuran O2 yang tidak
dihilangkan pada unit hydrotreaterakan menjadi unit Platforming akan
terganggu.
b. Seksi Reactor
Seksi reaktor mencakup reaktor, separator, recycle gas compressor, sistem
pemanas atau sistem pendingin. Campuran sulfur dan nitrogen akan meracuni
katalis di Platforming serta membentuk H2S, NH3 yang akan masuk ke reaktor
63
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
a. Seksi reaktor
b. Seksi net gas kompresor
c. Seksi debutanizer
64
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Net gas (hydrogen) dari unit proses CCR platforming ditransfer untuk
digunakan pada unit proses NHT dan unit Penex.
Tahapan Proses :
Proses dimulai dengan dipanaskannya feed pada Combined Feed Exchanger
(32-E-101) dan kemudian dicampurkan dengan sulfida dan air. Penambahan sulfida
ini bertujuan untuk mengaktivasi katalis yang akan digunakan pada reaktor. Setelah
melewati (32-E-101) feed dimasukkan ke dalam tiga buah Reaktor (32-R-
101/102/103) yang dipasang secara seri. Katalis untuk reaktor ini berasal dari unit
CCR yang dimasukkan dari bagian atas reaktor. Katalis ini memiliki inti metal
berupa platina dan inti asam berupa klorida.
Di dalam reaktor terjadi reaksi reforming yang bersifat endoterm, dimana
terjadi penataan ulang struktur molekul hidrokarbon dengan menggunakan panas,
hidrogen, dan katalis. Feed dimasukkan ke dalam reaktor pertama, kemudian
keluarannya dipanaskan kembali menggunakan Charge Heater (32-F-101) dan
dimasukkan kembali ke dalam reaktor berikutnya. Pemanasan kembali effluent
reaktor sebagai feed reaktor berikutnya terus dilakukan hingga feed memasuki
reaktor yang ketiga. Keluar dari reaktor ketiga, katalis akan diregenerasi di CCR
Regeneration Section. Gas buangan dari charge heater dapat dimanfaatkan sebagai
65
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
66
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
yang berupa nafta reformat akan langsung dikirim ke Gasoline Blending System
untuk dicampurkan dengan produk lainnya. (Pertamina, 1992)
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
mengumpulkan debu yang telah dihilangkan dari katalis menggunakan gas nitrogen
sedangkan Vent Gas Wash Tower berfungsi untuk mencuci gas buang yang
dihasilkan menggunakan larutan kaustik. (Pertamina, 1992)
68
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
69
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Tahapan proses :
Proses dimulai dengan dimasukkannya feed dari unit NHU ke dalam Feed
Driers (33-V-105). Pada driers ini dikurangi kadar airnya sampai batas yang telah
ditetapkan sehingga gangguan-gangguan terhadap proses yang akan berlangsung di
dalam reaktor dapat dihindari. Sementara itu, make up gas dari CCR Platforming
Unit dikeringkan di Unstabilized LPG Driers (33-V-101A/B) dan di Gas Drier (33-
V-103A/B). Selanjutnya, aliran feed yang telah dikeringkan dimasukkan ke dalam
Feed Surge Drum (33-V-107). Aliran keluaran dari drum ini digabung dengan
aliran gas hidrogen dari Gas Drier (33-V-103A/B) dilewatkan ke exchanger (33-E-
105/106/107) kemudian dipompakan ke Penex Reactor (33-R-101 & 31-R-102).
Pada kedua reaktor ini, terjadi reaksi isomerisasi untuk menggabungkan fraksi
ringan light naphta dari NHU. Sebagian besar isomerisasi berlangsung dengan
kecepatan tinggi pada reaktor pertama dan sisanya temperatur rendah pada reaktor
yang kedua, untuk menghindari reaksi balik.
Aliran keluaran dari Penex Reactor dan aliran gas dari Unstabilized LPG
Driers dialirkan ke dalam Stabilizer (33-C-101). Tujuan dari stabilizer adalah untuk
memisahkan fraksi gas ringan berupa hidrogen dan hidrokarbon ringan (C1– C3/C4)
dan fraksi gas berat. Fraksi gas ringan yang keluar dari bagian atas stabilizer akan
didinginkan dan dialirkan ke Stabilizer Receiver (33-V109). Pada (33-V-109) ini
70
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
terjadi pemisahan hidrokarbon ringan (C1 dan C2) serta komponen penyusun LPG,
yaitu C3 dan C4. C3 dan C4 akan keluar dari bagian bawah Stabilizer Receiver dan
dimasukkan ke LPG Stripper (33-C-102). Dari kolom ini akan didapatkan LPG
Product. Sementara itu, produk atas dari Stabilizer Receiver dialirkan ke Net Gas
Scrubber (33-C-104). Pada scrubber ini akan dibersihkan kandungan HCl nya
dengan menggunakan bantuan kaustik 14,4%-berat. Top product dari scrubber ini
akan dialirkan ke Fuel gas System, sedangkan spent caustic-nya diolah di Spent
Caustic Degassing Drum (33-V-112). Fraksi berat keluaran dari (31-C-101)
dilanjutkan pemrosesannya ke Deisohexanizer (33-C-103). Pada (33-C-103) akan
dipisahkan antara senyawa isoheksan, yang akan berlaku sebagai bottom product
dan non-isoheksan yang akan berlaku sebagai top product. Senyawa non-isoheksan
kemudian akan didinginkan dan akan dicampur kembali dengan aliran bottom
product ex (33-C-103). Hal ini dilakukan untuk mengatur nilai oktan yang akan
dihasilkan oleh produk keluaran unit Penex. (Pertamina, 1992)
71
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
menghasilkan produk lain seperti off gas, naphta, kerosene, dan gas oil.
Fungsi utama unit AHU adalah untuk mengurangi pengotor yang tidak
diinginkan seperti sulfur, nitrogen, Micro Carbon Residue (MCR), dan terutama
logam nikel (Ni) dan vanadium (V) yang dibawa oleh residu dari unit CDU. Nikel
(Ni) dan Vanadium (V) merupakan logam berat yang dapat mematikan katalis
secara permanen.
Reaksi utama yang terjadi pada proses AHU adalah sebagai berikut:
a. Carbon residue removal
Carbon residue adalah bagian dari residue yang berbentuk residue padat
apabila dipanaskan dengan temperatur tinggi tanpa adanya hydrogen. Carbon
residue biasanya diukur sebagai micro carbon residue (MCR). Tahapan
pengambilan MCR adalah sebagai berikut:
1. Penjenuhan cincin polyaromatic dengan H2.
2. Pemecahan cincin jenuh polyaromatic.
3. Konversi (perubahan) molekul-molekul besar menjadi molekul-molekul
kecil.
b. Hydrodemetallization
Nikel dan Vanadium terdapat dalam larutan kompleks organo metalic
seperti porphyrin atau nonporphyrin. Kedua larutan kompleks ini terdapat pada
produk dengan titik didih 370°C dan terkandung dalam asphaltene dan polar
aromatic (resin). Dua tahap hydrodemetallization adalah sebagai berikut:
1. Initial reversible hydrogenation (reaksi hidrogenasi)
2. Terminal hydrogenolysis dari ikatan metal hydrogen.
c. Hydrodenitrogenasi (HDN)
Nitrogen secara parsial diambil dari bahan baku dengan hidrogenasi
membentuk ammonia (NH3) dan hidrokarbon. Ammonia diambil dari reaktor
effluent, sehingga hanya hidrokarbon yang tertinggal di dalam produk.
72
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
d. Hydrocracking
Proses pemecahan (hydrocracking) dari molekul hidrokarbon dari titik
didih yang lebih tinggi menjadi molekul dengan titik didih yang lebih rendah,
terjadi pada semua proses dengan lingkungan hydrogen yang berlebih. Contoh
dari reaksi pemecahan adalah sebagai berikut:
RCH2CH2CH2CH3 + H2 CH3CH2CH3 +RCH3 (Pers 4.7)
e. Hydrodesulphurization
Hidrodesulfurisasi adalah hidrogenasi dari komponen yang mengandung
sulfur membentuk hidrokarbon dan H2S. H2S selanjutnya akan diambil dari
effluent sehingga hanya hidrokarbon yang tertinggal di dalam produk minyak.
Tahapan Proses :
Feed dialirkan ke dalam Filter (J-501) melewati Heat Exchanger (E-501 A-
H). Pada exchanger ini feed dipanaskan sampai temperatur 245oC. Filter digunakan
untuk membersihkan feed dari solid yang ikut di dalam aliran. Prinsip filter yang
digunakan adalah berdasarkan pressure drop-nya. Ketika pressure drop-nya
mencapai 2 kg/cm2g, filter tersebut akan di-backwash menggunakan air yang
disemprotkan ke dalamnya. Ukuran saringannya sebesar 25 mikron. Setelah di
filtrasi, feed tersebut di tampung di dalam surge drum (V-501). Kemudian aliran
feed yang akan dialirkan ke dalam furnace dibagi menjadi dua. Aliran pertama
73
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
adalah aliran utama yang bergabung dengan recycle gas dan make up gas sebelum
masuk ke heat exchanger (12/13-E-102) dan (12/13-E-101A/B). Aliran kedua
adalah aliran cabang langsung masuk ke dalam furnace. Pada furnace (13-F-101)
feed dipanaskan hingga mencapai temperatur inlet reaktor. Feed yang keluar dari
furnace dimasukkan ke dalam 3 reaktor fixed bed yang disusun secara seri. Karena
reaksi yang terjadi (hydrotreating) bersifat eksotermis, maka dilakukan injeksi cold
quench recycle gas diantara reaktor yang berguna untuk mengatur temperatur dan
tekanan agar sesuai kondisi proses sehingga runaway (reaksi yang berkelanjutan)
tidak terjadi.
Di dalam reaktor (13-R-101/102/103) terjadi reaksi hydrocracking,
Hydrodemetalization, hydrodesulphurization, hydrodenitrogenation, dan carbon
residue removal. Selanjutnya, atmospheric residue keluaran reaktor dipisahkan
antara fraksi cair dan gasnya di dalam Hot High Pressure Separator (HHPS).
Fungsi dari HHPS adalah untuk mengambil residue oil dari keluaran reaktor
sebelum didinginkan karena residu akan menyumbat exchanger di effluent vapor
cooling train. Cairan panas yang keluar dari HHPS dialirkan ke HLPS (Hot Low
Pressure Separator) sedangkan uap panas yang mengandung H2, NH3, CH4, gas
ringan hidrokarbon lainnya, dan cairan hidrokarbon dialirkan ke dalam CHPS (Cold
High Pressure Separator) setelah didinginkan dengan beberapa HE dan finfan.
Untuk mencegah terjadinya kebuntuan dan korosi, diinjeksikan kondensat dan
larutan polysulfide ke pipa masuk finfan. Fungsi dari polysulfide adalah sebagai
cleaning tube pada fin fan. Didalam CHPS recycle gas yang kaya hidrogen terpisah
dari minyak dan air akan keluar menuju ke Recycle Gas Compressor (13-K-101)
dan Hydrogen Recovery Unit (12-A-501). Aliran recycle gas ini berfungsi untuk
mengembalikan tekanan yang hilang selama gas mengalir ke furnace, reaktor, dan
separator.
74
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
pada kompresor stage kedua (12-K-502 A/B). Fraksi liquid yang berasal dari
overhead accumulator dicampur dengan aliran vapor yang telah melalui kompresor
stage kedua. Campuran ini dialirkan melewati cooler dan kemudian dimasukkan ke
dalam Sour Gas Separator (12-V-507). Sour Gas Separator ini melakukan
pemisahan terhadap aliran masuknya sehingga akan didapat unstabillized naphtha,
sour water, dan sour gas. Unstabillizednaphta akan dialirkan menuju Naphta
Stabillizer (12-C-504) dengan dipanaskan terlebih dahulu menggunakan produk
stabilized naphta. Pada Naphta Stabilizer akan dipisahkan antara stabilized naphta
dan off gas. Kemudian stabillized naphtha akan dikirim ke tangki penampungan
dengan didinginkan terlebih dahulu, sedangkan off gas-nya akan dikirim menuju
fuel gas treating. Sementara sour water dialirkan ke (12-V-502), dan off gas
dilairkan ke fuel gas treating. Side stream product dari fraksinator berupa kerosene
akan dimasukkan kedalam Kerosene Sidecut Stripper (12-C-503) dan dipanaskan.
Kemudian kerosene akan dimasukkan ke dalam clay treater untuk penstabilan
warna lalu dikirim ke tangki. Sidestream product lainnya dari tray 28 fraksinator
adalah gas oil. Gas oil ini akan dialirkan menuju Gas oil Stripper (12-C-502) dan
sebagian keluarannya dikirim ke unit 14 (GO-HTU), dan sebagian lainnya dikirim
ke storage dengan dilewatkan pada fin fan cooler terlebih dahulu.
DMAR yang dihasilkan sebesar 86% dari total produk yang dihasilkan akan
dialirkan ke unit RCC dan dimasukkan ke tangki penampungan dengan melewati
proses pendinginan terlebih dahulu menggunakan cooler. DMAR yang dialirkan ke
tangki sejumlah 10% dari aliran yang ada. Produk yang dihasilkan oleh AHU
berupa C4, naphta, kerosene, gas oil dan residue. (Pertamina,1992)
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Tahapan Proses :
Proses yang terjadi dalam hydrogen plant dapat dibagi menjadi tiga tahap,
yaitu tahap permurnian umpan, tahap pembentukan H2 di reformer, dan tahap
permurnian H2 di pressure swing unit. Proses dasar hydrogen plant mencakup :
1. Feed dan Gas Supply
77
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
4. Pemurnian Hidrogen
Pemurnian gas hidrogen ini dilakukan dengan tujuan mendapatkan
hidrogen murni 99.9%. Agar didapatkan hidrogen dengan tingkat kemurnian
tinggi, maka dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu :
a. High Temp Shift Converter (HTSC) & Waste Heat Recovery (WHR)
High Temperatur Shift Converter bertujuan untuk merubah CO menjadi
CO2, sekaligus menambah perolehan hidrogen. Reaksinya pada (22-R-103)
adalah:
CO + H2O CO2 + H2 (Pers 4.12)
Reaksi terjadi dibantu dengan katalis C12-4. Waste Heat Recovery
bertujuan mengambil panas produk reformer maupun produk HTSC. Panas
yang diambil dapat digunakan untuk membangkitkan kukus.
Setelah melalui seksi HTSC dan WHR, gas hidrogen kemudian didinginkan
kembali dengan menggunakan fan coller, kemudian kondensatnya
dipisahkan pada KO drum. Setelah itu kondensat dari KO drum masuk ke
seksi proses pemurnian kondensat yang bertujuan memurnikan kondensat
agar dapat digunakan sebagai umpan pembangkit kukus (boiler feed water).
b. Pressure Swing Adsorption (PSA)
Proses PSA yang dipakai untuk memurnikan hydrogen memanfaatkan
perbedaan kapasitas loading pada tekanan yang berbeda untuk memisahkan
campuran gas menjadi komponen masing-masing gas. Pada saat gas masuk
ke bed adsorben pada tekanan tinggi maka beberapa komponen akan
terpisah karena adanya daya untuk adsorpsi (adsorption force) ke
permukaan adsorben dan akhirnya akan terikat (teradsorpsi) pada adsorben
disertai timbulnya panas adsorpsi. Dalam sistem adsorpsi dynamic,
komponen-komponen yang mudah diserap akan bergerak lambat melalui
79
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
eksotermis. Produk HTSR memiliki temperatur sekitar 438°C. Panas ini juga
dimanfaatkan untuk membangkitkan steam pada HTSR WHB.
81
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Tahapan Proses :
Feed yang berupa untreated gas oil dialirkan melalui Feed Filter (14-S-101)
untuk menghilangkan partikel padat yang ukurannya>25 mikron, kemudian masuk
ke dalam Surge Drum (14-V-101), dan dipisahkan antara fraksi air dan minyaknya.
Air yang terbawa oleh feed dari tangki akan terpisah di bottom feed surge drum,
sedangkan yang tidak terpisah ditahan oleh wire mesh blanket agar tak tercampur
ke suction feed pompa kemudian dialirkan ke SWS (unit 24). Tekanan fuel gas
dalam drum ini diatur oleh split range sebagai pressure balance section dari reaktor
charge pump. Hal ini dilakukan untuk mencegah tercampurnya feed dengan udara.
Selanjutnya, fraksi minyak dipompakan oleh pompa (14-P-102 A/B) ke
Combined Feed Exchanger (14-E-101 A/B). Setelah melewati exchanger, gas oil
dinaikkan temperaturnya di dalam Reactor Charge Heater (14-F-101) sampai
311oC. Bahan bakar yang digunakan pada furnace ini adalah fuel gas. Pada unit 14
ini terdapat dua furnace dengan bentuk yang berbeda. Bentuk Furnace (14-F-101)
adalah balok sedangkan (14-F-102) berbentuk silinder. Furnace dengan bentuk
balok dapat mengolah gas oil dengan kapasitas dua kali lebih besar dari furnace
silinder.
Feed diolah di dalam reaktor (14-R-101). Reaktor ini merupakan fixed bed
82
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
reactor, dimana di dalamnya terdapat dua bed yang masing-masing diisi oleh
katalis. Pada reaktor ini terjadi reaksi desulfurisasi, deoksigenasi, denitrifikasi, dan
penjenuhan olefin. Karena reaksi yang terjadi bersifat eksotermis, temperatur
produk menjadi lebih tinggi daripada temperatur feed reaktor. Panas dari produk
inilah yang diambil untuk memanaskan feed di combined feed exchanger.
Produk keluaran (14-R-101) dialirkan ke Separator (14-V-102) dengan
sebelumnya dilewatkan ke (14-E-101 A/B) sebagai fluida penukar panas dan
dilewatkan di Fin Fan Cooler (14-E-102). Pada (14-V-102) fraksi gas, fraksi
minyak, dan fraksi air dipisahkan. Seperti pada unit-unit lainnya, fraksi air langsung
dikirimkan ke unit 24 dan fraksi minyaknya dialirkan ke High Pressure Stripper
(14-C-101). Sementara itu, fraksi gasnya masuk ke dalam Kompresor (14-K-102)
dan bergabung dengan make up H2. Aliran make up H2 berfungsi untuk
mempertahankan tekanan di (14-V-102). Selanjutnya, fraksi gas ini selanjutnya
dikirim ke combined feed exchanger.
Selama pengaliran feed ke (14-C-101) diinjeksikan hidrogen ke dalam pipa.
Pada Stripper (14-C-101) digunakan bantuan steam untuk memisahkan fraksi
minyak dan gasnya. Fraksi gas yang merupakan produk atas dikondensasikan oleh
Fin Fan Cooler (14-E-105) kemudian dialirkan ke Vessel (14-V-106). Di dalam
(14-V-106) fraksi air dan off gas akan terpisah. Air yang terpisah, dikirim ke effluent
reaktor sebelum ke (14-E-102) dan ke tiap tube bundle (14-E-102) sebagai wash
water, atau ke (14-V-103). Lalu sisanya dikirimkan ke unit 24 dan sebagian lagi
dikembalikan ke (14-V-106) untuk menjaga aliran minimum pompa.Sementara off
gas dikirimkan ke Amine Treatment (unit 23) untuk menghilangkan kandungan H2S
bersama dengan sour water dari (14-V-102). Selain itu, jika terdapat fraksi minyak
yang berasal dari Stripper (14-C-101) yang terikut, maka akan dimasukkan kembali
ke dalam stripper.
Gas oil yang merupakan produk bawah Stripper (14-C-101) dinaikkan
temperaturnya dengan bantuan Fractionator Charge Heater (14-F-102) dari
temperatur 217oC menjadi 260oC. Kemudian gas oil ini difraksinasi di dalam
83
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Tahapan Proses :
Feed yang berupa untreated LCO dari RCC dan tangki penyimpanan
dialirkanmasuk ke dalam Surge Drum (21-V-101). Pada vessel ini dipisahkan
antara fraksi air dan minyaknya. Fraksi air yang keluar langsung dikirim ke unit
SWS (unit 24) dan fraksi minyaknya dipompakan ke Reactor Charge Heater (21-
F-101) untuk meningkatkan temperatur LCO dari 223oC sampai 241oC. Bahan
bakar yang digunakan pada furnace ini adalah fuel gas.Sebelum dimasukkan ke
dalam Heater (21-F-101), untreated LCO dipanaskan terlebih dahulu oleh Heater
(21-E-101) untuk mengurangi beban kerja (21-F-101). Selanjutnya, feed diolah di
85
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
dalam reaktor fixed bed (21-R-101) yang terdiri dari dua bed yang masing-masing
diisi oleh katalis.Pada reaktor ini berlangsung reaksi desulfurisasi, deoksigenasi,
denitrifikasi, dan penjenuhan olefin. Produk keluaran (21-R-101) dilewatkan ke
(21-E-101 A/B) dan dikondensasikan di Fin Fan Cooler (21-E-102) lalu dialirkan
ke Separator (21-V-102).Pada (21-V-102), fraksi gas, fraksi minyak, dan fraksi air
dipisahkan. Fraksi air yang berada di bagian bawah separator dikirimkan ke unit 24
sedangkan fraksi minyak di alirkan ke High Pressure Stripper (21-C-101).
Sementara itu, fraksi gasnya masuk ke dalam Kompresor (21-K-102) dan
bergabung dengan make up H2. Aliran make up H2 berfungsi untuk
mempertahankan tekanan di (14-V-102). Selanjutnya, fraksi gas ini selanjutnya
dikirim ke combined feed exchanger.
Selama pengaliran feed ke (21-C-101), diinjeksikan hidrogen ke dalam pipa.
Pada Stripper (21-C-101), digunakan bantuan steam untuk memisahkan fraksi
minyak dan gasnya. Fraksi gas yang merupakan produk atas dikondensasikan oleh
Fin Fan Cooler (21-E-105) kemudian dialirkan ke Vessel (21-V-106). Di dalam
(21-V-106) fraksi air akan terpisah dan dikirimkan ke unit 24 dan off gas dikirim
ke Amine Treatment (unit 23). Selain itu, jika terdapat fraksi minyak yang berasal
dari Stripper (21-C-101) yang terikut, maka akan dimasukkan kembali kedalam
stripper.
LCO keluaran Stripper (21-C-101) dinaikkan temperaturnya dengan bantuan
Fractionator Charge Heater (21-F-102) dari temperatur 196oC menjadi 272oC.
Kemudian LCO ini difraksinasi di dalam Fractionator (21-C-102) menggunakan
pemanas steam. Produk atas yang dihasilkan adalah wild naphta yang akan
dialirkan ke CDU sedangkan produk bawahnya adalah LCO. LCO ini
dikondensasikan kemudian dialirkan ke Coaleser (21-S-101) yang berfungsi untuk
memisahkan air sisa kondesasi yang ikut terbawa oleh gas oil. Selanjutnya gas oil
dikeringkan di dalam Dryer (14-V-108) dan dialirkan ke tangki penyimpanan.
Produk yang dihasilkan LCO-HTU berupa off gas, wild naphta, dan treated
kerosene. (Pertamina, 1992)
86
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
zeoilt, silica dan lain-lain. Salah satu fungsi bagian asam dari katalis adalah untuk
memecah molekul yang besar. Persamaan reaksi cracking antara lain:
Parafin terengkah menjadi olefin dan parafin yang lebih kecil:
CnH2n+2 → mCH2m + CpH2p+2 (Pers. 4.13)
Parafin Olefin Parafin
Olefin terengkah menjadi olefin yang lebih kecil:
CnH2n → CmH2m + CpH2p (Pers. 4.14)
Olefin Olefin Olefin
Perengkahan rantai samping aromatik:
Aromatik CnH2n-1 → Aromatik CH2m-1 + CmH2m+2 (Pers. 4.15)
Naphthane (cycloparaffin) terengkah menjadi olefin:
Cyclo-CnH2n → Cyclom CH2m ++Cp H2p (Pers. 4.16)
Olefin Olefin
Jika sikloparafin mengandung sikloheksane:
Cyclo-CnH2n → C6H12 + CmH2m + CpH2p (Pers. 4.17)
Sikloheksana Olefin Olefin
Tahapan Proses:
Umpan untuk RCC unit disebut raw oil atau biasa disebut reduced crude. Raw
oil berasal dari campuran Treated Atmospheric Residue (DMAR) dan Untreated
Atmospheric Residue (AR) yang berasal dari unit AHU, CDU dan storage.
Campuran tersebut dicampur di Feed Surge Drum (15-V-105) dengan syarat
tertentu. Selanjutnya feed dibagi menjadi tiga aliran, aliran pertama digunakan
sebagai torch oil, aliran kedua dialirkan ke main column (15-C-101) dan aliran
ketiga dilewatkan heat exchanger (16-E-101 dan 16-E-106) untuk dipanaskan.
Kandungan logam Ni, V dan MCR pada umpan harus dijaga karena logam-logam
tersebut akan menjadi racun dan merusak katalis RCC. Sebelum mencapai riser,
raw oil panas di-atomize (dikabutkan) oleh steam berdasarkan perbedaan tekanan
dan masuk ke dalam reaktor dengan metode tip and plug. Pada reaksi ini diperlukan
katalis. Katalis yang digunakan terdiri atas zeolit, silika dan zat lain. Pengontakkan
88
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
katalis dengan feed dilakukan dengan cara mengangkat regenerated catalyst dari
regenerator ke riser menggunakan lift steam dan lift gas dari off gas hasil Gas
Concentration Unit. Katalis kemudian kontak dengan minyak dan mempercepat
reaksi cracking, selain itu katalis juga memberikan panas pada hidrokarbon (raw
oil) sehingga lebih membantu mempercepat reaksi cracking yang terjadi. Katalis
dan hidrokarbon naik kebagian atas riser karena kecepatan lift steam dan lift gas
yang sangat tinggi. Aliran katalis ke riser ini diatur untuk menjaga suhu reaktor.
Setelah reaksi terjadi dibagian atas riser (reaktor) maka katalis harus dipisahkan
dari hidrokarbon untuk mengurangi terjadinya secondary cracking sehingga rantai
hidrokarbonnya menjadi lebih kecil dan akhirnya membentuk coke. Pada bagian
atas sebagian besar katalis akan terpisah dari atomized hydrocarbon dan jatuh ke
seksi stripping, selain itu katalis juga dipisahkan pada cyclone dekat reaktor
denganmemanfaatkan gaya sentrifugal sehingga katalis terpisah dari atomized
hydrocarbon berdasarkan perbedaan densitasnya dan jatuh ke seksi stripping.
Steam diinjeksikan ke stripping untuk mengambil hidrokarbon yang masih
menempel pada permukaan spent catalyst. Atomized hydrocarbon yang terkumpul
di Plenum Chamber keluar dari top riser mengalir ke main column (15-C-101) pada
seksi fraksinasi.
Regenerator dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian atas dan bagian bawah.
Dari stripping, spent catalyst turun ke regenerator ( 15-R-101) pada bagian
uppergenerator. Spent catalyst diregenerasikan dengan membakar coke yang
menempel dengan mengalirkan udara pada katalis. Coke terjadi akibat reaksi
cracking dan tidak bisa diambil oleh steam pada stripping sehingga mengurangi
aktivitas katalis. Pada bagian uppergenerator terjadi partial combution dimana
coke akan dibakar menjadi CO. Coke yang dibakar hanya 80%. Sedangkan pada
bagian lower generator terjadi total combustion, dimana semua sisa coke dibakar
menjadi CO2.
Gas CO dari upper regenerator ini tidak langsung dibuang karena dapat
mencemari lingkungan, tetapi dibakar terlebih dahulu pada CO boiler menjadi CO2.
89
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Hal ini dilakukan dengan melewatkan fuel gas yang mengandung CO tersebut ke
dalam cyclone terlebih dahulu untuk mengambil partikel katalis yang terikut.
Tekanan fuel gas yang keluar dikurangi dengan memanfaatkan panas hasil
pembakaran CO menjadi CO2 dalam CO boiler untuk memproduksi steam tekanan
tinggi. Setelah dibakar di upper regenerator, katalis dialirkan ke lower generator.
Aliran katalis ini diatur untuk mengontrol level lower regenerator, temperatur
lower regenerator slide valve dan catalyst cooler slide valve. Kelebihan udara
dalam lower regenerator digunakan untuk membakar coke yang tersisa dan
diarahkan pembakarannya menjadi CO2. Katalis panas dari lower generator
dialirkan ke riser melalui regenerated slide valve untuk kembali beroperasi, tetapi
sebelumnya didinginkan dengan catalyst cooler terlebih dahulu. Catalyst cooler
(15-V-501) mengambil kelebihan panas dari regenerator oleh boiler feed water
(BFW) dan diubah menjadi steam.
Atomized hydrocarbon hasil reaksi cracking dialirkan dari reaktor ke main
column (16-C-101) untuk dipisahkan menjadi Decant Oil atau Slurry Oil (DCO),
Heavy Cycle Oil (HCO), Light Cycle Oil (LCO), naptha, unstabilized gasoline dan
wet gas.Atomized hydrocarbon masuk ke bottom kolom dan didinginkan sebelum
pemisahan terjadi. Pendinginan ini dilakukan dengan sirkulasi sebagian DCO dari
bottom kolom yang melalui steam generator (15-E-104) dan beberapa heat
exchanger. Sirkulasi DCO dingin dikembalikan ke kolom sebagai refluks. Sebagian
DCO masuk ke stripper untuk dipisahkan dari fase gasnya, kemudian melalui
beberapa exchanger untuk memanaskan feed dan masuk ke tangki produk.
Dari seksi DCO terjadi penguapan atau fraksinasi pertama, yaitu seksi HCO.
HCO tidak diambil dan hanya digunakan sebagai refluks pendingin. Pengatur
penguapan dan pemanas untuk raw oil preheater dan debutanizer reboiler didalam
gas concentrationsection. HCO digunakan untuk menjaga temperatur kolom bagian
bawah tempat masuknya feed yang panas agar tetap dibawah 350°C sehingga
mencegah terbentuknya coke. Net HCO kadang-kadang diambil untuk bahan bakar
pada torch oil.
90
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Dari seksi HCO, penguapan terus terjadi dan masuk ke seksi LCO. Sebagian
produk LCO dikirim ke sponge absorber dalam Unsaturated Gas Concentration
Unit (Unit 16). LCO akan mengabsorp C3, C4 dan beberapa C5 dan C6 yang terikut
dari material sponge gas dan dikembalikan ke main column (15-C-103) untuk
mengatur flashpoint. Sebelum LCO masuk ke storage atau diolah berikutnya di unit
21, panasnyadigunakan untuk raw charge preheater, gas concentration unit dan
stripper reboilerdebutanizer.
Produk atas main column lainnya adalah heavy naphta. Heavy naphta tidak
diambil menjadi produk sama halnya dengan HCO. Sirkulasi naphta digunakan
dalam preheater umpan atau peralatan penukar panas lain sebelum kembali ke
kolom sebagai refluks. Sebelum kembali ke kolom, heavy naphta ditambahkan wild
naphta yang akan dihasilkan RCC pada seksi teratas kolom. Light gas dan naphta
teruapkan melalui top column dan melewati overhead condenser untuk
dikondensasikan dan dipisahkan dalam (15-V-106) menjadi fraksi air, fraksi
minyak dan fraksi gas. Fraksi minyak dikirim kembali ke main column sebagai
refluks, dikembalikan ke riser dan dikirim ke Gas Concentration Unit (16-E-103)
untuk diproses lebih lanjut. Fraksi air dikirim ke unit SWS dan fraksi gas dikirim
ke Wet Gas (16-V-106) atau dibakar di flare. (Pertamina, 1992)
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Unit yang dirancang oleh Universal Oil Product (UOP) ini memiliki
kapasitas 83.000 BPSD Atmospheric Residue. Untuk menghasilkan Sweetened fuel
gas yang dikirim ke Refinery Fuel Gas System untuk diproses lebih lanjut.Unit ini
juga mengahasilkan untreated LPG yang akan diproses lebih lanjut di LPG
Treatment Unit (Unit 17) dan gasoline yang akan diproses lebih lanjut di gasoline
Treatment Unit (Unit 18).
Tahapan Proses :
Proses awal dimulai dengan memasukkan feed berupa top product dari RCU
ke dalam High Pressure (HP) Receiver (15-V-106). Pemisahan pada alat ini
menggunakan prinsip kompresi sehingga dihasilkan hidrokarbon fraksi ringan
(condensable) dan hidrokarbon fraksi berat (non condensable). Hidrokarbon fraksi
berat akan dikirim ke primary absorber (16-C-101). Sementara itu, untuk fraksi
ringan hidrokarbon fraksi ringan akan dialirkan ke vessel (16-V-101) untuk
menghilangkan kandungan air yang ada di dalam aliran gas sebelum memasuki Wet
Gas Compressor (WGC).
WGC pada unit ini terdiri dari 2 stage, yaitu (16-K-101) dan (16-K-102).
Diantara kedua WGC ini terdapat vessel (16-V-102) dan intercooler. Vessel (16-
V-102) berfungsi untuk memisahkan gas yang terkondensasi sedangkan intercooler
berfungsi untuk menjaga temperatur operasi WGC. Selanjutnya hidrokarbon fraksi
92
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
93
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Tahapan Proses :
Feed berupa produk atas debutanizer (untreated LPG) dari unit 16
dimasukkan ke Strainer (17-S-101 A/B) untuk dipisahkan dari solid yang
ukurannya lebih besar dari 150 mikron. Selanjutnya LPG yang sudah bebas solid
dimasukkan ke dalam Separator (17-V-101) yang dilengkapi dengan Fiber Film
94
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
LPG yang keluar dari (17-V-101) dialirkan ke separator kedua dan ketiga
(17-V-102 dan 17-V-103). Pada kedua separator ini kandungan merkaptan
disingkirkan dengan menggunakan bantuan kaustik. Prinsip alatnya sama seperti
(17-V-101) yaitu dengan mengontakkan kaustik dengan LPG di Fiber Film
Contactor (17-A-202 dan 17-A-203).
Mercaptide caustic dari kedua separator ini akan diregenerasi di Oxidation
Tower (17-V-105). Mercaptide (RSNa) dioksidasi menjadi disulfida (DSO)
kemudian dihilangkan dari kaustik menggunakan solvent yang berupa gasoline
di dalam
Separator (17-V-106) yang dilengkapi dengan Fiber Film Contactor (17-A-
209). LPG yang telah bebas merkaptan dan hidrogen sulfida dimasukkan ke dalam
Vessel (17-V-104). Pada vessel ini terjadi proses aquafining, yaitu proses pencucian
kaustik yang terikut pada LPG dengan bantuan air. Pada akhirnya, akan didapatkan
treated.
LPG yang akan digunakan sebagai feed pada Propylene Recovery Unit (Unit
19). Produk yang dihasilkan oleh LPG Treatment berupa treated RCC LPG, fuel
gas, spent solvent, dan spent water. (Pertamina, 1992)
4.3.2.3 Gasoline Treatment (Unit 18)
Unit proses Gasoline Treatment (Unit 18) berfungsi untuk mengolah ulang
produk nafta dengan cara mengurangi kadar hidrogen sulfida (H2S) dan merkaptan
(RSH) dalam untreated naphtha. Pengurangan kadar H2S dan merkaptan bertujuan
untuk memenuhi standar kualitas nafta sebagai blending component pada
pembuatan produk premium. Penyingkiran pengotor dilakukan dengan mekanisme
reactive extraction menggunakan bantuan kaustik. Reaksi yang terjadi pada proses
95
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
ini adalah :
2NaSR + H2O + ½ O2 → RSSR + 2NaOH (Pers 4.22)
2RSH + ½ O2 → RSSR2O + H (Pers 4.23)
2NaOH + H2S → 2S + HNa2O (Pers 4.24)
2Na2S + 2O2 + H2O →2SO3 Na+ 2NaOH (Pers 4.25)
Unit 18 ini dirancang untuk mengolah feed berupa nafta yang berasal dari
bottom product kolom debutanizer dari unit 16. Kapasitas unit ini adalah 47.500
BPSD.
Tahapan Proses:
Feed berupa untreated naphta dimasukkan ke dalam Strainer (18-S-101)
untuk disaring dari partikel-partikel padat yang berukuran 150 mikron. Aliran feed
yang telah bebas dari solid dialirkan ke Separator (18-V-101 dan 18-V-102).
Sebelum dimasukkan ke dalam separator, aliran feed dibagi dua dan diinjeksikan
udara tambahan untuk oksidasi.
Seperti pada unit 17 feed yang masuk ke separator dikontakkan dengan
kaustik pada Fiber Film Contactor (18-A-201 dan 18-A-204) untuk memisahkan
H2S dan merkaptan dari nafta. Selanjutnya, dalam separator dipisahkan treated
naphta dan kaustiknya. Treated naphta yang keluar dari separator dialirkan ke
storage, sedangkan kaustiknya dialirkan ke tangki penampungan kaustik dan
96
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
97
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Tahapan Proses :
Umpan untuk PRU berasal dari LPG Treatment Unit dengan kapasitas 82,776
ton/jam yang telah diolah pada Unit Gas Concentration, dipompakan ke C3 atau C4
splitter (19-C-101) untuk memisahkan campuran C3 pada bagian atas dari
campuran C4 pada bagian bawah. Uap yang terbentuk di bagian overhead masuk ke
C3/C4Spiltter Condenser, sedangkan kondensat yang terbentuk masuk ke
C3/C4Spiltter Recevier. Sebagian campuran C3 direfluks ke C3/C4 Splitter dan
sebagian lagi dikirim ke solvent settler.
Pada Solvent Settler campuran C3 dihilangkan kandungan sulfurnya. Air di
Water Boot dikirim ke Water Degassing Drum, selanjutnya ke unit Sour Water
Splitter (unit 24). Campuran C4 yang terbentuk di bottom C3/C4 Spiltter sebagian
dipanaskan di C3/C4 Splitter Reboiler dan sebagian lagi dikirim ke unit Catalytic
Condensation (unit 20). Jika campuran C4 masih tersisa, maka dikirim ke tangki
penampungan. Proses unit ini dirancang oleh UOP (Universal Oil Product). Solvent
Settler campuran C3 dikirim ke Wash Water Column untuk dikontakkan dengan
larutan fosfat dari arah berlawanan (counter current). Produk atas kolom ini
dipisahkan dari airnya pada sand filter, sedangkan produk bottom sebagian di
recycle dan sebagian lagi di tampung di water degassing drum untuk kemudian
dikirim ke unit 24. Campuran C3 dari sand filter dikeringkan di C3 Feed Driers.
Keluaran Feed Driers tersebut diperiksa kadar moisture-nya untuk keperluan
98
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
99
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Tahapan Proses:
Proses dimulai dengan dimasukkannya feed mixed C4 yang berasal dari PRU
ke dalam Wash Water Column (20-C-101) dan dikontakkan dengan air untuk
menghilangkan kandungan amine, ammonia, dan kaustiknya. Di dalam aliran air
diinjeksikan asam fosfat untuk dihilangkan basic nitrogennya sehingga tidak
bereaksi dengan katalis. Mixed C4 kemudian dialirkan ke Feed Surge Drum (20-V-
101) untuk memisahkan larutan fosfatnya.
Selanjutnya, mixed C4 dialirkan ke Reaktor (20-R-101 A/B/C) yang
merupakan tiga buah reaktor paralel. Sebelum dimasukkan ke reaktor, feed
diinjeksikan air terlebih dahulu untuk mencegah dehidrasi katalis. Pada reaktor
terdapat 5 bed yang didalamnya terjadi reaksi isomerisasi dan alkilasi dengan
bantuan katalis. Sebagai pengatur temperatur di dalam unggun-unggun di dalam
reaktor, diinjeksikan recycle quench melalui samping reaktor diantara dua unggun.
Selanjutnya keluaran reaktor disaring kotorannya dengan menggunakan
Reactor Filter (20-S-102) karena dapat menyebabkan kebuntuan pada peralatan
lain serta korosi karena katalis yang terikut bersifat asam. Dari (20-S-102) aliran
dilanjutkan ke Flash Rectifier (20-C-102). Di dalam rectifier ini, mixed C4
dipisahkan antara bottom product-nya, berupa saturated LPG, polygasoline, dan
unreacted feed, dan top product-nya yang berupa uap butilen dan butan. Top
product-nya dialirkan ke Rectifier Receiver (20-V-102) untuk dijadikan kondensat
dan dikembalikan ke (20-C-102).
Sementara itu, bottom product dari rectifier dialirkan ke Stabilizer (20-C-
103) untuk dipisahkan secara distilasi bertekanan sehingga menghasilkan uap butan
yang keluar dari bagian atas stabilizer. Uap butan ini dikondensasi dan dialirkan ke
Stabilizer Receiver(20-V-103). Selanjutnya, aliran butan dimasukkan ke dalam
Caustic Wash (20-V-106) untuk dibersihkan dari senyawa sulfur. Kemudian butan
dimasukkan ke Sand Filter (20-S-101) untuk menghilangkan sisa air yang terikut
dan dikirim ke tangki penampungan. Bottom product dari stabilizer yang berupa
poly gasoline akan dikirimkan ke tangki penampungan. Produk yang dihasilkan
100
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
CCU berupa polymer gasoline, butane, wash water effluent, dan water ke PRU.
1. Seksi Reaktor
UOP catalytic merupakan salah satu unit yang dirancang UOP untuk
memproses Unsaturated Mixed Butan dari unit-unit RCC complex. Feed
campuran butane/butilene dari Propylene Recovery Unit masuk ke wash water
column untuk dicuci dengan larutan fosfat secara counter current untuk
memudahkan reaksi (katalis) dan menghilangkan kotoran. Wash water
sebagian disirkulasi dan sisanya dibuang. Campuran butana bersama aliran
rectifier dipompakan ke tiga reaktor yang dipasang secara paralel. Pada reaktor
terjadi reaksi isomerisasi (membentuk isobutan dan isobutilen) dan alkilas.
2. Seksi Rectification
Hasil reaktor disaring oleh filter untuk mencegah katalis padat terikut
dalam produk. Effluent-nya masuk ke flash rectifier. Di dalam rectifier ini,
effluent dipisahkan dengan cara penguapan menghasilkan saturated LPG, poly
gasoline, dan unreacted feed sebagai hasil bawah. Sedangkan hasil atasnya
berupa uap butilen dan butan yang dialirkan ke rectifier receiver untuk
dijadikan kondensat seluruhnya. Kondensat yang terbentuk sebagian
dikembalikan ke flash rectifier sebagai refluks dan sebagian sebagai produk
recycle untuk kembali direaksikan pada reaktor. Hasil bawah flash rectifier
masuk ke stabilizer.
3. Seksi Stabilizer
Umpan masuk ke tray 16 dari 30 tray dimana pada seksi ini terjadi
pemisahan secara distilasi. Hasil atas berupa LPG butana kemudian masuk ke
stabilizer receiver dan dihilangkan airnya dengan water boot. Kondensat yang
ada sebagian dikembalikan ke stabilizer dan sebagian dialirkan ke caustic wash
(untuk menyerap senyawa sulfur) kemudian dialirkan ke sand filter (untuk
menyaring padatan natrium) dan selanjutnya dimasukkan ke storage. Produk
bawahnya berupa polygasoline didinginkan sebelum masuk ke tangki
penyimpanan. (Pertamina, 1992)
101
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
kenal antara lain MEA, DEA, MDEA, DIPA, dan lain-lain. Masing-masing
pelarut ini mempunyai daya larut serta selektivitas yang berbeda satu dengan
yang lainnya. Pada proyek RCC Off Gas Recovery ini, pelarut alkaline amine
yang akan digunakan adalah Diethanol Amine (DEA). Penyerapan zat-zat
pengotor seperti CO, CO2 dan H2S terjadi dikolom Amine/ Water Wash
Column.
Larutan DEA dapat terdegradasi akibat reaksi irreversible dengan zat-zat
pengotor yang terdapat dalam umpan gas, khususnya O2, hidrokarbon, CO2,
dan COS. Proses degradasi amine berbanding lurus dengan kenaikan suhu,
untuk itu suhu Amine/ Water Wash Column sangat penting untuk diperhatikan.
Untuk memonitor laju degradasi serta kapasitas penyerapan gas asam dari
larutan DEA, maka harus dilakukan analisa secara berkala dari sirkulasi amine.
Apabila kualitas larutan amine di bawah target operasinya, maka perlu
dilakukan penambahan larutan DEA, sehingga kemampuan kerja kolom
Amine/Water Wash dapat dijaga pada kondisi yang optimal. Off Gas yang
sudah diolah di Amine/Water Wash dipanaskan dan kemudian dikirimke
Impurity Adsorber untuk diambil kandugnan arsen dan phospine yang dapat
meracuni katalis. Gas yang keluar dari Impurity Adsorber akan dipanaskan dan
dialirkan ke Oxygen Converter. Didalam Oxygen Converter, oksigen akan
beraksi dengan hidrogen didalam Off Gas membentuk air. Kontaminan lain
yang terkandung di dalam Off Gas, akan direaksikan sebagai berikut:
a. Nitride dan nitrile akan dikonversi menjadi NOx, COS, H2S dan DMDS.
b. Sisa H2S yang masih terkandung di dalam Off Gas direaksikan dengan O2
menjadi elemen sulfur.
c. Acetylene dikonversi menjadi ethane.
d. Ethylene dihidrogenasi menjadi ethane.
e. C2 acetylene akan di konversi menjadi ethane, methylacetylene,
propadiene, dan sebagian lagi akan dikonversi menjadi propylene.
f. Kemudian butadiene dikonversi menjadi butane.
103
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Hydro Deisobutanizer bersama dengan isobutene dan sisa butadiene dari umpan
C4+. Pada distilasi konvensional, sebagian besar 1-butene akan keluar pada bagian
atas kolom disebabkan titik didih yang dekat antar isobutene dan 1-butene. Untuk
memaksimalkan pengambilan normal butene, catalytic bed ditambahkan pada
kolom CD Hydro Deisobutanizer untuk isomerisasi 1-butene dan 2-butene dan
hidrogenasisisa butadiene. Produk bawah yang kaya kandungan 2-butene,
dikirmkan ke Unit Olefin Conversion. Hampir semua isobutene dalam umpan akan
terambil dibagian atas kolom CD Hydro Deisobutanizer akan dijadikan sebagai
komponen blending LPG.
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
4. Deethylenizer
Hasil reaksi di OCT mengandung campuran propilen, etilen, butene, n-
5+
butene dan komponen C sebagai hasil reaksi samping. Pada unit OCU ini
terdapat 3 kolom fraksinasi. Kolom Deethylenizer berfungsi untuk
memisahkan etilen yang tidak bereaksi dan didaur ulang ke reaktor OCT.
5. Depropylenizer
Kolom depropylenizer untuk memisahkan produk propilen sebagai produk
atas dan produk bawah yang banyak mengandung C4 dan sebagian kecil C5+
hasil reaksi samping.
6. Debutanizer
Kolom Debutanizer berfungsi untuk memisahkan produk C4 LPG pada
produk atas dan C5+gasoline pada produk bawah.
108
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
109
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Demister : yes
Coalescer : yes
Water boot : no
Temperatur desain,(°C) : 120
Tekanan desain (kg/cm2g) : 19,7
8) Atmospheric fractionator : 12-C-501
Inside Diameter (mm) : 3200/3660
Tinggi (mm) : 44560
Jumlah tray (Buah) : 47
Temperatur desain (°C) : 356
Tekanan desain (kg/cm2g) : 3,6
9) Gas oil sidecut stripper : 12-C-502
Inside Diameter (mm) : 1070
Tinggi (mm) : 12390
Jumlah tray (Buah) :5
Temperatur desain (°C) : 356
Tekanan desain (kg/cm2g) : 3,6
10) Kerosene sidecut stripper : 12-C-503
Inside Diameter (mm) : 910
Tinggi (mm) : 10395
Jumlah tray (Buah) :5
Temperatur desain (°C) : 256
Tekanan desain (kg/cm2g) : 3,6
11) Naphtha stabilizer : 12-C-504
Inside Diameter (mm) : 600/1800
Tinggi (mm) : 19020
y : terdiridengan 2 bed dengan 5500 mm packing per bed
Temperatur desain,(°C) : 183
Tekanan desain (kg/cm2g) : 8,6
116
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
computer dan alat elektronik lainnya agar dapat mengontrol suatu loop system yang
lebih rumit dan dapat dikendalikan oleh semua orang dengan cepat dan mudah.
Proses yang dikontrol dapat berupa proses yang berjalan secara kontinyu atau
proses yang berjalan secara batch. Sistem DCS dirancang dengan proses berlebih
untuk meningkatkan kehandalan sistem. Konfigurasi control akan memudahkan
pengguna dalam perancangan aplikasi. DCS dapat bekerja untuk satu atau lebih
computer dan dapat dikonfigurasi di computer atau dari PC secara offline. Besaran
elektrik yang diterima adalah arus listrik (4-20 mA) dan tegangan listrik (1-5 V).
Sistem DCS merupakan penerapan dari micro computer dalam system
instrumentasi industri dan digunakan untuk memantau variabel proses pada plant.
Salah satu contoh pengendalian prosesnya adalah pada unit CDU yaitu unit
distilasi. Unit distilasi tersebut dikendalikan melalui control tekanan. Tekanan yang
terlalu tinggi tergantung dari panas yang diterima dari pembakaran bahan bakar,
digunakan bahan bakar agar kerja dari unit distilasi tersebut tidak terlalu berat.
Tekanan tinggi tersebut diukur dengan menggunakan pressure gauge. Hasil
pengukuran oleh pressure gauge diubah menjadi sinyal antara 0,2 – 1 kg/cm2 untuk
pneumatic dan 4 – 20 mA untuk elektronik. Sinyal tersebut dapat mengendalikan
beberapa alat yaitu kerangan untuk mengeluarkan panas dari kolom distilasi
sehingga tekanan turun, alat refluks untuk menurunkan tekanan dengan
memanipulasi kecepatan arus. Ketika tekanan kolom naik maka pembakaran
dikurangi, kerangan untuk pemanfaatan panas dibuka, dan produk di refluks,
sedangkan jika tekanan kolom kurang maka pembakaran dinaikkan, kerangan untuk
pemanfaatan panas ditutup, dan produk tidak di refluks. (Pertamina,2005)
118
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Perbedaan antara kedua utilitas tersebut terletak pada jumlah unit dari
masing-masing plant. Peralatan yang terdapat pada xisting plant yaitu :
c. 5 unit kompresor
d. 6 unit boiler
e. 1 unit steam generator
Peralatan yang terdapat pada new plant yaitu :
119
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
120
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
121
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Denim Plant terdiri dari tiga train dengan flow rate 230 m3/h/train yang
diinstalisai out doors, tanpa atap dan di area yang tidak berbahaya.
Pola operasi :
1. Demineralization Plant beroperasi secara kontinyu.
2. Masing-masing trainakan beroperasi normal secara bergantian.
3. Air buangan regenerasi yang mengandung asam, basa serta air pembilas
dari masing-masing resin dibuang melalui bak penetral (untuk
dinetralisasi).
4. Backwash water dari Activated Carbon Filter akan dialirkan ke Clean
Drain.
4. Cooling Water System (Unit 56)
Unit ini berfungsi untuk mensuplai cooling water ke sarana utilitas (boiler,
steam turbin generator, kompresor, nitrogen dan demin plant), unit proses (H2
plant, RCC complex, GO/LCO HTU, CDU, AHU/ARHDM, amine treatment,
sulphur plant, dan NPU), fasilitas offsite, dan ancillaries. Cooling water yang
didistribusikan ke unit proses adalah sebesar 18.000 m3/jam sedangkan cooling
water ke sarana utilitas adalah sebesar 14.000 m3/jam dengan temperatur 33ºC.
Menara air pendingin ini memiliki beberapa bagian, yaitu :
1. Menara Pendingin (Cooling Water Tower).
2. Pompa air pendingin (Cooling Water Pump).
3. Side Stream Filter, agar tidak terjadi fouling.
4. Side Filter / Start Up Cooling Water Pump.
5. Chemical Injection berupa anti fouling dan anti corrosion.
Menara dirancang untuk mendinginkan air dari temperatur 45,5ºC ke 33ºC
dengan wet bulb temperatur 29,1ºC pada tipe counter flow. Menara terdiri dari
122
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
10 cell dan 10 draf fan beserta masing-masing motornya dan dua buah header
supply utama untuk pendistribusian ke onsite dan utility area. Fasilitas
pengolahan air digabung dengan menara pendingin yang dilengkapi injeksi gas
chlorine, inhibitor korosi dan dispersant. Untuk menjaga mutu air, sebagian air
diolah di side stream filter. Pada bagian header supply ke area utility,
dilengkapi dengan on-line conductivity untuk memonitor mutu dari air
pendingin.
Boiler adalah unit yang memproduksi high pressure steam untuk digunakan
sebagai penggerak alat dalam unit-unit pemrosesan lain, contohnya turbin. Umpan
boiler berupa demin water. Umpan ini pertama diperoses pada deaerator, dalam
deaerator kandungan O2 dihilangkan menggunakan stripping gas, akan tetapi
keluaran dari deaerator ini masih mengandung O2, sehingga pada tangki
penampungan keluaran dari deaerator diinjeksikan hydrazine yang membuat
kandungan O2 dan mineral pada demin water hilang. Produksi steam dilakukan
melalui proses ekspansi secara isoterm atau isentalpi. Ada 3 jenis steam yang
dihasilkan, yaitu:
a. High Pressure (HP) Steam (43 kg/cm2)
HP steam digunakan untuk tenaga penggerak pada STG, FDF boiler, HBW
pump, compressor, dan cooling water, serta juga untuk berbagai unit proses,
diantaranya adalah RCC, H2plant, GO/LCO HTU, dan AHU.
b. Medium Pressure (MP) Steam (19 kg/cm2)
MP steam digunakan sebagai tenaga penggerak pompa steam turbine dan
steam jet ejector. Digunakan pada MBW pump, automizing boiler, fuel oil
pump, demin water pump, dan condensate pump, serta juga untuk berbagai unit
proses, diantaranya adalah RCC, GO/LCO HTU, CDU, AHU, Amine/SWS,
sulphur plant,offsite dan flare.
123
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
124
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
6.2.1 Limbah
Limbah industri minyak bumi umumnya mengandung logam-logam berat,
senyawa sulfur dan amine. Senyawa kimia berbahaya, serta senyawa-senyawa
hidrokarbon yang mudah terbakar.PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
menghasilkan berbagai macam limbah yang terdiri dari limbah cair, limbah gas,
dan limbah padat dimana dari ketiga jenis limbah yang dihasilkan tersebut limbah
125
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
126
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Water Treatment (WWT) adalah untuk mengolah air buangan yang terdiri dari dua
sistem pengolahan, yaitu:
a. Dissolved Air Floatation (DAF) yang digunakan untuk memisahkan kandungan
padatan dan tank area. Pada proses ini bahan yang diolah umumnya mempunyai
kandungan minyak dan solid yang tinggi namun memiliki kandungan COD dan
BOD yang rendah. Spesifikasi desain air yang keluar DAF adalah kandungan
minyak maksimumnya 25 ppm dan solid maksimum.
b. Activated Sludge Unit (ASU) yang berfungsi mengolah secara fisika, kimia dan
biologi air buangan dari unit proses khususnya treated water keluaran unit SWS,
desalter effluent water keluaran unit CDU, GO-HTU, RCC, dan sistem sanitasi
pabrik. Air yang diolah umumnya mempunyai kandungan ammonia, COD,
BOD, dan fenol sedangkan kandungan minyak dan solid berasal dari desalter
effluent water.
Di Pertamina RU VI Balongan, pengolahan air buangan dibagi menjadi dua
yaitu: treatment oily water yang dilakukan diserangkaian separator dan treatment
air buangan proses yang dilakukan dengan menggunakan lumpur aktif yang
merupakan campuran dari koloni mikroba aerobic.
Unit pengolahan air buangan terdiri dari air floatation section, activated
sludge section, serta dehydrator dan incinerator section.
a. Air Floatation Section
Air hujan bercampur minyak dari unit proses dipisahkan oleh CPI
separator sedangkan air ballast dipisahkan oleh API separator kemudian
mengalir ke seksi ini secara gravitasi. Campuran dari separator mengalir ke bak
DAF Feed Pump dan dipompakan ke bak floatation, sebagian campuran
dipompakan ke pressurize vessel. Dalam pressurize vessel udara dari plant air
atau DAF compressor udara dilarutkan dalam pressure waste water. Jika
pressure waste water dihembuskan ke pipa inlet bak floatation pada tekanan
atmosfir, udara yang terlarut disebarkan dalam bentuk gelembung dan minyak
yang tersuspensi dalam waste water terangkat ke permukaan air.
127
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
128
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
129
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
130
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
dan gas hidrokarbon, dibakar di incinerator atau flare. Limbah gas berupa gas
karbondioksida (CO2) dibuang langsung ke lingkungan. (Pertamina, 2005)
6.3 Laboratorium
131
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
132
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
a. Analitika
1) Spectrofotometer
2) Polychromator
3) Infra Red Spectrofotometer
4) Spectro Fluoro Photometer
b. Gas Chromatography
Prosedur Analisa
a. Analitika
Dalam bidang analitika mengadakan pemeriksaan sifat-sifat kimia bahan
baku, intermediate, dan finish produk. Bahan yang dianalisa setiap hari (sample
shift rutin) adalah analisa air dan minyak. Adapun prosedur analisa yang
digunakan antara lain :
a) Atomic Absorbtion Spectrophotometric (AAS) yang digunakan untuk
menganalisa logam-logam yang mungkin ada dalam air.
133
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
134
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
7.TUGAS KHUSUS
135
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
136
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Main Air Blower (MAB) merupakan peralatan vital di unit RCC dan
berperan sebagai satu-satunya penyuplai udara pembakaran ke regenerator. 70%
dari MAB akan dialirkan menuju upper regenerator , sedangkan sisanya dialirkan
menuju lower regenerator . MAB didesain dengan kapasitas desain 481,123
kNm3/jam, tekanan inlet 1 kg/cm2 dan tekanan outlet 2,865 kg/cm2. Tipe
kompresor yang digunakan adalah kompresor aksial. Kompresor aksial
menggunakan putaran kipas untuk mendorong udara kedalam mesin . Aliran
udara melalui mesin di dalam straight line yang melalui stator vane bisa diubah-
ubah sudutnya untuk menaikkan atau mengurangi jumlah udara yang diperlukan.
Penggerak MAB adalah steam turbine dengan desain normal 3475 rpm.
137
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Reaktor terdiri atas Upper (Cyclone dan Stripper Section ) dan Lower (Riser
dan Feed Nozzle). Umpan diinjeksikan berasam steam ke dalam riser reaktor
catalytic cracking melalui delapan buah distributor agar tersebar merata.
Regenerated catalyst dari regenerator dialirkan menuju riser dengan bantuan lift
steam dan lift gas. Aliran katalis menuju riser dikendalikan oleh 15 SLV-102 untuk
mengendalikan temperatur reaktor (15 TC-022). Saat katalis bertemu dengan
umpan di riser terjadi pertukaran panas dari katalis ke kabut minyak umpan dan
reaksi perengkahan hidrokarbon. Campuran uap hidrokarbon dan katalis naik
menuju top riser dengan minimum back mixing dan terpisah di terminator sehingga
tidak terjadi reaksi over cracking atau perengkahan sekunder yang tidak
diinginkan. Katalis dari terminator jatuh ke seksi stripping. Keluaran terminator
tersebut mengalami pemisahan lanjutan pada 13 buah single stage cyclone. Katalis
yang terambil siklon jatuh menuju seksi stripping bersama dengan katalis dari
terminator. Pada seksi stripping, katalis mengalami pelucutan sisa hidrokarbon
menggunakan stripping steam (15 FC-010/011) lalu masuk ke dalam upper
regenerator. Uap hidrokarbon keluaran siklon naik menuju plenum chamber dan
keluar dari puncak reaktor menuju ke main column.
138
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Aliran katalis antara seksi reaktor dan regenerator ini merupakan jantung
proses RCC. Aliran katalis tersebut jumlahnya sangat besar yaitu antara 40-70
ton/mnt katalis sirkulasi tiap menit. Flue gas yang mengandung CO pada upper
regenerator mengalir melalui 20 buah double stage cyclone guna merecover partikel
catalyst yang terikut. Sekitar 75-90% catalyst dipisahkan pada stage pertama dan
sisanya pada stage kedua. Tekanan flue gas keluar regenerator diturunkan dengan
mengalirkannya melalui orifice chamber. Flue gas pada tekanan rendah
dipergunakan untuk membangkitkan steam dalam CO boiler dengan cara
membakar CO menjadi CO2
140
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Laju sirkulasi slurry oil umumnya berkisar 130-180% laju umpan atau
14,5 M3/jam per meter persegi diameter kolom. Sebagian sirkulasi dari MCB
dilakukan pada disc and donut tray, dari sini uap naik keseksi HCO dimana
fraksinasi awal dilakukan. Dari seksi HCO uap minyak naik keseksi LCO,
sebagian LCO dikirim ke sponge gas lalu membawanya kembali. Sebagian LCO
yang lain dimasukkan kedalam stripper untuk mengendalikan flash pointnya.
Reflux pada Main Column dipergunakan untuk mengendalikan temp overhead
system dan heat balance kolom serta menentukan EP gasoline.
141
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
7.3.1 Konversi
Severity dari RCU ditentukan oleh tingkat konversi, dimana tingkat
konversi adalah presentase umpan yang dapat diubah menjadi gasoline dan produk
142
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
ringan lainnya. Persamaan yang digunakan untuk menyatakan nilai konversi pada
RCU adalah sebagai berikut :
Pada temperatur reaktor yang tetap, peningkatan nilai C/O ratio akan
menyebabkan
143
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Menaikkan suhu reaktor pada sirkulasi katalis yang tetap akan mengakibatkan :
144
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Peningkatan laju alir lift gas dapat menyebabkan peristiwa sebagai berikut:
145
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
146
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
dengan catalyst with drawl dan catalyst addition secara continue. Laju catalyst
addition perhari sekitar 2 % total catalyst inventory. Pada upper regenerator level
katalis harus dipertahankan cukup tinggi (>30 %) sampai merendam discharge
cyclone dipleg yang berfungsi sebagai katalis seal, mencegah terjadinya catalyst
carry over.
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
7.4.1 Paraffin
7.4.2 Olefin
7.4.3 Naphthene
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
7.4.4 Aromatic
151
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
a. Peningkatan konsentrasi logam Nikel dan Vanadium pada umpan dan katalis
b. Penurunan MAT (Micro Activity Test) dan RE (Rare Earth) pada katalis
c. Peningkatan temperatur reaktor atau regenerator
d. Penurunan jumlah atomizing steam
e. Peningkatan waktu tingga uap hidrokarbon dalam reaktor
f. Peningkatan sirkulasi MCB dan HCO
g. Penurunan performansi feed nozzle
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan yield LPG dan olefinicity yaitu sebagai
berikut :
7.5.3 Gasoline/Naphtha
Merupakan produk yang paling berharga yang dihasilkan oleh unit catalytic
cracker. Gasoline yang dihasilkan dari unit RCC juga tidak dapat langsung
digunakan ataupun dipasarkan, namun harus masuk ke Naphtha Processing unit.
Unit ini berfungsi untuk mengolah ulang produk Light Naphtha dan Heavy
152
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
1. Kondisi operasi :
a. Peningkatan temperatur reaktor agar ON meningkat
b. Penurunan temperatur regenerator agar ON meningkat
c. Penurunan C/O ratio agar ON meningkat
d. Peningkatan EP pada umpan naphthene dan aromatic agar RON
meningkat
e. peningkatan RVP gasoline agar RON atau MON meningkat
f. peningkatan coke content pada katalis agar ON meningkat
g. peningkatan naphtha quench dan HCO recycle agar ON meningkat
2. kualitas umpan
a. penurunan API gravity umpan agar ON meningkat dan paraffin
menurun
b. penurunan UOP K umpan agar ON meningkat dan paraffin menurun
c. penurunan aniline point umpan agar ON meningkat dan paraffin
menurun
d. penurunan jumlah aditif sodium agar konversi dan ON meningkat
3. katalis
a. penurunan RE pada zeolite agar ON meningkat
153
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
154
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
155
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
vapor line dan MCB. Penyebab utama terjadinya pembentukan coke pada reaktor
dan MCB adalah sebagai berikut :
156
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
8.METODOLOGI
Permasalahan
Data
Laboratorium Perhitungan
Linierisasi persamaan
hasil analisa
Pembahasan
Kesimpulan
dan saran
157
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Energi masuk + energi yang dihasilkan = Energi keluar + energi yang dikonsumsi
Energi masuk= energi udara + energi coke + energi umpan + energi diluents
Melalui perhitungan neraca energi, dapat diperoleh data berupa laju sirkulasi
katalis atau C/O ratio, panas reaksi, dan laju alir coke.
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Kandungan argon dalam gas diasumsikan sebesar 1,2% dari persen mol nitrogen
dalam flue gas. Setelah mengetaui kadar argon dalam flue gas, komposisi
komponen lain dalam flue gas dapat dikoreksi.
159
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
8.3.2.1 Konversi
Tingkat konversi adalah persentase umpan yang berubah menjadi seluruh
produk kecuali LCO dan DCO.
160
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
161
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
82
81
80
79
78
77
8 8.2 8.4 8.6 8.8 9 9.2 9.4
C/O Ratio
162
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
9.6
9.5
9.4 y = 0.2793x + 7.1422
9.3 R² = 0.4406
9.2
8 8.2 8.4 8.6 8.8 9 9.2 9.4
C/O Ratio
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa semakin tinggi C/O ratio maka
coke yield yang dihasilkan semakin tinggi. Karena, semakin tinggi nilai C/O ratio,
163
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
maka semakin banyak reaksi perengkahan katalitik yang terjadi. Dengan demikian,
reaksi transfer hydrogen juga semakin banyak dan produksi coke meningkat. Coke
merupakan campuran antara karbon dan hydrogen dengan sebagian kecil sulfur,
nitrogen, dan trace logam sebagai produk samping dari rekasi perengkahan
katalitik. Nilai C/O ratio dapat diturunkan dengan cara meningkatkan temperatur
regenerator dan temperatur umpan. Temperatur umpan memiliki dampak besar
terhadap viskositas umpan. Viskositas umpan sangat menentukan kondisi
pengkabutan umpan pada feed nozzle dan mempengaruhi supply panas yang
dibutuhkan reaksi perengkahan katalitik pada riser reaktor sehingga dapat
menurunkan C/O ratio dan menurunkan produksi coke.
79.5
79
78.5
78 y = 1.0079x + 69.943
R² = 0.3613
77.5
8 8.2 8.4 8.6 8.8 9 9.2 9.4
C/O ratio
Berdasarkan data operasi diatas, dapat dilihat bahwa nilai valuable products
yield cenderung meningkat dengan peningkatan C/O ratio. Hal ini terjadi karena
semakin tinggi nilai dari C/O ratio maka semakin besar laju sirkulasi katalis dan
semakin banyak reaksi perengkahan katalitik yang terjadi. Seperti yang telah
dibahas sebelumnya, peningkatan C/O ratio meningkatkan produksi coke yang
dapat menurunkan valuable product yield sehingga nilainya tidak boleh terlalu
tinggi ataupun terlalu rendah. Valuable products yield merupakan presentase
164
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
perbandingan selisih umpan dengan jumlah produk coke dan DCO terhadap jumlah
umpan.
1.1
1.08
1.06
y = -0.0924x + 1.9051
1.04 R² = 0.8781
1.02
8 8.2 8.4 8.6 8.8 9 9.2 9.4
C/O ratio
Berdasarkan data operasi di atas, dapat dilihat bahwa nilai delta coke
cenderung menurun seiring dengan peningkatan C/O ratio. Secara teoritis, semakin
besar C/O ratio, maka semakin kecil nilai delta coke karena peningkatan laju
sirkulasi katalis lebih besar dibandingkan peningkatan laju produksi coke. Nilai
delta coke adalah selisih jumlah coke yang terdapat pada regenerated catalyst
dengan jumlah coke yang terdapat pada spent catalyst. Metode untuk menagatur
jumlah coke yaitu dengan cara menurunkan temperatur reaktor agar konversi
menurun atau meningkatkan temperatur umpan agar C/O ratio menurun.
165
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Konversi Vs T Rx
83
82 y = 1.828x - 879.72
81 R² = 0.5892
Konversi
80
79
78
77
523.5 524 524.5 525 525.5 526
T Rx
166
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
79.5
79
78.5
78
77.5
523.5 524 524.5 525 525.5 526
TRx
167
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Berdasarkan data operasi di atas, dapat dilihat bahwa nilai coke yield
cenderung meningkat seiring dengan peningkatan temperatur reaktor. Secara
teoritis, semakin tinggi temperatur reaktor, maka semakin banyak reaksi
perengkahan yang terjadi. Reaksi perengkahan secara katalitik maupun termal
menghasilkan produk samping berupa coke. Selain itu, reaksi transfer hydrogen
yang menghasilkan coke juga semakin mudah terjadi pada temperature tinggi. Oleh
karena itu, nilai coke yield meningkat terhadap peningkatan temperature reaktor
dengan C/O ratio konstan
Delta Coke Vs T Rx
1.16
Delta Coke (%wt catalyst)
1.14
1.12
R² = 0.6233
1.1
1.08
1.06
1.04
1.02
523.5 524 524.5 525 525.5 526
T Rx (C)
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
9 R² = 0.8466
8.8
8.6
8.4
8.2
8
238 240 242 244 246 248 250 252 254
T Feed
169
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
83
Konversi Feed Vs T Feed
Konversi( % wt feed)
82
81
y = -0.357x + 167.57
80 R² = 0.8074
79
78
77
238 240 242 244 246 248 250 252 254
T Feed (C)
Grafik 10 Konversi feed terhadap T feed
Nilai konversi dan C/O ratio merupakan variabel yang dapat berubah
berdasarkan variasi kualitas feed. Konversi coke dari umpan yang berkualitas
digantikan oleh campuran coke dari umpan yang memiliki kualitas rendah. Dari
grafik diatas terlihat penurunan nilai konversi terhadap peningkatan temperatur
feed. Hal ini terjadi karena peningkatan temperatur umpan menyebabkan turunnya
laju sirkulasi katalis atau C/O ratio yang dampaknya berbanding lurus terhadap
tingkat konversi. Oleh karena itu, peningkatan temperatur umpan pada suhu reaktor
konstan akan menurunkan tingkat konversi pada RCC.
79.5
79
78.5
y = -0.1052x + 104.7
78 R² = 0.4045
77.5
238 240 242 244 246 248 250 252 254
T Feed
170
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
9.6
9.5 y = -0.025x + 15.746
9.4 R² = 0.362
9.3
9.2
238 240 242 244 246 248 250 252 254
T Feed
171
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
1.1
R² = 0.7389
1.05
1
238 240 242 244 246 248 250 252 254
T feed (C)
Delta coke pada spent katalis dan coke pada regenerated catalyst
ditunjukkan dengan % wt (weight percent of catalyst). Delta coke dapat diartikan
dengan jumlah coke yang terbentuk dari katalis yang melewati reaktor pada kondisi
steady-state secara terus menerus. Jumlah delta coke sama dengan coke yang
terbakar di regenerator. Delta coke memiliki pergerakan yang signifikan,
khususnya terjadi dalam reaktor. Coke pada katalis dipengaruhi oleh beberapa
variabel, antara lain kualitas feed, tekanan dan temperature reaktor, waktu kontak
dan catalyst coke selectivity. Jumlah Coke yield yang masuk harus sama dengan
jumlah coke yield yang keluar regenerator. Berdasarkan data operasi , grafik
perbandingan antara delta coke terhadap kenaikan temperatur umpan , cenderung
meningkat. Hal ini terjadi karena adanya penurunan nilai C/O ratio akibat
peningkatan temperature umpan. Penurunan nilai C/O ratio menyebabkan
bertambahnya waktu tinggal katalis dalam reaktor sehingga semakin banyak coke
yang terbentuk dan menempel pada pori katalis. Pada operasi ini, terjadi
peningkatan coke yield sehingga pembilang untuk persamaan nilai delta coke
semakin besar. Hal tersebut yang menyebabkan kenaikan nilai delta coke terhadap
temperatur umpan.
172
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
T Regen Vs T Feed
720
715
T Regen
710
705 y = 1.067x + 446.36
700 R² = 0.6196
238 240 242 244 246 248 250 252 254
T Feed
173
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Setelah melakukan praktik kerja lapangan di PT PERTAMINA (Persero)
RU VI Balongan berupa orientasi di berbagai unit dengan ditunjang oleh data-
data dari literatur serta penjelasan dari operator dan pembimbing dapat
disimpulkan bahwa:
174
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Saran
Berikut ini saran yang dapat kami sampaikan untuk PT PERTAMINA
(Persero) RU VI Balongan yaitu:
175
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
DAFTAR PUSTAKA
Hanifah, Nurul Izati dan Puwala Ardhana R, 2017, Laporan Kerja Praktik PT
PERTAMINA (Persero) Refinery Unit VI Balongan – Indramayu, Jawa
Barat (Periode 24 Juli – 24 Agustus 2017)”, Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Lampung: Bandar Lampung.
PERTAMINA EXOR-1. 1992. Pedoman Operasi Kilang :Unit 15 RCC Unit . JGC
Corporation & Foster Wheeler (Indonesia) Limited.
176
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
177
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
LAMPIRAN A
Ambient 86 oF
Temperature Steam 260 oC
Lift Gas 33.789 oC
CO 5.2 % mol
CO2 15.3 % mol
O2 1.1 % mol
Komposisi Flue Gas
N2 77.6 % mol
Sox 0 % mol
Nox 0% mol
Relative Humidity 80%
Recycle Rate 0
Regenerator 250 Btu/lb
Radiation Loss (tipikal)
Reaktor 2 Btu/lb
Laju alir inert (tipikal) 0.007 lb/lb umpan
178
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Tabel A.3 Data Crude simulasi ASPEN HYSYS untuk perhitungan Neraca
Energi
Mr 546.2 kg/kmol
T reaktor rata-rata -386.6 kkal/kmol
ΔH umpan T umpan rata-rata -160.066 kkal/kmol
Sumber : Crude Assay ASPEN HYSYS 8.8
179
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
LAMPIRAN B
HASIL PERHITUNGAN
Diketahui data komposisi flue gas hasil analisis GC pada Lampiran A.1
sehingga % mol Ar pada flue gas :
Dari data tersebut diperoleh data komposisi flue gas yang telah dikoreksi sebagai
berikut :
Untuk mengetahui laju alir udara pembakaran basis kering, nilai moisture
content pada udara perlu ditentukan terlebih dahulu. Data operasi pada Lampiran
A.1 diketahui nilai ambient temperature sebesar 86 oF dan relative humadity sebesar
80%. Nilai moisture content dapat diketahui dengan menggunakan grafik
psycometric. Dengan memplotkan relative humidity sebesar 80% dan temperatur
𝑘𝑔 𝐻 𝑂
86 oF, sehingga didapatkan nilai moisture content sebesar 0.0215 kg 𝑘𝑔 𝑑𝑟𝑦2 𝑎𝑖𝑟
180
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Pada perhitungan ini, digunakan data laju alir udara pada 1 Januari 2018 ,
465727,4721 sebesar kg/jam
465727,4721
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑠𝑖𝑠 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 = = 455925,0829 𝑘𝑔/𝑗𝑎𝑚
(1+0,0215)
Laju alir flue gas perlu diketahui untuk mengetahui laju pembakaran coke
pada regenerator. Prinsip perhitungan laju alir flue gas yaitu memanfaatkan data
laju alir udara pembakaran dan hasil analisis komposisi flue gas, dimana jumlah
komponen inert (N2 dan Ar) pada udara sama banyaknya dengan jumlah komponen
inert pada flue gas. Langkah-langkah perhitungan laju alir flue gas menggunakan
data operasi 1 Januari 2018 yaitu sebagai berikut :
181
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
𝑘𝑔 1 𝑘𝑚𝑜𝑙 𝑘𝑚𝑜𝑙
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 = 455925,0829 𝑥 = 15743,26944
𝑗𝑎𝑚 28.966 𝑘𝑔 𝑗𝑎𝑚
kmol N2
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 𝑖𝑛𝑒𝑟𝑡 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 = 15743,26944 x 0,79= 12437,18285 jam
5,2 + 15,3
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐶 𝑐𝑜𝑘𝑒 = 15837,25049 𝑥 [ ]
100
= 3246,63635 𝐾𝑚𝑜𝑙 𝐶/𝐽𝑎𝑚
𝑘𝑔 𝐶
𝐶 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑐𝑜𝑘𝑒 = 3246,63635 𝑥 12,01 = 38992,1026 ⁄𝑗𝑎𝑚
182
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
𝑘𝑚𝑜𝑙 𝑂2
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑂2 𝑑𝑖 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 = 15743,26944 𝑥 0,21 = 3306,086582 ⁄𝑗𝑎𝑚
𝑂2 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑓𝑙𝑢𝑒 𝑔𝑎𝑠 = 𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 𝑓𝑙𝑢𝑒 𝑔𝑎𝑠 𝑥 % 𝑚𝑜𝑙 𝑂2 𝑑𝑖 𝑓𝑙𝑢𝑒 𝑔𝑎𝑠
𝑘𝑚𝑜𝑙 𝑂2
= 15837,25049 𝑥 0,001688 = 26,7332788 ⁄𝑗𝑎𝑚
𝑘𝑚𝑜𝑙 𝑂2
= 15837,25049 𝑥 0,052 𝑥 0,5 = 411,7685127 ⁄𝑗𝑎𝑚
𝑂2 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝐶𝑂2 = 𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 𝑓𝑙𝑢𝑒 𝑔𝑎𝑠 𝑥 % 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑂2 𝑑𝑖 𝑓𝑙𝑢𝑒 𝑔𝑎𝑠
𝑘𝑚𝑜𝑙 𝑂2
= 15837,25049 𝑥 0,153 = 2423,099324 ⁄𝑗𝑎𝑚
Laju pembakaran hydrogen menjadi H2O sama dengan dua kali pembakaran O2
menjadi H2O
𝑘𝑔
= 38992,1026 + 1792,165397 = 40784,26796 ⁄𝑗𝑎𝑚
183
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Rasio laju alir udara pembakaran terhadap coke dapat dihitung.Nilai rasio laju alir
udara pembakaran terhadap coke mengindikasikan pembakaran terjadi secara sempurna
atau parsia, dimana rentang untuk pembakaran sempurna adalah 13-16 dan rentang untuk
pembakaran parsial adalah 10-12.
455925,0829
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑡𝑒𝑟ℎ𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑐𝑜𝑘𝑒 = = 11,178945
40784,26796
5
∆𝐻𝑐 𝐶𝑂 = (46214 + (1,47 𝑋 718,8989765))𝑋 = 26262,6564 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑘𝑚𝑜𝑙
9
5
∆𝐻𝑐 𝐶𝑂2 = (169135 + (0,5 𝑋 718,8989765)) 𝑋 = 94163,583 𝑘𝑘𝑎𝑙⁄𝑘𝑚𝑜𝑙
9
5
∆𝐻𝑐 𝐻2 𝑂 = (104546 + (1,586 𝑋 718,8989765)) 𝑋 = 58714,541 𝑘𝑘𝑎𝑙⁄𝑘𝑚𝑜𝑙
9
𝑘𝑘𝑎𝑙
∆𝐻𝑐 𝐶𝑂 = 26262,6564 𝑋 𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 𝑓𝑙𝑢𝑒 𝑔𝑎𝑠 𝑋 % 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑂 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑓𝑙𝑢𝑒 𝑔𝑎𝑠
𝑘𝑚𝑜𝑙
𝑘𝑘𝑎𝑙
∆𝐻𝑐 𝐶𝑂 = 26262,6564 𝑋 15837,25049 𝑋 0,52 = 21628269,9 𝑘𝑘𝑎𝑙/𝑗𝑎𝑚
𝑘𝑚𝑜𝑙
∆𝐻𝑐 𝐶𝑂2
= 94163,583 𝑘𝑘𝑎𝑙⁄𝑘𝑚𝑜𝑙 𝑥 𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 𝑓𝑙𝑢𝑒 𝑔𝑎𝑠 𝑥 % 𝑚𝑜𝑙 𝐶𝑂2 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑓𝑙𝑢𝑒 𝑔𝑎𝑠
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
𝐻2 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑐𝑜𝑘𝑒
% 𝑤𝑡 𝐻2 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑐𝑜𝑘𝑒 = 𝑥 100%
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑐𝑜𝑘𝑒
1792,165397
= 𝑋 100% = 4,394256626 %
40784,26796
5
𝐻2 𝑐𝑜𝑟𝑟𝑒𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 = ( 1133 − (134,64 𝑥 %𝑤𝑡 𝐻2 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑐𝑜𝑘𝑒 ))𝑥
9
5
𝐻2 𝑐𝑜𝑟𝑟𝑒𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑓𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 = ( 1133 − (134,64 𝑥 4,394256626))𝑥
9
𝑘𝑘𝑎𝑙
= 626,15754045
𝑘𝑔𝑐𝑜𝑘𝑒
𝑘𝑘𝑎𝑙
∆𝐻 𝑐𝑜𝑚𝑏 𝑐𝑜𝑘𝑒 𝑐𝑜𝑟𝑟𝑒𝑐𝑡𝑒𝑑 = 6764,70998 + 626,15754045 = 7390,86752
𝑘𝑔𝑐𝑜𝑘𝑒
185
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Nilai radiation loss regenerator diasumsikan sesuai data pada lampiran A.1.
dan catalyst cooler duty pada 1 januari 2018 adalah76371161,58 kkal/jam. Panas
yang dibutuhkan untuk memanaskan coke, udara , dan air dihitung dengan
persamaan berikut :
𝑘𝑘𝑎𝑙
∆𝐻 𝑐𝑜𝑘𝑒 = 0,4 𝑋 (725,399598 − 523,6886633) = 80,68437391
𝑘𝑔𝑐𝑜𝑘𝑒
𝑘𝑘𝑎𝑙
= 1495,132723
𝑘𝑔𝑐𝑜𝑘𝑒
186
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Maka nilai net heat of combustion atau panas untuk memanaskan katalis dapat
diketahui
𝑸 𝒏𝒆𝒕 = ∆𝑯 𝒄𝒐𝒎𝒃 𝒄𝒐𝒌𝒆 − (∆𝑯 𝒄𝒐𝒌𝒆 + ∆𝑯 𝒖𝒅𝒂𝒓𝒂 + ∆𝑯 𝒂𝒊𝒓 + 𝑹𝒂𝒅 𝒍𝒐𝒔𝒔 + ∆𝑯 𝒓𝒆𝒎𝒐𝒗𝒂𝒍 )
𝑘𝑘𝑎𝑙
= 3742,521015
𝑘𝑔𝑐𝑜𝑘𝑒
40784,26796 𝑘𝑘𝑎𝑙
= 3742,521015 𝑋 = 350,8578644
435036,5074 𝑘𝑔𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛
Selain itu, dapat diketahui pula nilai laju sirkulasi katalis (CCR), C/O, dan delta
coke
40784,26796 𝑋 3742,521015 𝐾𝑔
𝐶𝐶𝑅 = = 3554115
0,22 𝑋 (718,8989765 − 523,6886633) 𝑗𝑎𝑚
187
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
𝑸 𝒏𝒆𝒕 = 𝑸 𝑹𝒙
Nilai panas recycle tidak ada karena tidak ada recycle yang dilakukan pada
reaktor. Radiation loss diasumsikan sesuai data lampiran A.Panas yang digunakan
untuk memanaskan umpan dan diluents diperoleh dari persamaan berikut :
𝐾𝑗
= −1617,539363
𝐾𝑔𝑈𝑚𝑝𝑎𝑛
𝐾𝑘𝑎𝑙
= −386,6011862
𝐾𝑔𝑈𝑚𝑝𝑎𝑛
𝐾𝑗 𝐾𝑘𝑎𝑙
= −669,718052 = −160,066456
𝐾𝑔𝑈𝑚𝑝𝑎𝑛 𝐾𝑔𝑈𝑚𝑝𝑎𝑛
𝑘𝑘𝑎𝑙
= −160,066456 − (−386,6011862) = 226,5347302
𝑘𝑔𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
𝑘𝑘𝑎𝑙
= 4,358064553
𝑘𝑔𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛
𝑘𝑘𝑎𝑙
= 0,008760317
𝑘𝑔𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛
𝑘𝑘𝑎𝑙
= −0,37577985
𝑘𝑔𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛
189
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
B.2 NERACAMSSA
40784,26796
𝐶𝑜𝑘𝑒 𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 = 𝑋100% = 9,37491%
435036,5074
Perhitungan tingkat konversi umpan menjadi produk selain DCO dan LCO
dapat dilihat pada persamaan berikut :
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛 − (𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑐𝑜𝑘𝑒 + 𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 𝐷𝐶𝑂)
𝑉𝑎𝑙𝑢𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = 𝑥 100%
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑎𝑙𝑖𝑟 𝑢𝑚𝑝𝑎𝑛
190
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
LAMPIRAN C
HASIL PERHITUNGAN
Parameter Nilai
CO 5.2 % mol
CO2 15.3 % mol
Corrected Flue Gas O2 0.1688 % mol
Composition N2 78.5312 % mol
SOx 0 % mol
NOx 0 % mol
Saturated vapor Pressure 0.616439817 psia
Moisture Content 0.0215 kg air /kg udara basis kering
Dry air to coke ratio 11.17894486 kg udara/kg coke
% H2 in coke 4.394256626 % berat
ΔH umpan 119.2209781 kkal/kg umpan
Hasil antara perhitungan neraca energi
191
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Tabel C.2 Hasil antara perhitungan neraca energi tanggal 1 Januari-31 Januari
2018
Tanggal Laju Udara Kandungan Inert pada Laju Alir Flue Laju
Pembakaran air pada udara udara Gas Pembakaran C
basis kering (Kmol/jam) (kmol /jam) Coke
(kg/jam) (Kmol/jam)
01/01/18 455925.0829 9802.389281 12437.18285 15837.25049 3246.63635
01/02/18 448452.847 9641.73621 12233.34769 15577.69102 3193.426659
01/03/18 449855.0969 9671.884584 12271.59967 15626.4003 3203.412062
01/04/18 451938.8548 9716.685379 12328.44252 15698.7828 3218.250474
01/05/18 452853.6572 9736.353631 12353.39742 15730.55985 3224.764769
01/06/18 450287.6906 9681.185347 12283.4004 15641.4271 3206.492555
01/07/18 447397.3168 9619.042312 12204.55388 15541.02558 3185.910243
01/08/18 450767.0153 9691.49083 12296.4759 15658.07717 3209.905821
01/09/18 448894.5025 9651.231803 12245.39561 15593.03259 3196.571682
01/10/18 446245.9563 9594.28806 12173.14591 15501.03132 3177.71142
01/11/18 439356.5547 9446.165925 11985.20988 15261.71749 3128.652084
01/12/18 439320.145 9445.383118 11984.21666 15260.45274 3128.392812
01/13/18 442800.3974 9520.208543 12079.15449 15381.34459 3153.175642
01/14/18 444827.0774 9563.782164 12134.4403 15451.7444 3167.607603
01/15/18 452378.4104 9726.135824 12340.43316 15714.05143 3221.380543
01/16/18 453364.6728 9747.340465 12367.33741 15748.31075 3228.403704
01/17/18 455262.3393 9788.140296 12419.10387 15814.22908 3241.916962
01/18/18 452790.8725 9735.003758 12351.68471 15728.37893 3224.31768
01/19/18 450170.5019 9678.665791 12280.20361 15637.35637 3205.658057
01/20/18 452477.5519 9728.267367 12343.13764 15717.49526 3222.086529
01/21/18 456103.1552 9806.217836 12442.04049 15843.4361 3247.9044
01/22/18 453957.3069 9760.082098 12383.50388 15768.8968 3232.623844
01/23/18 454743.3925 9776.982939 12404.94752 15796.20268 3238.221549
01/24/18 453890.5904 9758.647694 12381.68392 15766.5793 3232.148757
01/25/18 452133.6524 9720.873527 12333.7564 15705.54939 3219.637625
01/26/18 445080.7532 9569.236195 12141.36033 15460.55622 3169.414025
01/27/18 442280.7402 9509.035914 12064.97875 15363.29351 3149.47517
01/28/18 441280.3673 9487.527897 12037.68958 15328.54404 3142.351528
01/29/18 441868.8136 9500.179493 12053.74181 15348.98462 3146.541847
01/30/18 439595.7457 9451.308533 11991.73478 15270.02615 3130.355361
01/31/18 443241.507 9529.692401 12091.18752 15396.66721 3156.316778
192
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
193
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
194
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
195
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
196
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
197
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
198
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
LAMPIRAN D
DATA MENTAH
Tabel D.1. Data mentah perhitungan neraca energi tangga 1 Januari -31 Januari 2018
Laju udara
Laju alir Lift Steam Stripping
pembakaran Riser steam
umpan Rate Steam Rate
Tanggal basis kering (kg/jam)
(kg/jam) (kg/jam) (kg/jam)
(kg/jam)
01/01/18 455925.0829 435036.5074 5.805708881 14.4746987 8.430504055
01/02/18 448452.847 430957.937 5.857238463 14.54562219 8.212554148
01/03/18 449855.0969 423961.8856 6.058740069 14.69089487 7.891182798
01/04/18 451938.8548 424175.9787 6.202630975 14.48491204 7.88054232
01/05/18 452853.6572 422796.1781 6.266379974 13.82722714 7.714186485
01/06/18 450287.6906 419958.1999 6.652106669 13.81586445 7.302341386
01/07/18 447397.3168 419973.1362 6.736453272 13.89460504 7.288351906
01/08/18 450767.0153 418969.2099 6.733726451 13.90441264 7.154967483
01/09/18 448894.5025 416640.6008 6.692039178 12.68482023 7.12554299
01/10/18 446245.9563 416908.3528 6.738266194 13.02271862 6.88420164
01/11/18 439356.5547 409589.132 6.893861584 14.08949184 6.554810621
01/12/18 439320.145 405414.3066 7.131026601 14.3055482 6.168690097
01/13/18 442800.3974 404997.3608 7.132306268 14.29145392 6.12745206
01/14/18 444827.0774 404977.9626 7.135549997 13.90169221 6.213180161
01/15/18 452378.4104 413077.7444 6.58384074 13.65399527 6.756359612
01/16/18 453364.6728 419144.3665 6.087564307 13.27219889 7.363492687
01/17/18 455262.3393 419210.5744 6.086237234 13.0356731 7.610051237
01/18/18 452790.8725 419197.2284 6.085467403 13.29329559 7.502883352
01/19/18 450170.5019 419140.1964 6.090446913 13.64841042 7.471121306
01/20/18 452477.5519 419189.5662 6.081959415 13.25392661 7.327249353
01/21/18 456103.1552 419171.2452 6.082296566 13.48205219 7.695104519
01/22/18 453957.3069 422491.5753 6.04149518 13.4118252 7.875456581
01/23/18 454743.3925 429224.5396 5.988497875 13.68569963 8.230515153
01/24/18 453890.5904 429231.2883 5.979106509 13.50799539 8.066664396
01/25/18 452133.6524 429228.4387 5.987047923 13.48738511 7.804833402
01/26/18 445080.7532 422270.4951 6.329001452 13.56818723 6.75192038
01/27/18 442280.7402 410891.5174 7.008556248 13.56294136 6.300999384
01/28/18 441280.3673 408897.7391 7.182311984 13.86486128 6.287657312
01/29/18 441868.8136 409187.7076 7.186763622 13.86721926 6.209247634
01/30/18 439595.7457 409212.6145 7.388666066 13.4342842 6.144784117
01/31/18 443241.507 409284.953 7.414039972 13.27548741 6.257526359
199
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
200
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Table D.2 Data Mentah Perhitungan neraca Massa Tanggal 1 januari-31 Januari
2018
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
203
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
LAMPIRAN
204
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
205
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
206
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
207
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
209
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
211
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
212
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
213
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
214
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
215
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
216
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
217
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
218
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
219
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
220
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
221
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang
Laporan Kerja Praktek
PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan
222
Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Kimia
Universitas Negeri Semarang