Anda di halaman 1dari 9

BAB I

MENGENAL MICROTEACHING
Kompetensi Dasar :
Mahasiswa mengenal micro teaching.
Indikator :
1. Mahasiswa mengenal definisi dan sejarah microteaching.
2. Mahasiswa mampu menguraikan landasan dan tujuan microteaching.
3. Mahasiswa mampu menyebutkan prosedur microteaching.
4. Mahasiswa mampu menganalisis prinsip-prinsip microteaching.

PENDAHULUAN
Bab 1 ini menyajikan empat buah pokok bahasan yang semuanya menjadi
landasan untuk bab-bab selanjutnya. Uraian pertama adalah definisi dan sejarah
microteaching, kedua tentang landasan dan tujuan microteaching, ketiga tentang
prosedur pelaksanaan microteaching, dan keempat membahas tentang prinsip-prinsip
microteaching. Microteaching secara etimologis berasal dari kata micro dan teaching,
micro berarti kecil, sempit, dan terbatas, sedang teaching berarti mengajar. Para ahli
mendefinisikan microteaching dengan berbagai diksi dan redaksi yang berbeda-beda,
namun dari berbagai definisi itu semuaya berkisar tentang praktik latihan mengajar
mahasiswa dan praktik mengajar di kelas yang dikecilkan.
Microteaching adalah kegiatan yang bertujuan untuk membekali mahasiswa
dengan berbagai keterampilan mengajar dan mengelola kelas untuk meningkatkan
kompetensi profesionalnya. Selain itu microteaching juga bertujuan mempersiapkan
mahasiswa agar lebih siap bila nanti melakukan praktik mengajar di sekolah.
Microteaching mulai diperkenalkan pada tahun 1963 di Stanford University USA,
langkah ini merupakan upaya meningkatkan kompetensi mahasiswa khususnya dalam
keterampilan mengajar (teaching skill). Hal ini dilatarbelakangi oleh rendahnya
kemampuan mahasiswa ketika mereka melakukan praktik mengajar di sekolah latihan
(laboratorium school). Para dosen fakultas keguruan di sana menganggap ini sesuatu
yang mengkhawatirkan dan segera perlu melakukan pembenahan. Pada tahun 1971
diselenggaranan “The Second sub-regional workshop on Teacher Education “ di Bangkok
Thailand, melalui workshop ini direkomendasikan bahwa micro teaching adalah
jawaban terhadap permasalahan serupa yang terjadi di berbagai perguruan tinggi
keguruan di Asia oleh karena itu microteaching bisa dan mulai dipergunakan di negara-
negara Asia termasuk di Indonesia.
Pada implementasinya microteaching ini dikemas dalam bentuk mata kuliah dan
diambil oleh mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) pada semester
ke 6. Fokus kegiatannya meliputi latihan mengajar secara terbimbing untuk
mendapatkan berbagai keterampilan dasar dalam memberi pelajaran di kelas. Di
samping itu mahasiswa juga berlatih menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), karena RPP merupakan instrumen dalam pembelajaran sekaligus digunakan
sebagai panduan pembelajaran dan alat evaluasi apakah langkah-langkah pembelajaran
sudah sesuai dengan rencana atau belum. RPP biasanya ditulis dengan rapi dan
diserahkan kepada dosen pembimbing sebelum mahasiswa praktik microteaching.

PENYAJIAN
A. DEFINISI
Microteaching secara etimologis berasal dari kata micro dan teaching. Micro
berarti kecil, sempit, dan terbatas, sedang teaching berarti mengajar (KBBI,
2004). Secara terminologis micro teaching diterjemahkan oleh para ahli dengan
kalimat dan redaksi yang berbeda-beda. Rostiyah (Helmiati, 2013) menyebut
bahwa micro teaching adalah kegiatan mengajar yang segala sesuatunya telah
dikecilkan atau disederhanakan. Hasibuan (1988) menyebut bahwa micro
teaching adalah metode latihan yang didesain sedemikian rupa agar mahasiswa
dapat menguasai satu per satu keterampilan dalam kegiatan mengajar yang
disederhanakan.
Allen dan Ryan (Asril: 2011) mendefinisikan micro teaching sama dengan
real teaching yaitu kegiatan pengajaran dengan jumlah peserta lima sampai sepuluh
orang dengan ruang kelas yang terbatas dan waktu disediakan sekitar 10 sampai 15
menit dengan fokus latihan pada keterampilan mengajar tertentu dan pokok
bahasan yang telah disederhanakan. Asmani (2011) menyebut hal yang kurang
lebih sama dengan pendapat di atas yaitu microteaching is effective method of
learning to teach artinya microteaching adalah metode yang efektif untuk belajar
mengajar dengan demikian bisa dikatakan bahwa micro teaching adalah sama
dengan teaching to teach atau learning to teach. Wallace (Helmiati, 2013)
mendefinisikan microteaching kurang lebih sama yaitu pembelajaran yang
disederhanakan yaitu situasi pembelajaran dikurangi lingkupnya, matari
dipendekan, tugas guru dipermudah, dan jumlah peserta didik dikecilkan.
Knight (Asril: 2011) menyebut micro teaching has been described as scaled
down teaching encounter desingned to develop new skills and refine old ones
sedang Loughlin dan Moulton (Asril: 2011) mengatakan bahwa micro teaching is
as performance training method desingned to isolate the component part of
teaching process, so that the trainee can master each component one by one in a
simplified teaching situation. Micro teaching adalah metode yang dirancang untuk
melatihkan berbagai komponen kemampuan mengajar satu demi satu dalam
suasana yang disederhnakan. Berdasar pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa
hakikat microteaching adalah laboratorium untuk menyederhanakan proses
latihan kegiatan belajar mengajar/pengajaran.
Berdasar berbagai pendapat di atas penulis berkesimpulan bahwa
microteaching adalah kegiatan mengajar yang dilakukan mahasiswa dengan cara
mengecilkan atau menyederhanakan, terutama jumlah peserta, waktu, bahan, serta
keterampilan yang dilakukan. Microteaching adalah model pengajaran untuk
melatih keterampilan mengajar bagi mahasiswa dengan berlatih bagian demi
bagian keterampilan dasar mengajar yang dilakukan secara terkontrol dan
berkelanjutan. Oleh karena pengajarannya disederhanakan maka tidak semua
aspek dan keterampilan mengajar dipraktikkan dalam satu waktu, tetapi
keterampilan tersebut dipraktikkan bagian demi bagian.
Setiap jenis pengajaran memiliki karakteristik sendiri-sendiri, demikian pula
pengajaran mikro (microteaching), berikut adalah beberapa karakteristik tentang
microteaching:
1. Microteaching is a real teaching, maksudnya microteaching merupakan
kegiatan mengajar yang sebenarnya meski dilaksanakan bukan pada kelas
yang sebenarnya, hal ini karena microteaching sering dilakukan di kelas
laboratorium atau tempat khusus yang dirancang untuk pengajaran mikro.
2. Microteaching is lessons the complexities of normal classroom teaching,
artinya microteaching merupakan latihan mengajar yang dilakukan secara
lengkap sebagaimana pengajaran di kelas yang normal, namun sebagaimana
namannya micro berarti sederhana maka ada penyederhanaan yang dilakukan
dalam komponen pengajaran.
3. Microteaching focuses on training for the accomplishment of specific
tasks, artinya latihan yang dikembangkan dalam microteaching difokuskan
pada jenis keterampilan tertentu secara spesifik, sesuai dengan yang
diinginkan mahasiswa atau atas dasar saran supervisor. Misal fokus latihan
keterampilan membuka pelajaran maka keterampilan itu yang dilatihkan
sementara keterampilan lainnya tidak menjadi fokus latihan.
4. Microteaching allows for the increased control of practice, artinya
microteaching diarahkan untuk meningkatkan kontrol pada jenis
keterampilan yang dilatihkan. Kontrol yang ketat, cermat, dan
komprehensif relatif lebih mudah dilakukan pada kelas microteaching karena
pesertanya terbatas dan keterampilan yang dipraktikan hanya keterampilan
tertentu saja.
5. Microteaching greatly expands the normal knowledge of results or
feedback dimension in teaching. Microteaching dapat memperluas wawasan
pengajaran mahasiswa karena mereka mendapat masukan dari pihak seperti
dari supervisor dan teman mahasiswa lainnya.
Setelah mengikuti kegiatan microteaching mahasiswa diharapkan dapat: 1)
menganalisis tingkah laku mengajar kawan dan dirinya sendiri; 2) melaksanakan
keterampilan khusus dalam mengajar; 3) mempraktekkan berbagai teknik
mengajar dengan tepat; 4) mewujudkan pengajaran yang efektif, produktif, dan
efesien; 5) bersikap layaknya guru professional. Microteaching juga akan memberi
beberapa manfaat bagi mahasiswa di antaranya: 1) mahasiswa akan semakin
peka terhadap fenomena yang terjadi dalam proses pembelajaran ketika menjadi
kolaborator; 2) mahasiswa menjadi lebih siap melakukan kegiatan praktik
mengajar di sekolah; 3) mahasiswa dapat melakukan refleksi diri atas
kompetensi mengajarnya; 4) mahasiswa akan semakin mengetahui profil guru
atau tenaga kependidikan sehingga dapat berpenampilan sebagaimana guru yang
semestinya.

B. SEJARAH
Pada tahun 1963 micro teaching mulai diperkenalkan di Stanford University
USA, langkah ini sebagai upaya meningkatkan kompetensi mahasiswa khususnya
dalam keterampilan mengajar (teaching skill). Hal ini dilatarbelakangi oleh
rendahnya kemampuan mahasiswa pada saat mereka melakukan praktik mengajar
di sekolah latihan (laboratorium school). Fenomena ini terjadi karena mereka tidak
melakukan latihan terlebih dahulu sebelum terjun ke sekolah laboratorium,
sehingga ketika magang mereka mendapat banyak kritikan. Berbagai kritikan itu
adalah seperti pendekatan yang dilakukan oleh para mahasiswa terlalu teoritis dan
mahasiswa belum memiliki keterampilan mengajar (teaching skill) yang baik.
Berangkat dari fenomena tersebut muncul gagasan untuk melatihkan
keterampilan mengajar kepada para mahasiswa sebelum mereka terjun ke sekolah
latihan. Ide pertama menjawab permasalahan di atas adalah dengan melakukan
demonstrasi pengajaran dengan bermain peran di kelas mahasiswa. Kampus
memfasilitasi mahasiswa berlatih dengan teman-temannya mengajar, di antara
mereka ada yang berperan sebagai guru dan ada yang berperan sebagai siswa.
Pada saat yang sama dilakukan banyak research bagaimana cara menggunakan
metode yang paling efektif untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Mengingat
keterampilan mengajar sangat kompleks maka timbul pemikiran untuk memecah
berbagai keterampilan itu menjadi beberapa bagian, hal ini bertujuan agar
keterampilan tersebut lebih mudah dipelajari dan dikuasai (Helmiati, 2013).
Konsep inilah yang kemudian menjadi inspirasi pelatihan mengajar kepada
mahasiswa yang kemudian dikenal dengan microteaching.
Dalam waktu yang tidak terlalu lama metode pelatihan mahasiswa ini
menyebar di berbagai perguruan tinggi di Amerika Serikat bahkan sampai
dibelahan Asia. Pada tahun 1971 diselenggaranan “The Second sub-regional
workshop on Teacher Education “ di Bangkok Thailand, melalui workshop ini
direkomendasikan bahwa microteaching bisa dan mulai dipergunakan di negara-
negara Asia. Kedua negara yang intens memperkenalkan microteaching di Asia
adalah Malaysia dan Filipina. Sementara di Indonesia microteaching mulai
diperkenalkan oleh IKIP Yogjakarta, IKIP Bandung, IKIP Satyawacana, dan IKIP
Ujung Pandang pada tahun 1977.

C. LANDASAN DAN TUJUAN


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) merupakan Lembaga
Pendidikan Tenaga Keguruan (LPTK) yang mengembangkan program pendidikan
keguruan di perguruan tinggi. Fakultas ini merupakan tempat “ memproduksi”
calon guru yang akan mengajar di berbagai sekolah di Indonesia. Institusi LPTK ini
besar pengaruhnya terhadap kualitas tenaga pendidikan di Indonesia, karena
lembaga ini mengemban dua peran sekaligus yaitu mengembangkan pendidikan
akademik mahasiswa sekaligus mengembangkan pendidikan profesionalnya.
Pengembangan pendidikan akademik dilakukan dengan perkuliahan dengan
menawarkan berbagai program mata kuliah yang harus diambil mahasiswa,
sedang pengembangan pendidikan profesional dilakukan dengan praktik latihan
mengajar untuk membentuk mahasiswa agar terampil di bidang keguruan. Salah
satu upaya pengembangan penidikan profesional itu adalah dengan praktik
mengajar dalam bentuk microteaching. Landasan penyelenggaraan microteaching
ini adalah:
1. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas;
2. Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
3. PP. No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan;
4. PP. No. 74 Tahun 2008 tentang Guru;
5. Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru;
6. Permendiknas No. 8 Tahun 2009 tentang Progam Pendidikan Profesi Guru Pra
Jabatan.
Adapun tujuan microteaching itu sendiri adalah untuk meningkatkan
kemampuan profesional mahasiswa agar memiliki berbagai keterampilan mengajar
yang spesifik. Gilarso (Asril, 2011) menyebut bahwa ada dua tujuan microteaching
bagi mahasiswa yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum microteaching
adalah memberi pengalaman mengajar yang nyata kepada mahasiswa sekaligus
melatih beberapa keterampilan dasar dalam mengajar, sementara tujuan khususnya
adalah melatih mahasiswa agar terampil membuat desain pembelajaran, terampil
menerapkan dalam profesi keguruan dan mengembangkan rasa kepercayaan diri
pada mahasiswa
Sementara itu Allen (Asril, 2011) menyebut ada tiga tujuan microteaching; 1)
memberi latihan dan pengalaman mengajar bagi para mahasiswa; 2)
mengembangkan sejumlah keterampilan mengajar sebelum mereka terjun ke
sekolah; dan 3) memberi berbagai keterampilan dasar mengajar bagi para
mahasiswa. Diharapkan setelah mengikuti microteaching mahasiswa mahasiswa
dapat; 1) menganalisis tingkah laku mengajar kawan dan dirinya sendiri; 2)
melakukan berbagai keterampilan dalam mengajar; 3) mempraktekkan berbagai
teknik; 4) mewujudkan pembelajaran yang efektif, produktif dan efesien; serta 5)
bisa bersikap seperti layaknya guru yang professional.
Microteaching diharapkan juga bisa memberi manfaat bagi mahasiswa
terutama untuk melatih kepekaan mereka terhadap fenomena dalam proses
pembelajaran ketika mereka menjadi kolaborator, menjadikan mereka lebih siap
dalam kegiatan mengajar di sekolah, mampu melakukan refleksi atas kompetensi
mengajarnya sendiri, serta semakin mengetahui profil guru dan dapat
berpenampilan sebagaimana mestinya.

D. PROSEDUR
Idealnya microteaching dilaksanakan oleh mahasiswa Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan (FKIP) pada semester 6. Fokus kegiatannya meliputi latihan
mengajar secara terbimbing untuk mendapatkan keterampilan mengajar di kelas.
Penangggung jawab microteaching adalah Dekan FKIP sementara koordinator
pelaksana adalah Kepala Unit atau Badan yang menangani Kajian dan
Pengembangan Pembelajaran. Penyelenggaraan kuliah microteaching dilakukan di
kelas dan laboratorium yang dibimbing oleh dosen pembimbing yang ditunjuk oleh
masing-masing Kepala Program Studi (Kaprodi).
Oleh karena tujuan microteaching adalah ingin membekali mahasiswa dengan
sejumlah keterampilan dasar mengajar maka berikut adalah beberapa hal yang
harus dipersiapkan mahasiswa sebelum melakukan microteaching :
1. tujuan pembelajaran yang ingin dicapai;
2. rencana tugas yang akan diberikan kepada peserta didik;
3. metode yang dianggap cocok untuk digunakan dalam pembelajaran;
4. cara mengevaluasi kegiatan pembelajaran.
Mahasiswa yang mengambil mata kuliah microteaching hendaknya menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP tersebut dimaksudkan sebagai
panduan sekaligus alat evaluasi apakah langkah-langkah pembelajaran sudah sesuai
dengan rencana atau belum. RPP ini ditulis dengan rapi dan diserahkan kepada
dosen pembimbing sebelum mahasiswa praktik microteaching. Asril (2011)
menyebut bahwa ada dua buah model atau prosedur langkah-langkah dalam
microteaching yaitu :
Alternatif 1 Alternatif 2

Pengenalan microteaching

Penentuan
Penyajian model
model

Penyusunan
Persiapan
desain
mengajar
mengajar

Pelaksanaan
Praktik mengajar
mengajar
dandan
observasi
direkami

Pemberian umpan balik

Persiapan
Praktik ulang
ulangmengajar
mengajar

Praktik ulang mengajar

Umpan balik ulang

Agar penyelenggaraan kelas bisa berjalan efektif diperlukan upaya manajemen


kelas yang teratur. Manajemen kelas tersebut bisa dikelompokan menjadi beberapa
kelompok sebagaimana table berikut:
MAHASISWA SEMESTER VI

KELAS A KELAS B KELAS C

observasi

KELOMPOK A KELOMPOK A KELOMPOK A

KELOMPOK B KELOMPOK B KELOMPOK B

KELOMPOK C KELOMPOK C KELOMPOK C

KELOMPOK D KELOMPOK D KELOMPOK D

KELOMPOK E KELOMPOK E KELOMPOK E

Manajemen kelas kedua adalah giliran pembagian tugas dalam satu


keterampilan dasar mengajar, sebagai ilustrasi berikut adalah contoh tabelnya;

SESI 1 SESI 2 SESI 3 SESI 4 SESI 5


NO PERAN KEL. 1 KEL. 2 KEL. 3 KEL. 4 KEL. 5
1 GURU 1 5 4 3 2
2 SUPERVISOR 2 1 5 4 3
3 OBSERVER TULIS 3 2 1 5 4
4 OBSERVER LISAN 4 3 2 1 5
5 PESERTA DIDIK 5 4 3 2 1

Kegiatan microteaching harus dicatat dan direkam karena kegiatan tersebut


akan dikaji dan direfleksi. Masing-masing kelompok secara bergiliran mendapat
peran sebagai guru, supervisor, observer tulis, observer lisan, dan peserta didik.
Berikut adalah gambaran model tata ruang kelas microteaching.

G S1
1

PD PD PD PD PD

OT 1 OT 2 OT 3 OT 4 OT 5 OT 1 OT 2 OT 3 OT 4 OT 5
G2 G3 G4 G5 G5 G4 G3 G2

DOSEN

E. PRINSIP PRINSIP MICROTEACHING

PENUTUP
A. Rangkuman
 Microteaching secara etimologis berasal dari kata micro dan teaching. Micro
berarti kecil, sempit, dan terbatas, sedang teaching berarti mengajar.
 Microteaching adalah praktik latihan mengajar oleh mahasiswa calon guru agar
mereka terampil dalam mengajar di kelas yang materi dan waktunya dikecilkan
atau dipendekan.
 Tujuan microteaching adalah membekali mahasiswa berbagai keterampilan
mengajar untuk meningkatkan kompetensi profesionalnya.
 Microteaching akan bermanfaat bagi mahasiswa terutama untuk
mempersiapkan mereka agar lebih siap bila nanti melakukan kegiatan praktik
mengajar di sekolah.
 Microteaching mulai diperkenalkan pada tahun 1963 di Stanford University USA
sebagai upaya meningkatkan kompetensi mahasiswa khususnya dalam hal
keterampilan mengajar (teaching skill). Hal ini dilatarbelakangi oleh rendahnya
kemampuan mahasiswa ketika mereka praktik mengajar di sekolah latihan
(laboratorium school).
 Pada tahun 1971 diselenggaranan “The Second sub-regional workshop on
Teacher Education “ di Bangkok Thailand, melalui workshop ini
direkomendasikan bahwa micro teaching bisa dan mulai dipergunakan di
negara-negara Asia termasuk di Indonesia.
 Microteaching dilaksanakan oleh mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (FKIP) pada semester 6. Fokus kegiatannya meliputi latihan
mengajar secara terbimbing untuk mendapatkan keterampilan memberi
pelajaran di kelas.
 Mahasiswa yang mengambil mata kuliah microteaching hendaknya menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), karena RPP akan digunakan sebagai
panduan pembelajaran sekaligus alat evaluasi apakah langkah-langkah
pembelajaran sudah sesuai dengan rencana atau belum.
 RPP ini ditulis dengan rapi dan diserahkan kepada dosen pembimbing sebelum
mahasiswa praktik microteaching.

B. Tes formatif
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. Berikut penjelasan yang tepat mengenai makna kata micro pada kata
microteaching kecuali … .
a. latihan mengajar yang jumlah siswanya dikecilkan
b. latihan mengajar yang waktunya dipendekkan
c. latihan mengajar yang fokus keteampilannya disedehanakan
d. latihan mengajar yang siswanya masih anak-anak kecil
2. Microteaching mulai diperkenalkan di Stanford University pada tahun … .
a. 1961
b. 1962
c. 1963
d. 1964
3. Negara Asia yang memperkenalkan microteaching adalah… .
a. Indonesia dan Filipina
b. Malaysia dan Thailand
c. Thailand dan Filipina
d. Malaysia dan Filipina
4. Tujuan microteaching adalah … .
a. meningkatkan kemampuan profesional calon guru dalam berbagai
keterampilan mengajar yang spesifik
b. untuk meningkatkan kemampuan profesional calon guru dalam berbagai
keterampilan mengajar yang berbeda-beda
c. untuk meningkatkan kemampuan profesional calon guru dalam berbagai
keterampilan mengajar yang mumpuni
d. untuk meningkatkan kemampuan profesional calon guru dalam berbagai
keterampilan mengajar yang komprehensif
5. Mata kuliah microteaching idealnya diambil pada semester … .
a. 2
b. 3
c. 5
d. 6
6. Salah satu manfaat microteaching adalah … .
7. Tujuan melakukan refleksi paska melakukan microteaching adalah ... .
8. Salah satu fungsi RPP pada saat praktik microteaching adalah untuk … .
9. Lanndasan hukum penyelenggaraan microteaching adalah UU RI No. 20 tahun
2003 yaitu undang-undang tentang… .
10. Kegiatan microteaching hendaknya dicatat dan direkam adalah untuk dijadikan
bahan. … .

C. Daftar Pustaka
Asril, Zainal. 2011. Micro Teaching Disertai Dengan Pedoman Pengalaman Lapangan.
Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Helmiati. 2013. Micro Teaching Melatih Keterampilan Dasar Mengajar. Yogjakarta:
Aswaja Presindo.
Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Pengenalan dan Pelaksanaan Lengkap Micro Teaching dn
Tim Teaching. Yogjakarta: DIVA Press.
JJ, Hasibuan. 1988. Proses Belajar Mnegajar Keterampilan Dasar Pengajaran Mikro.
Jakarta: Detak.
Jurnal

Anda mungkin juga menyukai