PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Rongga hidung oleh mukosa yang secara histologik dan fungsional dibagian
atas mukosa pernapasan (mukosarespiratori) dan mukos hidung (mukosaolfaktori).
Mukosa pernafasan terdapat pada sebagian besar pada rongga hidung dan
permukaannya dilapisi oleh epitel torak berlapis semu yang mempunyai silia dan
diantaranya terdapat sel sel goblet.
Alergi hidung adalah keadaan atopi yang aling sering dijumpai ,menyerang
20% dari populasi anak anak dan dewasa muda di AmerikaUtara dan Eropa Barat .
Di tempat lain,alergi hidung dan penyakit atopi lainnyakelihatannya lebih
rendah,treutama pada Negara-negara yang kurang berkembang. Penderita rhinitis
alegika akan mengalami hidung tersumbat berat,sekresihidung yang berlebihan atau
rhinore,dan bersin yang terjadi berulang cepat.
1.2 Tujuan
Tujuan umum :
Mahasiswa mampu menerangkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
rhinitis.
Tujuan khusus :
1. Mampu melakukan pengkajian terhadap pasien rhinitis.
2. Mampu merumuskan diagnose keperawatan.
3. Mampu menetapkan indicator keberhasilan.
4. Mampu merumuskan intervensi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Ø Alergi
Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap sensitisasi
yang diikuti oleh reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu :
Immediate Phase Allergic Reaction : Berlangsung sejak kontak dengan allergen
hingga 1 jam setelahnya.
Late Phase Allergic Reaction : Reaksi yang berlangsung pada dua hingga empat jam
dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan dapat berlangsung hingga 24 jam.
Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas :
Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu
rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur
Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya
susu, telur, coklat, ikan dan udang
Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin
atau sengatan lebah
Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan
mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan
Dengan masuknya allergen ke dalam tubuh, reaksi alergi dibagi menjadi tiga
tahap besar :
Respon Primer,terjadi eliminasi dan pemakanan antigen, reaksi non spesifik
Respon Sekunder,reaksi yang terjadi spesifik, yang membangkitkan system
humoral,system selular saja atau bisa membangkitkan kedua system terebut,
jika antigen berhasil dihilangkan maka berhenti pada tahap ini, jika antigen
masih ada, karena efek dari ketiga mekanisme system tersebut maka
berlanjut ke respon tersier
Respon Tersier ,Reaksi imunologik yang tidak meguntungkan.
Berdasarkan penyebabnya :
Rhinitis alergi
Rinitis alergi adalah penyakit umum yang paling banyak di derita oleh
perempuan dan laki-laki yang berusia 30 tahunan. Merupakan inflamasi
mukosa saluran hidung yang disebabkan oleh alergi terhadap partikel,
seperti: debu, asap, serbuk/tepung sari yang ada di udara.
Rhinitis alergi Adalah istilah umum yang digunakan untuk menunjukkan setiap
reaksi alergi mukosa hidung, dapat terjadi bertahun-tahun atau musiman.
(Dorland,2002 )
Rhinitis alergi musiman (Hay Fever),
Biasanya terjadi pada musim semi.Umumnya disebabkan kontak dengan
allergen dari luar rumah, seperti benang sari dari tumbuhan yang
menggunakan angin untuk penyerbukannya, debu dan polusi udara atau
asap.
Gejala :
Hidung, langit-langit mulut, tenggorokan bagian belakang dan mata terasa
gatal, baik secara tiba-tiba maupun secara berangsur-angsur. Biasanya akan
diikuti dengan mata berair, bersin-bersin dan hidung meler. Beberapa
penderita mengeluh sakit kepala, batuk dan mengi (bengek); menjadi mudah
tersinggung dan deperesi; kehilangan nafsu makan dan mengalami gangguan
tidur. Terjadi peradangan pada kelopak mata bagian dalam dan pada bagian
putih mata (konjungtivitis). Lapisan hidung membengkak dan berwarna merah
kebiruan, menyebabkan hidung meler dan hidung tersumbat.
Rhinitis alergi yang terjadi terus menerus (perennial)
Disebabkan bukan karena musim tertentu ( serangan yang terjadi sepanjang
masa (tahunan)) diakibatkan karena kontak dengan allergen yang sering
berada di rumah misalnya kutu debu rumah, bulu binatang peliharaan serta
bau-bauan yang menyengat.
Gejala :
Hidung, langit-langit mulut, tenggorokan bagian belakang dan mata terasa
gatal, baik secara tiba-tiba maupun secara berangsur-angsur. Biasanya akan
diikuti dengan mata berair, bersin-bersin dan hidung meler. Beberapa
penderita mengeluh sakit kepala, batuk dan mengi (bengek); menjadi mudah
tersinggung dan deperesi; kehilangan nafsu makan dan mengalami gangguan
tidur. Jarang terjadi konjungtivitis. Lapisan hidung membengkak dan berwarna
merah kebiruan, menyebabkan hidung meler dan hidung tersumbat. Hidung
tersumbat bisa menyebabkan terjadinya penyumbatan tuba eustakiusdi
telinga, sehingga terjadi gangguan pendengaran, terutama pada anak-anak.
Bisa timbul komplikasi berupa sinusitis (infeksi sinus) dan polip hidung.
Rhinitis vasomotor
Rhinitis vasomotor adalah terdapatnya gangguan fisiologik lapisan mukosa
hidung yang disebabkan oleh bertambahnya aktivitas parasimpatis.
Penyebab :
Belum diketahui, diduga akibat gangguankeseimbangan vasomotor.
Rhinitis atrofi
Rhinitis Atrofi adalah satu penyakit infeksi hidung kronik dengan tanda adanya
atrofi progesif tulang dan mukosa konka.
Penyebab
Manifestasi Klinik
Ø Bersin berulang-ulang, terutama setelah bangun tidur pada pagi hari (umumnya
bersin lebih dari 6 kali).
Ø Hidung tersumbat.
Ø Hidung meler. Cairan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan alergi
biasanya bening dan encer, tetapi dapat menjadi kental dan putih keruh atau
kekuning-kuningan jika berkembang menjadi infeksi hidung atau infeksi sinus.
Ø Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorok.
Ø Badan menjadi lemah dan tak bersemangat.
Gejala klinis yang khas adalah terdapatnya serangan bersin yang berulang-
ulang terutama pada pagi hari, atau bila terdapat kontak dengan sejumlah debu.
Sebenarnya bersin adalah mekanisme normal dari hidung untuk membersihkan diri
dari benda asing, tetapi jika bersin sudah lebih dari lima kali dalam satu kali
serangan maka dapat diduga ini adalah gejala rhinitis alergi.
Gejala lainnya adalah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak. Hidung
tersumbat, mata gatal dan kadang-kadang disertai dengan keluarnya air mata.
Tanda dan gejala rinitis adalah rongesti nasal, nafas nasal (purulen dengan
renitis bakterialis ) gatal pada nasal, dan bersin-bersin. Sakit kepala dapat saja
terjadi, terutama jika terdapat juga sinusitis. (Smeltzer, Suzanne C. 2002. Hal 548).
Tes in vitro:
Tes ini melibatkan IgE serum yang spesifik dengan alergen dan merupakan teknik
yang mudah dikerjakan serta akurat dalam mendeteksiadanya pengaruh atopi
pada pasien dengan rhinitis alergi. Teknologi in vitrojuga sudah sangat
dikembangkan sedemikian rupa sehingga efektifitasnyasudah kurang lebih sama
dengan tes cukit kulit. Tes ini aman, murah dancukup spesifik sehingga penderita
tidak perlu bebas dari pengaruhantihistamin atau obat-obat lain pada saat pada
saat pemeriksaan dijalankan,yang kalau pada tes cukit kulit, dapat mengganggu
penilaian.Tes ini juga sangat mudah dan cepat dikerjakan sehingga menjadi
pilihan dalammenangani pasien anak-anak maupun dewasa yang disertai
gangguananxietas. Walaupun tes in vitro yang pertama yaituradioallergosorbent
test(RAST) sudah tidak dikerjakan lagi, terminologiRAST ini masih
digunakansecara umum dalam menjelaskan pemeriksaan IgE spesifik darah. Saat
ini,sudah banyak tipe esai in vitro yang ditinggalkan, karena peralihan ke tipebaru
yang lebih cepat, dapat diandalkan dan lebih efisien
contohnyaImmunoCap.Dengan tidak menggunakan tes yang dapat diandalkan,
dapatberakibat buruk kepada diagnosis atopi yang seterusnya membawa
kepadapenanganan yang tidak adekuat. Dibawah merupakan bagan pelaksanaan
tesin vitro
Dekongestan
Dekongestan topical dan sistemik merupakan simpatomimetik agen yang beraksi
pada reseptor adrenergic pada mukosa nasal, memproduksi vasokonstriksi. Topikal
dekongestan biasanya digunakan melalui sediaan tetes atau spray. Penggunaan
dekongestan jenis ini hanya sedikit atau sama sekali tidak diabsorbsi secara
sistemik (Dipiro, 2005). Penggunaan obat ini dalam jangka waktu yang lama dapat
menimbulkan rhinitis medikamentosa (rhinitis karena penggunaan obat-obatan).
Selain itu efek samping yang dapat ditimbulkan topical dekongestan antara lain rasa
terbakar, bersin, dan kering pada mukosa hidung. Untuk itu penggunaan obat ini
memerlukan konseling bagi pasien.
Sistemik dekongestan onsetnya tidak secepat dekongestan topical. Namun
durasinya biasanya bisa lebih panjang. Agen yang biasa digunakan adalah
pseudoefedrin. Pseudoefedrin dapat menyebabkan stimulasi sistem saraf pusat
walaupun digunakan pada dosis terapinya (Dipiro, 2005). Obat ini harus hati-hati
digunakan untuk pasien-pasien tertentu seperti penderita hipertensi. Saat ini telah
ada produk kombinasi antara antihistamin dan dekongestan. Kombinasi ini rasional
karena mekanismenya berbeda.
Nasal Steroid
Merupakan obat pilihan untuk rhinitis tipe perennial, dan dapat digunakan untuk
rhinitis seasonal. Nasal steroid diketahui memiliki efek samping yang sedikit.
Obat yang biasa digunakan lainnya antara lain sodium kromolin, dan ipatropium
bromida.
Operatif :
Konkotomi merupakan tindakan memotong konka nasi inferior yang mengalami
hipertrofi berat. Lakukan setelah kita gagal mengecilkan konka nasi inferior
menggunakan kauterisasi yang memakai AgNO3 25% atau triklor asetat.
Imunoterapi :
Jenisnya desensitasi, hiposensitasi & netralisasi. Desensitasi dan hiposensitasi
membentuk blocking antibody. Keduanya untuk alergi inhalan yang gejalanya
berat, berlangsung lama dan hasil pengobatan lain belum memuaskan.
Netralisasi tidak membentuk blocking antibody dan untuk alergi ingestan.
Penatalaksanaan keperawatan.
1. Instruksikan pasien yang allergik untuk menghindari allergen atau iritan seperti
(debu, asap tembakau, asap, bau, tepung, sprei)
2. Sejukkan membran mukosa dengan menggunakan sprey nasal salin.
3. Melunakkan sekresi yang mengering dan menghiangkan iritan.
4. Ajarkan tekhnik penggunaan obat-obatan spt sprei dan serosol.
5. Anjurkan menghembuskan hidung sebelum pemberian obat apapun terhadap
hidung.
Komplikasi
Rinitis alergi dapat menyebabkan otitis media yang sering residif dan terutama
kita temukan pada pasien anak-anak. Otitis media dan sinusitis kronik ini
disebabkan penyumbatan pada hidung sehingga menghambat drainase.
Asuhan Keperawatan.
1. Pengkajian.
a. Identitas pasien.
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Tannggal masuk rumah sakit :
Penanggung jawab :
Hubungan :
No. MR :
b. Riwayat kesehatan.
Keluhan Utama.
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala sinus dan tenggorokan.
Hidung.
Inspeksi.
Tidak terdapat kelainan congenital pada hidung.
Tidak terdapat jarinagn parut dalam hidung.
Tidak terdapat deviasi septum.
Tampak pembengkakan dan hiperemis pada konka hidung.
Tidak tampak udem mukosa.
Mukosa hidung hiperemis.
Terdapat secret.
Palpasi.
Tidak terdapat nyeri tekan.
Tidak ada krepitasi.
Tenggorokan.
Inspeksi.
Mukosa lidah dalam batas normal, tidak terdapat gambaran peta.
Mukosa faring : hiperemis (+), granuler (+), oedem (+).
Ovula : tidak ada kelainan.
Tonsil : tidak membesar, tidak hiperemis.
Detritus (-)
Palpasi.
Pembesaran submandibula (-), nyeri tekan (-)
3. Pola eliminasi.
Pola perkemihan klien lancer dank lien juga tidak mengalami masalah pad BAB
nya.
MANAJEMEN ENERGI
- Tentukan pembatasan
aktivitas fisik pasien
- Monitor pola tidur
- Monitor lokasi
ketidaknyamanan/nyeri
- Bantu pasien membuat
jdwal istirahat
- Jelaskan apa dan
bagaimana aktivitas yang
dibutuhkan untuk
membangun energi
- Monitor intake nutrisi
yang adekuat
DAFTAR PUSTAKA