Anda di halaman 1dari 9

ALAT TANGKAP POLE AND LINE

KELOMPOK III

MARWAN HAKIM

M. JULKADRI A RAHIM

M. YUSRIL FATMONA

NADILA ABDURAHMAN

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2018

1
1. Pendahuluan

Perikanan tangkap merupakan salah satu bidang perikanan yang cukup


menjanjikan. Indonesia, dengan potensi sumber daya perairan yang melimpah
merupakan peluang yang sangat baik. Banyak spesies ikan ekonomis penting
yang berada di Indonesia, antara lain Tuna dan Cakalang. Komoditi ini sangat
dilirik pasar, baik secara regional hingga internasional. Dalam upaya
memanfaatkan potensi ikan pelagis tersebut, tentunya membutuhkan sarana dan
prasarana yang menunjang penangkapan tersebut. Penangkapan ikan pelagis besar
tersebut biasanya menggunakan alat Pole and line atau yang disebut ”Huhate”
Konstruksi alat tangkap ini sederhana, karena hanya menggunakan joran atau
galah, tali pancing dari polyethylen dan mata pancing yang tidak berkait balik.
Mata pancing yang tidak berkait balik berfungsi agar ikan mudah lepas, hal ini
menjadi keunikan tersendiri dalam penangkapan ikan. Selain itu, untuk
menangkap ikan pelagis tersebut membutuhkan umpan yang hidup untuk
merangsang ikan mendekati pancingan dan tertangkap. Adanya faktor mengenai
umpan yang harus digunakan adalah umpan hidup, maka penangkapan ini
menjadi agak rumit. Hal ini terjadi karena umpan yang hidup harus bisa disimpan,
dibawa dalam keadaan ini dan kapal yang digunakan harus sesuai dengan desain
untuk penyimpanan umpan hidup selain untuk menyimpan hasil tangkapan.
Tujuan terpenting dalam usaha penangkapan dengan alat tangkap pole and line di
laut adalah adanya suatu hasil dari keberhasilan usaha penangkapan ikan, yaitu
nelayan yang bersangkutan mampu menangkap ikan sebanyak mungkin sehingga
hasilnya dapat menutupi semua biaya yang dikeluarkan, juga mampu mendapat
keuntungan berupa ikan tangkapan maupun hasil penjualan dari ikan tangkapan
tersebut. Realisasi di lapangan menunjukan bahwa usaha penangkapan ikan dilaut
merupakan usaha yang tingkat kegagalanya cukup tinggi (high risk).

2
2. Deskripsi Alat Tangkap
Adapun deskripsi alat tangkap pole and line ini adalah sebagai berikut :
1. Joran (galah) terbuat dari bambu (umumnya berwarna kuning) yang cukup tua
dan tingkat elastisitas yang baik. Panjang joran berkisar 2 - 2,5 meter dengan
diameter bagian pangkal 3 - 4 cm dan bagian unjuk berkisar 1 -1,5 cm.
2. Tali Utarna (main line) terbuat dari bahan sintetis polyethilene dengan panjang
sekitar 1,5 - 2 meter disesuaikan dengan panjang jorannya, cara pemancingan,
tinggi haluan kapal dan jarak penyemprotan air. Diameter tali 0,5 cm dan
nomor tali adalah no. 7.
3. Tali Sekunder terbuat dari bahan monopilament berupa tali berwarna putih
sebagai pengganti kawa baja (wire leader) dengan panjang, berkisar 20 cm.
4. Mata pancing (hook) yang tidak berkait balik. Mata pancing yang digunakan
bernomor 2,5 - 2,8 . Pada bagian atas mata pancing terdapat timah berbentuk
blinder dengan panjang sekitar 2 cm dan berdiameter 8 mm serta dilapisi nikel
agar tertihat lebih mengkilap.
Sisi luar sunder terdapat cincin untuk mengikat tali sekunder, dibagian mata
pancing dilapisi guntingan tali rapia berwarna berbentuk rumbai-rumbai yang
berfungsi sebagai umpan tiruan. Pengoperasian atat tangkap pole and line bisa
dilakukan dekat rumpon, sementara pemancing sudah bersiap disudut kiri kanan
pada haluan kapal (cara mendekati ikan harus dari sisi kiri dan kanan bukan dari
arah belakang).
Pada saat jarak jangkau, umpan dilemparkan yang kemudian ikan dituntun
ke arah haluan kapal. Pelemparan umpan dilakukan secepat mungkin sehingga
gerakan ikan dapat mengikuti gerakkan umpan menuju haluan kapal. Jangan lupa
juga mesin penyemprot sudah difungsikan agar ikan tetap berada di dekat kapal.
Waktu pemancingan tidak pertu dilakukan pelepasan ikan dari mata pancing,
karena saat joran disentuhkan ikan akan jatuh ke atas kapal dan terlepas dengan
sendirinya dari mata pancing.
Berdasarkan pengalaman dan keahlian, pemancing dikelompokan ke dalam
3 (tiga) kelas pemancing. Pemancing kelas I sebagai pemancing berpengalaman
ditempatkan dihaluan kapal, pemancing kelas II di samping kapal dekat dengan
haluan sedangkan pemancing kelas III ke samping kapal agak jauh dari haluan.

3
Untuk memudahkan pemancingan maka pada kapal pole and line dikenal adanva
"flyinq deck" atau tempat pemancingan.
Jenis-jenis ikan yang merupakan hasil tangkapan utama dari alat tangkap
pole and line ini diantaranya : Ikan Tuna, Cakatang dan Ikan Tongkol.

3. Metode Operasi

Operasi penangkapan dengan huhate dilakukan dengan cara mencari dan


memburu kelompok ikan cakalang. Pencarian gerombolan ikan dilakukan oleh
seorang pengintai yang tempatnya biasa berada di anjungan kapal dan
menggunakan teropong (Mallawa dan Sudirman, 2004).
Keberadaan ikan cakalang dapat dilihat melaui tanda-tanda antara lain:
adanya buih atau cipratan air, loncatan ikan cakalang ataupun gerombolan burung-
burung yang terbang menukik ke permukaan laut dimana gerombolan ikan berada.
Setelah menemukan gerombolan ikan, yang harus diketahui adalah arah
renang kemudian mendekati gerombolan ikan tersebut. Sementara pemancing
sudah bersiap masing-masing pada sudut kiri, kanan, dan haluan kapal.
Pelemparan umpan dilakukan oleh boi-boi setelah diperkirakan ikan telah
berada dalam jarak jangkauan lemparan, kemudian ikan dituntun ke arah haluan
kapal. Pelemparan umpan ini diusahakan secepat mungkin sehingga gerakan ikan
dapat mengikuti gerakan umpan menuju haluan kapal. Pada saat pelemparan
umpan tersebut, mesin penyemprot sudah dihidupkan agar ikan tetap berada di
dekat kapal. Pada saat gerombolan ikan berada dekat haluan kapal, maka mesin
kapal dimatikan. Sementara jumlah umpan yang dilemparkan ke laut dikurangi,
mengingat terbatasnya umpan hidup. Selanjutnya, pemancingan dilakukan dan
diupayakan secepat mungkin mengingat kadang-kadang gerombolan ikan tiba-tiba
menghilang terutama jika ada ikan yang berdarah atau ada ikan yang lepas dari
mata pancing dan jumlah umpan yang sangat terbatas. Hal lain yang perlu
diperhatikan pada saat pemancingan adalah menghindari ikan yang telah
terpancing jatuh kembali ke laut. Hal ini akan mengakibatkan gerombolan ikan
yang ada akan melarikan diri ke kedalaman yang lebih dalam dan meninggalkan
kapal, sehingga mencari lagi gerombolan ikan yang baru tentu akan mengambil
waktu (Mallawa dan Sudirman, 2004).

4
3.1 Persiapan

 Tahap persiapan ini dilakukan sebelum kapal berangkat untuk mencari


gerombolan ikan / fishing ground.
Hal-hal yang perlu dipersiapkan antara lain :
 Merangkai alat pancing
 Es/freon yang digunakan untuk menyimpan ikan hasil tangkapan agar
lebih awet
 Umpan hidup, biasanya menggunakan ikan teri yang diperoleh dari hasil
menjala sendiri atau membeli dari pengusaha ikan umpan
 Ember, kaleng, jaring tangguk, seser yang berguna untuk membantu
kelancaran operasi penagkapan yaitu untuk menyebarkan umpan
 Joran/gandar yang telah dirangkai sesuai dengan sejumlah pemancing
besreta cadangannya.
 Bahan bakar untuk berangkat dan kembali dari fishing ground
 Bahan Makanan untuk anak buah kapal
 Dan alat- alat lain yang dapat membantu kelancaran operasi penangkapan

5
 Mencari gerombolan ikan

Setelah semua alat yang diperlukan dalam operasi penangkapan disiapkan,


dilakukan pencarian gerombolan ikan. Hal ini dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan mencari secara langsung gerombolan ikan dengan berlayar kesana-
kemari ( manouvere ) dan dengan memperhatikan kawanan burung laut atau ke
tempat rumpon yang telah disiapkan sebelumnya

3.2 Pemancingan

Pemancingan dilakukan dengan melemparkaan ikan umpan hidup sebagai


perangsang agar cakalang lebih mendekat ke arah kapal sehingga lebih udah
dijangkau oleh pancing. Setelah ikan mendekat, agar umpan hidup tidak banyak
terbuang, maka kran penyemprot air laut dibuka dan setelah ikan terlihat
meloncat-loncat kemudian dipancing.
Kegiatan pemncingan ini dilakukan begitu rupa yaitu dengan menjatuhkan
pancing ke atas permukaan air dan bila disambar oleh cakalang, dengan cepat
diangkat melalui atas kepala dan secara otomatis terlempar ke dalam dek kapal.
Hal demikian dilakukan hingga berulang-ulang. Pemancingan dengan cara seperti
ini biasa disebut dengan cara banting. Disamping itu ada yang disebut dengan cara
gepe yaitu cara pemancingan dengan pole and line dimana setelah ikan terkena
pancing dan diangkat dari dalam air kemudian pengambilan dari mata pancing
dilakukan dengan cara menjepit ikan diantara tangan dan badan si pemancing.

6
4. Daerah Penangkapan

Daerah penagkapan untuk tuna dipengaruhi oleh arus dan suhu perairan.
Setaip jenis tuna memiliki suhu optimum, diantaranya:

a. Blue fin tuna dan Albacore suhu optimum berkisar 15 – 21 ᵒC

b. Skipjack tuna ( cakalang , suhu optimum 19 -24 ᵒC

c. little tuna ( tongkol ), suhu optimum 17 -24 ᵒC.


Di perairan Indonesia, penangkapan dengan menggunakan pole and line
banyak terdapat di wilayah Indonesia timur seperti Minahasa, Gorontalo, Air
tembaga, Ambon, Bacan, Banda, Teratai dan Sorong.
Sedangkan daerah penangkapan ikan dunia dengan menggunakan pole and
line sebagai berikut:
 Antara lintang 40 LU dan 40 LS yaitu daerah kep Hawiai, Chilli, North
Island , dan zona ekuator lainnya.
 Daerah kepulauan Hokkaido dan Filipina.
 Samudera Atlantic dan Laut Mediterania.

5. Hasil Tangkap

Pada penagkapan ikan dengan menggunakn pole and line ini, hasilnya
antara lain :

 Skipjack/cakalang (Katsuwonus pelamis)


 Albacore (Thunnus alalunga)
 Mackerel tenggiri/kembung (Auxis tazard)
 Bullet Mackerel/tongkol lisong (Auxis rochei)
 Bonito timur (Sarda orientalis)

7
6. Kesimpulan

Alat penangkap ikan pole and line atau sering disebut dengan huhate adalah
alat penangkap ikan yang digunakan untuk menangkap ikan pelagis
(permukaan), khususnya ikan cakalang.
Pole and line konstruksinya sangat sederhana terdiri dari joran, tali pancing
dan mata pancing, khusus untuk mata pancing tidak seperti mata pancing
pada umumnya yaitu mata pancing yang tidak berkait balik, hal
ini bertujuan jika ikan yang tertangkap dengan pole and line akan mudah
lepas dari mata pancing. Mata pancing ini juga berfungsi sebagai umpan
tiruan dengan dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai ikan umpan
yang dikaitkan pada mata pancing. Joran adalah sebagai pemegang tali
pancing umumnya terbuat dari bahan bambu berwarna kuning atau saat ini
banyak yang terbuat dari bahan fibre dan plastik. Keberhasilan dalam
penangkapan ikan tergantung dari umpan hidup yang digunakan dan
keterampilan para awak kapal, umpan hidup yang digunakan dengan cara
dilemparkan ke arah gerombolan ikan cakalang setelah berdekatan dengan
kapal yang digunakan. Umpan hidup diperoleh dari nelayan bagan tancap
dengan jenis ikan teri atau puri dan tembang.

8
Daftar Pustaka
Thomson, D., 1989. Tuna Fishing With Pole and Line. Fishery Industry Devision.
Published by Arrangement With The Food and Agriculture Organization of
The United Nations by Fishing News Books. Farnham. 204. P.
Sudirman Haji, Mallawa Achmad.2012. Teknik penangkapan ikan. (2).Penerbit
RINEKA CIPTA 211 hlm.

Anda mungkin juga menyukai