Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, karena dengan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan karya ilmiah yang sederhana ini dengan baik dengan
judul “Peranan Baitul Hikmah Bagi Peradaban Islam”.

Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memnuhi
tugas mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar di Universitas Darussalam Gontor. Oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi
kesempurnaan karya ilmiah ini.

Harapan kami dalam penulisan karya ilniah ini semoga dapatmemberi


manfaat bagi semua yang membacanya.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih dan semoga Allah senantiasa
meridhai segala amal perbuatan kita. Amin.

Gontor, 3 Desember 2014

Penulis

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada masa dinasti Bani Abbasiah terkenal ada beberapa khalifah yang
mempunyai pencapaian yang luar biasa. Pencapaian tersebut ditandai dengan
majunya peradaban Islam. Puncak kemajuan ini berada pada pemerintahan
khalifah Harun Al Rasyid dan anaknya Al Ma’mun. Pada masa pemerintahan
Harun Al Rasyid Islam mengalami puncak kejayaanya dengan Bagdad sebagai
pusatnya. Pada masa ini kemajuan dapat dilihat dari berbagai aspek, seperti aspek
politik, ekonomi, sosial, budaya dan pendidikan. Sahingga peradaban ini disebut
sebagai ”The golden age of Islam”, atau masa keemasan Islam.

Setelah Harun Al Rasyid wafat, pemerintahanpun diteruskan oleh anaknya


yang bernama Al Ma’mun. Bahkan pada masa ini kejayaan Islam masih berlanjut.
Hal ini ditandai dengan kemajuanya pada bidang pendidikan dan intelektualnya
dengan dibangunya Baitul Hikmah di Bagdad. Di baitul hikmah ini dijadikan
sebagai pusat kajian keilmuan dan pengetahuan. Pada masa itu pula banyak
muncul cendekiawan-cendekiawan muslim dan juga karya-karya besar mereka
yang nantinya akan mempengaruhi peradaban Islam bahkan dunia, sehingga
Baitul Hikmah dianggap sebagai pelecut kemajuan peradaban Islam pada zaman
Abbasiyah. Didasari atas beberapa kenyataan tersebut, pada makalah ini penulis
berusaha untuk memaparkan sejarah berdirinya baitul hikmah serta peranannya
dalam perkembangan peradaban Islam.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas maka pada tulisan ini
hendak mencari jawaban terhadap pertanyaan:

1. Apa Latar Belakang Berdirinya Baitul Hikmah?


2. Bagaimana Sejarah Baitul Hikmah?

2
3. Apakah Peranan Baitul Hikmah Bagi Peradaban Islam
4. Apa pengaruh Baitul Hikmah Terhadap Perkembangan Ilmu
Pengetahuan

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana diuraikan di atas, maka


maksud dari tujuan tulisan ini:

1. Ingin mengetahui latar belakang berdirinya Baitul Hikmah

2. Ingin mengetahui sejarah baitul hikmah

3. Ingin mengetahui peranan Baitul Hikmah bagi peradaban Islam

4. Ingin mengetahui pengaruh Baitul Hikmah terhadap perkembangan


ilmu pengetahuan

D. Metode

Metode penulisan makalah ini adalah bersifat Deskriptif yang artinya


menjelaskan dengan metode kajian kepustakaan, yaitu penelitian yang dilakukan
melalui kepustakaan, mengumpulkan data-data dan keterangan melalui buku-buku
dan bahan lainnya yang ada hubungannya dengan masalah-masalah yang diteliti.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Berdirinya Baitul Hikmah

Motivasi didirikannya lembaga baitul hikmah boleh jadi memang


kepentingan-kepentingan praktis, seperti kepentingan untuk menguasai ilmu
kedokteran, astronomi, tetapi juga sangat penting didorong oleh kepentingan
prestise, ada yang menilai bahwa pendirian lembaga tersebut sesunggguhnya
didorong oleh keinginan meniru lembaga hebat yang didirikan oleh orang-orang
kristen Nestorians; yakni gondhesaphur yang salah satu tokohnya georgius
Gabriel pernah ditunjuk menjadi kepala sebuah rumah sakit pada jaman khalifah
al-Mansur. Tokoh ini juga aktif menerjemahkan karya-karya yunani.

Terlepas dari itu semua yang menjadi motivasi utamanya, pembentukan


lembaga Baitul Hikmah adalah disebabkan oleh faktor-faktor obyektif sebagai
berikut:

1. Melimpahnaya kekayaan negara dan tingginya apresiasi khalifah Al Makmun


terhadap ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Al-Makmun mempunyai selera
pribadi yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan (Filsafat, kedokteran, astronomi,
dan lain-lain), dan seni musik. Bersatunya “dana” dengan “selera” ini melahirkan
“political will” yang ternyata mendapat sambutan yang positif dari para
pembantunya dan dari masyarakat.

2. Pada saat itu kawasan Irak (Mesopotamia) dan sekitarnya telah memiliki
tradisi keilmuan yang tinggi yang berasal dari warisan peradaban masa lampau.
Disana telah ada daerah-daerah kantong di mana ilmu-ilmu pengetahuan orang-
orang kuno telah dipelajari lama secara turun temurun. Warisan peradaban masa
lampau ini masuk ke kawasan persia diantaranya dibawa oleh para imigran.
Misalnya kaum Nasrani dari madzhab Nestorias yang diusir kaisar Bizantium dari
mazhab Nestorias yang diusir Kaisar Bizantium dari Eddesa tahun 489. Pada

4
tahun 529 datang lagi gelombang imigran dan lulusan Athena yang terusir dan
akhirnya masuk kawasan Persia. Dalam hal ini tidak dapat diabaikan jasa besar
dari “The Great king” Chosrus Nushirwan (tahun 531-579);yang akhirnya bisa
menjadikan kawasan tersebut sebagai sentra-sentra ilmu pengetahuan yang
penting.Jundhisaphur adalah salah satu yang terpenting. Kota di propinsi
Khuzistan ini sangat populer dengan ilmu kedokterannya. Warga kota ini telah
mampu mengembangkan metode-metode pengobatan yang lebih dekat daripada
metode India dan Yunani. Disamping melalui para imigran, warisan perradaban
kuno juga masuk ke kawasan Persia akibat interaksi dengan dunia luar selama
berabad-abad. Karena kawasan Iraq (Mesopotamia) memang telah mempunyai
rentang sejarah peradaban yang tua.

3. Adanya apresiasi yang tinggi dari kebanyakan anggota masyarakat (dari


berbagai lapisan sosial) terhadap kegiatan keilmuan,yang menyebabkan mereka
bisa bekerja bahu-membahu satu sama lain tanpa mengalami beban psikologis
yang disebabkan oleh perbedaan etnis, agama, status sosial dan lain sebagainya.
Disini profesionalitas dijunjung tinggi dengan sikap terbuka dan fair. Sehingga
tidak mengherankan jika waktu itu, karena kualitasnya, orang-orang etnis non
arab dan non muslim banyak sekali perananya. Mereka bisa menjalankan tugas
dengan tenang meskipun memerintahkan adalah kaisar (khalifah) muslim.

B. Sejarah Baitul Hikmah

Baitul Hikmah adalah perpustakaan dan pusat penerjemahan pada masa


dinasti Abbasiah. Baitul hikmah ini terletak di Baghdad. Baghdad ini dianggap
sebagai pusat intelektual dan keilmuan pada masa Zaman Kegemilangan Islam
(The golden age of Islam). Karena sejak awal berdirinya kota ini sudah menjadi
pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam. Itulah sebabnya
K. Hitti menyebut bahwa Baghdad sebagai profesor masyarakat Islam.

Baitul Hikmah didirikan tahun 832 M di Baghdad pada masa Dinasti Bani
Abbasiyah, tepatnya pada masa pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid (786 M -
809 M). Baitul Hikmah merupakan perpustakaan yang berfungsi sebagai pusat

5
pengembangan ilmu pengetahuan. Institusi ini merupakan kelanjutan dari institusi
serupa di masa Imperium Sasania Persia yang bernama Jundhisapur Academy.
Namun berbeda dari institusi pada masa Sasania yang hanya menyimpan pusi-
puisi dan cerita-cerita untuk raja. Pada masa Abbasiyah institusi ini diperluas
penggunaannya. Bait al-Hikmah atau Graha kebijaksanaan yang dirintis oleh
khalifah Harun al-Rasyid ditujukan untuk menjadi pusat segala kegiatan
keilmuan. Pada masa Harun al-Rasyid institusi ini bernama Khizanah al-Hikmah
(Khazanah Kebijaksanaan yang berfungsi sebagai sebagai perpustakaan dan pusat
penelitian. Pada waktu itu, gerakan intelek yang hebat telah bangkit dan
mendorong kaum muslim untuk memperoleh ilmu-ilmu pengetahuan zaman kuno.

Tujuan utama didirikannya Baitul Hikmah adalah untuk mengumpulkan


dan menyalin ilmu-ilmu pengetahuan asing ke dalam bahasa Arab. Inilah yang
menjadi awal kemajuan yang dicapai Islam, yaitu menggenggam dunia dengan
ilmu pengetahuan dan peradaban. Pada waktu itu pula berkembang beragam
disiplin ilmu pengetahuan dan peradaban yang ditandai dengan berdirinya Baitul
Hikmah sebagai perpustakaan raksasa sekaligus pusat kajian ilmu pengetahuan
dan peradaban terbesar pada masanya.

Di situ para sarjana sering berkumpul untuk menterjemah dan berdiskusi


masalah ilmiah. Dan khalifah Harun Ar-Rasyid kemudian Al-Makmun secara
aktif selalu ikut dalam pertemuan-pertemuan itu. Lembaga pendidikan ini
didirikan berkat adanya usaha dan bantuan dari orang-orang yang memegang
kepemimpinan dalam pemerintahan.

Jika kita melihat Harun Ar Rasyid adalah khalifah yang banyak


memanfaatkan kekayaan negara untuk kesejahteraan sosial, seperti mendirikan
rumah sakit, lembaga pendidikan kedokteran, lembaga pendidikan farmasi dan
pemandian umum. Sedangkan putranya Al ma’mun yang merupakan pengganti
Harun ar Rasyid dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta kepada ilmu.
Sehingga pada masa pemerintahanya penerjemahan buku-buku asing digalakan.
Dan bukti dari jasa besarnya adalah dalam pembangunan Baitul Hikmah ini.

6
Pada mulanya Harun ar Rasyid (736-809 M) mendirikan Khizanat Al
Hikmah yang berfungsi sebagai perpustakaan, tempat penerjemahan dan
penelitian. Kemudian pada tahun 815 M Al Ma’mun (813-833 M) mengubahnya
menjadi Baitul Hikmah yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan buku-buku
kuno yang berasal dari persia, Byzantium, Eithopia dan India.

Baitul Hikmah ini mengalami kemajuan pesat pada masa khalifah Al


Ma’mun. Baitul Hikmah merupakan salah satu contoh perpustakaan Islam yang
lengkap, yang berisi ilmu agama Islam dan bahasa arab, bermacam-macam ilmu
pengetahuan yang telah berkembang pada masa itu dan berbagai macam buku
terjemahan dari bahasa-bahasa Yunani, Persia, India, Qibty dan aramy.
Perpustakaan-perpustakaan Islam pada masa jayanya dikatakan sudah menjadi
aspek budaya, dikatakan sudah menjadi budaya yang penting, sekaligus sebagai
tempat belajar dan sumber ilmu pengetahuan, baik agama maupun ilmu umum.

Sebagaian ilmuwan bependapat, bahwa usaha ilmiah terpenting dijalankan


oleh akademi ini terjadi sewaktu dikepalai oleh Hunain ibn Ishaq, seorang Kristen
yang pandai berbahasa Arab dan Yunani. Dia memperkenalkan metode
penerjemahan baru yaitu menterjemahkan kalimat, bukan menerjemahkan kata per
kata, hal ini agar dapat memperoleh keakuratan dan keotentikan naskah, Hunain
juga menggunakan metode penerjemahkan dengan membandingkan beberapa
naskah untuk diperbandingkan. Hunain berhasil memindahkan ke dalam bahasa
Arab Apollonius, Plato, Galen, Aristoteles, Themitius, Perjanjian lama,dan sebuah
buku kedokterann yang dikarang oleh Paulus al-Agani dengan bantuan para
penerjemah dari Bait al-Hikmah. Ia menerjemahkan kitab Republik dari Plato,
dan kitab Kategori, Metafisika, Magna Moralia dari Aristoteles .

Penerjemahan buku-buku ilmu falak, kedokteran ,filsafat, dan lain-lain


dilakukan secara langsung dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab selain kota
Baghadad, juga di Harran, Merv (Persia Timur) , dan Jundhisaphur (Persia
Barat). Pasca Ma’mun, penerjemahan berjalan terus,bahkan tidak hanya menjadi
urusan istana, tetapi telah menjadi usaha pribadi oleh orang yang gemar dan

7
mencintai ilmu, misalnya Muhammad, Ahmad, dan al-Hasan anak-anak Musa Ibn
Syakir yang telah menafkahkan sebagian besar hartanya untuk penerjemahan
buku-buku. Sementara itu, Musa telah menerjemahan ke dalam bahasa Arab
buku-buku karangan Plato, Aristoteles, dan lain-lain.

Sebagai catatan orang Nestor Syiriah yang berbahasa Suryani yang


banyak terlibat dalam penerjemahan buku-buku Yunani ke dalam bahsa Arab.
Yahya al-batrik, ahli bahasa Suryani dan Yunani menyerahkan buku terjemahan
dari Yunani ke Arab kepada khalifah Abbasiyah, kemudian khalifah menyuruh
Mu’allim Tsani, al-Farabi untuk mengedit lagi, karena al-batrik dianggap kurang
mahir bahasa arab. Hal ini menunjukkan betapa perhatian pemerintah dalam hal
memelihara ilmu pengetahuan Yunani.

Kegiatan kaum muslimin bukan hanya menerjemahkan,bahkan mulai


memberikan syarahan (penjelasan), dan melakukan tahqiq (pengeditan). Pada
mulanya muncul dalam bentuk karya tulis yang ringkas, lalu dalam wujud yang
lebih luas dan dipadukan dalam berbagai pemikiran dan petikan,analisis dan kritik
yang disusun dalm bentuk bab-bab dan pasal-pasal. Dengan kepekaan mereka,
hasil kritik dan analisis itu memancing lahirnya teori-teori baru sebagi hasil
renungan mereka sendiri. Misalnya apa yang telah dilakukan oleh Muhammd ibn
Musa al-Khawaizmi dengan memisahkan aljabar dan ilmu hisab yang pada
akhirnya menjadi ilmu tersendiri secara sistematis.
Baitul Hikmah berkembang maju di bawah pengganti al-Ma’mun, al-
Mu’tasim dan al-Wathiq tetapi menurun di bawah pemerintahan al-Mutawakkil.
Ini disebabkan Al-Ma’mun, Al-Mu’tasim dan Al-Watshiq mengikut mazhab
Muktazilah tetapi Al-Mutawakkil mengikut aliran Islam tradisional. Al-
Mutawakkil hendak menghentikan merebaknya falsafah Yunani yang merupakan
salah satu asas ajaran Muktazilah. Sama seperti perpustakaan lain di Baghdad,
Baitul Hikmah dimusnahkan masa penaklukan Mongol pada tahun 1258.
Diriwayatkan Sungai Tigris menjadi hitam selama enam bulan karena tinta dari
buku-buku yang dihamburkan ke dalam sungai.

8
C. Peranan Baitul Hikmah Bagi Peradaban Islam

Masa dinasti abasiyyah merupakan masa kejayaan Islam dalam berbagai


bidang, khususnya bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pada masa ini umat
Islam telah banyak melakukan kajian kritis tentang ilmu pengetahuan, sehingga
mengalami kemajuan pesat. Pengalihan ilmu pengetahuan dilakukan dengan cara
menerjemahkan berbagai buku karangan bangsa-bangsa terdahulu, seperti buku-
buku karya bangsa Yunani, Romawi dan Persia. Berbagai naskah yang ada di
kawasan Timur Tengah dan Afrika seperti Mesopotamia dan Mesir juga menjadi
perhatian.

Banyak para ahli yang berperan dalam proses perkembangan ilmu


pengetahuan adalah kelompok mawali atau orang-orang non arab, seperti Persia.
Pada masa permulaan Dinasti Abasiyah, belum terdapat pusat-pusat pendidikan
formal, seperti sekolah-sekolah. Akan tetapi sejak masa pemerintahan Harun Ar
Rasyid mulailah dibangun pusat-pusat pendidikan formal seperti Khizanatul
Hikmah dan pada masa Al Ma’mun diubah menjadi Baitul Himah yang kelak dari
lembaga ini melahirkan para sarjana dan para ahli ilmu pengetahuan yang
membawa kejayaan bagi umat Islam.

Pada masa Al Ma’mun ilmu pengetahuan dan kegiatan intelektual


mengalami masa kejayaanya. Ia mendirikan Baitul Hikmah pengembangan dari
Khizanatul Hikmahyang menjadi pusat kegiatan ilmu, terutama ilmu pengetahuan
nenek moyang Eropa (Yunani). Pada masa itu banyak karya-karya Yunani yang
diterjemahkan kedalam bahasa Arab. Selanjutnya model ini dikembangkan di
Darul Hikmah Cairo kemudian diterima kembali oleh barat melalui Kordoba dan
kota-kota lain di Andalusia.

Khalifah Al Ma’mun lebih lagi melangkah, yaitu mengirim tim-tim sarjana


ke berbagai pusat ilmu di dunia, untuk mencari kitab-kitab penting yang harus
diterjemahkanya. Hal inilah salah satu yang menjadikan Islam mengalami
kemajuan. Karena umat Islam bis mempelajari berbagai ilmu pengetahuan yang
ada di penjuru dunia.

9
Disamping sebagai pusat penerjemahan, Baitul Hikmah juga berperan
sebagai perpustakaan dan pusat pendidikan. Karena pada masa perkembangan
ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam, buku mempunyai nilai yang sangat
tinggi. Buku merupakan sumber informasi berbagai macam ilmu pengetahuan
yang ada dan telah dikembangkan oleh ahlinya. Orang dengan mudah dapat
belajar dan mengajarkan ilmu pengetahuan yang telah tertulis dalam buku.
Dengan demikian buku merupakan sarana utama dalam usaha pengembangan dan
penyebaran ilmu pengetahuan. Sehingga Baitul Hikmah selain menjadi lembaga
penerjemahan juga sebagai perpustakaan yang mengoleksi banyak buku.

Pada masa ini berkembang berbagai macam ilmu pengetahuan, baik itu
pengetahuan umum ataupun agama, seperti Al Qur’an, qiraat, Hadits, Fiqih,
kalam, bahasa dan sastra. Disamping itu juga berkembang empat mazhab fiqih
yang terkenal, diantaranya Abu Hanifah pendiri madzhab Hanafi, Imam Maliki
ibn Anas pendiri madzhab Maliki, Muhammad ibn Idris Asy-Syafi’i pendiri
madzhab syafi’i dan Muhammad ibn Hanbal, pendiri madzhab Hanbali.
Disamping itu berkembang pula ilmu-ilmu umum seperti ilmu filsafat, logika,
metafisika, matematika, alam, geometri, aritmatika, mekanika, astronomi, musik,
kedokteran dan kimia. Ilmu-ilmu umum masuk kedalam Islam melalui terjemahan
di Baitul Hikmah dari bahasa Yunani dan Persia ke dalam bahasa Arab, disamping
dari bahasa India. Pada masa pemerintahan al Ma’mun pengaruh Yunani sangat
kuat. Diantara para penerjemah yang masyhur saat itu ialah Hunain ibn Ishak,
seorang Kristen Nestorian yang banyak menerjemahkan buku-buku Yunani ke
dalam bahasa Arab. Ia terjemahkan kitab Republik dari Plato dan kitab Kategori,
Metafisika, Magna Moralia dari dari Aristoteles

Peran Baitul Hikmah memang sangat besar dalam kemajuan peradaban


Islam, terutama dalam ilmu pengetahuanya yang pada masa itu lahir banyak
ilmuan-ilmuan Islam, berikut Sarjana-sarjana dan ilmuan-ilmuan yang lahir dari
lembaga ini:

1. Ilmu Pengetahuan Umum

10
Dibidang ilmu pengetahuan umum banyak lahir ilmuan-ilmuan besar dan sangat
berpengaruh terhadap peradaban islam.

A. Ilmu kedokteran

1) Hunain ibn Ishaq (804-874 M), terkenal sebagai dokter penyakit mata.

2) Ar Razi (809-873 M), terkenal sebagai dokter ahli penyakit cacar dan campak.
Buku karanganya dibidang kedokteran berjudul Al Hawi.

3) Ibn sina (980-1036 M), karyanya yang terkenal adalah al Qonun fi at-Tibb dan
dijadikan buku pedoman kedokteran bagi universitas di negara Eropa dan negara
islam.

4) Abu Marwan Abdul Malik ibn Abil’ala ibn Zuhr (1091-1162 M), terkenal
sebagai dokter ahli penyakit dalam. Karyanya yang terkenal adalah At Taisir dan
Al Iqtida.

5) Ibn Rusyd (520-595 M), terkenal sebagai perintis penelitian pembuluh darah
dan penyakit cacar

B. Ilmu Perbintangan

1) Abu Masy’ur al Falaki, karyanya adalah Isbatul’Ulum dan Haiatul Falaq.

2) Jabir Al Batani, pencipta teropong bintang yang pertama, karya yang terkenal
adalah Kitabu Ma’rifati Matlil-Buruj Baina Arba’il Falaq.

5) Raihan Al Biruni, karya yang terkenal adalah at-Tafhim li Awa’ili Sina’atit-


Tanjim.

C. Ilmu Pasti (Riyadiyat)

1) Sabit bin Qurrah al Hirany, karyanya yang terkenal adalah Hisabul Ahliyyah.

11
2) Abdul Wafa Muhammad bin Muhammad bin Ismail bin Abbas, karyanya yang
terkenal ialah Ma Yahtaju Ilaihi Ummat Wal Kuttab min Sinatil-hisab.

3) Al Khawarijmi, tokoh matematika yang mengarang buku al Jabar.

4) Umar Khayam, karyanya tentang al Jabar yang bejudul Treatise on al-Gebra


telah diterjemahkan oleh F Woepcke ke dalam bahasa Perancis (1857 M). Karya
Umar Khayam lebih maju daripada al Jabar karya Euklides dan Al Khawarizmi.

D. Ilmu farmasi dan Kimia

Salah satu ahli farmasi adalah ibn Baitar, karyanya yang terkenal adalah Al
Mugni, Jami’ Mufratil Adwiyyah, wa Agziyah dan Mizani tabib. Adapun dibidang
Kimia adalah Abu Bakar Ar Razi dan Abu Musa Ya’far al Kufi.

E. Ilmu Filsafat

Tokoh-tokoh filsafat Islam antara lain, Al Kindi (805-873), Al Farabi


(872-950 M) dengan karyanya Ar-Ra’yu Ahlul Madinah al Fadilah, Ibnu sina
(980-1036 M), Al Ghazali (450-505 M) dengan karya Tah-Afut al-Falasifat, Ibnu
Rusyid dan lain-lain.

F. Ilmu Sejarah

Ahli Sejarah yang lahir pada masa itu adalah Abu Ismail al Azdi, dengan
karyanya yang berjudul Futuhusyi Syam, al Waqidy dengan karyanya al Magazi,
Ibn Sa’ad dengan karyanya at-Tabaqul Kubra dan Ibnu Hisyam dengan karyanya
Sirah ibn Hisyam.

G. Ilmu Geografi

Tokohnya ialah Ibnu Khazdarbah dengan karyanya Kitabul masalik wal


Mamalik, Ibnu Haik dengan karyanya Kitabus Sifati Jaziratil-‘arab dan Kitabul
Iklim, Ibn Fadlan dengan karyanya Rihlah Ibnu fadlan.

H. Ilmu Sastra

12
Pada masa itu juga berkembang ilmu sastra yang melahirkan beberapa
penyair terkenal seperti, Abu Nawas, Abu Atiyah, Abu Tamam, Al Mutannabbi
dan Ibnu Hany. Di samping itu mereka juga menghasilkan karya sastra yang
fenomenal seperti Seribu Satu Malam “Alf Lailah Walailah”, yang diterjemahkan
ke dalam bahasa Inggris menjadi The Arabian Night.

2. Ilmu Agama

Di samping ilmu pengetahuan umum, pada masa itu berkembang pula


ilmu agama dengan tokoh-tokohnya sebagai berikut:

A. Ilmu Tafsir

Pada masa itu berkembang 2 macam tafsir dengan tokoh-tokohnya:

1) Tafsir Bil Ma’tsur (penafsiran ayat Al Qur’an oleh Al Qur’an atau Hadits
Nabi), diantara tokohnya adalah Ibnu Jarir At Tabari, Ibnu Atiyah al Andalusy,
Muhammad Ibn Ishak dan lain-lain.

2) Tafsir Bir-Ra’yi (Tafsir dengan akal pikiran), diantara tokohnya adalah Abu
Bakar Asam, Abu Muslim Muhammad bin Bahr Isfahany, Ibnu Juru Ak Asadi
dan lain-lain.

B. Ilmu Hadits

Pada masa itu sudah ada pengkodifikasian Hadits sesuai kesahihannya.


Maka lahirlah ulama-ulama Hadits terkenal seperti Imam Bukhori, Muslim, At
Tirmadzi, Abu Dawud, Ibn Majah dan An Nasa’i. Dan dari merekalah diperoleh
Kutubus Sittah.

C. Ilmu Kalam

Ilmu Kalam lahir karena dua faktor, yaitu musuh Islam ingin
melumpuhkan Islam dengan filsafat dan semua masalah termasuk agama berkisar

13
pada akal dan ilmu. Diantar tokohnya ialah Wasil ibn Atho’, Abu Hasan Al
Asy’ari, Imam Ghozali dan lain-lain.

D. Ilmu Tasawuf

Diantara tokohnya adalah al Qusairy dengan karyanya Risalatul


Qusairiyah dan Al Ghozali dengan karyanya Ihya’ Ulumuddin.

E. Ilmu bahasa

Pada masa itu kota Basrah dan kuffah menjadi pusat kegiatan bahasa.
Diantara tokohnya ialah Sibawaih, AL Kisai dan Abu Zakariya al Farra.

F. Ilmu Fikih

Pada masa ilmu fikih juga berkembang pesat, terbukti pada masa ini
muncul 4 madzhab fiqih, yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali.

Dari uraian di atas maka lelas bahwa ilmu pengetahuan ini hanya dapat
maju apabila masyarakat berkembang dan berperadaban. Jika kita ketahui bahwa
pendidikan akan maju maka suatu rakyat harus sejahtera, disamping itu segala
sarana yang menunjang lengkap. Hal itulah yang terjadi di Bagdad dengan Baitul
Hikmah yang mampu memajukan peradaban Islam.

D. Pengaruh Baitul Hikmah terhadap ilmu Pengetahuan

Setelah meluasnya peran lembaga tersebut, lembaga ini juga membawa


dampak positif secara makro bagi masyarakat luas diantaranya:

1. Ditemukannya jakur “benang merah” yang menjelaskan rentangan sejarah


perkembangan peradaban umat manusia sejak kurun waktu yang sangat tua, dan
diperoleh kembali kekayaan warisan peradaban kuno yang bernilai tinggi dari
Yunani,India, Persia dan lainnya.

2. Semakin tumbuh suburnya kondisi sosial yang favourable bagi perkembangan


ilmu pengetahuan

14
3. Terjadinya integrasi sosial yang kian intensif dan berkurangnya sikap
primordialisme. Diantara penyebab Daulah Abbasiyah pada periode pertama ini
berhasil mencapai masa keemasan ialah terjadinya asimilasi dalam Daulah
Abbasiyah ini, keterlibatan unsur-unsur non Arab, terutama bangsa Persia, dalam
pembinaan peradaban Baitul Hikmah.

Pada masa itu perpustakaan-perpustakaan tampaknya lebih menyerupai


sebuah universitas ketimbang sebuah taman bacaan. Orang-orang datang ke
perpustakaan itu untuk membaca, menulis, dan berdiskusi. Di samping itu,
perpustakaan ini juga berfungsi sebagai pusat penerjemahan. Tercatat kegiatan
yang paling menonjol adalah terhadap buku-buku kedokteran, filsafat,
matematika, kimia, astronomi dan ilmu alam.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Baitul Hikmah bahasa Arab Bait al-Hikmah adalah perpustakaan dan pusat
penerjemahan pada masa dinasti Abbasiah yang terletak di Bagdad. Pada mulanya
Harun ar Rasyid (736-809 M) mendirikan Khizanat Al Hikmah yang berfungsi
sebagai perpustakaan, tempat penerjemahan dan penelitian. Kemudian pada tahun
815 M Al Ma’mun (813-833 M) mengubahnya menjadi Baitul Hikmah yang
berfungsi sebagai tempat penyimpanan buku-buku kuno yang berasal dari persia,
Bizantium, Eithopia dan India.

Pada masa Al Ma’mun Baitul Hikmah mengalami kemajuan yang luar


biasa. Karena pada saat itu Baitul Hikmah menjadi pusat kajian yang
memunculkan banyak ilmuan, baik ilmuan agama atau ilmu umum. Maka di
sinilah Baitul Hikmah mempunyai peranan yang cukup besar dalam memajukan
peradaban Islam, bahkan pada masa itu Islam mengalami masa keemasanya ”The
golden age of Islam”.

B. Penutup

Demikian uraian makalah ini, kami sadar masih banyak kekurangan


ataupun kesalahan. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

16
REFERENSI

Issawi, Charles, Filsafat Islam Tentang Sejarah, (Jakarta: Tintamas, 1976).

Karim, M Abdul, Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam, (Yogyakarta: Pustaka


Book Publisher, 2007).

Mubarok, Jaiha, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy,


2005).

Mufrodi, Ali, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1997).

Wahid, N Abbas dan Suratno, Khazanah Sejarah Kebudayaan Islam, (Solo: PT


Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009).

http://ms.wikipedia.org/wiki/Baitul_Hikmah.

17

Anda mungkin juga menyukai