Anda di halaman 1dari 15

KUALITAS SEMEN SEGAR DAN RECOVERY RATE (RR) SAPI LIMOUSIN PADA

MUSIM YANG BERBEDA


Siti Sunami1), Nurul Isnaini2), dan Sri Wahjuningsih2)
1)
Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
2)
Dosen Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
Email : sunamisiti@gmail.com

ABSTRACT
This research aimed to determine the quality of fresh semen and recovery rate (RR)
Limousin bulls at different seasons in Indonesia. The research materials were used semen
sample and recording of 10 Limousin bulls on November 2015 until September 2016. The
analyze was used by descriptive, while seasonal factors were determined by rainfall, they
were divided into 2 stage (summer and rainy). The result was showed that the average of
individual motility (60±0.07 %) on summer and (57.7±0.09 %) on rainy, Consentration of
spermatozoa (1043±208 million/ml) on summer and (1013±175 million/ml) on rainy, post
thawing motility (44±0.02 %) on summer and (41±0.05 %) on rainy, RR value (65±0.05 %)
on summer and (55±0.09 %) on rainy, the production of frozen semen (1979±644.2 straw) on
summer and (1623±379 straw) on rainy. It was concluded that the best quality of fresh until
frozen semen was generally on summer with low rainfall. The seasonal effect for quality of
semen Limousin bulls were individual motility, concentration, PTM, and RR value will be
impacted for frozen semen produce. It was advisable to rejected the Limousin bulls with poor
semen quality.
Keywords: Seasonality, Summer, Rainy, Quality of Semen

PENDAHULUAN dimanfaatkan untuk meningkatkan


Pertumbuhan populasi dan produktifitas sapi dengan memanfaatkan
produktivitas ternak sapi potong dapat potensi pejantan unggul agar dapat
ditingkatkan melalui manajemen mengawini lebih dari satu induk dan dapat
reproduksi ternak guna terciptanya daya meningkatkan mutu genetik dari ternak
saing dan kemandirian masyarakat dalam tersebut. Kelebihan dalam penggunaan IB
usaha penggemukan sapi potong skala dalam program pembibitan adalah
kecil sampai menengah dengan meningkatkan mutu genetik, biaya lebih
pemanfaatan semen berkualitas tinggi dari murah, pencegahan penyakit vineris,
pejantan unggul yang memiliki recording lebih mudah dan mencegah
pertambahan bobot badan yang cepat, kecelakaan ternak betina ketika kawin
salah satu contohnya adalah sapi (Susilawati, 2013). Penerapan teknologi
Limousin. Anonimous (2011) reproduksi dan biologi sel semen
menambahkan bahwa sapi Limousin memerlukan ketersediaan semen yang
memiliki beberapa keistimewaan tersendiri berkualitas untuk diinseminasikan pada
dibanding dengan jenis sapi lainnya, ternak betina (Romadhoni, Achadiah dan
keistimewaan paling utama adalah proses Suyadi, 2015). Kualitas semen dapat
pertumbuhan yang cepat. Peningkatan dilihat setelah penampungan sampai
produktivitas dan reproduksi ternak lokal diproses menjadi semen beku. Kualitas
salah satunya dengan menggunakan semen meliputi: volume, pH, warna,
program Inseminasi Buatan (IB). motilitas, konsentrasi dan konsistensi.
Inseminasi Buatan merupakan salah satu Feradis (2010) menyatakan bahwa setiap
teknologi tepat guna yang dapat sapi mempunyai kualitas semen yang

J. Ternak Tropika Vol. 18, No.1: 36-50, 2017 36


berbeda-beda tergantung dari umur, semen beku yang berasal dari 10 ekor sapi
individu ternak, bangsa dan lingkungan. Limousin yang dipelihara di BBIB
Khairi, Anis dan Yon (2014) menyatakan singosari : 1. Danish (80886), 2. Zephir
bahwa berdasarkan perlakuan yang (80889), 3. Willow (80890), 4. Dijon
diamati pada tahun 2012, jumlah motilitas (80891), 5. Dodi (80893), 6. Zolander
spermatozoa dari 12 ekor sapi dengan (80894), 7. Despot (80895), 8. Metrius
curah hujan pada tahun yang sama ternyata (80896), 9. Raystine (80897, 10. Union
berkorelasi negatif, musim dengan (80898) dalam kurun waktu 1 tahun
intensitas curah hujan yang sangat tinggi (November 2015 – September 2016) yang
dapat menyebabkan rendahnya motilitas dibedakan berdasarkan musim kemarau
spermatozoa. Semakin tinggi curah hujan dan penghujan.
maka motilitas spermatozoa yang
diperoleh semakin rendah, begitu juga Metode Penelitian
sebaliknya semakin rendah curah hujan Metode yang dipakai pada
motilitas spermatozoa yang dihasilkan penelitian ini adalah studi kasus. Data
semakin tinggi. Produksi semen beku juga dianalisis secara deskriptif dengan
dipengaruhi oleh nilai recovery rate (RR) menggambarkan secara sistematik data
yang berhubungan dengan nilai motilitas yang telah terkumpul dengan penyajian
spermatozoa. Nilai RR yang tinggi dalam bentuk histogram berdasarkan nilai
menunjukkan bahwa spermatozoa rata-rata dan standart devasi. Faktor
memiliki daya tahan tinggi setelah proses musim dibagi menjadi 2 taraf yaitu musim
pembekuan sedangkan nilai RR yang kemarau dan musim penghujan. Menurut
rendah menunjukkan bahwa spermatozoa Badan Meteorologi Klimatologi dan
memiliki daya tahan yang rendah. Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa
Motilitas merupakan uji kualitas yang curah hujan (CH) ≥50 mm dan hari hujan
penting karena fertilitas erat kaitannya (HH) ≥3 hari per dasarian (10 hari) untuk
dengan spermatozoa motil yaitu awal musim hujan (AMH), sementara itu
spermatozoa yang bergerak progresif untuk awal musim kemarau (AMK)
untuk dapat menembus kumulus oophorus diperoleh ketika CH per dasarian <50 mm
dan zona pelucida ovum sehingga dan HH <3 hari per dasarian. Pada tahun
fertilisasi dapat terjadi (Arifiantini, Yusuf 2015/2016 di wilayah Singosari-Malang,
dan Graha, 2005). Tujuan dari penelitian musim hujan dimulai dari bulan November
ini yaitu untuk mengetahui kualitas semen 2015 sampai Maret 2016, sedangkan
segar sapi Limousin dan nilai RR pada musim kemarau dimulai pada bulan Mei
musim yang berbeda (hujan dan kemarau). 2016 sampai September 2016.

MATERI DAN METODE HASIL DAN PEMBAHASAN


Materi Penelitian Pengamatan makroskopis Volume
Materi yang digunakan pada Semen Segar
penelitian adalah sampel semen dan Hasil rataan volume semen segar
catatan sekunder dari catatan sapi Limousin pada musim berbeda yang
penampungan semen, kualitas dan terdiri dari 5 bulan pada setiap musim
kuantitas semen segar dan catatan produksi ditampilkan pada Gambar 2.

J. Ternak Tropika Vol. 18, No.1: 36-50, 2017 37


Gambar 2. Rata-rata volume semen sapi Limousin pada setiap bulan di musim hujan dan
kemarau
Rata-rata volume semen sapi Limousin Nilai rata-rata volume semen sapi
pada musim hujan yang dimulai pada Limousin di BBIB Singosari berada pada
bulan November 2015 sampai Maret 2016 kondisi normal berdasarkan pendapat Ax
memiliki nilai rata-rata terkecil 5,98±0,78 et al. (2000) menjelaskan bahwa volume
ml pada bulan November 2015 dan rata- semen sapi berkisar antara 5-8 ml yang
rata tertinggi pada bulan Februari 2016 dapat dilihat langsung setelah
yaitu 6,51±0,81 ml. Nilai rata-rata volume penampungan pada tabung koleksi semen,
yang rendah pada bulan November 2015 sedangkan nilai rata-rata volume semen
ini dikarenakan pergantian curah hujan sapi Limousin tergolong rendah jika
yang tinggi dari akhir musim kemarau dibandingkan dengan penelitian yang
menuju awal musim hujan, akibanya libido dilakukan Ismaya (2014) bahwa volume
menurun dan volume semen yang semen segar yang diproduksi oleh sapi
dihasilkan juga menurun. Pada musim potong rata-rata 8,6±1,6 ml sedangkan
kemarau yang dimulai pada bulan Mei pada sapi perah berkisar 5-8 ml. Perbedaan
2016 sampai September 2016 nilai rataan volume dalam setiap bulannya
menunjukkan rata-rata volume >6 ml. diduga karena keadaan suhu atau
Volume tertinggi terdapat pada bulan temperatur pada musim hujan maupun
September 2016 dan diikuti bulan Mei musim kemarau yang akan mempengaruhi
2016 dengan rataan berturut-turut pada reproduksi ternak jantan. Nuryadi
6,64±1,05 ml dan 6,53±0,92 ml. Volume (2014) menambahkan bahwa suhu yang
terendah pada musim kemarau ini terdapat terlalu tinggi dan terlalu rendah akan
pada bulan Juni 2016 dengan nilai rata-rata mengganggu fungsi termoregulator pada
6,07±0,70 ml. Perbedaan volume pada scrotum yang mengakibatkan suhu ideal
setiap bulannya ini dikarenakan kondisi pada testis tidak tercapai sehingga proses
iklim yang selalu berubah. Bhakat et al. spermatogenesis akan terganggu dan
(2014) menambahkan kualitas produksi produksi spermatozoa menjadi menurun
dipengaruhi oleh kondisi iklim dengan atau memiliki kualitas yang rendah.
pergantian musim yang menyebabkan Perbandingan volume antara
stress seperti cekaman panas di negara musim kemarau dengan musim hujan
tropis yang berdampak terhadap libido secara umum terlihat sama yang dapat
ternak dan produksi semen pada ternak dilihat pada Tabel 1.
sapi. Musim tidak berpengaruh signifikan
(P<0,05) terhadap volume ejakulasi.

J. Ternak Tropika Vol. 18, No.1: 36-50, 2017 38


Tabel 1. Rataan volume semen pada musim hujan dan musim kemarau
No Musim Rata-rata Volume Semen (ml)
1 Hujan 6,22 ± 0,76
2 Kemarau 6,30 ± 0,78

Hasil rataan volume dan standar deviasi dalam tubuh digunakan secara optimal
pada kedua musim diatas menunjukkan untuk pembentukan sel-sel kelamin,
nilai koefisien keragaman yang sama yaitu termasuk untuk memproduksi
0,12, ini diduga karena pakan selalu spermatozoa.
tersedia pada musim hujan maupun musim
kemarau yang berasal pakan hijauan yang pH Semen Segar
diawetkan seperti dari silase maupun hay. Uji pH semen merupakan
Hal ini sesuai dengan penjelasan Dewi, pengukuran derajat keasaman semen sapi
Ondho, dan Kurnianto (2012) bahwa dengan menggunakan alat bantu seperti
pakan yang dikonsumsi sapi merupakan kertas lakmus maupun pH meter. Hasil
salah satu faktor penting dalam produksi rataan pH semen sapi Limousin yang
ternak, karena nutrisi pakan yang masuk ditampung pada musim yang berbeda
dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Rata-rata pH semen sapi Limousin pada setiap di musim hujan dan kemarau
pH semen sapi Limousin pada musim terbentuk asam laktat yang tergantung
hujan dalam bulan November 2015-Maret pada tingkat aktivitas dari masing-masing
2016 seragam yaitu 6,4 sedangkan pada ternak. Tinggi rendahnya pH berhubungan
awal musim kemarau yaitu bulan Mei dengan konsentrasi spermatozoa,
2016 rata-rata pH semen 6,39 kemudian konsentrasi tinggi cenderung pH asam
pada bulan berikutnya meningkat yaitu dalam kisaran normal, namun dalam
berkisar antara 6,45-6,48. Salisbury dan semen sapi Limousin ini tidak semuanya
Vandenmark (1985) menjelaskan bahwa yang memiliki pH asam akan memiliki
penurunan pH spermatozoa ditentukan konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan
oleh metabolisme anaerobik, sehingga pH alkali.

J. Ternak Tropika Vol. 18, No.1: 36-50, 2017 39


Tabel 2. Rataan pH semen pada musim hujan dan kemarau

No Musim Rata-rata pH Semen

1 Hujan 6,43 ± 0,06


2 Kemarau 6,50 ± 0,07

Nilai rata-rata pH pada musim hujan (2000) menambahkan bahwa pH normal


secara umum terlihat memiliki pH lebih semen sapi berkisar antara 6,2 – 7,0.
asam dibandingkan musim kemarau. pH
semen sapi Limousin pada kedua musim Warna Semen Segar
masih dalam kisaran normal. Ax, et al., Hasil rata-rata warna semen sapi
Limousin pada perbedaan musim dapat
ditampilkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Rata-rata warna semen sapi Limousin pada setiap bulan di musim hujan dan
kemarau
Warna semen sapi Limousin paling riboflavin dalam semen. Hal ini sesuai
dominan pada musim hujan dan kemarau dengan penjelasan Susilawati (2013) yang
adalah putih susu (PS) yaitu masing- menyatakan bahwa umumnya semen sapi
masing 72%-82% dan 70%-83%, warna berwarna putih kekuning-kuningan atau
lain yaitu putih bening berkisar antara hampir seputih susu, warna kuning ini
17%-28% dan 17%-29%, serta warna disebabkan adanya riboflavin dalam
berning hanya 1% karena sangat jarang semen, tingkat kekeruhan semen
ditemukan. Semen sapi Limousin yang berbanding lurus dengan konsentrasi sel
berwarna putih susu paling paling tinggi spermatozoa. Warna semen tidak selalu
pada musim kemarau dengan rata-rata berkorelasi positif terhadap konsentrasi
78%±0,039 sedangkan pada musim hujan semen, hal ini dapat dilihat dari hasil
rata-rata 76%±0,058. Warna semen yang pengamatan pada semen sapi Limousin
baik adalah berwarna putih susu bahwa semen yang memiliki warna PS
dibandingkan putih bening maupun tinggi tidak menunjukkan konsentrasi yang
bening, karena jika warna semen semakin tinggi. Hal ini tidak sesuai dengan Feradis
pekat maka kualitas semen semakin baik (2010) yang menyatakan bahwa warna
yang menandakan banyaknya jumlah sel memiliki hubungan erat dengan
spermatozoa. Pada semen sapi Limousin konsentrasi spermatozoa, apabila
jarang ditemukan warna putih kekuning- konsentrasi semen tinggi maka warna
kuningan yang diduga rendahnya senyawa semen semakin keruh, karena

J. Ternak Tropika Vol. 18, No.1: 36-50, 2017 40


diindikasikan semen tersebut mengandung individu, konsentrasi, viabilitas, maupun
banyak spermatozoa sehingga warna yang abnormalitas.
dihasilkan juga akan semakin pekat.
Motilitas Massa Semen Segar
Pengamatan Mikroskopis Hasil pengamatan motilitas massa
Uji mikroskopis merupakan uji semen sapi Limousin pada setiap bulan
kualitas spermatozoa yang tidak bisa dalam musim yang berbeda memiliki
dilihat dengan mata telanjang, uji ini harus motilitas massa 2+ yang menandakan
mengunakan alat bantu yaitu mikroskop. pergerakan koloni spermatozoa cukup
Uji ini meliputi: motiitas massa, motilita baik, berikut grafik presentase motilitas
massa dapat ditampilkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Rata-rata motilitas massa spermatozoa sapi Limousin pada setiap bulan di musim
hujan dan kemarau
Persentase motilitas massa semen sapi yaitu sebesar 97%, sedangkan terendah
Limousin dengan kualitas massa 2+ pada pada awal musim kemarau yaitu Mei 2016
musim hujan tertinggi terdapat di bulan sebesar 94%. Hal tersebut sesuai dengan
Februari 2016 dengan rata-rata 100%. Hal penjelasan Ax et al. (2000) yang
tersebut menunjukkan bahwa motilitis menyatakan bahwa motilitas semen paling
massa selalu konstan pada setiap bagus yaitu 3+ yang menunjukkan
penampungan semen, sedangkan nilai pergerakan koloni spermatozoa sangat
persentase terendah pada musim hujan progresif dan pekat serta nilai 2+ yang
yaitu pada bulan November 2015 sebesar menunjukkan pergerakan koloni
91%. Persentase motilitas massa pada spermatozoa progresif namun tipis atau
musim kemarau tertinggi terdapat pada tidak terlalu pekat.
bulan Juli 2016 dan bulan September 2016
Tabel 3. Rataan motilitas massa spermatozoa pada musim hujan dan kemarau
No Musim Persentase Rata-rata Motilitas Massa (2+)
1 Hujan 95% ± 0,079
2 Kemarau 96% ± 0,059

pada musim hujan sama tinggi dengan


Secara umum digambarkan bahwa rataan rataan persentase musim kemarau.
persentase motilitas massa spermatozoa Motilitas massa dengan nilai 2+ ini sudah

J. Ternak Tropika Vol. 18, No.1: 36-50, 2017 41


dapat diproses ke tahap selanjutnya jika Motilitas Individu Spermatozoa pada
kriteria yang lain juga memenuhi syarat. Semen Segar
Hal ini sesuai dengan penjelasan Motilitas individu spermatozoa
Susilawati (2013) yang menyatakan bahwa merupakan faktor terpenting dalam uji
semen segar sapi layak diproses ketahap kualitas semen yang menentukan semen
selanjutnya jika memiliki motilitas massa tersebut layak atau tidaknya untuk diproses
≥2+. ketahapan selanjutnya.

Gambar 6. Rata-rata motilitas individu spermatozoa sapi Limousin pada setiap bulan di
musim hujan dan musim kemarau
dari 12 ekor sapi perlakuan yang
Motilitas individu pada musim hujan yang dihasilkan selama tahun 2012 dengan
dimulai dari bulan November 2015-Maret curah hujan pada tahun yang sama ternyata
2016 berksar antara 47%-64%, hasil berkorelasi negatif. Semakin tinggi curah
tertinggi didapat pada bulan Februari 2016 hujan maka motilitas spermatozoa yang
dengan persentase rata-rata sebesar 64% diperoleh semakin rendah, begitu juga
sedangkan nilai terendah didapatkan pada sebaliknya.
awal bulan musim hujan sebesar 47±0,08 Musim kemarau yang dimulai pada
%. Rendahnya motilitas pada bulan bulan Mei 2016-September 2016
november 2015 ini dikarenakan hanya 6 menunjukkan rata-rata persentase motilitas
ekor sapi yang memiliki motilitas 70% individu 63% dari 9 ekor sapi Limousin,
dalam 4 kali penampungan. Setiap ekor sedangkan yang memiliki motilitas
ternak tersebut juga memiliki keragaman individu 60-70% hanya 7 ekor sapi yang
yang tinggi karena dalam 4 kali dapat diproses ke tahap selanjutnya,
penampungan ini tidak selalu memiliki kemudian mengalami penurunan dari
motilitas 70%, inilah yang menyebabkan bulan ke bulan hingga mencapai 57% yang
nilai rata-rata motilitas individu sangat berasal dari 9 ekor sapi Limousin pada
rendah. Perbedaan rata-rata motilitas bulan September 2016. Hal ini diduga
dalam setiap bulan berhubungan dengan disebabkan oleh tempertur udara yang
curah hujan yang berbeda pula dalam tidak konstan pada setiap bulannya pada
setiap bulannya, mengacu pada penelitian musim kemarau, yang sesua dengan
Khairi, dkk. (2014) bahwa rendahnya Salisbury dan Vandenmark (1985)
motilitas spermatozoa dikarenakan oleh menjelaskan bahwa temperatur dan
musim dengan intensitas curah hujan yang kelembaban udara memiliki korelasi yang
sangat tinggi, ini dapat dibuktikan nyata dengan fertilitas sapi pejantan, jika
berdasarkan jumlah motilitas spermatozoa temperatur dan kelembaban udara naik

J. Ternak Tropika Vol. 18, No.1: 36-50, 2017 42


maka fertilitas akan menurun. Cahaya dan disebut fertil apabila sampel semen
temperatur udara merupakan 2 faktor dari tersebut memiliki motilitas tidak kurang
pengaruh musim terhadap fertilitas sapi. dari 65%, sedangkan nilai rataan motilitas
Nilai persentase motilitas individu pada semen sapi potong sebesar
pada musim kemarau lebih tinggi dengan 81,3±13,6%. Ax et al. (2000) juga
rataan 60%±0,07 dibandingkan nilai rataan menambahkan bahwa parameter motilitas
pada musim hujan yaitu dengan rataan spermatozoa memiliki motilitas individu
sebesar 57,7%±0,09. Hal ini sesuai dengan normalnya 70%-90% dengan pergerakan
penjelasan Bhakat et al. (2014, 2015) progresif.
bahwa kualitas produksi dipengaruhi oleh
kondisi iklim dengan pergantian musim Konsentrasi dan Konsistensi Semen
yang menyebabkan stress seperti cekaman Segar
panas di negara tropis yang memiliki Konsentrasi dan konsistensi
pengaruh signifikan (P<0,05) pada spermatozoa merupakan 2 faktor yang
motilitas awal dan jumlah abnormalitas. berkaitan satu sama lain, nilai konsentrasi
Hasil rataan dari kedua musim tersebut ini yang menentukan tingkat kepekatan
masih tergolong rendah jika dibandingkan spermatozoa, begitu pula sebaliknya
dengan penjelasan Susilawati (2013) kepekatan spematozoa juga menentukan
bahwa analisis diagnostik yang jumlah konsentrasi spermatozoa. Hasil
menunjukkan fungsi testis dan epididimis rataan konsentrasi dapat dilihat pada
yang diamati beberapa kali dan minimum Gambar 7.

Gambar 7. Rata-rata konsentrasi spermatozoa sapi Limousin pada setiap bulan di musim
hujan dan musim kemarau
Nilai rataan konsentrasi spermatozoa tersebut pada kedua musim menunjukkan
memiliki perbedaan pada setiap bulannya lebih tinggi pada musim kemarau
baik itu pada musim penghujan maupun dibandingkan dengan musim hujan dengan
musim kemarau. Nilai rataan tertinggi di nilai rataan pada kedua musim berturut-
musim hujan terdapat pada bulan turut 1043±208 juta/ml dan 1013±175
November 2015 sedangkan pada musim juta/ml. Hal ini sesuai dengan penjelasan
kemarau terdapat pada bulan September Nuryadi (2014) bahwa perubahan
2016. Nilai rataan terendah pada musim temperatur lingkungan akan menyebabkan
hujan terdapat pada bulan Februari 2016 stress pada ternak yang berdampak pada
dan pada musim kemarau terdapat pada spermatozoa yang dihasilkan. Temperatur
bulan Juni 2016. Nilai rataan konsentrasi yang tinggi akan menyebabkan degenerasi

J. Ternak Tropika Vol. 18, No.1: 36-50, 2017 43


pada sel-sel yang melapisi dinding tubuli bahwa nilai konsentrasi spermatozoa pada
seminiferi, sehingga jika temperatur panas semen sapi potong sebesar 1018±457
berlangsung lama akan menyebabkan juta/ml. Hafez (2000) menambahkan
kualitas semen yang semakin jelek, bahwa spermatozoa yang baik memiliki
abnormalitas semakin banyak, bahkan konsentrasi yang berkisar antara 2000-
konsentrasi spermatozoa dalam semen 2200x106 juta/ml.
menurun. Nilai rataan konsentrasi dalam Konsistensi didapatkan
musim kemarau pada penelitian ini lebih berdasarkan nilai konsentrasi spermatozoa.
tinggi dibandingkan dengan pernyataan Nilai rataan konsistensi dapat ditampilkan
Susilawati (2013) yang menjelaskan pada Gambar 8.

Gambar 8. Rataan persentase konsistensi semen sapi Liousin pada setiap bulan di musim
hujan dan kemarau
Persentase konsistensi pada musim hujan Khairi dkk. (2014) menjelaskan penurunan
paling bagus (berdasarkan tingkat jumlah total konsentrasi spermatozoa
kepekatan semen) terdapat pada bulan dipengaruhi oleh curah hujan sebesar
November 2015 yang memiliki persentase 57,6%. Bhakat et al. (2014, 2015)
pekat (P) yaitu 16%, sedang (S) yaitu 34%, menambahkan bahwa perbedaan musim
dan encer (E) yaitu 50%. Musim kemarau sangat mempengaruhi pada seminal
persentase konsistensi paling bagus attributes (P<0,01) salah satunya adalah
terdapat pada bulan September 2016 konsentrasi dan konsistensi spermatozoa.
dengan persentase pekat (23%), sedang
(35%), dan encer (41%). Nilai persentase Post Thawing Motility (PTM)
konsistensi ini berbanding lurus dengan Evaluasi atau pemeriksaan semen
nilai rataan konsentrasi spermatozoa, hal beku yang biasa dilakukan adalah uji
ini menunjukkan bahwa jika semakin motilitas individu setelah proses
kental semen maka nilai konsentrasi pembekuan atau dikenal dengan uji PTM
spermatozoa akan semakin tinggi. Hal ini (Post Thawing Motility) merupakan suatu
sesuai dengan penjelasan Kartasudjana tindakan yang perlu dilakukan untuk
(2001), semakin kental semen yang mengetahui kualitas semen apakah layak
diejakulasi oleh suatu organisme, dapat atau tidak untuk didistribusikan. Grafik
diartikan bahwa konsentrasi spermatozoa hasil rata-rata PTM semen beku sapi
yang terkandung di dalamnya juga Limousin pada bulan-bulan dalam musim
semakin tinggi. Perbedaan nilai konsistensi hujan dan musim kemarau ditampilkan
pada kedua musim ini sebanding dengan pada Gambar 9.
perbedaan konsentrasi semen tersebut,

J. Ternak Tropika Vol. 18, No.1: 36-50, 2017 44


Gambar 9. Rataan persentase PTM spermatozoa sapi Limousin pada setiap bulan di musim
hujan dan kemarau
Hasil rataan PTM pada musim hujan terbentuk kristal-kristal es dan perubahan
tertinggi pada bulan Februari 2016 dengan konsentrasi elektrolit yang akan
persentase PTM sebesar 44%, sedangkan menyebabkan terjadinya kerusakan pada
persentase paling rendah selam musim sel spermatozoa. Hal ini juga didukung
hujan yaitu pada bulan November 2015 oleh Watson (2000) bahwa pembentukan
yaitu 36% dari 10 ekor sapi Limousin dan kristal - kristal es selama proses
yang memiliki nilai PTM 40% hanya 9 pembekuan semen menyebabkan
ekor sapi dimana dari 9 ekor sapi tersebut terjadinya penumpukan elektrolit didalam
tidak selamanya lolos uji PTM dalam 4 sel spermatozoa. Akibatnya terjadi
kali penampungan, artinya setiap individu kerusakan sel secara mekanik, dimana
ternak memiliki keragaman tinggi pada elektrolit yang menumpuk ini akan
nilai PTM yang dapat dilihat pada nilai merusak dinding sel sampai pada waktu
standard deviasi. SNI 01-4869.1-2005 thawing. permiabilitas membran plasma
menjelaskan bahwa semen beku yang akan berubah dan sel akan mati.
layak untuk didistribusikan dan Nilai rataan PTM pada musim
diinseminasikan jika persentase hujan yaitu 41%±0,05 dan musim kemarau
spermatozoa motil post thawing minimal 44%±0,03. Perubahan musim ini tidak
harus sebesar 40%. Pada musim kemarau mempengaruhi pada nilai PTM karena
yang dimulai pada bulan Mei 2016 – nilai PTM sangat erat hubungannya
September 2016 memiliki nilai PTM yang dengan individual ternak itu sendiri, proses
melampaui nilai standar yaitu >40% pengenceran dan pembekuan semen. Hal
sehingga dapat didistribusikan dan ini sesuai dengan penjelasan Zamuna dkk.
diinseminasikan. Persentase tertinggi pada (2015) bahwa salah faktor yang
musim kemarau terdapat pada bulan Juli mempengaruhi pada karakteristik semen
dan September 2016 yaitu 45%. Turunnya ternak yaitu individual ternak atau bangsa
persentase motilitas individu ini sapi itu sendiri.
dikarenakan perlakuan suhu pada saat
pembekuan, berdasarkan penjelasan Rizal Recovery Rate (RR)
dan Herdis (2005), dalam proses Hasil rataan persentase RR pada
pembekuan semen, akibat perlakuan suhu setiap bulan di musim kemarau dan
yang sangat rendah (-196oC) akan penghujan dapat dilihat pada Gambar 10.

J. Ternak Tropika Vol. 18, No.1: 36-50, 2017 45


Gambar 10. Rataan persentase RR spermatozoa sapi Limousin pada setiap bulan di musim
hujan dan kemarau
Nilai RR pada musim hujan paling baik tinggi nilai RR, maka proses pembekuan
terdapat pada bulan Januari yaitu 62% dan yang dilakukan semakin baik yang
terendah pada bulan Februari yaitu 44%. berkaitan dengan tingginya tingkat
Musim kemarau memiliki nilai RR >60% keutuhan membran plasma spermatozoa
pada setiap bulannya, nilai RR tertinggi yang mendukung proses metabolisme
terdapat pada bulan Juni dan Juli 2016 untuk menghasilkan pergerakan
yaitu 67%. Nilai RR menunjukkan spermatozoa berjalan dengan baik.
kemampuan daya tahan spermatozoa Nilai motilitas individu
setelah proses pembekuan yang didapat spermatozoa semen segar yang rendah
dari perbandingan persentase PTM dan namun memiliki nilai RR yang tinggi
persentase motilitas individu spermatozoa dapat diproses ketahapan selanjutnya.
pada semen segar. Tinggi-rendahnya nilai Spermatozoa yang memiliki persentase
RR ini tidak dipengaruhi oleh musim motilitas individu 60% dapat diproses
namun dipengaruhi oleh motilitas individu ketahapan selanjutnya, jika semen tersebut
pada semen segar, individu ternak, dapat bertahan sampai proses PTM dengan
pengenceran dan pembekuan. Semen sapi nilai PTM ≥40% maka semen tersebut
Limousin pada musim kemarau memiliki layak di distribusikan dan di inseminasikan
nilai RR yang lebih baik dibandingkan pada ternak betina. Nilai RR ini yang
dengan musim hujan meskipun nilai RR nantinya akan mempengaruhi jumlah
tidak memiliki standar minimal, jika nilai produksi semen beku meskipun pada
RR semakin tinggi maka kualitas semen awalnya semen segar memiliki motilitas
tersebut juga semakin baik. Suherlan dkk. yang <70%.
(2015) menjelaskan bahwa Recovery rate
berfungsi untuk menilai kemampuan Produksi Semen Beku
spermatozoa yang pulih kembali setelah Hasil rataan produksi semen beku
melalui proses pembekuan serta pada bulan-bulan dalam musim hujan dan
menunjukan efisiensi dari proses musim kemarau ditampilkan pada Gambar
pembekuan yang dilakukan. Semakin 11.

J. Ternak Tropika Vol. 18, No.1: 36-50, 2017 46


Gambar 11. Rataan produksi semen beku sapi Limousin dalam mini straw pada setiap bulan
di musim hujan dan kemarau
Rataan produksi semen pada setiap bulan dengan rata-rata 1623±379 straw. Hal ini
di musim hujan tertinggi terdapat pada berkaitan dengan kualitas semen pada
bulan Desember 2015 dengan rata-rata musim kemarau dilihat dari segi volume
produksi 2003±1095 straw dari 9 ekor sapi semen, konsentrasi spermatozoa, motilitas
Limousin dan terndah pada bulan Februari individu spermatozoa, PTM dan nilai RR.
2016 dengan rata-rata 1101±392 straw dari Volume semen segar, konsentrasi
7 ekor sapi Limousin. Pada musim spermatozoa dan motilitas spermatozoa
kemarau rata-rata produksi semen beku yang tinggi akan menentukan jumlah
tertinggi pada bulan Agustus 2016 yaitu pengencer yang diberikan, sedangkan
2666±1738 straw dari 10 ekor sapi PTM, RR berbanding lurus dengan
Limousin dan terendah pada bulan Juni produksi semen beku, semakin tinggi
2016 yaitu 1264±649 straw dari 9 ekor volume dan konsentrasi maka semakin
sapi Limousin. Perbedaan produksi ini tinggi pula produksi semen beku yang
disebabkan oleh banyak faktor diantaranya dihasilkan.
volume semen yang dihasilkan oleh
individu ternak, konsentrasi spermatozoa, KESIMPULAN DAN SARAN
saat proses pengenceran sampai Kesimpulan
pembekuan dan persentase nilai RR. Kualitas semen sapi Limousin
Produksi semen beku sapi Limousin pada secara umum lebih bagus pada musim
penelitian ini lebih tinggi dibanding kemarau yang dapat dilihat dari nilai
dengan penelitian yang dilakukan Zamuna motilitas individu, konsentrasi, nilai RR
dkk. (2015) menjelaskan bahwa produksi dan produksi semen beku. Pada volume,
semen beku dipengaruhi oleh beberapa pH, warna dan nilai PTM secara umum
faktor yang meliputi volume, konsentrasi terlihat sama.
dan motilitas spermatozoa pada semen Saran
segar, produksi semen beku sapi Limousin Saran perlu dilakukan afkir atau
315,6±44,32 straw dari 8 ekor sapi culling pada sapi Limousin yang memiliki
Limousin. produksi semen dengan kualitas jelek
Produksi semen beku pada musim sehingga produksi semen beku lebih
kemarau lebih tinggi berdasarkan rata-rata efisien.
dan standart deviasi yaitu 1979±644 starw
dibanding dengan musim penghujan

J. Ternak Tropika Vol. 18, No.1: 36-50, 2017 47


DAFTAR PUSTAKA Ervandi M., Susilawati T. dan
Anonimous. 2009. Reproduksi dan Wahjuningsih S. 2013. Pengaruh
Embriologi Hewan. pp. 33-37, Pengencer yang Berbeda terhadap
(online); http://besmart.uny.ac.id/. Kualitas Spermatozoa Sapi Hasil
Diakses pada Selasa, 14 Maret Sexing dengan Gradien Albumin
2017. (Putih Telur). Jurnal Ilmu Ternak
Anonimous. 2011. Produktifitas Sapi dan Veteriner. 18(3): 177-184.
Limousin. Fanindi A., Prawiradiputra B. R. dan
http://repository.usu.ac.id/. Abdullah L. 2010. Pengaruh
diakses pada Kamis, 26 Januari Intensitas Cahaya terhadap
2017. Produksi Hijauan dan Benih
Arifiantini L., Yusuf dan Graha N. 2005. Kalopo (Calopogonium
Longivitas dan Recoveryrate mucunoides). JITV. 15(3): 205-
Pasca Thawing Semen Beku Sapi 214.
Fresian Holstein Menggunakan Feradis. 2010. Bioteknologi Reproduksi
Bahan Pengencer yang Berbeda. pada Ternak. Bandung : Alfabeta.
Buletin Peternakan. 29(2): 53-61. Gunawan M. dan Kaiin E. M. 2008.
Ax R. L., Dally M. R., Didion B. A., Lenz Kualitas Sperma Sapi Beku dalam
R. W., Love C. C., Varner D. D., Media Tris Kuning Telur dengan
Hafez B. and Bellin M. E. 2000. Konsentrasi Raffinosa yang
Semen Evaluation, pp. 365 – 375, Berbeda. pp. 105-200. Seminar
In E.S.E. Hafez Edt. Nasional Teknologi Peternakan
Reproduction in Farm Animal 7th dan Veteriner.
Edition. Lippincott Williams & Hadi P. U. dan Ilham N. 2006. Problem
Wilkins, Philadelphia, USA. dan Prospek Pengembangan
Bhakat M., Tushar K. M., Ashok K. G., Usaha Pembibitan Sapi Potong di
dan Muzamil A. 2014. Effect of Indonesia. www.pustaka-
Season on Semen Quality of deptan.go.id, diakses pada Kamis,
Crossbred (Karan Fries) Bulls. 26 Januari 2017.
Adv. Anim. Vet. Sci. 2(11): 632- Hafez E. S. E. 2000. Preservation and
637. Cryopreservation of Gametes and
Bhakat M., Mohanty T. K., Gupta A. K., Embryos, pp. 431 - 441. In E.S.E.
Prasad S., Chakravarty A. K. and Hafez Edt. Reproduction in Farm
Khan H. M. 2015. Effect of Animals. 7th Edition. Lippincott
Season on Semen Quality Wiliams and Wilkins, Maryland,
Parameters in Murrah Buffalo USA.
Bulls. Buffalo Bulletin. 35(1): Ismaya. 2014. Bioteknologi Inseminasi
100-112. Buatan pada Sapi dan Kerbau.
BIB Lembang. Gadjah Mada University Press,
www.banksperma.com/berita-58. Yogyakarta.
Diakses pada minggu, 23 Oktober Karnaen dan Johar A. 2007. Kajian
2016. Produktivitas Sapi Limousin
Ciptadi G. 2012. Bioteknologi Sel Gamet (Study on Productivity of
dan Kloning Hewan. Universitas Limousin Cattle). Jurnal Ilmu
Brawijaya (UB) Press. Malang. Ternak. 7(2): 135 – 139.
Dewi S. A., Ondho Y. S. dan Kurnianto E. Kartasudjana R. 2001. Teknik Inseminasi
2012. Kualitas Semen Buatan pada Ternak. Departemen
Berdasarkan Umur pada Sapi Pendidikan Nasional, Jakarta.
Jawa. Animal Agriculture Khairi F., Anis M., dan Yon, S. O. 2014.
Journal. 1(2): 126-133. Pengaruh Suplementasi Vitamin

J. Ternak Tropika Vol. 18, No.1: 36-50, 2017 48


E, Mineral Selenium dan Zink Nuryadi. 2014. Ilmu Reproduksi Ternak,
Terhadap Konsumsi Nutrien, hal. 49 – 55. Universitas
Produksi dan Kualitas Semen Brawijaya (UB Press) : Malang.
Sapi Phillips C. J. C. 2001. Principles of Cattle
Simental. Agripet. 14(1): 6-1. Production. Wallingford, UK :
Lestari S., Dadang M. S., dan Maidaswar. CABI Publishing. 108-116.
2013. Profil Kualitas Semen Rizal M. A. dan Herdis. 2005. Daya Hidup
Segar Sapi Pejantan Limousin Spermatozoa Epididimis Domba
dengan Umur Yang Berbeda Di Garut yang Dikriopreservasi
Balai Inseminasi Buatan Menggunakan Modifikasi
Lembang Jawa Barat. Jurnal Pengencer Tris. Hayati. Wartazoa.
Ilmiah Peternakan. 1(3): 1165 - 12(2): 61-66.
1172. Rizal M. A. dan Herdis. 2010. Peranan
Maulana R., Isnaini N. dan Wahjuningsih Antioksidan dalam Meningkatkan
S. 2016. Pengaruh Penambahan Kualitas Semen Beku. Wartozoa.
Glutathione pada Pengencer Tris 20(3): 139 – 145.
Aminomethane Kuning Telur Romadhoni I., Achadiah R. dan Suyadi.
dalam Mempertahankan Kualitas 2015. Kualitas Semen Sapi
Spermatozoa Sapi Limousin Limousin Setelah Pengenceran
Selama Penyimpanan Suhu dengan Tris Aminomethane
Ruang. J. Ternak Tropika. 17(01): Kuning Telur yang
57-65. Disuplementasi Α-Tocopherol
Melita D., Dasrul, dan Mulyadi A. 2014. pada Penyimpanan Suhu Ruang.
Pengaruh Umur Pejantan dan Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan.
Frekuensi Ejakulasi 24(1): 39 – 44.
terhadap Kualitas Spermatozoa Salisbury G. W. dan Vandenmark N. L.
Sapi Aceh. Jurnal Medika 1985. Fisiologi Reproduksi dan
Veterinaria. 8(1): 15-19. Inseminasi Buatan Pada Sapi, pp.
Mohamad K., Savitri N., Adnyane I. K. 717-722, diterjemahkan oleh:
M., dan Srihadi A. 2001. Djanuar R. Yogyakarta : Gajah
Morfologi dan Kandungan Mada University Press.
Karbohidrat Kelenjar Aksesoris Setyono A. W. E., Isnaini N. dan
Oragan Reproduksi Tikus Jantan Wahjuningsih, S. 2014.
pada Umur Sebelum dan Setelah Performan Reproduksi Sapi
Pubertas. Hayati. 8(4): 92-97. Persilangan Limousin di Wilayah
Mumu M. I. 2009. Viabilitas Semen Sapi Tanggunggunung Kabupaten
Simmental yang Dibekukan Tulungagung. Ternak Tropika.
Menggunakan Krioprotektan 15(1): 1-8.
Gliserol. J. Agroland. 16(2): 172- SNI. 2008. Semen Beku- Bagian 1. SNI
179. 4869.1:2008. Badan Standarisasi
Nazir M., Agustine R., dan Sikumbank R. Nasional.
F. 2003. Metode Penelitian. Suherlan N. E., Soeparna, dan Hidajat, K.
Jakarta : Ghalia Indonesia. 2015. Pengaruh Penambahan
Nopriani U., Karti P. D. M. H. Dan Berbagai Tingkat DMF
Prihantoro I. 2014. Produktivitas (Dimethylformamide) Sebagai
Duckweed (Lemna minor) Agen Krioprotektan terhadap
Sebagai Hijauan Pakan Alternatif Keutuhan Membran Plasma dan
Ternak pada Intensitas Cahaya Recovery Rate Semen Beku
yang Berbeda. JITV. 19(4): 272- Domba Lokal. pp. 1-12.
286. Universitas Padjajaran.

J. Ternak Tropika Vol. 18, No.1: 36-50, 2017 49


Sukmawati E., Arifiantini R. dan Peternakan Rakyat. J. Ternak
Purwantara, B. 2014. Daya Tahan Tropika. 15(1): 80-88.
Spermatozoa terhadap Proses Watson P. F. 2000. The Cause of Reduced
Pembekuan pada Berbagai Jenis Fertility with Cryopreserved
Sapi Pejantan Unggul. JITV. Semen. Anim. Reprod. Sci. 60:
19(3): 168-175. 481 –492.
Sulistiya T. A., Widyaningrum Y., dan Wiratri V. D. B., Susilawati, T. dan
Ratnawati D. 2015. Longivity dan Wahjunigsih, S. 2014. Kualitas
Recovery Rate Pasca-thawing Semen Sapi Limousin pada
Semen Beku Sapi PO Pengencer yang Berbeda Selama
Menggunakan Pengencer Tris Pendinginan. J. Ternak Tropika.
dengan Berbagai Tingkat 15(11):13-20.
Fruktosa sebagai Sumber Energi Zamuna A. K. M., Susilawati, S., Ciptadi,
pada Suhu Inkubasi 39ºC. pp.59- G. dan Marjuki. 2015. Perbedaan
65. Prosiding Seminar Nasional Kualitas Semen dan Produksi
Teknologi Peternakan dan Semen Beku pada Berbagai
Veteriner. Bangsa Sapi Potong. J. Ternak
Susilawati T. 2004. Keberhasilan IB Tropika. 16(2): 01-06.
Menggunakan Semen Sexing
Setelah Dibekukan. pp.195-206.
Seminar Nasional Teknologi
Peternakan dan Veteriner.
Susilawati T. 2011. Tingkat Keberhasilan
Inseminasi Buatan dengan
Kualitas dan Deposisi Semen
yang Berbeda pada Sapi Peranaka
Ongole. J. Ternak Tropika. 12(2):
15-24.
Susilawati T. 2011. Spermatology. Malang
: UB Press.
Susilawati T. 2013. Pedoman Inseminasi
Buatan pada Ternak. Universitas
Brawijaya (UB) Press. Malang.
Tripriliawan D., Dadang M. S. dan Paulus
S. 2014. Perbedaan Volume
Semen, Konsentrasi, dan
Motilitas Spermatozoa Pejantan
Sapi FH di BIB Lembang dengan
Interval Penampungan 72 Jam
Dan 96 Jam. Jurnal Ilmiah
Peternakan. 2(1): 227-232
Vishwanath R. dan Shannon P. 2000.
Storage of Bovine Semen in
Liquid and Frozen State. Anim
Reprod Sci. 62(1-3):23-53.
Wahyudi L., Susilawati T., dan Isnaini N.
2014. Tampilan Reproduksi Hasil
Inseminasi Buatan Menggunakan
Semen Beku Hasil Sexing pada
Sapi Persilangan Ongole di

J. Ternak Tropika Vol. 18, No.1: 36-50, 2017 50

Anda mungkin juga menyukai