Anda di halaman 1dari 16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Definisi Osteoarthritis Knee

A B

Gambar 1: A (Osteoarthritis knee), B (normal knee)


(Gornale., et all, 2016)

Osteoarthritis (OA) adalah salah satu kondisi paling umum yang


mengakibatkan ketidakmampuan terutama pada populasi lanjut usia. OA adalah
penyakit artikular yang paling umum terjadi di dunia maju dan penyebab utama
kecacatan kronis, sebagian besar sebagai konsekuensi dari OA pada knee dan OA
pada hip (Heidari, 2011). Osteoarthritis (OA) merupakan gangguan sendi yang
bersifat kronis disertai kerusakan tulang dan sendi, berupa disintegrasi dan
perlunakan progresif yang diikuti pertambahan pertumbuhan tepi tulang dan
tulang rawan sendi lutut (osteofit) serta fibrosis pada kapsul sendi lutut. OA
merupakan penyakit gangguan homeostasis metabolisme kartilago dengan
kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang penyebabnya belum jelas
diketahui (Muttaqin, 2012) yang dikutip (Khairunnisa,2016). Osteoarthritis (OA)
adalah tipe paling banyak dari arthritis. Karakteristik dari osteoarthritis adalah
gangguan degenerative karena hilangnya kartilago articular dan inflamasi pada
cairan sinovial (Musumeci., et all, 2015). Menurut Nejati, 2015 osteoarthritis
knee adalah gangguan degenerativ dan kronik dari sendi lutut akibat rusaknya

3
kartilago hyaline dan umumnya terjadi gangguan musculoskeletal yang
menyerang usia > 65 tahun. OA knee mempengaruhi kemampuan untuk duduk di
kursi, berdiri, berjalan, dan naik tangga. Osteoarthritis biasanya ditandai dengan
gejala nyeri dan disabilitas (Baker, 2000:217) yang dikutip (Arovah, 2007:19).
Tahap-tahap osteoarthritis menurut Kellgren-Lawrence (KL) (Gornale., et all,
2016) sebagai berikut:
a. Tahap 0: tidak ada kelainan
b. Tahap 1: penyempitan ruang sendi
c. Tahap 2: Penyempitan ruang sendi yang lebih nyata
d. Tahap 3: terdapat banyak osteofit, dan sclerosis
e. Tahap 4: osteofit tumbuh besar, sclerosis terputus, kelainan bentuk
pada tulang

2.2 Anatomi Lutut (knee)

Gambar 2: perubahan yang terjadi pada sendi saat Osteoarthritis (OA) menyerang
(Musumeci., et all, 2015)

Sendi dapat diklasifikasikan dalam istilah fungsional atau struktural.


Klasifikasi fungsional, berdasarkan pergerakan, akan mengkategorikan persendian
sebagai berikut:
a. Synarthroses
b. Amphiarthroses (sedikit bergerak)
c. Diarthroses (bebas bergerak)

4
Klasifikasi struktural akan mengkategorikan persendian sebagai berikut:
a. Sinovial
b. Fibrosus
c. Cartilaginous
Struktur dari persendian sinovial normal memungkinkan sejumlah gerak yang
signifikan sepanjang permukaan artikularnya yang sangat halus. Sendi ini terdiri
dari:
a. Tulang rawan artikular
b. Tulang subkondral
c. Membran sinovial
d. Cairan sinovial
e. Kapsul sendi
Permukaan artikular normal dari sendi sinovial terdiri dari tulang rawan
artikular (terdiri dari kondrosit) yang dikelilingi oleh matriks ekstraselular yang
mencakup berbagai makromolekul, yang terpenting proteoglikan dan kolagen.
Tulang rawan memfasilitasi fungsi sendi dan melindungi tulang subkondral yang
mendasarinya dengan mendistribusikan beban besar, mempertahankan tekanan
kontak rendah, dan mengurangi gesekan pada sendi.
Cairan sinovial terbentuk melalui proses ultrafiltrasi serum oleh sel-sel yang
membentuk membran sinovial (synoviocytes). Sel sinovial juga memproduksi
asam hialuronat (HA, juga dikenal sebagai hyaluronate), glikosaminoglikan yang
merupakan komponen nonelular utama cairan sinovial. Cairan sinovial memasok
nutrisi ke tulang rawan artikular avaskular, ini juga memberikan viskositas yang
dibutuhkan untuk menyerap goncangan dari gerakan lambat, serta elastisitas yang
dibutuhkan untuk menyerap guncangan dari gerakan cepat (Lozada., et all 2017).
Osteoarthritis pada knee terletak pada medial tibiafemoral, lateral tibiofemoral,
dan patellofemoral.

2.3 Etiologi Osteoarthritis Knee

Penyebab osteoarthritis lutut diklasifikasikan sebagai primer (idiopatik) dan


sekunder. Di antara berbagai struktur dari sendi lutut, sendi kartilago hyaline
pengaruh utama yang menyebabkan osteoarthritis. 95% tulang rawan hialin terdiri

5
dari ekstraselular matriks yang bertujuan sebagai penyusun sendi (Otte., et all,
2000) yang dikutip (Michael., et all, 2010). Penyebab sekunder dari osteoarthritis
knee adalah post traumatic, cognital, malposisi (varus/ valgus), gangguan
metabolic, gangguan endokrin, dan aseptic osteonecrosis (Michael., et all, 2010).
Penyebab pastinya OA lutut belum diketahui, berikut ini adalah Faktor
pencetus atau predisposisi dari osteoarthritis adalah (1) usia, (2) obesitas,
kelebihan berat badan (kegemukan) akan menyebabkan pembebanan yang
berlebihan pada sendi yang banyak menumpu berat badan, (3) jenis kelamin, pada
usia 55 tahun keatas wanita lebih berisiko karena berhubungan dengan
menopause, pada menopause wanita mengalami penurunan hormon terutama
estrogen, sedangkan fungsi hormon estrogen salah satunya adalah membantu
sintesa kondrosit dalam matriks tulang, dan jika estrogen menurun maka sintesa
kondrosit menurun sehingga sintesa proteoglikan dan kolagen juga menurun dan
aktifitas lisosom meningkat, hal ini lah yang menyebabkan OA banyak terjadi
pada wanita, (4) aktifitas fisik dan pekerjaan, adanya stress yang berkepanjangan
pada lutut seperti pada olahragawan dan pekerjaan yang telalu banyak menumpu
pada lutut seperti membawa beban atau berdiri yang terus menerus, mempunyai
resiko lebih besar terkena OA lutut, riwayat trauma langsung maupun tidak
langsung dan immobilisasi yang lama, (5) penyakit sendi lain (Suriani, 2013)
Menurut Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal yang disusun oleh
Helmi tahun 2012 yang dikutip (Ramdani, 2015: hal 13), terdapat beberapa faktor
resiko yang terdiri dari :

1. Peningkatan usia.
Osteoarthritis biasanya terjadi pada usia lanjut, jarang dijumpai penderita
osteoarthritis yang berusia di bawah 40 tahun. Usia rata−rata laki yang
mendapat osteoartritis sendi lutut yaitu pada umur 59 tahun dengan
puncaknya pada usia 55 - 64 tahun, sedang wanita 65,3 tahun dengan
puncaknya pada usia 65 – 74 tahun. Presentase pasien dengan
osteoarthritis berdasarkan usia di RSU dr. Soedarso menunjukan bahwa
pada usia 43-48 tahun (13,30%), usia 49- 54 tahun (16,06%), dan usia 55-
60 tahun meningkat (27,98%) (Arissa, 2012)
2. Obesitas.

6
Membawa beban lebih berat akan membuat sendi sambungan tulang
bekerja dengan lebih berat, diduga memberi andil pada terjadinya
osteoarthritis. Setiap kilogram penambahan berat badan atau masa tubuh
dapat meningkatkan beban tekan lutut sekitar 4 kilogram. Dan terbukti
bahwa penurunan berat badan dapat mengurangi resiko terjadinya
osteoarthritis atau memperparah keadaan steoarthritis lutut (Meisser,
2005).
3. Jenis kelamin wanita.
Angka kejadian osteoartritis berdasarkan jenis kelamin didapatkan lebih
tinggi pada perempuan dengan nilai persentase 68,67% yaitu sebanyak 149
pasien dibandingkan dengan laki-laki yang memiliki nilai persentase
sebesar 31,33% yaitu sebanyak 68 pasien (Arissa, 2012).
4. Riwayat trauma.
Cedera sendi, terutama pada sendi – sendi penumpu berat tubuh seperti
sendi pada lutut berkaitan dengan risiko osteoartritis yang lebih tinggi.
Trauma lutut yang akut termasuk robekan terhadap ligamentum krusiatum
dan meniskus merupakan faktor timbulnya osteoartritis lutut
(Wahyuningsih, 2009).
5. Riwayat cedera sendi
Pada cedera sendi perat dari beban benturan yang berulang dapat menjadi
faktor penentu lokasi pada orang-orang yang mempunyai predisposisi
osteoarthritis dan berkaitan pula dengan perkembangan dan beratnya
osteoarthritis (Sudoyono,2009)
6. Faktor genetic
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya osteoartritis. Adanya mutasi
dalam gen prokolagen atau gen-gen struktural lain untuk unsur-unsur
tulang rawan sendi seperti kolagen dan proteoglikan berperan dalam
timbulnya kecenderungan familial pada osteoartritis (Wahyuningsih,
2009).
7. Kelainan pertumbuhan tulang

7
Pada kelainan kongenital atau pertumbuhan tulang paha seperti penyakit
perthes dan dislokasi kongenitas tulang paha dikaitkan dengan timbulnya
osteoarthrtitis paha pada usia muda (Sudoyono, 2009)
8. Pekerjaan dengan beban berat.
Bekerja dengan beban rata-rata 24,2 kg, lama kerja lebih dari 10 tahun dan
kondisi geografis berbukit-bukit merupakan faktor resiko dari
osteoarthritis lutut (Maharani, 2007). Dan orang yang mengangkat berat
beban 25 kg pada usia 43 tahun, mempunyai resiko lebih tinggi untuk
terjadinya osteoarthritis dan akan meningkat tajam pada usia setelah 50
tahun (Martin, 2013).
9. Tingginya kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang merupakan salah satu faktor yang dapat
meningkatkan resiko terjadinya osteoarthritis, hal ini mungkin terjadi
akibat tulang yang lebih padat atau keras tak membantu mengurangi
benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi (Sudoyono, 2009).
10. Gangguan metabolik menyebabkan kegemukan.
Berat badan yang berlebih ternyata dapat meningkatkan tekanan mekanik
pada sendi penahan beban tubuh, dan lebih sering menyebabkan
osteoartritis lutut. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan
osteoartritis pada sendi yang menanggung beban, tetapi juga dengan
osteoartritis sendi lain, diduga terdapat faktor lain (metabolik) yang
berperan pada timbulnya kaitan tersebut antara lain penyakit jantung
koroner, diabetes melitus dan hipertensi (Wahyuningsih, 2009).

8
2.4 Patofisiologi Osteoarthritis Knee

Gambar 1. A Kiri : sendi lutut normal.B. Kanan : sendi lutut yang mengalami
osteoarthritis (Helmi, 2012)

Pada osteoarthritis terdapat proses degenerasi, inflamasi yang terjadi dalam


jaringan ikat, lapisan rawan synovial, dan tulang subchondral. Karena rusaknya
tulang subchondral maka akan terjadi peningkatan aktivitas tulang berupa
pembentukan spur atau osteophite pada tepi sendi yang akan dapat menimbulkan
iritasi jaringan sekitar dan menimbulkan nyeri. Adanya Sinovitis yang merupakan
inflamasi dari synovium dan hal itu terjadi akibat proses sekunder degenerasi dan
fragmentasi. Sinovitis dapat meningkatkan cairan sendi lutut yang mengandung
bermacam-macam enzim akan tertekan ke celah-celah rawan sendi. Ini
mempercepat proses pengrusakan rawan sendi, pada tahap lanjut terjadi tekanan
tinggi dari cairan sendi terhadap permukaan sendi yang tipis. Cairan ini akan
didesak ke dalam celah-celah tulang subchondral dan akan menimbulkan krista
subchondral (Kenneth, 2003) yang dikutip (Hidayatullah, 2013)
Proses patologi osteoarthrisis diawali oleh aktifitas metabolic yang
mengakibatkan kerusakan pada kondrosit dan matriks rawan sendi. Akhirnya
osteoarthrisis berkembang dimana terjadi ketidak seimbangan antara pembentukan
dan perusakan pada tulang rawan sendi (kartilago), serta adanya suatu usaha dari
sendi untuk memperbaiki kerusakan tidak terjadi. Usaha tersebut antara lain
peningkatan kandungan air, penyempitan serabut kolagen dan akhirnya penurunan

9
secara total proteoglikans. Hal ini menyebabkan terjadinya kekakuan pada tulang
rawan sendi (kartilago) sehingga memudahkan terjadinya gangguan mekanik
(Kuntono, 2011) yang dikutip (Hidayatullah, 2013)

Umur Jenis kelamin Suku Genetik Kegemukan

Kerusakan fokal tulang Pembentukan tulang baru


rawan sendi yang progresif pada sendi dan tepi sendi

Perubahan Metabolisme Tulang

Peningkatan aktifitas enzim yang merusak


makro molekul matrix tulang rawan sendi

Penurunan kadar proteoglikan

Berkurangnya kadar air tulang rawan sendi

Permukaan tulang rawan sendi terpecah


belah dengan robekan

Timbul laserasi

OSTEOARTHRITIS

Osteoarthritis primer dan sekunder tidak dapat dipisahkan secara


patologis, Osteoarthritis dianggap mempengaruhi tulang rawan artikular sendi
sinovial. Namun, perubahan patofisiologis juga diketahui terjadi pada cairan

10
sinovial, dan juga di tulang (subkondral) yang mendasari, kapsul sendi di atasnya,
dan jaringan sendi lainnya. Meskipun osteoartritis telah diklasifikasikan sebagai
artritis noninflamasi, semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa peradangan
terjadi karena sitokin dan metaloprotein yang dilepaskan ke dalam sendi. Agen ini
terlibat dalam degradasi matriks yang berlebihan yang menandai degenerasi
tulang rawan pada osteoartritis.
Pada awal osteoartritis, pembengkakan tulang rawan biasanya terjadi,
karena meningkatnya sintesis proteoglikan, ini mencerminkan usaha para
kondrosit untuk memperbaiki kerusakan tulang rawan. Tahap ini mungkin
berlangsung selama bertahun-tahun atau puluhan tahun dan ditandai dengan
perbaikan tulang rawan artikular pada hipertrofi.
Seiring perkembangan osteoartritis, tingkat proteoglikan akhirnya turun
sangat rendah, menyebabkan tulang rawan melunak dan kehilangan elastisitas dan
mengurangi integritas permukaan sendi. Secara mikroskopis, pengelupasan dan
fibrilasi (sumbatan vertikal) berkembang di sepanjang tulang rawan artikularis
halus halus di permukaan sendi osteoarthritis. Seiring waktu, hilangnya tulang
rawan mengakibatkan hilangnya ruang sendi.
Pada sendi bantalan berat utama orang dengan osteoarthritis, kehilangan
ruang sendi yang lebih besar terjadi pada area yang mengalami beban tertinggi. Di
lutut osteoartritis, misalnya, kehilangan sebagian besar ruang sendi biasanya
terlihat di kompartemen femorotibial medial, meskipun kompartemen
femorotibial lateral dan kompartemen patellofemoral juga dapat terpengaruh.
Keruntuhan kompartemen medial atau lateral dapat menyebabkan kelainan varus
atau valgus.
Erosi tulang rawan yang rusak pada sendi osteoarthritis berlanjut sampai
tulang yang mendasari terpapar. Tulang yang terguling dari tulang rawan
pelindungnya terus mengartikulasikan dengan permukaan yang berlawanan.
Akhirnya, tekanan yang meningkat melebihi kekuatan hasil biomekanik tulang.
Tulang subchondral merespon dengan invasi vaskular dan meningkatkan
seluleritas, menjadi menebal dan padat (proses yang dikenal sebagai eburnation)
pada area tekanan.

11
Tulang subkondral yang traumatis juga dapat mengalami degenerasi kistik,
yang disebabkan oleh nekrosis osseus sekunder akibat impaksi kronis atau
gangguan cairan sinovial. Kista osteoarthritis juga disebut sebagai kista
subkondral, pseudokista, atau geodesi (istilah Eropa yang disukai) dan dapat
berkisar antara 2 sampai 20 mm. Kista osteoarthritis di acetabulum (Lozada., et
all 2017).
2.5 Manifestasi Osteoarthritis Knee
Gambaran klinis OA bervariasi, tergantung pada sendi yang terkena, lama
dan intensitas penyakitnya, serta respon pasien terhadap penyakit yang
dideritanya. Keluhan terbanyak adalah nyeri. Secara klinis OA dapat dibagi
menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1. Sub klinis, pada tingkatan ini belum ada keluhan atau tanda klinis
lainnya. Kelainan hanya terbatas pada tingkat seluler dan biokimiawi
rawansendi, seperti dapat ditemukan peningkatan jumlah air,
pembentukan bulla / blister dan fibrilasi serabut - serabut jaringan ikat
collagen pada tulang rawan sendi.
2. Manifes, kerusakan rawan sendi bertambah luas dan biasanya pasien
datang ke dokter dengan keluhan nyeri, timbul adanya nyeri pada saat
bergerak (pain of motion) dan rasa kaku pada permukaan gerak, pada
foto rontgen tampak penyempitan ruang sendi (joint space) dan
sclerosis tulang subkondral.
3. Dekompensata, pada tingkatan ini rawan sendi telah rusak sama sekali,
kadang terjadi deformitas akibat destruksi lokal rawan sendi, dan juga
dapat terjadi kontraktur (Kusumawati, 2003). Stadium ini disebut juga
surgical state, ditandai dengan timbul rasa nyeri pada saat istirahat
(pain of rest) dan pembatasan lingkup gerak sendi lutut (LGS)
(Suriani, 2013) yang dikutip (Khairunnisa, 2016 : 4)

Menurut Australian Physiotherapy Association (APA) (2003) dalam


(Ramdani, 2015:18) penyakit osteoarthritis mempunyai gejala-gejala yang
biasanya menyulitkan bagi kehidupan penderitanya. Adapun gejala tersebut
antara lain:
1. Nyeri sendi (recurring pain or tenderness in joint)

12
Keluhan nyeri merupakan keluhan utama yang sering-kali
membawa penderita ke dokter, walaupun mungkin sebelumnya sendi
sudah kaku dan berubah bentuknya. Biasanya nyeri sendi bertambah
dikarenakan gerakan dan sedikit berkurang bila istirahat. Pada gerakan
tertentu (misal lutut digerakkan ke tengah) menimbulkan rasa nyeri.
Nyeri pada osteoarthritis dapat menjalar kebagian lain, misal
osteoarthritis pinggang menimbulkan nyeri betis yang disebut sebagai
“claudicatio intermitten”. Korelasi antara nyeri dan tingkat perubahan
struktur pada osteoarthritis sering ditemukan pada panggul, lutut dan
jarang pada tangan dan sendi apofise spinalis.
2. Kekakuan (stiffness)
Pada beberapa penderita, kaku sendi dapat timbul setelah duduk
lama di kursi, di mobil, bahkan setelah bangun tidur. Kebanyakan
penderita mengeluh kaku setelah berdiam pada posisi tertentu. Kaku
biasanya kurang dari 30 menit.
3. Hambatan gerakan sendi (inability to move a joint)
Kelainan ini biasanya ditemukan pada osteoarthritis sedang sampai
berat. Hambatan gerak ini disebabkan oleh nyeri, inflamasi, sendi
membengkok, perubahan bentuk. Hambatan gerak sendi biasanya
dirasakan pada saat berdiri dari kursi, bangun dari tempat berbaring,
menulis atau berjalan. Semua gangguan aktivitas tergantung pada lokasi
dan beratnya kelainan sendi yang terkena.
4. Bunyi gemeretak (krepitasi)
Sendinya terdengar berbunyi saat bergerak. Suaranya lebih kasar
dibandingkan dengan artritis reumatoid dimana gemeretaknya lebih
halus. Gemeretak yang jelas terdengar dan kasar merupakan tanda yang
signifikan.
5. Pembengkakan sendi (swelling in a joint)
Sendi membengkak / membesar bisa disebabkan oleh radang sendi
dan bertambahnya cairan sendi atau keduanya.
6. Perubahan cara berjalan atau hambatan gerak

13
Hambatan gerak atau perubahan cara berjalan akan berkembang
sesuai dengan beratnya penyakit. Perubahan yang terjadi dapat
konsentris atau seluruh arah gerakan maupun eksentris atau salah satu
gerakan saja (Sudoyono, 2009).
7. Kemerahan pada daerah sendi
Kemerahan pada sendi merupakan salah satu tanda peradangan
sendi. Hal ini mungkin dijumpai pada osteoarthritis karena adanya
sinovitis, dan biasanya tanda kemerahan ini tidak menonjol dan timbul
belakangan (Sudoyono, 2009)
Menurut (Michael., et all, 2010) manifestasi klinis dari osteoarthritis knee
sebagai berikut:
1. Nyeri
a. Nyeri timbul ketika mulai melakukan pergerakan yang
menggunakan knee
b. Nyeri selama bergerak
c. Nyerinya timbul malam hari
2. Kehilangan dari fungsi tubuh
a. Adanya kekakuan
b. Terbatasnya range of motion
c. Mengalami kelemahan dalam melakukan aktivitas
3. Tanda gejala lainnya
a. Adanya krepitasi
b. Peningkatan kepekaan terhadap dingin dan / atau lembab

14
2.6 Penatalaksanaan Fisioterapi Osteoarthritis Knee

FORM PEMERIKSAAN FISIOTERAPI


ASSESMENT
ANAMNESIS UMUM

Identitas Pasien

Nama : Nyonya S.
Umur : 62 tahun
Status : menikah
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Br. Untal-untal Dalung
Pekerjaan : Petani
Hobi : -
Agama : -
No. HP/Telp : -

ANAMNESA KHUSUS

Keluhan Utama
Nyeri pada lutut kanan

Riwayat Penyakit Sekarang


Klien datang mengeluhkan nyeri pada lutut kanan, dirasakan sejak 6 bulan
yang lalu, klien pernah berobat ke dokter, sakit bertambah pada saat malam
hari dan pada saat klien meluruskan kakinya . Timbul nyeri pada lutut kanan
setelah berjalan jauhdan bekerja terlalu berat.

Riwayat Penyakit Dahulu


Tidak ada riwayat penyakit dahulu

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada riwayat penyakit dahulu

15
Riwayat Penyakit Sosial

Tidak ada riwayat penyakit sosial

PEMERIKSAAN UMUM

Pemeriksaan Tanda Vital

Tekanan Darah : 120/80 mmHg


Denyut Nadi : 84 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Temperatur : 36oC
Tinggi Badan : 160 cm
Berat Badan : 68 kg

Inspeksi

Statis : Keadaan Utama baik, terdapat oedem pada daerah lutut sebelah
kanan.

Dinamis : Pasien merasa kesakitan ketika menggerakkan lutut ke


arah ekstensi knee.

Palpasi

Nyeri tekan : (+) Nyeri tekan pada lutut dekstra sisi lateral (VAS ; 6)

Nyeri gerak : (+) Nyeri saat fleksi dan ekstensi knee dextra (VAS : 7)

Nyeri diam : (-)

Perkusi

Tidak dilakukan pemeriksaan perkusi

Auskultasi

Tidak dilakukan pemeriksaan auskultasi

16
KEMAMPUAN FUNGSIONAL

Kemampuan Fungsional merupakan kemampuan klien dalam melakukan


kegiatan sehari-hari. Hasil dari pemeriksaan kemampuan fungsional
didapat bahwa klien terbatas dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

PEMERIKSAAN SPESIFIK

Ballotement test positif ada cairan synovial berlebihan

Fluctuation test positif ada cairan synovial berlebihan

Gerak aktif lutut (dextra) terbatas karena nyeri

 Fleksi knee dextra : 130 (VAS : 7)


 Ekstensi knee dextra : 5 (VAS : 7)
 Fleksi knee sinistra : 140
 Ekstensi knee sinistra : 5

Muscle test :
 MMT : 5

DIAGNOSA MEDIS

Osteoartritis Knee Dextra

DIAGNOSIS FISIOTERAPI

 Impairment: nyeri pada lutut kanan


 Functional Limitation: kesulitan untuk berjalan jauh dan menaiki tangga
 Participation Restriction: mengalami gangguan aktivitas sehari hari
seperti bekerja (bertani)

17
PLANNING

 Jangka pendek : mengurangi nyeri pada lutut kanan.


 Jangka panjang : klien dapat melakukan aktifitas fungsional secara normal
kembali.

INTERVENSI

 TENS:  Ultrasound
Frekuensi(F): 1x sehari Frekuensi (F): 1x sehari
Intensitas(I): 60Hz Intensitas(I): 2 watt/cm2
Time(T): 5 menit Time(T): 5 menit
Type(T): Conventional Type(T) : Continous

 Latihan Isometrik Kontraksi  Infra Red


Frekuensi(F): 3x sehari Frekuensi(F): 1x sehari
Intensitas(I): 1x8, 5 set latihan Intensitas(I): 150 watt
Time(T): 10 menit Time(T): 5 menit
Type(T): Strengthening Type(T): Heating

EVALUASI

Nyeri lutut berkurang dengan nilai VAS 4

EDUKASI

Klien diberikan latihan isometrik kontraksi pada lutut kemudian dilatih di


rumah

18

Anda mungkin juga menyukai