Anda di halaman 1dari 86

Panduan Praktis

Penataan Kelembagaan
sistem pengelolaan
Persampahan

K E M E NTE RIAN P E KE RJ AAN UM UM DAN P E RUMA H A N R A K YAT

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA


DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

2015
Penanggung Jawab:
• M. Maliki Moersid
Penyusun:
• Susi MDS Simanjuntak
• Nyimas Nina Indrasari
• Puji Setiyowati
• Nurul Madina
• Endang Setyaningrum
• Kati Andraini Darto
• Lutvi Hastowo
Konsep Panduan Praktis i
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

PANDUAN PRAKTIS
PENATAAN KELEMBAGAAN
SISTEM PENGELOLAAN
PERSAMPAHAN

KEM ENT ERIAN PEKERJ AAN U MU M D A N P E R U MA H A N R A K YAT

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA


DIREKTORAT PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
ii Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat
Konsep Panduan Praktis i
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

Kata Pengantar

P
anduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan
Persampahan ini disusun dengan maksud sebagai salah satu
bahan acuan bagi Pemerintah Daerah dalam meningkatkan dan
mengembangkan kelembagaan pengelola bidang persampahan di
daerah.

Seiring dengan meningkatnya kebutuhan pelayanan masyarakat, termasuk


penyediaan akses dan pelayanan persampahan, maka disamping infrastruktur
diperlukan suatu lembaga pengelola yang mampu memenuhi kebutuhan
masyarakatnya. Mengingat tantangan yang cukup besar dimasa mendatang,
serta tuntutan kinerja yang lebih tinggi, maka lembaga pengelola
persampahan perlu bekerja dengan lebih terarah dan fokus. Untuk itu,
diharapkan fungsi regulator dan operator dapat dipisahkan, sehingga
mampu memberikan pelayanan persampahan secara lebih baik.

Akhir kata, kami berharap pedoman ini dapat dimanfaatkan untuk


meningkatkan kelembagaan pengelola persampahan di daerah serta
mendorong kinerja pengelolaan persampahan secara keseluruhan.

Jakarta, 30 April 2015

Direktur Pengembangan PLP

Ir. M. Maliki Moersid, MCP


ii Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

Istilah dan Singkatan

Dalam buku panduan ini, yang dimaksud dengan:

a. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah badan usaha yang


seluruhnya atau sebagian besar modalnya dimiliki daerah
b. Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) adalah Satuan Kerja Perangkat
Daerah atau Unit Kerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di
lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/
atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan
dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas.
c. Tempat Penampungan Sementara (TPS) adalah tempat sebelum
sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau
tempat pengolahan sampah terpadu.
d. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) adalah tempat
dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan
ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir.
e. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) adalah tempat untuk memproses
dan mengembalikan sampah dan/atau residu hasil pengolahan sampah
sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
f. Tempat pengolahan sampah dengan prinsip 3R (reduce, reuse,
recycle) disebut TPS 3R adalah tempat dilaksanakannya kegiatan
pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, dan pendauran ulang
skala kawasan.
g. Stasiun Peralihan antara (SPA), adalah sarana pemindahan dari alat
angkut kecil ke alat angkut lebih besar dan diperlukan untuk kabupaten/
Konsep Panduan Praktis iii
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

kota yang memiliki lokasi TPA berjarak lebih dari 25 km yang dapat
dilengkapi dengan fasilitas pengolahan sampah.
h. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) adalah unsur pelaksana tugas
teknis pada dinas.
iv Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

Daftar Isi

Kata Pengantar ................................................................................................................... i


Istilah dan Singkatan ........................................................................................................ ii
Daftar Isi ................................................................................................................................ iv
Daftar Tabel .......................................................................................................................... vi
Daftar Gambar .................................................................................................................... vii
Bab I. Pendahuluan .......................................................................................................... 1
I.1 Latar belakang ............................................................................................... 1
I.2 Tujuan ............................................................................................................... 2
I.3 Peraturan Terkait Persampahan ............................................................... 2
I.4 Pengelolaan Sampah Secara Umum ...................................................... 5
Bab II. Bentuk Dan Struktur Lembaga Pengelola Persampahan ...................... 13
II.1 Urusan Pemerintahan .................................................................................. 13
II.2 Bentuk dan Struktur Organisasi Pengelola Persampahan .............. 19
II.2.1 Bentuk Organisasi Pengelola Persampahan .............................. 19
II.2.2 Struktur Organisasi Pengelola Persampahan ............................ 20
II.3 Operator/ Penyelenggara Layanan Persampahan ............................. 25
II.3.1 Pembagian Peran Operator dan Regulator ................................ 25
II.3.2 Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) ............................................. 26
II.3.3 Peningkatan Kelembagaan UPTD menjadi PPK-BLUD .............. 27
II.3.4 Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) ............................................... 29
II.3.5 Kerjasama Daerah ............................................................................... 32
Konsep Panduan Praktis v
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

Bab III. Tugas dan Fungsi ............................................................................................ 35


Bab IV. Tenaga Pengelola Persampahan ............................................................... 41
IV.1 Kebutuhan SDM Pengelolaan Sampah ...................................... 41
IV.2 Jabatan Fungsional ............................................................................ 43
Bab V. Tahapan Penataan Kelembagaan Persampahan Di Daerah ........... 45
V.1 Penentuan Kebutuhan Penataan Kelembagaan Pengelola
Sub Urusan Persampahan ............................................................... 45
V.2 Penyempurnaan Tugas Fungsi dan Pembentukan Unit
Pelaksana Teknis Dinas ................................................................... 47
V.2.1 Penyempurnaan Tugas dan Fungsi ............................. 47
V.2.2 Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas. ............. 49
Lampiran .......................................................................................................................... 51
Contoh Peraturan Kepala Daerah Tentang Pembentukan UPTD ........... 52
vi Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

Daftar Tabel

Tabel 1. Urusan Pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum & Penataan


Ruang Sub Urusan Persampahan ....................................................... 16
Tabel 2. Perbandingan Berbagai Bentuk Penyelenggara Layanan
Persampahan ............................................................................................. 17
Tabel 3. Contoh Uraian Tugas dan Fungsi Regulator dan Operator ....... 35
Tabel 4. Contoh Uraian Pekerjaan Regulator/ Perangkat Daerah
Pengelola Persampahan ........................................................................ 36
Tabel 5. Contoh Uraian Pekerjaan Operator/ Penyelenggara Layanan
Persampahan ............................................................................................. 37
Tabel 6. Contoh Kebutuhan Personil Terkait Komponen Kegiatan
Pengelolaan Sampah ............................................................................. 41
Konsep Panduan Praktis vii
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

Daftar Gambar

Gambar 1. Paradigma Pengelolaan Sampah .................................................... 5


Gambar 2. Kegiatan Pengelolaan Sampah ...................................................... 6
Gambar 3. Label atau Tanda Dan Warna Wadah Sampah .......................... 7
Gambar 4. Para Pihak Yang Melakukan Pemilahan Sampah ..................... 8
Gambar 5. Contoh Alat Angkut Sampah .......................................................... 9
Gambar 6. Para Pihak Yang Melakukan Pengolahan Sampah.................... 10
Gambar 7. Sub Urusan Persampahan Dalam Pembagian Urusan
Pemerintahan ........................................................................................ 15
Gambar 8. Contoh Struktur Urusan Persampahan Setingkat Dinas ....... 21
Gambar 9. Contoh Struktur Urusan Persampahan Setingkat Bidang
dari Dinas ................................................................................................ 22
Gambar 10. Contoh Struktur Urusan Persampahan Setingkat Seksi .
dari Dinas ............................................................................................... 23
Gambar 11. Contoh Struktur Urusan Persampahan Menjadi Salah Satu .
Tugas Seksi ............................................................................................ 24
Gambar 12. Contoh Struktur Organisasi dengan UPTD Sebagai
Operator ................................................................................................. 27
Gambar 13. Persyaratan Penerapan PPK-BLUD pada UPTD ......................... 28
Gambar 14. Mekanisme Pengajuan BLUD .......................................................... 29
Gambar 15. Bentuk Perusahaan Daerah .............................................................. 30
Gambar 16. Contoh Struktur Organisasai Perusahaan Daerah
Kebersihan ............................................................................................. 31
Gambar 17. Langkah Penataan Kelembagaan Pengelola Sub
Urusan Persampahan ........................................................................ 45
viii Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

Gambar 18. Langkah Penyempurnaan Uraian Tugas ...................................... 49


Gambar 19. Proses Penetapan Pembentukan UPTD Melalui Peraturan .
Walikota/ Bupati ................................................................................... 50
Konsep Panduan Praktis 1
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

Bab I. Pendahuluan

1.1 Latar belakang

Pengelolaan persampahan mulai dari pengumpulan hingga pemrosesan


akhir perlu dilakukan dengan baik agar dapat memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya kepada masyarakat. Oleh sebab itu diperlukan peran
dari institusi/lembaga pengelola yang baik dan sesuai dengan ketentuan
peraturan dalam melakukan pengelolaan sampah.

Sejak penerapan otonomi daerah, institusi/ lembaga yang mengelola per-


sampahan di daerah cukup beragam, diantaranya:

• Dinas Kebersihan dan Pertamanan,


• Dinas Pekerjaan Umum,
• Dinas Cipta Karya
• Badan Lingkungan Hidup,
• Kantor Kebersihan,
• PD. Kebersihan, atau
• UPTD TPA

Selain keberagaman institusi pengelola persampahan, permasalahan


kelembagaan yang sering ditemukan di daerah antara lain:

• Uraian tugas dan fungsi dari lembaga yang berwenang dalam


persampahan seringkali kurang spesifik,
• Beberapa Kabupaten/Kota belum melakukan pembagian peran
antara regulator dan operator dalam pengelolaan sampah,
• Beberapa Kabupaten/Kota perlu dukungan dalam penyediaan
peraturan daerah terkait pengelolaan persampahan termasuk
penerapan hukumnya,
2 Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

• Ketersediaan dan dukungan SDM yang tepat untuk melakukan


seluruh tugas pengelolaan persampahan.

Panduan praktis penataan kelembagaan persampahan ini menyajikan


berbagai aspek dalam penataan kelembagaan, yang meliputi:

• Bentuk dan alternatif struktur Organisasi Perangkat Daerah (OPD)


yang berwenang dalam sub urusan persampahan,
• Pembentukan UPTD sebagai langkah pemisahan peran operator dan
regulator,
• Penyempurnaan tugas fungsi operator dan regulator,
• Kebutuhan personil pada setiap komponen kegiatan layanan
persampahan.

1.2 Tujuan

Panduan praktis penataan kelembagaan pengelolaan persampahan ini


disusun sebagai panduan bagi Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menata
kelembagaan pengelola persampahan di daerah.

1.3 Peraturan Terkait Persampahan

Berikut ini peraturan terkait pengelolaan persampahan:

a. Undang-Undang

• Undang - Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,


• Undang - Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman,
• Undang - Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
• Undang - Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup,
• Undang - Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah,
Konsep Panduan Praktis 3
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

• Undang - Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik,


• Undang – Undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah,
• Undang - Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
• Undang - Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
• Undang - Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

b. Peraturan Pemerintah

• Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan


Barang Milik Negara,
• Peraturan Pemerintah No. 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan UU
No 25/2009 tentang Pelayanan Publik,
• Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga
• Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2012 tentang Perubahan PP
No 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU,
• Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Kerjasama Daerah,
• Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi
Perangkat Daerah,
• Peraturan Pemerintah No 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah.

c. Peraturan Presiden

• Peraturan Presiden No. 185 Tahun 2014 tentang Percepatan


Penyediaaan Air Minum dan Sanitasi,
• Peraturan Presiden No. 38 Tahun 2015 Tentang Kerjasama Pemerintah
Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur
4 Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

d. Peraturan Menteri
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 1/PRT/M/2014 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang,
• Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2014 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah,
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 03/PRT/M/2013 Tentang
Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Persampahan Dalam
Penanganan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga,
• Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/
Kepala Bappenas No. 3 Tahun 2012 tentang Panduan Umum
Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur,
• Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 52 Tahun 2011 tentang
Standar Operasional Prosedur di Lingkungan Pemerintah Provinsi
dan Kabupaten Kota,
• Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi No 12 Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan
Tata Laksana,
• Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2010 Tentang
Pedoman Pengelolaan Sampah,
• Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 22 Tahun 2009 tentang Petunjuk
Teknis Tata Cara Kerjasama Daerah,
• Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 61 Tahun 2007 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Keuangan BLUD,
• Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. PER/02/M.
PAN/1/2007 tentang Pedoman Organisasi di Lingkungan Instansi
Pemerintah yang Menerapkan PPK BLUD,
• Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 52 Tahun 2011 tentang Standar Operasional Prosedur di
Lingkungan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Kota,
• Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No 12 Tahun
2011 tentang Pedoman Penataan Tata Laksana, Konsep Panduan Praktis 5
• Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2010 Tentang
Penataan Pedoman
Kelembagaan Pengelolaan
Sistem Pengelolaan PersampahanSampah,
• Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 22 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara
Kerjasama Daerah,
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2006 Tentang
• Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan
Kebijakan Dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan
Keuangan BLUD,
• Persampahan
Peraturan Menteri (KSNP-SPP).
Pendayagunaan Aparatur Negara No. PER/02/M.PAN/1/2007 tentang Pedoman
Organisasi di Lingkungan Instansi Pemerintah yang Menerapkan PPK BLUD,
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 21/PRT/M/2006 Tentang Kebijakan Dan Strategi
Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP).
1.4 Pengelolaan Sampah Secara Umum

I.4 Pengelolaan
PengelolaanSampah Secara Umum
sampah mengalami perubahan paradigma, dari orientasi
kumpul, angkut dan buang menjadi lebih berorientasi kepada pengurangan
Pengelolaan sampah mengalami perubahan paradigma, dari orientasi kumpul, angkut dan
sampah semaksimal mungkin di sumber sebelum diangkut ke TPA.
buang menjadi lebih berorientasi kepada pengurangan sampah semaksimal mungkin di
Sehingga, rangkaian pengelolaan tidak hanya bertumpu pada proses di
sumber sebelum diangkut ke TPA. Sehingga, rangkaian pengelolaan tidak hanya bertumpu
TPA tetapi banyak menekankan pengelolaan dari sumber sampah.
pada proses di TPA tetapi banyak menekankan pengelolaan dari sumber sampah. Dengan
Dengan harapan telah terjadi pemilahan sampah dari awal, kemudian
harapan telah terjadi pemilahan sampah dari awal, kemudian dilanjutkan dengan proses daur
dilanjutkan dengan proses daur ulang menjadi barang yang bermanfaat,
ulang menjadi barang yang bermanfaat, dan akhirnya hanya residu atau sisa sampah saja
dan ke
yang diangkut akhirnya
TPA. hanya residu atau sisa sampah saja yang diangkut ke TPA.
paradigma baru
Paradigma lama

Gambar 1. Paradigma Pengelolaan Sampah


Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan 3|Halaman
Undang – Undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah
menjelaskan bahwa: “Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis,
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT
6 Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat Gambar 1. Paradigma Pengelolaan Sampah

Undang – Undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah menjelaskan bahwa:
menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan
“Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan
penanganan
yang meliputi sampah”.
pengurangan dan Pengelolaan
penanganan sampah secara
sampah”. umum dapat
Pengelolaan dijelaskan
sampah secara umum
dalam gambar berikut:
dapat dijelaskan dalam gambar berikut:

Pengelolaan
Sampah

Pengurangan Sampah, Penanganan Sampah,


meliputi kegiatan: meliputi kegiatan:
a. pembatasan a. pemilahan
timbulan sampah; b. pengangkutan
b. pendauran ulang c. pengolahan
sampah; dan/atau d. pemrosesan akhir
c. pemanfaatan
sampah
kembali sampah

Gambar
Gambar 2. KegiatanPengelolaan
2. Kegiatan Pengelolaan Sampah
Sampah

Kegiatan penanganan sampah meliputi:


Kegiatan penanganan sampah meliputi:
1. Pemilahan
1. Pemilahan
Pemilahan merupakan bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah
Pemilahan sesuai
merupakan
denganbentuk
jenis,pengelompokan
jumlah, dan/ataudan pemisahan
sifat sampah. sampah sesuai
Pemilahan dengan jenis,
dilakukan
jumlah, dan/atau sifat sampah. Pemilahan dilakukan melalui kegiatan
melalui kegiatan pengelompokan sampah menjadi paling sedikit 5 (lima) pengelompokan
sampah menjadi paling sedikit
jenis sampah 5 (lima)
yang terdiri jenis sampah yang terdiri atas:
atas:
a. sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan berbahaya
a. sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun serta limbah
dan beracun, antara lain kemasan obat serangga, kemasan oli, kemasan obatobatan,
obat-obatanbahan berbahaya
kadaluarsa, dan listrik,
peralatan beracun,danantara lainelektronik
peralatan kemasan rumah
obat serangga,
tangga
kemasan oli, kemasan obatobatan, obat-obatan kadaluarsa, peralatan
b. sampah yang mudah terurai, antara lain sampah yang berasal dari tumbuhan, hewan,
listrik, dan peralatan
dan/atau bagian-bagiannya elektronik
yang rumah oleh
dapat terurai tangga
makhluk hidup lainnya dan/atau
mikroorganisme seperti sampah makanan dan serasah
b. sampah yang mudah terurai, antara lain sampah yang berasal dari
c. sampah yang dapat digunakan
tumbuhan, kembali, bagian-bagiannya
hewan, dan/atau merupakan sampahyang yangdapat
dapatterurai
dimanfaatkan
kembali tanpa melalui proses pengolahan antara lain kertas kardus, botol minuman,
oleh makhluk hidup lainnya dan/atau mikroorganisme seperti sampah dan
kaleng.
makanan dan serasah
d. sampah yang dapat didaur ulang, merupakan sampah yang dapat dimanfaatkan kembali
setelah melalui proses pengolahan antara lain sisa kain, plastik, kertas, dan kaca.
e. sampah lainnya, merupakan residu.
Konsep Panduan Praktis 7
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

c. sampah yang dapat digunakan kembali, merupakan sampah yang


dapat dimanfaatkan kembali tanpa melalui proses pengolahan antara
lain kertas kardus, botol minuman, dan kaleng.

d. sampah yang dapat didaur ulang, merupakan sampah yang dapat


dimanfaatkan kembali setelah melalui proses pengolahan antara lain
sisa kain, plastik, kertas, dan kaca.

e. sampah lainnya, merupakan residu.


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT
Berikut label atau tanda dan warna wadah sampah:
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT
Berikut label atau tanda dan warna wadah sampah:
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT
No
Berikut label atau tandaJenis Sampah
dan warna wadah sampah: Label
KEMENTERIAN PEKERJAAN Warna
UMUM & PERUMAHAN RAKYAT
No
Berikut label atau tanda dan Jenis Sampah
warna KEMENTERIAN PEKERJAAN
KEMENTERIAN PEKERJAAN
wadah sampah: Label UMUM
UMUM && Warna
PERUMAHAN
PERUMAHAN RAKYAT
RAKYAT
1No 1 Sampah
Berikut labelyang
Sampahatau
yangtanda Jenis
dan warna
Sampahwadah sampah:
SAMPAHB3
SAMPAH B3
Label
Merah
MerahWarna
Berikut label ataubahan tanda dan warna KEMENTERIAN PEKERJAAN
wadah sampah:
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM UMUM & & PERUMAHAN
PERUMAHAN RAKYAT
RAKYAT
No mengandung
mengandung
Berikut label atau bahan Jenis
tandadan Sampah
danwarna
warna wadah sampah:
sampah: Label Warna
1Berikut label
Sampah
No berbahaya dan
atau
yang tanda wadah
Jenis Sampah
SAMPAH
Sampah B3 B3Label
Merah
Warna
(bahan beracun berbahaya)
berbahaya
1 mengandung
Sampah yangdan
bahan beracun SAMPAH B3Baterei,Kaset, Merah
1No Berikut label atau tandaJenis Sampah
danwarna
warna wadah sampah:
sampah: Label Warna
Lampu Neon, Film,

No Berikut
No Sampah
beracunlabel
serta atau
yang
serta
limbah tanda
limbah
bahan dan
Jenis
Jenis Sampahwadah
Sampah SAMPAH
Sampah
Disket, Racun B3
Label
B3Serangga
Label dll Merah
Warna
Warna
mengandung
berbahaya dan bahan
beracun
(bahan beracun berbahaya)
1 1 mengandung
Sampah
Sampah yang
yangbahan SAMPAH
Sampah B3
SAMPAH B3
Lampu Neon, Film, B3Baterei,Kaset, Merah
Merah
1 NoNoSampah
bahan
berbahaya yang
berbahaya
berbahaya dan dan Jenis
danberacun
beracunJenisSampah
Sampah SAMPAH
(bahan beracun
Sampah
Disket, Racun B3
berbahaya)
B3 Label
Label
Serangga dll Merah
Warna
Warna
serta limbahdan
mengandung
mengandung
berbahaya bahan
bahan
bahan
beracun
Lampu Neon, Film,
(bahan beracun
Baterei,Kaset,
berbahaya)
mengandung bahan
Disket, RacunB3Serangga dll
121berbahaya
Sampah
beracun yang mudah SAMPAH ORGANIK Hijau
Sampah
Sampah
serta
Sampah limbah yang
yang
Lampu
Sampah
SAMPAH
B3Neon,B3
B3
Film, Baterei,Kaset, Merah
Merah
berbahaya
berbahaya
serta limbah dan
dan
danberacun
beracun
bahan beracun
(bahan
Sampah
(bahan beracun
B3
beracun berbahaya)
berbahaya)
Disket, Racun Serangga dll
terurai
berbahaya
mengandung
berbahaya dan
dan beracun
bahan
beracun
Lampu
(bahan
Lampu Neon,Neon,
Film,Film,
beracun Baterei,Kaset,
berbahaya)
Baterei,Kaset,
mengandung
serta limbah bahan
bahan
Sampah
Disket,
Lampu
Sampah Organik
Racun
Neon,
B3 Serangga
Film, dll dll
Baterei,Kaset,
22 2 Sampah yang mudah SAMPAH ORGANIK Hijau
Disket, Racun Serangga
serta
Sampah
berbahaya limbah
yang
berbahaya dan bahan
danberacun
beracun SAMPAH
Sampah
Sisa
Disket,
(bahan B3
ORGANIK
makanan,Tulang,
Racun Serangga
beracun berbahaya)Duri,
dll Hijau
serta
Sampah limbah
berbahaya yangbahan
danmudah
beracun SAMPAH
(bahan
Daun beracun
LampuKering, ORGANIK
berbahaya)
Daging
Neon, Film, dll
Baterei,Kaset, Hijau
berbahaya
2 teruraiberbahaya
mudahsertaterurai
Sampah dan
dan beracun
yang mudah
limbah beracun
bahan
Lampu
Disket,
SAMPAH
Sampah
Neon,
Racun Film, Baterei,Kaset,
Serangga
Racun Organik
dll
ORGANIK Hijau
berbahaya
terurai danbahan
serta limbah beracun Disket, Serangga
Sampah Organik
dll
Sisa makanan,Tulang, Duri,
2 2 terurai
Sampah
Sampah yang
berbahayayang mudah
mudah
dan beracun SAMPAH
SAMPAH
Sisa Kering,ORGANIK
ORGANIK
makanan,Tulang, Duri, Hijau
Hijau
2 Sampah yangdan
berbahaya mudah
beracun SAMPAH
Daun
ORGANIK
Daging
Sampah Organik
Daun Kering, Daging
dll
dll Hijau
terurai
terurai
32 terurai
Sampah
Sampahyangyangdapat
mudah SAMPAH
Sisa
Sampah GUNA
makanan,Tulang,
Sampah ORGANIK
Organik
Organik ULANG
Duri,
Kuning
Hijau
2 Sampah yang mudah SAMPAH
Daun
Sisa ORGANIK
Kering, Daging
makanan,Tulang,
Sampah
Sisa Organik
makanan,Tulang, dllDuri,
Duri, Hijau
digunakan
terurai kembali Daun
Sisa Kering, Daging
makanan,Tulang,
Daun Kering, dll Duri,
Daging dll
terurai Sampah
Sampah
Daun
Sisa
Botol
Organik
Guna Ulang
Organik
Kering,
kaca atauDaging
makanan,Tulang, dll
Duri,
plastik,
3 3 Sampah
Sampahyang yangdapat
dapat SAMPAH
SAMPAH
Sisa
Daun
kalengKering,
makananGUNAGUNA
makanan,Tulang,
Daging ULANG Kuning
ULANG
dandllDuri, Kuning
Daun Kering,
minuman dll Daging dll
3 3 3 digunakan
Sampah
Sampah
digunakan kembali
yang
yang dapat
dapat
kembali
Sampah yang dapat
SAMPAH
SAMPAH
Sampah
SAMPAH
GUNA
Guna
GUNA
GUNAUlang ULANG
ULANG
ULANG Kuning
Kuning
ULANG Kuning
Sampah Guna Ulang
3 digunakan
Sampah
digunakan yang dapat
kembali
kembali SAMPAH
Botol
Botol kaca
kaca atau GUNA
atau plastik,
plastik, Kuning
3 Sampah yang
digunakan dapat
kembali SAMPAH
kaleng
Sampah
kaleng GUNA
makanan
Guna
makanan dan ULANG
Ulang
dan Kuning
43 digunakan
Sampahyang
Sampah yang dapat
dapat
kembali SAMPAH
Sampah
minuman
Botol Guna
kaca GUNA
DAUR ULANG
Ulangplastik,
dll
atau Kuning
Biru
3 digunakan
Sampah yang dapat
kembali SAMPAH
minuman
Sampah
Botol GUNAplastik, ULANG
dllGuna Ulang
kaca atau
kaleng makanan dan
Kuning
digunakan
didaur ulangkembali Sampah
Botol
kaleng
Sampah
Sampah
Guna
kaca
makanan
Daur
Guna
atauUlang
dan
Ulang
Ulang
plastik,
digunakan kembali minuman
Botol
minuman
Kardus,
Sampah
Botol
kaca
kaleng
kaca dll
Karton
Guna
dll
atau
makanan plastik,
makanan
atauUlang dan
plastik,
kaleng
dan
Botol makanan
minuman
minuman,
kaca dll
ataukoran dan
dan bekas,
plastik,
4 4 Sampah
Sampahyang yangdapat
dapat SAMPAHDAUR
SAMPAH DAUR
kaleng
minuman
buku
kaleng ULANG
ULANG
makanan
bekas
minuman dlldll dan
makanan Biru
Biru
didaur
4 4 didaur
Sampah
Sampahulang
ulang
yang
yangdapat
dapat
minuman dll
SAMPAH DAUR ULANG BiruBiru
SAMPAH
Sampah
Sampah Daur DAUR
Daur UlangUlangULANG
Kardus, Karton makanan
444 54Sampah
Sampah yangdapat
dapat SAMPAHDAUR
DAURULANG
ULANG BiruBiru
Kardus, Karton makanan
didaur
didaur
Sampah
Sampahyang
ulang
ulang
yang dapat
yang dapat SAMPAH
SAMPAH DAUR
dan
SAMPAH
Sampah
dan ULANG Biru
minuman,
DAUR
Daur
minuman, Biru
koran
Ulang bekas,
koran ULANG
bekas,
Sampah lainnya RESIDU
Sampah Daur
Abu-abu
Ulang
didaur
4 didaur
Sampah ulang
ulangyang dapat buku
SAMPAH bekas
Kardus,
Kardus,
buku
Sampah DAUR
Biru
Karton
Karton
bekasDaur ULANG
makanan
makanan
Ulang
didaur
didaur ulang
ulang dan minuman,
dan
Sampah
Sampah minuman,
Kardus,
Sampah Daur
Daur
Karton
Residu
koran
Ulang
Ulang bekas,
koran
makananbekas,
didaur ulang buku bekas
buku
Kardus,
Sampah
Kardus,
Pembalut bekas
Karton
Daur
Karton
wanita,
dan minuman, makanan
Ulang
makanan
popok
koranbayi
bekas,
dan
dan minuman,
Kardus,
kertas, bekas koran
Karton
minuman,
buku puntung makanan
koran
rokok, bekas,
bekas,
5 5 Sampah
Sampahlainnya
lainnya RESIDU Abu-abu
buku bekas
RESIDU dan
permen
bukuminuman,
karet, dll
bekas
buku bekas
koran bekas,
Abu-abu
5 5 Sampah
Sampahlainnya
lainnya RESIDU RESIDU
Sampah Residu
Sampahwanita,
Pembalut Residupopok bayi
Abu-abu
Abu-abu
5 5 Sampah
Sampahlainnya
lainnya Gambar 3. Label atau Tanda Dan Warna RESIDU Pembalut
RESIDU
Wadah
Sampah
kertas,
Sampah
Residu
puntung wanita,
rokok,popok bayi Abu-abu
Abu-abu
5 Sampah
5 5 Sampah
Sampahlainnya
lainnya
lainnya RESIDU
RESIDU Sampah
kertas,
RESIDU
Pembalut
Residu rokok,
puntung
wanita,
permen karet, dll popok bayi Abu-abu
Abu-abu
Abu-abu
Pembalut
permen
Sampah
kertas, wanita,
karet,
Residu
puntung dll popok bayi
rokok,
Sampah Residu
kertas,
Sampah
permen puntung
Residu
karet,
Pembalut rokok,
dll popok
wanita, popok
Pembalut
Sampah wanita,
Residu bayibayi
permen
Pembalut
kertas,
kertas, karet,
wanita,
puntung
puntung dll popok
rokok,
rokok, bayi
Pembalut wanita, popok bayi
kertas,
permen
permen puntung
karet,
karet,dll rokok,
dll
Gambar 3. Label atau Tanda Dan Warna Wadah Sampah kertas, puntung rokok,
Persyaratan sarana pemilahan
Gambar 3. Labeldan pewadahan didasarkan
atau Tanda Dan pada
Warna Wadah a)
permenkaret,
permen karet,dllvolume
Sampah dll sampah, b) jenis
Gambar 3. Label atau Tanda Dan Warna Wadah Sampah
sampah, c) penempatan, Gambar d)3.jadwal
Label atau Tanda Dan Warna
pengumpulan dan e) Wadah
jenisSampah
sarana pengumpulan dan
Gambar3.3.Label
Gambar Labelatau
atau Tanda
Tanda Dan
DanWarna
WarnaWadah
WadahSampah Sampah
pengangkutan. Sarana pemilahan
Gambar
Gambar Labeldan
3.3.Label ataupewadahan
atau Tanda tersebut
Tanda Dan Warna
Warna Wadah
Wadah harus
Sampah
Sampah diberi label atau tanda,
Persyaratan sarana pemilahan dan pewadahan didasarkan pada a) volume sampah, b) jenis
dibedakan
Persyaratan bahan,
sarana bentuk
Gambar
pemilahan dan/atau
3. Label
dan warna
atau Tanda
pewadahan wadah,
Dan serta
Warna
didasarkanmenggunakan
Wadah pada Sampah
a) wadah yang
volume sampah,tertutup.
b)dan
jenis
Persyaratan
sampah, sarana pemilahan
c) penempatan, dan pewadahan
d) jadwal pengumpulan didasarkan
dan e)pada jenisa)saranavolume sampah,
pengumpulan b) jenis
Pemilahan dan
Persyaratan sarana dilakukan oleh: dan pewadahan didasarkan pada a) volume sampah, b) jenis
pemilahan
sampah,
sampah,c) penempatan,
Persyaratan
c)
pengangkutan. sarana
penempatan,
Sarana d)
pemilahan
d) jadwal
pemilahan dan
jadwal
dan pengumpulan
pewadahan
pengumpulan
pewadahan dan
didasarkan
dan e)e)
pada jenis
jenis
tersebutpada a) sarana
harusa)diberisarana
volume pengumpulan
sampah,
pengumpulan
label b) jenis
dan
atau tanda, dan
Persyaratan
sampah,
Persyaratan
sarana
c) sarana
penempatan,
sarana
pemilahan
pemilahan
dan
d)d) jadwal
dan
pewadahan
pengumpulan
pewadahan
didasarkan
dan e)e)
didasarkan pada jenis
a)
volume
sarana
volume
sampah,
pengumpulan
sampah, b)
b) jenis
dan
Persyaratan
sampah,
pengangkutan. c)
pengangkutan. Sarana pemilahan
penempatan,
Sarana pemilahan
pemilahandan pewadahan
jadwal
dan
dan pewadahan
pewadahandidasarkan
pengumpulan dan
tersebut
tersebut pada
jenis a)
harus
harus volume
sarana diberi
diberi sampah,
pengumpulan
labellabel atau
atau b)jenis
tanda, jenis
dan
tanda,
dibedakanc)bahan,
sampah, bentuk dan/atau
penempatan, d) jadwalwarna wadah, serta
pengumpulan menggunakan
dan e) jenis wadah
sarana yang tertutup.
pengumpulan dan
sampah,
pengangkutan.
sampah, c)penempatan,
c)bahan,
pengangkutan.
dibedakan penempatan,
Sarana
bahan, Sarana
bentuk d) jadwal
pemilahan
d) jadwal
pemilahan
dan/atau dan pengumpulan
pewadahan
pengumpulan
dan
warna pewadahan dan
wadah, sertadan e)
e) jenis
tersebut
tersebut harus
jenis
harus
menggunakan sarana
sarana
diberi pengumpulan
diberi label atau
pengumpulan
label
wadah atau
yang dan
tanda,
tanda,
tertutup. dan
dibedakan
Pemilahan dan bentuk
dilakukan dan/atau
oleh: warna wadah, serta menggunakan wadah yang tertutup.
pengangkutan.
pengangkutan. Sarana
Sarana pemilahan
pemilahan dan
dan pewadahan
pewadahan tersebut
tersebut harus
harus diberi label atau tanda,
dibedakan
pengangkutan.
dibedakan
Pemilahan
Pemilahan bahan,
dan bahan,
dan bentuk
Sarana bentuk
dilakukan
dilakukan dan/atau
pemilahan
dan/atau
oleh:
oleh: warna
danwarna wadah,
pewadahan serta
wadah, serta harus diberi
menggunakan
tersebut
menggunakan diberilabel
wadah
wadah label atau
yang
yang atau tanda,
tertutup.
tanda,
tertutup.
dibedakan
dibedakan
Pemilahan
Pemilahan
bahan,
bahan,
dan bentuk
bentuk
dilakukan
dan dilakukan
dan/atau
dan/atau
oleh:
oleh:
warna wadah,
warna wadah,serta
sertamenggunakan
menggunakan wadah
wadah yang
yang tertutup.
tertutup.
dibedakan bahan, bentuk dan/atau warna wadah, serta menggunakan wadah yang tertutup.
Pemilahan dan dilakukan oleh:
8 Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

Persyaratan sarana pemilahan dan pewadahan didasarkan pada a) volume


sampah, b) jenis sampah, c) penempatan, d) jadwal pengumpulan dan e)
jenis sarana pengumpulan dan pengangkutan. Sarana pemilahan dan
pewadahan tersebut harus diberi label atau tanda, dibedakan bahan,
bentuk dan/atau warna wadah, serta menggunakan wadah yang tertutup.
Pemilahan
KEMENTERIAN danUMUM
PEKERJAAN dilakukan oleh: RAKYAT
& PERUMAHAN

Gambar 4. Para Pihak Yang Melakukan Pemilahan Sampah


Gambar 4. Para Pihak Yang Melakukan Pemilahan Sampah

2. Pengumpulan
2. Pengumpulan
Pengumpulan merupakan bentuk pengambilan dan pemindahan sampah
dari sumber
Pengumpulan sampahbentuk
merupakan ke TPSpengambilan
atau TPST. Jenis sarana pengumpulan
dan pemindahan sampah darisampah
sumber sampah
ke TPS atauberupa:
dapat TPST. Jenis sarana pengumpulan sampah dapat berupa:

a. motor sampah;
a. motor sampah;
b. gerobak sampah; dan/atau
b. gerobak sampah; dan/atau
c. sepeda sampah
c. sepeda sampah

3. Pengangkutan
3. Pengangkutan

Pengangkutan
Pengangkutan adalahadalah membawa
membawa sampahsampah dari sumber
dari sumber dan/ataudan/atau
dari TPS dari
atauTPS
dari TPST
menuju ke TPA. Sarana pengangkutan sampah dapat berupa:
atau dari TPST menuju ke TPA. Sarana pengangkutan sampah dapat berupa:
a. dump truck/tipper truck;
b. armroll truck;
c. compactor truck;
d. trailer truck, dan
e. street sweeper vehicle
Konsep Panduan Praktis 9
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

a. dump truck/tipper truck;


b. armroll truck;
c. compactor truck;
d. trailer truck, dan
e. street sweeper vehicle

Berikut gambar contoh alat angkut sampah:


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

e) street sweeper vehicle

Gambar 5. Contoh Alat Angkut Sampah


Gambar 5. Contoh Alat Angkut Sampah

Pengangkutan dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota, Pemerintah kota/ kabupaten


dalam melakukan pengangkutan sampah:
10 Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

Pengangkutan dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota, Pemerintah


kota/ kabupaten dalam melakukan pengangkutan sampah:

a. menyediakan alat angkut sampah termasuk untuk sampah terpilah


yang tidak mencemari lingkungan.
b. melakukan pengangkutan sampah dari TPS dan/atau TPS 3R ke TPA
atau TPST.
c. dapat menyediakan stasiun peralihan antara.
d. dapat mengusulkan kepada pemerintah provinsi untuk menyediakan
stasiun peralihan antara dan alat angkutnya, dalam hal dua atau lebih
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN
kabupaten/kota RAKYAT pengolahan sampah bersama dan
melakukan
memerlukan pengangkutan sampah lintas kabupaten/kota.
4. Pengolahan Sampah
4. Pengolahan Sampah
Pengolahan merupakan bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah,
Pengolahan merupakan bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan
melalui kegiatan:
jumlah sampah, melalui kegiatan:
a. pemadatan;
a. pemadatan;
b. pengomposan;
b. pengomposan;
c. daur ulang materi; dan
c. daur ulang materi; dan
d. mengubah sampah menjadi sumber energi
d. mengubah sampah menjadi sumber energi

Pengolahan Pengolahan
sampah: sampah:

Gambar 6. Para
Gambar Pihak
6. Para Yang
Pihak Melakukan
Yang MelakukanPengolahan Sampah
Pengolahan Sampah

5. Pemrosesan Akhir
Konsep Panduan Praktis 11
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

5. Pemrosesan Akhir

Pemrosesan akhir sampah merupakan bentuk pengembalian sampah


dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan
secara aman. Pemrosesan aknir sampah dilakukan dengan metode:

a. metode lahan urug terkendali;


b. metode lahan urug saniter; dan/atau
c. teknologi ramah lingkungan

Pemrosesan akhir sampah di TPA meliputi kegiatan:

a. Penimbunan/ pemadatan;
b. Penutupan tanah;
c. Pengolahan lindi; dan
d. Penanganan gas.
12 Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat
Konsep Panduan Praktis 13
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

Bab II.
Bentuk Dan Struktur Lembaga
Pengelola Persampahan

Pada bagian ini akan menjelaskan mengenai berbagai aspek yang perlu
diperhatikan terkait kewenangan daerah, bentuk dan struktur lembaga
pengelola yang menangani sub urusan persampahan di daerah.

II. 1 Urusan Pemerintahan

Sesuai Undang - Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan


Daerah, Urusan Pemerintahan terdiri atas :

a. Urusan pemerintahan absolut, yaitu urusan pemerintahan yang


sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat.
b. Urusan pemerintahan konkuren, yaitu urusan pemerintahan yang
dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah
kabupaten/kota. Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke
Daerah menjadi dasar pelaksanaan otonomi daerah.
c. Urusan pemerintahan umum, yaitu urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan.

Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan Daerah


terbagi atas Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan.

a. Urusan Pemerintahan Wajib terbagi atas:

• Urusan Pemerintahan yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar,


yang meliputi:
- pendidikan;
- kesehatan;
14 Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

- pekerjaan umum dan penataan ruang;


- perumahan rakyat dan kawasan permukiman;
- ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan masyarakat; dan
- sosial.

• Urusan Pemerintahan yang tidak berkaitan dengan Pelayanan


Dasar, yang meliputi:

- tenaga kerja;
- pemberdayaan perempuan dan pelindungan anak;
- pangan;
- pertanahan;
- lingkungan hidup;
- administrasi kependudukan dan pencatatan sipil;
- pemberdayaan masyarakat dan Desa;
- pengendalian penduduk dan keluarga berencana;
- perhubungan;
- komunikasi dan informatika;
- koperasi, usaha kecil, dan menengah;
- penanaman modal;
- kepemudaan dan olah raga;
- statistik;
- persandian;
- kebudayaan;
- perpustakaan; dan
- kearsipan.

b. Urusan Pemerintahan Pilihan meliputi:

- kelautan dan perikanan;


- pariwisata;
- pertanian;
- kehutanan;
Konsep Panduan Praktis 15
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

- energi dan sumber daya mineral;


- perdagangan;
- perindustrian; dan
- transmigrasi.

Urusan pemerintahan tersebut di atas, terbagi menjadi beberapa sub urusan.


Gambar berikut menjelaskan sub urusan persampahan dalam urusan
pemerintahan: KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

Urusan Pemerintahan

Urusan Pemerintahan Urusan Pemerintahan Konkuren Urusan Pemerintahan


Absolut Umum

Urusan Wajib Urusan Pilihan

Urusan Wajib Berkaitan dengan Urusan Wajib Tidak Berkaitan


pelayanan dasar dengan pelayanan dasar

Urusan Pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

• Sumber Daya Air • Bangunan Gedung


• Air Minum • Penataan Bangunan & Lingkungannya
• Persampahan • Jalan
• Air Limbah • Jasa Konstruksi
• Drainase • Penataan Ruang
• Permukiman

Gambar 7. Sub Urusan Persampahan Dalam Pembagian Urusan Pemerintahan


Gambar 7. Sub Urusan Persampahan Dalam Pembagian Urusan Pemerintahan
Penyelenggara Pemerintahan Daerah memprioritaskan pelaksanaan
Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar
Penyelenggara Pemerintahan Daerah memprioritaskan pelaksanaan Urusan Pemerintahan
(dalam
Wajib halberkaitan
yang ini urusan Pekerjaan
dengan PelayananUmum dan Penataan
Dasar (dalam Ruang).
hal ini urusan Pelaksanaan
Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang). Pelaksanaan Pelayanan Dasar pada Urusan Pemerintahan
Pelayanan Dasar pada Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Wajib yang
berkaitan dengan Pelayanan Dasar berpedoman pada standar pelayanan minimal yang
Pelayanan Dasar berpedoman pada standar pelayanan minimal yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 1/PRT/M/2014
ditetapkan
tentang Standaroleh Pemerintah
Pelayanan PusatPekerjaan
Minimal Bidang (Peraturan
UmumMenteri Pekerjaan
dan Penataan Ruang).Umum

Pembagian Urusan Pemerintahan Konkuren antara Pemerintah Pusat, Daerah Provinsi Dan
Daerah Kabupaten/Kota terkait persampahan, berdasarkan UU 23 Tahun 2014 dapat dilihat
pada tabel berikut:
16 Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

No. 1/PRT/M/2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan


Umum dan Penataan Ruang).

Pembagian Urusan Pemerintahan Konkuren antara Pemerintah Pusat,


Daerah Provinsi Dan Daerah Kabupaten/Kota terkait persampahan,
berdasarkan UU 23 Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Urusan Pemerintahan Bidang Pekerjaan Umum & Penataan Ruang
Sub Urusan Persampahan

Pemerintahan Pusat Daerah Provinsi Daerah Kabupaten/


Kota
a. Penetapan pengembangan Pengembangan sistem Pengembangan sistem
sistem pengelolaan dan pengelolaan d a n pengelola a n
persampahan secara nasional. persampahan regional. persampahan dalam
b. Pengembangan sistem Daerah Kabupaten/Kota.
pengelolaan persampahan lintas
Daerah Provinsi dan sistem
pengelolaan persampahan
untuk kepentingan strategis
nasional.

Sumber: UU 23/ 2014

Untuk melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan daerah,


pemerintah daerah membentuk organisasi perangkat daerah
(Satuan Kerja Perangkat Daerah/ SKPD) yang mewadahi tugas dan
fungsi pelaksanaan sub urusan persampahan. Dalam mengoptimalkan
pelayanan dan melaksanakan kegiatan teknis operasional, Pemerintah
Daerah dapat membentuk Unit Pelaksana Teknis Dinas(UPTD) di bawah
SKPD yang membidangi sub urusan persampahan.

UPTD bukan satu-satunya pelaksana fungsi operator. Pelaksana operator


dapat berupa: (disesuaikan kondisi dan kesiapan masing-masing daerah)

• UPTD PPK BLUD (UPTD dengan penerapan pola keuangan badan


layanan umum)
• BUMD (Badan Usaha Milik Daerah)
Konsep Panduan Praktis 17
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

Berikut perbandingan antara SKPD/ UPTD, UPTD-PPK BLUD dan BUMD


sebagai penyelenggara layanan (operator) persampahan:

Tabel 2. Perbandingan Berbagai Bentuk Penyelenggara Layanan Persampahan

Aspek SKPD/ UPTD UPTD-PPKBLUD BUMD


Pendapatan Masuk Kas Umum Masuk Rek Kas BLUD Masuk Rek Kas BUMD
Daerah
Tidak boleh langsung Boleh langsung Boleh langsung
digunakan digunakan digunakan

APBD Bukan APBD merupakan APBD merupakan


merupakan pendapatan “Penyertaan Modal”
Pendapatan
APBD merupakan Kewajiban PEMDA Tidak tergantung
kewajiban PEMDA masih ada APBD

Penetapan SKPD ditetapkan melalui Penetapan PPK-BLUD PERDA


Kelembagaan PERDA dengan Keputusan
Walikota/ Bupati
UPTD ditetapkan melalui
Peraturan Walikota/
Bupati

Belanja Tidak boleh melebihi Boleh melebihi PAGU Diatur sendiri


PAGU (ada ambang batas),
tercantum dalam
Rencana Bisnis
Anggaran (RBA) dan
DIPA

Utang & Tidak Boleh Boleh melakukan Boleh melakukan


Piutang melakukan utang & Utang & piutang, utang dan piutang
piutang - pinjaman jangka
panjang dengan
persetujuan Walikota/
Bupati
Investasi Tidak boleh melakukan Boleh melakukan Boleh melakukan
investasi investasi, investasi
Investasi jangka
panjang dengan
persetujuan Walikota/
Bupati
18 Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

Aspek SKPD/ UPTD UPTD-PPKBLUD BUMD


Pengadaan Perpres 54/ 2010 Dapat tidak dengan Diatur sendiri
Barang dan dengan perubahannya Perpres 54/ 2010,
Jasa untuk pendapatan non
APBD
Pengelolaan Tidak boleh menghapus Boleh menghapus aset Diatur sendiri,
barang Aset tidak tetap, dengan tetap
penghapusan aset mengikuti
tetap mengikuti peraturan
peraturan yang belaku
Pegawai PNS Boleh PNS dan Non NON PNS, sesuai
PNS, Non PNS sesuai kebutuhan dan
kebutuhan dan profesionalisme
profesionalisme
Dewan Tidak ada Dewan Dimungkinkan ada Badan Pengawas
Pengawas Pengawas Dewan Pengawas,
tergantung Aset/
Omset
Remunerasi Mengikuti penggajian Sesuai tanggungjawab Diatur tersendiri,
PNS, bersumber APBD & capaian kinerja, PNS bersumber dari jasa
bersumber APBD dan layanan
jasa layanan, Non PNS
bersumber dari jasa
layanan
Tarif/ PERDA Peraturan Walikota/ Peraturan Walikota/
retribusi Bupati Bupati
Laporan Ke- Standar Akutansi SAP dan SAK Standar Akuntansi
uangan Pemerintahan (SAP) Keuangan (SAK)
Bagian laporan Bagian laporan Dilampirkan dalam
keuangan SKPD/ PEMDA keuangan SKPD/ laporan keuangan
PEMDA PEMDA

Penjelasan lebih lanjut tentang pembagian peran regulator dan operator,


serta berbagai bentuk lembaga penyelenggara layanan persampahan
akan dibahas pada sub bab II.2 dan II.3.
Konsep Panduan Praktis 19
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

II. 2 Bentuk dan Struktur Organisasi Pengelola


Persampahan
II. 2. 1 Bentuk Organisasi Pengelola Persampahan
Untuk melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah, termasuk sub urusan persampahan, pemerintah daerah dapat
membentuk dinas. Undang - Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, mengklasifikasikan tipe dinas menjadi 3 (tiga) yaitu:

a. Dinas tipe A yang dibentuk untuk mewadahi Urusan Pemerintahan


yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang besar;
b. Dinas tipe B yang dibentuk untuk mewadahi Urusan Pemerintahan yang
menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang sedang; dan
c. Dinas tipe C yang dibentuk untuk mewadahi Urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah dengan beban kerja yang kecil.

Penentuan besar atau kecilnya beban kerja didasarkan pada :

• Jumlah penduduk
• Luas wilayah
• Besaran masing-masing Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah, dan
• Kemampuan keuangan daerah

Berdasarkan UU 23/2014 pasal 211 ayat (1) dan ayat (2), Pembinaan dan
pengendalian penataan Perangkat Daerah dilakukan oleh Pemerintah Pusat
untuk Daerah provinsi dan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat
untuk Daerah kabupaten/kota. Nomenklatur Perangkat Daerah dan unit
kerja pada Perangkat Daerah yang melaksanakan Urusan Pemerintahan
dibuat dengan memperhatikan pedoman dari kementerian/lembaga
pemerintah nonkementerian yang membidangi Urusan Pemerintahan
tersebut.
20 Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

Dinas sebagai organisasi perangkat daerah, merupakan unsur pelaksana


otonomi yang memiliki wewenang dalam sub urusan persampahan di
daerah. Dinas berperan sebagai penyelenggara layanan persampahan
(operator) maupun berperan mengembangkan kebijakan, norma, dan
standar, serta melakukan pengawasan dan pengendalian penyelengaraan
layanan persampahan di daerah (regulator). Pada Dinas yang melaksanakan
peran regulator dan operator pelaksanaan pengelolaan sampah
dirasakan menjadi kurang efektif, karena beban kerja Dinas menampung
beberapa urusan sehingga penanganan pelayanan persampahan
dapat menjadi tidak optimal, termasuk juga aspek pendanaan yang
kadang kurang mencukupi.

II. 2. 2 Struktur Organisasi Pengelola Persampahan


Urusan persampahan pada PP 41 Tahun 2007 dikelompokkan pada
rumpun bidang pekerjaan umum. Daerah diberi kebebasan untuk menata
kelembagaannya sendiri, selama masih mengacu kepada peraturan yang
berlaku. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah tidak menentukan jenis perangkat daerah masing-masing
daerah, namun menjelaskan bahwa pembentukannya disesuaikan dengan
potensi dan karakteristik daerah masing-masing, dengan mengikuti
perumpunan urusan-urusan wajib dan pilihan.
Karena itu, semakin besar kebutuhan daerah atas penanganan urusan
persampahan, maka sebaiknya semakin tinggi posisi jabatan
yang mengurusnya. Contohnya, persampahan diposisikan sebagai dinas
tersendiri (umumnya menggunakan nama Dinas Kebersihan). Ada juga
daerah yang merumpunkannya ke dalam suatu dinas tertentu (misalnya
dalam Dinas Cipta Karya), dengan urusan persampahan setingkat Kepala
Bidang. Dan ada yang menempatkannya dalam posisi Kepala Seksi/
Subbidang.
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

Karena itu, semakin besar kebutuhan daerah atas penanganan urusan persampahan, maka
Konsep Panduan Praktis 21
sebaiknya semakin tinggi posisi jabatan yang mengurusnya.
Penataan KelembagaanContohnya, persampahan
Sistem Pengelolaan Persampahan
diposisikan sebagai dinas tersendiri (umumnya menggunakan nama Dinas Kebersihan). Ada
juga daerah yang
Berikut merumpunkannya
beberapa ke dalam
bentuk struktur suatu dinas
organisasi yangtertentu
menangani (misalnya dalam Dinas
sub urusan
Cipta Karya), dengan urusan persampahan setingkat Kepala Bidang. Dan ada yang
persampahan:
menempatkannya dalam posisi Kepala Seksi/Subbidang.
a. Sub urusan persampahan menjadi dinas tersendiri (eselon 2)
Berikut beberapa bentuk struktur organisasi yang menangani sub urusan persampahan:
Struktur paling maksimal adalah Dinas yang menjalankan sub urusan
a. Sub urusan persampahan menjadi dinas tersendiri (eselon 2)
persampahan secara independen/ tidak digabung dengan urusan
pemerintah
Struktur paling daerah
maksimal yang Dinas
adalah lain, sebagai contoh adalahsub
yang menjalankan Dinas Kebersihan
urusan persampahan
secara independen/ tidak digabung
yang menjalankan fungsi dengan
layananurusan pemerintah
pengelolaan daerah
sampah. Halyang
ini lain,
sebagai contoh adalah Dinas Kebersihan yang menjalankan fungsi
berlaku, bila kondisi daerah membutuhkannya dan pemerintahlayanan pengelolaan
sampah. Hal ini berlaku, bila kondisi daerah membutuhkannya dan pemerintah darah
darah memiliki
memiliki kapasitas kapasitas yang memadai.
yang memadai.

KEPALA DINAS
KEPALA DINAS
KEBERSIHAN
KEBERSIHAN/PERSAMPAHAN

SEKRETARIAT

KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL

SUBBAGIAN SUBBAGIAN SUBBAGIAN

BIDANG BIDANG BIDANG BIDANG

SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI

SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI

SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI

Gambar8.8.Contoh
Gambar ContohStruktur
StrukturUrusan
UrusanPersampahan
Persampahan Setingkat
Setingkat Dinas
Dinas

Nomenklatur perangkat daerah yang digunakan pada gambar


Nomenklatur perangkat
di atas hanya daerah
contoh,yang digunakandaerah
pemerintah pada gambar diatas hanya contoh,
dapat menyesuaikan
pemerintah daerah dapat menyesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.
dengan ketentuan yang berlaku.

16 | H a l a m a n Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT
22 Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

b. Sub urusan persampahan berada pada setingkat Bidang (eselon 3).


b. Sub urusan persampahan berada pada setingkat Bidang (eselon 3).

KEPALA DINAS
CIPTA KARYA

SEKRETARIAT

KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL

SUBBAGIAN SUBBAGIAN SUBBAGIAN

BIDANG BIDANG BIDANG


BIDANG
PERSAMPAHAN

SEKSI
SEKSI SEKSI PENGURANGAN & SEKSI
PEMILAHAN

SEKSI
SEKSI SEKSI PENGUMPULAN & SEKSI
PENGANGKUTAN

SEKSI
SEKSI SEKSI PENGOLAHAN & SEKSI
PEMROSESAN
AKHIR

Gambar
Gambar9.
9. Contoh
ContohStruktur
StrukturUrusan
Urusan Persampahan
Persampahan Setingkat
Setingkat Bidang
Bidang dari
dari Dinas
Dinas

Nomenklatur unit kerja pada perangkat daerah yang digunakan di


Nomenklatur unit kerja pada perangkat daerah yang digunakan di atas hanya sekadar
contoh. atas hanya
Namun, sekadaristilah
sebaiknya contoh. Namun, sebaiknya
„persampahan‟ istilah ‘persampahan’
tetap digunakan, mengingat urusan
tetapini
pemerintahan digunakan,
disebutkan mengingat
di dalam UU urusan pemerintahan ini disebutkan
23/ 2014.
di dalam UU 23/ 2014.

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan 17 | H a l a m a n


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

Konsep Panduan Praktis 23


Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

c. Sub urusan persampahan berada pada setingkat seksi (eselon 4)


c. Sub urusan persampahan berada pada setingkat seksi (eselon 4)
Sub Urusan Persampahan dilaksanakan setingkat Seksi di bawah
Sub Urusan Persampahan
bidang dilaksanakan
dalam suatu dinas. setingkat Seksi di bawah bidang dalam suatu
dinas.

KEPALA DINAS
PEKERJAAN UMUM

SEKRETARIAT
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL

SUBBAGIAN SUBBAGIAN SUBBAGIAN

BIDANG BIDANG CIPTA


BIDANG BIDANG
KARYA

SEKSI
SEKSI SEKSI SEKSI
PERSAMPAHAN

SEKSI SEKSI SEKSI AIR LIMBAH SEKSI

SEKSI SEKSI SEKSI AIR MINUM SEKSI

Gambar
Gambar10.10.
Contoh Struktur
Contoh StrukturUrusan
UrusanPersampahan
PersampahanSetingkat
SetingkatSeksi
Seksi dari
dari Dinas
Dinas

Nomenklatur unit kerja pada perangkat daerah yang digunakan di


Nomenklatur unit kerja pada perangkat daerah yang digunakan di atas hanya sekadar
atas hanya
contoh. Namun, sekadar
sebaiknya contoh.
istilah Namun, sebaiknya
„persampahan‟ istilah ‘persampahan’
tetap digunakan, mengingat urusan
tetapinidigunakan,
pemerintahan mengingat
disebutkan di dalam UU. urusan pemerintahan ini disebutkan
23/ 2014.
di dalam UU. 23/ 2014.

18 | H a l a m a n Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan


KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

24 Kementerian Pekerjaan Umum


dan Perumahan Rakyat

d. Sub urusan persampahan menjadi salah satu tugas dari seksi


d. Sub urusan persampahan menjadi salah satu tugas dari seksi

KEPALA DINAS
PEKERJAAN UMUM

SEKRETARIAT
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL

SUBBAGIAN SUBBAGIAN SUBBAGIAN

BIDANG BIDANG CIPTA


BIDANG BIDANG
KARYA

SEKSI PENYEHATAN
SEKSI SEKSI LINGKUNGAN SEKSI
PERMUKIMAN

SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI

SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI

Gambar 11. Contoh Struktur Urusan Persampahan Menjadi Salah Satu Tugas Seksi
Gambar 11. Contoh Struktur Urusan Persampahan Menjadi Salah Satu Tugas Seksi

Nomenklatur Nomenklatur unitPerangkat


unit kerja pada kerja pada Perangkat
Daerah Daerah yang
yang digunakan di atasdigunakan
hanya sekadar
di ataspengelola
contoh. Apabila hanya sekadar contoh.sebagai
berada hanya Apabila pengelola
bagian berada
dari seksi, hanya
dimana hanya
menjadi salah satu tugas dari seksi tersebut, maka pelayanan sampah sulit
sebagai bagian dari seksi, dimana hanya menjadi salah satu tugas menjadi
prioritas dalam penyelenggaraaanya.
dari seksi tersebut, maka pelayanan sampah sulit menjadi prioritas
dalam penyelenggaraaanya.
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah, merujuk ketentuan pada Pasal 212 UU.
23/2014 Pembentukan
dijelaskan sebagai
danberikut:
Susunan Perangkat Daerah, merujuk ketentuan pada
Pasal 212 UU.
a. Pembentukan dan23/2014 dijelaskan
susunan Perangkatsebagai
Daerahberikut:
pada Kab/Kota, ditetapkan dengan
Peraturan Daerah (PERDA), setelah mendapat persetujuan dari gubernur sebagai wakil
a. Pembentukan
Pemerintah Pusat. dan susunan Perangkat Daerah pada Kab/Kota,
b. Kedudukan, susunan organisasi, perincian tugas
ditetapkan dengan Peraturan dan(PERDA),
Daerah fungsi, serta tata kerja
setelah Perangkat
mendapat
Daerah ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah (Peraturan Walikota atau
persetujuan dari gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat.
Peraturan Bupati).
b. Kedudukan, susunan organisasi, perincian tugas dan fungsi, serta
tata kerja Perangkat Daerah ditetapkan dengan Peraturan Kepala
Daerah (Peraturan Walikota atau Peraturan Bupati).
Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan 19 | H a l a m a n
Konsep Panduan Praktis 25
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

II. 3 Operator/ Penyelenggara Layanan Persampahan


II. 3. 1 Pembagian Peran Operator dan Regulator

Untuk menghindari terjadinya konflik kepentingan serta adanya check


and balance yang memastikan pelaksanaan pelayanan persampahan, Permen
PU No. 21/PRT/M/2006 Tentang Kebijakan Dan Strategi Nasional
Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP) menyatakan
perlu adanya pemisahan peran antara institusi yang berperan sebagai
regulator dan institusi yang berperan sebagai operator/ penyelenggara
layanan.

Dalam konteks tugas pemerintahan, yang dimaksud dengan regulator


adalah pihak yang mengembangkan kebijakan, norma, dan standar, bagi
pelaksanaan pelayanan publik. Regulator kemudian juga melakukan
fungsi pengawasan dan pengendalian agar pelaksanaan pelayanan publik
bisa berjalan sesuai koridor yang telah ditetapkan. Operator, di lain pihak,
merupakan pelaksana pelayanan publik (misal: pengelola TPA, pengelola
pengangkutan sampah) yang melakukan perencanaan dan implementasi
kegiatan sesuai arahan dari regulator.

Peran regulator dan operator harus tercermin dengan jelas pada uraian
tugas dan fungsi dari masing-masing institusi. Tugas dan fungsi lebih
lanjut akan dibahas pada Bab III.

Daerah yang belum dapat memisahkan peran operator menjadi unit


kerja tersendiri, maka peran pelayanan persampahan (misalnya: kebersihan
jalan/ fasilitas umum, pengangkutan sampah dan pengelolaan TPA) tugas
fungsinya dapat dilekatkan pada struktur jabatan/posisi yang ada pada
Dinas, misal pada “Bidang” atau “Seksi”

Contoh struktur organisasi pada dinas dengan peran operator belum


dipisahkan menjadi unit kerja tersendiri dapat dilihat pada sub bab II.2.
26 Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

II. 3. 2 Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)

P
ada Dinas yang memisahkan peran operator menjadi unit tersediri,
maka peran pelayanan persampahan dilakukan oleh UPTD, sedangkan
Dinas akan berperan sebagai regulator. Setiap organisasi daerah yang
berbentuk dinas dapat memiliki unit teknis di bawahnya sesuai kebutuhan,
sebagaimana ketentuan PP No.41 tahun 2007.

Pasal 14, ayat (6)


Pada dinas daerah dapat dibentuk unit pelaksana teknis dinas
untuk melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/
atau kegiatan teknis penunjang yang mempunyai wilayah kerja
satu atau beberapa kecamatan.
Dalam hal ini, yang dimaksud dengan Kegiatan teknis operasional yang
dilaksanakan unit pelaksana teknis dinas adalah tugas untuk melaksanakan
kegiatan teknis yang secara langsung berhubungan dengan pelayanan
masyarakat. sedangkan teknis penunjang adalah melaksanakan kegiatan
untuk mendukung pelaksanaan tugas organisasi induknya.

Struktur dari UPTD kabupaten/kota diisi oleh kelompok jabatan fungsional,


dengan dukungan 1 sub bagian tata usaha.

Pasal 29, ayat (2)


Unit pelaksana teknis pada dinas terdiri dari 1 (satu) subbagian
tata usaha dan kelompok jabatan fungsional.
Dalam menjalankan tugas operasionalnya, UPTD dapat dibantu staf yang
diperlukan. Sebagai contoh, berikut ini struktur organisasi Dinas yang
menangani persampahan yang telah memisahkan peran layanan
persampahan (operator) dalam hal ini operator TPA pada UPTD:
Unit pelaksana teknis pada dinas terdiri dari 1 (satu) subbagian tata usaha dan
kelompok jabatan fungsional.

Dalam menjalankan tugas operasionalnya, UPTD dapat dibantu staf yang Konsep Panduan Praktis
diperlukan. 27
Sebagai
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan
contoh, berikut ini struktur organisasi Dinas yang menangani persampahan yang telah
memisahkan peran layanan persampahan (operator) dalam hal ini operator TPA pada UPTD:

KEPALA DINAS
PEKERJAAN UMUM

SEKRETARIAT
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL

SUBBAGIAN (a) SUBBAGIAN (b) SUBBAGIAN (c)

BIDANG A BIDANG B BIDANG CIPTA KARYA BIDANG D

SEKSI A.1 SEKSI B.1 SEKSI PERSAMPAHAN SEKSI D.1

SEKSI A.2 SEKSI B.2 SEKSI AIR LIMBAH SEKSI D.2

SEKSI A.3 SEKSI B.3 SEKSI AIR MINUM SEKSI D.3

KEPALA UPTD TPA Dinas sebagai


REGULATOR

KASUBAG TU

UPTD sebagai
KELOMPOK JABATAN
OPERATOR
FUNGSIONAL

Misalnya: Teknisi Mesin,


Pengelola Sampah,
Pengelola TPA, Operator
Mesin, dll

Gambar12.
Gambar 12.Contoh
ContohStruktur
StrukturOrganisasi
Organisasidengan
dengan UPTD
UPTD Sebagai Operator
Operator

Nomenklatur di atas hanya berupa contoh, daerah dapat menyesuaikan


dengan
Konsep ketentuan
Panduan yang Kelembagaan
Praktis Penataan ada. Sistem Pengelolaan Persampahan 21 | H a l a m a n

II. 3. 3 Peningkatan Kelembagaan UPTD menjadi PPK-BLUD

Bila dalam pengelolaan UPTD diinginkan adanya fleksibilitas pengelolaan


keuangan, hal itu dimungkinkan dengan UPTD yang menerapkan Pola
Pengelolaan Keuangan (PPK) BLUD dimana fleksibilitas tersebut dilakukan
dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyrakat. Pola
Nomenklatur di atas hanya berupa contoh, daerah dapat menyesuaikan dengan ketentuan
yang ada.

II.3.3 Peningkatan Kelembagaan UPTD menjadi PPK-BLUD


28 Kementerian Pekerjaan Umum
Bila dalam pengelolaan
dan Perumahan Rakyat UPTD diinginkan adanya fleksibilitas pengelolaan keuangan, hal itu
dimungkinkan dengan UPTD yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan (PPK) BLUD
dimana fleksibilitas
Pengelolaan tersebut BLUD
Keuangan dilakukan dalam rangka
memberikan meningkatkan
fleksibilitas pelayanan kepada
berupa keleluasaan
masyrakat. Pola Pengelolaan Keuangan BLUD memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan
untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan
untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada
pelayanan kepada masyarakat berdasarkan prinsip efisiensi, efektifitas dan
masyarakat berdasarkan prinsip efisiensi, efektifitas dan produktivitas. PPK-BLUD pada UPTD,
dapatproduktivitas.
dilaksanakan PPK-BLUD pada
apabila telah UPTD, dapat
memenuhi syarat:dilaksanakan apabila
substantif, teknis, dantelah
administratif.
memenuhi
Penjelasan syarat:substantif,
persyaratan substantif, teknis,
teknis, dan dan administratif.
administratif dapat Penjelasan
dilihat pada gambar
persyaratan substantif, teknis, dan administratif dapat dilihat pada gambar
berikut:
berikut:

Persyaratan substantif
Kriteria substantif :
Tugas dan fungsi UPTD bersifat
operasional dalam Tugas dan Fungsi UPTD bersifat operasional
menyelenggarakan pelayanan dalam penyediaan jasa layanan umum untuk
umum yang menghasilkan semi meningkatkan kualitas dan
barang/jasa publik (quasi public kuantitas pelayanan masyarakat
goods).

Kriteria teknis :

Persyaratan Persyaratan teknis  Memiliki potensi untuk meningkatkan


pengajuan penyelenggaraan pelayanan secara
(a) kinerja layanan layak dikelola
UPTD untuk efektif, efisien, dan produktif;
dan ditingkatkan atas
menerapkan  Memiliki spesifikasi teknis yang terkait
rekomendasi Kepala SKPD,
Pola Penerapan langsung dengan layanan publik
(b) Kinerja Keuangan sehat
Keuangan-  Terjadinya peningkatan pendapatan dan
Badan Layanan efisien dalam membiayai pengeluaran
Umum

Persyaratan dokumen administratif :

 Surat pernyataan kesanggupan untuk


meningkatkan kinerja pelayanan,
Persyaratan administratif
keuangan, dan manfaat bagi masyarakat;
UPTD membuat dan  Pola tata kelola;
menyampaikan dokumen  Rencana strategis bisnis;
persyaratan administratif  Standar pelayanan minimal;
 Laporan keuangan pokok /proyeksinya
 Laporan audit terakhir atau pernyataan
bersedia diaudit secara independen

Gambar 13. Persyaratan Penerapan PPK-BLUD pada UPTD


Gambar 13. Persyaratan Penerapan PPK-BLUD pada UPTD

Prosedur dan tata


Prosedur dancara
tataPenerapan pola keuangan
cara Penerapan badan layanan
pola keuangan badanumum daerah
layanan umum (PPK-BLUD)
diatur
daerah (PPK-BLUD) diatur di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Pedoman
di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 Tentang
Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah. Berikut mekanisme pengajuan
Nomor 61 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan
BLUD:

22 | H a l a m a n Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan


Konsep Panduan Praktis 29
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

Badan Layanan Umum Daerah. BerikutKEMENTERIAN


mekanisme pengajuan
PEKERJAAN BLUD: RAKYAT
UMUM & PERUMAHAN

Kepala UPTD melalui


Kepala Dinas

MENGAJUKAN USULAN PENERAPAN PPK-


BLUD YANG DILENGKAPI DOKUMEN
PERSYARATAN: SUBSTANTIF, TEKNIS,
1. MEMENUHI PERSYARATAN 1. BLUD
DAN ADMINISTRATIF
SUBSTANTIF, TEKNIS, DAN Penuh
ADMINISTRATIF

Tim Penilai meneliti & menilai


Bupati/ Walikota Bupati/ Walikota
Usulan Penerapan Status PPK-
BLUD
MEMBENTUK 2. BELUM MEMENUHI 2. BLUD
TIM PENILAI PERSYARATAN Bertahap
ADMINISTRATIF

Gambar
Gambar14.
14.Mekanisme PengajuanBLUD
Mekanisme Pengajuan BLUD

Berikut ini perbedaan fleksibilitas antara pemberian status BLUD Penuh


dengan
Berikut ini BLUD Bertahap:
perbedaan fleksibilitas antara pemberian status BLUD Penuh dengan BLUD
Bertahap:
BLUD Penuh
BLUD Penuh BLUDBLUD
Bertahap
Bertahap

Diberikan
Diberikan fleksibilitas
fleksibilitas pada pada Diberikan
jumlah dana yang fleksibilitas
dapat Diberikan pada batas-batas
fleksibilitas pada tertentu
batas-batas
dikelola
jumlahlangsung,
dana yang pengelolaan
dapat dikelola berkaitantertentu
barang, pengelolaan berkaitandana
dengan jumlah dengan jumlah
yang dapatdana yang dapat
dikelola
piutang, serta perumusan standar, kebijakan, sistem, dikelola langsung, pengelolaan barang, pengelolaan
langsung, pengelolaan barang, langsung, pengelolaan barang, pengelolaan piutang,
dan prosedur pengelolaan keuangan. piutang, serta perumusan standar, kebijakan, sistem,
pengelolaan piutang, serta serta perumusan standar, kebijakan, sistem, dan prosedur
dan prosedur pengelolaan keuangan.
perumusan standar, kebijakan, pengelolaan keuangan.
Diberikan fleksibilitas
sistem, dan prosedurdalam hal pengelolaan
pengelolaan Tidak diberikan fleksibilitas dalam hal
investasi, pengelolaan utang, dan pengadaan barang pengelolaan investasi, pengelolaan utang, dan
keuangan.
dan/atau jasa. pengadaan barang dan/atau jasa.
Diberikan fleksibilitas dalam hal Tidak diberikan fleksibilitas dalam hal
pengelolaan investasi, pengelolaan pengelolaan investasi, pengelolaan utang, dan
utang, dan pengadaan barang pengadaan barang dan/atau jasa.
dan/atau jasa.
II.3.4 Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
Selain UPTD, operator/penyelenggara bagi layanan dapat berupa BUMD. Bentuk
II. 3. 4 Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
kelembagaan operator yang dipilih antara lain bergantung kepada perkiraan pendapatan
lembaga operator. Bila pelayanan lembaga operator diperkirakan bisa mendapatkan
Selain UPTD, operator/penyelenggara bagi layanan dapat berupa BUMD.
keuntungan, maka bentuk BUMD cukup layak dipertimbangkan. Sementara, peran regulator
Bentuk oleh
dipegang kelembagaan operatordalam
Dinas yang berwenang yangurusan
dipilih antara lain bergantung kepada
persampahan.
perkiraan pendapatan lembaga operator. Bila pelayanan lembaga operator
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
diperkirakan
modalnya dimilikibisa
olehmendapatkan keuntungan,
Daerah. Pendirian maka melalui
BUMD ditetapkan bentukPeraturan
BUMD cukup
Daerah.
Pendirian BUMD didasarkan pada:
layak dipertimbangkan. Sementara, peran regulator dipegang oleh Dinas
yang
1. berwenang dalam
kebutuhan Daerah; danurusan persampahan.

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan 23 | H a l a m a n


30 Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah badan usaha yang seluruh atau
sebagian besar modalnya dimiliki oleh Daerah. Pendirian BUMD ditetapkan
melalui Peraturan Daerah. Pendirian BUMD didasarkan pada:

1. kebutuhan Daerah; dan KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT


2. kelayakan bidang usaha BUMD yang akan dibentuk.
2. kelayakan bidang usaha BUMD yang akan dibentuk.

a. Jenis BUMD
a. Jenis BUMD
Berdasarkan modalnya, bentuk BUMD dapat dibedakan menjadi 2 (dua),
Berdasarkan modalnya,
yaitu: BUMD bentukPerusahaan
berbentuk BUMD dapatUmum
dibedakan menjadi
Daerah 2 (dua),berbentuk
dan BUMD yaitu: BUMD
berbentuk Perusahaan Umum Daerah dan BUMD berbentuk Perusahaan Perseroan Daerah
Perusahaan Perseroan Daerah (lihat gambar berikut).
(lihat gambar berikut).

Seluruh modal dimiliki oleh satu


Perusahaan
Daerah dan tidak terbagi atas
Umum Daerah
saham

BUMD

modal terbagi dalam saham yang


Perusahaan seluruhnya atau paling sedikit
51% (lima puluh satu persen)
Perseroan Daerah
sahamnya dimiliki oleh satu
Daerah

Gambar 15.
Gambar 15. Bentuk
Bentuk Perusahaan
PerusahaanDaerah
Daerah

b. Aset BUMD
b. Aset BUMD
Administrasi aset BUMD terpisah dari aset pemerintah daerah. Proses
Administrasi aset BUMD
perencanaan terpisah dari aset
dan penganggaran daripemerintah
BUMD lebih daerah. Proses perencanaan
independen. Pemerintahdan
penganggaran dari BUMD lebih independen. Pemerintah daerah dapat memberikan
daerah dapat memberikan penyertaan modal, sebagai investasi bagi BUMD,
penyertaan modal, sebagai investasi bagi BUMD, dan dapat memperoleh dividen bila
dan dapatmenghasilkan
operasionalnya memperoleh dividen
laba. bila dalam
Pencatatan operasionalnya menghasilkan
anggaran daerah laba.
hanyalah penyertaan
Pencatatan
modal daerah dandalam anggaran
perolehan daerah
deviden daerah hanyalah penyertaan modal daerah
tersebut.
dan perolehan
Sebagai badan usaha,deviden daerah
BUMD harus bisatersebut.
menghidupi diri sendiri, dan mampu berkompetisi
dengan usaha swasta lainnya. Wewenang yang dimiliki pemerintah daerah (selaku pemegang
saham) berupa penetapan peraturan dan mengganti direksi BUMD yang gagal menunjukkan
kinerja. Proses pembentukan BUMD cukup rumit, karena menyangkut pemisahan aset
daerah, yang melibatkan persetujuan DPRD.

Contoh BUMD yang saat ini mengelola persampahan ada di Kota Bandung, yaitu: PD
Kebersihan Ketentuan lengkap mengenai BUMD diatur pada UU 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah pada Pasal 331 s.d Pasal 343.
Konsep Panduan Praktis 31
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

Sebagai badan usaha, BUMD harus bisa menghidupi diri sendiri, dan
mampu berkompetisi dengan usaha swasta lainnya. Wewenang yang
dimiliki pemerintah daerah (selaku pemegang saham) berupa penetapan
peraturan dan mengganti direksi BUMD yang gagal menunjukkan kinerja.
Proses pembentukan BUMD cukup rumit, karena menyangkut pemisahan
aset daerah, yang melibatkan persetujuan DPRD.

Contoh BUMD yang saat ini mengelola persampahan ada di Kota Bandung,
yaitu: PD Kebersihan. Ketentuan lengkap mengenai BUMD diatur pada UU
23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah pada Pasal 331 s.d Pasal 343.
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

Berikut ini contoh struktur organisasi PD Kebersihan:


Berikut ini contoh struktur organisasi PD Kebersihan:

Walikota

Badan Pengawas

Direktur Utama

Satuan Peneliti Satuan Pengawas Internal

Direktur Teknik &


Direktur Umum Operasional

Bidang Sumber Bidang Bidang Bidang Bidang Teknik Bidang Bidang


Daya Manusia Keuangan Pengelolaan TPA Operasional
Perlengkapan Penagihan
& Tata Usaha

Seksi Seksi Pengaturan


Perencanaan & Pengendaian Seksi Kebersihan
Teknik TPA Kec A
Seksi Seksi Seksi Penagihan
Seksi
Perlengkapan Anggaran Rumah Tinggal &
Perencanaan &
Sosial Seksi Bengkel
Pengembangan Seksi Pengolahan Seksi Kebersihan
Peralatan sampah & Kec B
Pengumpulan Pemanfaatan
Seksi Tata Seksi Kas dan Pemindahan TPA
Usaha
Seksi Seksi Penagihan Seksi Kebersihan
Administrasi & Komersial & Non Kec C
Seksi Komersial Seksi Bengkel
Kesejahteraan
Seksi Kerumah Pembukuan Pengangkutan
Tanggaan dan Pembuangan Seksi Kebersihan
Kec. D

Seksi Seksi Penagihan


Penetapan Pasar &
Angkutan Umum

Gambar 16. Contoh Struktur Organisasai Perusahaan Daerah Kebersihan


Gambar 16. Contoh Struktur Organisasai Perusahaan Daerah Kebersihan

II.3.5 Kerjasama Daerah


Pemerintah Kab/Kota yang memiliki keterbatasan dalam melakukan pengelolaan sampah,
dapat bekerjasama dengan pemerintah daerah lainnya dan dengan swasta. kerja sama
didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik serta saling
menguntungkan.

a. Kerjasama Antar Pemerintah Daerah

Dasar pelaksanaan kerjasama daerah adalah pertimbangan efisiensi dan efektivitas pelayanan
32 Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

II. 3. 5 Kerjasama Daerah

Pemerintah Kab/Kota yang memiliki keterbatasan dalam melakukan


pengelolaan sampah, dapat bekerjasama dengan pemerintah daerah
lainnya dan dengan swasta. kerja sama didasarkan pada pertimbangan
efisiensi dan efektivitas pelayanan publik serta saling menguntungkan.

a. Kerjasama Antar Pemerintah Daerah

Dasar pelaksanaan kerjasama daerah adalah pertimbangan efisiensi dan


efektivitas pelayanan publik serta saling menguntungkan. Kerja sama
antar pemerintah daerah, pada UU 23/ 2014 dikategorikan menjadi:

a. Kerjasama Wajib, merupakan kerja sama antar-Daerah yang


berbatasan untuk penyelenggaraan Urusan Pemerintahan:
a) yang memiliki eksternalitas lintas Daerah; dan
b) penyediaan layanan publik yang lebih efisien jika dikelola
bersama.
b. Kerja sama sukarela dilaksanakan oleh Daerah yang berbatasan
atau tidak berbatasan untuk penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah namun dipandang lebih efektif
dan efisien jika dilaksanakan dengan bekerja sama

Sejalan dengan PP. 81/2012 yang menyebutkan bahwa: Pemerintah


Kabupaten/ Kota dapat bermitra dengan badan usaha atau masyarakat
dan/atau bekerjasama dengan pemerintah kabupaten/kota lain dalam
penyelenggaraan pengelolaan persampahan. Kerjasama & kemitraan
dapat dilakukan pada sebagian atau seluruh tahap pelayanan yang meliputi
tahap pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah. Bentuk
kerjasama antar daerah dapat dilakukan melalui kerjasama pengelolaan
TPA Regional, penjelasan lengkap terkait Kelembagaan Kerjasama
Pengelola TPA Regional dijelaskan pada buku tersendiri.
Konsep Panduan Praktis 33
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

b. Kerjasama Pemerintah Daerah Dengan Swasta

Pemerintah kabupaten/ kota yang memiliki keterbatasan didalam


melakukan pengelolaan sampah, antara lain keterbatasan dana untuk
pengelolaan sampah, keterbatasan ketersediaan peralatan dan sarana
fisik penanganan sampah serta keterbatasan sumber daya manusia yang
memadai untuk menangani pekerjaan persampahan dapat melakukan
kemitraan dengan pihak swasta dalam rangka menciptakan pelayanan
publik yang baik.

Perjanjian kerjasama daerah dengan pihak ketiga wajib memperhatikan


prinsip kerjasama dan objek kerjasama. Objek kerjasama daerah adalah
seluruh urusan pemerintahan yang telah menjadi kewenangan daerah
otonom, aset daerah dan potensi daerah serta penyediaan pelayanan
umum (PP No. 50 Tahun 2007 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama
Daerah).

Pemerintah daerah perlu mempertimbangkan beberapa hal dalam


pelaksanaan kerjasama dengan badan hukum/pihak ketiga, antara lain :

Suatu pelayanan publik tidak dapat disediakan oleh pemerintah daerah


karena pemerintah daerah terkendala dengan sumberdaya keuangan
daerah atau keahlian.

1. Pelibatan badan hukum diyakini dapat meningkatkan kualitas


pelayanan atau/dan mempercepat pembangunan daerah serta dapat
meningkatkan pendapatan asli daerah dibandingkan bila ditangani
sendiri oleh pemerintah daerah.
2. Ada dukungan dari pihak konsumen/pengguna pelayanan publik
tersebut atas keterlibatan badan hukum.
3. Keluaran dari pelayanan publik tersebut dapat terukur dan terhitung
tarifnya, sehingga biaya penyediaan pelayanan publik tersebut dapat
tertutupi dari pemasukan tarif.
34 Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

4. Ada badan hukum yang sudah mempunyai “track-record” baik


dalam bekerjasama dengan pemerintah daerah.
5. Ada peluang terjadinya kompetisi dari badan hukum yang lain.
6. Tidak ada peraturan yang melarang badan hukum untuk terlibat
dalam pelayanan publik tersebut.
Konsep Panduan Praktis 35
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

Bab III.
Tugas dan Fungsi

Tugas dan fungsi lembaga merupakan acuan dalam melaksanakan pekerjaan


yang menjadi tanggungjawabnya. Tugas dan fungsi lembaga pengelola
persampahan disusun dan ditetapkan berdasarkan kebutuhan dan
kondisi penanganan persamphan didaerah dengan mengacu pada
kewenangan daerah yang diatur dalam Undang-Undang No. 23/2014
tentang Pemerintah Daerah, yaitu: Pengembangan sistem dan pengelolaan
persampahan dalam Daerah kabupaten/kota. Berikut ini contoh tugas
dan fungsi regulator dan operator pengelola persampahan:

Tabel 3. Contoh Uraian Tugas dan Fungsi Regulator dan Operator

Regulator Operator

Tugas Melaksanakan urusan Melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/ atau


pemerintahan bidang kegiatan teknis penunjang di bidang pengelolaan
persampahan yang menjadi sampah
kewenangan pemerintah
daerah

Fungsi a. Perumusan kebijakan a. Pelaksana penyusun rencana kebutuhan


teknis dan perencanaan operasional pengelolaan sampah
strategis b. Pelaksana pelayanan dan jasa pengangkutan
b. Penyusunan NSPK sampah, serta pemrosesan akhir sampah
c. Penyelenggara urusan c. Pelaksana pemeliharaan sarana dan prasarana
pemerintahan dan pelayanan persampahan
pelayanan yang d. Pengawasan pemanfaatan sarana dan prasarana
meliputi: pembangunan, pelayanan persampahan
dan rehabilitasi e. Pelaksana pendataan & pelaporan hasil pelak-
d. Pembinaan, sanaan operasi dan pemeliharaan sarana dan
pengawasan, prasarana persampahan.
pemantauan, evaluasi, f. Pelaksana administrasi umum dan
dan pelaporan
kerumahtanggaan

Tugas dan fungsi pada contoh di atas dapat diuraikan lebih rinci
ke dalam suatu uraian pekerjaan (job description), selain itu pemerintah
36 Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

daerah dapat menambahkan tugas lain yang terkait, selama masih ada
dalam kewenangannya. Berikut ini contoh uraian pekerjaan pengelola
persampahan/ regulator. Uraian ini dapat disesuaikan dengan kondisi
masing-masing daerah.

Tabel 4. Contoh Uraian Pekerjaan Regulator/ Perangkat Daerah Pengelola Persampahan

Lingkup
Uraian Pekerjaan Regulator
Pekerjaan
Perumusan − Menyusun kebijakan teknis di bidang persampahan
kebijakan teknis − Melakukan penyusunan master plan, studi kelayakan, Detailed
dan perencanaan Engineering Design, AMDAL dan dokumen perencanaan lainnya
strategis − Melakukan penyusunan rencana program kerja & anggaran
− Memberikan masukan teknis dalam rangka penyusunan peraturan
daerah pendukung di bidang persampahan
− Melakukan penyusunan tata laksana organisasi
− Menyusun rancangan kerjasama antar daerah dan kerjasama
dengan pihak swasta

Penyusunan NSPK − Menyusun NSPK persampahan


− Menyusun SOP sarana & prasarana

Pembangunan dan − Melaksanakan pembangunan konstruksi prasarana dan sarana


Rehabilitasi fasilitas persampahan, seperti TPA, TPST, SPA dan TPS 3R
− Melakukan kerjasama dengan pihak swasta terkait pengembangan
prasarana dan sarana persampahan (*)
− Melakukan pengadaan alat berat & alat angkut sampah(*)
− Melakukan pengadaan & pemeliharaan tempat sampah umum

Operasi dan − Dilaksanakan operator


pemeliharaan
Konsep Panduan Praktis 37
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

Lingkup
Uraian Pekerjaan Regulator
Pekerjaan
Pembinaan dan − Mengkoordinasikan upaya penegakan hukum
Pengawasan − Melaksanakan koordinasi dalam rangka penyelenggaraan
pengelolaan persampahan
− Melaksanakan peningkatan kapasitas teknik dan manajemen
penyelenggara persampahan
− Melakukan kampanye, sosialisasi dan pemberdayaan pengurangan
& pemilahan sampah dari sumber
− Melakukan penyelenggaraan bantuan teknis pada kecamatan,
pemerintah desa serta kelompok masyarakat di wilayahnya

Pemantauan, − Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja operator


Evaluasi dan pengelola persampahan
Pelaporan − Melaksanakan pelaporan kepada pihak-pihak terkait mengenai
hasil pelaksanaan pekerjaan
− Melaporkan hasil capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang
persampahan di daerah

Keterangan : (*) fleksibel dilakukan oleh regulator/operator

Sedangkan untuk operator, berikut ini contoh uraian pekerjaan pada


penyelenggara layanan persampahan/ operator. Uraian ini dapat disesuaikan
dengan kondisi masing-masing daerah.
Tabel 5. Contoh Uraian Pekerjaan Operator/ Penyelenggara Layanan Persampahan

Lingkup Pekerjaan: Uraian Pekerjaan Operator


Pelaksana penyusun − Menyusun rencana program, kegiatan dan anggaran tahunan
rencana kebutuhan − Memberi masukan dan terlibat dalam penyusunan perencanaan
operasional master plan, DED, AMDAL dan dokumen perencanaan lainnya
pengelolaan sampah bersama regulator
− Menyusun rencana bisnis (bagi UPTD PPK BLUD/Perusahaan
Daerah)
− Melakukan perhitungan tarif retribusi sampah
38 Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

Lingkup Pekerjaan: Uraian Pekerjaan Operator


pelaksana pelayanan • Pengumpulan dan pengangkutan
dan jasa − Melakukan pengumpulan/ pengangkutan sampah
pengangkutan
sampah, serta − Melakukan kebersihan pada fasilitas umum
pemrosesan akhir − Mengoperasikan alat angkut dan alat berat
sampah − Melakukan pengadaan kebutuhan operasional alat angkut
dan alat berat
• TPST, SPA (disesuaikan dengan ketersediaan infrastruktur didaerah)
− Mengoperasikan Prasarana Sarana TPST, SPA
• TPS3R
− Membina kelompok masyarakat pengelola TPS 3R
• TPA
− Melaksanakan penimbangan dan pencatatan sampah yang
masuk ke TPA
− Melakukan pengadaan tanah penutup sel sampah
− Melaksanakan penutupan sampah secara rutin sesuai
SOP
− Melakukan pengaturan penempatan sampah di TPA
− pelaksanaan pengolahan leachate di TPA
− Melaksanakan pengendalian proses pengolahan di TPA
− Melaksanakan pengelolaan gas metan
• Meningkatkan kompetensi personil operator pemrosesan
sampah
pelaksana pemeliharaan − Melaksankan pemeliharaan alat angkut dan alat berat
sarana dan prasarana − Melakukan pemeliharaaan Prasarana Sarana TPST, SPA
pelayanan
− Melaksanakan pemeliharaan rutin sarana dan prasarana fasilitas
persampahan
TPA
pengawasan peman- − Melakukan pengendalian kegiatan pengoperasian & pemeliharaan
faatan sarana dan persampahan sesuai SOP
prasarana pelayanan − Melakukan pengawasan terhadap kegiatan operasional PS
persampahan persampahan
Konsep Panduan Praktis 39
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

Lingkup Pekerjaan: Uraian Pekerjaan Operator


pelaksana pendataan − Menyajikan data, informasi dan pelaporan
& pelaporan hasil
pelaksanaan operasi
dan pemeliharaan
sarana dan prasarana
persampahan

pelaksana − melakukan pengarsipan surat menyurat


administrasi umum − melakukan pengadministrasian keuangan dan
dan kerumahtanggaan kepegawaian
40 Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat
Konsep Panduan Praktis 41
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

Bab IV.
Tenaga Pengelola Persampahan

VI. 1 Kebutuhan SDM Pengelolaan Sampah


Untuk memastikan lembaga pengelola infrastruktur PLP bisa menjalankan
tugas-fungsinya dengan baik, diperlukan SDM yang kompetan dalam
pengelolaan persampahan. Kebutuhan personil pengelola persampahan
dapat diidentifikasi melalui pendekatan proses kegiatan dalam pengelolaan
persampahan, mulai dari pengumpulan sampah hingga pemrosesan
akhir.

Berikut ini personil yang diperlukan untuk menjalankan komponen-komponen


kegiatan pengelolaan persampahan.

Tabel 6. Contoh Kebutuhan Personil Terkait Komponen Kegiatan


Pengelolaan Sampah

No Komponen Kegiatan Kebutuhan Personil

A. • Penyusunan rencana program/ kegiatan & Anggaran Tenaga Perencana


• Penyusunan perencanaan teknis pengelolaan
persampahan

B. • Pelaksanaan administrasi surat menyurat Tenaga Administrasi


• Pelaksanaan administrasi kepegawaian
• Penyusunan laporan kegiatan & keuangan

C. • Sosialisasi/ kampanye pemilahan sampah, serta 3R Tenaga Penyuluhan


• Pendataan & pembinaan kegiatan pemilahan yang
berbasis masyarakat
42 Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

No Komponen Kegiatan Kebutuhan Personil

• Perencanaan & penyediaan kebutuhan sarana pewadahan Tenaga Pengumpulan


sampah di tempat umum sampah
• pemeliharaan sarana pewadahan sampah di tempat
umum
• Pembagian wilayah pelayanan pengumpulan &
penyediaan sarananya
• Perencanaan & Penyediaan alat pengumpul sampah
(gerobak, motor sampah)
• Penyusunan kebutuhan & pengawasan petugas
gerobak sampah & penyapu jalan, taman fasilitas
umum
• Koordinasi & pengawasan pengumpulan yang
dilakukan pengelola kawasan
• pemeliharaan alat pengumpul sampah (gerobak,
motor sampah)
• Penyusunan kebutuhan prasarana penampungan
sementara (TPS/ TPS 3R)
• Pemeliharaan prasarana penampungan sementara (TPS/
TPS 3R)
• Pengaturan & pengawasan kegiatan pemilahan/
pencacahan & pengomposan di TPS/ TPS 3R
• Pengaturan kendaraan angkut yang keluar & masuk di
TPS/ TPS 3R

D. • Penyusunan pola & rute pengangkutan sampah Tenaga Pengangkutan


• Pengaturan jadwal & kebutuhan sopir sampah
pengangkutan sampah
• Perencanaan & penyediaan kebutuhan alat angkut
• Perencanaan kerjasama dengan swasta
• Pemeliharaan kendaraan angkut
• Pengawasan operasional alat angkut
• Pembelian bahan bakar untuk kendaraan angkut

E. • Pencatatan sampah masuk SPA Tenaga Pengoperasian


• Pengaturan kendaraan pengumpul yang masuk SPA SPA
• Pengaturan kendaraan pengangkut besar yang keluar
SPA
• Proses reduksi volume sampah di SPA
• Pengawasan proses reduksi volume sampah di SPA
• Pengawasan lingkungan sekitar SPA
Konsep Panduan Praktis 43
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

No Komponen Kegiatan Kebutuhan Personil

F. • Pencatatan & Penimbangan sampah masuk Tenaga Pengoperasian


• Pengarahan pembongkaran sampah TPA
• Pemadatan sampah
• Pengurugan & penimbunan tanah penutup harian &
antara
• Pemadatan
• Penutupan tanah penutup
• Penyiapan tanah penutup
• Pemeriksanaan leachate influen & efluen
• Pengerukan/ penyedotan lumpur
• Pembuangan lumpur ke lanfill
• Pengumpulan dan penanganan gas methan
• Pemanfaatan gas methan
• Penerangan & suplai energi untuk sarana di TPA
• Monitoring sumur pemantauan
• Monitoring parameter pencemar

IV. 2 Jabatan Fungsional

Jabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung


jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan
organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian
dan/atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri (PP. 16 Tahun 1994
Tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil).

Penjelasan mengenai Kelompok Jabatan Fungsional, dapat juga dilihat


pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No.57 Tahun 2007 tentang Petunjuk
Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah. Dijelaskan bahwa:

a. Pada masing-masing Perangkat Daerah dapat ditetapkan Jabatan


Fungsional berdasarkan keahlian dan spesialisasi yang dibutuhkan
sesuai dengan prosedur ketentuan yang berlaku.
44 Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

b. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian


tugas Pemerintah Daerah sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.
c. Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional
yang diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
d. Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh seorang tenaga
fungsional senior yang ditunjuk.
e. Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan dan
beban kerja.
f. Jenis dan jenjang jabatan fungsional di atas diatur berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
g. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
h. Satuan kerja perangkat daerah yang dapat didukung oleh kelompok
jabatan fungsional, selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah organisasi
perangkat daerah ditetapkan dalam peraturan daerah berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 dilakukan penyerasian
dan penyesuaian sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pada struktur organisasi Dinas dan UPTD pengelolaan persampahan,


jabatan fungsional yang diperlukan meliputi jabatan fungsional tertentu,
misalnya Teknik Penyehatan Lingkungan yang merupakan pejabat yang
berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional penyelenggara
pengelolaan air minum, air limbah, sampah dan drainase. Selain itu,
jabatan fungsional umum misalnya pengadministrasi TPA, analis
lingkungan hidup, Teknisi Mesin dan peralatan, pengelola sampah,
pengelola TPA, operator mesin, teknisi keciptakaryaan dan lainnya
yang akan mendukung tugas operasional sistem pengelolaan persampahan.
Konsep Panduan Praktis 45
PenataanPEKERJAAN
KEMENTERIAN Kelembagaan Sistem
UMUM Pengelolaan Persampahan
& PERUMAHAN RAKYAT

Bab V.
Bab V.
Tahapan Penataan Kelembagaan
Tahapan PenataanPersampahan
Kelembagaan
Persampahan Di Daerah
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai langkah-langkah terkait :
Pada •
bagian ini akan dijelaskan
Penyempurnaan mengenai
Tugas langkah-langkah terkait :
dan Fungsi;
• • Pembentukan
Penyempurnaan UPTD.
Tugas dan Fungsi;
• Pembentukan UPTD.

V. 1 Penentuan Kebutuhan Penataan Kelembagaan


Pengelola Sub Urusan Persampahan
V.1 Penentuan Kebutuhan Penataan Kelembagaan Pengelola Sub
Urusan Persampahan
Langkah penentuan kebutuhan penataan kelembagaan pengelola sub
urusan Persampahan dapat dimulai dengan mengidentifikasi Satuan
Langkah penentuan kebutuhan penataan kelembagaan pengelola sub urusan Persampahan
dapatKerja
dimulaiPerangkat Daerah (SKPD)
dengan mengidentifikasi Satuanyang memilikiDaerah
Kerja Perangkat kewenangan dalam
(SKPD) yang memiliki
urusan dalam
kewenangan persampahan. Langkah penataan
urusan persampahan. kelembagaan
Langkah penataan digambarkan
kelembagaan digambarkan
seperti berikutberikut
seperti ini: ini:

Tidak Ya
SKPD yang saat ini Apakah Prasarana Sarana
melaksanakan terbilang kompleks dalam
pengelolaan Sampah pengelolaannya*)?

Apakah lingkup tugas


fungsi SKPD sudah Chek Prasarana Perlu melakukan
memuat tugas fungsi Sarana persampahan pemisahan Regulator
pengelolaan yang dikelola & Operator
persampahan? Ya

Tidak

Sudah Peningkatan UPTD:


Belum
Penyempurnaan Pembentukan Apakahr sudah • UPTD PPK-BLUD
tugas dan fungsi UPTD memiliki UPTD ? • BUMD
SKPD

*) TPA, TPST berbasisi institusi, prasarana waste to Energy (WTE)

Gambar 17. Langkah Penataan Kelembagaan Pengelola Sub Urusan Persampahan


Gambar 17. Langkah Penataan Kelembagaan Pengelola Sub Urusan Persampahan

Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan 35 | H a l a m a n


46 Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

Berikut penjelasan dari langkah pada gambar 17:

a. Identifikasi kewenangan SKPD melalui uraian tugas dan fungsinya,.


SKPD yang memiliki kewenangan dalam urusan persampahan seharusnya
tugas dan fungsi spesifik menyebutkan terkait pengelolaan persampahan
(lingkup tugas dan fungsi yang dapat dikategorikan terkait
pengelolaan persampahan dapat dilihat pada bagian II.4).
b. Pada SKPD yang uraian tugas fungsinya belum spesifik menyebutkan
pengelolaan persampahan, perlu dilakukan penataan kelembagaan
dalam bentuk penyempurnaan tugas dan fungsi baik pada perangkat
daerahnya maupun uraian tugas pada unit kerja perangkat daerahnya.
c. Pemerintah daerah yang memiliki prasarana dan sarana pengelolaan
persampahan yang kompleks (misalnya: TPA, TPST berbasis institusi,
prasarana waste to Energy /WTE ) dan belum dikelola oleh unit kerja
tersendiri, perlu melakukan pemisahan operator dan regulator.
d. Pilihan operator persampahan & pertimbangannya:
• UPTD, bila operasional layanan diperkirakan belum mampu
menghasilkan keuntungan.
• BUMD, bila tingkat pendapatan dari retribusi layanan persampahan
diperkirakan dapat melebihi kebutuhan biaya operasional sehingga
mampu menghasilkan keuntungan.
e. Untuk daerah yang telah memiliki UPTD, dan menginginkan fleksibilitas
pengelolaan keuangan dalam pelaksanaan pelayanannya, maka UPTD
dapat ditingkatkan menjadi UPTD yang menerapkan pola pengelolaan
keuangan badan layanan umum daerah (PPK-BLUD).
Konsep Panduan Praktis 47
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

V. 2 Penyempurnaan Tugas Fungsi dan Pembentukan


Unit Pelaksana Teknis Dinas
V. 2. 1 Penyempurnaan Tugas dan Fungsi
Perangkat daerah dikatakan memiliki kewenangan dalam sub urusan
persampahan apabila tugas dan fungsinya secara spesifik menjelaskan
atau menguraikan kegiatan pengelolaan persampahan (uraian tugas dan
fungsi dapat dilihat pada bagian II.4). Tugas pokok dan fungsi perangkat
daerah harus diuraikan lalu dibagi habis ke dalam uraian tugas struktur
organisasi perangkat daerah tersebut.

Untuk menyempurnakan tugas dan fungsi, berikut langkah yang dapat


dilakukan:

a. Kumpulkan peraturan daerah dan peraturan bupati/walikota


pembentukan perangkat daerah
b. Periksa pada uraian tugas fungsi dan struktur organisasinya
c. Tuangkan seluruh tugas dan fungsi ke dalam tabel (Regulator dan
Operator), lalu lakukan penyempurnaan pada uraian tugas yang perlu
disempurnakan
Langkah penyempurnaan tugas dan fungsi dapat digambarkan sebagai
berikut:
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM & PERUMAHAN RAKYAT

48 Kementerian Pekerjaan Umum


dan Perumahan Rakyat
Langkah penyempurnaan tugas dan fungsi dapat digambarkan sebagai berikut:

a
Perda Organisasi & Tata
Kerja Perangkat Daerah b
Periksa uraian tugas pada
strukturnya (“Bidang/ Seksi”) pada
Dinas, “Ka. UPTD & Ka. Tata
Tugas Pokok & Usaha” pada UPTD
Fungsi, serta Struktur
Organisasi
Peraturan Bupati/ Walikota
Tentang Tugas Pokok Dan
Fungsi Serta Uraian Tugas
Apakahlingkup
Apakah lingkup tugas
tugasfungsi
fungsitelah
telah
Dinas Daerah
mencakup
mencakup aktivitas pengembangan
aktivitas pengembanganSistem
Tugas & Fungsi, serta & pengelolaan sampah?
Sistem & pengelolaan sampah?
Uraian Tugas Struktur
Dinas
Peraturan Bupati/ Walikota
Contoh tugas dan fungsi yang disebut
Tentang Organisasi & Tata mencakup aktivitas pengembangan
Kerja UPTD TPA sistem dan pengelolaan sampah dapat
dilihat pada Bab III.
Tugas & Fungsi, serta
Uraian Tugas Struktur
UPTD

Cc

Tabel Tugas
Tabel TugasFungsi Regulator
Fungsi Regulator Penyempurnaan
Penyempurnaan *) *)
Dinas ............................... Tugas :
Dinas
(isi dengan nama dinas yang
...................... Tugas :
menangani persampahan)
(isi dengan nama dinas Fungsi :

yang
Kepala menangani
Dinas persam- Uraian Tugas :
pahan)
Bidang ............................. Tugas :
(isi “bidang” yang menangani Fungsi :
persampahan)
Kepala Dinas Uraian
Fungsi : :
Tugas
Kepala Bidang Uraian Tugas :
Bidang .............................
(yang menangani persampahan) Tugas :
Seksi ................................ Tugas :
(isi “bidang”
(isi “seksi” yang yang
menangani menan-
persampahan)
gani persampahan)
Kepala Seksi Uraian Tugas :
(yang menangani persampahan)
*) isi bila perlu disempurnakan
Fungsi :
Kepala Bidang Uraian :
(yang menangani Tugas
persampahan)
Seksi ................................ Tugas :

(isi “seksi” yang menangani


Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan 37 | H a l a m a n
persampahan)

Kepala Seksi Uraian :


(yang menangani Tugas
persampahan)
*) isi bila perlu disempurnakan
Konsep Panduan Praktis 49
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

Tabel Tugas Fungsi Operator Penyempurnaan *)


UPTD ............................... Tugas :
(isi dengan nama UPTD yang
menangani persampahan)
Fungsi :

Kepala UPTD Tugas :

Fungsi :

Kepala Subbag Tata Usaha Tugas :


(yang menangani
persampahan)
Fungsi :

*) isi bila perlu disempurnakan


Gambar 18. Langkah Penyempurnaan Uraian Tugas

V. 2. 2 Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Dinas

Pembentukan Perangkat Daerah (Dinas) ditetapkan dalam Peraturan


Daerah, yang memuat nama atau nomenklatur, tugas pokok dan susunan
organisasi masing-masing satuan kerja perangkat daerah. Peraturan Daerah
(Perda) tentang pembentukan perangkat daerah secara prinsip dituangkan
dalam 1 (satu) Perda, yaitu: Peraturan Daerah tentang Pembentukan
dan Susunan Perangkat Daerah. Sedangkan uraian tugas satuan kerja
perangkat daerah dituangkan dalam Peraturan Walikota/ Bupati tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Perincian Tugas Dan Fungsi, Serta
Tata Kerja Perangkat Daerah.

Operator/ penyelenggara layanan yang berbentuk UPTD, pembentukannya


ditetapkan melalui Peraturan Walikota/ Bupati tentang Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas. Berikut ini tahapan/
proses penetapan pembentukan UPTD melalui Peraturan Walikota/ Bupati:
50 Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan
KEMENTERIAN Rakyat UMUM & PERUMAHAN RAKYAT
PEKERJAAN

Gambar 19. Proses Penetapan Pembentukan UPTD Melalui Peraturan Walikota/ Bupati
Gambar 19. Proses Penetapan Pembentukan UPTD Melalui Peraturan Walikota/ Bupati

40 | H a l a m a n Konsep Panduan Praktis Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan


Konsep Panduan Praktis 51
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

Lampiran
52 Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

Contoh Peraturan Kepala Daerah Tentang Pembentukan UPTD

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA


SALINAN

PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA


NOMOR 33 TAHUN 2013

TENTANG

ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS TEMPAT


PEMPROSESAN AKHIR SAMPAH PADA DINAS KEBERSIHAN DAN
PERTAMANAN KOTA SAMARINDA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut pelaksanaan Pasal 75 dan


85 Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 11 Tahun
2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah
Kota Samarinda sebagaimana diubah dengan
Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 09 Tahun
2011 dalam menunjang kelancaran penyelenggaraan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
Pemerintah Daerah yang dilaksanakan oleh Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Samarinda dibidang
pemprosesan sampah perlu dilakukan secara terencana
dan terstruktur sehingga pengelolaan sampah di Kota
Samarinda dapat berlangsung dengan baik, perlu
membentuk Unit Pelaksana Teknis Dinas Tempat
Pemprosesan Akhir Sampah;

b. berdasarkan pertimbangan huruf a, perlu ditetapkan


Peraturan Walikota Samarinda tentang Organisasi dan
Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Tempat
Pemprosesan Akhir Sampah pada Dinas Kebersihan
dan Pertamanan
Konsep Panduan Praktis 53
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1957 tentang


Penetapan Undang Undang Darurat Nomor 3 Tahun
1953 tentang Pembentukan Dati II di Kalimantan
sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 1959 Nomor 72; Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia nomor
1820);
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang
Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55;
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 169; Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3890)
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125; Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia nomor
4437) sebagaimana telah diubah kedua kali
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59; Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 69; Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4851);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang
Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 15;
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4263);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005
tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
165; Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4593);
54 Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007


tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Daerah
Provinsi, Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 82; Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4737);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007
tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89;
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4741);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
(Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 127);
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun
2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi
Perangkat Daerah;
11. Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 06 Tahun
2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi
Kewenangan Pemerintahan Daerah Kota Samarinda
Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah (LD Tahun
2008 Nomor 014 Seri E Nomor 04);
12. Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 11
Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Dinas Daerah Kota Samarinda (LD Tahun 2008
Nomor 11) sebagaimana diubah dengan Peraturan
Daerah Kota Samarinda Nomor 09 Tahun 2011
(LD Tahun 2011 Nomor 09);
13. Peraturan Daerah Kota Samarinda Nomor 2
Tahun 2011 tentang Pengelola Sampah;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG ORGANISASI


DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS
DINAS TEMPAT PEMPROSESAN AKHIR SAMPAH
PADA DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN
KOTA SAMARINDA.
Konsep Panduan Praktis 55
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kota Samarinda.
2. Walikota adalah Walikota Samarinda.
3. Dinas adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Samarinda.
4. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Samarinda.
5. Unit Pelaksana Teknis Dinas selanjutnya dapat disingkat UPTD adalah UPTD
Tempat Pemprosesan Akhir Sampah pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Samarinda.
6. Eselon adalah tingkatan jabatan struktural.

BAB II
PEMBENTUKAN
Pasal 2
(1). Dengan Peraturan Walikota ini dibentuk UPTD Tempat Pemprosesan Akhir Sampah
Kota Samarinda.
(2). UPTD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan UPTD pada Dinas
Kebersihan dan Pertamanan Kota Samarinda.

BAB III
KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI
Bagian Kesatu
Kedudukan
Pasal 3
(1). UPTD merupakan unsur pelaksana teknis Dinas di bidang pemprosesan akhir sampah.
(2). UPTD dipimpin oleh seorang Kepala UPTD yang berkedudukan dibawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas melalui Sekretaris Dinas dan/atau Kepala
Bidang terkait pada lingkup Dinas secara berjenjang.
56 Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

Bagian Kedua Tugas


Pasal 4
UPTD mempunyai tugas melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau
kegiatan teknis penunjang di bidang pengelolaan tempat pemprosesan akhir sampah.

Bagian Ketiga Fungsi


Pasal 5
Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud Pasal 4 diatas, UPTD
mempunyai fungsi :
a. Penyusunan rencana teknis operasional tempat pemprosesan akhir sampah;
b. Pelaksanaan kebijakan teknis operasional tempat pemprosesan akhir sampah;
c. Penyelenggaraan urusan ketatausahaan;
d. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas;
e. Pembinaan kelompok jabatan fungsional;
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas
dan fungsinya.

Bagian Keempat
Susunan Organisasi
Pasal 6
(1). Susunan Organisasi UPTD, terdiri atas :
1. Kepala UPTD;
2. Sub Bagian Tata Usaha; dan
3. Kelompok Jabatan Fungsional.
(2). Sub Bagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipimpin oleh seorang
Kepala Sub Bagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
UPTD.
(3). Bagan Susunan Organisasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.
Konsep Panduan Praktis 57
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

BAB IV
PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Bagian Kesatu
Kepala UPTD
Pasal 7
Kepala UPTD yang merupakan unsur pimpinan yang mempunyai tugas membantu
Kepala Dinas dalam memimpin, membina tugas bawahan dan mengkoordinasikan,
mengawasi dan mengendalikan serta mengevaluasi kegiatan pelaksanaan penyusunan dan
perumusan perencanaan kebijakan teknis operasional dan atau teknis penunjang kegiatan
program pemberian pelayanan umum dan teknis pembinaan pengawasan dan pengendalian
pengelolaan dan penanganan pengembangan Tempat Pemprosesan Ahkir (TPA) Sampah,
memberikan pelayanan prima kepada pihak pelaku usaha dan masyarakat dalam
pengelolaan sampah dan sekaligus melaksanakan urusan kesekretariatan UPTD dan
pelayanan umum dan teknis lainnya yang diarahkan Kepala Dinas dan Kepala Bidang
terkait dan searah dengan kebijakan umum daerah.

Pasal 8

Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud Pasal 7 di atas, Kepala UPTD


mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan penyusunan dan perumusan kebijakan teknis kegiatan program kerja
UPTD dan kegiatan ketatausahaan
b. Penyusunan pedoman dan petunjuk teknis serta pemberian arahan dan pembagian
tugas bawahan baik pejabat struktural maupun pegawai fungsional selaku
pengadministrasi dan/atau selaku petugas operasional umum dan teknis UPTD sesuai
bidang tugas dan fungsinya;
c. Pelaksanaan pemeliharaan sarana dan prasarana TPA Sampah dan pengelolaan
limbah leacheat, IPLT, 3R dan gas methane;
d. Pengkoordinasian pelaksanaan pemprosesan akhir sampah pengelolaan limbah
leacheat, IPLT, 3R dan gas methane;
e. Pelaksanaan pengendalian pencemaran lingkungan (air, udara dan tanah) atas
kegiatan pemprosesan akhir sampah;
58 Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

f. Pelaksanaan koordinasi, sinkronisasi dan harmonisasi baik dengan unsur dinas maupun
instansi terkait dalam mengaktualisasikan rencana kegiatan program UPTD untuk
memberikan pelayanan umum baik urusan kesekretariatan UPTD;
g. Pengidentifikasian permasalahan yang timbul berkenaan dengan kegiatan
pengelolaan tempat pemprosesan akhir sampah serta mengumpulkan alternatif
pemecahannya sekaligus pemberian saran dan pendapat kepada Kepala Dinas atas
langkah yang diambil dalam mendukung kelancaran pelaksanaan tugas kedinasan;
h. Pengkoordinasian pelaksanaan sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) secara
berjenjang, pembinaan dan pengendalian serta bimbingan tugas-tugas teknis dan non
teknis aparatur UPTD dalam pemberian pelayanan umum dan teknis sesuai ketentuan
peraturan perundang- undangan yang berlaku; dan
i. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi serta pelaporan atas pelaksanaan tugas secara
berkala untuk dijadikan bahan kajian pimpinan dan hasil kinerja Dinas sekaligus
pelaksanaan tugas lainn yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai tugas dan
fungsinya.
Bagian Kedua
Sub Bagian Tata Usaha
Pasal 9
Kepala Sub Bagian Tata Usaha unsur pembantu dan pelayanan administratif mempunyai
tugas memimpin, membina dan mengkoordinasikan perumusan kebijakan penyusunan
rencana pengembangan teknis operasional/penunjang dan teknis ketatausahaan meliputi
urusan surat menyurat, kearsipan, rumah tangga, kepegawaian, perlengkapan dan
aset, penganggaran dan akuntansi serta pengelolaan penggunaan anggaran keuangan,
kehumasan dan perencanaan program kegiatan UPTD, evaluasi dan pelaporan serta
kegiatan umum lainnya baik keluar maupun kedalam lingkup UPTD yang diarahkan
Kepala UPTD sesuai kebijakan Kepala Dinas.

Pasal 10
Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud Pasal 9 di atas, Kepala Sub
Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan pengkoordinasian perumusan perencanaan program kegiatan
ketatausahaan dan pengkoordinasian peraturan perundang-undangan dengan petugas
operasional lingkup tugas kewenangan UPTD;
Konsep Panduan Praktis 59
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

b. Pelaksanaan pengkoordinasian pemberian pelayanan administrasi umum kepada


semua unsur lingkup UPTD maupun dengan instansi terkait serta melakukan
pengawasan dan pemeriksaan tertib administratif;
c. Pelaksanaan penyusunan anggaran dan pengelolaan anggaran, perlengkapan,
kepegawaian, surat menyurat, kearsipan, kerumahtanggaan dan kehumasan UPTD
serta pelaksanaan pengawasan dan pemeriksaan tertib administrasi umum UPTD;
d. Pelaksanaan penyusunan pedoman dan petunjuk teknis ketatausahaan
dan teknis operasional serta teknis penunjang dengan prinsip koordinasi, integrasi,
sinkronisasi dan simplikasi antar unsur lingkup UPTD maupun dengan instansi
terkait, melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan hasil kegiatan;
e. Pelaksanaan penerapan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah secara
berjenjang, serta melakukan tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPTD sesuai
tugas dan fungsinya.
f. Melaksanaankan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas
dan fungsinya.

BAB V
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
Pasal 11
(1). Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas jabatan fungsional tertentu dan jabatan
fungsional umum

(2). Jabatan fungsional tertentu sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini adalah jabatan
yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya memiliki butir-butir capaian angka
kredit sesuai dengan jenis dan jenjang jabatan fungsional berdasarkan keahlian
dan keterampilan yang dimiliki.

(3). Jabatan fungsional umum sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini adalah jabatan
yang dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya tidak memiliki angka kredit
sesuai bidang teknis dan/atau administrasi berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
60 Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

Pasal 12
(1). Jabatan fungsional tertentu, dalam menyelenggarakan tugas dan fungsinya secara
administratif berkedudukan langsung dibawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala UPTD melalui Kepala Sub Bagian Tata Usaha.
(2). Setiap kelompok jabatan fungsional tertentu dikoordinir oleh seorang tenaga
fungsional tertentu senior ditunjuk oleh Kepala UPTD atas usul sejumlah pemangku
jabatan fungsional tertentu.
(3). Jumlah jabatan fungsional tertentu dan jabatan fungsional umum ditentukan
berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja.
(4). Jabatan fungsional umum, dalam menyelenggarakan tugas dan fungsinya secara
teknis dan administratif bertanggung jawab langsung kepada jabatan struktural
eselon terendah UPTD.
(5). Jenis dan jenang jabatan fungsional tertentu diatur sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VI
TATA KERJA
Pasal 13
(1). Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Kepala UPTD dan Sub Bagian Tata
Usaha dan kelompok jabatan fungsional menerapkan prinsip koordinasi, integrasi,
sinkronisasi dan implikasi baik dalam lingkungan kerja masing-masing maupun
antar satuan organisasi sesuai dengan tugas dan fungsinya.
(2). Setiap pimpinan satuan organisasi wajib melaksanakan sistem pengendalian intern
secara berjenjang, bila terjadi penyimpangan agar mengambil langkah-langkah yang
diperlukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
(3). Setiap pimpinan satuan organisasi wajib bertanggung jawab memimpin,
mengkoordinasikan dan memberikan pembinaan dan pengawasan serta petunjuk
bagi pelaksanaan tugas bawahannya termasuk Kelompok Jabatan Fungsional yang
terkait dengan bidang tugas masing-masing.
(4). Setiap pimpinan satuan organisasi wajib menandatangani dan melaksanakan
kontrak kinerja dan mematuhi petunjuk serta bertanggung jawab kepada atasan
masing-masing serta menyampaikan laporan secara berkala tepat pada waktunya.
Konsep Panduan Praktis 61
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

(5). Setiap pejabat fungsional tertentu dan/atau pejabat fungsional umum wajib menan-
datangani dan melaksanakan kontrak kinerja, mengikuti dan mematuhi petunjuk
serta menyampaikan laporan kinerja secara periodik dan bertanggung jawab kepada
atasannya masing-masing secara berjenjang.
(6). Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan satuan organisasi dari bawahannya diolah
dan dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan lebih lanjut kepada Kepala
Dinas melalui Sekretaris Dinas.
(7). Dalam menyampaikan laporan, tembusan disampaikan pula kepada satuan
organisasi secara fungsional yang erat hubungannya dengan bidang tugas.

Pasal 14
Untuk membantu tugas Kepala UPTD dan Kepala Sub Bagian Tata Usaha dapat dibentuk
Sub Unit dengan Keputusan Kepala Dinas.

BAB VII
KEPEGAWAIAN
Pasal 15
Kepala UPTD dan Kepala Sub Bagian Tata Usaha diangkat dan diberhentikan oleh Walikota
sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku.

BAB VIII
ESELONERING
Pasal 16
(1) Kepala UPTD adalah Jabatan Eselon IV.a.
(2) Kepala Sub Bagian Tata Usaha adalah Jabatan Eselon IV.b.

BAB IX
PEMBIAYAAN
Pasal 17
Segala biaya yang diperlukan akibat ditetapkannya Peraturan Walikota ini dibebankan
pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Samarinda.
62 Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 18
Ketentuan lebih lanjut mengenai uraian tugas serta hal-hal lain yang belum diatur dalam
Peraturan Walikota ini, akan diatur dan ditetapkan tersendiri oleh Kepala Dinas yang
difasilitasi oleh Kepala UPTD sesuai analisis jabatan dan analisis beban kerja.

BAB XI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 19
(1). UPTD dapat ditinjau ulang apabila :
a. Tidak atau kurang dibutuhkan lagi dalam pelaksanaan tugas pelayanan
masyarakat;
b. Tidak atau kurang diperlukan bagi efektifitas tugas operasional Dinas
Perikanan dan Peternakan;
c. Menjadi tidak atau kurang bermanfaat sebagaimana dimaksud huruf a dan
huruf b diatas, dalam arti bilamana perbandingan kemanfaatannya dibanding
dengan biaya yang dikeluarkan untuk biaya operasional lebeh besar,
maka UPTD ini oleh kepala Daerah dapat dilakukan perampingan dengan
cara :

1. Penghapusan atau;
2. Perubahan status dari UPTD menjadi satuan tugas atau;
3. Penggabungan dengan UPTD atau unit kerja lain.
(2). Apabila UPTD tersebut terkena perampingan, maka semua jabatan struktural yang
ada menjadi gugur, oleh karenanya para Pejabat Struktural diberhentikan dari jabatan
strukturalnya oleh Kepala Daerah.
(3). Dengan ditetapkannya Peraturan ini, maka segala bentuk instruksi ataupun petun-
juk yang ada dan ketentuan yang mengatur materi yang sama dengan Peraturan ini
dinyatakan tidak berlaku lagi.
(4). Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Walikota ini sepanjang mengenai
teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas.
Konsep Panduan Praktis 63
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 20

Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Kota Samarinda

Ditetapkan di Samarinda pada


tanggal 7 Oktober 2013
WALIKOTA SAMARINDA,
ttd
H. SYAHARIE JA’ANG

Diundangkan di Samarinda pada tanggal 7 Oktober 2013

SEKRETARIS DAERAH KOTA SAMARINDA,

ttd

H. ZULFAKAR NOOR

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2013 NOMOR 33

Salinan sesuai dengan aslinya


Sekretariat Daerah
Kota Samarinda Kepala Bagian Hukum
ttd

SUPARMI, SH, MH.


Nip. 196905121989032009
64 Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

Lampiran : Peraturan Walikota


Nomor :
Tanggal
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM :
& PERUMAHAN RAKYAT

Lampiran : Peraturan Walikota


SUSUNAN ORGANISASI UNIT PELAKSANA
NomorTEKNIS
: DINAS
Tanggal:
TEMPAT PEMPROSESAN AKHIR SAMPAH
PADA DINAS DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN
SUSUNAN ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS
KOTA SAMARINDA
TEMPAT PEMPROSESAN AKHIR SAMPAH
PADA DINAS DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA SAMARINDA

KEPALA
UPTD

KEPALA SUBBAGIAN
TATA USAHA

JABATAN
FUNGSIONAL

WALIKOTA SAMARINDA,
ttd
H. SYAHARIE JA’ANG
WALIKOTA SAMARINDA,

ttd

H. SYAHARIE JA’ANG
Konsep Panduan Praktis 65
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

PERATURAN WALIKOTA SURABAYA


NOMOR 84 TAHUN 2012
TENTANG
ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENGELOLAAN
KOMPOS PADA DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN
KOTA SURABAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


WALIKOTA SURABAYA,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surabaya


Nomor 8 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat
Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Daerah Kota Surabaya Nomor 12 Tahun 2009, telah
ditetapkan pembentukan, susunan organisasi,
kedudukan, tugas dan fungsi Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Surabaya;

b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 58 ayat (1)


Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 8 Tahun 2008
tentang Organisasi Perangkat Daerah sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor
12 Tahun 2009, disebutkan bahwa pada Dinas dapat
dibentuk Unit Pelaksana Teknis Dinas sesuai kebutuhan
penyelenggaraan pemerintahan daerah, sehingga untuk
melaksanakan sebagian tugas Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Surabaya di bidang pengelolaan kompos,
perlu membentuk Unit Pelaksana Teknis Dinas Pengelolaan
Kompos pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Surabaya;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Walikota tentang Organisasi Unit Pelaksana Teknis
Dinas Pengelolaan Kompos pada Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Surabaya.
66 Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang


Pembentukan Daerah Kota Besar dalam Lingkungan
Propinsi Jawa Timur/Jawa Tengah/Jawa Barat dan
Daerah Istimewa Yogyakarta sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965
(Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 19 Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2730);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-


pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun
1974 Nomor 55 Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 169 Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3890);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 125 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah kedua kali dengan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara
Tahun 2008 Nomor 59 Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4844);

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Tahun 2011 Nomor 82 Tambahan Lembaran
Negara Nomor 5234);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang


Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005
Nomor 165 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang


Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun
2007 Nomor 89 Tambahan Lembaran Negara Nomor
4741);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang


Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun
2007 Nomor 89 Tambahan Lembaran Negara Nomor
4741);.
Konsep Panduan Praktis 67
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun


2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi
Perangkat Daerah sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 56 Tahun 2010
(Berita Negara Tahun 2010 Nomor 537);

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun


2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah
(Berita Negara Tahun 2011 Nomor 694);

10. Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 8 Tahun 2008


tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah
Kota Surabaya Tahun 2008 Nomor 8 Tambahan Lembaran
Daerah Kota Surabaya Nomor 8) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Daerah Kota Surabaya
Nomor 12 Tahun 2009 (Lembaran Daerah Kota
Surabaya Tahun 2009 Nomor 12 Tambahan Lembaran
Daerah Kota Surabaya Nomor 12)

11. Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 11 Tahun


2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi
Kewenangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Surabaya
Tahun 2008 Nomor 11 Tambahan Lembaran Daerah
Kota Surabaya Nomor 11);

12. Peraturan Walikota Surabaya Nomor 42 Tahun 2011


tentang Rincian Tugas dan Fungsi Dinas Kota
Surabaya (Berita Daerah Kota Surabaya Tahun 2011
Nomor 67) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Walikota Surabaya Nomor 26 Tahun 2012 (Berita
Daerah Kota Surabaya Tahun 2012 Nomor 27)

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG ORGANISASI


UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENGELOLAAN
KOMPOS PADA DINAS KEBERSIHAN DAN
PERTAMANAN KOTA SURABAYA
68 Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan W alikota ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kota Surabaya.
2. Dinas adalah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya.
3. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya.
4. Unit Pelaksana Teknis Dinas yang selanjutnya dapat disingkat UPTD adalah
Unit Pelaksana Teknis Dinas Pengelolaan Kompos pada Dinas Kebersihan
dan Pertamanan Kota Surabaya.
5. Kepala UPTD adalah Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Pengelolaan Kompos
pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya.
6. Sub Bagian Tata Usaha adalah Sub Bagian Tata Usaha Unit Pelaksana Teknis Dinas
Pengelolaan Kompos pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya

BAB II
PEMBENTUKAN
Pasal 2
Dengan Peraturan Walikota ini dibentuk Unit Pelaksana Teknis Dinas Pengelolaan
Kompos pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya.

BAB III
KEDUDUKAN
Pasal 3
(1) UPTD merupakan unsur pelaksana teknis operasional Dinas di lapangan.
(2) UPTD dipimpin oleh seorang Kepala UPTD yang dalam melaksanakan tugas berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.
Konsep Panduan Praktis 69
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

BAB IV
SUSUNAN ORGANISASI
Pasal 4
(1) Susunan Organisasi UPTD terdiri dari :
a. UPTD;
b. Sub Bagian Tata Usaha;
(2) Bagan Susunan Organisasi UPTD dimaksud pada ayat (1), tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.

BAB V
TUGAS DAN FUNGSI
Bagian Kesatu
UPTD
Pasal 5
UPTD mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas di bidang pengelolaan
kompos
Pasal 6
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, UPTD mempunyai
fungsi :
a. pelaksanaan penyusunan rencana program.
b. pelaksanaan penerimaan dan pencatatan sampah;
c. pelaksanaan pemilahan, pencacahan dan pengayakan sampah;
d. pelaksanaan pengkomposan;
e. pelaksanaan distribusi kompos;
f. pelaksanaan penerimaan dan fasilitasi kunjungan;
g. pelaksanaan pembinaan dan pemantauan pengelolaan sampah di masyarakat;
h. pelaksanaan pengelolaan sampah di TPST (Tempat Pengolah Sampah Terpadu);
i. pelaksanaan ketatausahaan UPTD;
j. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas;
k. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
tugas dan fungsinya.
70 Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

Bagian Kedua
Sub Bagian Tata Usaha
Pasal 7
Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas :
a. menyusun perencanaan dan kegiatan UPTD;
b. melaksanakan urusan keuangan, rumah tangga, perlengkapan dan peralatan serta
kebersihan kantor;
c. melaksanakan administrasi kepegawaian;
d. melaksanakan pembinaan kelembagaan dan ketatalaksanaan;
e. melaksanakan ketatausahaan UPTD;
f. melaksanakan koordinasi penyusunan laporan;
g. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala UPTD sesuai dengan
tugas dan fungsinya

BAB VI
TATA KERJA
Pasal 8
(1) Kepala Dinas berwenang melakukan pengaturan dan pembagian tugas staf
UPTD sesuai kebutuhan.
(2) Kepala UPTD berkewajiban memimpin dan mengkoordinasikan seluruh kegiatan
aparat pelaksana dan staf UPTD.
(3) Sub Bagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian Tata Usaha
yang dalam melaksanakan tugas berada di bawah dan bertanggungjawab kepada
Kepala UPTD.

Pasal 9
(1) Kepala UPTD berkewajiban melaksanakan prinsip-prinsip koordinasi, integrasi,
sinkronisasi dan simplifikasi baik dalam lingkungan UPTD maupun dengan
instansi lain yang terkait.
(2) Kepala Sub Bagian Tata Usaha berkewajiban melaksanakan prinsip-prinsip
koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi sesuai dengan bidang tugasnya.
(3) Kepala UPTD dan Kepala Sub Bagian Tata Usaha masing-masing bertanggungjawab
memberikan bimbingan atau pembinaan kepada bawahannya serta melaporkan
hasil- hasil pelaksanaan tugas menurut jenjang jabatannya masing-masing.
Konsep Panduan Praktis 71
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

(4) Jabatan Kepala UPTD tidak boleh dirangkap dan apabila Kepala UPTD berhalangan
di dalam menjalankan tugasnya, Kepala UPTD dapat menunjuk Kepala Sub
Bagian Tata Usaha untuk mewakilinya.

Pasal 10
Kepala UPTD dan Kepala Sub Bagian Tata Usaha adalah Jabatan Struktural.

Pasal 11
Untuk membantu tugas Kepala UPTD dan Kepala Sub Bagian Tata Usaha dapat dibentuk
Sub Unit dengan Keputusan Kepala Dinas

BAB VII
PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN DALAM JABATAN
Pasal 12
Kepala UPTD dan Kepala Sub Bagian Tata Usaha diangkat dan diberhentikan sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VIII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 13
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan W alikota ini, sepanjang mengenai
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Kepala Dinas.

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 14
Peraturan W alikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan W alikota ini dengan
penempatannya dalam Berita Daerah Kota Surabaya.
72 Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

Ditetapkan di Surabaya
pada tanggal 18 Desember 2012

WALIKOTA SURABAYA.

Ttd

TRI RISMAHARINI
Diundangkan di Surabaya
pada tanggal 18 Desember 2012

SEKRETARIS DAERAH KOTA SURABAYA,

ttd.

SUKAMTO HADI

BERITA DAERAH KOTA SURABAYA TAHUN 2012 NOMOR 85

Salinan sesuai dengan aslinya


Kepala Bagian Hukum,

MT. Ekawati Rahayu, SH, MH.


Penata Tingkat I
NIP. 19730504 199602 2 001
Konsep Panduan Praktis 73
Penataan Kelembagaan Sistem Pengelolaan Persampahan

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA


NOMOR : 84 TAHUN 2012
TANGGAL : 18 DESEMBER 2012

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI


UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PENGELOLAAN KOMPOS PADA
DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA SURABAYA

UPTD

SUBBAG
TATA USAHA

WALIKOTA SURABAYA,
ttd
TRI RISMAHARINI
Salinan sesuai dengan aslinya

Kepala Bagian Hukum,


MT. Ekawati Rahayu, SH, MH.
Penata Tingkat I
NIP. 19730504 199602 2 001
74 Kementerian Pekerjaan Umum
dan Perumahan Rakyat

Anda mungkin juga menyukai