Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH KOSMETOLOGI

SEDIAAN LIPSTIK

Oleh:

Muthiarani Nabila
15160011
7 Farmasi 1

UNIVERSITAS DHARMA ANDALAS


PADANG
2018
LIPSTIK

I. Struktur Kulit (Bibir)


Kulit adalah lapisan atau jaringanyang menutup seluruh tubuh dan melindungi
dari bahaya yang datang dari liar. Bagi wanita, kulit merupakan bagian tubuh yang perlu
mendapat perhatian khusus untuk meperindah kecantikan. Lapisan kulit pada dasarnya
sama di semua bagian tubuh, kecuali di telapak tangan, telapak kaki, dan bibir. Tebalnya
bervariasi dari 0.5 mm dikelopak mata sampai 4 mm ditelapak kaki. Bibir setiap orang
warna kulitnya berarna merah. Warna merah itu disebabkan oleh warna darah yang
mengalir di dalam pembuluh di lapisan warna kulit bibir. Dibagian ini warna itu terlihat
lebih jelas karena pada bibir tidak ditemukan satu lapisan kulit paling luar, yaitu lapisan
corneum (lapisan tanduk). Jadi kulit bibir lebih tipis dari kulit wajah. Karena itu, bibir
juga lebih mudah luka dan mengalami pendarahan. Disamping itu, karena kulitnya yang
tipis, saraf yang mengurus sensasi pada bibir mendaji lebih sensitif. Luka yang sedikit
pada bibir dapat menimbulkan rasa sakit yang lebih hebat.
Bibir atau disebut juga labia, adalah lekukan jaringan lunak yang mengelilingi
bagian yang terbuka dari mulut. Bibir terdiri dari otot orbikularis oris dan dilapisi oleh
kulit pada bagian eksternal dan membran mukosa pada bagian internal. Secara anatomi,
bibir dibagi menjadi dua bagian yaitu bibir bagian atas dan bibir bagian bawah. Bibir
bagian atas terbentang dari dasar dari hidung pada bagian superior sampai ke lipatan
nasolabial pada bagian lateral dan batas bebas dari sisi vermilion pada bagian inferior.
Bibir bagian bawah terbentang dari bagian atas sisi vermilion sampai ke bagian komisura
pada bagian lateral dan ke bagian mandibula pada bagian inferior.

II. Sejarah Lipstik


Lipstik pertama digunakan sekitar lima ribu tahun yang lalu oleh rakyat di
Mesopotania, yang pada saat itu bahan yang digunakan untuk membuat lipstick adalah
dari bahan-bahan semi precious jewel yang ditumbuk halus dan kemudian bubuk tersebut
dioles-oleskan di bibir sehingga bibir terlihat lebih berwarna.
Di jaman Mesir kuno, lipstik dibuat dari extract purplish red dye yang berasal dari
fucus algin yaitu 0,01% iodine dan bromine mannite yang ternyata bahan-bahan tersebut
diketahui sangat berbahaya. Sedangkan ratu Cleopatra konon memakai lipstik yang
berbahan carmine beetles, yang berasal dari bua dan biji-bijian yang menghasilkan deep
red pigment yang apabila dipoleskan di bibir nampak kontras dengan warna kulit, merah
dan ranum segar bak kelopak bunga mawar.
Di zaman modern, lipstik mulai popular di abad ke -16. Lipstik dibuat dari
campuaran beeswax dan tanaman red stain yaitu semacam tumbuhan yang daun maupun
batangnya menghasilkan getah berwarna darah, atau juga dipakai henna (sejenis tanaman
herbal) yang biasa dipakai untuk melukis kulit maupun mengecat rambut. Dan ketika
masa Perang Dunia II, sekitar akhir tahun 1930 an, mulailah lipstik di masyarakatkan
lewat aktor-aktor hollywood yang kemudian mengilhami jutaan wanita untuk memakai
lipstik dalam kehidupan sehari-hari. Lipstik merupakan bagian dari fashion yang tidak
boleh ketinggalan. Dengan berbagai macam pilihan warna dari yang deep red, lombok
abang, oranye, coklat tanah, nude color, ungu bahkan biru kehitam-hitaman. Penggunaan
lipstik berbahan wax-free semi liquid formula pertama dikenalkan oleh Lip Link
International pada tahun 1900.
Ternyata lipstick mempunyai sejarah panjang sebelum diterima oleh khalayak
umum. Dan pada kenyataanya dalam pemasyarakatannya tidaklah semulus yang kita
bayangkan. Penuh perjalanan berliku sebelum lipstik diterima keberadaannya oleh
masyarakat umum khususnya wanita. Menurut Meg Cohen Ragaz dan Karen Kozlowksi,
dalam bukunya yang berjudul "Read My Lips: A Cultural History of Lipstik" yang
membahas seluk beluk lipstik lengkap dengan sejarahnya, dan juga Thomas Hall
pengarang buku "Loathsomeress of long Haire” tahun 1653, telah memprakarsai sebuah
gerakan golongan tertentu untuk menolak keberadaan sang lipstik, mereka meng-claim
bahwa "the face painting was the devil work" bahkan anehnya lipstik juga dihubung-
hubungkan dengan dunia mistik ilmu hitam.
Di Inggrispun, pada tahun 1770, Brittish Parlement memberlakukan Undang-
Undang Melarang Pemakain Lipstik. Lipstik identik dengan dunia sihir dan magic,
bahkan ratu Victoria sekitar tahun 1800-an menyatakan bahwa lipstick is impolite and
vulgar yang pemakaiannya hanya akan mengesankan seorang wanita seperti wanita nakal
yang gemar menggoda pria. Standar kecantikan pada zaman itu adalah wanita dengan
warna kulit yang pucat dan tanpa make up. Seorang wanita yang memakai lipstik
dianggap bersalah karena akan membangkitkan hawa nafsu bagi lelaki yang melihatnya
dan perempuan yang sengaja memakai lipstik berarti telah dianggap secara sengaja
"menggoda" kaum lelaki.
Di zaman modern sekarang ini pembuatan Lipstik juga dicampur dengan
pelembab, vitamin E, Aloe vera, Collagen, Asam amino dan juga suncream atau bahan-
bahan lain yang memproteksi sang bibir dan juga tentu saja menambah sensual si
pemakai. Warna lipstik menjadi semakin merah dan merah sejak tahun 1930 an dan tentu
saja makin bervariasi.
Proses pembuatan lipstik adalah hamper sama dengan proses pembuatan crayon
yang melibatkan pemanasan berualang- ulang, mixing, stirring yang akhirnya dibentuk
seperti lipstik yang kita kenal. Banyak jenis lipstik mulai yang matte, glossy, sheer,
frosted dan long lasting colour. Jika anda ingin bibir anda berkesan basah merekah, maka
dipilih yang matte, yang berbahan heavy wax, jika anda ingin bibir merah, basah dan
bercahaya maka pilihan tepat adalah yang glossy karena banyak mengandung minyak dan
sebagainya.

III. Pengertian Lipstik


Lipstik adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk mewarnai bibir dengan
sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah yang
dikemas dalam bentuk batang padat. Hakikat fungsinya adalah untuk memberikan warna
bibir menjadi merah, yang dianggap akan memberikan ekspresi wajah sehat dan menarik
(Ditjen POM, 1985).
Dari sudut pandang kualitas, lipstik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir.
2. Penampilan menarik, baik warna, bau, rasa maupun bentuknya.
3. Memberikan warna yang merata pada bibir.
4. Stabil dalam penyimpanan.
5. Tidak meneteskan minyak, permukaannya mulus, tidak berbintik-bintik, atau
memperlihatkan hal- hal yang tidak menarik.
6. Melapisi bibir secara mencukupi.
7. Dapat bertahan di bibir.
8. Cukup melekat pada bibir, tetapi tidak sampai lengket.
9. Melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya ( Mitsui, T., 1997).
Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat dari
campuran lilin dan minyak dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga dapat
memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikendaki. Suhu lebur lipstik yang ideal
sesungguhnya diatur hingga suhu yang mendekati suhu bibir, bervariasi antara 36-38° C.
Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu cuaca sekelilingnya,
terutama suhu daerah tropik, suhu lebur lipstik dibuat lebih tinggi, yang dianggap lebih
sesuai diatur pada suhu lebih kurang 62°C, biasanya berkisar antara 55-75°C (Ditjen
POM, 1985).

IV. Manfaat Lipstik


Manfaat dari adalah sebagai berikut:
1. Memberikan warna pada bibir.
 Bibir yang kurang baik akan disamarkan atau disembunyikan.
 Bibir yang lebih tipis dapat dibuat tampak lebih tebal dan sebaliknya.
2. Melindungi bibir dari kekeringan.
3. Meningkatkan kepercayaan diri.
4. Menjaga kelembaban bibir dari penyebab kekeringan.
5. Membuat wajah terlihat lebih fresh

V. Jenis-Jenis Lipstik
1. Lacquer
Yaitu lipstik berbahan dasar gel, biasanya dikemas dalam botol atau wadah kecil.
Memberi kesan halus dan lembut pada bibir dalam berbagai nuansa warna.
2. Satin
Lipstik yang bertekstur sangat lembut, dikemas dalam bentuk stik atau cairan dan
tersedia dalam warna, bisa menutupi bibir dengan sempurna serta memberi efek kilap
tanpa kesan minyak.
3. Semi-gloss
Efeknya tidak begitu mengilap dan berminyak seperti lip gloss, dikemas dalam
bentuk stik atau krim padat.
4. Matte
Lipstik yang tahan lama, tidak mengilap pada bibir, tapi mengandung pelembab dan
memberi efek halus pada bibir, tersedia dalam bentuk stik.
5. Lip Care atau Lip Vitamin
Yaitu treatment campuran antara pewarna bibir dan vitamin bibir yang dikemas
dalam bentuk stik, bertekstur lembut, mengandung pelembab dan memberi efek
berkilau.

VI. Komponen utama dalam sediaan lipstik


Adapun komponen utama dalam sediaan lipstik terdiri dari minyak, lilin, lemak dan zat
warna:
1. Minyak
Minyak adalah salah satu komponen dalam basis lipstik yang berfungsi untuk
melarutkan atau mendispersikan zat warna. Minyak yang sering digunakan antara lain
minyak jarak, minyak mineral dan minyak nabati lain. Minyak jarak merupakan minyak
nabati yang unik karena memiliki viskositas yang tinggi dan memiliki kemampuan
melarutkan staining-dye dengan baik. Minyak jarak merupakan salah satu komponen
penting dalam banyak lipstik modern. Viskositasnya yang tinggi adalah salah satu
keuntungan dalam menunda pengendapan dari pigmen yang tidak larut pada saat
pencetakan, sehingga dispersi pigmen benar benar merata (Balsam, 1972).
2. Lilin
Lilin digunakan untuk memberi struktur batang yang kuat pada lipstik dan
menjaganya tetap padat walau dalam keadaan hangat. Campuran lilin yang ideal akan
menjaga lipstik tetap padat setidaknya pada suhu 50°C dan mampu mengikat fase minyak
agar tidak ke luar atau berkeringat, tetapi juga harus tetap lembut dan mudah dioleskan
pada bibir dengan tekanan serendah mungkin. Lilin yang digunakan antara lain carnauba
wax, 8 candelilla wax, beeswax, ozokerites, spermaceti dan setil alkohol. Carnauba wax
merupakan salah satu lilin alami yang yang sangat keras karena memiliki titik lebur yang
tinggi yaitu 85°C. Biasa digunakan dalam jumlah kecil untuk meningkatkan titik lebur
dan kekerasan lipstik (Balsam, 1972).
3. Lemak
Lemak yang biasa digunakan adalah campuran lemak padat yang berfungsi untuk
membentuk lapisan film pada bibir, memberi tekstur yang lembut, meningkatkan
kekuatan lipstik dan dapat mengurangi efek berkeringat dan pecah pada lipstik.
Fungsinya yang lain dalam proses pembuatan lipstik adalah sebagai pengikat dalam basis
antara fase minyak dan fase lilin dan sebagai bahan pendispersi untuk pigmen. Lemak
padat yang biasa digunakan dalam basis lipstik adalah lemak coklat, lanolin, lesitin,
minyak nabati terhidrogenasi dan lain-lain.
4. Zat warna
Zat warna dalam lipstik dibedakan atas dua jenis yaitu staining dye dan pigmen.
Staining dye merupakan zat warna yang larut atau terdispersi dalam basisnya, sedangkan
pigmen merupakan zat warna yang tidak larut tetapi tersuspensi dalam basisnya. Kedua
macam zat warna ini masing-masing memiliki arti tersendiri, tetapi dalam lipstik
keduanya dicampur dengan komposisi sedemikian rupa untuk memperoleh warna yang
diinginkan. Pigmen-pigmen yang diigunakan dalam lipstik dapat berupa lake dari barium
atau kalsium, akan tetapi lake dari stronsium juga sering digunakan karena menghasilkan
warna yang tahan lama dan jernih. Untuk menghasilkan warna yang agak pudar (muda),
pigmen putih 9 seperti titanium dioksida dan zink oksida harus ditambahkan (Balsam,
1972).
VII. Zat tambahan dalam sediaan lipstik
Zat tambahan dalam lipstik adalah zat yang ditambahkan dalam formula lipstik
untuk menghasilkan lipstik yang baik, yaitu dengan cara menutupi kekurangan yang ada
tetapi dengan syarat zat tersebut harus inert, tidak toksik, tidak menimbulkan alergi, stabil
dan dapat bercampur dengan bahan-bahan lain dalam formula lipstik. Zat tambah yang
digunakan yaitu antioksidan, pengawet dan parfum.
1. Antioksidan
Antioksidan digunakan untuk melindungi minyak dan bahan tak jenuh lain
yang rawan terhadap reaksi oksidasi. BHT, BHA dan vitamin E adalah antioksidan
yang paling sering digunakan (Butler, 2000).
Antioksidan yang digunakan harus memenuhi syarat :
a) Tidak berbau agar tidak mengganggu wangi parfum dalam kosmetika
b) Tidak berwarna
c) Tidak toksik
d) Tidak berubah meskipun disimpan lama.
2. Pengawet
Kemungkinan bakteri atau jamur untuk tumbuh di dalam sediaan lipstik
sebenarnya sangat kecil karena lipstik tidak mengandung air. Akan tetapi ketika
lipstik diaplikasikan pada bibir kemungkinan terjadi kontaminasi pada permukaan
lipstik sehingga terjadi pertumbuhan mikroorganisme. Oleh karena itu perlu
ditambahkan pengawet di dalam formula lipstik. Pengawet yang sering digunakan
yaitu metil paraben dan propil paraben (Butler, 2000).
3. Parfum
Parfum perlu ditambahkan dalam formula lipstik untuk menutupi bau dari
minyak dan lilin yang terdapat dalam basis dan bau lain yang tidak enak yang timbul
setelah lipstik digunakan atau disimpan. Parfum yang berasal dari minyak tumbuhan
(bunga) adalah yang paling banyak digunakan (Balsam, 1972).

VIII. Contoh Formula sediaan lipstick

Cera alba 6g
Lanolin 1,8 g
Vaselin 7,6 g
Setil alcohol 1,3 g
Carnauba wax 1,1 g
Oleum ricini 1,8 g
Ekstrak bunga kecombrang 6g
Oleum rosae 0,15 g
Propilen glikol 1,5 g
Butil hidroksitoluen 0,03 g
Metil paraben (nipagin) 0,03 g

Fungsi bahan
 Cera alba (malam putih) berfungsi sebagai basis wax
 Lanolin berfungsi sebagai basis lemak
 Setil alcohol berfungsi sebagai memberi struktur yang kuat pada lipstick (zat
lilin)
 Carnauba wax berfungsi sebagai basis
 Oleum ricini berfungsi sebagai pelarut dan pendispersi zat-zat yang bersifat tidak
larut
 Ektrak bunga kecombrang berfungsi sebagai antioksidan, pewarna alami
 Oleum rosae berfungsi sebagai parfum berfungsi untuk menutup bau yang tidak
sedap dari lilin serta member rasa pada lipstick
 Propilen glikol berfungsi sebagai zat pembawa
 Butyl hidroksitoluen berfungsi sebagai antioksidan
 Metil paraben (nipagin) berfungsi sebagai pengawet

IX. Pembuatan Lipstik


Pada umumnya pembuatan lipstik meliputi 3 tahap:
1. Penyiapan campuran komponen, yaitu minyak- minyak, campuran zat- zat
warna dan campuran wax.
2. Pencampuran semua bahan untuk membentuk massa lipstik
3. Pencetakan massa lipstik menjadi batangan- batangan lipstik.
Bahan pencelup melarut dalam sejumlah pelarut yang diperlukan dan dicampur dengan
bahan lainnya, lemak dan lilin dilebur terpisah, dijaga suhunya agar berada beberapa derajat
diatas titik leburnya yang paling tinggi untuk mencegah pemanasan berlebih. Setelah
pencampuran, campuran digiling beberapa saat. Untuk semua prosedur ini sebaiknya digunakan
penggiling panas. Proses penggilingan ini penting ketika pencampuran bahan tidak cukup untuk
memberikan produk yang rata/ licin dan memuaskan
Jadi jika basis lipstik cukup terjaga dari panas dalam beberapa waktu yang lama maka
akan tersaturasi dengan udara pada temperatur tinggi. Pembasahan yang tidak sempurna dari
partikel zat warna memberikan hasil yang baik. Bagaimanapun dilakukan pemanasan dengan
cepat untuk pemprosesan temperature atau lebih disukai pencampuran dengan aliran udara
sempurna. Kemudian pembasahan sempurna dari partikel akan tercapai.

Setelah penggiringan, suhu dari kuarsa harus naik (hanya beberapa derajat diatas titik
leburnya), campuran dipindahkan ke mantel air, tangki evakuasi udara dan menggunakan vakum
yang cukup untuk mengalirkan udara yang tidak mengalir pada proses penggilingan dan
pencampuran. Massa harus trjaga rotasi pemberhentian penggilingannya di bawah vakum. Ketika
udara bergerak atau mengalir vakum berhenti dan massa yang teraduk ditambahkan parfum.
Massa terakhir lipstik boleh diaduk pelan- pelan sampai memadat dan membentuk blok.

Lipstik dibuat dengan melelehkan bahan pembawa lipstik dan zat warna kemudian
dicetak menjadi stick yang dapat dimasukkan kedalam tabung, sebagai basis digunakan
campuran wax, minyak dan lemak.

X. EVALUASI SEDIAAN LIPSTIK


1. Uji Kesukaan (Hedonic Test)
Uji kesukaan (Hedonic Test) adalah pengujian terhadap kesan subyektif yang sifatnya
suka atau tidak suka terhadap suatu produk. Pelaksanaan uji ini memerlukan dua
pihak yang bekerja sama, yaitu panel dan pelaksana. Panel adalah seseorang
atausekelompok orang yang melakukan uji melalui proses penginderaan, orangnya
disebut panelis. Uji ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap
sediaan lipstik yang dibuat.
2. Uji stabilitas sediaan
Pada uji stabilitas perlu diperhatikan apakah terjadi perubahan bentuk dari bentuk
awal pencetakan atau tidak, pada perubahan warna diperhatikan apakah lipstick
terjadi perubahan warna dari warna awal pembuatan lipstik atau tidak, titik lebur
lipstick apakah ada penurunan atau tidak, pada perubahan bau diperhatikan apakah
lipstick masih berbau khas dari parfum atau tidak.
3. Uji organoleptic
Evaluasi uji organoleptis meliputi :
a) Penampilan Fisik
Pemeriksaan dilakukan dengan mengamati permukaan lipstik, mengenai
pembentukan kristal dan uap air.
b) Aroma
Pengamatan dilakukan dengan mengamati aroma lipstik pada penyimpanan
pada suhu kamar dan dipercepat (45ºC).
c) Tekstur
Pengujian dilakukan dengan mengoleskan lipstik pada permukaan licin seperti
punggung tangan atau bibir, kemudiaan dilihat apakah bertekstur halus atau
kasar.
4. Uji Kehomogenan Sediaan Lipstik
Uji kehomogenan sediaan lipstick meliputi :
a) Homogenitas Sediaan
Masing – masing sediaan lipstik diperiksa homogenitasnya dengan cara
mengambil sejumlah tertentu sediaan lipstik dan diletakkan pada kaca yang
transparan (objek glass).Sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
dan tidak terlihat adanya butir – butir kasar.
b) Homogenitas Polesan
Pengujian dilakukan dengan mengoleskan lipstik pada permukaan licin seperti
punggung tangan atau bibir, kemudiaan dilihat di spersi warnanya homogen
atau tidak.
c) Dispersi Warna Dalam Lipstik
Pengujian dilakukan dengan membelah lipstik menjadi dua bagian baik secara
horizontal ataupun vertikal, kemudiaan dilihat dispersi warnanya homogen
atau tidak .
5. Uji Bobot Lipstik
Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan atau pengurangan bobot yang
mungkin terjadi pada saat lipstik disimpan pada suhu kamar dan suhu dipercepat.
Lipstik yang tidak baik akan memberikan peningkatan atau pengurangan bobot yang
berarti selama penyimpanan.
6. Uji titik lebur
Pemeriksaan Suhu Lebur, dapat dilakukan dengan berbagai metode. Ada dua metode
yang biasanya digunakan yaitu metode melting point dan metode drop point. Metode
melting point menggunakan pipa kapiler sedangkan metode drop point menggunakan
pelat tipis. Syarat lipstik melebur pada metode melting point adalah 60ºC atau lebih,
sedangkan untuk metode drop point adalah diatas 50ºC. Penetapan suhu lebur lipstik
dilakukan untuk mengetahui pada suhu berapa lipstik akan meleleh dalam wadahnya
sehingga minyak akan keluar. Suhu tersebut menunjukkan batas suhu penyimpanan
lipstik yang selanjutnya berguna dalam proses pembentukan, pengemasan, dan
pengangkutan lipstik.
7. Penentuan pH sediaan
Sediaan lipstik ditimbang 1gr kemudiaan dilelehkan dengan penangas air,
kemudiaan setelah lipstik meleleh pH indikator dicelupkan pada sediaan tersebut
setelah itu dilihat pH nya pada tabel indikator pH. Dicatat pHnya dan dilakukan
sebanyak 3 kali pengulangan. Sediaan lipstick yang baik yaitu syarat fisiologis kulit
bibir ±4.
DAFTAR PUSTAKA

Balsam, M.S. (1972). Cosmetic Science and Technology Second Edition. London: Jhon Willy
and Son, Inc.

Butler, H. (2000). Poucher’s Perfumes, Cosmetics and Soaps Tenth Edition. Netherlands:
Kluwer Academic Publishers. .

Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Nur Adliani, Nazliniwaty*, Djendakita Purba.2012. Journal of Pharmaceutics and


Pharmacology:Formulasi Lipstik Menggunakan Zat warna dari
EkstrakBungaKecombrang (Etlingera elatior (jack) R.M.Sm.). Vol. 1 (2): 87 – 94.
Departemen Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara,Medan,
Indonesia

Tranggono, R.I. dan Fatma Latifah. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, Editor:
Joshita Djajadisastra. Jakarta: Penerbit Pustaka Utama.

Wasitaatmadja, S. M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai