Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
JEMBATAN
PELATIHAN
AHLI PERENCANAAN TEKNIS JEMBATAN
(BRIDGE DESIGN ENGINEER)
2007
KATA PENGANTAR
Sebagai alat untuk mengukur kompetensi tersebut, disusun dan dibakukan dalam bentuk
SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) yang unit-unit kompetensinya
dikembangkan berdasarkan pola RMCS (Regional Model Competency Standard). Dari
standar kompetensi tersebut, pengembangan dilanjutkan dengan menyusun Standar Latih
Kompetensi, Materi Uji Kompetensi, serta Materi Pelatihan yang berbasis kompetensi.
i
Pelatihan Bridge Desain Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
Uraian penjelasan bab per bab dan pencakupan materi latih ini merupakan representasi
dari elemen-elemen kompetensi tersebut, sedangkan setiap elemen kompetensi dianalisis
kriteria unjuk kerjanya sehingga materi latih ini secara keseluruhan merupakan penjelasan
dan penjabaran dari setiap kriteria unjuk kerja untuk menjawab tuntutan pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang dipersyaratkan pada indikator-indikator kinerja/
keberhasilan yang diinginkan dari setiap KUK (Kriteria Unjuk Kerja) dari masing-masing
elemen kompetensinya.
Modul ini merupakan salah satu sarana dasar yang digunakan dalam pelatihan sebagai
upaya meningkatkan kompetensi seorang pemangku jabatan kerja seperti tersebut diatas,
sehingga masih diperlukan materi-materi lainnya untuk mencapai kompetensi yang
dipersyaratkan setiap jabatan kerja.
Di sisi lain, modul ini sudah barang tentu masih terdapat kekurangan dan keterbatasan,
sehingga diperlukan adanya perbaikan disana-sini dan kepada semua pihak kiranya kami
mohon sumbangan saran demi penyempurnaan kedepan.
ii
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
PRAKATA
Modul ini berisi uraian tentang apa yang harus dilakukan oleh seorang Ahli Perencanaan
Teknis Jembatan (Bridge Design Engineer) dalam pekerjaan perencanaan bangunan
bawah jembatan. Ada 3 hal yang dicakup dalam modul ini yaitu penetapan tipe dan jenis
bangunan bawah jembatan, perencanaan abutment jembatan dan perencanaan pilar
jembatan.
Untuk dapat menetapkan tipe dan jenis banguan bawah jembatan, seorang Ahli
Perencanaan Teknis Jembatan pertama-tama harus memahami beban-beban yang bekerja
pada bangunan bawah jembatan. Pemahaman tentang beban-beban yang bekerja
memerlukan kemampuan seorang perencana untuk menerapkan standar pembebenan
jembatan jalan raya yang berlaku, bisa didasarkan atas Pedoman Perencanaan
Pembebanan Jalan Raya - SKBI 1.3.28.1987 atau BMS7-C2-Bridge Design Code 1992,
tergantung mana yang dipilih sesuai kesepakatan antara penyedia jasa dan pengguna jasa.
Kemudian untuk dapat merencanakan abutment maupun pilar, seorang Ahli Perencanaan
Teknis Jembatan harus dapat menetapkan kriteria perencanaan yang paling tepat sebelum
melakukan proses perencanaan. Memilih mutu beton yang sesuai dengan kebutuhan,
nampaknya merupakan keharusan bagi Ahli Perencanaan Teknis Jembatan sebelum
memulai dengan proses desain bangunan bawah jembatan. Hal ini dimaksudkan agar
perencanaan yang disiapkan sesuai dengan tuntutan kebutuhan, tidak semata-mata
keinginan perencana.
Kami menyadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna baik ditinjau dari segi materi,
sistematika penulisan maupun tata bahasanya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran dari para peserta dan pembaca semua, dalam rangka penyempurnaan modul ini.
Demikian modul ini dipersiapkan untuk membekali seorang AHLI PERENCANAAN TEKNIS
JEMBATAN (Bridge Design Engineer) dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja
yang berkaitan dengan perencanaan teknis jembatan; mudah-mudahan modul ini dapat
bermanfaat bagi yang memerlukannya.
iii
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
DAFTAR ISI
Halaman
iv
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
DAFTAR NOTASI
DAFTAR PUSTAKA
v
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
SPESIFIKASI PELATIHAN
A. Tujuan Pelatihan
Tujuan Umum Pelatihan
Setelah selesai mengikuti pelatihan peserta diharapkan mampu :
Melaksanakan pekerjaan perencanaan teknis jembatan berdasarkan standar
perencanaan jembatan jalan raya yang berlaku.
Tujuan Pembelajaran
Setelah modul ini dibahas diharapkan peserta mampu merencanakan bangunan
bawah jembatan.
Kriteria Penilaian
1. Kemampuan dalam menetapkan tipe dan jenis bangunan bawah jembatan.
2. Kemampuan dalam merencanakan abutment jembatan.
3. Kemampuan dalam merencanakan pilar jembatan.
vi
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
PANDUAN PEMBELAJARAN
vii
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
C. Proses Pembelajaran
Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung
1. Ceramah Pembukaan :
Menjelaskan Tujuan Pembelajaran. Mengikuti penjelasan
Merangsang motivasi peserta Mengajukan pertanyaan
dengan pertanyaan atau pengalaman apabila kurang jelas. OHT – 1
melakukan koordinasi pengumpulan
dan penggunaan data teknis.
Waktu : 5 menit.
2. Penjelasan Bab 1 : Pendahuluan.
Modul ini merepresentasikan unit Mengikuti penjelasan
kompetensi. instruktur dengan tekun
Umum dan aktif.
Ringkasan Modul Mencatat hal-hal penting.
OHT – 2
Koordinasi Mengajukan pertanyaan
Batasan/Rentang Variabel bila perlu.
Panduan Penilaian
Panduan Pembelajaran
Waktu : 20 menit.
3. Penjelasan Bab 2 : Penetapan tipe dan Mengikuti penjelasan
jenis bangunan bawah jembatan instruktur dengan tekun
Umum dan aktif.
Beban-beban yang bekerja pada Mencatat hal-hal penting.
OHT – 3
struktur bangunan bawah Mengajukan pertanyaan
Tipe dan jenis abutment jembatan bila perlu.
Tipe dan jenis pilar jembatan
Waktu : 35 menit.
4. Penjelasan Bab 3 : Perencanaan Mengikuti penjelasan
abutment jembatan. instruktur dengan tekun
Umum dan aktif.
OHT – 4
Kriteria perencanaan abutment Mencatat hal-hal penting.
jembatan Mengajukan pertanyaan
Penerapan ketentuan pembebanan bila perlu.
viii
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
ix
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Umum
Modul BDE-04 : Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan merepresentasikan salah
satu unit kompetensi dari program pelatihan Ahli Perencanaan Teknis Jembatan
(Bridge Design Engineer).
Adapun Unit kompetensi untuk mendukung kinerja efektif yang diperlukan dalam
Perencanaan Teknis Jembatan adalah :
1-1
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
1-2
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
Penulisan dan uraian isi modul secara detail betul-betul konsisten mengacu tuntutan
elemen kompetensi dan masing-masing KUK (Kriteria Unjuk Kerja) yang sudah
dianalisis indikator kinerja/keberhasilannya (IUK).
1-3
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
1-4
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
b. Konteks Penilaian
1. Unit ini dapat dinilai di dalam maupun di luar tempat kerja yang
menyangkut pengetahuan teori
2. Penilaian harus mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja/ perilaku.
3. Unit ini harus didukung oleh serangkaian metode untuk menilai
pengetahuan dan keterampilan yang ditetapkan dalam Materi Uji
Kompetensi (MUK).
1-5
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
b. Penilai juga harus kompeten tentang teknis substansi dari unit-unit yang
akan didemonstrasikan dan bila ada syarat-syarat industri perusahaan
lainnya muncul, penilai bisa disyaratkan untuk :
1-6
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
KOMPETENSI ASESOR
Kompeten ?
Memiliki
Kompetensi
Assessment
Memiliki
Kompetensi
bidang
Substansi
1-7
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
1-8
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
BAB 2
PENETAPAN TIPE DAN
JENIS BANGUNAN BAWAH JEMBATAN
2.1. Umum
Bab ini mengetengahkan uraian mengenai penetapan tipe dan jenis bangunan
bawah jembatan yang mencakup beban-beban yang bekerja pada bangunan bawah
jembatan, penetapan tipe dan jenis abutment, serta penetapan tipe dan jenis pilar
jembatan.
Penetapan tipe dan jenis abutment jembatan, menjelaskan faktor-faktor yang perlu
dijadikan pertimbangan dalam menetapkan tipe dan jenis abutment jembatan antara
lain tinggi abutment, kondisi tanah pondasi, dan beban kerja dari bangunan atas.
Penetapan tipe dan jenis pilar jembatan, menjelaskan faktor-faktor yang perlu
dijadikan pertimbangan dalam menetapkan tipe dan jenis pilar jembatan antara lain
tinggi pilar, kondisi tanah pondasi, beban kerja dari bangunan atas, dan jika pilar
dibangun untuk jembatan yang melintasi sungai maka bentuk potongan melintang
pilar berupa bulat telur atau lingkaran lebih tepat untuk dipilih guna memperkecil
terhambatnya aliran air.
2-1
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut tentang beban-beban yang diperhitungkan
dalam perencanaan jembatan, artinya juga untuk bangunan bawah (abutment dan
pilar) jembatan:
Beban primer, adalah beban yang merupakan beban utama dalam perhitungan
tegangan pada setiap perencanaan jembatan.
Beban sekunder, adalah beban yang merupakan beban sementara yang selalu
diperhitungkan dalam perhitungan tegangan pada setiap perencanaan
jembatan.
Beban khusus, adalah beban yang merupakan beban-beban khusus untuk
perhitungan tegangan pada perencanaan jembatan.
2-2
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
Beban mati, adalah semua beban yang berasal berat sendiri jembatan atau
bagian jembatan yang ditinjau, termasuk segala unsur tambahan yang dianggap
merupakan satu kesatuan tetap dengannya.
Beban hidup, adalah semua beban yang berasal dari berat kendaraan-
kendaraan bergerak / lalu litas dan/atau pejalan kaki yang dianggap bekerja
pada jembatan.
Beban mati primer, adalah berat sendiri dari pelat dan sistem lainnya yang
dipikul langsung oleh masing-masing gelagar jembatan.
Beban mati sekunder, adalah berat kerb, trotoir, tiang sandaran dan lain-lain
yang dipasang setelah pelat dicor. Beban tersebut dianggap terbagi rata di
semua gelagar.
Jangka waktu aksi, adalah perkiraan lamanya aksi bekerja dibandingkan dengan
umur rencana jembatan. Ada 2 macam kategori jangka waktu yang diketahui:
Aksi tetap, adalah aksi yang bekerja sepanjang waktu dan bersumber pada
sifat jembatan, cara jembatan dibangun dan bangunan lain yang mungkin
menempel pada jembatan.
Aksi transient, yaitu aksi yang bekerja dengan waktu yang pendek, walaupun
mungkin terjadi seringkali.
2-3
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
Aksi lingkungan, termasuk pengaruh yang timbul akibat temperatur, angin, aliran
air, gempa dan penyebab-penyebab alamiah lainnya.
Beban hidup yang dimaksud dalam tatacara ini adalh beban transient.
Faktor beban, adalah pengali numerik yang digunakan pada aksi nominal untuk
menghitung aksi rencana. Faktor beban diambil untuk memperkecil kesalahan-
kesalahan yang disebabkan oleh:
Adanya perbedaan yang tidak diinginkan pada beban.
Ketidaktepatan dalam memperkirakan pengaruh pembebanan.
Adanya perbedaan ketepatan dimensi yang dicapai dalam pelaksanaan.
Aksi nominal, adalah aksi yang dianggap mampu bekerja memikul beban akibat
periode ulang banjir 50 tahun jika data statistik dinilai cukup dan dapat
digunakan untuk perhitungan banjir ulang dimaksud. Jika data statistik tidak
cukup, maka harga nominal dianggap kira-kira mendekati akibat yang diperoleh
karena banjir ulang 50 tahun.
Faktor beban biasa, adalah faktor pegaruh dari aksi rencana karena
pengurangan keamanan konstruksi.
Lajur lalu lintas biasa adalah lajur yang diberi marka pada permukaan untuk
mengendalikan lalu lintas.
Faktor beban terkurangi, adalah faktor yang digunakan apabila pengaruh dari
aksi rencana mengakibatkan penambahan keamanan.
Lebar jembatan adalah lebar keseluruhan dari jembatan yang dapat digunakan
oleh kendaraan termasuk lalu lintas bisaa, bahu yang diperkeras, marka median,
dan marka yang berupa strip. Lebar jalan membentang dari trotoir yang
dipertinggi ke trotoir lainnya. Atau kalau trotoir tidak dipertinggi, adalah dari
penghalang bagian dalam ke penghalang lainnya.
Tipe Aksi. Dalam hal-hal tertentu aksi bisa meningkatkan respon total jembatan
(mengurangi keamanan) pada salah satu bagian jembatan, akan tetapi
mengurangi respon total (menambah keamanan) pada bagian lainnya, sehingga:
Tak dapat dipisah-pisahkan, artinya aksi tidak dapat dipisah ke dalam salah
satu bagian yang mengurangi keamanan dan bagian lain yang menambah
keamanan (misalnya pembebanan ”T”).
2-4
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
Abutment adalah suatu bangunan yang didesain untuk meneruskan beban dari
bangunan atas, baik beban mati atau beban hidup, berat sendiri dari abutment
(beban mati) dan tekanan tanah ke tanah pondasi.
Jenis dari abutment yang sekarang lazim digunakan adalah abutment dari beton
bertulang (minimal mutu sedang), sedangkan dari abutment tipe lama dikenal jenis
abutment yang dibuat dari pasangan batu kali, sering disebut sebagai abutment tipe
gravitasi. Berikut ini diberikan bentuk umum dari tipe-tipe abutment yang sering
digunakan:
Tipe T Terbalik
Tipe Gravitasi Tipe Balok Kepala Tipe T Terbalik
dengan Penopang
Gambar 2-1 Tipe-tipe Abutment
2-5
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
dipilih karena kondisi tanah dasar baik dan memungkinkan untuk dibuat pondasi
langsung.
Abutment tipe balok kepala (pile cap) sekarang sering digunakan, dimaksudkan
untuk memperkecil berat sendiri dari abutment, sementara itu untuk mencapai tanah
keras diperlukan tiang pancang karena lokasi tanah keras yang berfungsi sebagai
pondasi untuk memikul jembatan lokasinya “agak dalam” atau “dalam” dihitung dari
permukaan tanah dasar.
Abutment tipe T terbalik, ini merupakan tipe yang mulai digunakan pada era tahun
1970-an sampai sekarang, pada umumnya digunakan apabila tinggi abutment
berkisar antara 6-12 m. Kadang-kadang perencana mengambil tipe ini meskipun
tinggi abutment hanya 2 m, atau bahkan untuk abutment dengan tinggi 15 m juga
masih menggunakan tipe ini. Abutment tipe T terbalik ini dapat dipikul oleh tiang
pancang, atau sumuran atau bahkan pondasi langsung tergantung, pada kondisi
tanah di bawah abutment.
Abutment tipe T terbalik dengan penopang, tipe ini jarang digunakan, pada
umumnya digunakan apabila tinggi abutment berkisar antara 9-20 m. Kadang-
kadang perencana mengambil tipe ini meskipun tinggi abutment hanya 5 m, padahal
sebenarnya dapat digunakan alternative lain yaitu tipe T terbalik tanpa penopang.
Abutment tipe T terbalik ini dapat dipikul oleh tiang pancang, atau sumuran atau
bahkan pondasi langsung tergantung, pada kondisi tanah di bawah abutment.
Permasalahan yang dihadapi dalam penggunaan tipe ini adalah keberadaan
penopang akan menyulitkan pemadatan timbunan oprit jembatan.
Berikut ini diberikan grafik yang menunjukkan hubungan antara tipe abutment
dengan tinggi pemakaian:
Tipe T Terbalik
Tipe Gravitasi
Sumber : Mekanika Tanah & Teknik Pondasi, Penterjemah Ir. L. Taulu dkk,
Ir. Suyono Sosrodarsono – Kazuto Nakazawa - 1981
2-6
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
Pilar adalah suatu bangunan yang didesain untuk meneruskan beban dari bangunan
atas, baik beban mati atau beban hidup, berat sendiri dari pilar (beban mati) ke
tanah pondasi. Dari segi jenis, pilar dibuat dari beton bertulang minimal mutu
sedang.
Pada sketsa pilar tersebut di bawah, diberikan bentuk-bentuk umum pilar yang
dibangun di sungai serta di darat:
2-7
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
Perencanan pilar jembatan perlu memperhatikan penggerusan akibat aliran air banjir di
sekitar dinding pilar. Ternyata penggerusan terdalam terjadi pada bagian lengkungan
dinding. Sudut kemiringan lereng yang tergerus kurang lebih sama dengan sudut
material dasar yang terkumpul dalam air yaitu sekitar 30-40 derajat meskipun bervariasi
sesuai dengan ukuran butir, merupakan penggerusan berbentuk kerucut.
Pada gambar di atas terlihat bahwa scouring terjadi di ujung bawah pilar tempat air
banjir “menabrak” dinding pilar. Jika scouring akibat arus air tambah besar, bisa terjadi
keruntuhan pilar yang akhirnya menyebabkan jembatan runtuh.
2-8
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
RANGKUMAN
1. Bab 2 dari modul ini menjelaskan beban yang bekerja pada struktur bangunan
bawah jembatan, tipe dan jenis abutment jembatan, dan tipe dan jenis pilar
jembatan.
2. Beban yang bekerja pada struktur bangunan bawah jembatan menjelaskan jenis-
jenis beban dan gaya yang bekerja pada abutment maupun pilar jembatan dengan
mengambil acuan dari Pedoman Perencanaan Pembebanan Jalan Raya - SKBI
1.3.28.1987 maupun BMS7-C2-Bridge Design Code 1992. Prinsip-prinsip dasar dari
dari kedua pedoman/tatacara diuraikan dalam garis untuk memberikan gambaran
apabila perencana akan menggunakannya.
3. Tipe dan jenis abutment jembatan, menjelaskan apa yang menjadi dasar dalam
memilih tipe-tipe abutment jembatan, apa hubungan antara tipe dengan tinggi
abutment, apa keuntungan memilih pile cap dibanding tipe yang lainnya.
4. Tipe dan Jenis pilar jembatan, menjelaskan apa yang menjadi dasar dalam memilih
tipe-tipe pilar jembatan, apa hubungan antara tipe dengan tinggi pilar, apa bedanya
tipe pilar di sungai dengan tipe pilar yang dibangun di darat. Kemudian juga
diberikan contoh bagaimana air banjir dapat menggerus dasar pilar, yang jika
dibiarkan akan mengancam stabilitas pilar.
2-9
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
Latihan atau penilaian mandiri menjadi sangat penting untuk mengukur diri atas tercapainya
tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh para pengajar/ instruktur, maka pertanyaan
dibawah perlu dijawab secara cermat, tepat dan terukur.
Soal :
Jawaban:
Elemen Kompetensi / Apabila ”Ya”
No. KUK (Kriteria Unjuk Pertanyaan sebutkan butir-
Kerja) Ya Tdk
butir kemampuan
anda
1. Menetapkan tipe dan jenis
bangunan bawah
jembatan.
1.3. Tipe dan jenis pilar 1.3. Apakah anda mampu a. .........................
jembatan ditetapkan menetapkan tipe dan
b. .........................
sesuai dengan jenis pilar jembatan
persyaratan teknis sesuai dengan c. .........................
yang ditentukan persyaratan teknis dst.
yang ditentukan?
2-10
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
BAB 3
PERENCANAAN ABUTMENT JEMBATAN
3.1. Umum
Penentuan kriteria perencanaan untuk abutment tergantung pada tipe dan jenis
abutment yang dipilih. Modul ini membatasi diri pada abutment yang dibuat dari
beton bertulang, sehingga seluruh aspek perencanaan didasarkan atas perilaku
beton bertulang. Ada 3 jenis beton yang dikenal pada saat sekarang yaitu:
3-1
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
Untuk baja tulangan, menurut Spesifikasi tersedia banyak pilihan, yaitu baja lunak
BJ-24, baja sedang BJ-32, baja keras BJ-39 dan baja keras BJ-48. Namun misalkan
di pasar yang tersedia adalah baja dengan kekuatan karakteristik leleh baja Fy =
400 Mpa, meskipun di dalam Spesifikasi yang tersedia adalah BJ-39 dengan Fy =
390 Mpa, bisa saja kita menggunakan baja BTJD 40 dengan Fy = 400 Mpa. Dengan
demikian kriteria perencanaan untuk perhitungan abutment didasarkan atas Fc’ =
29.05 Mpa dan Fy = 400 Mpa jika menggunakan beton K-350.
Ada 2 pilihan yang dapat digunakan untuk menghitung perencanaan abutment, yaitu
Pedoman Pembebanan Jalan Raya SKBI – 1.3.28.1987 – UDC 624.042 : 62421
atau BMS7-C2-Bridge Design Code 1992. Sub bab ini akan mengetengahkan
penggunaan BMS7-C2-Bridge Design Code 1992 untuk perencanaan abutment.
Penjelasan lebih rinci tentang Standar BMS7-C2-Bridge Design Code 1992 telah
ditulis dalam Modul BDE-03 Bab 4 Sub Bab 4.1. Sub-sub Bab 4.1.1., dapat
digunakan sebagai referensi untuk Modul BDE-04 Bab 3 Sub Bab 3.3 ini.
3-2
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
beban hidup, dan sebagainya, tidak menggunakan istilah baru seperti aksi tetap,
aksi transient, aksi lingkungan dan sebagainya.
Penjelasan selanjutnya tentang Sub Bab ini berkaitan dengan Sub Bab 3.4,
sehingga penerapan ketentuan pembebanan untuk perencanaan abutment ini perlu
dimulai dengan memahami kondisi yang dihadapi yaitu sebagai contoh: abutment
harus memikul beban bangunan atas yang terdiri dari: 6 balok gelagar I (beton),
pelat lantai beton, kerb, perkerasan aspal, sandaran, dan diafragma. Selain itu juga
terdapat beban-beban bangunan bawah, sehingga beban-beban yang bekerja pada
abutment dengan demikian dapat dirinci sebagai berikut:
Beban/gaya yang berasal dari berat sendiri bangunan bawah dan tekanan tanah:
Berat sendiri abutment
Penetapan koefisien tekanan tanah
i. Pada kondisi normal
3-3
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
Kombinasi-kombinasi beban
Abutment + Tekanan Tanah + Beban Mati Superstructure
Kondisi normal : Abutment + Tekanan Tanah + Beban Mati / Beban Hidup
Superstructure + Gaya Rem + Gaya Gesek.
Kondisi Gempa : Abutment + Tekanan Tanah + Beban Mati Superstructure +
Gaya Gesek.
3-4
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
Berikut ini diberikan contoh perhitungan dimensi abutment dengan data-data beban
yang harus dipikul sebagaimana tersebut di bawah:
A. Beban Mati
3-5
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
B. Beban Hidup
3-6
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
50 50
100%
3-7
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
dimana:
(0.3Mp Ma) 3
Tg = 2 h detik = 0.47 detik
(3.E.I .g
f = faktor struktur = 1
b = faktor bahan = 1
E beton = 4700 Fc ' x 300 x 0,83 (kubus) 23452.953 Mpa = 2345295.29 t/m2
h=
6.06 m
(b)
0.70
11 m
( wabt )
3-8
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
0.30
0.30
1
0.60
2.00
2
0.45 0.45
0.40 1.40
0.60
0.40 3
0.70
0.30 4 0.45 1.05
5b 5a
0.30 #REF! 0.30
0.70
H = 7.26
6 3.06
1.90 0.50
7 8 0.40
0.80
Y
X
O
0.50 1.50 1.50 1.50 0.50
5.50
static moment to O
V X Y V.X V.Y
T/M M M TM/M TM/M
1 0.450 3.45 6.96 1.553 3.132
2 2.100 3.60 5.96 7.560 12.518
3 1.500 3.15 5.06 4.725 7.592
4 1.425 2.85 4.71 4.061 6.713
5a 0.263 3.33 4.16 0.875 1.092
5b 0.188 2.23 4.16 0.419 0.780
6 6.057 2.75 2.53 16.656 15.327
7 1.200 1.60 0.93 1.920 1.120
8 1.200 3.90 0.93 4.680 1.120
9 11 2.75 0.4 30.250 4.400
11
S 25.382 72.699 53.794
3-9
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
N
q
1. Keadaan Normal
= 30 γ = 1.8 ton
e = 0 h = 7.261 m
a = 0 q = 0.6.y = 1.08 ton/m (surcharge)
= 1/3 = 10
2
cos ( q )
Ka = 2 2
cos .cos ( ) 1+ sin ( ). sin ( a )
cos( ).cos( a )
Ka = 0,308
2
cos ( q )
Kp = 2 2
cos .cos ( ) 1- sin ( ). sin ( a )
cos( ).cos( a )
Kp = 4,143 3,000
= 30 Kh = C x S = 0.18
q= 0
a = 0
e = 0
-1
qo = tan KH = 10.20
3-10
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
cos 2( qo q )
Kae = 2 2
cos qo.cos q.cos ( q qo e ) 1+ sin ( e ). sin ( a qo )
cos( q qo e ).cos( q a )
Kae = 0.457
cos 2( qo q )
Kpe = 2
cos qo.cos 2q.cos ( q qo e ) 1+ sin ( e ). sin ( a qo )
cos( q qo e ).cos( q a )
Kpe = 2.669
3. Tekanan Tanah
0,30
0,30
Ta1 0,60
2,00 0,45
0,45 1,40
0,40 0,70
0,45 1,05
0,30 Ta2
0,30
0,30
Ta3
0,50 0,70 Pq
3,06
2,40 0,70 Ta4 2,40
Pa
0,40
Ta5
0,80
sq sa
5,50
a. Keadaan Normal Lebar abutment (Wabt) = 11 m
3-11
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
b. Keadaan Gempa
Hrem
Rspstr
Gh spst Hgsk
h= Pqh
7.26 Pq
Pah
Gh.abt Pqv P
5.26 1/2h = 3.6305 a Pae
Pa
2.12 1/3h = v2.42
G.abt
2.86
0.11
3-12
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
Kontrol Geser :
3-13
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
S moment to O
V ( ton ) H ( ton ) X (m) Y (m) Mx (tm) My (tm)
=V.X =H.Y
Abutment :
Mp ( Gabt ) 362.959 2.86 1039.589
Tek tanah :
Pah 158.557 2.42 383.762
Pav 27.958 5.50
Surcharge : -
Pqh 26.204 3.63 95.134
Pqv 4.621 5.50 - 25.41
On footing
Ta1 23.760 4.50 106.92
Ta2 80.784 4.65 375.65
Ta3 2.079 3.57 7.42
Ta4 145.459 4.30 625.47
Ta5 9.504 4.70 44.67
1/6 B = 0.92 m
e
B
3-14
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
S moment to O
V ( t/m ) H ( t/m ) X (m) Y (m) Mx (tm) My (tm)
=V.X =HY
Abutment :
Mp (Gabt) 362.959 2.86 1039.589
Gh-abt 50.256 2.12 106.51
Tek tanah :
Pae 238.330 2.42 576.84
Surcharge : tidak dikombinasi
Pqh
Pqv
On footing
Ta1 23.76 4.50 106.92
Ta2 80.78 4.65 375.65
Ta3 2.08 3.57 7.42
Ta4 145.46 4.30 625.47
Ta5 9.50 4.70 44.67
1/6B = 0.92 m
e
B
3-15
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
3-16
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
0,30
0,45 0,30
1
0,60
0,45 2,00
6
3,06
2,40 0,70 2,40
I II
7 B 8 0,40
0,80
9
5,50
Potongan I - I
Tinggi dinding = 2,00 m
Gaya - gaya dan momen dihitung untuk lebar abutment 1 m
a. Kondisi Normal
S Moment di "A"
V ( t/m ) H ( t/m ) X (m) Y (m) Mx (tm) My (tm)
Abutment
(1) 0.450 0 0.00
(2) 2.100 0.15 0.32
Tekanan Tanah
Pa = 1/2 . g . Ka . h 2 . 1.110
Pah = Pa. cos = 1.094 0.67 -0.73
Pq = q.Ka.h = 0.666
Pqh = Pq. cos = 0.656 1.00 -0.66
Super structure
BB Hidup = R KEL / 1m 12.32
= P x k x Fult
(faktot ultimate = 2)
Rem / Wabt 4.55 2.00 -9.09
Gaya gesek /Wabt
S= 0.315 10.476
S V&S H 14.870 8.072 S MA = 10.791
3-17
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
b. Kondisi Gempa
Tekanan Tanah
Pae = 1/2 . g . Kae . h 2 . 1.644 0.67 -1.10
0.32 1.50
S V & SH 2.550 2.103 S MA = 1.81
Potongan II – II
Tinggi dinding = 6.06 m
Gaya-gaya daan momen dihitung untuk lebar abutment = 1 m
a. Kondisi Normal
Abutment
(1) 0.450 0.6 0.35
(2) 2.100 0.75 2.05
(3) ( F ult = 1.3 ) 1.500 0.30 0.59
(4) 1.425 0.10 0.19
( 5a ) 0.263 0.58 0.20
( 5b ) 0.188 -0.58 -0.14
(6) 5.357 0.00 0.00
Tekanan Tanah
( F ult = 1 )
Pa = 1/2 . g . Ka . h2. 10.199
Pah = Pa. cos = 10.044 2.02 -20.29
Pq = q.Ka.h . = 2.019
Pqh = Pq. cos = 1.989 3.03 -6.03
Super structure
BB mati = Rmati / wabt 53.8957 0.00
( F ult =1.3)
BB Hidup = Rhidup / wab t 24.34924 0.00
( F ult =2)
Rem / wab t 4.545 6.06 -27.55
( F ult = 2 )
Gaya gesek /Wab t 8.084 4.06 -32.83
( F ult = 1.3 )
S= 3.226 86.698
SV&S H 89.527 36.880 S MA = 89.924
3-18
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
b. Kondisi Gempa
(Potongan II – II)
S Moment di "B"
V ( t/m ) H ( t/m ) X (m) Y (m) Mx (tm) My (tm)
Tekanan Tanah
( F ult = 1 )
Pae = 1/2 . g .Kae. h 2 . 15.097 2.02 -30.50
Super structure
BB mati = Rmati / wabt 53.8957 0.00
( F ult =1.3)
Gh -spst / wabt 7.462 6.06 -45.23
( F ult =1.0)
Gaya gesek /Wab t 8.084 4.06 -32.83
( F ult = 1.3 )
S= 3.226 114.655
S V &SH 65.177 32.674 S MA = 117.880
M= 10.791 TM
P 14.870 Ton
g 1
Mu 1 Ton = 10 KN 107.911 KN.M
Pu 148.700 KN.
h 300 mm
b 1000 mm
d' 70 mm
d 230 mm
Ag
Fc' 1 Mpa = 1N / mm2 K 300 24.9 Mpa
Fy 1 N = 10 -3 KN BJTD 40 400 Mpa
Fs'
Ec = 4700 Fc'
Es 200000 Mpa
b1 = 0.85
3-19
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
e = Mu/Pu 726 mm
Percent tulangan = 1%
r = r ' =As /b.d 0.005
2
As = As' = r x b x d 1150 mm
Dicoba tulangan :
6 Diameter 16 mm As = 1206.5 mm 2
jarak tulangan = 20.0 cm
r = r' =As /b.d 0.0175
Pemeriksaan Pu terhadap beban seimbang Pub :
Cb = (600 x d ) /( 600 + Fy ) 138.00 mm
ab = b1x C 117.3 mm
es' = 0.003x(C - d' )/ C 0.0015
Fs' = Es x es' 295.7 Mpa <Fy
Fs' yang dipakai = 295.7 Mpa
Pnb = 0.85Fc'.ab.b + As'.Fs' - As.Fy 2356756 N
2356.76 KN
.Pnb = 0.65 * Pnb 1532 KN >Pu
kolom hancur tarik
m = Fy/0,85.Fc' 18.90
(h-2e)/2.d -2.50
(1-d'/d) 0.696
2
Pn = (As'.Fy)/{e/(d-d')+0,50}+b.h.Fc'/{(3h.e/d ) +1,18} 648089.4 N
648 KN
e/(d-d') 4.535619
2
3.h.e/d . 12.34649
As'.Fy 482611.2
b.h.Fc' 7470000
3-20
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
Potongan I – I
Kondisi Gempa
M 1.81 TM
P 2.55 Ton
g 1
Mu 1 Ton = 10 KN 18.13 KN.M
Pu 25.50 KN.
h 300.00 mm
b 1000 mm
d' 70 mm
d 230 mm
Ag
Fc' 1 Mpa = 1N / mm2 K 300 24.9 Mpa
Fy 1 N = 10 -3 KN BJTD 40 400 Mpa
Fs'
Ec = 4700 Fc'
Es 200000 Mpa
b1 = 0.85
e = Mu/Pu 711 mm
Percent tulangan = 1%
r = r' =As /b.d 0.005
As = As' = r x b x d 1150 mm 2
Dicoba tulangan :
6 Diameter 16 mm As = 1206.5 mm 2
jarak tulangan = 20.0 cm
r = r' =As /b.d 0.0175
Pemeriksaan Pu terhadap beban seimbang Pub :
Cb = (600 x d ) /( 600 + Fy ) 138.00 mm
ab = b1x C 117.3 mm
es' = 0.003x(C - d' )/ C 0.0015
Fs' = Es x es' 295.7 Mpa <Fy
Fs' yang dipakai = 295.7 Mpa
Pnb = 0.85Fc'.ab.b + As'.Fs' - As.Fy 2356756 N
2356.76 KN
.Pnb = 0.65 * Pnb 1532 KN >Pu
kolom hancur tarik
2
Pn = 0,85 Fc.b.d [ (h-2e)/2d + ((h-2e)/2d) + 2.m. r.(1-d'/d)] 450.234846 KN
m = Fy/0,85.Fc' 18.90
(h-2e)/2.d -2.44
(1-d'/d) 0.696
3-21
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
2
Pn = (As'.Fy)/{e/(d-d')+0,50}+b.h.Fc'/{(3h.e/d ) +1,18} 660231.3 N
660 KN
e/(d-d') 4.444056
2
3.h.e/d . 12.09724
As'.Fy 482611.2
b.h.Fc' 7470000
M 89.924 TM
P 89.527 Ton
g 1
Mu 1 Ton = 10 KN 899.238 KN.M
Pu 895.267 KN.
h 700 mm
b 1000 mm
d' 70 mm
d 630 mm
Ag
Fc' 1 Mpa = 1N / mm2 K 300 24.9 Mpa
-3
Fy 1 N = 10 KN BJTD 40 400 Mpa
Fs'
Ec = 4700 Fc'
Es 200000 Mpa
b1 = 0.85
e = Mu/Pu 1004 mm
Percent tulangan = 1%
r = r' =As /b.d 0.005
2
As = As' = r x b x d 3150 mm
Dicoba tulangan :
2
6 Diameter 32 mm As = 4826.1 mm
jarak tulangan = 20.0 cm
r = r' =As /b.d 0.0109
Pemeriksaan Pu terhadap beban seimbang Pub :
Cb = (600 x d ) /( 600 + Fy ) 378.00 mm
ab = b1x C 321.3 mm
es' = 0.003x(C - d' )/ C 0.0024
Fs' = Es x e s' 488.9 Mpa >Fy
Fs' yang dipakai = 400.0 Mpa
Pnb = 0.85Fc'.ab.b + As'.Fs' - As.Fy 6800315 N
6800.31 KN
.Pnb = 0.65 * Pnb 4420 KN >Pu
kolom hancur tarik
3-22
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
2
Pn = 0,85 Fc.b.d [ (h-2e)/2d + ((h-2e)/2d) + 2.m. r .(1-d'/d)] 2187.14918 KN
m = Fy/0,85.Fc' 18.90
(h-2e)/2.d -1.04
(1-d'/d) 0.889
2
Pn = (As'.Fy)/{e/(d-d')+0,50}+b.h.Fc'/{(3h.e/d ) +1,18} 3525473 N
3525 KN
e/(d-d') 1.793635
2
3.h.e/d . 5.314473
As'.Fy 1930445
b.h.Fc' 17430000
Potongan II – II
Kondisi Gempa
M 117.88 TM
P 65.18 Ton
g 1
Mu 1 Ton = 10 KN 1178.80 KN.M
Pu 651.77 KN.
h 700.00 mm
b 1000 mm
d' 70 mm
d 630 mm
Ag
Fc' 1 Mpa = 1N / mm2 K 300 24.9 Mpa
-3
Fy 1 N = 10 KN BJTD 40 400 Mpa
Fs'
Ec = 4700 Fc'
Es 200000 Mpa
b1 = 0.85
e = Mu/Pu 1809 mm
Percent tulangan = 1%
r = r' =As /b.d 0.005
2
As = As' = r x b x d 3150 mm
3-23
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
Dicoba tulangan :
2
6 Diameter 32 mm As = 4826.1 mm
jarak tulangan = 20.0 cm
r = r' =As /b.d 0.0109
Pemeriksaan Pu terhadap beban seimbang Pub :
Cb = (600 x d ) /( 600 + Fy ) 378.00 mm
ab = b1x C 321.3 mm
es' = 0.003x(C - d' )/ C 0.0024
Fs' = Es x es' 488.9 Mpa >Fy
Fs' yang dipakai = 400.0 Mpa
Pnb = 0.85Fc'.ab.b + As'.Fs' - As.Fy 6800315 N
6800.31 KN
.Pnb = 0.65 * Pnb 4420 KN >Pu
kolom hancur tarik
m = Fy/0,85.Fc' 18.90
(h-2e)/2.d -2.32
(1-d'/d) 0.889
3-24
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
0,70
Kondisi Normal
P1 = 97,22 Ton
P2 = 70,97 Ton
P3 = 52,40 Ton
P4 = 33,83 Ton
0,50 0,50
5,50
M 213.11 #REF! Tm
Mu 2.13E+09 #REF! N .mm
Mn ( = 0.8) 2.66E+09 #REF! N .mm
b 1ton=10000N 1750.0 1000.0 mm
h 800.0 1200.0 mm
d' 100.0 100.0 mm
d 700.0 1100.0 mm
Fy = 400 400 Mpa
f'c = 24.9 24.9 Mpa
b1 = 0.85 0.85
Design by single Reinforcement
Rn = Mn / b . d2 3.107 #REF! N / mm
m = Fy / 0.85 . f'c 18.899 18.899 -
p = 1/m ( 1 - (1 - 2 . m . Rn / Fy ) 0.5 ) 0.008 #REF! -
p min = 1.4 / Fy 0.004 0.0035 -
p max = 0.75 x 0.85 . f'c . b1 . 600 0.020 0.02024 -
Fy ( 600 + Fy)
3-25
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
4D19 - 30
3-26
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
RANGKUMAN
3-27
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
Latihan atau penilaian mandiri menjadi sangat penting untuk mengukur diri atas tercapainya
tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh para pengajar/ instruktur, maka pertanyaan
dibawah perlu dijawab secara cermat, tepat dan terukur.
Soal :
Jawaban:
Elemen Kompetensi / Apabila ”Ya”
No. KUK (Kriteria Unjuk Pertanyaan sebutkan butir-
Kerja) Ya Tdk
butir kemampuan
anda
1. Menetapkan tipe dan jenis Sudah dibuat soalnya di
bangunan bawah Bab 2
jembatan.
2. Merencanakan abutment
jembatan
3-28
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
3-29
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
BAB 4
PERENCANAAN PILAR JEMBATAN
4.1. Umum
Penentuan kriteria perencanaan untuk pilar tergantung pada tipe dan jenis pilar yang
dipilih. Modul ini membatasi diri pada pilar yang dibuat dari beton bertulang,
sehingga seluruh aspek perencanaan didasarkan atas perilaku beton bertulang. Ada
3 jenis beton yang dikenal pada saat sekarang yaitu:
Beton mutu tinggi (K-400, K450, K-500 dan K-600)
Beton mutu sedang (K-250, K-300, dan K-350)
Beton mutu rendah (K-125 dan K-175).
4-1
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
Untuk pilar jembatan, disarankan menggunakan beton K-350. Untuk dapat membuat
beton K-350 perencana harus mempelajari Spesifikasi terlebih dahulu untuk
mengetahui persyaratan-persyaratan bahan penyusun beton K-350 yaitu semen, air,
agregat dan mungkin juga bahan tambah. Dari keempat jenis bahan ini yang perlu
mendapatkan perhatian adalah pemilihan agregat yang terdiri dari agregat kasar dan
agregat halus. Fokus perhatian perlu ditujukan kepada agregat kasar, dalam hal ini
perencana harus memilih, berapa ukuran terbesar agregat kasar yang akan
digunakan. Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran agregat
terbesar tidak lebih dari ¾ jarak bersih minimum antara baja tulangan atau antara
baja tulangan dengan acuan, atau celah-celah lainnya di mana beton harus dicor.
Kekuatan karakteristik untuk beton K-350 pada umur 28 hari Fc’ = 29.05 Mpa.
Untuk baja tulangan, menurut Spesifikasi tersedia banyak pilihan, yaitu baja lunak
BJ-24, baja sedang BJ-32, baja keras BJ-39 dan baja keras BJ-48. Namun misalkan
di pasar yang tersedia adalah baja dengan kekuatan karakteristik leleh baja Fy =
400 Mpa, meskipun di dalam Spesifikasi yang tersedia adalah BJ-39 dengan Fy =
390 Mpa, bisa saja kita menggunakan baja BTJD 40 dengan Fy = 400 Mpa. Dengan
demikian kriteria perencanaan untuk perhitungan pilar didasarkan atas Fc’ = 29.05
Mpa dan Fy = 400 Mpa jika menggunakan beton K-350.
Ada 2 pilihan yang dapat digunakan untuk menghitung perencanaan pilar , yaitu
Pedoman Pembebanan Jalan Raya SKBI – 1.3.28.1987 – UDC 624.042 : 62421
atau BMS7-C2-Bridge Design Code 1992. Sub bab ini akan mengetengahkan
penggunaan BMS7-C2-Bridge Design Code 1992 untuk perencanaan pilar.
Penjelasan lebih rinci tentang Standar BMS7-C2-Bridge Design Code 1992 telah
ditulis dalam Modul BDE-03 Bab 4 Sub Bab 4.1. Sub-sub Bab 4.1.1., dapat
digunakan sebagai referensi untuk Modul BDE-04 Bab 4 Sub Bab 4.3 ini. Untuk
memudahkan penerapan ketentuan pembebanan tersebut ke dalam istilah-istilah
yang lazim digunakan dalam perencanaan jembatan selama ini, maka istilah yang
digunakan di sini masih didasarkan atas istilah-istilah lama yaitu beban mati, beban
hidup, dan sebagainya, tidak menggunakan istilah baru seperti aksi tetap, aksi
transient, aksi lingkungan dan sebagainya.
Penjelasan selanjutnya tentang Sub Bab ini berkaitan dengan Sub Bab 3.4,
sehingga penerapan ketentuan pembebanan untuk perencanaan pilar ini perlu
dimulai dengan memahami kondisi yang dihadapi, yaitu sebagai contoh:
4-2
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
Suatu pilar harus memikul beban bangunan atas sebelah kiri bentang 40.80 m
dan sebelah kanan bentang 37.80 m.
Masing-masing bentang terdiri dari: 6 balok gelagar I (beton), pelat lantai beton,
kerb, perkerasan aspal, sandaran, dan diafragma.
Beban/gaya yang berasal dari berat sendiri bangunan bawah dan tekanan tanah:
Berat sendiri pilar
Penetapan koefisien tekanan tanah
i. Pada kondisi normal
ii. Pada kondisi gempa
Tekanan tanah
4-3
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
4-4
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
Direncanakan sebuah pilar jembatan yang harus memikul bangunan atas sebelah
kiri dengan panjang bentang Lkr = 40.60 m dan sebelah kanan dengan panjang
bentang Lkn = 40.60 m.
Jika diketahui berat sendiri masing-masing gelagar (G1, G2, G3, G4, G5, G6) =
2.156 ton/m, kemudian reaksi perletakan akibat beban dari diafragma pada girder
tepi G1 = 2.373 ton, reaksi perletakan akibat beban dari diafragma pada masing-
masing girder tengah (G2, G3, G4, G5) = 4.75 ton, reaksi perletakan akibat beban
dari diafragma pada girder tepi G6 = 1.187 ton, hitunglah beban-beban yang
bekerja pada pilar dimaksud. Dimensi pilar sudah ditentukan tersebut di bawah:
4-5
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
Beban-beban mati lainnya seperti berat aspal, berat plat lanti, berat sandaran, berat
kerb betonn dan lain sebagainya disamakan dengan angka-angka yang ada pada
Bab 3 Sub bab 3.4.
Berat
Beban Yang Bekerja Lebar Tebal qm Bentang Rkr
Jenis
Pada Girder (m) (m) (t/m’) L (m) (ton)
(t/m3)
Aspal 0.5 0.07 2.3 0.0805 40.60 1.63
Pelat Lantai 1.9 0.25 2.5 1.188 40.60 24.11
Barrier -- -- -- 0.804 40.60 16.32
Diafragma tepi 5 buah -- -- -- 2.373
Berat sendiri girder kiri -- -- -- 2.156 40.60 43.77
Reaksi Perletakan Akibat Beban Mati Pada Girder G1 = 88.20
4-6
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
Berat
Beban Yang Bekerja Lebar Tebal qm Bentang Rkr
Jenis
Pada Girder (m) (m) (t/m’) L (m) (ton)
(t/m3)
Aspal 1.8 0.07 2.3 0.290 40.60 5.89
Pelat Lantai 1.8 0.25 2.5 1.125 40.60 22.84
Diafragma tepi 5 buah -- -- -- -- -- 4.75
Berat sendiri girder kiri -- -- -- 2.156 40.60 43.77
Reaksi Perletakan Akibat Beban Mati Pada 1 Girder Tengah = 77.25
Berat
Beban Yang Bekerja Lebar Tebal qm Bentang Rkr
Jenis
Pada Girder (m) (m) (t/m’) L (m) (ton)
(t/m3)
Aspal 1.40 0.07 2.3 0.225 40.60 4.57
Pelat Lantai 1.9 0.25 2.5 1.188 40.60 24.11
Barrier -- -- -- 0.804 40.60 16.32
Diafragma tepi 5 buah -- -- -- -- -- 1.187
Berat sendiri girder kiri -- -- -- 2.156 40.60 43.77
Reaksi Perletakan Akibat Beban Mati Pada Girder G6 = 89.96
q = 2.2 t/m' jalur, lebar lajur = 2.75 m, maka q = 2.2 /2.75 = 0.8 t/m2
atau lihat BMS section 2.3
L > 30 m:
q = 8.0 ( 0.5 + 15 / L ) Kpa = 4.00 Kpa
q = 0.41 Ton / m2 1 kpa = 0.102 t/m2
L < 30 m :
q = 2.20 ton / m / 2.75 = 0.80 Ton / m2.
4-7
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
Rkr Rkn
L kr = 40.6 m
11.9
100%
50% 50%
G1 G2 G3 G4 G5 G6
UDL / KEL
Beban Yang
Lebar Bentang Rkr
Bekerja Pada % q p*K
aspal L (m) (ton)
Girder beban (t/m2) (ton)
(m)
UDL 50% 0.408 --- 0.50 40.60 2.07
KEL 50% --- 6.16 0.50 40.60 1.54
Reaksi Perletakan pada girder tepi G1 akibat beban hidup 3.61
Catatan:
Bentang L = 40.60 m tidak berpengaruh untuk perhitungan KEL, karena
reaksi maksimum diperoleh jika beban KEL diletakkan tepat di atas tumpuan
jembatan
4-8
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
UDL / KEL
Beban Yang
Lebar Bentang Rkr
Bekerja Pada % q p*K
aspal L (m) (ton)
Girder beban (t/m2) (ton)
(m)
UDL 100% 0.408 --- 1.80 40.60 14.91
UDL / KEL
Beban Yang
Lebar Bentang Rkr
Bekerja Pada % q p*K
aspal L (m) (ton)
Girder beban (t/m2) (ton)
(m)
UDL 50% 0.408 --- 1.40 40.60 5.80
4-9
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
Hbef pada girder G1 = 5% x Rkr girder G4= 5% x 26.00 ton = 1.30 ton
Hbef pada girder G1 = 5% x Rkr girder G5= 5% x 26.00 ton = 1.30 ton
L kr L kn
Wt kr Wt kn
L kr = 40.6 m, Lkn = 0 m
Wt kr kondisi Fixed beban Mati dihitung Untuk Seluruh Bentang
Wt kn kondisi Move beban Mati dihitung Untuk 1/2 Bentang
12.00
4-10
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
12
a 1.25
b1 b2
0.95
Y
d1 d2 0.4 0.40
e 0.7 0.70
12
4.5
V Y VY
Potongan
Ton m T.m
a 67.50 6.13 413.44
b1 2.35 5.18 12.19
b2 2.35 5.18 12.19
c 211.68 3.10 656.21
d1 2.48 0.83 2.06
d2 2.48 0.83 2.06
e 94.50 0.35 1098.15
383.33 2196.29
2196.29
Y 5.73m
383.33
Pier head
a = 67.50 ton
b1 + b2 = 4.70 ton
Berat pier head = 72.20 ton
Kolom
b = 1.80 m 1.80
h = 9.80 m
Tinggi kolom Lk = 4.80 m
9.8
Jumlah kolom Jk = 1 buah
Berat kolom = c = 211.68 ton
4-11
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
Ukuran Kolom
b = 1.80 m (D)
h = 9.80 m (D)
Lk = 4.80 m
IC = 1/12 x b3 x h = 4.76 m4 (arah memanjang )
IC = 1/12 x b x h3 = 141.18 m4 (arah melintang)
Jumlah kolom = 1 bh
ARAH MEMANJANG
3EI
Kp1 x60% 196373 ton/m untuk 1 kolom
Lk 3
Untuk 1 buah kolom
Kp = 1 x Kp1 = 196373 ton/m
g = 9.8 m/detik2
Wtp
T memanjang = 2 x3.14 0.15 detik
g .K p
ARAH MELINTANG
Wtp
T melintang = 2 x3.14 0.01 detik
g .K p
4-12
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
Arah memanjang
Mp
Kh = Cx S = 0.15
C = 0.15 Zone 4 tanah lunak n = 1 x 2 kolom
F = 1.25 - 0.025 x n 1 n = 1
Used = 1
S = 1.0 x F = 1
T = 0.15 detik (diambil yang terbesar)
Jadi delta h = 0.9 mm < 400 mm oke cukup kaku
ARAH MEMANJANG
4-13
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
29.23
Gambar ......... 13.00
19.05
ARAH MELINTANG
S = 1.0 F 1 Mp
F = 1.25 – 0,025 x n < = 1 n = 1
n = 2 x 1 kolom
4-14
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
4-15
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
Ad = luas proyeksi pilar tegak lurus aliran air x tinggi air = 15.75 m2
Koefisien seret Cd :
Cd = 1.4 ( diambil bentuk persegi )
MAB
TEFair = 396.9 kN = 39.69 ton
5.0
Gaya tumbuk batang kayu
TEF kayu = M ( Vs )2 / d KN
Berikut ini diberikan resume beban-beban yang bekerja pada pilar jembatan,
berupa gaya-gaya yang bekerja pada pier head, bebann angin, gempa, dan
kombinasi-kombinasi pembebanan baik pada keadaan elastis maupun
keadaan ultimate.
4-16
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
Beban Angin
Hw = 5.10 ton
Gempa melintang
Dari super structure (tiap girder) = 29.23 ton
Pada Pier head (top kolom) = 3.00 ton
Pada tiap tengah kolom = 19.05 ton
Gempa memanjang
Dari super structure (tiap girder) = 29.23 ton
Pada Pier head (top kolom) = 13.00 ton
Pada tiap tengah kolom = 19.05 ton
Perhitungan Momen
0.55 0.55
0.35 0.35
Rem, Bearing a Rem , Bearing , Gempa
P1 P2
L= 40.6 m L= 40.6m
4-17
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
TITIK b:
4-18
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
G.PIER 383.33 0.00 0.00 383.33 0.00 1.30 0.00 498.33 0.00
gempa oleh berat sendiri ( g-horizontal )
GH,girder 175.36 3.45 605.01 175.36 1 605.01 175.36
GH,Pier 69.00 5.73 395.33 69.00 1 395.33 69.00
4-19
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
Kombinasi 1 elastis:
V = 1593.09 ton
M = 126.88 ton.m
H = 36.78 ton
Kombinasi 1 ultimate:
V = 2235.83 ton
M = 225.31 ton.m
H = 36.78 ton
Kombinasi 2 elastis:
V = 1357.65 ton
M = 1000.34 ton.m
H = 244.36 ton
Kombinasi 2 ultimate:
V = 1764.95 ton
M = 1000.34 ton.m
H = 244.36 ton
Kombinasi 3 elastis:
V = 1092.04 ton
M = -128.18 ton.m
H = 401.72 ton
Kombinasi 3 ultimate:
V = 1502.06 ton
M = -242.15 ton.m
H = 415.99 ton
4-20
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
RANGKUMAN
4-21
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
Latihan atau penilaian mandiri menjadi sangat penting untuk mengukur diri atas tercapainya
tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh para pengajar/ instruktur, maka pertanyaan
dibawah perlu dijawab secara cermat, tepat dan terukur.
Soal :
Jawaban:
Elemen Kompetensi / Apabila ”Ya”
No. KUK (Kriteria Unjuk Pertanyaan sebutkan butir-
Kerja) Ya Tdk
butir kemampuan
anda
1. Menetapkan tipe dan jenis Sudah dibuat soalnya di
bangunan bawah Bab 2.
jembatan
3. Merencanakan pilar
jembatan.
4-22
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
4-23
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
DAFTAR NOTASI
DAFTAR PUSTAKA
1. Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Pusat Litbang Jalan dan Jembaatan,
2007.
Design Code 1992, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum.
9. Mekanika Tanah & Teknik Pondasi, Ir. Suyono sosrodarsono – Kazuto Nakazawa – Ir.