ABSTRACT
This research aimed to determine the quality of fresh semen and recovery rate (RR)
Limousin bulls at different seasons in Indonesia. The research materials were used semen
sample and recording of 10 Limousin bulls on November 2015 until September 2016. The
analyze was used by descriptive, while seasonal factors were determined by rainfall, they
were divided into 2 stage (summer and rainy). The result was showed that the average of
individual motility (60±0.07 %) on summer and (57.7±0.09 %) on rainy, Consentration of
spermatozoa (1043±208 million/ml) on summer and (1013±175 million/ml) on rainy, post
thawing motility (44±0.02 %) on summer and (41±0.05 %) on rainy, RR value (65±0.05 %)
on summer and (55±0.09 %) on rainy, the production of frozen semen (1979±644.2 straw) on
summer and (1623±379 straw) on rainy. It was concluded that the best quality of fresh until
frozen semen was generally on summer with low rainfall. The seasonal effect for quality of
semen Limousin bulls were individual motility, concentration, PTM, and RR value will be
impacted for frozen semen produce. It was advisable to rejected the Limousin bulls with poor
semen quality.
Keywords: Seasonality, Summer, Rainy, Quality of Semen
Hasil rataan volume dan standar deviasi dalam tubuh digunakan secara optimal
pada kedua musim diatas menunjukkan untuk pembentukan sel-sel kelamin,
nilai koefisien keragaman yang sama yaitu termasuk untuk memproduksi
0,12, ini diduga karena pakan selalu spermatozoa.
tersedia pada musim hujan maupun musim
kemarau yang berasal pakan hijauan yang pH Semen Segar
diawetkan seperti dari silase maupun hay. Uji pH semen merupakan
Hal ini sesuai dengan penjelasan Dewi, pengukuran derajat keasaman semen sapi
Ondho, dan Kurnianto (2012) bahwa dengan menggunakan alat bantu seperti
pakan yang dikonsumsi sapi merupakan kertas lakmus maupun pH meter. Hasil
salah satu faktor penting dalam produksi rataan pH semen sapi Limousin yang
ternak, karena nutrisi pakan yang masuk ditampung pada musim yang berbeda
dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Rata-rata pH semen sapi Limousin pada setiap di musim hujan dan kemarau
pH semen sapi Limousin pada musim terbentuk asam laktat yang tergantung
hujan dalam bulan November 2015-Maret pada tingkat aktivitas dari masing-masing
2016 seragam yaitu 6,4 sedangkan pada ternak. Tinggi rendahnya pH berhubungan
awal musim kemarau yaitu bulan Mei dengan konsentrasi spermatozoa,
2016 rata-rata pH semen 6,39 kemudian konsentrasi tinggi cenderung pH asam
pada bulan berikutnya meningkat yaitu dalam kisaran normal, namun dalam
berkisar antara 6,45-6,48. Salisbury dan semen sapi Limousin ini tidak semuanya
Vandenmark (1985) menjelaskan bahwa yang memiliki pH asam akan memiliki
penurunan pH spermatozoa ditentukan konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan
oleh metabolisme anaerobik, sehingga pH alkali.
Gambar 4. Rata-rata warna semen sapi Limousin pada setiap bulan di musim hujan dan
kemarau
Warna semen sapi Limousin paling riboflavin dalam semen. Hal ini sesuai
dominan pada musim hujan dan kemarau dengan penjelasan Susilawati (2013) yang
adalah putih susu (PS) yaitu masing- menyatakan bahwa umumnya semen sapi
masing 72%-82% dan 70%-83%, warna berwarna putih kekuning-kuningan atau
lain yaitu putih bening berkisar antara hampir seputih susu, warna kuning ini
17%-28% dan 17%-29%, serta warna disebabkan adanya riboflavin dalam
berning hanya 1% karena sangat jarang semen, tingkat kekeruhan semen
ditemukan. Semen sapi Limousin yang berbanding lurus dengan konsentrasi sel
berwarna putih susu paling paling tinggi spermatozoa. Warna semen tidak selalu
pada musim kemarau dengan rata-rata berkorelasi positif terhadap konsentrasi
78%±0,039 sedangkan pada musim hujan semen, hal ini dapat dilihat dari hasil
rata-rata 76%±0,058. Warna semen yang pengamatan pada semen sapi Limousin
baik adalah berwarna putih susu bahwa semen yang memiliki warna PS
dibandingkan putih bening maupun tinggi tidak menunjukkan konsentrasi yang
bening, karena jika warna semen semakin tinggi. Hal ini tidak sesuai dengan Feradis
pekat maka kualitas semen semakin baik (2010) yang menyatakan bahwa warna
yang menandakan banyaknya jumlah sel memiliki hubungan erat dengan
spermatozoa. Pada semen sapi Limousin konsentrasi spermatozoa, apabila
jarang ditemukan warna putih kekuning- konsentrasi semen tinggi maka warna
kuningan yang diduga rendahnya senyawa semen semakin keruh, karena
Gambar 5. Rata-rata motilitas massa spermatozoa sapi Limousin pada setiap bulan di musim
hujan dan kemarau
Persentase motilitas massa semen sapi yaitu sebesar 97%, sedangkan terendah
Limousin dengan kualitas massa 2+ pada pada awal musim kemarau yaitu Mei 2016
musim hujan tertinggi terdapat di bulan sebesar 94%. Hal tersebut sesuai dengan
Februari 2016 dengan rata-rata 100%. Hal penjelasan Ax et al. (2000) yang
tersebut menunjukkan bahwa motilitis menyatakan bahwa motilitas semen paling
massa selalu konstan pada setiap bagus yaitu 3+ yang menunjukkan
penampungan semen, sedangkan nilai pergerakan koloni spermatozoa sangat
persentase terendah pada musim hujan progresif dan pekat serta nilai 2+ yang
yaitu pada bulan November 2015 sebesar menunjukkan pergerakan koloni
91%. Persentase motilitas massa pada spermatozoa progresif namun tipis atau
musim kemarau tertinggi terdapat pada tidak terlalu pekat.
bulan Juli 2016 dan bulan September 2016
Tabel 3. Rataan motilitas massa spermatozoa pada musim hujan dan kemarau
No Musim Persentase Rata-rata Motilitas Massa (2+)
1 Hujan 95% ± 0,079
2 Kemarau 96% ± 0,059
Gambar 6. Rata-rata motilitas individu spermatozoa sapi Limousin pada setiap bulan di
musim hujan dan musim kemarau
dari 12 ekor sapi perlakuan yang
Motilitas individu pada musim hujan yang dihasilkan selama tahun 2012 dengan
dimulai dari bulan November 2015-Maret curah hujan pada tahun yang sama ternyata
2016 berksar antara 47%-64%, hasil berkorelasi negatif. Semakin tinggi curah
tertinggi didapat pada bulan Februari 2016 hujan maka motilitas spermatozoa yang
dengan persentase rata-rata sebesar 64% diperoleh semakin rendah, begitu juga
sedangkan nilai terendah didapatkan pada sebaliknya.
awal bulan musim hujan sebesar 47±0,08 Musim kemarau yang dimulai pada
%. Rendahnya motilitas pada bulan bulan Mei 2016-September 2016
november 2015 ini dikarenakan hanya 6 menunjukkan rata-rata persentase motilitas
ekor sapi yang memiliki motilitas 70% individu 63% dari 9 ekor sapi Limousin,
dalam 4 kali penampungan. Setiap ekor sedangkan yang memiliki motilitas
ternak tersebut juga memiliki keragaman individu 60-70% hanya 7 ekor sapi yang
yang tinggi karena dalam 4 kali dapat diproses ke tahap selanjutnya,
penampungan ini tidak selalu memiliki kemudian mengalami penurunan dari
motilitas 70%, inilah yang menyebabkan bulan ke bulan hingga mencapai 57% yang
nilai rata-rata motilitas individu sangat berasal dari 9 ekor sapi Limousin pada
rendah. Perbedaan rata-rata motilitas bulan September 2016. Hal ini diduga
dalam setiap bulan berhubungan dengan disebabkan oleh tempertur udara yang
curah hujan yang berbeda pula dalam tidak konstan pada setiap bulannya pada
setiap bulannya, mengacu pada penelitian musim kemarau, yang sesua dengan
Khairi, dkk. (2014) bahwa rendahnya Salisbury dan Vandenmark (1985)
motilitas spermatozoa dikarenakan oleh menjelaskan bahwa temperatur dan
musim dengan intensitas curah hujan yang kelembaban udara memiliki korelasi yang
sangat tinggi, ini dapat dibuktikan nyata dengan fertilitas sapi pejantan, jika
berdasarkan jumlah motilitas spermatozoa temperatur dan kelembaban udara naik
Gambar 7. Rata-rata konsentrasi spermatozoa sapi Limousin pada setiap bulan di musim
hujan dan musim kemarau
Nilai rataan konsentrasi spermatozoa tersebut pada kedua musim menunjukkan
memiliki perbedaan pada setiap bulannya lebih tinggi pada musim kemarau
baik itu pada musim penghujan maupun dibandingkan dengan musim hujan dengan
musim kemarau. Nilai rataan tertinggi di nilai rataan pada kedua musim berturut-
musim hujan terdapat pada bulan turut 1043±208 juta/ml dan 1013±175
November 2015 sedangkan pada musim juta/ml. Hal ini sesuai dengan penjelasan
kemarau terdapat pada bulan September Nuryadi (2014) bahwa perubahan
2016. Nilai rataan terendah pada musim temperatur lingkungan akan menyebabkan
hujan terdapat pada bulan Februari 2016 stress pada ternak yang berdampak pada
dan pada musim kemarau terdapat pada spermatozoa yang dihasilkan. Temperatur
bulan Juni 2016. Nilai rataan konsentrasi yang tinggi akan menyebabkan degenerasi
Gambar 8. Rataan persentase konsistensi semen sapi Liousin pada setiap bulan di musim
hujan dan kemarau
Persentase konsistensi pada musim hujan Khairi dkk. (2014) menjelaskan penurunan
paling bagus (berdasarkan tingkat jumlah total konsentrasi spermatozoa
kepekatan semen) terdapat pada bulan dipengaruhi oleh curah hujan sebesar
November 2015 yang memiliki persentase 57,6%. Bhakat et al. (2014, 2015)
pekat (P) yaitu 16%, sedang (S) yaitu 34%, menambahkan bahwa perbedaan musim
dan encer (E) yaitu 50%. Musim kemarau sangat mempengaruhi pada seminal
persentase konsistensi paling bagus attributes (P<0,01) salah satunya adalah
terdapat pada bulan September 2016 konsentrasi dan konsistensi spermatozoa.
dengan persentase pekat (23%), sedang
(35%), dan encer (41%). Nilai persentase Post Thawing Motility (PTM)
konsistensi ini berbanding lurus dengan Evaluasi atau pemeriksaan semen
nilai rataan konsentrasi spermatozoa, hal beku yang biasa dilakukan adalah uji
ini menunjukkan bahwa jika semakin motilitas individu setelah proses
kental semen maka nilai konsentrasi pembekuan atau dikenal dengan uji PTM
spermatozoa akan semakin tinggi. Hal ini (Post Thawing Motility) merupakan suatu
sesuai dengan penjelasan Kartasudjana tindakan yang perlu dilakukan untuk
(2001), semakin kental semen yang mengetahui kualitas semen apakah layak
diejakulasi oleh suatu organisme, dapat atau tidak untuk didistribusikan. Grafik
diartikan bahwa konsentrasi spermatozoa hasil rata-rata PTM semen beku sapi
yang terkandung di dalamnya juga Limousin pada bulan-bulan dalam musim
semakin tinggi. Perbedaan nilai konsistensi hujan dan musim kemarau ditampilkan
pada kedua musim ini sebanding dengan pada Gambar 9.
perbedaan konsentrasi semen tersebut,