SEBAGAI FATLIQUOR
Disusun oleh:
HALAMAN JUDUL
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN KULIT
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI
2018
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
ABSTRAK.........................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. TUJUAN................................................................................................................1
B. LATAR BELAKANG.............................................................................................1
BAB II................................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................3
BAB III...............................................................................................................................6
METODE PRAKTIKUM..................................................................................................6
A. ALAT DAN BAHAN..............................................................................................6
B. CARA KERJA.......................................................................................................7
DATA HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................................9
A. DATA HASIL.........................................................................................................9
B. PEMBAHASAN....................................................................................................9
BAB V..............................................................................................................................12
KESIMPULAN................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................13
ii
ABSTRAK
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. TUJUAN
Praktikan mampu melakukan proses sulfonasi minyak lemak
sisa fleshing sebagai bahan fatliquoring (untuk peminyakan pada
peminyakan kulit) dan mengetahui cara sulfonasi.
B. LATAR BELAKANG
Limbah padat fleshing dari industri penyamakan kulit
memiliki potensi mencemari lingkungan. Hal ini dikarenakan volume
limbah fleshing sangat tinggi sekitar 70 – 230 kg tiap ton kulit awet
garam yang diproses. Disamping itu limbah fleshing juga
mengandung protein relatif tinggi yaitu antara 30-80% sehingga
mudah rusak dan busuk, menimbulkan bau yang sangat
mengganggu lingkungan (Anonimus 1997).
1
Minyak yang lazim digunakan untuk peminyakan
(fatliquoring) kulit perlu disulfonasi agar secara teknis mudah larut
dalam air dan mudah terdifusi kedalam kulit karena media
1
perminyakan kulit adalah air atau mudah dibawa air kedalam kulit.
(thorstensen TC 1985)
C. RUANG LINGKUP
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kulit sapi ialah bagian paling luar daging sapi. Fungsi utama kulit
adalah melindungi kerusakan dan infeksi mikroba jaringan yang ada di
bawahnya. Setelah ternak dipotong, kulit akan kehilangan fungsinya, dan
menjadi hasil ikutan yang akan segera turun kualitasnya bila tidak segera
disamak atau diawetkan.Secara histologi, kulit tersusun dari tiga lapisan
yaitu epidermis, dermis dan hipodermis. Epidermis merupakan bagian kulit
paling atas tersusun dari sel epitel pipih kompleks, pada lapisan ini juga
terdapat asesori epidermis seperti rambut, kelenjar minyak, kelenjar
keringat, dan otot penegak rambut. Di bawahnya terletak lapisan dermis
atau kulit jangat yang tersusun dari jaringan ikat padat. Pada lapisan
paling bawah terdapat hipodermis yang tersusun dari jaringan ikat longgar,
jaringan adiposa, dan sisa daging.
3
peminyakan pada proses penyamakan h]lit, lemak fleshing bisa digunakan
untuk biodiesel.
Minyak sulfat dapat mengubah sifat- sifat penting kulit , antara lain
kulit dapat lebih lunak , lebih liat , lebih lembut, permukaan lebih halus dan
mempunyai daya serap ataupun daya tolak terhadap air secara baik.
Minyak sulfat ini mempunyai sifat aktif permukaan dan dapat
mengemulsikan minyak bebas.
4
Emulsi adalah pusat kesuksesan dari suatu proses. Di dalam
kebanyakan fatliquor ini dapat diperoleh dengan memodifikas secara
kimiawi pelumas itu atau minyak dari proses sulfatasi atau sulfitasi. Ini
merupakan permintaan untuk memasukkan kelompok hidrofil ke dalam
struktur, sehingga memudahkan minyak di dalam emulsi air untuk
diproduksi.
5
BAB III
METODE PRAKTIKUM
6
B. CARA KERJA
a) Pembuatan Fatliquoring
1. Memanaskan limbah fleshing sampai mencair
2. Menimbang beker gelas kosong 250 ml
3. Mengambil 10 ml minyak nabati dan 10 ml minyak hewani
4. Menimbang berat total minyak
5. Menambahkan HCl pekat sebanyak 25% dari berat total
minyak
6. Meneteskan perlahan sambil diaduk dan dijaga suhu 10-
15ºC
7. Mencuci dengan air garam 30% sebanyak 600% dari berat
total minyak ( untuk 3 kali pencucian)
8. Pada pencucian pertama diamkan selama ± 15 menit
9. Pencucian selanjutnya diamkan selama ± 5 menit
10. Menetralkan minyak dengan NaOH 0,1N
11. Melakukan tes ketahanan panas dengan cara larutkan 1
gram minyak sulfat ke dalam 100 ml air kemudian panaskan
pelan-pelan sampai emulsi pecah.
b) Penerapan ke kulit
7
BAB IV
A. DATA HASIL
No Perlakuan Pengamatan
1 Lemak cair + lemak nabati Berwarna kuning bening
8
2 Lemak dan minyak nabati + Warna coklat pekat-coklat
HCl muda dan semakin kental,
3 Mencuci dengan air garam warna berubah menjadi putih
susu
4 Menetralkan dengan NaOH Warna putih ke kuningan,
1N berbentuk krim. Ph : 7
5 Pengujian Minyak Minyak pecah pada suhu 55º
C
B. PEMBAHASAN
Limbah fleshing memiliki kandungan protein relatif tinggi
maka konsekuensinya mengalami pembusukan oleh mikrobia, dan
timbul bau busuk. Disamping itu limbah fleshing mengandung sisa
bahan kimia yang biasa digunakan untuk proses pengapuran
(liming) pada penyamakan kulit, yakni kapur dan senyawa sulfida
(Na2S). Senyawa sulfida tersebut apabila tercampur dengan limbah
lain yang bersifat asam, maka akan timbul gas hidrogen sulfida
(H2S) yang berbahaya terhadap kehidupan ( Winter D, 1984).
Minyak yang lazim digunakan untuk peminyakan
( fatliquoring) kulit perlu disulfonasi agar secara teknis mudah larut
dalam air dan mudah terdifusi kedalam kulit karena media
peminyakan kulit adalah air atau mudah dibawa air kedalam kulit
( thorstensen TC, 1985).
Sulfonasi minyak-minyak lemak seperti minyak jarak, minyak
kedelai, minyak kacang tanah, dan minyak ikan digunakan HCl. Hcl
pekat telah dikenal secara luas dapat digunakan untuk sulfonasi
lemak dan turunannya, seperti esther, amida-amida dan asam
lemak bebasnya. Reaksi kimia yang terjadi selama sulfonasi cukup
9
kompleks, bahkan sulfonasi ikatan rangkap dan gugus hidroksil
lebih kuat.
Pada praktikum kali ini yaitu pembuatan fatliquring dari sisa
limbah fleshing. Minyak sisa limbah fleshing 10 ml ditambah
dengan 10 ml minyak nabati. Kemudian menambahkan HCl pekat
sebanyak 25% dari total berat minyak dengan cara meneteskan
tujuannya yaitu untuk mendapatkan lemak sulfonasi yang
memenuhi persyaratan untuk penyamakan kulit ( SNI : 06-3536-
1994, tentang kulit krust domba kambing). Sulfonasi dilakukan
dengan menempatkan beker gelas dalam mangkok yang berisi es
batu, dan suhu dipertahankan tidak boleh lebih 10-15º C. Reaksi
sulfonas/sulfatasi merupakan reaksi aksotermik, oleh sebab itu
suhu harus tetap dijaga tidak boleh terlalu tinggi, sebab suhu yang
terlalu tinggi menyebabkan kecepatan sulfatasi turun dan
kemungkinan timbul reaksi samping yaitu reaksi sulfatasi yang
membentuk ikatan rangkap pada senyawa sulfonat atau hidrolisis-
trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak. Sambil diaduk hingga
diperoleh larutan emulsi (mudah terdispersi dalam air). Kemudian
minyak/lemak yang telah mengandung asam sulfat dicuci dengan
air garam 30% sebanyak 600% sebanyak 3 kali. Pencucian dengan
air garam ini bertujuan untuk membersihkan atau menghilangkan
kotoran-kotoran yang terdapat dalam lemak (asam lemak) dan
dinetralkan dengan NaOH 1N sampai Ph mencapai Ph netral 6-7.
Volume minyak yang dihasilkan lebih banyak dari volume awal
minyak. Hal ini mungkin dikarenakan kondisi sampel terlalu asam
atau saat pembuangan air garam saat pencucian tidak terlalu
bersih sehingga mempengaruhi proses netralisasi dengan NaOH
1N.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam minyak sulfat
adalah mengenai suhu maksimal teremulsinya minyak dalam air.
Hal ini digunakan sebagai parameter untuk menentukan suhu yang
paling efektif dalam proses fatliquoring. Semakin tinggi temperature
10
pecahnya minyak, maka semakin bagus pula minyak sulfat
tersebut. Ciri dari minyak sulfat telah teremulsi adalah dengan
pecahnya minyak dan air mulai bening. Minyak sulfonasi yang
dihasilkan kemudian diuji, yaitu dengan cara memasukkan satu
tetes atau sedikit minyak pada air yang dipanaskan. Minyak yang
bisa digunakan untuk proses fatliquoring yaitu 50-60ºC, jika lebih
tidak pecah minyak sangat baik. Hasil uji minyak pada kelompok
kami yaitu pada suhu 55ºC.
BAB V
KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
12