Anda di halaman 1dari 14

RUMAH SAKIT UMUM MARDI LESTARI

Jl. Rokan No.8 SRAGEN 57211


Telp. (0271) 891033, 894535 , Fax. (0271) 894535
E-mail : mardi_lestari2@yahoo.co.id
“ Kasih Untuk Sembuh “

LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR UTAMA
RUMAH SAKIT UMUM MARDI LESTARI
NOMOR :122 /PER/DIRUT-RSUML/III/2017
TENTANG
PANDUAN INTERAKSI OBAT INSTALASI
FARMASI RUMAH SAKIT UMUM MARDI
LESTARI

PANDUAN INTERAKSI OBAT INSTALASI FARMASI


RUMAH SAKIT UMUM MARDI LESTARI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Interaksi obat bisa meningkatkan efek, mengurangi efek, atau
meningkatkantoksisitas. Mekanisme interaksi obat ada 3 macam yaitu :
1. Interaksi Inkomtabilitas/Farmasetik yaitu interaksi obat terjadi diluar tubuh (sebelum
obat diberikan) antara obat yang tak dapat bercampur. Pencampuran menyebabkan
interaksi langsung secara fisika/kimia yang menghasilkan warna, endapan sehingga
dapat menginaktivitas obat
2. Interaksi Farmakokinetik yaitu interaksi obat dimana suatu obat mengubah obat lain
dalam satu atau lebih proses farmakologi Terjadi pada tahap-tahap Adsorbsi,
Metabolisme, Distribusi, dan Ekskresi, yang dapat mengakibatkan kadar plasma
meningkat/menurun, menyebabkan peningkatan toksisitas dan penurunan efektivitas
Obat
3. Interaksi Farmakodinamik adalah efek suatu obat menambah (sinergis) efek obat
lainnya atau mengurangi (antagonis) efek obat kedua tersebut. Terjadinya interaksi
obat ini pada sistem reseptor. Interaksi ini sangat penting pada klinik yaitu Interaksi
pada reseptor yaitu Antagonisme antara agonis + antagonis dan Interaksi fisiologis
akibat peningkatan/penurunan respon.

Panduan Interaksi Obat Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Mardi Lestari 1
RUMAH SAKIT UMUM MARDI LESTARI
Jl. Rokan No.8 SRAGEN 57211
Telp. (0271) 891033, 894535 , Fax. (0271) 894535
E-mail : mardi_lestari2@yahoo.co.id
“ Kasih Untuk Sembuh “

Dalam beberapa hal mungkin menguntungkan dan dokter membiarkan terjadi.


Misalnya penisilin dengan probenesid dipakai untuk terapi gonorhe dengan mekanisme
probenesid tidak mensekresi penisilin di tubuli ginjal sehingga meningkatkan serum level/
kadar penisilin di darah dan memperlamat.
Reaksi perorangan sangat beragam. Faktor yang dapat mempengaruhi antara lain
fungsi hati dan ginjal, faktor pasien: usia (yang paling peka adalah bayi dan orang berusia
diatas 50 tahun), gender, berat badan dan genetik, ada tidaknya sesuatu penyakit, jumlah
obat yang digunakan, lama pengobatan, jarak waktu antara penggunaan dua obat, obat
mana yang digunakan mula-mula, dosis obat, kadar dalam serum, cara pemberian,
metabolisme obat, durasi terapi. Karena itu efek yang terjadi mungkin saja tak berarti apa-
apa bagi seseorang akan tetapi sangat membahayakan bagi orang lain. Hal mendasar yang
patut disadari adalah bahwa bahaya mungkin dapat terjadi.
Interaksi Obat penting secara klinik untuk mencegah meningkatnya toksisitas obat
dan mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi, terutama pada obat yang batas
keamanannya sempit, seperti Glikosida jantung, Antikoagulan dan Obat-obat sitostatik.
Tapi sayang Insiden interaksi obat sukar diperkirakan secara klinik sebab dokumentasinya
sangat kurang dan lolos dari pengamatan karena lemahnya SDM.

B. Pengertian
Interaksi obat adalah perubahan aktivitas farmakologi suatu obat dengan adanya
pemakaian bersama dengan obat lain atau hubungan/ikatan obat dengan
senyawa/bahan lain. Obat dapat berinteraksi dengan makanan, zat kimia, lingkungan,
penyakit, obat tradisional dan obat-obat lain.

Panduan Interaksi Obat Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Mardi Lestari 2
RUMAH SAKIT UMUM MARDI LESTARI
Jl. Rokan No.8 SRAGEN 57211
Telp. (0271) 891033, 894535 , Fax. (0271) 894535
E-mail : mardi_lestari2@yahoo.co.id
“ Kasih Untuk Sembuh “

BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup interaksi obat terdiri dari obat, mekanisme interaksi obat, dan
pasien. Pada obat interaksinya terjadi secara klinis pada obat-obat tertentu dan perlu
pemantauan. Pada mekanisme obat, interaksi obatnya yaitu Interaksi Farmasetik atau
Inkompatibilitas, Interaksi Farmakokinetik, dan Interaksi Farmakodinamik dan pasien
adalah pasien yang rentan terhadap interaksi obat
A. Obat
Beberapa interaksi obat secara teoritis mungkin terjadi, sedangkan obat yang lain harus
dihindari kombinasinya atau memerlukan pemantauan yang cermat. Banyak interaksi
obat yang kemungkinan besar berbahaya, terjadinya hanya pada sejumlah kecil pasien.
Bagaimanapun, ada bermacam-macam kelompok obat yang lebih mungkin terlibat
dalam interaksi obat bermakna secara klinis. Kelompok obat tersebut adalah :
1. Obat-obat yang rentan terapinya sempit yaitu antiepilepsi, digoksin, lithium,
siklosporin, teofilina, warfarin
2. Obat yang memerlukan pengaturan dosis teliti atau cermat yaitu obat antidiabet oral,
antihipertensi
3. Obat-obat yang menginduksi enzim hati yaitu asap rokok, barbiturat (fenobarbital),
fenitoin, griseofulfin, karbamazepin, rifampisin
4. Obat-obat yang menghambat enzim hati yaitu amiodaron, diltiazem, eritromisin,
fluoksetin, ketokonasol, metronidasol, natrium valproat, simetidin, siprofloksasin,
verapil.
B. Mekanisme Interaksi Obat
Mekanisme interaksi obat adalah
1. Interaksi Farmasetik atau inkompatibilitas
Pencampuran yang perlu diperhatikan adalah Interaksi antar obat suntik dan
Interaksi Obat suntik dengan larutan Infus

Contoh:

Panduan Interaksi Obat Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Mardi Lestari 3
RUMAH SAKIT UMUM MARDI LESTARI
Jl. Rokan No.8 SRAGEN 57211
Telp. (0271) 891033, 894535 , Fax. (0271) 894535
E-mail : mardi_lestari2@yahoo.co.id
“ Kasih Untuk Sembuh “

Pencampuran gentamisin dengan Karbensilin akan menjadi inaktivasi


Pencampuran Penisilin G dengan Vit C akan menjadi inaktivasi
Pencampuran Amfoterisin dengan NaCl Fisiologis akan menjadai
menurunkan amfoterisin
2. Interaksi Farmakokinetik
a. Interaksi pada Adsorbsi di saluran cerna
1) Interaksi Lambung
Terjadi sebelum adsorbsi dapat mengganggu Adsorbsi Obat.
Contoh : Tetrasiklin dengan Logam dapat terjadi Khelat
Glikosida Digitalis (GD) dengan Kolesteramin dapat menurunkan
GD
2) Perubahan PH cairan saluran cerna
Saluran pencernaan adalah cairan asam, akibat adanya antasid dapat
meningkatkan obat yang bersifat asam (aspirin)
3) Perubahan waktu pengosongan lambung
Usus halus adalah tempat adsorbsi tercepat (utama)
Obat yang memperpendek waktu pengosongan lambung seperti
METOKLOPRAMID akan mempercepat adsorbsi obat lain di usus.
b. Interaksi Obat pada Distribusi
Distribusi obat pada sirkulasi darah adalah interaksi obat dengan plasma darah
1) Zat yang sangat hidrofil seperti senyawa terionisasi yang dapat mengurangi
ikatan pada protein, sehingga Vol. distribusi (Vd) sama dengan Vol. Ekstra sel
(Ves)
2) Zat terionisasi adalah banyak terikat pada protein, sehingga Vd mendekati Ves

3) Zat lifofil yang tertimbun di jaringan, mengakibatkan Vd mencapai harga


tinggi
4) Obat yang bersifat asam terutama berinteraksi pada albumin
5) Obat yang besifat basa terutama berinteraksi di asam glukoprotein

Panduan Interaksi Obat Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Mardi Lestari 4
RUMAH SAKIT UMUM MARDI LESTARI
Jl. Rokan No.8 SRAGEN 57211
Telp. (0271) 891033, 894535 , Fax. (0271) 894535
E-mail : mardi_lestari2@yahoo.co.id
“ Kasih Untuk Sembuh “

Karena terbatasnya protein plasma, terjadi kompetisi antara asam dengan basa
untuk berikatan dengan protein plasma.
Yang menentukan ikatan obat dengan protein adalah Kadar Obat dan Afinitas
terhadap protein
c. Interaksi Obat pada Metabolisme
1) Metabolisme dipercepat
Obat yang larut dalam lemak dapat menginduksi sintesis enzim mikrosom hati
Contoh: Luminal, Fenitoin, Rifampisin, etanol, karbamazepin, fenilbutazon
2) Metabolisme obat dihambat
Penghambatan menyebabkan peningkatan kadar plasma obat sehingga
menjadi toksisitas meningkat
d. Interaksi Farmakodinamik
e. Sinergis
Merupakan interaksi antara dua obat yang bekerja pada sistem, organ, sel atau
enzim yang sama dengan efek farmakologi yang sama, misal
1) Obat yang mempunyai fungsi depresi pada susunan saraf pusat, contoh: etanol,
antihistamin, benzodiazepine (diazepam, lorazepam, prazepam, estazolam,
proklorperazina, trifluoperazina), metildopa, klonidina dapat meningkatkan
efek sedasi
2) Obat anti inflamasi nonsteroid dapat mengurangi daya lekat platelet dan dapat
meningkatkan (pada derajat pengingkatan yang tidak sama) efek antikoagulan
3) Suplemen kalium dapat menyebabkan hiperkalemi yang sangat berbahaya bagi
pasien yang memperoleh pengobatan dengan diuretik hemat kalium, seperti
amilorida, triamteren, dan penghambat enzim pengkonversi angiotensin seperti
captopril, enalapril, dan antagonis propanolol (dan pengeblok beta yang lain),
keduanya memiliki efek inotropik negatif, dapat menimbulkan gagal jantung
pada pasien yang rentan.
f. Antagonisme

Panduan Interaksi Obat Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Mardi Lestari 5
RUMAH SAKIT UMUM MARDI LESTARI
Jl. Rokan No.8 SRAGEN 57211
Telp. (0271) 891033, 894535 , Fax. (0271) 894535
E-mail : mardi_lestari2@yahoo.co.id
“ Kasih Untuk Sembuh “

Merupakan interaksi antara dua obat yang bekerja pada sistem, organ, sel atau
enzim dengan efek farmakologi yang berlawanan. Hal ini mengakibatkan
pengurangan hasil yang diinginkan dari satu atau lebih obat. Misal
1) Penggunaan obat secara bersamaan obat yang bersifat beta-agonis dengan obat
yang bersifat pengeblok beta (salbutamol untuk pengobatan asma dengan
propranolol untuk pengobatan hipertensi dapat menyebabkan bronkospasme).
2) Vitamin K dengan warfarin
3) Diuretik tiazida dan obat antidiabet
4) Antibiotik bakterisida (penisilin) yang menghambat sintesa dinding sel bakteri,
memerlukan sel yang terus bertumbuh dan membelah diri agar berkhasiat
maksimal. Hal ini tidak akan terjadi dengan adanya antibiotik yang bersifat
bakteriostatik (tetrasiklin) yang menghambat sintesa protein dan juga
pertumbuhan bakteri
g. Efek reseptor tidak langsung
Kombinasi obat dapat bekerja melalui mekanisme saling mempengaruhi efek
reseptor yang meliputi sirkulasi kendali fisiologis atau biokimia. Misalnya.
1) Pengeblokbeta non-selektif seperti propranolol dapat memperpanjang lamanya
kondisi hipoglikemia pada pasien diabet yang diobati dengan insulin dengan
menghambat mekanisme kompensasi pemecahan glikogen. Respon
kompensasi ini diperantarai oleh reseptor beta.
2) Obat kardioselektif (atenolol) lebih jarang menimbulkan respons hipoglikemia
apabila dogunakan bersama dengan insulin
3) Obat-obat pngeblok beta mempunyai efek simpatik seperti takikardia dan
tremor yang dapat menutupi tanda-tanda bahaya hipoglikemia. Efek simpatik
ini lebih penting dibandingkan dengan akibat interaksi obat pada mekanisme
kompensasi.
h. Gangguan cairan dan elektrolit
Hal ini dapat terjadi akibat gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Panduan Interaksi Obat Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Mardi Lestari 6
RUMAH SAKIT UMUM MARDI LESTARI
Jl. Rokan No.8 SRAGEN 57211
Telp. (0271) 891033, 894535 , Fax. (0271) 894535
E-mail : mardi_lestari2@yahoo.co.id
“ Kasih Untuk Sembuh “

1) Pengurangan kadar kalium dalam plasma sesudah pengobatan dengan diuretik,


kortikosteroid atau amfoterisina akan meningkatkan risiko kardiotoksisitas
digoksin.
2) Hipokalemia meningkatkan risiko aritmia ventrikuler dengan beberapa obat
antiaritmia seperti sotalol, kuinidin, prokainamida, dan amiodaron.
3) Penghambat ACE mempunyai efek hemat kalium sehingga pemakaiannya
bersamaan dengan suplemen kalium atau diuretik hemat kalium dapat
menyebabkan hiperkalemia yang berbahaya
4) Loop diuretik dapat meningkatkan konsentrasi obat-obat yang bersifat
nefrotoksik seperti gentamicin dan sefaloridina dalam ginjal.
i. Pasien
Pasien di sini adalah pasien yang rentan terhadap interaksi obat. Efek dan
keparahan interaksi obat dapat sangat bervariasi antara pasien yang satu dengan
yang lain. Berbagai faktor dapat mempengaruhi kerentanan pasien terhadap
interaksi obat.
Pasien tersebut adalah :
1) Orang lanjut usia
Kondisi klinis pasien adalah yang terpenting dalam mengantisipasi
perkembangan interaksi obat yang serius. Pasien lanjut usia mempunyai risiko
yang lebih tinggi karena beberapa sebab yaitu pasien lebih berkemungkinan
untuk memperoleh terapi berbagai macam obat, mereka sering kali memiliki
gangguan fungsi ginjal dan hati, dan biasanya pemahaman mereka terhadap
pengobatan buruk, mengakibatkan masalah, termasuk kepatuhan dalam
pengobatan. Banyak dari mereka yang mengalami gangguan degeneratif yang
dapat mempengaruhi banyak sistem dan gangguan mekanisme kompensasi
homeostatik
2) Orang yang minum lebih dari satu macam obat
Kejadian interaksi obat meningkat secara eksponensial dengan jumlah obat
yang diminum. Banyak pasien yang sakit parah memperoleh bermacam-

Panduan Interaksi Obat Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Mardi Lestari 7
RUMAH SAKIT UMUM MARDI LESTARI
Jl. Rokan No.8 SRAGEN 57211
Telp. (0271) 891033, 894535 , Fax. (0271) 894535
E-mail : mardi_lestari2@yahoo.co.id
“ Kasih Untuk Sembuh “

macam obat, dan akan sulit membedakan antara toksisitas iatrogenik dan
gejala atau tanda-tanda penyakit yang dideritanya
3) Pasien yang mempunyai gangguan fungsi ginjal dan hati
Ginjal dan hati adalah organ utama yang berperan dalam eliminasi obat dari
tubuh, oleh karena itu, gangguan fungsi ginjal dan hati akan meningkatkan
risiko interaksi obat.
4) Pasien dengan penyakit akut
Penyakit yang diobati, serta berbagai penyakit lain yang bersamaan, keduanya
dapat mempengaruhi interaksi obat. Sebagai contoh, meskipun obat golongan
diuretik dapat mengurangi ekskresi lithium, pasien dapat distabilisasikan
dengan baik dengan pengobatan kombinasi ini. Tetapi, penyakit ikutan yang
mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit dapat mengubah kadar
lithium dalam plasma sehingga menyebabkan hilangnya efek atau toksisitas
lithium.
5) Pasien dengan penyakit yang tidak stabil
Kondisi tidak stabil seperti aritmia paroksismal jantung, diabetis atau epilepsi
yang sering kambuh dapat diperburuk oleh interaksi yang hanya memberikan
akibat minimal pada pasien yang kurang peka.
6) Pasien yang memiliki karakteristik genetik tertentu
Krekteristik genetik juga dapat mempengaruhi beberapa interaksi. Sebagai
contoh, jus graperfruit dapat menghambat metabolisme antihistamin
terfenadin pada sejumlah kecil pasien dan oleh karena itu dapat meningkatkan
risiko kardiotoksisitas. Ras dan polimorfisa genetik dapat mempengaruhi
perjalanan obat dan efeknya pada organ akhir tubuh. Sejumlah kecil populasi
memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki isoenzim sitokrom P450 2D6,
pemetabolisme lambat ini dapat mengalami tosisitas bila diberi obat-obat
seperti amitriptilin, flekainida, labetalol, sedangkan pada sebagian besar
populasi yang lain tidak ada tanda-tanda toksisitas. Pengenalan terhadap
faktor-faktor multigenetik yang berpengaruh dapat digunakan untuk

Panduan Interaksi Obat Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Mardi Lestari 8
RUMAH SAKIT UMUM MARDI LESTARI
Jl. Rokan No.8 SRAGEN 57211
Telp. (0271) 891033, 894535 , Fax. (0271) 894535
E-mail : mardi_lestari2@yahoo.co.id
“ Kasih Untuk Sembuh “

memperkirakan kerentanan seseorang, hal ini merupakan strategi yang penting


untuk meningkatkan keamanan pemakaian obat
7) Pasien yang dirawat oleh dokter lebih dari satu dokter.
Dalam hal ini perlu pemantauan yang cermat, karena kemungkinan terjadi
interaksi obat sangat besar. Interaksi obat terjadi karena setiap dokter akan
menuliskan obat sendiri-sendiri sesuai dengan kondisi klinis pasien, maka
peran farmasi dan catatan obat pasien dalam rekam medik yang teliti
diperlukan untuk memantau dan mengevaluasi kemungkinan terjadinya
interaksi obat.

Interaksi obat paling mungkin terjadi bila obat yang menyebabkan interaksi mulai
diberikan atau dihentikan. Waktu munculnyapun dapat bervariasi. Efek dan keparahannya
dapat sangat bervariasi antara pasien yang satu dengan pasien yang lain. Meskipun
demikian tidak semua interaksi obat bermakna klinis, tetapi kita perlu waspada terhadap
interaksi obat yang bermakna. Pengetahuan tentang bermacam-macam obat yang benar
dan sering menyebabkan interaksi obat akan menjadi hal yang sangat berguna dalam
melakukan pemeriksaan resep. Kecurigaan yang terus menerus bahwa obat-obatan dapat
menjadi penyebab penyakit atau keadaan yang makin memburuk pada seseorang pasien
akan menjamin/ memastikan bahwa suatu interaksi obat tidak terabaikan sehingga dapat
mengurangi kejadian interaksi obat yang berat.

Panduan Interaksi Obat Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Mardi Lestari 9
RUMAH SAKIT UMUM MARDI LESTARI
Jl. Rokan No.8 SRAGEN 57211
Telp. (0271) 891033, 894535 , Fax. (0271) 894535
E-mail : mardi_lestari2@yahoo.co.id
“ Kasih Untuk Sembuh “

BAB III
KEBIJAKAN

Kebijakan Panduan Interaksi Obat di pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
Mardi Lestari yaitu :

1. Apa bila terjadi interaksi obat maka dilakukan pengaturan jadwal penggunaan
obat dan pemberiaan konseling, informasi dan edukasi kepada pasien dan atau
keluarga pasien serta tenaga kesehatan lain
2. Obat-obatan jenis baru dan informasi keselamatan tambahan lainnya akan
ditinjau ulang.

Panduan Interaksi Obat Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Mardi Lestari 10
RUMAH SAKIT UMUM MARDI LESTARI
Jl. Rokan No.8 SRAGEN 57211
Telp. (0271) 891033, 894535 , Fax. (0271) 894535
E-mail : mardi_lestari2@yahoo.co.id
“ Kasih Untuk Sembuh “

BAB IV
TATA LAKSANA

Banyak kejadian interaksi obat yang sebenarnya dapat dihindari dan ditangani
dengan baik jika farmasis mengambil tindakan yang tepat dan dilakukan pada waktu yang
tepat. Maka langkah-langkah yang yang harus dilakukan adalah:
1. Perlu dilakukan pemantauan secara simultan dan prospektif mengenai pasien,
penyakit, dan terapinya dengan parameter tertentu, dan kaitkan dengan hasil lab.
Terlebih waspada terhadap pasien yang memperoleh obat-obat yang mungkin dapat
berinteraksi dengan obat yang lain.
2. Interaksi obat biasanya terjadi beberapa hari setelah digunakan bersama-sama
kemudian amati.
3. Hindari kombinasi obat. Jika ada dua atau lebih obat yang diketahui berpotensi tinggi
untuk berinteraksi, lakukan pemantauan ketat, jika terjadi gejala akibat interaksi
dengan segera sampaikan ke dokter. Kemungkinan tindakan adalah distop, disesuaikan
dosis, diatur cara pemakaiannya. Selain itu perlu dipertimbangkan untuk memakai obat
pengganti.
4. Penyesuaian dosis obat. Hal ini diperlukan pada saat mulai atau menghentikan
penggunaan obat yang menyebabakan interaksi.
5. Pantau pasien jika hal ini dianggap relevan dan praktis.
6. Teruskan pengobatan seperti sebelumnya. Jika kombinasi obat yang berinteraksi
tersebut merupakan pengobatan yang optimal, atau bila interaksi tersebut tidak
bermakna secara klinis.
7. Memberitahu dokter dan diskusikan berbagai langkah yang dapat diambil untuk
meminimalkan berbagai efek samping obat yang mungkin terjadi.

Panduan Interaksi Obat Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Mardi Lestari 11
RUMAH SAKIT UMUM MARDI LESTARI
Jl. Rokan No.8 SRAGEN 57211
Telp. (0271) 891033, 894535 , Fax. (0271) 894535
E-mail : mardi_lestari2@yahoo.co.id
“ Kasih Untuk Sembuh “

Cara yang paling berhasil adalah dengan memantau terapi dan memberikan
konseling pada pasien mengenai cara menggunakan obat dengan benar
Apa saja seharusnya isi konseling pada pasien ?
1. Sampaikanlah pada farmasis dan dokter Anda tentang apa saja obat yang Anda
minum, meliputi obat resep, obat bebas, jamu, suplemen, vitamin, dll.
2. Gunakanlah obat yang hanya diresepkan khusus untuk Anda.
3. Obat harus diminum/digunakan secara tepat untuk menjamin keamanan dan
efektivitasnya.
4. Kecuali diinstruksikan lain, minumlah obat dalam keadaan perut kosong, untuk
mencapai onset yang lebih cepat.
5. Jika obat tidak boleh digunakan bersama makan, maka minumlah obat satu jam
sebelum atau 2 jam setelah makan.
6. Minumlah obat dengan segelas air.
7. Hindari penggunaan alkohol selama minum obat.
8. Hindari konsumsi coklat dan minuman yang mengandung kafein (kopi, teh, cola).
9. Jika Anda punya pertanyaan tentang obat, atau Anda mengalami gangguan akibat
penggunaan obat, segera konsultasikan dengan farmasis atau dokter. Farmasis dapat
menyampaikan ke dokter untuk menentukan pengobatan yang lebih baik untuk Anda.
Akhirnya, yang penting dalam tatalaksana interaksi obat adalah dokumentasi yang
tepat dan tertulis. Dalam dokumentasi ini tercatat tentang interaksi obat yang terjadi dan
yang mungkin terjadi, disertai dengan pemantauan pasien yang relevan dan hasilnya.

Panduan Interaksi Obat Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Mardi Lestari 12
RUMAH SAKIT UMUM MARDI LESTARI
Jl. Rokan No.8 SRAGEN 57211
Telp. (0271) 891033, 894535 , Fax. (0271) 894535
E-mail : mardi_lestari2@yahoo.co.id
“ Kasih Untuk Sembuh “

BAB V
DOKUMENTASI

Dokumentasi interaksi obat dibuat dalam bentuk pelaporan interaksi obat.


Pelaporan apapun yang dicurigai sebagai interaksi obat harus didorong karena hal tersebut
merupakan aspek yang penting dalam mekanisme pharmacovigilance. Hal ini terutama
penting untuk obat-obat baru, atau interaksi yang serius dari obat-obat yang sudah lama
beredar.
Dokumentasi laporan dengan cara dilaporkan sebagai artikel dalam suatu jurnal,
dilaporkan ke produsennya, dilaporkan secara nasional dengan dikoordinasi oleh suatu
badan pemerintah atau dapat juga dilaporkan secara lokal di rumah sakit Umum Mardi
Lestari yaitu dengan cara formulir laporan Monitoring Efek Samping Obat, yang
dikirimkan ke Direksi untuk ditindaklanjuti ke Komite yang terkait dan dikirim ke Badan
Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM). Dalam MESO ini ada catatan tentang
interaksi obat yang terjadi dan mungkin terjadi, disertai dengan pemantauan yang relevan
dan hasilnya.

Panduan Interaksi Obat Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Mardi Lestari 13
RUMAH SAKIT UMUM MARDI LESTARI
Jl. Rokan No.8 SRAGEN 57211
Telp. (0271) 891033, 894535 , Fax. (0271) 894535
E-mail : mardi_lestari2@yahoo.co.id
“ Kasih Untuk Sembuh “

BAB VI

PENUTUP

Panduan Interaksi Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Mardi Lestari ini
merupakan acuan dalam melakukan penggunaan obat dapat di pantau dengan cermat agar
tidak tejadi kesalahan dalam penggunaan obat.
Diharapkan dengan adanya Panduan Interaksi obat maka penggunaan obat di
rumah sakit dapat dipantau dengan baik.

Panduan Interaksi Obat Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Mardi Lestari 14

Anda mungkin juga menyukai