oleh
Daman Huri
yang terkandung di dalamnya untuk dapat ditransfer kepada siswa. Hasil penelitian
dan kajian terhadap pembelajaran sastra di sekolah menunjukkan bahwa salah satu
problematika pembelajaran sastra adalah penggunaan bahan ajar yang belum sesuai
menunjukkan bahwa buku ajar yang dipergunakan guru masih memiliki berbagai
kelemahan, baik dari segi isi/substansi maupun dari segi format atau kerangka
pengornanisasian. Buku ajar yang ada dan beredar belum sepenuhnya mengacu
Bahan ajar adalah sesuatu yang mengandung pesan yang akan disajikan
pembelajaran. Bahan ajar sastra yang ideal adalah bahan yang autentik, artinya
benar-benar berupa karya cipta sastra. Karya sastra tersebut dapat berupa puisi,
cerpen, novel, drama yang ditulis oleh sastrawan atau ditulis sendiri oleh guru.
1
Beberapa hal yang terkait dengan pemilihan materi ajar, di antaranya: (1)
materi harus spesifik, jelas, akurat, mutakhir; (2) materi harus bermakna, otentik,
hlm.35).
B. Rumusan Masalah
kurikulum?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah 1) hakikat bahan ajar dalam
berdasarkan kurikulum.
D. Manfaat Penulisan
pihak yang dapat memanfaatkan penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama,
2
E. Kajian Teoretis
adalah materi ajar. Guru harus mampu memilih dan menyiapkan materi ajar sesuai
yang diharapkan. Oleh karena itu, untuk memudahkan guru dalam menyajikan
materi ajar dalam proses pembelajaran dan memudahkan peserta didik untuk
dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai
bahan ajar diharapkan siswa benar-benar merasakan manfaat bahan ajar atau materi
materials are the audio visual materials (software/hardware) which can be used as
3
alternative channels of communication in the teaching-learning process. Bahan ajar
merupakan sumber belajar berupa visual maupun audiovisual yang dapat digunakan
Berdasarkan kajian di atas, istilah bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini
adalah suatu bahan/ materi pelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan
guru dan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP untuk mencapai
1. Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses
2. Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam proses
dipelajari/dikuasainya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa fungsi bahan ajar sangat akan terkait dengan
4
c. Jenis-Jenis Bahan Ajar
Mulyasa (2006: 96) menambahkan bahwa bentuk bahan ajar atau materi
pembelajaran antara lain adalah bahan cetak (hand out, buku, modul, LKS, brosur,
dan leaflet), audio (radio, kaset, cd audio), visual (foto atau gambar), audio visual
(seperti; video/ film atau VCD) dan multi media (seperti; CD interaktif, computer
dibedakan ke dalam bahan ajar cetak dan noncetak. Bahan ajar cetak dapat berupa,
handout, buku, modul, brosur, dan lembar kerja siswa. Sedangkan bahan ajar
noncetak meliputi, bahan ajar audio seperti, kaset, radio, piringan hitam, dan
compact disc audio. Bahan ajar audio visual seperti, CAI (Computer Assisted
Instruction), dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).
yaitu bahan cetak seperti:handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet,
audio, PH. Visual, seperti foto, gambar, model/maket. Multi media, seperti CD
,yakni bahan cetak (printed), bahan ajar dengar (audio), bahan ajar pandang dengar
(audiovisual) dan bahan ajar interaktif (interactive teaching material). Bahan Ajar
Menurut Cara kerjanya, dibagi menjadi lima ,yakni : Bahan ajar yang tidak
diproyeksikan, Bahan ajar yang diproyeksikan, Bahan Ajar Audio, Bahan Ajar
5
Video, Bahan Ajar (media)komputer. Bahan Ajar Menurut Sifatnya, dibagi menjadi
empat ,yakni : Bahan ajar yang berbasiskan cetak, Bahan ajar yang berbasiskan
teknologi, Bahan ajar yang dipergunakan untuk praktek atau proyek, Bahan ajar
disajikan.
b. Menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca dan
peserta didik.
f. Menyajikan bahan/sarana evaluasi dan remedial yang serasi dan tepat guna.
yakni (1) menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan
6
dalam memperoleh alternatif bahan ajar; dan (3) memudahkan guru dalam
melaksanakan pembelajaran.
menjadi dua macam, yaitu manfaat bagi guru dan siswa. Manfaat bagi guru, yaitu(1)
diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan kebutuhan siswa, (2) tidak
lagi tergantung pada buku teks yang terkadang sulit diperoleh, (3) bahan ajar
menambah khazanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar,
Bahan ajar akan mampu membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara
guru dan siswa karena siswa merasa lebih percaya kepada Gurunya, (6) diperoleh
bahan ajar yang dapat membantu pelaksanaan kegiatan pembelajaran, (7) dapat
diajukan sebagai karya yang dinilai mampu menambah angka kredit untuk
keperluan kenaikan pangkat, dan (8) menambah penghasilan guru jika hasil
karyanya diterbitkan.
bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar
siswa. Kedua, tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk
diperoleh. Ketiga, bahan ajar menjadi lebih kaya karena dikembangkan dengan
pengalaman guru dalam menulis bahan ajar. Kelima, bahan ajar akan mampu
karena siswa.
7
e. Prinsip-prinsip Pengembangan Bahan Ajar
pembelajaran meliputi: (1) prinsip relevansi, (2) konsistensi, dan (3) kecukupan.
konsistensi, artinya adanya keajegan antara bahan ajar dengan kompetensi dasar
yang harus dikuasai siswa. Misalnya, kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa
empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat
Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit
Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak
ajar secara umum dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu menulis sendiri,
mengemas kembali informasi atau teks, dan penataan informasi. Pertama, bahan
ajar dapat ditulis sendiri oleh guru sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain ditulis
sendiri guru dapat berkolaborasi dengan guru lain untuk menulis bahan ajar secara
kelompok, dengan guru-guru bidang studi sejenis, baik dalam satu sekolah atau
tidak. Penulisan juga dapat dilakukan bersama pakar, yang memiliki keahlian di
bidang ilmu tertentu. Disamping penguasaan bidang ilmu, untuk dapat menulis
8
sendiri bahan ajar, diperlukan kemampuan menulis sesuai dengn prinsip-prinsip
balik.
Kedua, dalam pengemasan informasi, guru tidak menulis bahan ajar sendiri
dari awal, tetapi memanfaatkan buku-buku teks dan informasi yang sudah ada di
pasaran untuk dikemas kembali sehingga berbentuk bahan ajar yang memenuhi
karakteristik bahan ajar yang baik, dan dapat dipergunakan oleh guru dan siswa
sesuai untuk menjadi bahan ajar (diubah), juga diberi tambahan kompetensi atau
keterampilan yang akan dicapai, bimbingan belajar, latihan, tes, serta umpan balik
melaluikompilasi seluruh materi yang diambil dari buku teks, jurnal, majalah,
artikel, koran, dll. Proses ini disebut pengembangan bahan ajar melalui penataan
pengemasan kembali informasi. Namun dalam proses penataan informasi tidak ada
perubahan yang dilakukan terhadap bahan ajar yang diambil dari buku atau
informasi yang ada di pasar. Jadi materi dikumpulkan kemudian difoto copy secara
langsung. Sumber materi berasal dari buku teks dan sebagainya tersebut, dipilah-
9
pilah, kemudian disusun berdasarkan tujuan atau standar kompetensi atau
mengikuti silabus.
dan informasi yang sudah ada, kemudian peneliti mengemas kembali sehingga
berbentuk bahan ajar yang memenuhi karakteristik bahan ajar yang baik, dan dapat
dipergunakan oleh guru dan siswa dalam proses instruksional. Selanjutnya, peneliti
menulis kembali/ulang dengan gaya bahasa yang sesuai untuk menjadi bahan ajar
(diubah).
meliputi (1) analisis, yaitu menganalisis kebutuhan peserta didik; (2) mendesain,
yaitu mendesain pembelajaran serta desain produk bahan ajar; (3) mengembangkan,
yaitu menghasilkan bahan ajar sesuai dengan desain yang direncanakan; (4)
oleh ahli materi untuk mengetahui kualitas bahan ajar yang telah dihasilkan.
Kurikulum
(KBK), kurikulum 2006 (KTSP), dan kurikulum 2013. Perkembangan bahan ajar
10
a. Bahan Ajar Sastra Pada Kurikulum 1947
Pada kurikulum 1947 dimuat dua hal pokok, yaitu daftar mata pelajaran,
1947 pembelajaran sastra belum diuraikan secara jelas. Bahan ajar sastra pada
kurikulum 1947 berkaiatan dengan karya sastra lama. Bentuk Sastra lama Indonesia
pada waktu itu berupa pantun, gurindam, syair, hikayat, dongeng, dan tambo. Selain
itu, karya sastra yang bisa digunakan adalah karya sastra angkatan Balai (1920-an)
Pustaka dan Pujangga Baru. Novel-novel yang bisa digunakan sebagai bahan ajar
adalah Azab dan Sengsara (roman, tahun 1920 oleh Merari Siregar), Muda Teruna
(roman, tahun 1922 oleh Moh. Kasim), Tak Putus Dirundung Malang (roman, tahun
1929 oleh S.T. Alisyahbana), Layar Terkembang (roman, tahun 1936 oleh S.T.
Alisyahbana), Anak Perawan di sarang Penyamun (roman, tahun 1942 oleh S.T.
Alisyahbana), Belenggu (roman, tahun 1940 oleh Armijn Pane), dan lain-lain.
Hal yang menonjol dari kurikulum 1952 adalah setiap rencana pelajaran
dan mata pelajaran lebih dirincikan dari kurikulum sebelumnya. Bahan ajar sastra
hari. Karya sastra lama, masih digunakan sebagai bahan ajar di dalam
kurikulum1952. Selain itu, karya sastra yang bisa digunakan sebagai bahan ajar
selain angkatan Balai Pustaka, Pujangga Baru juga bisa digunakan dan angkatan
11
45. Karya sastra angkatan 45 adalah Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke
bahan ajar sastra. Bahan ajar sastra yang digunakan berkaitan dengan bahan ajar
pada peserta didik. Pada saat ini, karya sastra yang bisa digunakan sebagai bahan
ajar berupa karya sastra lama yang berkaitan dengan hikayat dan dongeng-dongeng.
Selain itu, perkembangan angkatan sastra yang bisa digunakan sebagai bahan ajar
Pada kurikulum 1968, materi sastra tidak jauh berbeda dengan kurikulum
1964. Pada saat ini materi sastra yang digunakan dalam pembelajaran juga
berkaitan dengan karya sastra angkatan Balai Pustaka, Pujangga Baru, Angkatan
45, Angkatan 50, dan Angkatan 60-an. Hanya saja perbedaannya di sini tujuan
Dalam kurikulum ini, belajar adalah berusaha menguasai isi atau materi
12
secara berangsur-angsur memperhatikan juga proses belajar yang dilakukan peserta
didik. Proses belajar yang dipilih bergantung pada siapa yang dipentingkan dalam
materi pelajaran tersebut. Semua proses pembelajaran diarahkan dalam upaya untuk
Bahan ajar sastra yang bisa digunakan dalam kurikulum 1975 berupakarya
sastra angkatan 70-an. Selai itu, karyasastra lama juga digunakan sebagai bahan
sebelumnya. Pada kurikulum 1084 yang berbeda itu bukan bahan ajar sastranya.
modelpembelajaran yang digunakan adalah Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau
Student Active Leaming (SAL). Jadi, dapat disimpulkan bahan ajar sastra tidak jauh
berbagai aspek diarahkan pada penumbuhan apresiasi sastra para siswa sesuai
pada penumbuhan apresiasi pada siswa. Karena itu, kegiatan apresiasi tidak hanya
bersifat reseptif: menerima sesuatu secara pasif. Tetapi, yang lebih penting,
13
Bahan ajar sastra untuk tingkat SMA dalam kurikulum 1994 berada pada
manfaat dari membaca karya sastra baik asli maupun terjemahan. Materi sastra
secara mandiri memang sama sekali tidak tampak dalam kurikulum 1994. Materi
secara rinci. Sedangkan pada aspek berbicara dan menulis tidak ada materi sastra.
Pada saat ini bahan yang bisa digunakan berkaiatan dengan tuntunan
kurikulum. Pada kurikulum 1994, materi sastra sudahmulai terlihat. Guru bebas
itu, bahan ajar yang digunakan juga berkaiatan dengan tuntutan kurikulum. Jika
materi berkaiatan dengan karya sastra klasik. Karya sastra yang bisa digunakan
sebagai bahan ajar bisa berupa hikayat atau karya sastra angkatan Balai Pustaka.
Jika, materi berkaiatan dengan karya sastra baru bisa digunakan karya sastra
Secara garis besar, bahan ajar bahasa dan sastra Indonesia pada kurikulum
2004 terbagi dalam enam kategori, empat kategori keterampilan berbahasa dan dua
kategori kebahasaan dan sastra. Bahan ajar sastra terdapat dalam lima kategori,
mendengarkan pembacaan puisi, prosa, dan drama. Pada aspek berbahasa berbicara
14
meliputi, bermain drama, menjelaskan isi puisi, isi prosa, dan nilai-nilai dalam
karya sastra. Pada aspek berbahasa membaca meliputi, membaca puisi, prosa dan
drama. Pada aspek berbahasa menulis meliputi, menulis resensi novel, puisi, cerita
pendek, dan drama. Pada aspek sastra meliputi, hasil sastra berupa puisi, cerita
Bahan ajar sastrayangdigunakan bisa berupa karya sastra lamabisa juga karya sastra
kemampuan siswa dalam mengapresiasikan karya sastra. Oleh sebab itu, siswa
porsi yang banyak selain bahasa. Bahan ajar sastra dalam KTSP tidak berdiri
pusi, dan membahas pementasan drama. Pada aspek membaca meliputi membaca
teks sastra dengan membaca apresiatif, membaca sastra dengan membaca puisi,
antologi puisi dan membaca cerita anak, membaca cerpen, kumpulan cerpen,
membaca teks drama, dan novel remaja. Pada aspek menulis meliputi, menulis
15
pantun dan dongeng, menulis kreatif puisi tentang keindahan alam, menulis kreatif
Bahan ajar sastra di SMA dan MA juga tidak berdiri sendiri, tetapi
bergabung dengan bahan ajar keterampilan berbahasa. Bahan ajar aspek berbahasa
pembacaan cerpen, dan mendengarkan teks drama yang dibacakan. Bahan ajar
meliputi, membaca teks sastra: puisi (lama, baru, dan kontemporer), cerpen, sastra
Melayu klasik, novel, hikayat, karya sastra penting dari setiap periode. Bahan ajar
aspek menulis meliputi, menulis puisi lama dan baru, menulis cerpen, menulis
resensi.
Begitu juga dengan kurikulum 2006. Bahan ajar sastra tidak jauh berbeda
dengan kurikulum 2004. Pada kurikulum 2006, juga adabahan ajar sastra berkaiatan
dengan karya ssatra lama, puisi lama, drama, puisi moder, cerpen dan puisi. Bahan
Karya sastra modern yang berkembang saat itu adalah novel Iwan
Simatupang yang dilanjutkan oleh Putu Wijaya, Budi Darma, Umar Kayam, dan
cerita pendek yang dimotori oleh Iwan Simatupang, Danarto, Budi Darma sampai
16
pada cerpenis seperti Seno Gumira Adjidarma dan Joni Ariadinata. Perkembangan
gebrakan yang diikuti oleh penyair lainya seperti Ibrahim Sattah, Danarto, Hammid
Jabbar, Abrar Yusra, Aspar, Linur Suryadi A. G. Kariapur, Leon Agusta, Emha
ainun Nadjib, Eka Budianta, F. Rahardi, Yudistira Ardi Nugraha, Sides Sudaryanto,
Rusli Marjuki Sania, A. Rahim Qahhar, Damiri Mahmud, serta penyair muda dan
Wajah sastra dalam Kurikulum 2013 yang semakin hilang pada dasarnya
disebabkan oleh fungsi bahasa Indonesia sebagai penghela dan pembawa ilmu
dalam mata pelajaran lain. Fungsi itu mau tidak mau menuntut bahasa Indonesia
menyesuaikan diri terutama dalam aspek materi. Sastra dianggap tidak begitu
menampung materi mata pelajaran lain sehingga teks yang dipelajari lebih banyak
SMA terdapat lima materi yang diajarkan berupa teks. Teks tersebut adalah teks
laporan hasil observasi, teks eksposisi, teks prosedur kompleks, teks anekdot, dan
teks negosiasi. Selama satu tahun, siswa hanya mempelajari satu teks sastra, yaitu
teks anekdot. Apabila dibandingkan dengan materi bahasa, maka sastra 1:4 dengan
Kurikulum 2013 tidak secerah pada Kurikulum KTSP 2006. Kondisi tersebut
17
diperparah dengan keberadaan kendala dalam memperkenalkan sastra kepada
peserta didik di tingkat SMP dan SMA. Kendala itu terletak pada minimnya bacaan
sastra bagi siswa. Di sekolah siswa hanya menerima bacaan sastra berupa sastra
populer bukan jenis sastra serius. Langkanya buku sastra serius tadi untuk dijadikan
bahan bacaan menyebabkan siswa enggan membaca. Bacaan yang terbit dan sampai
pada kita tampaknya terlalu berat bagi siswa karena biasanya buku-buku itu berasal
dari Balai Pustaka dan terkadang Gramedia. Barangkali ada sebagian siswa yang
tertarik secara khusus pada bidang bahasa dan sastra, namun jumlah mereka sedikit
sehingga banyak sekolah yang tidak tidak membuka jurusan ini. Pengajaran bahasa
menunjang kemampuan siswa untuk dapat lolos dan lulus SPMB. Dengan
demikian, fungsi sastra sebagai alat untuk memperhalus akal budi manusia menjadi
terpinggirkan.
menambah porsi sastra dalam kurikulum 2013. Berdasarkan analisis yang telah
dilakukan terlihat ada beberapa penambahan materi sastra. Sebagai contoh di kelas
X ada penambahan materi sastra yangberkaitan dengan hikayat, cerpen, dan puisi.
Begitu juga di kelas XI dan XII terdapat penambahan porsi sastra.Tidak hanya di
Jadi, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar sastra dalam kurikulum 2013
18
Arus globalisasi sudah tidak terbendung masuk ke Indonesia. Disertai
dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, dunia kini memasuki era
revolusi industri 4.0, yakni menekankan pada pola digital economy, artificial
intelligence, big data, robotic, dan lain sebagainya atau dikenal dengan
Dalam menghadap di era revolusi industri 4.0 tersebut kita sebagai dosen harus
competence, kompetensi berbasis Internet of Thing sebagai basic skill di era ini;
ilmu, arah riset, dan terampil mendapatkan grant internasional; (3) competence for
mahasiswa pada komersialisasi dengan teknologi atas hasil inovasi dan penelitian;
(4) competence in globalization, dunia tanpa sekat, tidak gagap terhadap berbagai
national problem; serta (5) competence in future strategies, di mana dunia mudah
berubah dan berjalan cepat, sehingga punya kompetensi memprediksi dengan tepat
apa yang akan terjadi di masa depan dan strateginya, dengan cara joint-lecture,
19
ajar berbasis terbitan adalah sebuah ketertinggalan namun menjadi sebuah
dan televisi dalam proses pembelajaran sastra, di sini ada beberapa hal yang harus
diperhatikan:
1) Infrastruktur memadai
ditemukan konten-konten sastra yang telah berubah dari basis cetak menjadi
basis digital.
F. Kesimpulan
Bahan ajar adalah suatu bahan/ materi pelajaran yang disusun secara
sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia di
SMP untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Fungsi bahan ajar sangat akan terkait
20
Jenis-jenis bahan ajar, yaitu sebagi berikut. Bahan ajar Berdasarkan
bentuknya,dibagi menjadi empat ,yakni bahan cetak (printed), bahan ajar dengar
(audio), bahan ajar pandang dengar (audiovisual) dan bahan ajar interaktif
(interactive teaching material). Bahan Ajar Menurut Cara kerjanya, dibagi menjadi
lima ,yakni : Bahan ajar yang tidak diproyeksikan, Bahan ajar yang diproyeksikan,
Bahan Ajar Audio, Bahan Ajar Video, Bahan Ajar (media)komputer. Bahan Ajar
Menurut Sifatnya, dibagi menjadi empat, yakni : Bahan ajar yang berbasiskan
cetak, Bahan ajar yang berbasiskan teknologi, Bahan ajar yang dipergunakan untuk
praktek atau proyek, Bahan ajar yang dibutuhkan untuk keperluan interaksi manusia
ajar sendiri adalah sebagai berikut. Pertama, diperoleh bahan ajar yang sesuai
tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa. Kedua, tidak lagi
tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh. Ketiga, bahan
menulis bahan ajar. Kelima, bahan ajar akan mampu membangun komunikasi
Jika kita lihat perkebangan bahan ajar sastra berdasarkan kurikulum tidak
jauh berbeda. Perbedaannnya terletak pada karya sastranya. Karya sastra yang
Jadi, intinya bahan ajar sastra tidak jauh berbada dari tahun ke tahun. Hanya saja,
proposi sastra, karya sastra yang digunakan, tujuan mempelajari sastra yang
21
berbeda. Intinya jika seorang guru ingin membuat bahan ajar sastra. Bahan ajar
DAFTAR RUJUKAN
22