Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Rongga hidung oleh mukosa yang secara histologik dan fungsional dibagian
atas mukosa pernapasan (mukosarespiratori) dan mukos hidung (mukosaolfaktori).
Mukosa pernafasan terdapat pada sebagian besar pada rongga hidung dan
permukaannya dilapisi oleh epitel torak berlapis semu yang mempunyai silia dan
diantaranya terdapat sel sel goblet.

Alergi hidung adalah keadaan atopi yang aling sering dijumpai ,menyerang
20% dari populasi anak anak dan dewasa muda di AmerikaUtara dan Eropa Barat .
Di tempat lain,alergi hidung dan penyakit atopi lainnyakelihatannya lebih
rendah,treutama pada Negara-negara yang kurang berkembang. Penderita rhinitis
alegika akan mengalami hidung tersumbat berat,sekresihidung yang berlebihan atau
rhinore,dan bersin yang terjadi berulang cepat.

1.2 Tujuan
Tujuan umum :
Mahasiswa mampu menerangkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
rhinitis.
Tujuan khusus :
1. Mampu melakukan pengkajian terhadap pasien rhinitis.
2. Mampu merumuskan diagnose keperawatan.
3. Mampu menetapkan indicator keberhasilan.
4. Mampu merumuskan intervensi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

Landasan teoritis penyakit


Definisi
· Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung.
(Dipiro, 2005 )
· Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung. ( Dorland, 2002 )
· Rinitis adalah suatu inflamasi membran mukosa hidung dan mungkin dikelompokan
baik sebagai rinitis alergik atau non-alergik. (Keperawatan Medikal-Bedah: Suzanne
C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2002)
Etiologi
Beberapa hal yang pada umumnya menjadi penyebab rinitis antara lain :

Ø Alergi
Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap sensitisasi
yang diikuti oleh reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu :
Immediate Phase Allergic Reaction : Berlangsung sejak kontak dengan allergen
hingga 1 jam setelahnya.
Late Phase Allergic Reaction : Reaksi yang berlangsung pada dua hingga empat jam
dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan dapat berlangsung hingga 24 jam.
Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas :

 Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu
rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur
 Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya
susu, telur, coklat, ikan dan udang
 Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin
atau sengatan lebah
 Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan
mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan

Dengan masuknya allergen ke dalam tubuh, reaksi alergi dibagi menjadi tiga
tahap besar :
 Respon Primer,terjadi eliminasi dan pemakanan antigen, reaksi non spesifik
 Respon Sekunder,reaksi yang terjadi spesifik, yang membangkitkan system
humoral,system selular saja atau bisa membangkitkan kedua system terebut,
jika antigen berhasil dihilangkan maka berhenti pada tahap ini, jika antigen
masih ada, karena efek dari ketiga mekanisme system tersebut maka
berlanjut ke respon tersier
 Respon Tersier ,Reaksi imunologik yang tidak meguntungkan.

Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi dua:

 Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan membran


mukosa hidung dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus
dan bakteri. Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu
waktu dan sering kali terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi
pada awal musim hujan dan musim semi.
 Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa
yang disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis
vasomotor.

Berdasarkan penyebabnya :

Rhinitis alergi

Rinitis alergi adalah penyakit umum yang paling banyak di derita oleh
perempuan dan laki-laki yang berusia 30 tahunan. Merupakan inflamasi
mukosa saluran hidung yang disebabkan oleh alergi terhadap partikel,
seperti: debu, asap, serbuk/tepung sari yang ada di udara.
Rhinitis alergi Adalah istilah umum yang digunakan untuk menunjukkan setiap
reaksi alergi mukosa hidung, dapat terjadi bertahun-tahun atau musiman.
(Dorland,2002 )
 Rhinitis alergi musiman (Hay Fever),
Biasanya terjadi pada musim semi.Umumnya disebabkan kontak dengan
allergen dari luar rumah, seperti benang sari dari tumbuhan yang
menggunakan angin untuk penyerbukannya, debu dan polusi udara atau
asap.
Gejala :
Hidung, langit-langit mulut, tenggorokan bagian belakang dan mata terasa
gatal, baik secara tiba-tiba maupun secara berangsur-angsur. Biasanya akan
diikuti dengan mata berair, bersin-bersin dan hidung meler. Beberapa
penderita mengeluh sakit kepala, batuk dan mengi (bengek); menjadi mudah
tersinggung dan deperesi; kehilangan nafsu makan dan mengalami gangguan
tidur. Terjadi peradangan pada kelopak mata bagian dalam dan pada bagian
putih mata (konjungtivitis). Lapisan hidung membengkak dan berwarna merah
kebiruan, menyebabkan hidung meler dan hidung tersumbat.
 Rhinitis alergi yang terjadi terus menerus (perennial)
Disebabkan bukan karena musim tertentu ( serangan yang terjadi sepanjang
masa (tahunan)) diakibatkan karena kontak dengan allergen yang sering
berada di rumah misalnya kutu debu rumah, bulu binatang peliharaan serta
bau-bauan yang menyengat.
Gejala :
Hidung, langit-langit mulut, tenggorokan bagian belakang dan mata terasa
gatal, baik secara tiba-tiba maupun secara berangsur-angsur. Biasanya akan
diikuti dengan mata berair, bersin-bersin dan hidung meler. Beberapa
penderita mengeluh sakit kepala, batuk dan mengi (bengek); menjadi mudah
tersinggung dan deperesi; kehilangan nafsu makan dan mengalami gangguan
tidur. Jarang terjadi konjungtivitis. Lapisan hidung membengkak dan berwarna
merah kebiruan, menyebabkan hidung meler dan hidung tersumbat. Hidung
tersumbat bisa menyebabkan terjadinya penyumbatan tuba eustakiusdi
telinga, sehingga terjadi gangguan pendengaran, terutama pada anak-anak.
Bisa timbul komplikasi berupa sinusitis (infeksi sinus) dan polip hidung.

· Rhinitis non alergi


Rhinitis non allergi disebabkan oleh :infeksisalurannapas (rhinitis viral dan
rhinitis bakterial, masuknyabendaasingkedalamhidung, deformitasstruktural,
neoplasma, danmassa, penggunaankronikdekongestan nasal,
penggunaankontrasepsi oral, kokaindan anti hipertensif.
Gejala :
o Kongesti nasal
o Rabas nasal (purulent dengan rhinitis bakterialis)
o Gatalpada nasal
o Bersin-bersin
o Sakitkepala

Rhinitis vasomotor
Rhinitis vasomotor adalah terdapatnya gangguan fisiologik lapisan mukosa
hidung yang disebabkan oleh bertambahnya aktivitas parasimpatis.
Penyebab :
Belum diketahui, diduga akibat gangguankeseimbangan vasomotor.

Keseimbangan vasomotor ini dipengaruhi berbagai hal :

o Obat-obatan yang menekan dan menghambat kerja saraf simpatis, seperti:


ergotamin, klorpromazin, obat antihipertensi, dan obat vasokontriktor lokal.
o Faktor fisik, seperti iritasi asap rokok, udara dingin, kelembapan udara yang
tinggi, dan bau yang merangsang
o Faktor endokrin, seperti : kehamilan, pubertas, dan hipotiroidisme
o Faktor psikis, seperti : cemas dan tegang ( kapita selekta)

Tanda dan gejala :


Hidung tersumbat, bergantian kiri dan kana, tergantung pada posisi pasien.
Terdapat rinorea yang mukus atau serosa, kadang agak banyak. Jarang disertai
bersin, dan tidak disertai gatal di mata. Gejala memburuk pada pagi hari waktu
bangun tidur karena perubahan suhu yang ekstrim, udara lembab, juga karena
asap rokok dan sebagainya.
Berdasarkan gejala yang menonjol, dibedakan atas golongan obstruksi dan
rinorea. Pemeriksaan rinoskopi anterior menunjukkan gambaran klasik berupa
edema mukosa hidung, konka berwarna merah gelap atau merah tua, dapat
pula pucat. Permukaannya dapat licin atau berbenjol. Pada rongga hidung
terdapat sekret mukoid, biasanya sedikit. Namun pada golgongan rinorea, sekret
yang ditemukan biasanya serosa dan dalam jumlah banyak. ( kapita).
Rhinitis medikamentosa

Rhinitis medikamentosa adalah suatu kelainan hidung berupa gangguan


respon normal vasomotor sebagai akibat pemakaian vasokonstriktor topical
(obat tetes hidung atau obat semprot hidung) dalam waktu lama dan
berlebihan.

Tanda dan gejala :


Penderita mengeluh hidungnya tersumbat terus menerus dan berair. Pada
pemeriksaan konka dengan secret hidung yang berlebihan. Apabila diuji
dengan adrenalin, adema konka tidak berkurang.

Rhinitis atrofi

Rhinitis Atrofi adalah satu penyakit infeksi hidung kronik dengan tanda adanya
atrofi progesif tulang dan mukosa konka.

Penyebab

Belum jelas, beberapa hal yang dianggap sebagai penyebabnya seperti


infeksi oleh kuman spesifik, yaitu spesies Klebsiella, yang sering Klebsiella
ozanae, kemudian stafilokok, sreptokok, Pseudomonas aeruginosa, defisiensi
Fe, defisiensi vitamin A, sinusitis kronik, kelainan hormonal, dan penyakit
kolagen. Mungkin berhubungan dengan trauma atau terapi radiasi.

Tanda dan geajala :


Keluhan subyektif yang sering ditemukan pada pasien biasanya nafas berbau
(sementara pasien sendiri menderita anosmia), ingus kental hijau, krusta
hijau, gangguan penciuman, sakit kepala, dan hidung tersumbat.
Pada pemeriksaan THT ditemukan rongga hidung sangat lapang, konka
inferior dan media hipotrofi atau atrofi secret purulen hijau dan krusta
berwarna hijau.

Manifestasi Klinik
Ø Bersin berulang-ulang, terutama setelah bangun tidur pada pagi hari (umumnya
bersin lebih dari 6 kali).
Ø Hidung tersumbat.
Ø Hidung meler. Cairan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan alergi
biasanya bening dan encer, tetapi dapat menjadi kental dan putih keruh atau
kekuning-kuningan jika berkembang menjadi infeksi hidung atau infeksi sinus.
Ø Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorok.
Ø Badan menjadi lemah dan tak bersemangat.

Gejala klinis yang khas adalah terdapatnya serangan bersin yang berulang-
ulang terutama pada pagi hari, atau bila terdapat kontak dengan sejumlah debu.
Sebenarnya bersin adalah mekanisme normal dari hidung untuk membersihkan diri
dari benda asing, tetapi jika bersin sudah lebih dari lima kali dalam satu kali
serangan maka dapat diduga ini adalah gejala rhinitis alergi.
Gejala lainnya adalah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak. Hidung
tersumbat, mata gatal dan kadang-kadang disertai dengan keluarnya air mata.

Tanda dan gejala rinitis adalah rongesti nasal, nafas nasal (purulen dengan
renitis bakterialis ) gatal pada nasal, dan bersin-bersin. Sakit kepala dapat saja
terjadi, terutama jika terdapat juga sinusitis. (Smeltzer, Suzanne C. 2002. Hal 548).

Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik


Ø Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan kadar IgE pada serum serta hitung jenis oesinofil pada spesimen
sekret hidung.
Ø Tes Alergi
Tes ini dilakukan untuk menegakkan bukti secara objektif akan adanya penyakit
atopi. Ia juga dapat menentukan agen penyebab reaksi alergitersebut, yang akan
dapat membantu dalam penanganan secara spesifik.Terdapat dua tipe
pemeriksaan yang sering digunakan bagi menilai secarakausatif maupun
kuantitatif sensitifitas suatu alergen: tes kulit dan esai serumin vitro (in vitro serum
assay).
Tes Kulit
Dapat dilakukan secara epikutan, intradermal atau kombinasi keduanya.
Tes cukit kulit merupakan tes kulit secara epikutan yang palingsering digunakan.
Secara umumnya tes ini tergolong cepat,spesifik, aman dan ekonomis.Dengan
adanya sistem tesmultipel yang tersedia, tes ini mudah dilaksanakan
danprosedurnya selalu tidak pernah berubah.Namun bila hasil tesini diragukan,
selanjutnya dilakukan tes secara intradermal.
Tes cukit kulit secara intradermal menggunakan pengenceranberseri yang
kuantitatif 1:5 merupakan tes pilihan bagikebanyakan ahli spesialis THT setelah
dilakukan tes cukit kulitsecara epikutan. Tipe tes yang dikenal
sebagaiintradermaldilutional testing (IDT), dulunya dikenal sebagaiserialendpoint
titration (SET) ini sangat berguna dalam menentukantahap sensitifitas alergen,
dan dalam rangka itu, amatbermanfaat dalam penentuan terapi imunal yang tepat
danaman bagi penderita rhinitis alergi.

Tes in vitro:
Tes ini melibatkan IgE serum yang spesifik dengan alergen dan merupakan teknik
yang mudah dikerjakan serta akurat dalam mendeteksiadanya pengaruh atopi
pada pasien dengan rhinitis alergi. Teknologi in vitrojuga sudah sangat
dikembangkan sedemikian rupa sehingga efektifitasnyasudah kurang lebih sama
dengan tes cukit kulit. Tes ini aman, murah dancukup spesifik sehingga penderita
tidak perlu bebas dari pengaruhantihistamin atau obat-obat lain pada saat pada
saat pemeriksaan dijalankan,yang kalau pada tes cukit kulit, dapat mengganggu
penilaian.Tes ini juga sangat mudah dan cepat dikerjakan sehingga menjadi
pilihan dalammenangani pasien anak-anak maupun dewasa yang disertai
gangguananxietas. Walaupun tes in vitro yang pertama yaituradioallergosorbent
test(RAST) sudah tidak dikerjakan lagi, terminologiRAST ini masih
digunakansecara umum dalam menjelaskan pemeriksaan IgE spesifik darah. Saat
ini,sudah banyak tipe esai in vitro yang ditinggalkan, karena peralihan ke tipebaru
yang lebih cepat, dapat diandalkan dan lebih efisien
contohnyaImmunoCap.Dengan tidak menggunakan tes yang dapat diandalkan,
dapatberakibat buruk kepada diagnosis atopi yang seterusnya membawa
kepadapenanganan yang tidak adekuat. Dibawah merupakan bagan pelaksanaan
tesin vitro

Penatalaksanaan medis dan keperawatan


Penatalaksanaan medis.
Terapi medikamentosa yaitu antihistamin, dekongestan dan kortikosteroid
Antihistamin
Antihistamin yang sering digunakan adalah antihistamin oral. Antihistamin oral dibagi
menjadi dua yaitu generasi pertama (nonselektif) dikenal juga sebagai antihistamin
sedatif serta generasi kedua (selektif) dikenal juga sebagai antihistamin nonsedatif.
Efek sedative antihistamin sangat cocok digunakan untuk pasien yang mengalami
gangguan tidur karena rhinitis alergi yang dideritanya. Selain itu efek samping yang
biasa ditimbulkan oleh obat golongan antihistamin adalah efek antikolinergik seperti
mulut kering, susah buang air kecil dan konstipasi. Penggunaan obat ini perlu
diperhatikan untuk pasien yang mengalami kenaikan tekanan intraokuler,
hipertiroidisme, dan penyakit kardiovaskular.
Antihistamin sangat efektif bila digunakan 1 sampai 2 jam sebelum terpapar
allergen. Penggunaan antihistamin harus selalu diperhatikan terutama mengenai
efek sampingnya. Antihistamin generasi kedua memang memberikan efek sedative
yang sangat kecil namun secara ekonomi lebih mahal.

Dekongestan
Dekongestan topical dan sistemik merupakan simpatomimetik agen yang beraksi
pada reseptor adrenergic pada mukosa nasal, memproduksi vasokonstriksi. Topikal
dekongestan biasanya digunakan melalui sediaan tetes atau spray. Penggunaan
dekongestan jenis ini hanya sedikit atau sama sekali tidak diabsorbsi secara
sistemik (Dipiro, 2005). Penggunaan obat ini dalam jangka waktu yang lama dapat
menimbulkan rhinitis medikamentosa (rhinitis karena penggunaan obat-obatan).
Selain itu efek samping yang dapat ditimbulkan topical dekongestan antara lain rasa
terbakar, bersin, dan kering pada mukosa hidung. Untuk itu penggunaan obat ini
memerlukan konseling bagi pasien.
Sistemik dekongestan onsetnya tidak secepat dekongestan topical. Namun
durasinya biasanya bisa lebih panjang. Agen yang biasa digunakan adalah
pseudoefedrin. Pseudoefedrin dapat menyebabkan stimulasi sistem saraf pusat
walaupun digunakan pada dosis terapinya (Dipiro, 2005). Obat ini harus hati-hati
digunakan untuk pasien-pasien tertentu seperti penderita hipertensi. Saat ini telah
ada produk kombinasi antara antihistamin dan dekongestan. Kombinasi ini rasional
karena mekanismenya berbeda.
Nasal Steroid
Merupakan obat pilihan untuk rhinitis tipe perennial, dan dapat digunakan untuk
rhinitis seasonal. Nasal steroid diketahui memiliki efek samping yang sedikit.
Obat yang biasa digunakan lainnya antara lain sodium kromolin, dan ipatropium
bromida.

 Operatif :
Konkotomi merupakan tindakan memotong konka nasi inferior yang mengalami
hipertrofi berat. Lakukan setelah kita gagal mengecilkan konka nasi inferior
menggunakan kauterisasi yang memakai AgNO3 25% atau triklor asetat.
 Imunoterapi :
Jenisnya desensitasi, hiposensitasi & netralisasi. Desensitasi dan hiposensitasi
membentuk blocking antibody. Keduanya untuk alergi inhalan yang gejalanya
berat, berlangsung lama dan hasil pengobatan lain belum memuaskan.
Netralisasi tidak membentuk blocking antibody dan untuk alergi ingestan.

Pemberian antibiotik dalam 5-7 hari (untuk Sinusitis akut) yaitu:


1. Ampisilin 4 X 500 mg
2. Amoksilin 3 x 500 mg
3. Sulfametaksol=TMP (800/60) 2 x 1tablet
4. Diksisiklin 100 mg/hari.
Pemberian obat simtomatik. Contohnya parasetamol., metampiron 3 x 500 mg.
Untuk Sinusitis kronis, bisa dengan:
1. Cabut geraham atas bila penyebab dentogen
2. Irigasi 1 x setiap minggu (10-20)
3. Operasi Cadwell Luc bila degenerasi mukosa ireversibel (biopsi).

Penatalaksanaan keperawatan.
1. Instruksikan pasien yang allergik untuk menghindari allergen atau iritan seperti
(debu, asap tembakau, asap, bau, tepung, sprei)
2. Sejukkan membran mukosa dengan menggunakan sprey nasal salin.
3. Melunakkan sekresi yang mengering dan menghiangkan iritan.
4. Ajarkan tekhnik penggunaan obat-obatan spt sprei dan serosol.
5. Anjurkan menghembuskan hidung sebelum pemberian obat apapun terhadap
hidung.

Komplikasi

 Polip hidung. Rinitis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan kekambuhan


polip hidung.
 Otitis media.

Rinitis alergi dapat menyebabkan otitis media yang sering residif dan terutama
kita temukan pada pasien anak-anak. Otitis media dan sinusitis kronik ini
disebabkan penyumbatan pada hidung sehingga menghambat drainase.
Asuhan Keperawatan.
1. Pengkajian.
a. Identitas pasien.
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Tannggal masuk rumah sakit :
Penanggung jawab :
Hubungan :
No. MR :

b. Riwayat kesehatan.
Keluhan Utama.
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala sinus dan tenggorokan.

Riwayat Kesehatan Sekarang


Klien masuk rumah sakit dengan keadaan klien mengeluh hidung tersumbat, pilek
yang sering kambuh, demam, pusing, ingus kental di hidung, nyeri di antara dua
mata, penciuman berkurang, bersin pada malam hari atau pagi harii terutama pada
suhhu udara dingin, saat menyapu lantai/ membersihkan tempat tidur, klien
mengeluh mengganggu tidur dan aktivitas yang dilakukannya. Klien tampak lemas
karena hidung yang tersumbat.

Riwayat kesehatan dahulu.


Klien memiliki riwayat penyakit perdarahan pada hidung atau trauma pada hidung.
Klien juga memilki riwayat penyakit THT.

Riwayat kesehatan keluarga.


Ayah klien juga menderita penyakit yang sama dengan klien.
c.Pemeriksaan fisik.
1. Keadaan umum.
Klien tampak pilek keluar ingus dari hidung klien.
2. Head to toe.
 Telinga.
Inspeksi :
Bentuk dan ukuran : normal.
Tidak terdapat benjolan.
Tidak terdapat serumen.
Tidak terdapat edema.

 Hidung.
Inspeksi.
Tidak terdapat kelainan congenital pada hidung.
Tidak terdapat jarinagn parut dalam hidung.
Tidak terdapat deviasi septum.
Tampak pembengkakan dan hiperemis pada konka hidung.
Tidak tampak udem mukosa.
Mukosa hidung hiperemis.
Terdapat secret.
Palpasi.
Tidak terdapat nyeri tekan.
Tidak ada krepitasi.

 Tenggorokan.
Inspeksi.
Mukosa lidah dalam batas normal, tidak terdapat gambaran peta.
Mukosa faring : hiperemis (+), granuler (+), oedem (+).
Ovula : tidak ada kelainan.
Tonsil : tidak membesar, tidak hiperemis.
Detritus (-)
Palpasi.
Pembesaran submandibula (-), nyeri tekan (-)

3. Pengkajian 11 fungsional Gordon.

1. Pola persepsi dan manajemen kesehatan.


Klien tidak mengetahui penyebab penyakit nya ini. Klien sangat sensitive dengan
keadaan seperti banyak debu. Bangun di pagi hari membuat pilek klien makin
menjadi, bersin-bersin yang dikeluhkan klien juga bertambah. Klien selalu
menjaga diri nya agar tidak terhirup debu yang begitu banyak. Pada saat klien
merasakan hal yang demikian, klien hanya menggunakan obat resep apotik dan
warung.

2. Pola nutrisi dan metabolic.


Biasanya pola nutrisi metabolic pada klien yang mengalami hipersensitivitas akan
menjadi terganggu, nafsu makan klien akan menjadi berkurang, dan biasanya
klien yang mengalami hipersensitivitas tidak dapat memakan sembarang
makanan, sehingga mengakibatkan penurunan berat badan pada klien.

3. Pola eliminasi.
Pola perkemihan klien lancer dank lien juga tidak mengalami masalah pad BAB
nya.

4. Pola aktivitas dan latihan.


Aktifitas klien berjalan seperti biasanya, namun terganggu bila pasien telah
bersin-bersin pada saat dingin.

5. Pola istirahat dan tidur.


Klien mengatakan bahwa istirahatnya terganggu pada malam hari karena bersin-
bersin yang berlebihan pada malam hari dan pilek yang melanda klien, sehingga
membuat klien susah tidur.
6. Pola kognitif dan persepsi.
Klien memiliki penglihatan yang masih baik, pendengaran yang masih baik, dan
pengecapan klien masih baik, namun pada penciuman klien kadang-kadang
terganggu karena hidung klien yang sering tersumbat dan karena pilek yang klien
alami.

7. Pola persepsi dan konsep diri.


Klien tidak merasa rendah diri. Klien tetap berusaha dan percaya bahwa
penyakitnya bisa sembuh.

8. Pola peran dan hubungan.


Karena penyakit yang diderita oleh klien sekarang mengganggu pekerjaan nya,
maka klien tidak dapat membantu penghasilan untuk keluarganya lagi. Klien mem
iliki hubungan yang sangat baik dengan anggota keluarga yang lain.

9. Pola seksualitas dan produksi.


Kebutuhan seksualitas klien tidak terganggu.

10. Pola koping dan toleransi stress.


Untuk menangani stress yang dialami klien, klien sealu bercerita dengan keluarga
nya dan keluarga klien pun memberikan perhatian lebih kepada klien.

11. Pola nilai dan keyakinan.


Klien mengaku agama penting dalam hidup, klien tidak merasa kesulitan dalam
beribadah. Klien tetap melaksanakan ibdah dengan baik, dank lien selalu berdoa
dan meminta kepada Yang Maha Kuasa agar klien dapat segera sembuh dari
penyakit yang diderita nya sekarang.
2. Perumusan Diagnosa NANDA, NOC, NIC.
No. NANDA NOC NIC
1. Bersihan Jalan nafas KEADAAN PEMBERSIHAN JALAN
tidak efektif PERNAFASAN: JALAN NAFAS YANG TIDAK
berhubungan NAFAS YANG JELAS EFEKTIF
dengan adanya Indikator:
 Masuknya udara
sekret yang · Nilai pernafasan pada
pada jalan nafas
mengental. skala yang ditentukan
dan stabilisasi
· Pengeluaran dahak
 Penatalaksanaan
keluar dari jalan nafas
jalan nafas
· Tidak ada demam
 Pengurangan
tingkat
KEADAAN
kegelisahan
PERNAFASAN:
PERTUKARAN GAS
PENGATURAN JALAN
Indikator:
NAFAS
 Kemudahan bernafas
 Tekanan O2 dalam
 Membuka jalan
batas normal
nafas dengan cara
 Tekanan CO2 dalam
dagu diangkat
batas normal
atau rahang
KEADAAN
ditinggikan.
PERNAFASAN:
 Memposisikan
VENTILASI
pasien agar
 Nilai pernafasan pada
mendapatkan
skala yang ditentukan
ventilasi yang
 Tingkat kedalaman maksimal.
inspirasi  Mengidentifikasi
 Kemudahan bernafas pasien
 Pengeluaran dahak berdasarkan
dari jalan nafas penghirupan nafas
 Pengeluaran udara yang potensial
 Tidak adanya pada jalan nafas.
pengumpulan nafas  Penghirupan nafas
melalui bibir melalui mulut atau
 Tidak adanya nasopharing.
pernafasan dangkal PEMBERSIHAN JALAN
 Tidak adanya NAFAS
dyspnea pada saat
 Menentukan
Istirahat
kebutuhan
penyedotan pada
mulut dan/atau
trakea.
 Mendengarkan bunyi
nafas sebelum dan
sesudah penyedotan.
 Menginformasikan
pada pasirn dan
keluarga mengenai
penyedotan tersebut.
 Poemberian obat
penenang.
 Melakukan
pencegahan umum:
memakai sarung
tangan, kacamata
debu, dan masker.
 Menyisipkan bunyi
sengau untuk
memfasilitasi
penyedotan pada
nasotrake.
2. Gangguan pola tidur TINGKAT PENINGKATAN TIDUR
berhubungan KENYAMANAN - Anjurkan klien untuk
dengan Indicator : menghindari
penyumbatan pada  Melaporkan mengkonsumsi makanan
hidung perkembangan dan minuman yang dapat
kepuasan mengganggu tidur.
 Melaporkan - Ajarkan kepada klien
perkembangan dan keluarga klien
psikologi tentang faktor yang dapat
 Mengekspresikan menimbulkan gangguan
perasaan dengan pola tidur
lingkungan fisik sekitar - Fasilitasi
pemeliharaan rutinitas
klien sebelum tidur
- Bantu klien
membatasi waktu tidur
siang dengan memberi
aktivitas yang
meningkatkan
keterjagaan, jika
diperlukan.

MANAJEMEN ENERGI
- Tentukan pembatasan
aktivitas fisik pasien
- Monitor pola tidur
- Monitor lokasi
ketidaknyamanan/nyeri
- Bantu pasien membuat
jdwal istirahat
- Jelaskan apa dan
bagaimana aktivitas yang
dibutuhkan untuk
membangun energi
- Monitor intake nutrisi
yang adekuat

3. Kurangnya PENGETAHUAN : MEMPERSIAPKAN


pengetahuan proses penyakit. PERBAIKAN
berhubungan Indikator : PENGETAHUAN
dengan ketidak  menjelaskan proses Aktivitas:
tahuan informasi terjadinya penyakit  Sediakan lingkungan
 mendeskripsikan yang aman
penyebab atau faktor-  Adakan hubungan
faktor pendukung fokus pada masalah
 mendeskripsikan faktor pasien yang spesifik
resiko  Bantu klien untuk
 mendeskripsikan akibat menyadarai
penyakit kerentanan untuk
 mendeskripsikan tanda komplikasi
dan gejala  Beri kesempatan pada
 mendiskripsikan klien untuk bertanya
tindakan untuk
meminimalkan 1 MENGAJARKAN
perkembangan PROSES PENYAKIT
penyakit Aktivitas:
 mendeskripsikan  hargai tingkat
tindakan pencegahan pengetahuan pasien
komplikasi  jelaskan perjalanan
suatu penyakit
 jelaskan tanda-tanda
dan gejala penyakit
 jelaskan proses
penyakit
 identifikasi penyebab
PENGETAHUAN : yang mungkin
KEBIASAAN SEHAT  sediakan informasi
Indikator : mengenai kondisi
 Mendeskripsikan kepada pasien
kebiasaan pemenuhan  diskusikan pemikiran
nutrisi yang ketinggalan yang
 Mendeskripsikan pola direkomendasikan
tidur bangun yang manajemen
efektif (terapi/pengobatan)
 Mendeskripsikan efek  jelaskan komplikasi
kesehatan dari yang mungkin terjadi
penggunaan alkohol,
zat kimia, kafein MENGAJARKAN
 Mendeskripsikan MENENTUKAN
keamanan PENGOBATAN
penggunaan resep Aktivitas:
obbta-obatan.  informasikan pada
pasien dari yang umum
PENGETAHUAN : dan berbagai jenis
Sumber tindakan. nama di setiap
Indikator : pengobatan
 Mendeskripsikan  informasikan pada
tindakan dalam pasien maksud dari
keadaan darurat. tindakan disetiap
 Mendeskripsikan pengobatan
sumber untuk  informasikan pada
perlindungan dalam pasien takaran,
keadaan darurat. perjalanan dan waktu
pengobatan
 evaluasi kemampuan
pasien untuk
melakukan pengobatan
sendiri
 informasikan pada
pasien akibat dari
pengobatan yang tidak
dilakukan.
 instruksikan pada
pasien efek samping
dari pengobatan

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall.2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis


Edisi 9. Jakarta : EGC

Doengoes, Mariliynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC

Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta :


EGC

Anda mungkin juga menyukai