Anda di halaman 1dari 1

1.

Di Indonesia, translingual practice tidak bisa di hindari karena status bahasa


inggris sama dengan negara2 yg saya bahas di atas. Translingual practice juga
masih di lakukan oleh guru2 bahasa inggris di Indonesia (who, who, who,
who, year)
2. Mengapa translingual practice di perbolehkan, teori SLA mengatakan ada
learner yg memiliki comprehensible input yang cukup, da nada juga yg
comprehensible inputnya gak cukup. Ketika learner di 1 sekolahan it memang
tidak memiliki comprehensible input yg cukup ttg bahasa yg di pelajari, maka
translingual practice bias menolong.
3. Dalam otak anak itu sebenarnya sudah belajar L1 sejak di pertama hidup/ lahir
di Indonesia. Mau gak mau ibunya memakai bahasa Indonesia. Teori Rumah
ini gak boleh di robohkan. Rumah L1 (bhsa indo) dan rumah L2 bahasa
Inggris. Ketika rumah bahasa inggrisnya bagus maka layak ditempati dan di
gunakan. Dan L1 ini adalah ampiran yang menjempatani jika L2 itu masih
proses di bangun,, misalnya vocabnya gak cukup, maka bias memakai dulu
bahsa Indonesia, untuk membantu dan menjambatani bhsa inggrisnya. Rumah
L1 itu sebagai facilitate jika kita tidak mengerti atau kita belum bias
menggunakan L2, kita masih bias menggunakan some par of L1 ini untuk di
gunakan.
4. Bahas tentang SLA
- Comprehensible input yg cukup atau tidak.
- Perkembangan child language development.(misalnya, mulai dari
Vocabnya, expresi pendek, (short spent concertrtion).
- Anak belajar bahasa itu tidak bias langsung,, step by step (masih tetap
akan di celipkan L1 sedikit2).
- Yg menolong dalam bejar bhasa inggris alatnya code switching/mixing
- Di SLA ada teory language vraetis. Dalam berbahasa tidak melulu bhasa
inggris, tapi nanti di tengahnya ada bolongan yg di isi L1. Kalo anak
biasanya pakai English indo. Ada vocabulary vrietis, karena adanya
language vraetis. Eg. Inggris = Mobile phone, di Indo= hand
phone/cellphone. Karana mereka mentranslite langsung dari bahsa ibu
nya.

Anda mungkin juga menyukai