Anda di halaman 1dari 17

Ade yurga tonara LBM 1

1. Bagaimana cara menemukan masalah?

MasalahKesenjangan antara apa yang seharusnya ada (das sollen) dengan yang
sekarang ada (das sein)
Masalah dalam bidang kedokteran dan kesehatan banyak tapi tidak semuanya
layak menjadi masalah penelitian.

Agar suatu masalah kesehatan layak untuk diangkat menjadi masalah penelitian,
diperlukan beberapa syarat Rumusan Hulley dan Cummings FINER
a. Feasible: Kemampulaksanaan
- Tersedia subjek penelitian
- Tersedia dana
- Tersedia waktu, alat, dan keahlian
b. Interest: Menarik
Masalah hendaknya menarik bagi peneliti
c. Novel: Memberikan sesuatu yang baru
- Mengemukakan sesuatu yang baru
- Membantah atau mengkonfirmasi penemuan terdahulu
- Melengkapi atau mengembangkan hasil penelitian terdahulu
d. Ethical: Selaras dengan etika
Tidak bertentangan dengan etika
e. Relevant: Relevan
- Untuk pengembangan ilmu pengetahuan
- Untuk peningkatan tata laksana pasien atau kebijakan kesehatan
- Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya
(Sastroasmoro, S & Ismail, S. 2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:
Sagung Seto. Edisi 4)

Masalah penelitian dapat dikembangkan dari berbagai sumber, termasuk:


a. Kepustakaan, seperti buku ajar, karangan asli dalam jurnal, telaah
sistematik, abstrak.
Pertanyaan dalam artikel ilmiah bahwa terdapat suatu hal yg belum disepakati
oleh para ahli merupakan petunjuk bahwa hal tersebut perlu diteliti. Tinjauan
pustaka yang baik sering diakhiri dengan saran tentang hal atau aspek yang perlu
diteliti lebih lanjut.
b. Bahan Diskusi, materi seminar, konferensi, simposium, lokakarya, dsb.
Banyak hal yang muncul dalam diskusi resmi ataupun dalam pembicaraan
informal dengan pakar, dapat memunculkan masalah yang mungkin bagus untuk
dikembangkan menjadi masalah penelitian.
c. Masalah dalam pengalaman sehari-hari
Seringkali dapat dikembangkan menjadi masalah penelitian. Kontroversi antara
yang tertulis dalam buku dengan fakta dalam praktik merupakan sumber masalah
yang tidak akan pernah habis. Dikatakan bahwa cara terbaik untuk menjadi
peneliti yang mandiri adalah mencari masalah penelitian yang bersumber dari
praktik sehari-hari.
d. Pendapat Pakar
Pendapat pakar yang masih bersifat spekulatif seringkali dapat dicari landasan
teorinya untuk dikembangkan menjadi masalah penelitian.
e. Sumber non-ilmiah
Berita surat kabar, misalnya ‘penyakit aneh’ disuatu daerah yang merenggut
banyak korban dapat dijadikan dasar dan dikembangkan menjadi masalah
penelitian.
(Sastroasmoro, S & Ismail, S. 2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:
Sagung Seto. Edisi 4)

2. Apa perbedaan masalah penelitian dan masalah kesehatan?

Masalah penelitian adalah suatu pernyataan yang memerlukan pembahasan ,


pemecahan informasi yang menyiratkan adanya kemungkinan pengumpulan dan
analisis data secara empiris yang dapat dirumuskan melalui proses penelitian

Mencari Masalah Penelitian

Pada dasarnya terdapat beberapa cara menemukan masalah penelitian. Dua


diantara cara mencari masalah penelitian adalah:

1. berdasarkan identifikasi ‘penyimpangan-penyimpangan’ di lokus


penelitian; dan
2. berdasarkan pemahaman teoritis

a. Identifikasi ‘penyimpangan-penyimpangan’ di lokus penelitian

Cara ini dilakukan dengan mencatat penyimpangan-penyimpangan di lokus


penelitian. Penyimpangan dalam hal ini adalah sesuatu yang tidak seharusnya
terjadi. Melalui cara ini, peneliti akan mendapat banyak informasi mengenai
penyimpangan yang ada di lokus penelitian.

Masalah penelitian harus dinyatakan secara jelas dan spesifik


Dapat diperoleh dari berbagai sumber yaitu : observasi terhadap praktek ,dedukasi dari
kepustakaan hasil penelitian dan masalah social

Masalah kesehatan adalah masalah kompleks yang merupakan hasil dari berbagai
masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia

Sumber: http://id.shvoong.com/internet-and-technologies/universities-research-
institutions/2196151-arti-definisi-masalah-dalam-penelitian/#ixzz1yOreEN6M
3. Apa yang dimaksud dengan penelitian berikut manfaatnya?
Definisi

Manfaat

Manfaat Penelitian: Kegunaan penelitian berkenaan dengan manfaat ilmiah dan


praktis dari hasil penelitian

Manfaat Ilmiah, yaitu untuk memberi sumbangsih terhadap perkembangan ilmu


pengetahuan yang ada relevansinya dengan bidang ilmu yang sedang dipelajari.
Misalnya;

Untuk memberikan sumbangan pemikiran atau menambah informasi bagi


perkembangan ilmu manajemen pendidikan tentang factor-faktor yang
mempengaruhi kinerja guru.

Manfaat Praktis, yaitu kegunaan penelitian bagi dunia praktis dilapangan. Misalnya
:untuk mengatasi persoalan menurunya kinerja seklah dan perbaikan sistem
pendidikan, dsb.

Manfaat :

1. Dapat digunakan untuk menggambarkan tentang keadaan atau situasi


kesehatan individu, kelompok atau masyarakat.
2. Dapat digunakan untuk menggambarkan kemampuan sumber daya dan
kemungkinan sumber daya tersebut, guna mendukung pengembangan,
pelayanan kesehatan yang direncanakan.
3. Dapat dijadikan sarana diagnosis dalam mencari sebab masalah kesehatan, atau
kegagalan-kegagalan yang terjadi dalam sistem pelayanan kesehatan.
4. Dapat dijadikan sarana untuk menyusun kebijaksanaan dalam menyusun
strategi pengembangan sistem pelayanan kesehatan.
5. Dapat melukiskan kemampuan dalam pembiayaan, peralatan, pembekalan dan
ketenagaan baik secara kuantitas maupun kualitas guna mendukung sistem
pelayanan kesehatan.
METODOLOGI PENELITIAN KESEHATAN. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Rineka Cipta.
2005

MANFAAT PENELITIAN
a. hasil penelitian dapat digunakan untuk menggambarakan tentang
keadaan atau status kesehatan individu, kelompok maupun masyarakat.
b. Hasil penelitian kasehatan dapat digunakan untuk menggambarkan
kemampuan sumber daya dan kemungkinan sumber daya tersebut guna
mendukung pengembangan pelayanan kesehatan yang direncanakan.
c. Hasil penelitian kesehatan dapat dijadikan sarana diagnosis dalam
mencari sebab masalah kesehatan, atau kegagalan-kegagalan yang terjadi di
dalam sistem pelayanan kesehatan. Dengan demikian akan memudahkan
pencarian alternatif pemecahan masalah-masalah tersebut.
d. Hasil penelitian kesehatan dapat dijadikan sarana untuk menyusun
kebijaksanaan dalam menyusun strategi pengembangan sistem pelayanan
kesehatan.
e. Hasil penelitian kesehatan dapat melukiskan kemampuan dalam
pembiayaan, peralatan dan ketenagakerjaan baik secara kuantitas maupun
kualitas guna mendukung sistem kesehatan.
(Metodologi Penelitian Kesehatan, Dr. Soekidjo Notoatmojo)
4. Sebut dan jelaskan macam- macam penelitian!

Penelitian Kualitatif
Paradigma kualitatif ini merupakan paradigma penelitian yang menekankan pada
pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan
kondisi realitas atau natural setting yang holistis, kompleks, dan rinci. Penelitian yang
menggunakan pendekatan induksi yang mempunyai tujuan penyusunan konstruksi
teori atau hipotesis melalui pengungkapan fakta merupakan penelitian yang
menggunakan paradigma kualitatif. Paradigma ini disebut juga dengan pendekatan
konstruktifis, naturalistik atau interpretatif (constructivist, naturalistic or interpretative
approach), atau perspektif post-modern.

Penelitian Kuantitatif
Paradigma kuantitatif menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variable
penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.
Penelitian yang menggunakan pendekatan deduktif yang bertujuan untuk menguji
hipotesis merupakan penelitian yang menggunakan paradigma kuantitatif.
Paradigma ini disebut juga dengan paradigma tradisional (traditional), positivis
(positivist), eksperimental (experimental), atau empiris (empiricist). Jenis penelitian
yang termasuk dalam paradigma penelitian kuantitatif dibedakan berdasarkan tujuan
penelitian dan karakteristik masalah
:
http://usupress.usu.ac.id/files/Metode%20Penelitian%20Bisnis%20Edisi%202_Normal_bab%201.
pdf

Penggolongan jenis penelitian sangat tergantung pada segi peninjauannya.

1. Berdasarkan Hasil yang Diperoleh


Berdasar hasilnya, secara umum penelitian dapat dibagi atas dua jenis yang dapat
saling mengisi:
1.1. Penelitian Dasar
Jenis penelitian ini disebut juga sebagai basic research, dan diselenggarakan dalam
rangka memperluas dan memperdalam pengetahuan secara teoretis.
1.2. Penelitian Terapan
jenis ini disebut sebagai applied research, dan diselenggarakan dalam rangka
mengatasi masalah nyata dalam kehidupan, untuk mencari sesuatu yang lebih bak

2. Berdasarkan Bidang yang Diteliti


Berdasarkan bidangnya, penelitian dibedakan antara:
2.1. Penelitian Bidang Sosial
Penelitian ini secara khusus berbentuk penelitian pendidikan, ekonomi, hukum,
psikologi, dan lain-lain.
2.2. Penelitian Bidang Eksakta
Penelitian ini secara khusus berbentuk penelitian ilmu pengetahuan alam, penelitian
Kedokteran, dan sebagainya.

3. Berdasarkan Tempat Penelitian


Dari sudut tempat dilakukannya suatu penelitian, terutarna dalam rangka
pengumpulan data, penelitian dibedakan menjadi:
3.1. Penelitian Laboratorium
Kegiatan penelitian ini dilakukan dalam laboratorium.
3.2. Penelitian Kepustakaan
Kegiatannya dilakukan dengan mengumpulkan data dari berbagal literatur, baik dari
perpustakaan maupun tempat lain.
3.3. Penelitian Lapangan
Kegiatan Penelitian ini dilakukan di lingkungan masyarakat tertentu.

4. Atas Dasar Cara dan Taraf Pembahasan Masalahnya


Atas dasar ini penelitian dapat dibedakan menjadi:
4.1. Penelitian Deskiptif
Penelitian ini terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan
sebagaimana adanya, sehingga hanya merupakan penyinglcapan fakta.
4.2. Penelitian Inferensial
Jenis penelitian ini bermaksud mengungkapkan suatu masalah, keadaan atau peristiwa
dengan memberikan penilaian secara menyeluruh, luas dan mendalam dari sudut
pandangan ilmu yang relevan.
5. Atas Dasar Tujuannya.
Pernbedaan penelitian atas dasar ini menghasilkan beberapa jenis.
5.1. Penelitian Penjajagan
Tujuan penelitian eksploratif adalah menemukan masalah-masalah baru.
5.2. Penelitian Pengujian
Penelitian verifikatif bertujuan untuk menguji kebenaran atau pengetahuan.
5.3. Penelitian Pengembangan
Penelitian developmental bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan yang sudah
ada.

Kecuali yang disebutkan di atas, masih ada beberapa jenis penggolongan lainnya. Perlu
dikemukakan bahwa dasar penggolongan tersebut tidak selalu sama.
Sumber : Singarimbun, M., Effendi, S., 1995, Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta

Macam penelitian di bidang kedokteran :

Penelitian eksperimental : penelitian yang observasinya dilakukan terhadap efek dari


manipulasi penelitian terhadap satu atau sejumlah cirri ( variabel ) subyek penelitian.
Di kenal dua macam penelitian eksperimental, yaitu penelitian eksperimental MURNI dan
penelitian eksperimental KUASI (disebut eksperimental semu). Penelitian eksperimental
MURNI adalah penelitian yang memungkinkan peneliti mengendalikan hampir semua
variable luar (variable pengacau), sehingga perubahan yang terjadi pada efek (variable
yang dipelajari) hampir sepenuhnya karena pengaruh perlakuan (variable eksperimental).
Penelitian eksperimental KUASI ialah bila peneliti tidak mungkin mengontrol semua
variable luar, sehingga perubahan yang terjadi pada efek tidak sepenuhnya oleh
pengaruh perlakuan.

Penelitian non eksperimental : penelitian yang observasinya dilakukan terhadap


sejumlah cirri ( variabel ) subyek menurut keadaan apa adanya ( in nature ), tanpa ada
manipulasi atau intervensi peneliti.
Dr. Ahmad Watik Pratiknya. Dasar – Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan. Rajawali Pers.

5. Sebutkan apa saja landasan penelitian?


6. Apa perbedaan berpikir deduktif dan induktif?
METODE INDUKTIF
Metode induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak
dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang
diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Bentuk dari metode
induktif adalah generalisasi dan analogi.
1. Penalaran Induktif
Penalaran induktif adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan berupa
prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang
bersifat khusus. Prosesnya disebut induksi.
Penalaran induktif dapat berbentuk generalisasi, analogi, atau hubungan sebab
akibat. Generalisasi adalah proses berpikir berdasarkan hasil pengamatan atas
sejumlah gejala dan fakta dengan sifat-sifat tertentu mengenai semua atau
sebagian dari gejala serupa itu. Analogi merupakan cara menarik kesimpulan
berdasarkan hasil pengamatan terhadap sejumlah gejala khusus yang
bersamaan. Hubungan sebab akibat ialah hubungan ketergantungan antara
gejala-gejala yang mengikuti pola sebab akibat, akibat sebab, dan akibat-akibat.

Contoh penalaran induktif adalah :


kerbau punya mata. anjing punya mata. kucing punya mata
:. setiap hewan punya mata

 Induktif: (cara pemudahan untuk dimengerti ^^ )


o Cara berfikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari
kasus-kasus yang bersifat individual
o Contoh:
 Batu duktus kholedokhus  iketrus
 Batu intra hepatik  ikterus
 Ca caput pankreas  ikterus
Kesimpulan: Hambatan sekresi empedu berakibat ikterus
 Semua binatang mempunyai mata
 Semua manusia mempunyai mata
Kesimpulan semua makhluk mempunyai mata
METODE DEDUKTIF
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum
terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti
sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan
yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status
sosial.
2. Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif menggunakan bentuk bernalar deduksi. Deduksi yang berasal dari
kata de dan ducere, yang berarti proses penyimpulan pengetahuan khusus dari
pengetahuan yang lebih umum atau universal. Perihal khusus tersebut secara implisit
terkandung dalam yang lebih umum. Maka, deduksi merupakan proses berpikir dari
pengetahuan universal ke singular atau individual.
Penalaran deduktif adalah cara berpikir dengan berdasarkan suatu pernyataan dasar
untuk menarik kesimpulan. Pernyataan tersebut merupakan premis, sedangkan
kesimpulan merupakan implikasi pernyataan dasar tersebut. Artinya, apa yang
dikemukakan dalam kesimpulan sudah tersirat dalam premisnya. Jadi, proses deduksi
sebenarnya tidak menghasilkan suatu konsep baru, melainkan pernyataan atau
kesimpulan yang muncul sebagai konsistensi premis-premisnya.
Contoh klasik dari penalaran deduktif:
 Semua manusia pasti mati (premis mayor)
 Sokrates adalah manusia. (premis minor)
Sokrates pasti mati. (kesimpulan)

Penalaran deduktif tergantung pada premisnya. Artinya, premis yang salah mungkin
akan membawa kita kepada hasil yang salah dan premis yang tidak tepat juga akan
menghasilkan kesimpulan yang tidak tepat. Alternatif dari penalaran deduktif adalah
penalaran induktif

DEDUKTIF (cara pemudahan untuk dimengerti ^^ )


Cara berfikir di mana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan ke
yang bersifat khusus
 Biasanya mempergunakan pola berfikir yang disebut silogisme
o Silogisme disusun berdasar pada premis
o Ada dua premis yaitu premis mayor dan minor
 Kesimpulan diambil berdasar pada kedua premis tersebut
Contoh:
o Hambatan sekresi empedu mengakibatkan ikterus (P.mayor)
o Ca caput pankreas dapat menghambat sekresi empedu (P.minor)
Ca caput pankreas dapat mengakibatkan iketrus (kesimpulan)
o Semua makhluk mempunyai mata (P.Mayor)
o Joni seorang makhluk (P.minor)
Joni mempunyai mata (kesimpulan)
 Kesimpulan akan benar bila premisnya benar dan kesimpulan ditarik dengan
logika yang benar

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/09/tugas-1-penalaran-deduktif-dan-
induktif/
7. Bagaimana cara berpikir yang sistematis?
Langkah-langkah Dalam Berpikir Sistematis Sangat singkat, berikut adalah
langkah-langkah dalam pemikiran yang sistematis:
1. Mengidentifikasi dan menganalisismasalahsebelum melompat ke dalam
tindakan
2. Merumuskan beberapa pilihan
3. Menentukan dan menetapkan suatu kriteria seleksi
4. Jadilah berani dan membuat keputusan akhir
Sumber: http://id.hicow.com/pemecahan-masalah/berpikir/thomas-edison-
2555938.html
Suhartanto, eko. 2009. Breakthrough Thinking. Hal. 46 Gramedia : Jakarta.
8. Sebutkan sikap- sikap yang dimiliki oleh peneliti?
Sifat:
Berpikir logis
dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir siswa untuk menarik kesimpulan
yang sah menurut aturan logika dan dapat membuktikan bahwa kesimpulan itu
benar (valid) sesuai dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya yang sudah
diketahui.
Berpikir analitis
adalah kemampuan berpikir siswa untuk menguraikan, memerinci, dan
menganalisis informasi-informasi yang digunakan untuk memahami suatu
pengetahuan dengan menggunakan akal dan pikiran yang logis,bukan berdasar
perasaan atau tebakan.
Berpikir sistematis
adalah kemampuan berpikir siswa untuk mengerjakan atau menyelesaikan suatu
tugas sesuai dengan urutan, tahapan, langkah-langkah, atau perencanaan yang
tepat, efektif, dan efesien. Ketiga jenis berpikir tersebut saling berkaitan.
Seseorang untuk dapat dikatakan berpikir sistematis, maka ia perlu berpikir
secara analitis untuk memahami informasi yang digunakan. Kemudian, untuk
dapat berpikir analitisdiperlukan kemampuan berpikir logis dalam mengambil
kesimpulan terhadap suatu situasi
Sumber : Watik Pratiknya. 2003. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran &
Kesehatan.

Kualifikasi peneliti harus didasarkan kepada intelegensia, kekuatan bekerja serta


sifat jujur dan rajin. Whitney (1960) memberikan beberapa kriteria yang harus
dipunyai oleh peneliti, yaitu :

a. Daya nalar. seorang peneliti harus mempunyai daya nalar yang tinggi, yaitu
adanya kemampuan untuk memberi alasan dalam memecahkan masalah, baik
secara induktif maupun secara deduktif.
b. Originalitas. Peneliti harus mempunyai daya khayal ilmiah dan harus kreatif.
Peneliti harus brilian, mempunyai inisiatif yang berencana serta harus subur
dengan ide-ide yang rasional dan menghindarkan jiplakan.
c. Daya ingat. Seorang peneliti harus mempunyai daya ingat yang kuat, selalu
ekstensif dan logis. Dapat dengan sigap melayani masalah serta menguasai
fakta-fakta.
d. Kewaspadaan. Seorang peneliti harus secara cepat dalam melakukan
pengamatan terhadap perubahan yang terjadi atas sesuatu variabel atau atas
sesuatu sifat fenomena. Ia harus sigap dan mempunyai intaian yang tajam, serta
responsif terhadap perubahan atau kelainan.
e. Akurat. Seorang peneliti harus mempunyai tingkat pengamatan serta tingkat
perhitungan yang akurat, tajam serta beraturan.
f. Konsentrasi. Seorang peneliti harus mempunyai kekuatan konsentrasi yang
tinggi, kemajuan yang keras, serta tidak cepat muak.
g. Dapat bekerja sama. Peneliti harus mempunyai sifat kooperatif, dapat bekerja
sama dengan siapapun. Harus mempunyai keinginan untuk berteman secara
intelektual, dan dapat bekerja secara team-work. Ini menjurus kepada adanya
sifat leadership dari si peneliti.
h. Kesehatan. Seorang peneliti harus sehat, baik jiwa maupun fisik. Peneliti harus
stabil, sabar, dan penuh vitalitas.
i. Semangat. Kesehatan si peneliti harus ditunjang pula oleh adanya semangat
untuk meneliti. Peneliti harus mempunyai kreatifitas serta hasrat yang tinggi.
j. Pandangan moral. Seorang peneliti harus mempunyai kejujuran intelektual,
mempunyai moral yang tinggi, beriman, dapat dipercaya.

Nazir, Mohammad. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta. 1999

Kriteria seorang peneliti


 Kompeten
- Menguasai dan mampu melakukan penelitian
- Bidang Ilmu sesuai dengan bidang penelitian
 Obyektif

- Tidak mencampuradukkan pendapat sendiri dengan kenyataan

 Jujur
- Tidak memaksakan unsur subyektifitas ke dalam fakta
- Peneliti yang baik harus jujur terhadap fakta dan tidak boleh memanipulasi fakta demi
kepentingan penelitiannya karena penelitianyang baik harus berlandaskan pada studi
kepustakaan yang benar agarkelak jika orang lain melakukan penelitian yang sama,
didapatkan hasilyang sama pula. Apa pun fakta yang diperolehnya, ia harus yakin
bahwaitulah yang sebenarnya.

 Faktual
- Bekerja berdasarkan fakta

 Terbuka
- Bersedia menerima masukan dari orang lain
- Bersedia diuji kebenaran hasil penelitiannya oleh orang lain
 Tekun

Sebuah penelitian kadang kala memerlukan waktu yang pendekuntuk menghasilkan sebuah
teori, tetapi kadang kala memerlukan waktuyang sangat lama, bahkan bertahun-tahun.
Seorang peneliti yang baikharus tekun dalam penelitian yang dilakukannya, tidak boleh
malas,mudah jenuh, dan ceroboh, juga harus rajin, bersemangat, serta tidakmudah putus asa.
Dengan demikian, ia akan mendapatkan hasil yang memuaskan. (Ari Sulistyorini)

 Originalitas.

Peneliti harus mempunyai daya khayal ilmiah dan harus kreatif. Peneliti harus brilian,
mempunyai inisiatif yang berencana serta harus subur dengan ide-ide yang rasional dan
menghindarkan jiplakan.

 Akurat.
Seorang peneliti harus mempunyai tingkat pengamatan serta tingkat perhitungan yang akurat,
tajam serta beraturan.

- Sikap:
Sikap ilmiah yang dimaksud adalah sikap yang seharusnya dimiliki oleh seorang
peneliti. Untuk dapat melalui proses penelitian yang baik dan hasil yang baik pula,
peneliti harus memiliki sikap berikut ini.
a) Mampu Membedakan Fakta dan Opini
Fakta adalah suatu kenyataan yang disertai bukti-bukti ilmiah dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya, sedangkan opini adalah pendapat pribadi
dari seseorang yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya sehingga di dalam
melakukan studi kepustakaan, seorang peneliti hendaknya mampu membedakan
antara fakta dan opini agar hasil penelitiannya tepat dan akurat serta dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
b) Berpikir Kritis
Aspek sikap berpikir kritis meliputi meragukan temuan orang lain, menanyakan
setiap perubahan atau hal baru, mengulangi kegiatan yang dilakukan, dan tidak
mengabaikan data meskipun kecil.
c) Daya nalar
seorang peneliti harus mempunyai daya nalar yang tinggi, yaitu adanya
kemampuan untuk memberi alasan dalam memecahkan masalah, baik secara
induktif maupun secara deduktif.
d) Berani dan Santun dalam Mengajukan Pertanyaan dan Argumentasi
Peneliti yang baik selalu mengedepankan sifat rendah hati ketika berada dalam
satu ruang dengan orang lain. Begitu juga pada saat bertanya, berargumentasi,
atau mempertahankan hasil penelitiannya akan senantiasa menjunjung tinggi
sopan santun dan menghindari perdebatan secara emosi. Kepala tetap dingin,
tetapi tetap berani mempertahankan kebenaran yang diyakininya karena yakin
bahwa pendapatnya sudah dilengkapi dengan fakta yang jelas sumbernya.
e) Mengembangkan Keingintahuan
Peneliti yang baik senantiasa haus menuntut ilmu, ia selalu berusaha memperluas
pengetahuan dan wawasannya, tidak ingin ketinggalaninformasi di segala bidang,
dan selalu berusaha mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin
hari semakin canggih dan modern.
f) Kepedulian terhadap Lingkungan
Dalam melakukan penelitian, peneliti yang baik senantiasa peduliterhadap
lingkungannya dan selalu berusaha agar penelitian yang dilakukannya membawa
dampak yang positif bagi lingkungan dan bukan sebaliknya, yaitu justru merusak
lingkungan. Semua usaha dilakukan untuk melestarikan lingkungan agar
bermanfaat bagi generasi selanjutnya.
g) Berpendapat secara Ilmiah dan Kritis
Pendapat seorang peneliti yang baik selalu bersifat ilmiah dan tidak mengada-ada
tanpa bukti yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Di samping itu,
peneliti juga harus kritis terhadap permasalahan yang terjadi dan berkembang di
sekitarnya.
h) Berani Mengusulkan Perbaikan atas Suatu Kondisi dan Bertanggung Jawab
terhadap Usulannya
Peneliti yang baik senantiasa berani dan bertanggung jawab terhadap
konsekuensi yang harus dihadapinya jika sudah mengusulkan sesuatu. Usulan
tersebut selalu diembannya dengan baik dandilaksanakan semaksimal mungkin,
kemudian diwujudkannya dalam bentuk nyata sehingga hasilnya dapat dinikmati
oleh orang lain.
i) Penghargaan terhadap Kerahasiaan (Responden)
Bila penelitian menyangkut data pribadi, kesehatan, catatan kriminal atau data
lain yang oleh responden dianggap sebagai rahasia, maka peneliti harus menjaga
kerahasiaan data tersebut.
j) Bekerja Sama
Dalam kehidupan sehari-hari, peneliti yang baik mampu bekerjasama dengan
orang lain dan tidak individualis atau mementingkan dirisendiri. Ia meyakini
bahwa dirinya tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain sehingga
keberadaannya senantiasa diharapkan oleh orang lain.

Watik Pratiknya. 2003. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran & Kesehatan.


9. Apa yang dimaksud aplikasi landasan ilmu dan sebutkan landasan ilmu? (apa
hubungan antara axiologis, ontologis, epistemologis?)

a. Landasan Ontologis  tentang objek yang ditelaah ilmu. Hal ini berarti tiap ilmu
harus mempunyai objek telaahan yang jelas. Dikarenakan diversifikasi ilmu terjadi atas
dasar spesifikasi objek telaahannya, maka tiap displin ilmu mempunyai landasan
ontologi yang berbeda.
Suatu pertanyaan:
- Obyek apa yang ditelaah ilmu ?
- Bagaiman wujud yang hakiki dari obyek tersebut ?
- Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia [seperti
berpikir, merasa dan mengindera] yang membuahkan pengetahuan.
[inilah yang mendasari Ontologi].
b. Landasan Epistemologi  cara yang digunakan untuk mengkaji atau menelaah
sehingga diperolehnya ilmu tersebut. Secara umum metode ilmiah pada dasarnya
untuk semua disiplin ilmu, yaitu berupa proses kegiatan induksi-deduksi-verivikasi
seperti telah diuraikan diatas.
Landasan epistemology tercermin secara operasional dalam metode ilmiah . Pada
dasarnya metode ilmiah merupakan cara ilmu memperoleh dan menyusun tubuh
pengetahuan dengan berdasarkan :
1. Kerangka pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi yang konsisten dengan
pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun;
2. Menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka tersebut dan
melakukan verifikasi terhadap hipotesis termaksud dengan menguji kebenaran
pernyataan secara factual.
Suatu Pertanyaan :
- Bagaiman proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu ?
- Bagaimana prosedurnya ?
- Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar
?
- Apa yang disebut kebenaran itu sendiri ?
- Apakah kriterianya ?
- Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang
berupa ilmu ?
Inilah kajian epistemology

c. Landasan Aksiologi  berhubungan dengan penggunaan ilmu tersebut dalam


rangka memenuhi kebutuhan manusia. Dengan perkataan lain, apa yang dapat
disumbangkan ilmu terhadap pengembangan ilmu tersebut terhadap pengembangan ilmu
itu serta membagi peningkatan kualitas hidup manusia.
Suatu pertanyaan :

 Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan ? bagaimana kaitan antara
cara penggunaan tersebut dengan kaidah moral ?
 Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?
 Bagaimana kaitan atau hubungan antara teknik prosedural yang merupakan
operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional?.
Pertanyaan-pertanyaan di atas, merupakan bagian dari makna pengkajian aksiologi
terhadap hasil akhir pencapaian suatu telaah ilmu pengetahuan, dengan tujuan untuk
memberikan hasil yang terbaik bagi manfaat yang dapat memberikan kemaslahatan bagi
umat manusia.

Amsal Bakhtiar, (2006). Filsafat Ilmu. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

(Metode Penelitian Kesehatan, Dr. Soekidjo Notoatmojo)


10. Bagaimana alur penelitian yang baik?
11. Apa saja pendekatan penyelesaian masalah?
12. Apa saja komponen yang terdapat dalam bab I beserta syaratnya!

BAB 1 berisi pendahuluan yang terdiri dari:

LATAR BELAKANG
Contoh urutan uraian dalam latar belakang :
1. Masalah, sedapat mungkin sudah tergambarkan pada alinea satu.

2. Besar masalah, dapat diuraikan kedudukan masalah tersebut terhadap permasalahan


yang lebih luas, atau dapat diuraikan dampak yang timbul jika masalah tesebut
dibiarkan saja (pentingnya penelitian dilakukan)(prevenlensi pemberian MP-ASI)

3. Urutan-urutan atau kronologi timbulnya masalah(masalah yg timbul akibat pemberian


makanan tsb)

Upaya penyelesaian dengan penelitian yang masih harus dibuktikan


kebenaranya.(bagai mana sebaiknya pemberian makanan tesebut)

Rumusan masalah
Identifikasi masalah yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah dirumuskan
lebih spesifik, sehingga masalah menjadi jelas dan terlokalisasi.

Dalam rumusan masalah, dijelaskan secara spesifik masalah yang akan diteliti dan
dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya. Kalimat tersebut mempermasalahkan suatu
variabel atau mempertanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.

Rumusan masalah penelitian mempunyai syarat:


a. Dikemukakan dalam kalimat tanya(interogatif), sangat dianjurkan, karena
masalah peneltian akan lebih terfokus, spesifik, dan tajam.

b. Substansi yang dimaksud hendaknya bersifat khas, tidak bermakna ganda.

Misalnya, pertanyaan penelitian “bagaimana pengaruh pemberian obat A pada


fungsi ventrikel kiri?” pertanyaan ini tidak khas, karena fungsi ventrikel terdiri
atas banyak parameter. “Apakah penambahan obat A berhubungan dengan
peningkatan curah jantung?” pertanyaan ini lebih khas, tidak dapat ditafsirkan
lain.

c. Bila terdpat banyak pertanyaan penelitian, maka harus dipertanyakan secara


terpisah, agar setiap pertanyaan dapat dijawab secara terpisah.

TUJUAN PENELITIAN
Tujuan merupakan pertanyaan untuk menjawab maslah. Tujuan yang ingin
dicapai, dapat dibedakan menjadi tujuan umum dan khusus.
 Tujuan umum, dinyatakan secara kategoris apakah tujuan akhir penelitian yang
hendak dilaksanakan tersebut, mengacu pada aspek yang lebih luas atau tujuan
jangka panjang penelitian
 Tujuan khusus, disebutkan secara jelas dan tajam hal-hal yang akan langsung di
ukur, di nilai, atau diperoleh dari penelitian.

Sumber : Dasar-dasar metodologi penelitian klinis, Prof. Dr. Dr. Sudigdo


Sastroasmoro, Sp.A(k), 2002

Manfaat penelitian
Manfaat penelitin adalah manfaat untuk pengembangan ilmu (teoritis), pemecahan
masalah-masalah praktis dan/atau pengembangan metodologi.
Sumber : petunjuk skill pembuatan KTI

Manfaatkepentingan aplikatifnya, dapat diterapkan dimayarakat dlm bidang


kesehatan, iptek, dll.
Diuraikan manfaat apa yang diharapkan dari penelitian yang akan dilakukan.
Biasanya disebutkan manfaat dalam bidang akademik atau ilmiah, bidang pelayanan
masyarakat, serta pengembangan penelitian itu sendiri. Penelitian dapat bersifat quick
yielding (hasil penelitian dapat segera diterapkan dalam praktik atau kebijakan seperti
kebanyakan penelitian klinis) dan non-quick yielding (hasilnya tidak segera
diterapkan.
 Diuraikan manfaat apa yang di harapkan dari penelitian yang dilakukan nanti.
 Biasanya disebutkan manfaat dalam bidang akademik atau ilmiah, pelayanan
masyarakat, serta pengembangan penelitian itu sendiri.
Dasar-dasar metodologi penelitian klinis, Prof. Dr. Dr. Sudigdo Sastroasmoro, Sp.A(k), 2002

Anda mungkin juga menyukai