Anda di halaman 1dari 8

KONSUMSI BUAH DAN SAYUR SERTA KONSUMSI SUSU

SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA HIPERTENSI DI


PUSKESMAS S. PARMAN KOTA BANJARMASIN
Rosihan Anwar1

ABSTRAK

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 prevalensi


hipertensi secara nasional mencapai 31,7%. Prevalensi hipertensi berdasarkan
pengukuran termasuk kasus yang sedang minum obat, secara nasional adalah 32,2%.
Prevalensi tertinggi ditemukan di Provinsi Kalimantan Selatan 39,6% sedangkan
terendah di Papua Barat 20,1%. Penyandang hipertensi essensial yang berobat ke
puskesmas adalah 78.805 orang atau sekitar 19,8 % dari penduduk yang berumur 20-75
tahun. Tujuan penelitian mengetahui hubungan konsumsi buah dan sayur serta konsumsi
susu dengan kejadian hipertensi di Puskesmas S. Parman. Penelitian analitik dengan
rancangan case control dengan matching variabel umur dan jenis kelamin dengan
perbandingan kasus dan kontrol adalah 1:2. Kasus adalah penyandang hipertensi yang
baru terdiagnosis sebagai penyandang hipertensi pada saat berobat pertama kali di
Puskesmas S. Parman Kota Banjarmasin, sedangkan kontrol adalah penyandang rawat
jalan selain hipertensi. Variabel terikat adalah kejadian hipertensi sedangkan variabel
bebas adalah konsumsi buah dan sayur serta konsumsi susu. Jumlah sampel sebanyak 156
orang yang terdiri kasus 52 orang dan kontrol 2 x 52 yaitu 104 orang. Hasilnya ada
hubungan pola makan berdasarkan konsumsi buah dan sayur (p=0,000) serta konsumsi
susu (p=0,004) terhadap kejadian hipertensi. Pola makan berdasarkan konsumsi konsumsi
buah dan sayur yang cukup (OR=5,30) dan konsumsi susu yang kurang (OR=3,72)
merupakan faktor risiko terhadap kejadian hipertensi.

Kata Kunci : Hipertensi, konsumsi buah dan sayur, konsumsi susu

PENDAHULUAN
Menurut WHO secara (20,1%). Sedangkan prevalensi
global hampir mencapai satu milyar hipertensi nasional berdasarkan
orang memiliki tekanan darah tinggi pengukuran adalah 28,3% dan provinsi
(hipertensi). Sepertiga dari populasi dengan prevalensi tertinggi tetap
orang dewasa di Asia Tenggara Kalimantan Selatan (35,0%), yang
termasuk Indonesia memiliki tekanan terendah juga tetap Papua Barat
darah tinggi. Hipertensi penyebab (17,6%). Menurut Profil Kesehatan
kematian nomor 3 setelah stroke dan Kota Banjarmasin Tahun 2012
tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari hipertensi essensial yang berobat ke
populasi kematian pada semua umur di puskesmas adalah 78.805 orang atau
Indonesia. Riset Kesehatan Dasar sekitar 19,8% dari penduduk yang
(Riskesdas) 2007 prevalensi hipertensi berumur 20-75 tahun1,2,3.
secara nasional mencapai 31,7%. Hipertensi merupakan penyakit
Prevalensi hipertensi secara nasional yang sangat berbahaya, karena tidak ada
berdasarkan pengukuran termasuk kasus gejala atau tanda khas sebagai
yang sedang minum obat adalah 32,2%. peringatan dini. Kebanyakan orang
Prevalensi tertinggi ditemukan di merasa sehat dan energik walaupun
Provinsi Kalimantan Selatan (39,6%) hipertensi. Keadaan ini tentunya sangat
sedangkan terendah di Papua Barat

Jurnal Skala Kesehatan Volume 5 No. 1 Tahun 2014


berbahaya, yang dapat menyebabkan natrium, membatasi asupan makanan
kematian mendadak pada masyarakat. tinggi lemak jenuh, menjaga berat
Hipertensi dan komplikasinya badan ideal, melakukan aktifitas secara
dapat dicegah dengan gaya hidup sehat fisik, menghindari rokok, menghindari
dan mengendalikan faktor risiko. penggunaan alkohol, memeriksakan
Terjadinya pergeseran pola makan di secara teratur tekanan darah, mencegah
kota-kota besar dari pola makan dan menangani kondisi medis lainnya
tradisional ke pola makan barat yang seperti diabetes karena sekitar 60%
komposisinya terlalu tinggi kalori, orang yang mengidap diabetes juga
banyak protein, lemak dan gula tetapi memiliki tekanan darah tinggi 1.
rendah serat menimbulkan Peningkatan kandungan garam
ketidakseimbangan konsumsi gizi, pada ikan asin dapat disebabkan oleh
merupakan faktor risiko untuk adanya penggaraman kembali oleh para
terjadinya penyakit degeneratif seperti pedagang selama penyimpanan.
diabetes mellitus, hipertensi, jantung Bertambahnya kandungan garam pada
koroner dan masalah kesehatan lain4,5. daging ikan dapat menambah daya awet
Faktor resiko hipertensi dapat ikan asin. Standar Nasional Indonesia
dibedakan atas faktor yang tidak dapat (SNI) mensyaratkan kadar garam tidak
dikontrol (seperti keturunan, jenis lebih dari 20 %. Kadar garam yang
kelamin, dan umur) dan yang dapat tinggi dapat memicu timbulnya
dikontrol (seperti kegemukan, kurang hipertensi pada beberapa orang. Hasil
olahraga, merokok, serta konsumsi uji kadar garam dari beberapa iwak
alkohol dan garam). Hipertensi juga karing yang beredar di Banjarmasin
dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, menunjukan angka lebih dari 20% hal
baik yang bersifat endogen seperti ini dapat mengakibatkan peningkatan
neurotransmitter, hormon dan genetik, tekanan darah bagi yang
7
maupun yang bersifat eksogen seperti mengkonsumsinya .
rokok, nutrisi dan stres6. Jika tekanan darah tergolong
WHO menganjurkan untuk tinggi, segera konsultasi pada dokter
mencegah dan mengontrol tekanan dan lakukan diet DASH (Dietary
darah dengan mengurangi dan Approach to Stop Hypertension) yang
mengelola stres, makanan yang sehat menyajikan menu makanan kaya akan
yang terdiri dari banyak buah dan sumber kalium, magnesium, kalsium,
sayuran segar yang menyediakan nutrisi serat sayur maupun buah dan susu. Juga
seperti potassium dan serat, membatasi lakukan pembatasan makanan yang
asupan natrium, menyadari bahwa mengandung tinggi lemak jenuh,
banyak makanan olahan yang tinggi kolesterol,
garam, gula, kopi dan minuman keras8. dalam dua kelompok yaitu kasus dan
Oleh karena itu penelitian ingin kontrol, yaitu 1 kasus dibandingkan
mengetahui apakah ada hubungan pola dengan 2 kontrol yang dimatching
makan terhadap kejadian hipertensi di terhadap umur dan jenis kelamin. Kasus
Puskesmas S. Parman Kota adalah penderita hipertensi yang baru
Banjarmasin. terdiagnosis sebagai penderita
hipertensi pada saat berobat pertama
BAHAN DAN METODE kali di Puskesmas S. Parman Kota
Jenis penelitian analitik dengan Banjarmasin, sedangkan kontrol adalah
rancangan case control (kasus - penderita rawat jalan selain hipertensi di
kontrol) dengan matching variabel umur Puskesmas S. Parman Kota
dan jenis kelamin antara kelompok Banjarmasin.Penelitian ini dilaksanaka
kasus dan kontrol. Subjek dibagi ke n di Puskesmas S. Parman Kota

Jurnal Skala Kesehatan Volume 5 No. 1 Tahun 2014


Banjarmasin dan waktu penelitian pada dan sayur serta konsumsi susu. Dalam
bulan Januari 2013 sampai dengan pengumpulan data juga digunakan food
Maret 2013. Populasi adalah semua model, dalam ukuran gram
pasien puskesmas di Puskesmas S. dan ukuran rumah tangga (URT) untuk
Parman Kota Banjarmasin. Sampel memperkirakan jumlah dan banyaknya
penelitian adalah pasien hipertensi baru makanan yang dikonsumsi.
(kelompok kasus) dan pasien yang tidak Sphygomanometer air raksa dan
menderita hipertensi (kelompok stetoskop digunakan untuk mengukur
kontrol). Pengambilan sampel dilakukan tekanan darah. Kuesioner yang berisi
dengan cara non ramdom sampling pertanyaan mengenai konsumsi iwak
dengan teknik metode consecutive karing dan konsumsi garam dapur.
sampling, yaitu setiap subjek yang Data karateristik pasien meliputi
datang dan memenuhi kriteria inklusi umur, jenis kelamin, pendidikan
dan eksklusi dijadikan sebagai sampel. terakhir , pekerjaan diperoleh melalui
Kemudian dilakukan maching menurut wawancara dengan menggunakan
jenis kelamin dan umur dengan selisih kuesioner. Data hipertensi didapat dari
umur ± 5 tahun. Proses maching pengukuran menggunakan
dilakukan untuk mengendalikan faktor Sphygomanometer air raksa dan
pengganggu sebagai proses penyetaraan stetoskop digunakan untuk mengukur
sampel penelitian pada kelompok tekanan darah jika pengukuran
kontrol. Kriteria inklusi sampel kasus, tekanan darah ≥ 140/90 mmHg dan
yaitu usia dewasa, penderita hipertensi tidak hipertensi bila tekanan darah
baru. Kriteria inklusi sampel kontrol, < 140/90 mmHg. Data konsumsi iwak
yaitu usia dewasa, bukan penderita karing dan garam dapur yang dikonsumsi
hipertensi. Kriteria eksklusi kasus, yaitu sehari-hari yang diukur
penderita bukan hipertensi, memiliki dengan menggunakan
penyakit atau riwayat penyakit yang metode semiquantitative food frequency
menyebabkan hipertensi seperti questionnaire (SQFFQ) 3 bulan
penyakit ginjal kronis, gangguan terakhir.
jantung dan diabetes mellitus serta Analisis data akan dilakukan
hamil untuk wanita dengan menggunakan program Stata
Berdasarkan perhitungan besar Intercooled Versi 11 Analisis data yang
sampel adalah sebanyak 156 orang yang dilakukan adalah analisis univariat
terdiri kasus 52 orang dan kontrol 2 x menggunakan chi square, bivariat
52 yaitu 104 orang. Variabel dependen dengan menghitung odds ratio (OR)
atau variabel terikat dalam penelitian ini dan multivariat menggunakan regresi
adalah kejadian hipertensi. Variabel logistik berganda.
independen atau variabel bebas adalah
konsumsi buah dan sayur serta konsumsi HASIL
susu. Instrumen penelitian yang 1. Karakteristik Subjek Penelitian
digunakan pada penelitian ini adalah Karakteristik menurut
sebagai berikut ; kuesioner data pribadi pendidikan dan pekerjaan
sampel penelitian meliputi nama, umur, responden dapat dilihat pada tabel
jenis kelamin, alamat, pendidikan berikut (tabel 1).
terakhir dan pekerjaan. Tabel 1. Karakteristik Responden
Format metode semiquantitative food Hipertens
Tidak
frequency questionnaire Karakteristi Hipertens
i
k i
(SQFFQ) adalah kuesioner untuk
N % n %
mengetahui pola makan dalam 3 bulan Umur
terakhir yang meliputi konsumsi buah (tahun) 4 64,2 8 78.8

Jurnal Skala Kesehatan Volume 5 No. 1 Tahun 2014


≥ 40 tahun 5 8 2 21.2 2 3.85 7 6.74
< 40 tahun 7 35.2 2 Pekerjaan
2 PNS 6 11.5 9 8.65
Jenis Swasta 5 4 1 13.4
Kelamin 3 5.76 6 5.76 Tidak 4 9.62 4 6
Laki-laki 4 94.2 9 94.2 Bekerja 1 78.8 8 77.8
Perempuan 9 4 8 4 5 1 9
Pendidikan Tekanan Kasus Kontrol
Rendah 3 59.6 3 32.6 Darah 151.15 113.51
Menengah 1 2 4 9 (mmHg) 94.23 76.21
Tinggi 1 36.5 6 60.5 Sistolik
9 4 3 7 Diastolik

Tabel 2. Distribusi Kasus dan Kontrol Berdasarkan Faktor Risiko Konsumsi Buah dan
Sayur serta Konsumsi Susu di Puskesmas S. Parman Kota Banjarmasin Tahun 2013
Kasus Kontrol 95%CI
Variabel OR
n (%) n (%) p value
Konsumsi Susu
Kurang 46 (88.5) 70 (67.3) 3.72 1.38 - 11.63
Cukup 6 (11.5) 34 (32.7) p = 0.004
Konsumsi Buah dan Sayur
Cukup 37 (71.1) 33 (31.8) 5.30 2.42-11.8
Lebih 15 (28.9) 71 (68.2) p = 0.000

2. Hubungan Konsumsi Susu signifikan antara faktor risiko


Terhadap Kejadian Hipertensi konsumsi buah dan sayur dengan
Sebagian besar kelompok kejadian hipertensi (p<0.005).
kasus kurang mengkonsumsi susu Hasil analisis menunjukkan
yaitu sebesar 88.5 % (46 orang) hal konsumsi sayur dan buah yang
ini berbeda bila dibandingkan cukup merupakan faktor risiko 5.30
dengan kelompok kontrol dimana kali terhadap kejadian hipertensi
konsumsi susu yang kurang hanya (OR: 5.30; CI: 2.42 – 11.8).
67.3 % (70 orang). Hasil uji
statistik terdapat hubungan yang 4. Faktor yang berpengaruh dominan
signifikan antara faktor risiko terhadap kejadian Hipertensi
konsumsi susu dengan kejadian Analis multivariat digunakan
hipertensi (p<0.005). Hasil analisis untuk mengetahui pengaruh
menunjukkan konsumsi susu yang paparan secara bersama-sama dari
kurang merupakan faktor risiko beberapa faktor risiko yang
3.72 kali terhadap kejadian berpengaruh terhadap kejadian
hipertensi (OR: 3.72; CI: 1.38– hipertensi. Nilai OR yang paling
11.6). besar pada variabel konsumsi susu
(OR=7.01) dan konsumsi buah dan
3. Hubungan Konsumsi buah dan sayur (OR=6.41). Semua variabel
sayur Terhadap Kejadian Hipertensi menunjukkan nilai OR > 1
Sebagian besar responden merupakan faktor risiko yang
mengkonsumsi buah dan sayur sangat berperan terhadap kejadian
dengan kategori lebih. Pada hipertensi (tabel 3).
kelompok kasus dengan kategori
lebih berjumlah 28.9 % (15 orang)
sedangkan pada kelompok kontrol
berjumlah 68.2 % (71 orang). Hasil
statistik terdapat hubungan yang

Jurnal Skala Kesehatan Volume 5 No. 1 Tahun 2014


Tabel 3. Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian Hipertensi berdasarkan Model Regresi
Logistik Berganda
Variabel B (tk kekuatan) OR CI95% Nilai p
Konsumsi susu 1,94 7.01 2.23-22.0 0.001
Konsumsi buah dan sayur 1,85 6.41 2.79-14.7 0.000

Pengaruh Konsumsi susu terhadap penderita hipertensi. Menurut Appeal ,


kejadian hipertensi 1997 kalsium berperan dalam kontraksi
Ditinjau dari konsumsi susu, dan relaksasi otot, fungsi syaraf,
terdapat perbedaan konsumsi susu penggumpalan darah, tekanan darah dan
dengan kontrol yaitu p<0,05 hal ini fungsi kekebalan. Sumber kalsium 73 %
menunjukan bahwa terdapat perbedaan dari susu, 9 % dari buah dan sayuran, 5
yang signifikan antara jumlah konsumsi % dari serealia. Studi klinis melaporkan
susu pada kelompok kasus dan kontrol. bahwa suplementasi kalsium
Pada konsumsi susu dalam jumlah yang mempunyai pengaruh terhadap
kurang dibanding pada konsumsi susu penurunan tekanan darah sistolik (0.8
cukup OR lebih tinggi yaitu 3.7. Pada mmHg) tetapi tidak berpengaruh pada
analisis multivariat konsumsi susu yang tekanan darah diastolic. Dalam
kurang merupakan faktor yang penelitian ini ada hubungan antara
berkontribusi untuk terjadinya konsumsi susu yang mengandung
hipertensi. Hal ini sesuai dengan kalsium dengan konsumsi sayur dan
penelitian Ernitasari (2009) yaitu ada buah yang mengandung kalium
hubungan berakna antara frekuensi terhadap kejadian hipertensi pada
konsumsi susu dengan tekanan darah kelompok kasus dan kontrol. Menurut
dengan nilai RR = 5,76. Susu Nuryati (2009) buah dan sayur
merupakan salah satu sumber kalsium merupakan bahan pangan yang kaya
yang baik, namun untuk mencegah akan kalium dan kalsium. Keberadaan
hipertensi sebaiknya susu dipilih adalah kalium dan kalsium dalam darah akan
susu rendah lemak. memberikan efek penurunan kadar
Kalsium adalah salah satu natrium dalam darah. Kalium, selain
komponen utama gizi dalam produk berperan dalam menciptakan
susu. Diit kalsium dapat menurunkan keseimbangan osmotik dan
aktivitas system renin-angiostensin, keseimbangan asam basa cairan tubuh.
meningkatkan keseimbangan natrium Kalium juga memiliki kemampuan
kalium, dan menghambat konstriksi untuk memperkuat dinding pembuluh
vascular sel otot polos. Asupan tinggi darah sehingga tetap elastis. Diet rendah
kalsium memfasilitasi peningkatan kalsium dapat berakibat peninggian
sensitivitas insulin yang berkontribusi tekanan darah kemungkinan oleh karena
terhadap pengurangan tekanan darah. diet rendah kalsium meningkatkan efek
Bukti dari studi epidemiologi telah diet tinggi NaCl terhadap tekanan darah.
mendukung hubungan antara asupan Sebaliknya diet tinggi kalsium dapat
kalsium yang memadai dapat menyebabkan penurunan tekanan darah
menurunkan hipertensi atau mengurangi melalui efek diuretik, efek stabilitas
risiko. Meningkatkan kadar kalsium membran, efek terhadap tonus simpatis
dalam diit dapat menurunkan risiko dan vasodilator. Demikian juga Kamso
terjadinya tekanan darah tinggi dan (2000) yang melaporkan bahwa intake
dapat menurunkan tekanan darah pada kalsium mempunya korelasi negatif

Jurnal Skala Kesehatan Volume 5 No. 1 Tahun 2014


(efek protektif) dan perbedaan yang dalam pencegahan penyakit jantung
signifikan terhadap tekanan darah koroner dan stroke9,13.
diastolik dan tekanan darah sistolik 10,11. Suplemen potassium 2-4 gram
perhari dapat membantu penurunan
5. Pengaruh Konsumsi buah dan sayur tekanan darah, potassium umumnya
terhadap kejadian hipertensi banyak didapat pada beberapa buah-
Terdapat perbedaan yang buahan dan sayuran. Konsumsi kalium
signifikan antara jumlah konsumsi buah dalam jumlah yang tinggi dapat
dan sayur pada kelompok kasus dan melindungi individu dari hipertensi.
kontrol. Pada konsumsi buah dan sayur Asupan kalium yang meningkat akan
dalam jumlah yang kurang dibanding menurunkan tekanan darah sistolik dan
pada konsumsi buah dan sayur cukup diastolik. Cara kerja kalium adalah
OR lebih tinggi yaitu 5,3. Pada analisis kebalikan dari natrium. Konsumsi
multivariat konsumsi buah dan sayur kalium menarik cairan dari bagian
yang kurang merupakan faktor yang ekstraselular dan menurunkan tekanan
berkontribusi untuk terjadinya darah. Rasio kalium dan natrium dalam
hipertensi. Pada penelitian Sumaerih di diet berperan dalam mencegah dan
Indramayu tahun 2006 dan Lu Wang et mengendalikan hipertensi. Rasio
al. di Boston tahun 2008 membuktikan konsumsi natrium dan kalium yang
bahwa asupan kalium yang tinggi dapat dianjurkan 1 : 1. Secara alami, banyak
menurunkan tekanan darah. Sebaliknya, bahan pangan yang memiliki kandungan
kenaikan kadar natrium dapat kalium dengan rasio lebih tinggi
merangsang sekresi rennin dan dibandingkan dengan natrium. Rasio
mengakibatkan penyempitan pembuluh tersebut kemudian menjadi terbalik
darah perifer yang berdampak pada akibat proses pengolahan yang banyak
meningkatnya tekanan darah. Penelitian menambahkan garam dalamnya9,14.
epidemiologi menunjukan bahwa Kalium merupakan ion utama
asupan rendah kalium mengakibatkan dalam cairan intraseluler sebaliknya
peningkatan tekanan darah dan renal natrium merupakan ion utama dalam
vascular remodeling yang cairan ekstraseluler. Cara kerja kalium
mengindikasikan terjadinya resistensi adalah kebalikan dari natrium.
pembuluh darah pada ginjal. Hasil Konsumsi kalium yang banyak akan
penelitian ini juga sesuai dengan Allen meningkatkan konsentrasinya didalam
Deborah yang menyatakan bahwa cairan intraseluler, sehingga cenderung
asupan kalium yang tinggi akan menarik cairan dari bagian ekstraseluler
menurunkan tekanan darah. Mekanisme dan menurunkan tekanan darah. Dengan
kerja kalium dalam mencegah demikian konsumsi natrium perlu
penyempitan pembuluh darah diimbangi dengan kalium. Penelitian
(aterosklerosis) adalah dengan menjaga yang dilakukan Frank. M et all., pada
dinding pembuluh darah arteri tepat 208 subyek hipertensi membuktikan
elastik dan mengoptimalkan fungsinya, bahwa kombinasi diet DASH mampu
sehingga tidak mudah rusak akibat menurunkan tekanan darah sistolik 11.5
tekanan darah tinggi. Dengan mmHg dan Diastolik 5 mmHg. Dasar
menurunnya risiko aterosklerosis, ilmiah diet DASH adalah menekan
aktivitas kalium ini juga akan berperan kandungan natrium (sodium) menjadi
serendah mungkin dengan pilihan menu

Jurnal Skala Kesehatan Volume 5 No. 1 Tahun 2014


lebih banyak sayur dan buah dari pada Jakarta. Majalah Kedokteran Indonesia,
daging-dagingan. Diet ini mengandung Volume: 59, Nomor: 12. 2009. pp.581-
kalium yang lebih tinggi karena kalium 583.
banyak terdapat pada sayuran dan 3. Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin.
buah11. Profil Kesehatan Kota Banjarmasin
Tahun 2012. pp 11
KESIMPULAN DAN SARAN 4. Departemen Kesehatan. Hipertensi
Berdasarkan hasil penelitian dapat Penyebab Kematian Nomor Tiga.
diketahui bahwa ada hubungan pola makan Diakses di
berdasarkan konsumsi buah dan sayur http://www.depkes.go.id/index.php/berit
(p=0,000), dan konsumsi susu (p=0,004) a/press-release/810-hipertensi-
pada penderita hipertensi dan tidak penyebab-kematian-nomor-
hipertensi. Ada perbedaan signifikan rata- tiga.html%20%5B2. 2012. Pp 1
rata konsumsi buah dan sayur yang cukup 5. Wiardani, Ni Komang, Hamam Hadi,
(OR=5,30) dan konsumsi susu yang kurang Emy Nuriyati. Pola Makan Dan
(OR=3,72) merupakan faktor risiko Obesitas Sebagai Faktor Risiko
terhadap kejadian hipertensi. Pada analisis Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Rumah
multivariat, faktor yang paling tinggi Sakit Sanglah Denpasar. Politeknik
pengaruhnya terhadap kejadian hipertensi Kesehatan Denpasar. Jurnal Gizi Klinik
adalah konsumsi konsumsi susu yang Indonesia. Volume 4. No.1. Juli 2007:
kurang (OR=7,01) dan konsumsi buah dan 1-10.
sayur yang cukup (6,41). Disarankan 6. Sigarlaki.H. Karakteristik dan Fakktor
pengendalian tekanan darah bagi masyarakat Berhubungan dengan Hipertensi di Desa
dilakukan dengan cara memperbanyak Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren
konsumsi buah dan sayur serta minum susu Kabupaten Kebumen Jawa Tngah
minimal segelas sehari. Disarankan untuk Tahun 2006. MAKARA,
menambah konsumsi sayur dan buah dalam KESEHATAN, VOL. 10, NO. 2,
makanan sehari-hari. Bagi peneliti DESEMBER E-mail:
selanjutnya, disarankan meneliti pengaruh fkuki@telkom.net. 2006. pp.78-88.
kejadian hipertensi dengan konsumsi sayur 7. Rinto., Elmeizi Arafah., Susila Budi
dan buah sesuai anjuran dengan cut of point Utama. Kajian Keamanan Pangan
yaitu 3 porsi sayur (±400 g) dan 2 porsi (Formalin, Garam dan Mikrobia) Pada
buah (±250 g). Ikan Sepat Asin Produksi Indralaya.
Jurnal Pembangunan Manusia Vol.8
DAFTAR PUSTAKA No.2 Tahun 2009. pp 2
1. WHO. Hypertension fact sheet. 8. Gunawan, Gaya Hidup Sehat Cara Jitu
Department of Sustainable Cegah Stroke. Rumah Sakit Pondok
Development and Healthy Indah Group.2012.pp 27.
Environments. September 2011. WHO 9. Muliyati. Hepti, Aminuddin Syam,
Regional Office For South-East Asia. Saifuddin Sirajudin.Hubungan Pola
2011. pp.1-2. Konsumsi Natrium dan Kalium serta
2. Rahajeng, E. Sulistyowati, T. Prevalensi Aktifitas Fisik dengan kejadian
Hipertensi dan Determinannya di Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan Di
Indonesia. Pusat Penelitian Biomedis RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
dan Farmasi Badan Penelitian Makassar. Program studi ilmu gizi ,
Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Jurnal Skala Kesehatan Volume 5 No. 1 Tahun 2014


Universitas Hasanudin, Makassar.
Media Gizi Masyarakat Indonesia, Vol
1, No. 1 Agustus 2011 : pp47,49.
10. Malonda, N.S.H., Lucia Kris Dinarti,
Retno Pangestuti. Pola makan dan
konsumsi Alkohol sebagai factor risiko
Hipertensi pada lansia di Kota
Tomohon Provinsi Sulawesi Utara.
Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Vol.8
No:04. 2012. pp.204,208
11. Rahmayanti, Ervina. Endang Sutjiati.
Anjuran Kombinasi Diet DSAH
(Dietary Approaches to Stop
Hypertension) Dan Diet Rendah Garam
pada Wanita Menopause dengan
Hipertensi. Jurnal Kesehatan, Volume
7, No.2, November 2009 100-118. ISSN
1693-4903. 2009. 101.
12. Ernitasari, P.D., Djarwoto, B., &
Siswati, T. Pola Makan, Rasio Lingkar
Pinggang Pinggul (RLPP) dan Tekanan
Darah di Puskesmas Mergasan
Yogyakarta. Jurnal Gizi Klinik
Indonesia: 6(2): 2006.pp71-77.
13. Nugraheni, S.A, Melina S.A, Mellina,S,
Rony,A. Pengendalian Faktor
Determinan sebagai Upaya
Penatalaksanaan Hipertensi di Tingkat
Puskesmas. Jurnal Manajemen
Pelayanan Kesehatan volume 11 No. 04
Desember 2008. pp.186.
14. Shadine,M. Hipertensi, Diabetes, Stroke
& Serangan Jantung. Pencegahan dan
Pengobatan Alternatif. Penerbit
Keenbooks. 2012. pp.17-18, 30, 48,49.

Jurnal Skala Kesehatan Volume 5 No. 1 Tahun 2014

Anda mungkin juga menyukai